SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PITA POTONG

I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui apa yang dimaksud kekuatan kain, terdiri dari apa saja kekuatan kain, alat yang
digunakan untuk pengujian, macam-macam cara pengujian kekuatan kain, dan kegunaan
konstruksi kain tenun.
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur kain cara pita potong.
Mampu menggunakan alat pengujian (dinamometer).
Mampu menganalisis hasil pengujian.
II. TEORI DASAR
Kekuatan kain dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Kekuatan tarik kain
Kekuatan sobek kain
Kekuatan jebol kain
Kekuatan Tarik Dan Mulur Kain
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan suatu contoh uji kain
hingga kain tersebut putus, sedangkan mulur kain adalah penambahan panjang kain pada
saat kain putus, dibandingkan dengan panjang kain semula dinyatakan dalam persen.
Kekuatan tarik digunakan untuk kain tenun. Kekuatan tarik kain dapat diuji dengan tiga cara,
yaitu Pengujian Cara Cekau, Pengujian Cara Pita Tiras, Dan Pengujian Cara Pita Potong.
Pengujian Cara Pita Potong
Pengujian cara pita potong (jalur potong), contoh uji tepat dipotong pada ukuran 2,5 cm.
Cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapis atau kain yang dikanji tebal yang
sukar atau tidak mungkin untuk diurai. Dalam pemotongan contoh uji, contoh harus benarbenar sejajar dengan arah benag yang memanjang.
Pengujian Cara Pita Tiras
Pengujian cara pita tiras (jalur urai) bias dilakukan dengan ukuran contoh uji 3 cm x 20
cm ditiras menjadi 2,5 cm x 20 cm, atau 6 cm x 20 cm ditiras menjadi 5 cm x 20 cm. Cara ini
umumnya dipakai untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain kain yang mudah diurai.
Pengujian kekuatan tarik dengan pita tiras pada saat terjadi penarikan benang pada bagian
tengah kain yang mengalami tarikan, sedangkan benang yang terdapat pada kedua sisi kain
hanya mengalami tarikan yang kecil. Hal ini terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak
ada jalinan yang memegang benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah
benang-benang sisi kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus
benang pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun masih lebih tinggi dari
cara pita potong.
III. PRAKTIKUM
1. Peralatan
Mesin penguji kekuatan tarik dengan spesifikasi :
Kecepatan penarikan

= 30 ± 1 cm per menit

Jenis

= ayunan

Penggerak

= motor atau tangan

Waktu putus

= 20 ± 3 detik setelah penarikan

Jarak jepit

= 7 cm

Ukuran penjepit

= 2,5 cm x 3,75 cm atau lebih

Gunting
Jarum
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Potong kain dengan ukuran 2,5 cm x 20 cm sebanyak lima helai arah lusi dan lima
helai arah pakan.
3. Cara Pengujian
Pengujian Kekuatan Tarik Kering
Jepit contoh uji simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian panjang searah
dengan arah tarikan.
Beri tegangan awal pada contoh uji sebesar 170 gram, kemudian jepit simetris
pada jepitan bawah.
Jalankan mesin hingga contoh uji putus.
Hentikan mesin saat contoh uji putus, kemudian baca besarnya kekuatan tarik
pada skala.
Ulangi pengujian hingga 5 kali pengujian dan apabila contoh uji putus pada
penjepit pengujian harus diulangi.
Pengujian Kekuatan Tarik basah
Contoh uji yang telah siap kemudian dibenamkan dalam air suling

yang

mengandung tidak lebih dari 0,05 % zat pembasah non-ion,pada suhu kamar
hingga benar-benar basah.
Pengujian selanjutnya sama seperti diatas, dengan catatan pengujian harus sudah
selesai dalam 2 menit setelah contoh uji diambil dari air.
PENGUJIAN KEKAKUAN KAIN

I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Mengetahui apa yang dimaksud dengan kekakuan kain, alat yang digunakan untuk pengujian,
cara pengujian kekakuan kain, dan kegunaan pengujian pegangan kain.
TUJUAN
Mampu melakukan pengujian pegangan kain yaitu kekakuan kain.
Mampu menggunakan alat pengujian kekakuan kain.
Mampu menganalisis hasil pengujian kekakuan kain.
II. TEORI DASAR
Sifat-sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik,
mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain
yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angkan seperti kenampakan,kehalusan atau
kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat
kain diatas diperluakn dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal yang dilakukan seperti memegang, mencoba,
kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaannya. Dengan memegang dan
merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subyektif. Menurut
Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau
lunak, dan kasar atau halus.
Drape agak berbeda artinya yaitu kemampuan kain untuk memberikan kenampakan
indah waktu dipakai. Tidak semua bahan pakaian harus mempunyai drape yang baik. Kain
untuk Bullet Skirt atau Patti Coat kaku, tidak harus mempunyai drape yang baik. Untuk
menentukan besarnya kekakuan dan drape ternyata terdapat beberapa kesulitan. Penelitian
dilakukan untuk menentukan metode yang bias mengatasi kesulitan dalam penentuan
pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan :
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan disain
instrument yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
Menentukan teknik statistic untuk menentukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil
pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.
Kekakuan Kain
Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah contoh uji kain
dengan ukuran 20 x 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar bertepi. Pita kain tersebut
digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung karena beratnya sendiri. Setelah
ujung pita kain sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,5

