Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi jenis-jenis serat alam dan buatan melalui tiga uji yaitu uji pelarutan, pembakaran, dan mikroskop. Uji-uji tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan struktur serat, seperti kelarutan, sifat pembakaran, dan morfologi serat. Hasil uji memberikan petunjuk tentang jenis serat, meskipun tidak dapat digunakan untuk serat camp
3061524025 struktur fungsi kloroplas dan fotosintesis
Fabric's report
1. D-1 TEKSTIL 1
I. Maksud
Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi
karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji pelarutan, uji
pembakaran, dan uji mikroskop
II. Tujuan
- Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan menggunakan uji
pelarutan.
- Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran.
- Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat
penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop.
III. Teori Dasar
Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu serat yaitu,
morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi serat dilakukan
menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop dan cara
kimia mikro, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak
boleh dilakukan menurut satu cara yang sederhana saja. Pada serat alam, morfologi
seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan perbedaan yang besar antara satu dan
lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena
itu morfologi dari serat alam sangat menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya ,
sifat kimia serat alam perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun
oleh selulosa atau protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat
alam. Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat, karena
morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan seratnya, dan
bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan leleh akan selalu
menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi, sedangkan pemintalan kering
akan menghasilkan serat dengan penampang lintang berlekuk-lekuk. Sehingga pada serat
buatan, jenis serat yang berbeda dapat mempunyai bentuk serat yang sama, sebaliknya
satu jenis serat dapat mempunyai bentuk serat yang berbeda. Dengan demikian untuk
identifikasi serat buatan sifat kimia dan sifat fisika memegang peranan lebih penting
daripada morfologi seratnya.
1. UJI PEMBAKARAN, adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara
ini adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan
golongan serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk
identifikasi serat campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api.
Sumber nyala api yang paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang
mempergunakan bahan bakar gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari
bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang
tidak baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras
sehingga akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.
2. D-1 TEKSTIL 2
2. UJI PELARUTAN, berhubungan dengan sifat kimia serat. Uji ini sangat penting
terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama.
Dengan melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis
seratnya. Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut
kemudian diamati sifat kelarutannya. Pelarut yang umumnya digunakan adalah :
Asam khlorida = melarutkan serat Nylon
Asam khlorida pekat = pada suhu kamar akan melarutkan
Rayon viskosa, sutera, sutera tusah ( larut dengan lambat )
Asam sulfat 70% = pada suhu kamar akan melarutkan serat selulosa ( kapas,
rayon viskosa, rayon asetat ), nylon dan sutera
Asam nitrat = melarutkan rayon asetat, wol, poliakrilat dan nylon
Asam nitrat pekat = melarutkan akrilan
Asam asetat glasial = melarutkan rayon asetat
Aseton = melarutkan rayon asetat
Kalium hidroksida (KOH 5%) = semua serat binatang dan sutera larut, protein
diregenerasi dan sutera tusah larut sebagian, serat selulosa dan serat buatan tidak
larut
Kuproamonium hidroksida = melarutkan serat selulosa Natrium hipoklorit =
melarutkan wol dan sutera
Natriumhidroksida (NaOH 45%) = melarutkan polyester, wol, sutera, Dacron
pada suhu mendidih
Khloroform = melarutkan Vinyon HH
Fenol 90% = melarutkan nylon pada suhu 350 C
Metilena dikhlorida = melarutkan vinyon
Metil salisilat = melarutkan poliester
3. UJI MIKROSKOP Pemeriksaan serat dengan mikroskop terutama dimaksudkan
untuk mengetahui bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur,
dimensi, struktur bagian dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan
mikroskop merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi
serat dimana terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu
pengamatan dengan mikroskop adalah cara yang paling penting dan banyak
digunakan untuk identifikasi serat. Pada pengamatan secara melintang, prinsipnya
adalah serat dipotong secara melintang setipis mungkin sehingga dapat diamati
dibawah mikroskop. Pembuatan irisan melintang dapat menggunakan cara gabus,
mikroton tangan atau mikroton mekanis, sedangkan yang paling mudah dilakukan
adalah cara gabus.
4. D-1 TEKSTIL 4
- Benang jahit
- Gabus kecil
4. Cara Kerja
- Uji Pelarutan
Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu. Memasukkan 5 ml
pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan hati-hati. Memasukkan beberapa
helai serat yang akan diuji (jangan terlampau banyak) kedalam tabung reaksi yang telah
berisi pereaksi.
Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati
kelarutannya selama 5 menit. Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi
dapat dipanaskan dengan hati-hati. Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing
serat pada masingmasing pelarutnya.
- Uji Pembakaran
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne 1 10 dengan panjang 4-5
cm dan diberi puntiran. Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-
lahan. Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh, menggulung
atau terbakar mendadak. Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya
nyala api, dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.
Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api) maka segera
dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Tetapi jika serat tetap
menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup dan dicatat bau yang dikeluarkan oleh
serat yang terbakar itu. Setelah nyala api padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan
asap atau tidak. Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu
sisa pembakaran.
- Uji Mikroskop
Untuk Pengamatan Pandangan Memanjang Dari Serat
- Serat diletakkan sejajar diatas kaca objek dan dipisahkan satu sama lain agar tidak
menumpuk
- Kemudian ditutup dengan cover glass dan dari arah samping ditetesi medium air. Apabila
kelebihan air dihisap dari sisi lain (menggunakan kertas hisap/kertas saring)
- Preparat diamati dibawah mikroskop
- Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x, 100x
Untuk Pengamatan Pandangan Melintang dari Serat
- Jarum jahit yang berisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus, kemudian ditarik
kembali dengan meninggalkan lengkungan pada gabus
- Sekelompok serat yang telah diberi lak merah dimasukkan kedalam lengkungan benang,
kemudian ditarik keluar sehingga serat masuk kedalam tengah-tengah gabus dan terjepit
ditengan gabus, lak dibiarkan mengering
- Setelah lak kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang tajam sehingga serat
ditengah gabus ikut terpotong secara melintang
- Irisan melintang diamati dibawah mikroskop dengan cara seperti pada irisan memanjang
kami akan larut sebagian
5. D-1 TEKSTIL 5
- Preparat diamati dibawah mikroskop
- Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 45x, 100x
5. DISKUSI
Uji Pelarutan
Pada saat dilakukan uji pelarutan pada masing-masing dengan beberapa jenis pelarut
ternyata memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan literatur. Misalnya Pada pelarut
Metil salisilat dapat melarutkan poliester pada suhu tinggi. Suhu tinggi ini diperoleh
dengan cara memanaskan tabung reaksi berisi serat dan pelarutnya diatas pembakar
bunsen. Saat dilakukan pelarutan dengan Asam formiat, KOH 0,5% suhu kamar, NaOH
10% suhu kamar dan suhu tinggi, NaOH 45% suhu kamar, NaOCl 10%, Metil salisilat
dan aseton suhu kamar ternyata semua pelarut tersebut tidak bisa melarutnya semua jenis
serat yang diuji. Semua perbedaan yang terjadi pada saat praktikum antara lain
disebabkan karena pelarut yang digunakan kemungkinan sudah rusak, artinya mungkin
bisa saja pelarutnya dan zat yang digunakan sudah sering digunakan dan tutupnya tidak
ditutup lagi pada selesai praktek. Hal ini menyebabkan kestabilan konsentrasinya zat
berubah sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Untuk larutan KOH 10%
terjadi ledakan saat pengujian melalui proses pemanasan diatas pembakar Bunsen.
Uji Pembakaran
Pada saat uji pembakaran beberapa serat dipuntir dengan tujuan agar terbakarnya
lambat sehingga mudah diamati. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan korek api
gas dengan menggunakan pembakar bunsen kemudian serat dibakar dari samping. Pada
uji pembakaran ini indikator yang perlu diamati adalah asap yang ditimbulkan setelah
pembakaran, bau yang ditimbulkan setelah pembakaran, sifat pembakaran dan sisa
pembakarannya. Pada uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan
serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Pada umumnya
serat dari selulosa pada saat selesai dibakar tidak menimbulkan asap dan baunya seperti
kertas terbakar. Sifat pembakaran yang pada serat selulosa secara umum adalah serat
akan cepat terbakar dan akan meneruskan nyala api. Sedangkan sisa abu yang
ditimbulkan oleh pembakaran serat selulosa adalah abunya mudah rapuh dan berwarna
hitam. Perbedaan hasil indikator yang diamati pun terdapat pada serat yang berasal dari
protein. Meskipun sama serat alamnya, namun hasil pengamatan setelah pembakaran
berbeda dengan serat selulosa. Setelah pembakaran serat protein tidak mengeluarkan asap
dan bau yang ditimbulkan seperti rambut terbakar. Sifat pembakarannya pun berbeda
antara sutera dengan wool. Sutera bersifat tidak meneruskan nyala api sedangkan wool
bersifat meneruskan nyala api seperti serat selulosa. Sisa pembakaran yang ditimbulkan
oleh serat protein adalah abunya mudah rapuh dan terdapat bulatan hitam diujungnya.
Pada serat buatan seperti polyester, poliakrilat dan nylon hasil pembakarannya juga
memberikan hasil yang berbeda. Asap yang ditimbulkan dari pembakaran serat polyester
dan poliakrilat berwarna hitam sedangkan serat nylon asapnya berwarna putih. Namun
bau yang ditimbulkan dari pembakaran polyester, poliakrilat dan nylon adalah sama yaitu
seperti plastic terbakar. Bau seperti plastic terbakar terjadi karena polyester, poliakrilat
dan nylon merupakan serat buatan. Serat buatan ini sifat pembakarannya adalah meleleh
6. D-1 TEKSTIL 6
karena terbuat dari bahan semacam plastic yang mudah meleleh sedangkan sisa
pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam diujungnya.
