Teknik Northern Blot digunakan untuk menganalisis ekspresi gen pada tanaman kacang hijau dengan mendeteksi mRNA spesifik gen Cmchi1 dan Cmchi2. Total RNA diekstraksi dari berbagai organ tanaman dan dipisahkan menggunakan elektroforesis agarosa. Probe RNA yang berlabel digunakan untuk mendeteksi mRNA target setelah transfer RNA ke membran dan hibridisasi. Hasil deteksi menunjukkan pola ekspresi gen yang berbeda di antara organ tanaman.
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)Fathmasari
Dokumen tersebut membahas tentang teknik Southern Blotting dan Northern Blotting. Southern Blotting digunakan untuk mendeteksi DNA sedangkan Northern Blotting digunakan untuk mendeteksi RNA. Kedua teknik ini melibatkan proses isolasi asam nukleat, elektroforesis, transfer ke membran, hibridisasi dengan probe, dan deteksi.
1. Transkripsi pada prokariot dan eukariot melibatkan proses sintesis RNA menggunakan DNA sebagai cetakan. 2. Pada prokariot, transkripsi dan translasi terjadi secara bersamaan tanpa membran inti memisahkan, sedangkan pada eukariot terjadi pemisahan oleh membran inti. 3. Proses transkripsi pada kedua sistem melibatkan penempelan RNA polimerase pada promoter diikuti sintesis RNA, namun mekanisme penemp
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah teknik amplifikasi DNA secara in vitro yang mampu memperbanyak potongan DNA secara eksponensial melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Proses utama PCR terdiri atas tahap pemanasan, annealing primer, dan perpanjangan rantai DNA oleh enzim Taq polimerase. Optimasi berbagai parameter seperti konsentrasi enzim, nukleotida, ion Mg, suhu, dan jumlah siklus diperlukan agar PCR berjalan dengan
Jamur tiram dan Trichoderma sp. memiliki morfologi berbeda. Jamur tiram berbentuk setengah lingkaran dengan bagian tengah cekung berwarna putih hingga krem, sedangkan Trichoderma sp. berbentuk koloni transparan atau putih pada media yang berbeda. Kedua jamur ini termasuk dalam kingdom fungi namun berbeda filum dan kelas.
1. Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai bertambahnya jumlah sel karena sebagian besar mikroba adalah organisme bersel tunggal.
2. Terdapat 5 fase pertumbuhan bakteri yaitu fase adaptasi, perbanyakan, pengaruh pertumbuhan, statis, dan kematian.
3. Pertumbuhan mikroba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti temperatur, kelembapan, pH, dan zat toks
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)Fathmasari
Dokumen tersebut membahas tentang teknik Southern Blotting dan Northern Blotting. Southern Blotting digunakan untuk mendeteksi DNA sedangkan Northern Blotting digunakan untuk mendeteksi RNA. Kedua teknik ini melibatkan proses isolasi asam nukleat, elektroforesis, transfer ke membran, hibridisasi dengan probe, dan deteksi.
1. Transkripsi pada prokariot dan eukariot melibatkan proses sintesis RNA menggunakan DNA sebagai cetakan. 2. Pada prokariot, transkripsi dan translasi terjadi secara bersamaan tanpa membran inti memisahkan, sedangkan pada eukariot terjadi pemisahan oleh membran inti. 3. Proses transkripsi pada kedua sistem melibatkan penempelan RNA polimerase pada promoter diikuti sintesis RNA, namun mekanisme penemp
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah teknik amplifikasi DNA secara in vitro yang mampu memperbanyak potongan DNA secara eksponensial melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Proses utama PCR terdiri atas tahap pemanasan, annealing primer, dan perpanjangan rantai DNA oleh enzim Taq polimerase. Optimasi berbagai parameter seperti konsentrasi enzim, nukleotida, ion Mg, suhu, dan jumlah siklus diperlukan agar PCR berjalan dengan
Jamur tiram dan Trichoderma sp. memiliki morfologi berbeda. Jamur tiram berbentuk setengah lingkaran dengan bagian tengah cekung berwarna putih hingga krem, sedangkan Trichoderma sp. berbentuk koloni transparan atau putih pada media yang berbeda. Kedua jamur ini termasuk dalam kingdom fungi namun berbeda filum dan kelas.
1. Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai bertambahnya jumlah sel karena sebagian besar mikroba adalah organisme bersel tunggal.
