SlideShare a Scribd company logo
VIII.UPAH
1. PengertianUpah
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (30) UU 13/2003:
Upah adalah hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
Pasal 1 PP No. 8/1981 tentang Perlindungan Upah
Upah adalah suatu penerimaan
sebagai imbalan dari
pengusaha kepada buruh
untuk sesuatu pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut suatu
persetujuan, atau peraturan
perundang-undangan dan
dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara
pengusah dengan buruh,
termasuk tunjangan baik untuk
Upah dari Sudut Nilai
1. Upah nominal, yaitu jumlah
yang berupa uang;
2. Upah riil, yaitu banyaknya
barang yang dapat dibeli
dengan jumlah uang itu.
Upah dari Sudut Bentuk
1. Upah berupa uang;
2. Upah berupa barang, termasuk
pengobatan, perawatan,
pengangkutan, perumahan, jasa
dan sebagainya.
Kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam Pasal
88 ayat (3) UU No. 13/2003 meliputi :
1. Upah minimum
2. Upah kerja lembur
3. Upah tidak masuk kerja karena
berhalangan
4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan
kegiatan lain diluar pekerjaannya
5. Upah karena menjalankan hak waktu
istirahat kerjanya
6. Bentuk dan cara pembayaran upah
7. Denda dan potongan upah
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
upah
9. Struktur dan skala pengupahan yang
proporsional
10. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
11. Upah untuk kepentingan pajak
penghasilan.
Berbagai Macam SistemUpah
Menurut sistem upah ini, upah ditentukan berdasarkan
jangka waktu buruh melakukan pekerjaan :
a. Untuk tiap jam diberikan upah per jam
b. Untuk bekerja diberikan upah harian
c. Untuk seminggu bekerja diberi upah
mingguan
d. Untuk sebulan diberi upah bulanan
e. Dan sebagainya.
1. Sistem Upah Jangka Waktu
2. Sistem Upah Potongan
(Payment by Result)
Sistem ini biasanya digunakan
untuk mengganti sistem, upah
jangka waktu, dimana atau
bilamana hasil pekerjaan tidak
memuaskan atau tidak
memenuhi target yang
disepakati, maka upahnya
dipotong.
Manfaat dari sistem upah semacam ini
adalah :
1. Buruh mendaapat dorongan untuk
bekerja giat, karena makin banyak ia
menghasilkan, makin banyak pula
upah yang diterimanya
2. Produktivitas buruh dinaikkan
setinggi-tingginya
3. Barang modal seperti alat dan
sebgaianya, digunakan secara
intensif
1. Kegiatan buruh yang berlebihan.
2. Buruh kurang mengindahkan tindakan
untuk menjaga keselamatan dan
kesehatannya, pokoknya bekerja
semaksimal mungkin untuk hasil yang
semaksimal mungkin.
3. Upah tidak tetap, kalau kadang sedang bisa
bekerja baik dapat upah baik, namun bila
sedang kena masa sakit upahnya merosot.
Kelemahan Upah
dengan sistem
potong
3. Sistem Upah Permufakatan
Sistem upah semacam ini pada
dasarnya adalah upah potongan,
yaitu upah untuk hasil pekerjaan
tertentu.
4. Sistem Skala Upah Berubah
(Sliding scale)
Pada sistem semacam ini terdapat
hubungan antara upah dengan
harga penjualan hasil perusahaan.
5. Upah Indeks
Pada sistem ini, upah banyak
tergantung pada naik /turunnya
indeks biaya penghidupan.
6. Sistem Pembagian Keuntungan
Disamping upah yang diterima pada waktu-waktu
tertentu, pada penutupan tahun buku bilamana
ternyata majikan mendapat keuntungan yang cukup
besar, kepada buruh diberikan sebagian dari
keuntungan (bonus).
6. Sistem Pembagian Keuntungan
Disamping upah yang diterima pada waktu-waktu
tertentu, pada penutupan tahun buku bilamana
ternyata majikan mendapat keuntungan yang cukup
besar, kepada buruh diberikan sebagian dari
keuntungan (bonus).
7. Sistem Co-Partnership
Sistem di mana buruh
dengan jalan menabung
diberi kesempatan menjadi
Pesero dalam perusahaan.
1. Teori Upah Hukum Alam
Menurut teori ini, upah ditetapkan berdasarkan jumlah
biaya yang harus dikeluarkan bagi pemulihan kembali
tenaga buruh yang telah dikeluarkan saat ia bekerja, agar
dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi.
TEORI PENGUPAHAN
2. Teori Upah Hukum Besi.
Teori ini diberikan nama teori upah hukum besi oleh
Lassalle, sebagai upah mematahkan teori upah hukum
alamnya Ricardo yang sangat liberal.
Teori pengupahan dalam alam ekonomi liberal dianggap
kejam, dimana buruh yang dengan segala susah payah
menciptakan keuntungan bagi majikan hanya
mendapatkan upah sebatas untuk keharusan hidup saja.
3. Teori Pesediaan Upah atau Teori Dana Upah.
Menurut Stewart Mill Sr, dalam suatu masyarakat untuk
pembayaran upah sebenarnya sudah tersdia suatu
jumlah dana tertentu.