Sedangkan untuk serat campuran uji pembakaran ini tidak bisa dipertanggungjawabkan
hasilnya. Seperti campuran polyester : kapas, setelah pembakaran mengeluarkan asap
hitam yang artinya kandungan poliesternya lebih banyak daripada kapas, sehingga bau
yang ditimbulkannya pun seperti plastic terbakar. Begitu pula dengan sifat pembakaran
yang meneruskan nyala api dan sisa pembakarannya abunya rapuh tetapi sedikit keras.
Pada campuran polyester : rayon dan polyester : wool setelah pembakaran tidak
menimbulkan asap yang berarti kandungan rayon dan woolnya lebih banyak daripada
poliesternya. Begitu pula dengan sifat pembakarannya yang meleleh dan abunya sedikit
keras dan rapuh
Uji Mikroskop
Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan ketelitian agar struktur serat yang
diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat yang digunakan harus dibersihkan agar pada
saat diamati dibawah mikroskop yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-
kotoran atau gelembung udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan
(air). Pada pengamatan penampang melintang dari serat harus disiapkan preparatnya
terlebih dahulu. Preparat ini dapat dibuat dengan irisan gabus.
Benang jahit yang telah dimasukkan kedalam jarum jahit ditusukkan ditengahtengah
gabus, setelah itu tinggalkan sedikit benang jahit yang telah masuk dan dorong kembali
jarum jahit kebawah. Kemudian beberarapa serat yang telah disiapkan dilamsukkan
kedalam lengkungan benang jahit tersebut dan diberi lak merah sampai kering atau
dimasukkan kedalam oven. Setelah kering benang jahit tersebut ditarik agar serat yang
telah diberi lak masuk kedalam gabus. Agar lak benar-benar kering gabus tersebut
kemudian diopen selama beberapa menit. Pembuatan irisan melintang pada gabus harus
setipis mungkin agar struktur serat yang akan diamati terlihat jelas dibawah mikroskop.
Pengamatan serat dilakukan secara membujur dan melintang. Pada pengamatan
membujur terlihat ada serat yang berpilin seperti pita, bersisik, permukaannya halus
karena merupakan serat buatan dan terdapat juga yang permukannya berambut.
Sedangkan pada pengamatan penampang melintangnya terlihat berbagai macam bentuk
serat yang seperti ginjal, segitiga, bulat, tulang anjing, lonjong,dan bergerigi. Bentuk
serat yang bermacam-macam ini tergantung pada golongannya misalnya serat alam, serat
buatan atau serat campuran.
7. D-1 TEKSTIL 7
6. KESIMPULAN
Uji Pelarutan
Dari hasil uji pelarutan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
- H2SO4 70% melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami,sutera, poliakrilat dan poliamida
- HCl 1:1 melarutkan serat poliamida/nylon
- HNO3 melarutkan serat rayon viskos, sutera, wool, poliakrilat dan poliamida
- Asam formiat melarutkan serat poliamida/ nylon
- KOH 10% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan pada suhu
panas melarutkan serat sutera dan wool
- NaOH 10% pada suhu kamar melarutkan sutera, dan poliéster kapas dan suhu panas
melarutkan serat sutera, wool dan poliéster kapas
- NaOCl 5% melarutkan serat sutera dan wool.
- Metilsalisilat pada suhu kamar tidak melarutkan serat samasekali sedangkan pada suhu
panas hanya melarutkan serat poliéster dan poliakrilat
- Ketidaksamaan hasil praktikum dengan literatur disebabkan karena pelarut yang
digunakan sudah tidak baik kestabilan konsentrasinya
Uji Pembakaran
Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan abu berbentuk serat dan berbau kertas
terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat selulosa
Apabila serat terbakar tanpa ada abu, berbau rambut terbakar meninggalkan kecil
diujungnya maka menunjukkan serat rambut/protein
Apabila serat meleleh membentuk bulatan kecil diujungnya dan bau asam asetat
menunjukan rayon asetat. Bau amida dengan bulatan kecil tak teratur menunjukkan serat
yang keras, serat nilon
Bau yang menyengat dan bulatan kecil menunjukkan serat polyester
Uji Mikroskop
- Untuk serat alam seperti kapas, rayon viskosa dan rami penampang membujurnya
berbentuk pipih berpilin seperti pita, seperti silinder dengan garisgaris sejajar dan
berkerut untuk serat rami. Sedangkan penampang melintangnya berbentuk ginjal (kapas),
bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong memanjang (rami).
- Panampang membujur dari serat protein adalah terdapat garis-garis ditengahnya (sutera),
dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang melintangnya berbentuk segitiga
(sutera) dan bulat agak lonjong (wool).
- Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon bentuk
penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang melintangnya bulat
yang rata/halus.