SlideShare a Scribd company logo
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agroekosistem (EP) adalah ekosistem yang proses pembentukannya ada
campur tangan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian
dalam rangka memenuhi kebutuhan tuntutan manusia. Pertanian dapat juga
dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak
langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak. Agroekosistem dapat
dipandang sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian.
Pendekatan pertanian berwawasan lingkungan adalah pendekatan yang
dimulai dengan pendekatan ekosistem. Pendekatan ekosistem pertanian
selanjutnya dikenal sebagai agroekosistem menekankan dua prinsip dasar akibat
penerapan teknologi. Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan
agro. Sistem adalah suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling
berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang
serasi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme
dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah sistem yang terdiri dari
komponen biotik dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi
dan siklus nutrisi). Pengertian Agro adalah pertanian dapat berarti
sebagai kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek
tanaman dan ternak. Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan
untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang
sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui
3
pertumbuhan tanaman dan ternak. Agroekosistem dapat dipandang sebagai sistem
ekologi pada lingkungan pertanian.
Pendekatan agroekosistem berusaha menanggulangi kerusakan lingkungan
akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan pemecahan masalah
pertanian spesifik akibat penggunaan masukan teknologi (Sutanto,
2002). Masalah lingkungan serius di pedesaan dan pertanian antara lain
kerusakan hutan, meluasnya padang alang-alang, degradasi lahan dan menurunnya
lahan kritis, desertifikasi, serta menurunnya keanekaragaman. Masalah
lingkungan ini sebagai akibat adanya lapar lahan seiring meningkatnya populasi
penduduk, komersialisasi pertanian, masukan teknologi pertanian dan permintaan
konsumsi masyarakat.
Agroekosistem banyak macamnya. Salah satu diantaranya ialah
agroekosistem pertanaman semusim. Agroekosistem tanaman semusim penting
dipelajari sebagai pemahaman budidaya yang sering petani pedesaan lakukan.
Sebagai contoh ialah agroekosistem tanaman Cabai. Cabai banyak dibudidayakan
oleh petani dan menjadi salah satu komoditas pangan pokok di Indonesia.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem
2. Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian
3. Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem
4. Untuk memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu kesatuan
lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan
dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian ekosistem pertanian yang
paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan timbal balik
antara komponen biotik dan abiotik serta manusia pada suatu lingkungan
pertanian (Luckman, 1982).
Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan
hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik
pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan-
keputusan pengelolaan lahan pertaniannya (Mangan, 2002).
Analisis agroekosistem merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam
pengelolaan hama terpadu. Kegiatan AES dapat dianggap sebagai teknik
pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan
tentang pengelolaan lahan / kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya
kegiatan sanitasi, pemangkasan , pemupukan, teknik pengendalian. Kegiatan
AAES mengharuskan melakukan sejumlah pengamatan sejumlah faktor sebelum
membuat keputusan perlindungan tanaman. Faktor tersebut antara lain hama,
cuaca, penyakit, air, musuh alami, kondisi kebun, serangga netral dan gulma
(Sarwono, 2005).
5
Komponen Agroekosistem adalah: Petani, Lahan pertanaman, Ternak dan
Manajemen/teknologi. Pendekatan agroekosistem dalam peternakan adalah
pengembangan peternakan dalam keterpaduan wilayah pertanian
spesifik. Dengan demikian pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan
sumberdaya pakan adalah pengelolaan potensi dan pemanfaatannya dalam
keterpaduan wilayah pertanian dan pengembangan peternakan. Kepentingan
pendekatan agroekosistem adalah : 1) Keterpaduan komponen AES untuk
kepentingan ekonomis, 2) Keterpaduan komoditas untuk proses produksi hulu ke
