SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
    BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN



                          SALINAN
        PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
                   DAN LEMBAGA KEUANGAN

                         NOMOR: PER- 04 /BL/2007

                                TENTANG

  AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERUSAHAAN
         PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

                KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
                     DAN LEMBAGA KEUANGAN,


Menimbang        : a. bahwa kegiatan ekonomi berbasis syariah harus
                      dilaksanakan berdasarkan asas kesepakatan diantara para
                      pelaku kegiatan ekonomi;
                   b. bahwa dalam syariah Islam asas-asas kesepakatan dalam
                      kegiatan ekonomi diatur dalam berbagai bentuk perjanjian
                      (akad);
                   c. bahwa dalam rangka memberikan kerangka hukum yang
                      memadai terhadap akad syariah yang menjadi dasar
                      kegiatan ekonomi di industri perusahaan pembiayaan,
                      maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan
                      Bapepam dan Lembaga Keuangan tentang Akad-akad
                      Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan Pembiayaan
                      Berdasarkan Prinsip Syariah;
Mengingat        : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
                      Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor
                      106 Tahun 2007);
                   2. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang
                      Lembaga Pembiayaan (Lembaran Negara Republik
                      Indonesia Tahun 1988 Nomor 53);
                   3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
                   4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
                      tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing);
                   5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006
                      tentang Perusahaan Pembiayaan;
                   6. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
                      Lembaga Keuangan Nomor Per-      /BL/2007 tentang
                      Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
                      Syariah;
Memperhatikan    : Surat Dewan Syariah Nasional–Majelis Ulama Indonesia
                   (DSN-MUI) Nomor: B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal       29
                   Nopember 2007 perihal Pernyataan DSN-MUI Atas Peraturan
                   Bapepam dan LK;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
    BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                                -2-
                                      MEMUTUSKAN:

Menetapkan   : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR
               MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG AKAD-
               AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN
               PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP
               SYARIAH.

                                         BAB I

                                 KETENTUAN UMUM
                                        Pasal 1

              Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
              1. Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak
                 guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
                 dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan
                 Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan
                 penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan
                 barang itu sendiri.
              2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana
                 untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
                 dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah),
                 antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
                 (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi
                 pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada
                 penyewa setelah selesai masa sewa.
              3. Istishna’ adalah akad pembiayaan untuk pemesanan
                 pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
                 persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
                 (pembeli, mustashni`) dan penjual (pembuat, shani`) dengan
                 harga yang disepakati bersama oleh para pihak.
              4. Ketua adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
                 Lembaga Keuangan.
              5. Murabahah adalah akad pembiayaan untuk pengadaan
                 suatu barang dengan menegaskan harga belinya (harga
                 perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya
                 secara angsuran dengan harga lebih sebagai laba.
              6. Perusahaan Pembiayaan adalah Perusahaan Pembiayaan
                 sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri
                 Keuangan tentang Perusahaan Pembiayaan.
              7. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang
                 menjadi pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan
                 dan transaksi antara lembaga keuangan atau lembaga
                 bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan akan diatur
                 oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
                 MUI).
              8. Salam adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                             -3-
             barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga
             lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati
             para pihak.
          9. Wakalah bil Ujra adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak
             (al muwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang
             boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).

                                      BAB II

                                   Bagian Pertama
                                      IJARAH
                                      Pasal 2

          (1) Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
              (muajjir) antara lain meliputi:
              a. memperoleh pembayaran sewa dan atau biaya lainnya
                 dari penyewa (musta’jir); dan
              b. mengakhiri akad Ijarah dan menarik obyek Ijarah
                 apabila penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar
                 sewa sebagaimana diperjanjikan.
          (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
              (muajjir) antara lain meliputi:
              a. menyediakan obyek Ijarah yang disewakan;
              b. menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah; dan
              c. menjamin obyek Ijarah yang disewakan tidak terdapat
                 cacat dan dapat berfungsi dengan baik.

                                      Pasal 3

          (1) Hak penyewa (musta’jir) antara lain meliputi:
              a. menerima obyek Ijarah dalam keadaan baik dan siap
                 dioperasikan; dan
              b. menggunakan obyek Ijarah yang disewakan sesuai
                 dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan.
          (2) Kewajiban penyewa (musta’jir) antara lain meliputi:
              a. membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang
                 diperjanjikan;
              b. mengembalikan obyek Ijarah apabila tidak mampu
                 membayar sewa;
              c. menjaga dan menggunakan obyek Ijarah sesuai yang
                 diperjanjikan; dan
              d. tidak   menyewakan       kembali      dan      atau
                 memindahtangankan obyek Ijarah kepada pihak lain.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                               -4-

                                       Pasal 4

          Obyek Ijarah adalah berupa barang modal yang memenuhi
          ketentuan antara lain:
          a. obyek Ijarah merupakan milik dan atau dalam penguasaan
             Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir);
          b. manfaat obyek Ijarah harus dapat dinilai;
          c. manfaat obyek Ijarah harus dapat diserahkan Penyewa
             (musta’jir);
          d. pemanfaatan obyek Ijarah harus bersifat tidak dilarang
             secara syariah (tidak diharamkan);
          e. manfaat obyek Ijarah harus dapat ditentukan dengan jelas;
             dan
          f. spesifikasi obyek Ijarah harus dinyatakan dengan jelas,
             antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka
             waktu pemanfaatannya.

                                       Pasal 5

          Obyek Ijarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 antara lain:
          a. alat-alat berat (Heavy Equipment);
          b. alat-alat kantor (Office Equipment);
          c. alat-alat foto (Photo Equipment);
          d. alat-alat medis (Medical Equipment);
          e. alat-alat printer (Printing Equipment);
          f. mesin-mesin (Machineries);
          g. alat-alat pengangkutan (Vehicle);
          h. gedung (Building);
          i. komputer; dan
          j.   peralatan telekomunikasi atau satelit.

                                       Pasal 6

          Persyaratan penetapan harga sewa (ujrah) atas obyek Ijarah
          wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
          a. besarnya harga sewa (ujrah) atas obyek Ijarah dan cara
             pembayaran ditetapkan menurut kesepakatan yang dibuat
             dalam akad secara tertulis; dan
          b. alat pembayaran harga sewa (ujrah) obyek Ijarah adalah
             berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai yang
             sama yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                              -5-

                                       Pasal 7

          Dalam Ijarah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
          a. identitas Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
             (muajjir) dan penyewa (musta’jir);
          b. spesifikasi obyek Ijarah meliputi nama, jenis, jumlah,
             ukuran, tipe dan lokasi penggunaan/penempatan obyek
             Ijarah;
          c. spesifikasi manfaat obyek Ijarah;
          d. harga perolehan, nilai pembiayaan, dan pembayaran sewa
             Ijarah;
          e. jangka waktu sewa;
          f. saat penyerahan obyek Ijarah;
          g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum
             jatuh tempo;
          h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa
             sewa;
          i. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh
             masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan,
             kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Ijarah;
          j.   ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan obyek Ijarah
               oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
               (muajjir) kepada pihak lain; dan
          k. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

                                       Pasal 8

          Dokumentasi dalam Ijarah oleh Perusahaan Pembiayaan
          sebagai pemberi sewa (muajjir) paling kurang meliputi:
          a. surat persetujuan prinsip (offering letter);
          b. akad Ijarah;
          c. perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa; dan
          d. tanda terima barang.

                                    Bagian Kedua
                       IJARAH MUNTAHIAH BIT TAMLIK
                                       Pasal 9

          (1) Dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiah Bit Tamlik,
              Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir)
              wajib membuat wa’ad, yaitu janji pemindahan kepemilikan
              obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik pada akhir masa sewa.
          (2) Wa’ad sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tidak
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                             -6-
              mengikat bagi penyewa (musta’jir) dan apabila wa’ad
              dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat
              akad pemindahan kepemilikan.

                                      Pasal 10

          (1) Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
              (muajjir) antara lain adalah:
             a. memperoleh         pembayaran    sewa   dari      penyewa
                (musta’jir);
             b. Menarik obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik apabila
                penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar sewa
                sebagaimana diperjanjikan; dan
             c. Pada akhir masa sewa, mengalihkan obyek Ijarah
                Muntahiah Bit Tamlik kepada penyewa lain yang
                mampu dalam hal penyewa (musta’jir) sama sekali
                tidak mampu untuk memindahkan kepemilikan obyek
                Ijarah Muntahiah Bit Tamlik atau memperpanjang masa
                sewa atau mencari calon penggantinya.
          (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
              (Muajjir) antara lain adalah:
              a. Menyediakan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik yang
                 disewakan;
              b. Menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah
                 Muntahiah Bit Tamlik kecuali diperjanjikan lain; dan
              c. Menjamin obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik tidak
                 terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik.

