Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi, ciri khusus, budidaya, dan pemupukan tanaman lidah buaya. Dijelaskan bahwa lidah buaya berasal dari Afrika dan termasuk famili liliaceae. Proses budidaya meliputi persiapan lahan, pembuatan bedengan, penanaman bibit, dan pemupukan secara berkala.
1. Assalamua’alaikum kawan........
Dan salam sejahtera........
Disini kita akan mempelajari tentang klasifikasi “Lidah Buaya”
Atau dengan nama latin “Aloe Vera” ..
Kita akan membahas berasal dari mana “Lidah buaya” itu, cara
pemupukan,penanaman
Persiapan lahan,pemanenan,dan cara menanggulangi hama ..
OKE KAWAN....
SELAMAT MENIKMATI DAN MEMPELAJARI YA....
2. Aloe Vera/ Lidah Buaya
KLASIFIKASI LIDAH BUAYA (Aloe vera)
Lidah Buaya/Jadam
Aloe Vera (Ingg.), Aloe vera (Latin)) Famili: Liliaceae
ASAL: AFRIKA
KLASIFIKASI ALOE VERA:
Kingdom: Plantae
Clade: Angiosperms
Clade: Monocots
Order: Asparagales
Family: Xanthorrhoeaceae
Subfamily: Asphodeloideae
Genus: Aloe
Species: A. vera
3. Ciri Khusus Lidah Buaya – Ciri ciri Khusus Lidah Buaya
-Lidah buaya adalah tumbuhan saka, sukulen separa-tropika
-Mempunyai Akar serabut yang kuat dan daun hijau ke kelabu-hijau yang
banyak, berisi tebal, dan bergerigi.
-Pokok lidah buaya boleh menerima cahaya matahari penuh atau separa penuh
untuk hidup
-Lebar pokok boleh mencecah 60-120 cm manakala panjang pokok ialah
sehingga 80cm pada peringkat matang
-Bunga pokok pula ialah kuning 30 mm panjang pada beberapa batang jambak
bunga
-Apabila ditanam secara komersial, pokok lidah buaya dituai setiap enam
hingga delapan minggu dengan mengambil tiga ke empat daun per pokok.
-Lidah buaya adalah antara tumbuhan yang membebaskan oksigen dan
menyerap karbon dioksida walaupun berada dalam keadaan gelap, membuatkan
ia sesuai diletakkan dalam bilik tidur
4. BUDIDAYA TANAMAN LIDAH BUAYA
Udara panas tapi sering juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai
tanaman hias.Daunnya meruncing berbentuk taji.Tebalnya kira-kira 1 cm.
Dalamnya bening.Daun ini getas dan tepinya bergerigi.Panjangnya bisa
sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah
yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya
dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk
dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan
sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya.
Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat
genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya
mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.
Teknik budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
5. 1. Penyiapan Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya tanaman
lidah buaya, terlebih dahulu harus dibuat parit keliling yang berfungsi untuk membuang
air tanah yang berlebihan (drainase).
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus diperhatikan.
Bibit mungkin akan berwarna kemerah-merahan karena belum beradaptasi dengan
lingkungan. Dengan pengairan yang cukup, seminggu setelah pembibitan, bibit akan
menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari stres lingkungan akibat pemisahan dari
induk. Pengairan yang berlebihan harus dicegah karena bibit mudah busuk akibat
serangan cendawan pada keadaan lembab.
Parit/saluran air dibuat disekeliling lahan dan
pada arah memotong tengah areal lahan dengan ukuran parit: lebar atas 50 cm, lebar
bawah : 35 cm dan kedalaman berkisar 50-60 cm (tergantung tebal lapisan gambut dan
kondisi genangan air tanahnya).
6. Ukuran Parit Keliling dan Parit Tengah Memotong Lahan
2. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lahan dari
semua vegetasi yang ada dengan cara menebas dan menebang pohon
semak belukar sampai semua vegetasi/tumbuhan terpotong.