hilir 3) Keterpaduan wilayah untuk kelestarian lingkungan hidup / sumberdaya
alam.
Dalam Rukmana (1997) sistematika tanaman cabai diklasifikasikan ke
dalam golongan sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotiledonae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Capsicum
Spesies: Capsicum annum L.
Tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai juga banyak digunakan
sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi yang menyebabkan komoditas
6
ini memiliki potensi pemasaran, baik tujuan domestik maupun ekspor
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman cabai memiliki batang yang dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu batang utama dan percabangan (batang skunder). Batang utama berwarna
coklat hijau dengan panjang antara 20-28 cm. Percabangan berwarna hijau dengan
panjang antara 5-7 cm. Daun tanaman ini terdiri dari alas tangkai, tulang dan
helaian daun. Panjang tangkai daun antara 2-5 cm, berwarna hijau tua. Helaian
daun bagian bawah berwarna hijau terang, sedangkan permukaan atasnya
berwarna hijau tua. Daun mencapai panjang 10-15 cm, lebar 4-5 cm. Bagian ujung
dan pangkal daun meruncing dengan tepi rata (Nawangsih, 2003).
Cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun tinggi.
Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik adalah tanah berhumus (subur), gembur,
dan pH tanahnya antara 5-6. Cabai dikembangbiakkan dengan biji yang diambil
dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu
(Alteri, 1999).
Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhannya antara 16-23OC. Temperatur
malam di bawah 16OC dan temperatur siang di atas 23OC menghambat
pembungaan. Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1-1%)
rasa pedas. Rasa pedas tersebut terutama disebabkan oleh kandungan capsaicin
dan 8 dihidrocapsaicin (Lukmana, 2004). (FAO,2004).
7
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan tinjauan berupa pertanaman pangan tanaman cabai dengan alat yang
digunakan alat tulis, kertas manila, kamera, dan kantong plastik.
B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan pembagian dalam setiap
rombongan
2. Bahan dan alat dipersiapkan
3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati komponen
agroekosistem, yang meliputi agroekosistem tanaman pangan
4. Keadaan umum agroekosistem yang telah diamati kemudian digambar
5. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas manila
6. Serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh alami, juga
tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit dikoleksikan.
7. Hasil pengamatan dipresentasikan
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
9
B. Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan ialah pengamatan di suatu lahan di daerah
Tambak Sogra, Sumbang yaitu tanaman cabai sebagai tanaman pokok untuk
diamati keadaan agroekosistem dan melakukan analisis agroekosistemnya.
Agroekosistem yang diamati seluas ± 150 m2 dengan. Waktu pengamatan yang
dilakukan pukul 13.00 WIB. Untuk perbedaan yang mempengaruhi tanaman cabai
dari tempat atau lokasi penanaman cabai itu sendiri sedikit berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman cabai,karena tanaman cabai dapat tumbuh di daerah dataran
tinggi maupun rendah. Faktor yang mempengaruhi produksi tanaman cabai dapat
dilihat dari berbagai hal, salah satu contoh adalah faktor iklim. Faktor iklim sangat
mempengaruhi karna di Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki 2
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (Kartasapoetra, 1990).
Komponen biotik yang kami amati antara lain biotik flora dan fauna. Biotik
flora yaitu Cabai (Capsicum annum L.) sebagai tanaman pokoknya, tanaman lain
di sekitarnya yaitu tanaman tumapng sari Singkong (Manihot utilissima) dengan
Cabai (Capsicum annum L), Jagung (Zea mays), Pucuk Merah (Syzigium oleana),
dan Padi (Oryza sativa). Sedangkan biotik faunanya ialah hama Belalang
(Valanga nigricornis), Kutu daun (Aphid sp), dan dengan musuh alami yang
ditemukan yaitu Laba-laba (Araneus diadematus) dan Kumbang kukri (Cocinela
transversalis)
Hama Kutu daun (Aphid sp.) pada pertanaman cabai ini memiliki tingkat
serangan yang masuk kategori Berat (60%-80%) dan Belalang ringan (20%).
Didapatkan dari perhitungan intensitas serang yang memiliki rumus:
10
Keterangan :
IS= Intensitas serangan
n = Jumlah daun rusak tiap kategori serangan
v = Nilai skala tiap kategori serangan
Z = Nilai skala kategori tertinggi kategori serangan
N = Jumlah daun yang diamati
Pertanaman cabai yang kami amati selain terdapat gejala serangan dari