o

terhadap bidang datar,

maka dari panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameterparameter :
Z

θ

a) Bending Length (C)
Adalah panjang kain yang lelengkung karena beratnya sendiri pada suatu
pemanjangan tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menentukan mutu
draping.
C = I ( cos ½ θ / 8 tg θ ) 1/3

I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley Stiftness
Tester dipilih sudut 41,5

o

sehingga harga fungsi sudut θ adalah 0,5 dan harga

bending length sama dengan 0,5 I.
b) Flexural Regidity (G)
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott menyarankan
bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat menunjukkan hubungan
yang baik dengan penentuan kekakuan yang dilakukan yang dilakukan oleh orang.
G = 0,1 W C3.............................mg.cm
W adalah berat kain dalam g/m2.
Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang panjang
lengkung (bending length

/ C) yang dipakai adalah panjang lengkung lusi dan

demikian juga kekakuan arah pakan (KP) makan panjang lengkung (C) yang dipakai
adalah panjang lengkung pakan. Untukmenghitung kekakuan total (KP) dapat
digunakan rumus :

KT =

KL x KP ........................mg.cm

c) Bending Modulus (Q)
Nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap sebagai kekakuan yang
sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk membandingkan kekakuan bahan pada kain
dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur dengan tekanan 1 lbs/inci2.

Q=

12 G x 10-6 kg/cm2
g3

g = tebal kain dalam cm

III. PRAKTIKUM
1. Peralatan
Shirley Stiftness Tester
Gunting
Mistar
2. Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Potong contoh uji dengan ukuran 2,5 cm x 20 cm rapi tidak ada benang lusi atau
benang pakan yang menggantung dan tidak ada benang lusi dan atau benang pakan
yang sama setiap contoh uji, 3 helai kearah lusi dan 3 helai kearah pakan. Contoh uji
usahakan sesedikit mungkin dipegang. Kain cenderung menggulung usahakan
didiamkan beberapa jam pada alas yang datar sehingga akan merata.
3. Cara Pengujian
Letakkan alat mendatar pada meja.
Contoh uji diletakkan pada bidang datar P dan alat dan salah satu ujungnya berimpit
dengan tepi depan bidang datar P. penggeser S diletakkan pada contoh uji sehingga
skala nol segaris dengan garis penunjuk D.
Penggeser didorong kedepen sehingga contoh uji menjulur keluar dan tepi dengan
bidang datar P dan melengkung ke bawah karena beratnya sendiri. Penggeser
didorong terus sehingga tepi dengan contoh uji sebidang dengan garis L1 dan L2.
Apabila contoh uji terpuntir maka titik tengah tepi dengan contoh uji harus sebidang
dengan kedua garis L1 dan L2.
Setelah 6 sampai 8 detik, panjang lengkung contoh uji dibaca pada skala penggeser
yang lurus dengan garis batas pada alat.
Untuk satu contoh uji pengujian dapat dilakukan pada empat tempat,yaitu depan atas,
depan bawah, belakang atas, dan belakang bawah.
Untuk memudahkan cara pengerjaan tersebut maka alat ukur kekakuan diletakkan
sedemikian rupa sehingga skala terletak didepan penguji dan pada kedudukan yang
memudahkan membaca skala pada penggeser S. kedudukan relatif tepi dengan
contoh uji terhadap garis L1 dan L2 dapat dilihat pada cermin yang diletakkan atau
ditempelkan pada salah satu sisi alat.
DAFTAR PUSTAKA

N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil
III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.

Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.