Selanjutnya tebasan dibiarkan hingga kering, untuk batang kayu yang
bisa diangkut dan dikumpulkan menjadi satu ditempat pembakaran,
untuk semak belukar yang kering dikumpulkan dan dibakar ditempat,
setelah lahan bersih pekerjaan berikutnya adalah pembuatan
bedengan/guludan.
7. `3. Pembuatan Bedengan/Guludan
Pembuatan bedengan/guludan sekaligus merupakan pengolahan tanah atau pecangkulan,
bedengan/guludan dibuat dengan ukuran disesuaikan dengan jarak tanam yang akan
digunakan, antara lain :
a. Jarak tanam : 1,25 m x 1,00 m (Populasi : 8. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
Bedengan untuk jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75 cm dan tinggi 20-
30 cm, dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan atau tergantung selera/keinginan,
tapi ada juga yang membuat bedengan dengan panjang 25 meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau 1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka lahan yang sudah
bersih langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (ajir), dengan demikian
bedengan tanaman akan terbentuk setelah bibit tanaman lidah buaya sudah ditanam
sekaligus merupakan pembumbunan tanaman.
8. 4. Penyiapan Sarana Produksi
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik dan
anorganik), abu, kulit udang atau busukan ikan (bila mudah diperoleh) dan
fungisida.
Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus dipersiapkan dengan baik sejak
pengolahan lahan dimulai yaitu bibit tanaman lidah buaya, sudah berumur 3 atau 4
bulan dan telah didederkan selama minimal 1 bulan, bibit dapat diambil dari anakan
langsung yang telah mencapai ukuran sebesar ibu jari dengan tinggi 10 cm – 15 cm,
selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam pada tempat pendederan
yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm),
selama pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan pemupukan (pupuk
kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai tanda jarak
tanam dan tempat penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari) sebelum tanam,
pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x
20cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan, selanjutnya masukkan/tempatkan
campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk kandang dan kulit udang ke dalam
lubang tanam dan tutup lagi dengan tanah dan letakkan lagi ajir tepat ditengah
lubang, sebagai tanda untuk menanamkan bibit lidah buaya.
9. .
6. Bibit Lidah Buaya
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat pencabutan
bibit dari tempat pendederan. Bibit lidah buaya umumnya berukuran tinggi 20 –
30 cm dengan minimal 6 (enam) daun pelepah.
Anakan yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari
tanaman induk (ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk
pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini sangat penting dilakukan agar
tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun
setek batang.Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di
polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat bedengan
berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x
10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak
terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras
tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi
pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng dan diaduk secara
merata.Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan
cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan bibit.
Sedangkan pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur
pupuk kandang 1 : 1 atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap
dua minggu. Setelah itu polibag ditaruh di tempat yang cukup teduh namun
masih terkena sinar matahari
10. 7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak terdapat luka pada daun
pelepah.Pencabutan bibit dapat dilakukan bersamaan dengan saat hari tanam (tidak
dimalamkan atau terlalu lama terkena sinar matahari langsung/berjemur).
Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang
terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang
akan menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika
lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang telat akan menyebabkan
tanaman layu dan daun berubah warna kuning kemerahan yang memerlukan waktu agar
pulih kembali.
Setelah 3-4 hari dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah
tanamkan di lapangan yakni pada lubang yang sudah diberikan campuran pupuk.
Penanaman bibit dengan cara dibenamkan sedalam 4 cm – 6 cm dan tanah disekitar bibit
dipadatkan agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman hendaknya dilakukan pada pagi
hari (jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam 16.00).
Setelah 10 – 14 hari setelah tanam, dilakukan pengamatan terhadap bibit, apabila
terdapat bibit yang mati segera dilakukan penyulaman. Penyulaman di lahan
dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah tanam), yakni dengan cara
mengganti tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya dengan tanaman baru.
Jumlah bibit yang diperlukan tergantung jarak tanam yang digunakan dan umumnya
berjumlah 8.000 tanaman/hektar (jarak tanam 1,00 x 1,25 m).