hama, ada gejala lain yang kami kategorikan sebagai penyakit tanaman cabai.
Diantaranya yaitu Thrips (Thrips parvispinus Karny). Hama ini menyerang
tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun-daun
muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak - perakkan. Daun yang
terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan
akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk
menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. Hama ini merupakan
vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau
perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada
musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati
akibat tercuci oleh air hujan. Gulma yang terdapat pada pertanaman cabai ini
cukup banyak karena keadaan kondisi lahan yang kita amati tidak sedang
dilakukan sanitasi oleh petani. Gulma yang terdapat yaitu Babandotan (Ageratum
11
conyzoides), Putri malu (Mimora pudica), Rumput teki (Cyperus rotundus),
Bayam duri (Amarantus spinosus) dan Meniran (Phyllantus urinaria) Komponen
abiotik yang kami amati antara lain tanah, kelembaban, suhu, dan cuaca.
Pelengkap lainnya ialah wawancara terkait pengelolaan dan sistem tanam dari
pertanaman cabai ini. Berikut penjelasannya :
1. Tanah
Tanah yang kami amati berwarna coklat gelap, bertekstur gembur dan cukup
lembab. Dalam pertanaman cabai ini tanah dibentuk guludan setingi ±20 cm.
Dengan luas lahan 10 m x 15 terdapat 12 baris guludan. Hal tersebut serupa
dengan yang diungkapkan Sarwono (2005), bahwa pada saat tanman muda
membutuhkan kelembaban tanah yang cukup.Tanaman cabai tidak tahan terhadap
genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan
tanaman tumbuh kerdil, daun menguning. Kondisi yang seperti itu mendukung
untuk hama dan penyakit berkembang baik oleh karena itu dibentuk lah guludan.
Gambar 1.1 Tanah Agroekosistem Cabai
12
2. Iklim
Suhu dan kelembaban yang kami amati dengan sebuah aplikasi Android
menunjukkan angka 30°C dengan kelembaban 70%. Cuaca pada saat pengamatan
awalnya cerah dengan suhu 30oC lalu berubah menjadi mendung dan hujan.
Senada dengan cuaca harian di daerah Purwokerto sedang mengalami musim
penghujan. Menurut Rukmana (1997), adalah tanaman yang tumbuh baik di
daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 18°C -30°C
berkelembaban udara 60% – 80% dan curah hujan 600 mm – 1250 mm per tahun.
Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani cabai yang cocok
adalah pada saat musim kemarau (kering). Namun, tanaman ini dapat tumbuh
pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Didaerah dengan ketinggian
yang lebih tinggi tanaman cabai tetap dapat tumbuh dengan baik. Namun, waktu
panen sedikit lebih lama jika dibandingkan dengan penanaman yang dilakukan
didaerah yang dianjurkan.
Sistem pertanaman yang digunakan yaitu monokultur. Tanaman lain yang
terdapat pada lahan tersebut hanya sebagai tanaman pembatas dipinggir-pinggir
pertanaman. Hubungan tanaman lain dengan pertanaman cabai ini selain sebagai
pembatas ialah sebagai keanekaragaman dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Sedangkan tumbuhan yang berupa gulma memang cukup berbahaya karena gulma
ini dapat sebagai inang dari hama maupun patogen. Oleh karena itu dari petaninya
sendiri pun sering melakukan sanitasi terhadap lahan pertanamannya.
Hubungan komponen abiotik terhadap biotiknya khususnya tanaman cabai
sebagai tanaman pokok saling berkaitan. Dengan kondisi yang lembab untuk
13
pertanaman cabai itu cukup baik dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun sebenarnya tanaman ini lebih cocok pada dataran
rendah-sedang, tanaman ini mampu dengan mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungannya.
14
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agroekosistem banyak macamnya, salah satunya ialah agroekosiste
pertanaman cabai. Analisis agroekositem ini berfungsi sebagai pengetahuan
keadaan ekosistem dan sebagai landasan keputusan tindakan yang akan
diambil.
2. Agroekosistem terdiri dari komponen biotik, abiotik, dan campur tangan
manusia sebagai manipulator.
3. Lahan yang kami survei dapat dikatakan agroekosistem karena terdapat
hubungan komponen biotik dan abiotiknya.
B. Saran
Pada saat praktikum analisis agroekosistem, praktikan harus mengamati
komponen – komponen agroekosistem yang ada di lapangan secara teliti, agar
hasil yang didapat sesuai dengan yang ada dilapangan dan bisa dibandingkan
dengan referensi. Serta perlu adanya pendampingan asisten sebagai pemandu agar
analisis yang dilakukan lebih jelas.