2. Terdapat 5 fase pertumbuhan bakteri yaitu fase adaptasi, perbanyakan, pengaruh pertumbuhan, statis, dan kematian.
3. Pertumbuhan mikroba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti temperatur, kelembapan, pH, dan zat toks
Dokumen tersebut merangkum proses penemuan dan produksi antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana Fleming menemukan jamur Penicillium yang mampu membunuh bakteri di laboratoriumnya, serta proses selanjutnya untuk mengembangkan dan memproduksi penisilin secara masal untuk pengobatan pasien.
1. Uji Unsur-Unsur Protein
Setelah dilakukan pengujian unsur-unsur protein, dapat disimpulkan bahwa albumin mengandung unsur protein, yaitu nitrogen dan oksigen. Susu mengandung nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Tempe mengandung nitrogen, hidrogen, oksigen, dan karbon. Seadngkan kuning telur mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon.
2. Uji Kelarutan Albumin
Protein albumin dapat larut pada air (H2O), asam (HCl), basa (NaOH), dan garam encer (NaCO3). Karena semua campuran tidak menghasilkan endapan. Namun kelarutan protein akan berkurang jika ditambahkan garam anorganik, karena terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang menghasilkan warna soft ungu adalah albumin. Albumin mengandung dua atau lebih ikatan peptida, sehingga ikatan peptidanya panjang. Namun pada kuning telur, susu, dan tempe menghasilkan warna biru dikarenakan kadar protein setiap bahan berbeda, sehingga jumlah ikatan peptidanya berbeda. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan akan berbeda juga.
4. Uji Nnhidrin
Albumin, susu, tempe, dan kuning telur menunjukkan adanya warna ungu yang menunjukkan kadar protein tinggi karena ikatan peptidanya panjang. Warna ungu juga berarti protein tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada arginin, warna yang dihasilkan bening artinya tidak menunjukkan adanya asam amino bebas.
PPT ini merupakan salah satu materi kuliah BIOTEKNOLOGI yang ditulis oleh Trianik Widyaningrum, M.Si. (dosen Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).
Butuh lebih banyak materi biologi..???
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
Laporan praktikum mikrobiologi mengenai teknik pewarnaan mikroorganisme. Mahasiswa melakukan pewarnaan gram pada Escherichia coli dan mengamati bentuknya di bawah mikroskop. Hasilnya adalah E. coli berbentuk basil dan berwarna merah setelah pewarnaan gram, menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk gram negatif.
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest pada tahun 1930 untuk memisahkan pigmen tumbuhan. Dokumen ini membahas tentang latar belakang kromatografi, tinjauan pustaka mengenai definisi, prinsip kerja, dan jenis-jenis kromatografi khususnya kromatografi kertas beserta contoh aplikasinya untuk memisahkan pigmen warna pada tinta.
Dokumen tersebut membahas tentang validasi metode analisis, termasuk pengertian, tujuan, dan parameter-parameter validasi seperti akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, ketangguhan metode, dan kekuatan metode. Validasi metode analisis bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Kromatografi Gas-Cair digunakan untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen-komponen individualnya berdasarkan perbedaan afinitas zat terhadap fase diam dan fase gerak. Teknik ini melibatkan kolom yang diisi dengan fase cair dan gas pembawa sebagai fase gerak. Komponen-komponen terpisah selama perjalanan melalui kolom dan dideteksi setelah keluar dari kolom.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampel taoge, susu, dan aquadest diuji menggunakan uji ninhydrin untuk mendeteksi kehadiran asam amino bebas. Hasilnya menunjukkan ketiga sampel tidak mengandung asam amino bebas.
Dokumen tersebut membahas tentang Good Laboratory Practice (GLP) yang merupakan cara pengorganisasian laboratorium untuk menjamin bahwa pengujian dilakukan sesuai standar. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan penerapan GLP, faktor-faktor penentu kebenaran hasil pengujian, jenis pelatihan, organisasi laboratorium, dan persyaratan akomodasi dan lingkungan kerja laboratorium.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang kromatografi sebagai metode analisis yang paling umum dan berdaya guna untuk memisahkan zat-zat dalam suatu sampel. Terdapat dua fase yang tidak dapat bercampur yaitu fase bergerak dan fase diam. Beberapa jenis kromatografi dijelaskan beserta prinsip kerjanya."
Teknik Southern blot digunakan untuk menganalisis DNA plasmid dan kromosom bakteri Klebsiella pneumoniae M10 dan mutannya KSL19. DNA diekstraksi, dipotong dengan enzim restriksi, dipindahkan ke membran nilon, dan dihibridisasi dengan probe DNA yang dilabel untuk mendeteksi perbedaan gen antara kedua strain bakteri.