More Related Content

Similar to Lap 2. pita potong & kekakuan (20)

Campur
CampurCampur
Campur
 
Lap 5. kelangsaian
Lap 5. kelangsaianLap 5. kelangsaian
Lap 5. kelangsaian
 
Lap 3. cr trapesium & thn gosok
Lap 3. cr trapesium & thn gosokLap 3. cr trapesium & thn gosok
Lap 3. cr trapesium & thn gosok
 
Lap 4. pita tiras & dy tembus udara
Lap 4. pita tiras & dy tembus udaraLap 4. pita tiras & dy tembus udara
Lap 4. pita tiras & dy tembus udara
 
Lap 6. cr elmendorf
Lap 6. cr elmendorfLap 6. cr elmendorf
Lap 6. cr elmendorf
 
Lap 1. konstruksi, cr lidah, kekusutan
Lap 1. konstruksi, cr lidah, kekusutanLap 1. konstruksi, cr lidah, kekusutan
Lap 1. konstruksi, cr lidah, kekusutan
 
Lap 5. uji tahan api
Lap 5. uji tahan apiLap 5. uji tahan api
Lap 5. uji tahan api
 
Lap 5. uji tahan api
Lap 5. uji tahan apiLap 5. uji tahan api
Lap 5. uji tahan api
 
Textile fabrics analysis
Textile fabrics analysisTextile fabrics analysis
Textile fabrics analysis
 
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetesLap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
 
Pertenunan
PertenunanPertenunan
Pertenunan
 
BAB V
BAB VBAB V
BAB V
 
Eval 1
Eval 1Eval 1
Eval 1
 
Lap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siramLap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siram
 
Lap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siramLap 1.uji dimensi & uji siram
Lap 1.uji dimensi & uji siram
 
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatifAnalisa serat scr kualitatif & kuantitatif
Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetesLap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Lap 2. pita potong & kekakuan