                                      Pasal 11

          (1) Hak penyewa (musta’jir) antara lain adalah:
             a. menggunakan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik sesuai
                dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan;
             b. menerima obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik dalam
                keadaan baik dan siap dioperasikan;
             c. pada akhir masa sewa, memindahkan kepemilikan
                obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, atau memperpanjang
                masa sewa, atau mencari calon penggantinya dalam hal
                tidak mampu untuk memindahkan hak kepemilikan
                atas obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik atau
                memperpanjang masa sewa; dan
             d. membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan;
          (2) Kewajiban penyewa (musta’jir) antara lain adalah:
              a. membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan;
              b. menjaga dan menggunakan obyek Ijarah Muntahiah Bit
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                               -7-
                   Tamlik sesuai yang diperjanjikan;
               c. tidak menyewakan kembali obyek Ijarah Muntahiah Bit
                  Tamlik kepada pihak lain; dan
               d. melakukan pemeliharaan kecil (tidak           material)
                  terhadap obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik.

                                      Pasal 12

          Obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik adalah berupa barang modal
          yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
          a. obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik merupakan milik
             Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir);
          b. manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang;
          c. manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa (musta’jir);
          d. manfaatnya tidak diharamkan oleh syariah Islam;
          e. manfaatnya harus ditentukan dengan jelas; dan
          f. spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain
             melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu
             pemanfataannya.

                                      Pasal 13

          Obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik sebagaimana dimaksud
          dalam Pasal 12 antara lain:
          a. alat-alat berat (Heavy Equipment);
          b. alat-alat kantor (Office Equipment);
          c. alat-alat foto (Photo Equipment);
          d. alat-alat medis (Medical Equipment);
          e. alat-alat printer (Printing Equipment);
          f. mesin-mesin (Machineries);
          g. alat-alat pengangkutan (Vehicle);
          h. gedung (Building);
          i. komputer; dan
          j.   peralatan telekomunikasi atau satelit.

                                      Pasal 14

          (1) Harga sewa (ujrah) dan cara pembayaran atas obyek Ijarah
              Muntahiah Bit Tamlik ditetapkan berdasarkan kesepakatan
              di awal akad.
          (2) Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan obyek Ijarah
              Muntahiah Bit Tamlik ditetapkan setelah berakhirnya masa
              sewa.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                              -8-

          (3) Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan sebagaimana
              dimaksud pada ayat (2) dibuat secara tertulis dalam
              perjanjian pemindahan kepemilikan.
          (4) Alat pembayaran atas harga sebagaimana dimaksud pada
              ayat (1) dan ayat (2) adalah berupa uang atau bentuk lain
              yang memiliki nilai yang sama dan tidak dilarang secara
              syariah.


                                       Pasal 15

          Dalam Ijarah Muntahiah Bit Tamlik paling kurang memuat hal-
          hal sebagai berikut:
          a. identitas Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
             (muajjir) dan penyewa (musta’jir);
          b. spesifikasi obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik meliputi nama,
             jenis, jumlah, ukuran, tipe dan lokasi penggunaan obyek
             sewa;
          c. spesifikasi manfaat obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
          d. harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran harga
             sewa (ujrah), ketentuan jaminan dan asuransi atas obyek
             Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
          e. jangka waktu sewa;
          f. saat penyerahan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
          g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum
             jatuh tempo;
          h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa
             sewa;
          i. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh
             masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan,
             kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Ijarah Muntahiah
             Bit Tamlik;
          j.   ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan obyek Ijarah
               Muntahiah Bit Tamlik oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai
               pemberi sewa (muajjir) kepada pihak lain; dan
          k. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

                                       Pasal 16

          Dokumentasi dalam Ijarah Muntahiah Bit Tamlik oleh
          Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) paling
          kurang meliputi:
          a. surat permohonan Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
          b. surat persetujuan prinsip (offering letter);
          c. akad Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -9-

          d. dokumen wa’ad;
          e. perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa;
          f. tanda terima barang; dan
          g. perjanjian pemindahan kepemilikan.


                                    BAB III

                            WAKALAH BIL UJRAH
                                    Pasal 17

          Hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan (wakil) antara lain:
          a. menagih piutang pengalih piutang (muwakkil) kepada
             pihak yang berhutang (muwakkal ’alaih);
          b. dapat memperoleh upah (ujrah) atas jasa penagihan
             piutang pengalih piutang (muwakkil) dalam hal
             diperjanjikan;
          c. meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with
             recourse) atau tidak meminta jaminan dari pengalih piutang
             (muwakkil) (without recourse); dan
          d. membayar atau melunasi hutang pihak yang berhutang
             (muwakkal ’alaih) kepada pengalih piutang (muwakkil).

                                    Pasal 18

          Hak dan kewajiban pengalih piutang (muwakkil) antara lain:
          a. memperoleh pelunasan         piutang   dari    Perusahaan
             Pembiayaan selaku wakil;
          b. membayar upah (ujrah) atas jasa pemindahan piutang
             sesuai yang diperjanjikan;
          c. dapat menyediakan jaminan kepada Perusahaan
             Pembiayaan selaku wakil dalam hal diperjanjikan; dan
          d. memberitahukan kepada pihak yang berhutang (muwakkal
             ’alaih) mengenai transaksi pemindahan piutang kepada
             Perusahaan Pembiayaan selaku wakil.

                                    Pasal 19

          Hak dan kewajiban pihak yang berhutang (muwakkal ’alaihl)
          antara lain:
          a. memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi
             pemindahan hutangnya dari pengalih piutang (muwakkil)
             kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil; dan
          b. membayar atau melunasi hutang kepada Perusahaan
             Pembiayaan selaku wakil.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                              -10-


                                       Pasal 20

          Piutang (muwakkal bih) yang menjadi obyek Wakalah bil Ujrah
          adalah piutang jangka pendek yang jatuh temponya kurang
          dari 1 (satu) tahun yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
          a. piutang pengalih piutang (muwakkil) yang dipindahkan
             kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil harus
             dipastikan oleh para pihak belum jatuh tempo dan tidak
             dalam kategori piutang macet;
          b. piutang yang dialihkan bukan berasal dari transaksi yang
             diharamkan oleh syariah Islam; dan
          c. piutang pengalih piutang (muwakkil) harus dibuktikan
             dengan dokumen tagihan dan dipastikan keasliannya oleh
             para pihak.

                                       Pasal 21

          (1) Wakalah bil Ujrah antara Perusahaan Pembiayaan selaku
              wakil, pengalih piutang (muwakkil), dan pihak yang
              berhutang (muwakkal, alaih) wajib ditetapkan secara
              tertulis dalam akad Wakalah bil Ujrah.
          (2) Dalam Wakalah bil Ujrah paling kurang memuat hal-hal
              sebagai berikut:
              a. identitas Perusahaan Pembiayaan selaku wakil,
                 pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang berhutang
                 (muwakkal’ alaih);
              b. nilai, jumlah dan waktu jatuh tempo piutang (muwakkal
                 bih);
              c. ketentuan mengenai upah (ujrah) (jika ada);
              d. ketentuan jaminan yang diperoleh               Perusahaan
                 Pembiayaan (wakil) (jika ada);
              e. ketentuan mengenai cara-cara pembayaran hutang
                 atau piutang oleh Perusahaan Pembiayaan selaku
                 wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang
                 berhutang (muwakkal’ alaih); dan
              f. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

                                       Pasal 22

          Dokumentasi dalam Wakalah bil Ujrah oleh Perusahaan
          Pembiayaan selaku wakil paling kurang meliputi:
          a. surat persetujuan prinsip (offering letter);
          b. akad Wakalah bil Ujrah sebagai induk perjanjian;
          c. perjanjian pengikatan jaminan;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -11-

          d. bukti hutang piutang;
          e. surat permohonan realisasi Wakalah bil Ujrah; dan
          f. bukti pelunasan.


                                     BAB IV

                                   MURABAHAH
                                     Pasal 23

          (1) Murabahah dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
              pesanan.
          (2) Dalam pelaksanaan Murabahah berdasarkan pesanan,
              Perusahaan Pembiayaan sebagai penjual (ba’i) melakukan
              pembelian barang setelah ada pemesanan dari konsumen
              sebagai pembeli (musytari).
          (3) Murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat atau
              tidak mengikat pihak yang berhutang untuk membeli
              barang yang dipesannya.
          (4) Dalam pelaksanaan Murabahah berdasarkan pesanan
              bersifat mengikat, konsumen sebagai pembeli (musytari)
              tidak dapat membatalkan pesanannya.