More Related Content

What's hot

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
dilaaasf
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan Pascapanen
Google
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
Sinergi Inspiration
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
Repository Ipb
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
Yuliana Wita
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Nur Haida
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
Moh Masnur
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
Ekal Kurniawan
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Repository Ipb
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
perdos5 cuy
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
Google
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Biology Education
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Reni Ustiatik
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 

What's hot (20)

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan Pascapanen
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
Varietas kedelai bimtek 2 nov 2017
 

Similar to Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docxDALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN2
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Alfian Nopara Saifudin
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Moh Masnur
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Purwandaru Widyasunu
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Konsep dan keseimbangan ekosistem
Konsep dan keseimbangan ekosistemKonsep dan keseimbangan ekosistem
Konsep dan keseimbangan ekosistemEcko Chicharito
 
Makalah copy
Makalah   copyMakalah   copy
Makalah copy
andreanapulu
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
roni09071995
 
Penentu agroekosistem
Penentu agroekosistemPenentu agroekosistem
Penentu agroekosistem
Andrew Hutabarat
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
edikaputra
 
ppt biodiversitas kel 1.pptx
ppt biodiversitas kel 1.pptxppt biodiversitas kel 1.pptx
ppt biodiversitas kel 1.pptx
DeviDamayanti34
 
Laporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baruLaporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baru
Cindralena SimboLon
 
2462146.ppt
2462146.ppt2462146.ppt
2462146.ppt
AndryAdmajaTarigan
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
Arta Adjie
 
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
ranjana putri
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
Laporan fix
Laporan fixLaporan fix
Laporan fixIma
 

Similar to Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM (20)

DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docxDALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Konsep dan keseimbangan ekosistem
Konsep dan keseimbangan ekosistemKonsep dan keseimbangan ekosistem
Konsep dan keseimbangan ekosistem
 
Makalah copy
Makalah   copyMakalah   copy
Makalah copy
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Penentu agroekosistem
Penentu agroekosistemPenentu agroekosistem
Penentu agroekosistem
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
ppt biodiversitas kel 1.pptx
ppt biodiversitas kel 1.pptxppt biodiversitas kel 1.pptx
ppt biodiversitas kel 1.pptx
 
Laporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baruLaporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baru
 
2462146.ppt
2462146.ppt2462146.ppt
2462146.ppt
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
biologi materi kelas 11 ipa ekosistem bab 9
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Laporan fix
Laporan fixLaporan fix
Laporan fix
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 

More from Alfian Nopara Saifudin

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Alfian Nopara Saifudin
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
Alfian Nopara Saifudin
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
Alfian Nopara Saifudin
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Alfian Nopara Saifudin
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
Alfian Nopara Saifudin
 

More from Alfian Nopara Saifudin (20)