11. 8. Pengendalian Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman lidah buaya umumnya sedikit dan tidak serius, namun bila terdapat
luka pada daun pelepah kemungkinan akan terserang penyakit busuk yang disebabkan oleh
fungi (cendawan) atau bila pada penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam sering
terlihat serangan penyakit busuk pangkal akar yang disebabkan oleh Erwinia
chrysanthemi.
Pada tanaman lidah buaya yang kekurangan unsur kalium sangat mudah terserang
penyakit spot daun (ujung pelepah menjadi kering atau terdapat bercak-bercak hitam) yang
disebabkan oleh fusarium solani atau alternaria alternata.
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit.Terkadang ulat atau belalang menyerang
daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga ditemui hama yang menyerang akar
dan batang lidah buaya, terutama saat pembibitan. Sedangkan penyakit yang menyerang
terutama busuk basah akibat cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida hanya
dilakukan bila serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.
Pada tanaman lidah buaya yang dirawat secara intensif (pupuk berimbang) jarang sekali
bahkan tidak pernah terlihat gejala serangan penyakit. Namun pada tanaman lidah buaya
yang penyediaan unsur haranya tidak seimbang terutama apabila kelebihan unsur nitrogen
(N) akan terlihat pada daun pelepah yang sekulen berlebihan mudah terserang penyakit
yang disebabkan oleh fungi, karena serat yang terdapat dalam daun pelepah tidak kuat.
Tanaman lidah buaya yang terserang penyakit cendawan baik di akar atau di daun
pelepahnya segera harus dimusnahkan dan tanaman yang belum terserang di semprot
dengan fungisida.
12. 9. Pemupukan Tanaman
Tanaman lidah buaya sangat diharapkan pertumbuhan vegetatifnya yang subur
karena daun pelepahnya yang akan di panen. Untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman lidah buaya yang baik harus dilakukan penambahan unsur hara melalui
pemupukan.
Pemupukan dilakukan dengan dosis berdasarkan umur tanaman dan diberikan
dengan kontinyu pada waktu yang telah ditentukan. Secara rinci pelaksanaan
pemupukan tanaman lidah buaya sebagai berikut :
a). Pupuk Dasar : diberikan 3-4 hari sebelum tanam terdiri dari :
Pupuk Kandang = 200 gram/pohon
Pupuk Urea = 20 gram/pohon
Pupuk TSP = 10 gram/pohon
Pupuk KCL = 10 gram/pohon
Abu Tanaman = 25 gram/pohon
Kulit Udang = 25 gram/pohon
Ketujuh jenis sarana produksi (pupuk) ini dicampur merata dan masukan ke
dalam lubang tanaman untuk selanjutnya ditutup lagi dengan
tanah yang diambil dari sekitar lubang.
13. b). Pupuk Susulan tahun 1 : pupuk ini mulai diberikan pada umur tanaman 1,5-2
bulan setelah tanam, terdiri dari :
Pupuk Urea = 20 gram/tanaman
Pupuk TSP = 10 gram/tanaman
Pupuk KCL = 10 gram/tanaman
(selanjutnya diberikan setiap 2 bulan sekali)
Sedangkan untuk pupuk kandang, abu dan kulit udang diberikan setiap 24
minggu sekali (6 bulan sekali) dengan dosis :
Pupuk Kandang = 250 gram - 300 gram/tanaman
Abu Tanaman = 30 gram - 50 gram/tanaman
Kulit Udang = 25 gram - 40 gram/tanaman
Pada pemberian pupuk susulan tahun II, dosis pupuk anorganik ditingkatkan lagi,
begitu juga dengan tahun III dan Ke IV dan seterusnya pemupukan dilakukan dengan
cara dibenamkan ditengah-tengah antara tanaman dalam bedengan.
14. 10. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan pada saat sebelum dilakukan pemupukan susulan, namun
demikian penyiangan dapat saja dilakukan secepatnya bila gulma disekitar
tanaman lidah buaya sudah terlihat banyak yang tumbuh.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau kored,
bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembersihan alur antar bedengan dan
menaikkan tanah-tanah yang turun dari bedengan karena curah hujan.