                                     Pasal 24

          (1) Hak Perusahaan Pembiayaan antara lain:
              a. memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar
                 harganya secara angsuran sesuai yang diperjanjikan;
              b. mengambil kembali obyek Murabahah apabila
                 konsumen sebagai pembeli (musytari) tidak mampu
                 membayar angsuran sebagaimana diperjanjikan; dan
              c. menentukan penyedia barang           (supplier)   dalam
                 pembelian obyek Murabahah.
          (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai penjual (ba’i)
              antara lain:
              a. menyediakan obyek Murabahah sesuai yang disepakati
                 bersama dengan konsumen sebagai pembeli (musytari);
                 dan
              b. menjamin obyek Murabahah tidak terdapat cacat dan
                 dapat berfungsi dengan baik.

                                     Pasal 25

          Dalam menyediakan obyek Murabahah sebagaimana dimaksud
          dalam Pasal 25 huruf c, Perusahaan Pembiayaan dapat
          mewakilkan pembelian barang tersebut kepada konsumen
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -12-
          berdasarkan prinsip wakalah, yaitu perjanjian (akad) dimana
          pihak yang memberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa
          kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan
          tindakan atau perbuatan tertentu.

                                    Pasal 26

          Hak dan kewajiban konsumen antara lain:
          a. menerima obyek Murabahah dalam keadaan baik dan siap
             dioperasikan;
          b. membayar angsuran dan biaya-biaya lainnya sesuai yang
             diperjanjikan; dan
          c. mengembalikan atau menitipjualkan obyek yang dibiayai.

                                    Pasal 27

          Obyek Murabahah harus memenuhi ketentuan paling kurang:
          a. dapat dinilai dengan uang;
          b. dapat diterima oleh konsumen;
          c. tidak dilarang oleh syariah Islam; dan
          d. spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain
             melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu
             pemanfataannya.

                                    Pasal 28

          Obyek Murabahah di antaranya meliputi:
          a. kendaraan bermotor ;
          b. rumah;
          c. barang-barang elektronik;
          d. alat-alat rumah tangga bukan elektronik; dan
          e. barang konsumsi lainnya.

                                    Pasal 29

          Persyaratan penetapan harga barang dalam Murabahah wajib
          memenuhi ketentuan sebagai berikut:
          a. ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan di awal perjanjian
             dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian;
          b. pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
             angsuran;
          c. diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang
             untuk cara pembayaran yang berbeda; dan
          d. harga yang disepakati adalah harga jual (harga perolehan)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                           -13-
             sedangkan harga      beli   harus   diberitahukan   kepada
             konsumen; dan

                                    Pasal 30

          Persyaratan penetapan uang muka (’urbun) dalam Murabahah
          wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
          a. Perusahaan   Pembiayaan     diperbolehkan  meminta
             konsumen untuk membayar uang muka (’urbun) saat
             menandatangani kesepakatan awal pemesanan;
          b. dalam hal konsumen menolak untuk membeli barang
             tersebut, maka biaya riil Perusahaan Pembiayaan harus
             dibayar dari uang muka (’urbun) tersebut; dan
          c. dalam hal nilai uang muka (’urbun) lebih kecil dari
             kerugian yang harus ditanggung oleh Perusahaan
             Pembiayaan, maka Perusahaan Pembiayaan dapat meminta
             kembali sisa kerugiannya kepada konsumen.

                                    Pasal 31

          Persyaratan mengenai pengakhiran transaksi Murabahah
          sebelum jatuh tempo wajib memenuhi ketentuan sebagai
          berikut:
          a. dalam hal konsumen dalam Murabahah melakukan
             pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah
             disepakati,  Perusahaan    Pembiayaan     diperbolehkan
             memberikan potongan dari kewajiban pembayaran
             tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad
             Murabahah; dan
          b. besarnya potongan sebagaimana dimaksud pada huruf a
             diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan Perusahaan
             Pembiayaan.

                                    Pasal 32

          Apabila konsumen telah dinyatakan pailit dan gagal
          menyelesaikan hutang dalam Murabahah, maka Perusahaan
          Pembiayaan wajib menunda tagihan hutang sampai dengan
          konsumen ia menjadi sanggup kembali membayar tagihan
          hutang atau adanya penyelesaian berdasarkan kesepakatan
          bersama.

                                    Pasal 33

          Persyaratan penetapan sanksi dalam Murabahah harus sesuai
          ketentuan sebagai berikut:
          a. konsumen yang mampu, namun menunda-nunda
             pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                              -14-
               itikad baik untuk membayar angsuran dapat dikenakan
               sanksi;
          b. sanksi dapat berupa denda sosial (ta’zir ) ataupun ganti
             rugi (ta`widh) berdasarkan atas sebab tertundanya
             pembayaran dan akibat yang ditimbulkan dari penundaan
             tersebut;
          c. konsumen yang tidak atau belum mampu membayar
             disebabkan keadaan memaksa (force majeure) tidak dapat
             dikenakan sanksi.

                                      Pasal 34

          Dalam Murabahah paling kurang memuat hal-hal sebagai
          berikut:
          a. identitas Perusahaan Pembiayaan dan konsumen;
          b. spesifikasi obyek Murabahah meliputi nama, jenis, jumlah,
             ukuran dan tipe;
          c. harga jual, harga beli dan cara pembayaran angsuran;
          d. jangka waktu ;
          e. ketentuan jaminan dan asuransi;
          f. ketentuan mengenai uang muka;
          g. ketentuan mengenai diskon/potongan;
          h. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum
             jatuh tempo;
          i. ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen
             yang menunda pembayaran angsuran; dan
          j.   hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

                                      Pasal 35

          Dokumentasi dalam Murabahah oleh Perusahaan Pembiayaan
          paling kurang meliputi:
          a. surat persetujuan prinsip (offering letter);
          b. surat permohonan realisasi Murabahah;
          c. akad Wakalah (bila diperlukan);
          d. tanda terima uang konsumen, dalam hal Perusahaan
             Pembiayaan (ba’i) mewakilkan kepada konsumen (musytari)
             melalui Wakalah;
          e. akad Murabahah;
          f. perjanjian pengikatan jaminan; dan
          g. tanda terima barang.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                           -15-

                                   SALAM

                                   Pasal 36

          (1) Dalam pelaksanaan transaksi Salam, wajib ditetapkan
              spesifikasi, waktu dan tempat barang akan diterima.
          (2) Transaksi Salam wajib didahului dengan akad pembiayaan
              pengadaan     barang     pesanan   antara   Perusahaan
              Pembiayaan dengan konsumen atas suatu produk yang
              dikehendaki (pesanan).
          (3) Akad    pembiayaan      pengadaan   barang    pesanan
              sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bersifat
              independen dan terpisah dengan akad Salam yang
              dilakukan antara Perusahaan Pembiayaan dan produsen.

                                   Pasal 37

          Hak Perusahaan Pembiayaan dalam transaksi Salam antara lain
          adalah:
          a. menerima barang pesanan (muslam fiih) dalam keadaan
             baik dan tidak cacat sesuai dengan spesifikasi yang
             diperjanjikan;
          b. menerima barang pesanan (muslam fiih) pada waktu dan
             tempat sesuai yang diperjanjikan;
          c. menerima penggantian seluruh biaya-biaya yang telah
             dikeluarkan sehubungan transaksi salam, apabila Produsen
             sebagai penjual (muslam Ilaihi) ingkar janji; dan
          d. membayar barang pesanan (muslam fiih) sesuai dengan
             harga yang disepakati.

                                   Pasal 38

          Hak dan kewajiban produsen (muslam ilaihi) dalam transaksi
          Salam antara lain adalah:
          a. memperoleh pembayaran di muka atas harga barang
             pesanan (muslam fiih) dari Perusahaan Pembiayaan
             (muslim);
          b. menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) dalam keadaan
             baik dan tidak cacat sesuai dengan spesifikasi yang
             diperjanjikan;
          c. menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) pada waktu
             dan tempat sesuai yang diperjanjikan; dan
          d. menanggung seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan
             Perusahaan Pembiayaan (muslim), dalam hal produsen
             sebagai (muslam ilaihi) ingkar janji.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -16-

                                    Pasal 39

          Barang pesanan (muslam fiih) wajib memenuhi ketentuan
          sebagai berikut antara lain:
          a. barang yang halal;
          b. dapat diakui sebagai utang;
          c. harus dapat dijelaskan spesifikasinya;
          d. penyerahannya dilakukan kemudian;
          e. waktu dan tempat penyerahan              harus   ditetapkan
             berdasarkan kesepakatan; dan
          f. tidak boleh ditukar kecuali dengan barang sejenis sesuai
             kesepakatan.