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Cover UNSOED
 
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
 

Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

  • 1. 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroekosistem (EP) adalah ekosistem yang proses pembentukannya ada campur tangan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan tuntutan manusia. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak. Agroekosistem dapat dipandang sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian. Pendekatan pertanian berwawasan lingkungan adalah pendekatan yang dimulai dengan pendekatan ekosistem. Pendekatan ekosistem pertanian selanjutnya dikenal sebagai agroekosistem menekankan dua prinsip dasar akibat penerapan teknologi. Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro. Sistem adalah suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah sistem yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi). Pengertian Agro adalah pertanian dapat berarti sebagai kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak. Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui
  • 2. 3 pertumbuhan tanaman dan ternak. Agroekosistem dapat dipandang sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian. Pendekatan agroekosistem berusaha menanggulangi kerusakan lingkungan akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan pemecahan masalah pertanian spesifik akibat penggunaan masukan teknologi (Sutanto, 2002). Masalah lingkungan serius di pedesaan dan pertanian antara lain kerusakan hutan, meluasnya padang alang-alang, degradasi lahan dan menurunnya lahan kritis, desertifikasi, serta menurunnya keanekaragaman. Masalah lingkungan ini sebagai akibat adanya lapar lahan seiring meningkatnya populasi penduduk, komersialisasi pertanian, masukan teknologi pertanian dan permintaan konsumsi masyarakat. Agroekosistem banyak macamnya. Salah satu diantaranya ialah agroekosistem pertanaman semusim. Agroekosistem tanaman semusim penting dipelajari sebagai pemahaman budidaya yang sering petani pedesaan lakukan. Sebagai contoh ialah agroekosistem tanaman Cabai. Cabai banyak dibudidayakan oleh petani dan menjadi salah satu komoditas pangan pokok di Indonesia. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem 2. Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian 3. Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem 4. Untuk memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri
  • 3. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu kesatuan lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian ekosistem pertanian yang paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik serta manusia pada suatu lingkungan pertanian (Luckman, 1982). Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan- keputusan pengelolaan lahan pertaniannya (Mangan, 2002). Analisis agroekosistem merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama terpadu. Kegiatan AES dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan / kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya kegiatan sanitasi, pemangkasan , pemupukan, teknik pengendalian. Kegiatan AAES mengharuskan melakukan sejumlah pengamatan sejumlah faktor sebelum membuat keputusan perlindungan tanaman. Faktor tersebut antara lain hama, cuaca, penyakit, air, musuh alami, kondisi kebun, serangga netral dan gulma (Sarwono, 2005).
  • 4. 5 Komponen Agroekosistem adalah: Petani, Lahan pertanaman, Ternak dan Manajemen/teknologi. Pendekatan agroekosistem dalam peternakan adalah pengembangan peternakan dalam keterpaduan wilayah pertanian spesifik. Dengan demikian pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan sumberdaya pakan adalah pengelolaan potensi dan pemanfaatannya dalam keterpaduan wilayah pertanian dan pengembangan peternakan. Kepentingan pendekatan agroekosistem adalah : 1) Keterpaduan komponen AES untuk kepentingan ekonomis, 2) Keterpaduan komoditas untuk proses produksi hulu ke hilir 3) Keterpaduan wilayah untuk kelestarian lingkungan hidup / sumberdaya alam. Dalam Rukmana (1997) sistematika tanaman cabai diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut : Kingdom: Plantae Divisi: Spermatophyta Kelas: Dicotiledonae Ordo: Solanales Famili: Solanaceae Genus: Capsicum Spesies: Capsicum annum L. Tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi yang menyebabkan komoditas