Penyiangan pada tanaman lidah buaya sangat penting dilakukan karena
pertumbuhan gulma yang cenderung pesat dan menganggu tanaman.
Disamping pekerjaan yang bersamaan dengan penyiangan, bagi tanaman yang
sudah berumur 1 tahun keatas akan terlihat anakan lidah buaya yang harus
dibuang atau dipisahkan untuk didederkan dan ditanam kembali atau untuk di
jual.
15. 11. Panen dan Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki
umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan
pemanenan.
Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian
bawah) berkisar 40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan
berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali
sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada
hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat pertumbuhan
tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam
hamparan yang sama tetapi lain tanaman.
Panen dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah) dengan cara menyobek
bagian bawah daun pelepah yang menempel pada batang tanaman dan
penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam serta tidak
melukai daging pelepah maupun batang tanaman.
16. 11. Panen dan Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki
umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan
pemanenan.
Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian
bawah) berkisar 40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan
berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali
sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada
hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat pertumbuhan
tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam
hamparan yang sama tetapi lain tanaman.
Panen dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah) dengan cara menyobek
bagian bawah daun pelepah yang menempel pada batang tanaman dan
penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam serta tidak
melukai daging pelepah maupun batang tanaman.
17. 13. Produksi
Produksi lidah buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman lidah
buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya.
Untuk tanaman yang berumur 10-12 bulan berat pelepah mencapai 0,6 kg,
apabila populasi tanaman mencapai 8.000 (jarak tanaman 1,00 m x 1,25 m) dan
yang dapat dipanen diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha,
masing-masing tanaman
Dipanen sebanyak satu pelepah,maka :
Produksi/ha/bulan = 80 % x 8.000 x 0,6 kg = 3.840 kg.
Produksi/ha/tahun = 12 x 3.840 kg = 46.080 kg
c. Kemampuan menjangkau sasaran
Kemampuan daya menerangkan leaflet sudah cukup baik karena kalimat yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang sudah umum
dikalangan petani. Istilah-istilah yang dipergunakanpun tidak begitu
banyak.Istilah yang dipergunakan merupakan istilah umum bidang pertanian
dan dibelakang istilah tersebut telah dibubuhkan artinya adalah bahasa yang
mudah dipahami oleh petani. Dengan demikian leaflet ini dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya
petani
18. Hama Yang Menyerang Tanaman Lidah Buaya
1. Hama Ulat Pemakan Daun
Kerusakan akibat serangan hama belum dilaporkan secara serius. Hama yang
sering menggangu adalah ulat penggerak daun pada tanaman muda. Ulat ini
sangat menggangu karena mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Pengendalian hama ini dilakukan dengan : menyemprotkan insektisida
2. Hama Bekicot
Hama bekicot dan sejenis siput kecil merusak daun. Pengendalian hama bekicot
dapat dilakukan secara manual. Hewan lunak ini cukup mudah di tangkap dan di
bunuh atau di kumpulkan untuk di jadikan pakan ayam atau itik. Hama ini
sangat menyukai tempat yang lembab. Lubang dan semak-semak yang lembab
merupakan tempat yang cocok untuk bertelur dan berkembang baik. Oleh karena
itu, sanitasi lingkungan sangat di butuhkan untuk mengatasi hama ini.
19. Pengendalian Hama Lidah Buaya
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mengatur drainase tanah agar
lancar, karena cendawan ini sangat menyukai lahan yang drainasenya jelek dan
lembab.
Tanaman yang terserang harus di musnahkan dengan cara di bakar dan tempat
bekas tanaman diisolasi agar tidak menularkan pada tanaman lain.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan fungisida yang
berbahan aktif dazomet, captafol, atau benomyl, seperti Basamid G, Benlete atau
vapam. Penggunaannya dengan cara di semprotkan.