                                    Pasal 40

          Penyerahan barang pesanan (muslam fiih) harus memenuhi
          ketentuan sebagai berikut:
          a. produsen (muslam alaih) harus menyerahkan barang
             pesanan (muslam fiih) tepat pada waktunya sesuai dengan
             kualitas dan jumlah yang telah disepakati;
          b. dalam hal produsen (muslam alaih) menyerahkan barang
             pesanan (muslam fiih) dengan kualitas yang lebih tinggi,
             produsen (muslam alaih) tidak boleh meminta tambahan
             harga;
          c. dalam hal produsen (muslam alaih) menyerahkan barang
             pesanan (muslam fiih) dengan kualitas yang lebih rendah
             dan Perusahaan Pembiayaan rela menerimanya, maka
             Perusahaan Pembiayaan tidak diperbolehkan menuntut
             pengurangan harga (diskon);
          d. produsen (muslam alaih) dapat menyerahkan barang
             pesanan (muslam fiih) lebih cepat dari waktu yang
             disepakati dengan kualitas dan jumlah barang pesanan
             (muslam fiih) sesuai dengan kesepakatan dan tidak
             diperbolehkan menuntut tambahan harga; dan
          e. dalam hal semua atau sebagian barang pesanan (muslam
             fiih) tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
             kualitasnya lebih rendah dan Perusahaan Pembiayaan
             tidak rela menerimanya, maka Perusahaan Pembiayaan
             memiliki dua pilihan yaitu membatalkan kontrak dan
             meminta kembali pembayaran yang telah dilakukan; atau
             menunggu sampai barang pesanan (muslam fiih) tersedia.

                                    Pasal 41

          Penetapan harga barang pesanan (muslam fiih) wajib
          ditetapkan sesuai kesepakatan dan tidak diperbolehkan
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -17-
          berubah selama masa akad.

                                   Pasal 42

          Pembayaran harga barang pesanan (muslam fiih) dilakukan
          secara penuh dan tunai oleh Perusahaan Pembiayaan kepada
          produsen pada saat perjanjian disepakati.
                                   Pasal 43

          Dalam Salam paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
          a. identitas Perusahaan Pembiayaan (muslim) dan produsen;
          b. spesifikasi barang pesanan (muslam fiih) meliputi nama,
             jenis, jumlah, ukuran, tipe dan mutu barang;
          c. waktu dan lokasi penyerahan barang pesanan (muslam fiih);
          d. harga barang      pesanan    (muslam    fiih)   dan   cara
             pembayarannya;
          e. ketentuan jaminan dan asuransi atas barang pesanan
             (muslam fiih);
          f. jangka waktu Salam;
          g. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh
             masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan,
             kehilangan atau tidak berfungsinya barang pesanan
             (muslam fiih); dan
          h. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.


                                      BAB V

                                   ISTISHNA’
                                   Pasal 44

          (1) Dalam pelaksanaan transaksi Istishna’, Perusahaan
              Pembiayaan dapat bertindak sebagai pembeli untuk
              memesan kepada produsen sebagai pembuat (shani’ II)
              untuk menyediakan obyek Istishna’ dengan akad Istishna.
          (2) Akad Istishna’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
              Perusahaan Pembiayaan dan produsen sebagai pembuat
              (shani’ II) bersifat independen dan terpisah dari akad
              Istishna’ antara Perusahaan Pembiayaan dan konsumen .
          (3) Akad Istishna’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
              Perusahaan Pembiayaan dan produsen sebagai pembuat
              (shani’ II) harus dilakukan setelah akad Istishna’ antara
              Perusahaan Pembiayaan dan konsumen atau pemesan
              (mustashni’).

                                   Pasal 45
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                            -18-

          Hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan antara lain
          adalah:
          a. memperoleh pembayaran dari konsumen atau pemesan
             (mustashni’) sebesar harga jual barang secara angsuran
             sesuai yang diperjanjikan;
          b. mengambil kembali obyek Istishna’ apabila konsumen
             sebagai pembeli atau pemesan (mustashni’) tidak mampu
             membayar angsuran sebagaimana diperjanjikan;
          c. menentukan produsen sebagai pembuat (shani’ II) dalam
             pemesanan obyek Istishna’;
          d. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan spesifikasi
             yang disepakati bersama dengan konsumen sebagai
             pembeli atau pemesan (mustashni’); dan
          e. menjamin obyek istishna’ tidak cacat dan/atau tidak
             berfungsi.

                                    Pasal 46

          Hak dan kewajiban produsen sebagai pembuat (Shani’ II)
          adalah:
          a. memperoleh pembayaran dari Perusahaan Pembiayaan
             sesuai yang diperjanjikan;
          b. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan spesifikasi
             yang disepakati bersama dengan Perusahaan Pembiayaan;
          c. menjamin obyek Istishna’ tidak cacat dan/atau tidak
             berfungsi; dan
          d. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan waktu yang
             diperjanjikan.

                                    Pasal 47

          Hak dan kewajiban konsumen (mustashni’) antara adalah:
          a. menerima obyek Istishna’ dalam keadaan baik dan siap
             dioperasikan sesuai spesifikasi yang diperjanjikan;
          b. menerima obyek Istishna’ sesuai dengan waktu yang
             diperjanjikan; dan
          c. membayar angsuran dan atau biaya-biaya lainya sesuai
             yang diperjanjikan.

                                    Pasal 48

          Obyek Istishna’ (mashnu’) harus memenuhi ketentuan sebagai
          berikut:
          a. barang yang halal;
          b. bapat diakui sebagai utang;
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                             -19-

          c. harus dapat dijelaskan spesifikasinya;
          d. penyerahannya dilakukan kemudian;
          e. waktu dan tempat penyerahan              harus   ditetapkan
             berdasarkan kesepakatan;
          f. tidak diperbolehkan ditukar kecuali dengan barang sejenis
             sesuai kesepakatan; dan
          g. dalam hal terdapat cacat atau tidak sesuai kesepakatan
             maka pemesan memiliki hak memilih (khiyar) untuk
             melanjutkan atau membatalkan akad.

                                    Pasal 49

          Penetapan harga jual atas obyek Istishna’ wajib ditetapkan
          berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan Pembiayaan dan
          konsumen sebagai pembeli atau pemesan (mustashni’) di awal
          perjanjian dan tidak boleh berubah selama masa Istishna’.

                                    Pasal 50

          Konsumen (mustashni’) dapat melakukan pembayaran cicilan
          pembiayaan obyek Istishna’ (Mashnu’) atas pemesanan barang
          sejak akad ditandatangani atau dengan cara pembayaran lain
          yang disepakati bersama.

                                    Pasal 51

          Dalam Istishna’ paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
          a. identitas Perusahaan Pembiayaan dan konsumen;
          b. spesifikasi obyek Istishna’ (Mashnu’) meliputi nama, jenis,
             jumlah, ukuran, tipe dan kualitas obyek Istishna’;
          c. harga jual dan cara pembayarannnya;
          d. ketentuan jaminan dan asuransi;
          e. jangka waktu;
          f. lokasi dan waktu penyerahan;
          g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum
             jatuh tempo;
          h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh
             masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan,
             kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Istishna’
             (mashnu’); dan
          i. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

                                    Pasal 52

          Dokumentasi dalam Istishna’ oleh Perusahaan Pembiayaan
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                               -20-
          paling kurang meliputi:
          a. surat kesanggupan menyelesaikan barang pesanan dari
             produsen sebagai pembuat (shani’ II);
          b. surat persetujuan prinsip (offering letter) dari Perusahaan
             Pembiayaan;
          c. akad Istishna’;
          d. perjanjian pengikatan jaminan;
          e. barang/obyek pesanan;
          f. surat permohonan realisasi Istishna’;
          g. tanda terima uang dari produsen sebagai pembuat (shani`
             II); dan
          h. tanda terima barang oleh konsumen sebagai pembeli atau
             pemesan (mustashni`).


                                      BAB VI

                                 KETENTUAN LAIN
                                      Pasal 53

          Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan syariah sebagaimana
          diatur dalam peraturan ini wajib tidak bertentangan dengan
          Prinsip Syariah.

                                      Pasal 54

          Akad-akad syariah yang telah ditandatangani oleh kedua
          belah pihak tidak dapat dibatalkan secara sepihak, kecuali
          memenuhi kondisi:
          a. kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya;
          b. akad bertentangan dengan Prinsip Syariah, atau
          c. akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
             dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.