Dokumen tersebut merangkum proses penemuan dan produksi antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana Fleming menemukan jamur Penicillium yang mampu membunuh bakteri di laboratoriumnya, serta proses selanjutnya untuk mengembangkan dan memproduksi penisilin secara masal untuk pengobatan pasien.
1. Uji Unsur-Unsur Protein
Setelah dilakukan pengujian unsur-unsur protein, dapat disimpulkan bahwa albumin mengandung unsur protein, yaitu nitrogen dan oksigen. Susu mengandung nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Tempe mengandung nitrogen, hidrogen, oksigen, dan karbon. Seadngkan kuning telur mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon.
2. Uji Kelarutan Albumin
Protein albumin dapat larut pada air (H2O), asam (HCl), basa (NaOH), dan garam encer (NaCO3). Karena semua campuran tidak menghasilkan endapan. Namun kelarutan protein akan berkurang jika ditambahkan garam anorganik, karena terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang menghasilkan warna soft ungu adalah albumin. Albumin mengandung dua atau lebih ikatan peptida, sehingga ikatan peptidanya panjang. Namun pada kuning telur, susu, dan tempe menghasilkan warna biru dikarenakan kadar protein setiap bahan berbeda, sehingga jumlah ikatan peptidanya berbeda. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan akan berbeda juga.
4. Uji Nnhidrin
Albumin, susu, tempe, dan kuning telur menunjukkan adanya warna ungu yang menunjukkan kadar protein tinggi karena ikatan peptidanya panjang. Warna ungu juga berarti protein tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada arginin, warna yang dihasilkan bening artinya tidak menunjukkan adanya asam amino bebas.
PPT ini merupakan salah satu materi kuliah BIOTEKNOLOGI yang ditulis oleh Trianik Widyaningrum, M.Si. (dosen Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).
Butuh lebih banyak materi biologi..???
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
Laporan praktikum mikrobiologi mengenai teknik pewarnaan mikroorganisme. Mahasiswa melakukan pewarnaan gram pada Escherichia coli dan mengamati bentuknya di bawah mikroskop. Hasilnya adalah E. coli berbentuk basil dan berwarna merah setelah pewarnaan gram, menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk gram negatif.
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest pada tahun 1930 untuk memisahkan pigmen tumbuhan. Dokumen ini membahas tentang latar belakang kromatografi, tinjauan pustaka mengenai definisi, prinsip kerja, dan jenis-jenis kromatografi khususnya kromatografi kertas beserta contoh aplikasinya untuk memisahkan pigmen warna pada tinta.
Dokumen tersebut membahas tentang validasi metode analisis, termasuk pengertian, tujuan, dan parameter-parameter validasi seperti akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, ketangguhan metode, dan kekuatan metode. Validasi metode analisis bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Kromatografi Gas-Cair digunakan untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen-komponen individualnya berdasarkan perbedaan afinitas zat terhadap fase diam dan fase gerak. Teknik ini melibatkan kolom yang diisi dengan fase cair dan gas pembawa sebagai fase gerak. Komponen-komponen terpisah selama perjalanan melalui kolom dan dideteksi setelah keluar dari kolom.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampel taoge, susu, dan aquadest diuji menggunakan uji ninhydrin untuk mendeteksi kehadiran asam amino bebas. Hasilnya menunjukkan ketiga sampel tidak mengandung asam amino bebas.
Dokumen tersebut membahas tentang Good Laboratory Practice (GLP) yang merupakan cara pengorganisasian laboratorium untuk menjamin bahwa pengujian dilakukan sesuai standar. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan penerapan GLP, faktor-faktor penentu kebenaran hasil pengujian, jenis pelatihan, organisasi laboratorium, dan persyaratan akomodasi dan lingkungan kerja laboratorium.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang kromatografi sebagai metode analisis yang paling umum dan berdaya guna untuk memisahkan zat-zat dalam suatu sampel. Terdapat dua fase yang tidak dapat bercampur yaitu fase bergerak dan fase diam. Beberapa jenis kromatografi dijelaskan beserta prinsip kerjanya."
Teknik Southern blot digunakan untuk menganalisis DNA plasmid dan kromosom bakteri Klebsiella pneumoniae M10 dan mutannya KSL19. DNA diekstraksi, dipotong dengan enzim restriksi, dipindahkan ke membran nilon, dan dihibridisasi dengan probe DNA yang dilabel untuk mendeteksi perbedaan gen antara kedua strain bakteri.