  • 5. 6 ini memiliki potensi pemasaran, baik tujuan domestik maupun ekspor (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman cabai memiliki batang yang dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu batang utama dan percabangan (batang skunder). Batang utama berwarna coklat hijau dengan panjang antara 20-28 cm. Percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5-7 cm. Daun tanaman ini terdiri dari alas tangkai, tulang dan helaian daun. Panjang tangkai daun antara 2-5 cm, berwarna hijau tua. Helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang, sedangkan permukaan atasnya berwarna hijau tua. Daun mencapai panjang 10-15 cm, lebar 4-5 cm. Bagian ujung dan pangkal daun meruncing dengan tepi rata (Nawangsih, 2003). Cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun tinggi. Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik adalah tanah berhumus (subur), gembur, dan pH tanahnya antara 5-6. Cabai dikembangbiakkan dengan biji yang diambil dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu (Alteri, 1999). Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhannya antara 16-23OC. Temperatur malam di bawah 16OC dan temperatur siang di atas 23OC menghambat pembungaan. Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1-1%) rasa pedas. Rasa pedas tersebut terutama disebabkan oleh kandungan capsaicin dan 8 dihidrocapsaicin (Lukmana, 2004). (FAO,2004).
  • 6. 7 III. METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Bahan tinjauan berupa pertanaman pangan tanaman cabai dengan alat yang digunakan alat tulis, kertas manila, kamera, dan kantong plastik. B. Prosedur Kerja 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan pembagian dalam setiap rombongan 2. Bahan dan alat dipersiapkan 3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati komponen agroekosistem, yang meliputi agroekosistem tanaman pangan 4. Keadaan umum agroekosistem yang telah diamati kemudian digambar 5. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas manila 6. Serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh alami, juga tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit dikoleksikan. 7. Hasil pengamatan dipresentasikan
  • 7. 8 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
  • 8. 9 B. Pembahasan Praktikum yang kami lakukan ialah pengamatan di suatu lahan di daerah Tambak Sogra, Sumbang yaitu tanaman cabai sebagai tanaman pokok untuk diamati keadaan agroekosistem dan melakukan analisis agroekosistemnya. Agroekosistem yang diamati seluas ± 150 m2 dengan. Waktu pengamatan yang dilakukan pukul 13.00 WIB. Untuk perbedaan yang mempengaruhi tanaman cabai dari tempat atau lokasi penanaman cabai itu sendiri sedikit berpengaruh terhadap produktivitas tanaman cabai,karena tanaman cabai dapat tumbuh di daerah dataran tinggi maupun rendah. Faktor yang mempengaruhi produksi tanaman cabai dapat dilihat dari berbagai hal, salah satu contoh adalah faktor iklim. Faktor iklim sangat mempengaruhi karna di Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (Kartasapoetra, 1990). Komponen biotik yang kami amati antara lain biotik flora dan fauna. Biotik flora yaitu Cabai (Capsicum annum L.) sebagai tanaman pokoknya, tanaman lain di sekitarnya yaitu tanaman tumapng sari Singkong (Manihot utilissima) dengan Cabai (Capsicum annum L), Jagung (Zea mays), Pucuk Merah (Syzigium oleana), dan Padi (Oryza sativa). Sedangkan biotik faunanya ialah hama Belalang (Valanga nigricornis), Kutu daun (Aphid sp), dan dengan musuh alami yang ditemukan yaitu Laba-laba (Araneus diadematus) dan Kumbang kukri (Cocinela transversalis) Hama Kutu daun (Aphid sp.) pada pertanaman cabai ini memiliki tingkat serangan yang masuk kategori Berat (60%-80%) dan Belalang ringan (20%). Didapatkan dari perhitungan intensitas serang yang memiliki rumus:
  • 9. 10 Keterangan : IS= Intensitas serangan n = Jumlah daun rusak tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori serangan Z = Nilai skala kategori tertinggi kategori serangan N = Jumlah daun yang diamati Pertanaman cabai yang kami amati selain terdapat gejala serangan dari hama, ada gejala lain yang kami kategorikan sebagai penyakit tanaman cabai. Diantaranya yaitu Thrips (Thrips parvispinus Karny). Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak - perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan. Gulma yang terdapat pada pertanaman cabai ini cukup banyak karena keadaan kondisi lahan yang kita amati tidak sedang dilakukan sanitasi oleh petani. Gulma yang terdapat yaitu Babandotan (Ageratum
  • 10. 11 conyzoides), Putri malu (Mimora pudica), Rumput teki (Cyperus rotundus), Bayam duri (Amarantus spinosus) dan Meniran (Phyllantus urinaria) Komponen abiotik yang kami amati antara lain tanah, kelembaban, suhu, dan cuaca. Pelengkap lainnya ialah wawancara terkait pengelolaan dan sistem tanam dari pertanaman cabai ini. Berikut penjelasannya : 1. Tanah Tanah yang kami amati berwarna coklat gelap, bertekstur gembur dan cukup lembab. Dalam pertanaman cabai ini tanah dibentuk guludan setingi ±20 cm. Dengan luas lahan 10 m x 15 terdapat 12 baris guludan. Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan Sarwono (2005), bahwa pada saat tanman muda membutuhkan kelembaban tanah yang cukup.Tanaman cabai tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning. Kondisi yang seperti itu mendukung untuk hama dan penyakit berkembang baik oleh karena itu dibentuk lah guludan. Gambar 1.1 Tanah Agroekosistem Cabai
  • 11. 12 2. Iklim Suhu dan kelembaban yang kami amati dengan sebuah aplikasi Android menunjukkan angka 30°C dengan kelembaban 70%. Cuaca pada saat pengamatan awalnya cerah dengan suhu 30oC lalu berubah menjadi mendung dan hujan. Senada dengan cuaca harian di daerah Purwokerto sedang mengalami musim penghujan. Menurut Rukmana (1997), adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 18°C -30°C berkelembaban udara 60% – 80% dan curah hujan 600 mm – 1250 mm per tahun. Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani cabai yang cocok adalah pada saat musim kemarau (kering). Namun, tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Didaerah dengan ketinggian yang lebih tinggi tanaman cabai tetap dapat tumbuh dengan baik. Namun, waktu panen sedikit lebih lama jika dibandingkan dengan penanaman yang dilakukan didaerah yang dianjurkan. Sistem pertanaman yang digunakan yaitu monokultur. Tanaman lain yang terdapat pada lahan tersebut hanya sebagai tanaman pembatas dipinggir-pinggir pertanaman. Hubungan tanaman lain dengan pertanaman cabai ini selain sebagai pembatas ialah sebagai keanekaragaman dan menjaga keseimbangan ekosistem. Sedangkan tumbuhan yang berupa gulma memang cukup berbahaya karena gulma ini dapat sebagai inang dari hama maupun patogen. Oleh karena itu dari petaninya sendiri pun sering melakukan sanitasi terhadap lahan pertanamannya. Hubungan komponen abiotik terhadap biotiknya khususnya tanaman cabai sebagai tanaman pokok saling berkaitan. Dengan kondisi yang lembab untuk
  • 12. 13 pertanaman cabai itu cukup baik dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun sebenarnya tanaman ini lebih cocok pada dataran rendah-sedang, tanaman ini mampu dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
  • 13. 14 V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Agroekosistem banyak macamnya, salah satunya ialah agroekosiste pertanaman cabai. Analisis agroekositem ini berfungsi sebagai pengetahuan keadaan ekosistem dan sebagai landasan keputusan tindakan yang akan diambil. 2. Agroekosistem terdiri dari komponen biotik, abiotik, dan campur tangan manusia sebagai manipulator. 3. Lahan yang kami survei dapat dikatakan agroekosistem karena terdapat hubungan komponen biotik dan abiotiknya. B. Saran Pada saat praktikum analisis agroekosistem, praktikan harus mengamati komponen – komponen agroekosistem yang ada di lapangan secara teliti, agar hasil yang didapat sesuai dengan yang ada dilapangan dan bisa dibandingkan dengan referensi. Serta perlu adanya pendampingan asisten sebagai pemandu agar analisis yang dilakukan lebih jelas.