                                      Pasal 55

          Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip
          Syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, setiap pihak
          yang bertransaksi wajib memiliki kecakapan dan kewenangan
          untuk melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah
          maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

                                      Pasal 57

          Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip
          Syariah sebagaimana diatur dalam peraturan ini, wajib
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
      BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

                                        -21-
                     dilaksanakan tanpa unsur paksaan di antara para pihak yang
                     berakad atau bertransaksi.

                                                Pasal 58

                     Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip
                     Syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, yang diikuti
                     dengan kewajiban melaksanakan asuransi atas obyek
                     pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, maka obyek yang
                     diasuransikan wajib diasuransikan pada perusahaan asuransi
                     dengan Prinsip Syariah juga.

                                                Pasal 59

                     Pencatatan akuntansi untuk setiap jenis transaksi pembiayaan
                     berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam
                     peraturan ini wajib disusun berdasarkan pernyataan standar
                     akuntansi keuangan yang berlaku.

                                                Pasal 60

                     Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

                     Agar    setiap   orang    mengetahuinya, memerintahkan
                     pengumuman Peraturan ini dengan penempatannya dalam
                     Berita Negara Republik Indonesia.


Ditetapkan di                       :      Jakarta
                                         pada tanggal        :   10 Desember 2007

                                         Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
                                         dan Lembaga Keuangan

                                         ttd


                                         A. Fuad Rahmany
                                         NIP 060063058
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum

ttd

Prasetyo Wahyu Adi Suryo
NIP 060076008

More Related Content

What's hot

transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahkhanif1234
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarahcitra Joni
 
Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Marhamah Saleh
 
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariah
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariahSistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariah
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariahrimapratiwi
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kodifikasi produk perbankan syariah
Kodifikasi produk perbankan syariahKodifikasi produk perbankan syariah
Kodifikasi produk perbankan syariahginan gbu
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahcitra Joni
 
Akad akad dalam bank syariah bab3
Akad akad dalam bank syariah bab3Akad akad dalam bank syariah bab3
Akad akad dalam bank syariah bab3dwi_rahmamosa
 
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01Indra Saputra
 
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
Akad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fixAkad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fix
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fixYati Araya
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahHand Oko
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariahasksalman
 
Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salamcitra Joni
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 

What's hot (19)

Produk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan SyariahProduk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan Syariah
 
transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariah
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarah
 
Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'
 
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariah
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariahSistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariah
Sistem, jenis dan mendapatkan pembiayaan bank syariah
 
Akad akad syariah
Akad akad syariahAkad akad syariah
Akad akad syariah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kodifikasi produk perbankan syariah
Kodifikasi produk perbankan syariahKodifikasi produk perbankan syariah
Kodifikasi produk perbankan syariah
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkah
 
Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
 
Akad akad dalam bank syariah bab3
Akad akad dalam bank syariah bab3Akad akad dalam bank syariah bab3
Akad akad dalam bank syariah bab3
 
Leasing Syariah
Leasing SyariahLeasing Syariah
Leasing Syariah
 
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
 
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
Akad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fixAkad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fix
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 
Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salam
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 

Similar to Akad syariah per no 04_tahun_2007

Asset Ijarah-Akuntansi Syariah
Asset Ijarah-Akuntansi SyariahAsset Ijarah-Akuntansi Syariah
Asset Ijarah-Akuntansi SyariahMiftah Iqtishoduna
 
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxAkad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxssuser3a20c7
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahImba Alfiani
 
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTAKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTMiftah Iqtishoduna
 
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptx
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptxFiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptx
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptxYulisUmarSyafii1
 
Manajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahManajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahDwi Anita
 
Hutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahHutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahElla Aisah
 
PPT IMBT.ppt
PPT IMBT.pptPPT IMBT.ppt
PPT IMBT.pptrenalrozy
 
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfAkad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfMariaReynildha2
 
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...Hefti Juliza
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptxdonihasmanto
 
Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Lia Ivvana
 
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Ita Rahmatika
 
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...RullyMarlanEliezerSi
 

Similar to Akad syariah per no 04_tahun_2007 (20)

Kegiatan pp syariah
Kegiatan pp syariahKegiatan pp syariah
Kegiatan pp syariah
 
Asset Ijarah-Akuntansi Syariah
Asset Ijarah-Akuntansi SyariahAsset Ijarah-Akuntansi Syariah
Asset Ijarah-Akuntansi Syariah
 
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxAkad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
 
Makalah fikih zakat ii
Makalah fikih zakat iiMakalah fikih zakat ii
Makalah fikih zakat ii
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariah
 
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTAKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
 
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptx
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptxFiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptx
Fiqh_Muamalah_Hutang_Piutang.pptx
 
Manajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahManajemen Bank Syariah
Manajemen Bank Syariah
 
Hutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahHutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalah
 
PPT IMBT.ppt
PPT IMBT.pptPPT IMBT.ppt
PPT IMBT.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfAkad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
 
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...
Hbl minggu 4, hefti juliza, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu ...
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
 
09 ijarah
09 ijarah09 ijarah
09 ijarah
 
Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19
 
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
 
Kegiatan pp syariah_&_akad1
Kegiatan pp syariah_&_akad1Kegiatan pp syariah_&_akad1
Kegiatan pp syariah_&_akad1
 
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
 

More from ELJUNI EDIN GIRSANG

Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011
Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011
Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011ELJUNI EDIN GIRSANG
 
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)ELJUNI EDIN GIRSANG
 
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011ELJUNI EDIN GIRSANG
 
Appendix task for surveyor multifinance
Appendix task for surveyor multifinanceAppendix task for surveyor multifinance
Appendix task for surveyor multifinanceELJUNI EDIN GIRSANG
 
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1ELJUNI EDIN GIRSANG
 
Contoh cv fit n proper test multifinance
Contoh cv fit n proper test multifinanceContoh cv fit n proper test multifinance
Contoh cv fit n proper test multifinanceELJUNI EDIN GIRSANG
 
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...ELJUNI EDIN GIRSANG
 
Sarana multigriya financial company profile
Sarana multigriya financial company profileSarana multigriya financial company profile
Sarana multigriya financial company profileELJUNI EDIN GIRSANG
 
Indonesian stock exchange member list
Indonesian stock exchange member listIndonesian stock exchange member list
Indonesian stock exchange member listELJUNI EDIN GIRSANG
 

More from ELJUNI EDIN GIRSANG (20)

Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011
Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011
Jadwal pembayaran bunga obligasi v wom finance tahun 2011
 
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)
Peraturan bank indonesia (pbi) tentang alat pembayaran menggunakan kartu (apmk)
 
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011
Susunan manajemen adira dinamika multi finance 2011
 
Wom honda
Wom hondaWom honda
Wom honda
 
Wom suzuki
Wom suzukiWom suzuki
Wom suzuki
 
Wom kawasaki
Wom kawasakiWom kawasaki
Wom kawasaki
 
Wom tvs
Wom tvsWom tvs
Wom tvs
 
Wom bajaj
Wom bajajWom bajaj
Wom bajaj
 
Wom yamaha
Wom yamahaWom yamaha
Wom yamaha
 
Appendix task for surveyor multifinance
Appendix task for surveyor multifinanceAppendix task for surveyor multifinance
Appendix task for surveyor multifinance
 
Surveyor Multifinance
Surveyor Multifinance Surveyor Multifinance
Surveyor Multifinance
 
PSAK No 51
PSAK No 51PSAK No 51
PSAK No 51
 
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1
Peraturan bapepam lk nomor ix.l.1
 
Contoh cv fit n proper test multifinance
Contoh cv fit n proper test multifinanceContoh cv fit n proper test multifinance
Contoh cv fit n proper test multifinance
 
Sosialisas fit n_proper_1
Sosialisas  fit n_proper_1Sosialisas  fit n_proper_1
Sosialisas fit n_proper_1
 
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...
Peraturan presiden republik indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pemb...
 