The document describes the Southern blot technique, which was discovered in 1973 by Edwin Southern at Edinburgh University. The Southern blot allows for the detection of specific DNA sequences and involves separating DNA fragments using gel electrophoresis, transferring them to a membrane, incubating the membrane with a probe that binds to complementary DNA sequences, and revealing the location of the probe using a colorless substrate and X-ray film.
This document describes the process of Southern blotting, which is used to detect specific DNA sequences in a sample. It involves purifying DNA from cells, cutting the DNA into fragments using restriction enzymes, separating the fragments by size via gel electrophoresis, transferring them to a membrane, then using a radioactive probe to detect fragments that hybridize based on complementary base pairing. The technique allows identification of mutations, deletions and other genetic variations, and has applications in medical diagnosis, forensics and other areas requiring DNA analysis.
Microarray technology allows scientists to study thousands of genes simultaneously. It works by breaking open cells, isolating genetic contents, and identifying which genes are turned on or off in a particular cell. Probes for each gene are attached to a chip, and a fluorescently labeled target sample is hybridized. A scanner then detects the fluorescent signal from each spot on the chip to determine the relative abundance of nucleic acid sequences and expression levels of genes. Microarray analysis provides a fast way to obtain gene expression profiling results but it is an expensive technique that produces large datasets requiring complex analysis.
Southern blotting is a technique used to detect specific DNA sequences within DNA samples. It involves digesting DNA with restriction enzymes, separating fragments via gel electrophoresis, transferring DNA fragments to a membrane, and probing the membrane with a labeled complementary DNA sequence. Any hybridized probes will be detected, indicating the presence and size of the DNA fragment of interest.
Southern blotting is a technique developed in the 1970s by Edward Southern to detect specific DNA sequences within a complex DNA sample by separating DNA fragments by size after restriction enzyme digestion, transferring them to a membrane, and using a labeled probe to bind to the target sequence for visualization. It is commonly used for gene discovery, mapping, evolution and development studies, diagnostics, and ensuring successful incorporation of DNA into a host genome.
Northern blotting is a technique used to detect specific RNA sequences. It involves separating RNA samples by size using gel electrophoresis, transferring the RNA to a membrane, then using a labeled probe to detect RNA sequences of interest through hybridization and detection of the probe. Northern blotting allows researchers to compare expression patterns of an RNA sequence among different tissue samples or developmental stages. It is commonly used to study gene expression and RNA degradation.
The document provides information about malaria, including:
1. Malaria is caused by Plasmodium parasites transmitted via the bites of infected Anopheles mosquitoes and is characterized by chills, fever and sweats.
2. There are four main species of Plasmodium that cause malaria in humans. Microscopic examination of blood smears remains the gold standard for diagnosis.
3. Treatment involves the use of antimalarial drugs to kill the blood stages of the parasite and prevent relapse, while also blocking transmission. Malaria prevention focuses on case management, vector control and personal protection measures.
This document discusses two types of specific locus tests - visible specific locus tests and biochemical specific locus tests - that are used to detect quantitative mutations in mammalian germline cells. Visible specific locus tests detect mutations that alter coat color or other visible traits, while biochemical specific locus tests detect mutations through electrophoresis analysis of changes in protein patterns. The document also discusses the Ames test, which uses Salmonella bacteria to efficiently test whether industrial chemicals are mutagenic and potentially carcinogenic to humans.
Northern blotting is a technique used to detect specific RNA sequences in a sample. It involves separating RNA samples by size through gel electrophoresis, transferring them to a nylon membrane, and using a labeled probe to detect the target RNA sequence through hybridization. The target RNA will be visible as a band on the membrane where the probe has bound. This allows researchers to observe gene expression levels under different conditions like development or disease.
Single Stranded Conformation Polymorphism (SSCP) and Heteroduplex mobility assay running are two techniques that allow researchers to detect mutations in DNA. SSCP detects changes in the 3D structure and electrophoretic mobility of single-stranded DNA caused by mutations. Heteroduplex mobility assay detects differences in the structure and slower mobility of DNA heteroduplexes formed from strands with mutations compared to regular strands. The document also describes the principles and techniques of SSCP and heteroduplex mobility assay and discusses the experience of optimizing these techniques at the Petnica Science Center in Serbia.