  • 1. PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PITA POTONG I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui apa yang dimaksud kekuatan kain, terdiri dari apa saja kekuatan kain, alat yang digunakan untuk pengujian, macam-macam cara pengujian kekuatan kain, dan kegunaan konstruksi kain tenun. TUJUAN Mampu melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur kain cara pita potong. Mampu menggunakan alat pengujian (dinamometer). Mampu menganalisis hasil pengujian. II. TEORI DASAR Kekuatan kain dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : Kekuatan tarik kain Kekuatan sobek kain Kekuatan jebol kain Kekuatan Tarik Dan Mulur Kain Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan suatu contoh uji kain hingga kain tersebut putus, sedangkan mulur kain adalah penambahan panjang kain pada saat kain putus, dibandingkan dengan panjang kain semula dinyatakan dalam persen. Kekuatan tarik digunakan untuk kain tenun. Kekuatan tarik kain dapat diuji dengan tiga cara, yaitu Pengujian Cara Cekau, Pengujian Cara Pita Tiras, Dan Pengujian Cara Pita Potong. Pengujian Cara Pita Potong Pengujian cara pita potong (jalur potong), contoh uji tepat dipotong pada ukuran 2,5 cm. Cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapis atau kain yang dikanji tebal yang sukar atau tidak mungkin untuk diurai. Dalam pemotongan contoh uji, contoh harus benarbenar sejajar dengan arah benag yang memanjang.
  • 2. Pengujian Cara Pita Tiras Pengujian cara pita tiras (jalur urai) bias dilakukan dengan ukuran contoh uji 3 cm x 20 cm ditiras menjadi 2,5 cm x 20 cm, atau 6 cm x 20 cm ditiras menjadi 5 cm x 20 cm. Cara ini umumnya dipakai untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain kain yang mudah diurai. Pengujian kekuatan tarik dengan pita tiras pada saat terjadi penarikan benang pada bagian tengah kain yang mengalami tarikan, sedangkan benang yang terdapat pada kedua sisi kain hanya mengalami tarikan yang kecil. Hal ini terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak ada jalinan yang memegang benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun masih lebih tinggi dari cara pita potong. III. PRAKTIKUM 1. Peralatan Mesin penguji kekuatan tarik dengan spesifikasi : Kecepatan penarikan = 30 ± 1 cm per menit Jenis = ayunan Penggerak = motor atau tangan Waktu putus = 20 ± 3 detik setelah penarikan Jarak jepit = 7 cm Ukuran penjepit = 2,5 cm x 3,75 cm atau lebih Gunting Jarum 2. Persiapan Contoh Uji Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. Potong kain dengan ukuran 2,5 cm x 20 cm sebanyak lima helai arah lusi dan lima helai arah pakan. 3. Cara Pengujian Pengujian Kekuatan Tarik Kering Jepit contoh uji simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian panjang searah dengan arah tarikan.
  • 3. Beri tegangan awal pada contoh uji sebesar 170 gram, kemudian jepit simetris pada jepitan bawah. Jalankan mesin hingga contoh uji putus. Hentikan mesin saat contoh uji putus, kemudian baca besarnya kekuatan tarik pada skala. Ulangi pengujian hingga 5 kali pengujian dan apabila contoh uji putus pada penjepit pengujian harus diulangi. Pengujian Kekuatan Tarik basah Contoh uji yang telah siap kemudian dibenamkan dalam air suling yang mengandung tidak lebih dari 0,05 % zat pembasah non-ion,pada suhu kamar hingga benar-benar basah. Pengujian selanjutnya sama seperti diatas, dengan catatan pengujian harus sudah selesai dalam 2 menit setelah contoh uji diambil dari air.
  • 4. PENGUJIAN KEKAKUAN KAIN I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui apa yang dimaksud dengan kekakuan kain, alat yang digunakan untuk pengujian, cara pengujian kekakuan kain, dan kegunaan pengujian pegangan kain. TUJUAN Mampu melakukan pengujian pegangan kain yaitu kekakuan kain. Mampu menggunakan alat pengujian kekakuan kain. Mampu menganalisis hasil pengujian kekakuan kain. II. TEORI DASAR Sifat-sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angkan seperti kenampakan,kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperluakn dalam pemilihan kain. Dalam pemilihan kain ada beberapa hal yang dilakukan seperti memegang, mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaannya. Dengan memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subyektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus. Drape agak berbeda artinya yaitu kemampuan kain untuk memberikan kenampakan indah waktu dipakai. Tidak semua bahan pakaian harus mempunyai drape yang baik. Kain untuk Bullet Skirt atau Patti Coat kaku, tidak harus mempunyai drape yang baik. Untuk menentukan besarnya kekakuan dan drape ternyata terdapat beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bias mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan : Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan disain instrument yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
  • 5. Menentukan teknik statistic untuk menentukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai. Kekakuan Kain Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah contoh uji kain dengan ukuran 20 x 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameterparameter : Z θ a) Bending Length (C) Adalah panjang kain yang lelengkung karena beratnya sendiri pada suatu pemanjangan tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menentukan mutu draping. C = I ( cos ½ θ / 8 tg θ ) 1/3 I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o sehingga harga fungsi sudut θ adalah 0,5 dan harga bending length sama dengan 0,5 I. b) Flexural Regidity (G) Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat menunjukkan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang dilakukan yang dilakukan oleh orang. G = 0,1 W C3.............................mg.cm W adalah berat kain dalam g/m2.
  • 6. Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang panjang lengkung (bending length / C) yang dipakai adalah panjang lengkung lusi dan demikian juga kekakuan arah pakan (KP) makan panjang lengkung (C) yang dipakai adalah panjang lengkung pakan. Untukmenghitung kekakuan total (KP) dapat digunakan rumus : KT = KL x KP ........................mg.cm c) Bending Modulus (Q) Nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap sebagai kekakuan yang sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk membandingkan kekakuan bahan pada kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur dengan tekanan 1 lbs/inci2. Q= 12 G x 10-6 kg/cm2 g3 g = tebal kain dalam cm III. PRAKTIKUM 1. Peralatan Shirley Stiftness Tester Gunting Mistar 2. Persiapan Contoh Uji Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. Potong contoh uji dengan ukuran 2,5 cm x 20 cm rapi tidak ada benang lusi atau benang pakan yang menggantung dan tidak ada benang lusi dan atau benang pakan yang sama setiap contoh uji, 3 helai kearah lusi dan 3 helai kearah pakan. Contoh uji usahakan sesedikit mungkin dipegang. Kain cenderung menggulung usahakan didiamkan beberapa jam pada alas yang datar sehingga akan merata.
  • 7. 3. Cara Pengujian Letakkan alat mendatar pada meja. Contoh uji diletakkan pada bidang datar P dan alat dan salah satu ujungnya berimpit dengan tepi depan bidang datar P. penggeser S diletakkan pada contoh uji sehingga skala nol segaris dengan garis penunjuk D. Penggeser didorong kedepen sehingga contoh uji menjulur keluar dan tepi dengan bidang datar P dan melengkung ke bawah karena beratnya sendiri. Penggeser didorong terus sehingga tepi dengan contoh uji sebidang dengan garis L1 dan L2. Apabila contoh uji terpuntir maka titik tengah tepi dengan contoh uji harus sebidang dengan kedua garis L1 dan L2. Setelah 6 sampai 8 detik, panjang lengkung contoh uji dibaca pada skala penggeser yang lurus dengan garis batas pada alat. Untuk satu contoh uji pengujian dapat dilakukan pada empat tempat,yaitu depan atas, depan bawah, belakang atas, dan belakang bawah. Untuk memudahkan cara pengerjaan tersebut maka alat ukur kekakuan diletakkan sedemikian rupa sehingga skala terletak didepan penguji dan pada kedudukan yang memudahkan membaca skala pada penggeser S. kedudukan relatif tepi dengan contoh uji terhadap garis L1 dan L2 dapat dilihat pada cermin yang diletakkan atau ditempelkan pada salah satu sisi alat.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.