Artha buana
Artha buanaArtha buana
Artha buana
 
Sarana multigriya financial company profile
Sarana multigriya financial company profileSarana multigriya financial company profile
Sarana multigriya financial company profile
 
BFI INDONESIA
BFI INDONESIABFI INDONESIA
BFI INDONESIA
 
Indonesian stock exchange member list
Indonesian stock exchange member listIndonesian stock exchange member list
Indonesian stock exchange member list
 

Recently uploaded

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 

Recently uploaded (17)

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 

Akad syariah per no 04_tahun_2007

  • 1. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 04 /BL/2007 TENTANG AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa kegiatan ekonomi berbasis syariah harus dilaksanakan berdasarkan asas kesepakatan diantara para pelaku kegiatan ekonomi; b. bahwa dalam syariah Islam asas-asas kesepakatan dalam kegiatan ekonomi diatur dalam berbagai bentuk perjanjian (akad); c. bahwa dalam rangka memberikan kerangka hukum yang memadai terhadap akad syariah yang menjadi dasar kegiatan ekonomi di industri perusahaan pembiayaan, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 106 Tahun 2007); 2. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 53); 3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing); 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan; 6. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per- /BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah; Memperhatikan : Surat Dewan Syariah Nasional–Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 Nopember 2007 perihal Pernyataan DSN-MUI Atas Peraturan Bapepam dan LK;
  • 2. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG AKAD- AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. 2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. 3. Istishna’ adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni`) dan penjual (pembuat, shani`) dengan harga yang disepakati bersama oleh para pihak. 4. Ketua adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 5. Murabahah adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih sebagai laba. 6. Perusahaan Pembiayaan adalah Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Perusahaan Pembiayaan. 7. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang menjadi pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara lembaga keuangan atau lembaga bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan akan diatur oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI). 8. Salam adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu
  • 3. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -3- barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak. 9. Wakalah bil Ujra adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah). BAB II Bagian Pertama IJARAH Pasal 2 (1) Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain meliputi: a. memperoleh pembayaran sewa dan atau biaya lainnya dari penyewa (musta’jir); dan b. mengakhiri akad Ijarah dan menarik obyek Ijarah apabila penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan. (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain meliputi: a. menyediakan obyek Ijarah yang disewakan; b. menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah; dan c. menjamin obyek Ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik. Pasal 3 (1) Hak penyewa (musta’jir) antara lain meliputi: a. menerima obyek Ijarah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan; dan b. menggunakan obyek Ijarah yang disewakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan. (2) Kewajiban penyewa (musta’jir) antara lain meliputi: a. membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan; b. mengembalikan obyek Ijarah apabila tidak mampu membayar sewa; c. menjaga dan menggunakan obyek Ijarah sesuai yang diperjanjikan; dan d. tidak menyewakan kembali dan atau memindahtangankan obyek Ijarah kepada pihak lain.
  • 4. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -4- Pasal 4 Obyek Ijarah adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan antara lain: a. obyek Ijarah merupakan milik dan atau dalam penguasaan Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir); b. manfaat obyek Ijarah harus dapat dinilai; c. manfaat obyek Ijarah harus dapat diserahkan Penyewa (musta’jir); d. pemanfaatan obyek Ijarah harus bersifat tidak dilarang secara syariah (tidak diharamkan); e. manfaat obyek Ijarah harus dapat ditentukan dengan jelas; dan f. spesifikasi obyek Ijarah harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfaatannya. Pasal 5 Obyek Ijarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 antara lain: a. alat-alat berat (Heavy Equipment); b. alat-alat kantor (Office Equipment); c. alat-alat foto (Photo Equipment); d. alat-alat medis (Medical Equipment); e. alat-alat printer (Printing Equipment); f. mesin-mesin (Machineries); g. alat-alat pengangkutan (Vehicle); h. gedung (Building); i. komputer; dan j. peralatan telekomunikasi atau satelit. Pasal 6 Persyaratan penetapan harga sewa (ujrah) atas obyek Ijarah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. besarnya harga sewa (ujrah) atas obyek Ijarah dan cara pembayaran ditetapkan menurut kesepakatan yang dibuat dalam akad secara tertulis; dan b. alat pembayaran harga sewa (ujrah) obyek Ijarah adalah berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai yang sama yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
  • 5. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -5- Pasal 7 Dalam Ijarah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dan penyewa (musta’jir); b. spesifikasi obyek Ijarah meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran, tipe dan lokasi penggunaan/penempatan obyek Ijarah; c. spesifikasi manfaat obyek Ijarah; d. harga perolehan, nilai pembiayaan, dan pembayaran sewa Ijarah; e. jangka waktu sewa; f. saat penyerahan obyek Ijarah; g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo; h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa; i. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Ijarah; j. ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan obyek Ijarah oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) kepada pihak lain; dan k. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Pasal 8 Dokumentasi dalam Ijarah oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) paling kurang meliputi: a. surat persetujuan prinsip (offering letter); b. akad Ijarah; c. perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa; dan d. tanda terima barang. Bagian Kedua IJARAH MUNTAHIAH BIT TAMLIK Pasal 9 (1) Dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) wajib membuat wa’ad, yaitu janji pemindahan kepemilikan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik pada akhir masa sewa. (2) Wa’ad sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tidak
  • 6. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -6- mengikat bagi penyewa (musta’jir) dan apabila wa’ad dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat akad pemindahan kepemilikan. Pasal 10 (1) Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain adalah: a. memperoleh pembayaran sewa dari penyewa (musta’jir); b. Menarik obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik apabila penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan; dan c. Pada akhir masa sewa, mengalihkan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik kepada penyewa lain yang mampu dalam hal penyewa (musta’jir) sama sekali tidak mampu untuk memindahkan kepemilikan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik atau memperpanjang masa sewa atau mencari calon penggantinya. (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (Muajjir) antara lain adalah: a. Menyediakan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik yang disewakan; b. Menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik kecuali diperjanjikan lain; dan c. Menjamin obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik. Pasal 11 (1) Hak penyewa (musta’jir) antara lain adalah: a. menggunakan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan; b. menerima obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik dalam keadaan baik dan siap dioperasikan; c. pada akhir masa sewa, memindahkan kepemilikan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, atau memperpanjang masa sewa, atau mencari calon penggantinya dalam hal tidak mampu untuk memindahkan hak kepemilikan atas obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik atau memperpanjang masa sewa; dan d. membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan; (2) Kewajiban penyewa (musta’jir) antara lain adalah: a. membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan; b. menjaga dan menggunakan obyek Ijarah Muntahiah Bit
  • 7. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -7- Tamlik sesuai yang diperjanjikan; c. tidak menyewakan kembali obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik kepada pihak lain; dan d. melakukan pemeliharaan kecil (tidak material) terhadap obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik. Pasal 12 Obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik merupakan milik Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir); b. manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang; c. manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa (musta’jir); d. manfaatnya tidak diharamkan oleh syariah Islam; e. manfaatnya harus ditentukan dengan jelas; dan f. spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfataannya. Pasal 13 Obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 antara lain: a. alat-alat berat (Heavy Equipment); b. alat-alat kantor (Office Equipment); c. alat-alat foto (Photo Equipment); d. alat-alat medis (Medical Equipment); e. alat-alat printer (Printing Equipment); f. mesin-mesin (Machineries); g. alat-alat pengangkutan (Vehicle); h. gedung (Building); i. komputer; dan j. peralatan telekomunikasi atau satelit. Pasal 14 (1) Harga sewa (ujrah) dan cara pembayaran atas obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik ditetapkan berdasarkan kesepakatan di awal akad. (2) Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik ditetapkan setelah berakhirnya masa sewa.