The document summarizes the Southern blot technique. It involves digesting DNA with restriction enzymes, separating fragments by size via gel electrophoresis, transferring fragments to a membrane, and detecting a specific DNA sequence using a radiolabeled probe. The Southern blot allows determining the size of a restriction fragment, measuring amounts between samples, and locating a specific sequence within a complex DNA mixture. It has applications in gene discovery, mapping, identification of transgenic genes, and DNA fingerprinting.
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida yang mengandung unsur-unsur C, H, O, N dan ada pula yang mengandung unsur S dan P.
Southern blotting is a technique used to detect specific DNA sequences. It involves extracting DNA from cells, cutting the DNA with restriction enzymes, separating fragments via electrophoresis, transferring DNA to a membrane, then using a labeled probe to hybridize and identify the target sequence via autoradiography. Southern blotting allows identification of mutations, deletions and rearrangements, and is used for cancer prognosis, genetic disease diagnosis, DNA fingerprinting and more. It is an effective detection method but is also complex, labor-intensive, and time-consuming.
Southern blotting is a technique used to detect specific DNA sequences within DNA samples. It involves digesting DNA samples with restriction enzymes, separating the fragments via gel electrophoresis, transferring the fragments to a membrane, and using radioactive probes to hybridize to complementary DNA sequences, which are then visualized. The key steps are digesting DNA, separating fragments by size via gel electrophoresis, transferring fragments to a membrane, hybridizing with radioactive probes, and detecting hybridized probes.
A micro-array is a tool for analyzing gene expression that consists of a small membrane or glass slide containing samples of many genes arranged in a regular pattern.
This was made by me while I was in Masters. I have made few animations. I hope it makes understanding better.
The content is made by searching through internet and referencing books. I do not claim any content in whole presentation except the animations made on the subject.
This document provides an overview of fluorescence in situ hybridization (FISH). It discusses:
1. FISH is a cytogenetic technique that uses fluorescent probes to bind specifically to chromosomal regions with complementary DNA sequences, which can then be viewed under a fluorescent microscope.
2. FISH can be used to identify chromosomal abnormalities, assist with gene mapping, and determine ploidy. It has advantages over other techniques like being less labor intensive.
3. Common applications of FISH include detecting aneuploidies for prenatal diagnosis, locating specific DNA sequences on chromosomes, and identifying features in DNA for uses like genetic counseling.
1. Many molecular methods have evolved for detecting mutations, moving from older techniques like Southern blotting to more rapid high-throughput methods.
2. These include amplification refractory mutation system (ARMS) PCR, single-strand conformational polymorphism (SSCP) analysis, denaturating gradient gel electrophoresis (DGGE), denaturating high performance liquid chromatography (DHPLC), real-time PCR, DNA microarrays, and sequencing.
3. The optimal method depends on the genetic disease, mutation type, and specific laboratory; techniques generally involve amplification, digestion, separation of DNA, labeling, and hybridization.
Southern blotting is a DNA analysis technique developed by Edwin Southern in 1975 that involves separating DNA fragments by size using gel electrophoresis, transferring them to a membrane, and using a radioactive probe to detect complementary DNA sequences by their position on the membrane after developing an X-ray film. Southern blots are commonly used to verify that a desired DNA sequence has been successfully inserted into the genome of a genetically modified organism.
Teknik southern blot, northern blot, dan western blot memungkinkan deteksi DNA, RNA, dan protein secara spesifik. Southern blot melibatkan pemotongan DNA, elektroforesis, transfer ke membran, hibridisasi dengan probe DNA, dan deteksi. Northern blot melibatkan isolasi RNA, elektroforesis, transfer ke membran nilon, hibridisasi dengan probe RNA, dan deteksi. Western blot melibatkan transfer protein dari gel ke membran untuk deteksi ekspresi protein menggunakan antibodi.
Kit Pemurnian Fragmen DNA/RNA Hasil PCR atau reaksi enzim dari Brand MagenSalesIndogen
Dokumen tersebut membahas tentang kit pemurnian fragmen DNA/RNA hasil PCR atau reaksi enzim dari merek Magen. Kit tersebut digunakan untuk memisahkan DNA/RNA dari komponen reaksi lainnya dengan hasil lebih dari 80% untuk aplikasi selanjutnya seperti sekuensing, kloning, pelabelan. Terdapat berbagai jenis kit sesuai dengan jumlah sampel dan jenis nukleotida yang akan dimurnikan.
Teknik PCR dapat mengamplifikasi fragmen DNA spesifik secara cepat dan akurat melalui siklus pengulangan proses pemanasan dan pendinginan yang memisahkan dan memperbanyak DNA target. Teknik ini memungkinkan deteksi dan karakterisasi DNA dalam jumlah sedikit untuk berbagai aplikasi medis dan forensik.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk memeriksa molekuler lalat, kutu, pinjal dan nyamuk. PCR adalah teknik perbanyakan potongan DNA secara in vitro dengan menggunakan primer dan siklus pemanasan dan pendinginan untuk memisahkan dan memperbanyak DNA target. Hasil PCR kemudian dianalisis lebih lanjut dengan elektroforesis dan sekuensing untuk menentukan urutan basa nitrogen DNA.
an Introduction of RT-PCR extended.en.id.pptxElmayanaIlyas
RT-PCR digunakan untuk mendeteksi ekspresi gen secara kualitatif melalui pembuatan DNA komplementer (cDNA) dari RNA. Teknik ini melibatkan transkripsi balik RNA menjadi cDNA, kemudian amplifikasi cDNA menggunakan PCR. Hasil amplifikasi dapat dideteksi secara kuantitatif menggunakan sinyal fluoresens selama proses PCR atau secara kualitatif pasca PCR. RT-PCR banyak digunakan dalam diagnosis penyakit dan penel
Dokumen tersebut membahas tentang DNA dan proses replikasi DNA. DNA merupakan materi genetik yang menyimpan informasi genetik dan mereplikasi diri melalui proses replikasi DNA. Proses replikasi DNA meliputi inisiasi, sintesis primer, sintesis untai pengawal dan tertinggal, penghapusan primer, dan ligasi untuk membentuk DNA baru.
Dokumen tersebut membahas tentang Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini melibatkan beberapa komponen utama seperti DNA templat, primer, dNTPs, buffer PCR, dan enzim polimerase DNA. Proses PCR terdiri dari siklus denaturasi, annealing, dan ekstensi primer untuk menggandakan DNA target.
Metode PCR memiliki berbagai variasi seperti Real-Time PCR untuk kuantifikasi DNA secara langsung, Reverse Transcriptase PCR untuk mengkonversi RNA menjadi cDNA, Nested PCR untuk meningkatkan spesifisitas, dan Multiplex PCR untuk mengamplifikasi banyak target DNA sekaligus. Variasi lainnya adalah Restriction Fragment Length Polymorphism PCR yang digunakan untuk menghasilkan sidik jari genetik organisme.
Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA. Bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi DNA ini dilakukan dengan memodifikasi gen spesifik dan memindahkannya pada organisme yang berbeda, seperti bakteri, hewan, dan tumbuhan. Salah satu metode yang sering digunakan pada bioteknologi modern yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR).
PCR merupakan suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro.
Dokumen tersebut membahas isolasi dan kloning gen IGF-1R (Insulin-like Growth Factor 1 Receptor) dari DNA sapi. Teknik yang digunakan meliputi ekstraksi DNA dari darah sapi, pencernaan DNA menggunakan enzim restriksi, ligasi DNA ke vektor plasmid, transformasi bakteri, dan identifikasi klon yang membawa gen IGF-1R melalui sekuensing DNA. Teknik ini diharapkan dapat mempercepat isolasi, kloning, dan sekuensing gen tertentu
Dokumen tersebut membahas tentang replikasi dan ekspresi gen. Secara singkat:
1. Replikasi DNA diperlukan untuk menyalin informasi genetik ke generasi berikutnya.
2. Replikasi melibatkan pemisahan rangkaian DNA menjadi utas tunggal yang berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis rangkaian baru.
3. Ekspresi gen melibatkan transkripsi DNA menjadi mRNA dan translasi mRNA menjadi protein.
Transkrip baru yang responsif terhadap stres dehidrasi dari tanaman serat tossa rami (Corcohrus olitorius L.) diidentifikasi. Ekspresi gen transkrip ini menurun di bawah kondisi stres dehidrasi. Studi ekspresi jaringan menunjukkan transkrip diekspresikan di akar, batang, dan daun pada kondisi normal. Homolog gen transkrip ini tidak ditemukan pada spesies tanaman lain.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
2. NORTHERN BLOTTING
Northern Blot atau RNA Blot dikenalkan pertama
kali pada tahun 1977
secara umum teknik ini mirip dengan Southern Blot
Yang membedakan adalah sampel yang
digunakan, yaitu RNA.
Teknik ini digunakan untuk melihat ekspresi
(transkripsi) suatu mRNA (gen) pada organ atau
jaringan tertentu, seperti daun, bunga, biji, batang,
dan lain sebagainya.