  • 8. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -8- (3) Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara tertulis dalam perjanjian pemindahan kepemilikan. (4) Alat pembayaran atas harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai yang sama dan tidak dilarang secara syariah. Pasal 15 Dalam Ijarah Muntahiah Bit Tamlik paling kurang memuat hal- hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dan penyewa (musta’jir); b. spesifikasi obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran, tipe dan lokasi penggunaan obyek sewa; c. spesifikasi manfaat obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik; d. harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran harga sewa (ujrah), ketentuan jaminan dan asuransi atas obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik; e. jangka waktu sewa; f. saat penyerahan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik; g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo; h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa; i. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik; j. ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan obyek Ijarah Muntahiah Bit Tamlik oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) kepada pihak lain; dan k. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Pasal 16 Dokumentasi dalam Ijarah Muntahiah Bit Tamlik oleh Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) paling kurang meliputi: a. surat permohonan Ijarah Muntahiah Bit Tamlik; b. surat persetujuan prinsip (offering letter); c. akad Ijarah Muntahiah Bit Tamlik;
  • 9. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -9- d. dokumen wa’ad; e. perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa; f. tanda terima barang; dan g. perjanjian pemindahan kepemilikan. BAB III WAKALAH BIL UJRAH Pasal 17 Hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan (wakil) antara lain: a. menagih piutang pengalih piutang (muwakkil) kepada pihak yang berhutang (muwakkal ’alaih); b. dapat memperoleh upah (ujrah) atas jasa penagihan piutang pengalih piutang (muwakkil) dalam hal diperjanjikan; c. meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with recourse) atau tidak meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (without recourse); dan d. membayar atau melunasi hutang pihak yang berhutang (muwakkal ’alaih) kepada pengalih piutang (muwakkil). Pasal 18 Hak dan kewajiban pengalih piutang (muwakkil) antara lain: a. memperoleh pelunasan piutang dari Perusahaan Pembiayaan selaku wakil; b. membayar upah (ujrah) atas jasa pemindahan piutang sesuai yang diperjanjikan; c. dapat menyediakan jaminan kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil dalam hal diperjanjikan; dan d. memberitahukan kepada pihak yang berhutang (muwakkal ’alaih) mengenai transaksi pemindahan piutang kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil. Pasal 19 Hak dan kewajiban pihak yang berhutang (muwakkal ’alaihl) antara lain: a. memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi pemindahan hutangnya dari pengalih piutang (muwakkil) kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil; dan b. membayar atau melunasi hutang kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil.
  • 10. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -10- Pasal 20 Piutang (muwakkal bih) yang menjadi obyek Wakalah bil Ujrah adalah piutang jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari 1 (satu) tahun yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. piutang pengalih piutang (muwakkil) yang dipindahkan kepada Perusahaan Pembiayaan selaku wakil harus dipastikan oleh para pihak belum jatuh tempo dan tidak dalam kategori piutang macet; b. piutang yang dialihkan bukan berasal dari transaksi yang diharamkan oleh syariah Islam; dan c. piutang pengalih piutang (muwakkil) harus dibuktikan dengan dokumen tagihan dan dipastikan keasliannya oleh para pihak. Pasal 21 (1) Wakalah bil Ujrah antara Perusahaan Pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil), dan pihak yang berhutang (muwakkal, alaih) wajib ditetapkan secara tertulis dalam akad Wakalah bil Ujrah. (2) Dalam Wakalah bil Ujrah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang berhutang (muwakkal’ alaih); b. nilai, jumlah dan waktu jatuh tempo piutang (muwakkal bih); c. ketentuan mengenai upah (ujrah) (jika ada); d. ketentuan jaminan yang diperoleh Perusahaan Pembiayaan (wakil) (jika ada); e. ketentuan mengenai cara-cara pembayaran hutang atau piutang oleh Perusahaan Pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan pihak yang berhutang (muwakkal’ alaih); dan f. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Pasal 22 Dokumentasi dalam Wakalah bil Ujrah oleh Perusahaan Pembiayaan selaku wakil paling kurang meliputi: a. surat persetujuan prinsip (offering letter); b. akad Wakalah bil Ujrah sebagai induk perjanjian; c. perjanjian pengikatan jaminan;
  • 11. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -11- d. bukti hutang piutang; e. surat permohonan realisasi Wakalah bil Ujrah; dan f. bukti pelunasan. BAB IV MURABAHAH Pasal 23 (1) Murabahah dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. (2) Dalam pelaksanaan Murabahah berdasarkan pesanan, Perusahaan Pembiayaan sebagai penjual (ba’i) melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari konsumen sebagai pembeli (musytari). (3) Murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat atau tidak mengikat pihak yang berhutang untuk membeli barang yang dipesannya. (4) Dalam pelaksanaan Murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat, konsumen sebagai pembeli (musytari) tidak dapat membatalkan pesanannya. Pasal 24 (1) Hak Perusahaan Pembiayaan antara lain: a. memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar harganya secara angsuran sesuai yang diperjanjikan; b. mengambil kembali obyek Murabahah apabila konsumen sebagai pembeli (musytari) tidak mampu membayar angsuran sebagaimana diperjanjikan; dan c. menentukan penyedia barang (supplier) dalam pembelian obyek Murabahah. (2) Kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai penjual (ba’i) antara lain: a. menyediakan obyek Murabahah sesuai yang disepakati bersama dengan konsumen sebagai pembeli (musytari); dan b. menjamin obyek Murabahah tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik. Pasal 25 Dalam menyediakan obyek Murabahah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, Perusahaan Pembiayaan dapat mewakilkan pembelian barang tersebut kepada konsumen
  • 12. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -12- berdasarkan prinsip wakalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang memberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. Pasal 26 Hak dan kewajiban konsumen antara lain: a. menerima obyek Murabahah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan; b. membayar angsuran dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan; dan c. mengembalikan atau menitipjualkan obyek yang dibiayai. Pasal 27 Obyek Murabahah harus memenuhi ketentuan paling kurang: a. dapat dinilai dengan uang; b. dapat diterima oleh konsumen; c. tidak dilarang oleh syariah Islam; dan d. spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfataannya. Pasal 28 Obyek Murabahah di antaranya meliputi: a. kendaraan bermotor ; b. rumah; c. barang-barang elektronik; d. alat-alat rumah tangga bukan elektronik; dan e. barang konsumsi lainnya. Pasal 29 Persyaratan penetapan harga barang dalam Murabahah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian; b. pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau angsuran; c. diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda; dan d. harga yang disepakati adalah harga jual (harga perolehan)
  • 13. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -13- sedangkan harga beli harus diberitahukan kepada konsumen; dan Pasal 30 Persyaratan penetapan uang muka (’urbun) dalam Murabahah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Perusahaan Pembiayaan diperbolehkan meminta konsumen untuk membayar uang muka (’urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan; b. dalam hal konsumen menolak untuk membeli barang tersebut, maka biaya riil Perusahaan Pembiayaan harus dibayar dari uang muka (’urbun) tersebut; dan c. dalam hal nilai uang muka (’urbun) lebih kecil dari kerugian yang harus ditanggung oleh Perusahaan Pembiayaan, maka Perusahaan Pembiayaan dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada konsumen. Pasal 31 Persyaratan mengenai pengakhiran transaksi Murabahah sebelum jatuh tempo wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal konsumen dalam Murabahah melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, Perusahaan Pembiayaan diperbolehkan memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad Murabahah; dan b. besarnya potongan sebagaimana dimaksud pada huruf a diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan Perusahaan Pembiayaan. Pasal 32 Apabila konsumen telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutang dalam Murabahah, maka Perusahaan Pembiayaan wajib menunda tagihan hutang sampai dengan konsumen ia menjadi sanggup kembali membayar tagihan hutang atau adanya penyelesaian berdasarkan kesepakatan bersama. Pasal 33 Persyaratan penetapan sanksi dalam Murabahah harus sesuai ketentuan sebagai berikut: a. konsumen yang mampu, namun menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan
  • 14. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -14- itikad baik untuk membayar angsuran dapat dikenakan sanksi; b. sanksi dapat berupa denda sosial (ta’zir ) ataupun ganti rugi (ta`widh) berdasarkan atas sebab tertundanya pembayaran dan akibat yang ditimbulkan dari penundaan tersebut; c. konsumen yang tidak atau belum mampu membayar disebabkan keadaan memaksa (force majeure) tidak dapat dikenakan sanksi. Pasal 34 Dalam Murabahah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan dan konsumen; b. spesifikasi obyek Murabahah meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran dan tipe; c. harga jual, harga beli dan cara pembayaran angsuran; d. jangka waktu ; e. ketentuan jaminan dan asuransi; f. ketentuan mengenai uang muka; g. ketentuan mengenai diskon/potongan; h. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo; i. ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen yang menunda pembayaran angsuran; dan j. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Pasal 35 Dokumentasi dalam Murabahah oleh Perusahaan Pembiayaan paling kurang meliputi: a. surat persetujuan prinsip (offering letter); b. surat permohonan realisasi Murabahah; c. akad Wakalah (bila diperlukan); d. tanda terima uang konsumen, dalam hal Perusahaan Pembiayaan (ba’i) mewakilkan kepada konsumen (musytari) melalui Wakalah; e. akad Murabahah; f. perjanjian pengikatan jaminan; dan g. tanda terima barang.