3. DEFINISI DAN PRINSIP
Northern Blot adalah suatu teknik untuk mendapatkan
informasi mengenai identitas, ukuran dan kelimpahan
RNA.
Prinsip northern blot adalah memisahkan RNA berdasarkan
ukuran dan
terdeteksi pada membran menggunakan probe
hibridisasi dengan urutan basa komplementer
untuk semua, atau sebagian, dari urutan mRNA target
5. TAHAPAN UMUM NORTHERN BLOT
isolasi RNA (total atau poli (A) RNA)
Generasi Probe
Denaturasi dan elektroforesis gel agarosa
Transfer ke support solid dan imobilisasi
Prehybridization dan hibridisasi dengan probe
Pencucian
Deteksi
Pengupasan dan reprobing (opsional)
6. ISOLASI RNA
Dapat dilakukan dengan cara:
Lisis membran Seluler
Penghambatan aktivitas ribonuklease
Deproteinasi
Recovery intact RNA
7. ISOLASI POLI (A)
dalam beberapa kasus, langkah terpisah untuk
isolasi mRNA dari RNA total dapat dimasukkan
dengan poly (A) selection, hal ini meningkatkan
sensitivitas.
Isolasi mRNA dari total RNA menggunakan poli-A
prosedur seleksi +, yang melibatkan kolom oligo-T,
atau beads primed oligo-T, untuk mengikat ekor
poli-A + mRNA.
RNA diekstraksi spesies, apakah RNA total atau
poli-A + yang dipilih, kemudian dipisahkan
berdasarkan ukuran molekul dengan elektroforesis
agarosa-gel
8. GENERASI PROBE
Dapat menggunakan radioaktif atau nonisotopically
label, RNA, DNA atau probe oligodeoxynucleotide.
RNA Probe dapat diproduksi secara in vitro melalui
reaksi transkripsi menggunakan Ambion yang
MAXIscript Kit.
Nukleotida berlabel isotop atau nonisotopic dapat
dimasukkan langsung selama sintesis dengan kit
ini, atau RNA dapat disintesis unlabeled dan
kemudian ditambah Psoralen-Biotin untuk
menghasilkan probe terbiotinilasi untuk
hybridizations blot.
9. DENATURASI DENGAN ELEKTROFORESIS
AGAROS
Formaldehida biasa digunakan secara tradisional
sebagai denaturan, meskipun sistem glyoxal
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
formaldehida.
10. TRANSFER KE SUPPORT SOLID DAN
IMOBILISASI
RNA ditransfer ke membran nilon bermuatan positif dan
kemudian bergerak selama hibridisasi berikutnya.
Metode berteknologi rendah terbaik untuk transfer agarosa
adalah dengan elusi, pasif sedikit basa, ke bawah.
Prosedur ini, dibandingkan dengan mentransfer ke atas, jauh
lebih cepat dan karena itu menghasilkan band-band lebih
ketat dan sinyal yang lebih. Atau, cara transfer yang tersedia
secara komersial aktif (electroblotter, semidry electroblotter,
vakum tinta, tinta tekanan, dll) dapat digunakan.
Setelah RNA ditransfer, membran harus segera disiapkan
untuk Crosslink RNA. Hal ini dapat dilakukan oleh sinar
ultraviolet (metode yang disukai) atau dengan dipanggang.
11. PREHYBRIDISASI DAN HIBRIDISASI DENGAN
PROBE
Prehybridisasi atau memblokir, diperlukan sebelum
menyelidiki hibridisasi untuk mencegah probe dari
lapisan membran. Blocking yang baik diperlukan
untuk meminimalkan masalah back ground.
12. HIBRIDISASI PROBES
Hibridisasi asam nukleat mensyaratkan bahwa probe ini
melengkapi semua, atau sebagian, dari urutan mRNA target.
Secara umum, ukuran minimum untuk probe untuk
memastikan spesifisitas adalah sekitar dua puluh lima basa,
memberikan bahwa ada kecocokan lengkap antara urutan
probe dan urutan dari mRNA target,
Ada dua bentuk utama probe hibridisasi, pendekatan
tradisional yang menggunakan DNA komplementer (cDNA).
Atau, anti-sense oligonukleotida (umumnya
30-40 basa) dapat dirancang dari data urutan dan disintesis.
Oligonukleotida, seperti cDNA, adalah molekul DNA yang
tetapi 'riboprobes' basa RNA nya dapat digunakan.