  • 15. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -15- SALAM Pasal 36 (1) Dalam pelaksanaan transaksi Salam, wajib ditetapkan spesifikasi, waktu dan tempat barang akan diterima. (2) Transaksi Salam wajib didahului dengan akad pembiayaan pengadaan barang pesanan antara Perusahaan Pembiayaan dengan konsumen atas suatu produk yang dikehendaki (pesanan). (3) Akad pembiayaan pengadaan barang pesanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bersifat independen dan terpisah dengan akad Salam yang dilakukan antara Perusahaan Pembiayaan dan produsen. Pasal 37 Hak Perusahaan Pembiayaan dalam transaksi Salam antara lain adalah: a. menerima barang pesanan (muslam fiih) dalam keadaan baik dan tidak cacat sesuai dengan spesifikasi yang diperjanjikan; b. menerima barang pesanan (muslam fiih) pada waktu dan tempat sesuai yang diperjanjikan; c. menerima penggantian seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan sehubungan transaksi salam, apabila Produsen sebagai penjual (muslam Ilaihi) ingkar janji; dan d. membayar barang pesanan (muslam fiih) sesuai dengan harga yang disepakati. Pasal 38 Hak dan kewajiban produsen (muslam ilaihi) dalam transaksi Salam antara lain adalah: a. memperoleh pembayaran di muka atas harga barang pesanan (muslam fiih) dari Perusahaan Pembiayaan (muslim); b. menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) dalam keadaan baik dan tidak cacat sesuai dengan spesifikasi yang diperjanjikan; c. menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) pada waktu dan tempat sesuai yang diperjanjikan; dan d. menanggung seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan Perusahaan Pembiayaan (muslim), dalam hal produsen sebagai (muslam ilaihi) ingkar janji.
  • 16. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -16- Pasal 39 Barang pesanan (muslam fiih) wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut antara lain: a. barang yang halal; b. dapat diakui sebagai utang; c. harus dapat dijelaskan spesifikasinya; d. penyerahannya dilakukan kemudian; e. waktu dan tempat penyerahan harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan; dan f. tidak boleh ditukar kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. Pasal 40 Penyerahan barang pesanan (muslam fiih) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. produsen (muslam alaih) harus menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) tepat pada waktunya sesuai dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati; b. dalam hal produsen (muslam alaih) menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) dengan kualitas yang lebih tinggi, produsen (muslam alaih) tidak boleh meminta tambahan harga; c. dalam hal produsen (muslam alaih) menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) dengan kualitas yang lebih rendah dan Perusahaan Pembiayaan rela menerimanya, maka Perusahaan Pembiayaan tidak diperbolehkan menuntut pengurangan harga (diskon); d. produsen (muslam alaih) dapat menyerahkan barang pesanan (muslam fiih) lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan kualitas dan jumlah barang pesanan (muslam fiih) sesuai dengan kesepakatan dan tidak diperbolehkan menuntut tambahan harga; dan e. dalam hal semua atau sebagian barang pesanan (muslam fiih) tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan Perusahaan Pembiayaan tidak rela menerimanya, maka Perusahaan Pembiayaan memiliki dua pilihan yaitu membatalkan kontrak dan meminta kembali pembayaran yang telah dilakukan; atau menunggu sampai barang pesanan (muslam fiih) tersedia. Pasal 41 Penetapan harga barang pesanan (muslam fiih) wajib ditetapkan sesuai kesepakatan dan tidak diperbolehkan
  • 17. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -17- berubah selama masa akad. Pasal 42 Pembayaran harga barang pesanan (muslam fiih) dilakukan secara penuh dan tunai oleh Perusahaan Pembiayaan kepada produsen pada saat perjanjian disepakati. Pasal 43 Dalam Salam paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan (muslim) dan produsen; b. spesifikasi barang pesanan (muslam fiih) meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran, tipe dan mutu barang; c. waktu dan lokasi penyerahan barang pesanan (muslam fiih); d. harga barang pesanan (muslam fiih) dan cara pembayarannya; e. ketentuan jaminan dan asuransi atas barang pesanan (muslam fiih); f. jangka waktu Salam; g. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya barang pesanan (muslam fiih); dan h. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. BAB V ISTISHNA’ Pasal 44 (1) Dalam pelaksanaan transaksi Istishna’, Perusahaan Pembiayaan dapat bertindak sebagai pembeli untuk memesan kepada produsen sebagai pembuat (shani’ II) untuk menyediakan obyek Istishna’ dengan akad Istishna. (2) Akad Istishna’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara Perusahaan Pembiayaan dan produsen sebagai pembuat (shani’ II) bersifat independen dan terpisah dari akad Istishna’ antara Perusahaan Pembiayaan dan konsumen . (3) Akad Istishna’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara Perusahaan Pembiayaan dan produsen sebagai pembuat (shani’ II) harus dilakukan setelah akad Istishna’ antara Perusahaan Pembiayaan dan konsumen atau pemesan (mustashni’). Pasal 45
  • 18. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -18- Hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan antara lain adalah: a. memperoleh pembayaran dari konsumen atau pemesan (mustashni’) sebesar harga jual barang secara angsuran sesuai yang diperjanjikan; b. mengambil kembali obyek Istishna’ apabila konsumen sebagai pembeli atau pemesan (mustashni’) tidak mampu membayar angsuran sebagaimana diperjanjikan; c. menentukan produsen sebagai pembuat (shani’ II) dalam pemesanan obyek Istishna’; d. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan spesifikasi yang disepakati bersama dengan konsumen sebagai pembeli atau pemesan (mustashni’); dan e. menjamin obyek istishna’ tidak cacat dan/atau tidak berfungsi. Pasal 46 Hak dan kewajiban produsen sebagai pembuat (Shani’ II) adalah: a. memperoleh pembayaran dari Perusahaan Pembiayaan sesuai yang diperjanjikan; b. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan spesifikasi yang disepakati bersama dengan Perusahaan Pembiayaan; c. menjamin obyek Istishna’ tidak cacat dan/atau tidak berfungsi; dan d. menyediakan obyek Istishna’ sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Pasal 47 Hak dan kewajiban konsumen (mustashni’) antara adalah: a. menerima obyek Istishna’ dalam keadaan baik dan siap dioperasikan sesuai spesifikasi yang diperjanjikan; b. menerima obyek Istishna’ sesuai dengan waktu yang diperjanjikan; dan c. membayar angsuran dan atau biaya-biaya lainya sesuai yang diperjanjikan. Pasal 48 Obyek Istishna’ (mashnu’) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. barang yang halal; b. bapat diakui sebagai utang;
  • 19. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -19- c. harus dapat dijelaskan spesifikasinya; d. penyerahannya dilakukan kemudian; e. waktu dan tempat penyerahan harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan; f. tidak diperbolehkan ditukar kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan; dan g. dalam hal terdapat cacat atau tidak sesuai kesepakatan maka pemesan memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan akad. Pasal 49 Penetapan harga jual atas obyek Istishna’ wajib ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan Pembiayaan dan konsumen sebagai pembeli atau pemesan (mustashni’) di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama masa Istishna’. Pasal 50 Konsumen (mustashni’) dapat melakukan pembayaran cicilan pembiayaan obyek Istishna’ (Mashnu’) atas pemesanan barang sejak akad ditandatangani atau dengan cara pembayaran lain yang disepakati bersama. Pasal 51 Dalam Istishna’ paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: a. identitas Perusahaan Pembiayaan dan konsumen; b. spesifikasi obyek Istishna’ (Mashnu’) meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran, tipe dan kualitas obyek Istishna’; c. harga jual dan cara pembayarannnya; d. ketentuan jaminan dan asuransi; e. jangka waktu; f. lokasi dan waktu penyerahan; g. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo; h. ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya obyek Istishna’ (mashnu’); dan i. hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Pasal 52 Dokumentasi dalam Istishna’ oleh Perusahaan Pembiayaan
  • 20. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -20- paling kurang meliputi: a. surat kesanggupan menyelesaikan barang pesanan dari produsen sebagai pembuat (shani’ II); b. surat persetujuan prinsip (offering letter) dari Perusahaan Pembiayaan; c. akad Istishna’; d. perjanjian pengikatan jaminan; e. barang/obyek pesanan; f. surat permohonan realisasi Istishna’; g. tanda terima uang dari produsen sebagai pembuat (shani` II); dan h. tanda terima barang oleh konsumen sebagai pembeli atau pemesan (mustashni`). BAB VI KETENTUAN LAIN Pasal 53 Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan syariah sebagaimana diatur dalam peraturan ini wajib tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Pasal 54 Akad-akad syariah yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak tidak dapat dibatalkan secara sepihak, kecuali memenuhi kondisi: a. kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; b. akad bertentangan dengan Prinsip Syariah, atau c. akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad. Pasal 55 Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, setiap pihak yang bertransaksi wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 57 Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam peraturan ini, wajib
  • 21. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN -21- dilaksanakan tanpa unsur paksaan di antara para pihak yang berakad atau bertransaksi. Pasal 58 Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, yang diikuti dengan kewajiban melaksanakan asuransi atas obyek pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, maka obyek yang diasuransikan wajib diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan Prinsip Syariah juga. Pasal 59 Pencatatan akuntansi untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam peraturan ini wajib disusun berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Pasal 60 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 10 Desember 2007 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ttd A. Fuad Rahmany NIP 060063058 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Umum ttd Prasetyo Wahyu Adi Suryo NIP 060076008