Riboprobes dapat meningkatkan sensitivitas dibandingkan
dengan probe DNA, tetapi mereka kurang stabil dalam arti
menjadi subyek dengan kerusakan oleh RNases.
13. PENCUCIAN
Setelah hibridisasi, unhibridisasi probe dihilangkan
dengan mencuci dengan buffer. Mencuci strigensi
rendah (misalnya, dengan 2X SSC atau SSPE)
menghilangkan larutan hibridisasi dan probe
unhibridisasi.
Mencuci strigenci tinggi (misalnya, dengan 0.1X
SSC atau SSPE) menghilangkan sebagian molekul
hibridisasi.
14. DETEKSI
Jika probe radiolabeled selesai digunakan, blot
dapat dibungkus dalam bungkus plastik agar tidak
kering dan kemudian segera menggunakan film
untuk autoradiografi.
Jika menggunakan probe nonisotopic, blot harus
diperlakukan dengan reagen deteksi nonisotopic
sebelum terkena film.
15. DETEKSI
Deteksi dicapai baik dengan radioaktivitas atau
dengan non-radioaktif.
Dengan radioaktivitas, probe ditandai dengan 32P
(atau 33P).
Dengan non-radioaktiv, deteksi dilakukan dengan
pewarnaan. Salah satunya dengan teknik
chemiluminescence, deteksi juga mungkin
didasarkan pada fluoresensi, tapi ini memerlukan
substansial investasi dalam instrumentasi khusus.
17. Biji tanaman yang sedang imbibisi atau akaar,
batang, daun, atau bunga dari tanaman yang
sudah matang
Isolat Total RNA
Poly (A+)RNA
Menggunakan metode phenol-SDS
Elektroforesis
Probing generate
Fragmen RNA
Hasil blotting
Transfer RNA dari gel ke membran
Hibridisasi
deteksi
Seleksi mRNA
18. PROBING
untuk RNA probe synthesis, 598 bp fragment dari
Cmchi1 cDNA yang sudah diamplifujasi dengan primer
48EM dan 48RV.
527 bp fragment telah diamplifiksi dari Cmchi2 cDNA
dengan primer 24DM and 24RV.
T7 promoter diligasi ke setiap fragmen dari kedua
fragmen tadi (Lign’s Kit, Ambion), dengan template
untuk amplifikasi PCR menggunakan T7 adapter primer
1 (Lign’s Kit, Ambion) and a gen-specific primer (48EM
from Cmchi1 and 24DM from Cmchi2).
DIG-labelled RNA probe disintes menggunakan produk
PCR yang tadi sebagai template (DIG RNA Labeling Kit,
Roche Molecular Biochemicals).
19. PEMISAHAN DAN TRANSFER
Poly(A+) RNA (1.75–5 ìg) dipisahkan dengan elektroforesi gel
dalam1% agarose gel yang mengandung 1× denaturing gel
buffer (ada dalam Northern MaxKit, Ambion) selama 2 jam
dengan 70 V.
RNA ditransfer dan di cross-linked ke membran positif (Hybond-
N+, Amersham Pharmacia Biotech, Piscataway, New Jersey,
USA)
membran RNA-blotted di prehybridiz dengan 10 ml buffer
komersial hybridisasi(Ultrahyb, Ambion) selama1 jam dan
dihibridisasi dengan probe DIG-labelled RNA (0.1 nM)
semalaman dengan suhu 68°C.
Membran dicuci di suhu 25°C sebanyak 2 kali pada stringensi
rendah untuk 5 min dan dua kali di suhu 68°C pada stringensi
tinggi untuk 20 min (NorthernMax kit, Ambion).
Sinyal hybridisasi didetesi menggunakan chemiluminescence
Setelah deteksi, membran yang sama dikupas
dan reprobed dengan
DIG-label antisense-aktin 7 dari Arabidopsis thaliana probe.
NorthernMax Kit berisi satu set lengkap RNase bebas reagen - termasuk agarosa berkualitas tinggi, larutan gel loading, preparasi gel dan running buffer gel, buffer transfer, penyangga hibridisasi, larutan mencuci dan RNaseZap, sebuah dekontaminasi solusi ribonuklease beracun untuk peralatan dan bekerja permukaan - untuk menjalankan formaldehida berbasis analisis Utara. Kit ini sangat ideal untuk peneliti yang ingin menggunakan reagen akrab saat mengambil keuntungan dari sensitivitas tinggi Kit NorthernMax itu. Kit NorthernMax kompatibel dengan DNA, RNA atau probe oligonukleotida berlabel isotopically atau nonisotopically