4. Teori Upah Etika.
Golongan agama yang sangat memperhatikan nasib
buruh, menghendaki supaya soal upah itu juga ditinjau
dari sudut etika, yaitu bahwa upah itu harus menjamin
penghidupan yang baik bagi buruh dan keluarganya.
5. Teori Upah Sosial.
Teori upah sosial ini, dahulu dilakukan dinegara sosialis,
bukan lagi berdasarkan upah atas produktivitas suatu
pekerjaan, tetapi semata-mata didasarkan atas
kebutuhan buruh.
Upah tetap harus dibayarkan
oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh jika:
Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena Pekerja/buruh
menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan
anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan,
seuami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua
atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah
meninggal dunia
Pekerja/buruh tidak dapat melakukan
pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya
Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan
Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada
hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
Pekerja/buruh tidak dapat melakukan
pekerjaanya karena sedang menjalankan
kewajiban terhadap Negara
Pekerja/buruh bersedia melakukan
pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik
karena kesalahan sendiri maupun halangan
yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha
Pekerja/buruh melaksanakan hak
istirahat
Pekerja/buruh melaksanakan tugas
serikat Pekerja/serikat buruh atas
persetujuan pengusaha
Pekerja/buruh melaksanakan tugas
pendidikan dari perusahaan
KOMPONEN UPAH
MINIMUM
Peninjauan terhadap besarnya upah minimum provinsi
dan upah minimum Kabupaten atau kota diberlakukan 1
tahun sekali.
Selain upah minimum, Gubernur juga dapat menetapkan
upah minimum sektoral provinsi (UMS provinsi) yang
didasarkan pada kesepakatan upah antara organisasi
perusahaan dengan serikat pekerja atau buruh.
Upah minimum dapat terdiri atas upah minimum
provinsi, upah minimum sektoral provinsi, Upah
Minimum Kabupaten atau kota dan upah minimum
sektoral Kabupaten atau kota.
Selain dilakukan pemerintah melalui undang-undang, penetapan
upah dapat juga dilakukan melalui kesepakatan.
Melalui kesepakatan ini biasanya dilakukan bagi pekerja dengan
masa kerja lebih dari 1 tahun sebagaimana diatur dalam
ketentuan pasal 13 ayat (3) Permenakertrans nomor PER-
01/MEN/1999 jo. kepmenakertrans Nomor KEP.266/MEN/2000,
dimana "peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja
lebih dari 1 tahun, dilakukan atas kesepakatan tertulis antara
pekerja atau Serikat Pekerja dengan pengusaha."
Kebutuhan fisik minimum
(KFM) : periode 1969-1995
Adapun komponen kebutuhan hidup sebagai dasar penetapan upah
minimum sepanjang sejarah telah mengalami 4 kali perubahan yaitu:
Kebutuhan hidup minimum
(KHM): periode 1996-2005
Kebutuhan hidup layak (KHL):
periode 2006-2012 (Permenaker
nomor 17 tahun 2005)
Kebutuhan hidup layak KHL:
periode 2012-sekarang
(Permenaker nomor 13 tahun
2012).
A B
Konvensi ILO nomor 131 yang secara khusus mengatur upah minimum di negara-negara
berkembang, Konvensi ini diadopsi tahun 1970. Di dalam Pasal 3 dari konvensi tersebut
mensyaratkan bahwa pihak yang berwenang dalam menentukan upah minimum harus
mempertimbangkan beberapa unsur berikut:
Kebutuhan dari pekerja
dan keluarganya, dengan
mempertimbangkan tingkat
upah secara umum di
negara bersangkutan gaya
hidup, jaminan
perlindungan sosial dan
standar kehidupan relatif
dari kelompok sosial
lainnya.
Faktor ekonomi, termasuk
tingkat pertumbuhan ekonomi
tingkat produktivitas dan
kemampuan untuk mencapai
dan menjaga tingkat pekerjaan
yang tinggi (the desirability of
attaining and maintaining a high
level of employment).
• Infographic Style
1. Nilai kebutuhan hidup
layak (KHL)
Pertimbangan upah minimum di Indonesia yang diatur dalam Permenaker nomor
17 tahun 2005 dan perubahan revisi KHL dalam permen nomor 13 tahun 2012.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan upah minimum
meliputi:
5. Kondisi usaha yang paling
tidak mampu (Marjinal)
2. Produktivitas makro
3. Pertumbuhan ekonomi
4. Kondisi pasar kerja
Beberapa ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan yang diubah
oleh UU Cipta Kerja adalah sebagai berikut:
3
Masa kerja
tidak
dipertimbang
kan
1
Jenis upah
dikurangi
2
Komponen
hidup layak
tidak
dimasukkan
01
02
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan
40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
Perlindungan terhadap pekerja/buruh juga meliputi perihal waktu
kerja.
Setiap pengusaha wajib melaksakan ketentuan waktu kerja,
sebagaimana diterangkan dalam Pasal 77 dengan Pasal 80 UU No. 13
Tahun 2013.
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari
dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1(satu)
minggu.
Jam kerja dalam per hari
selama 8 jam atau 40 jam
selama seminggu. Melalui
perubahan UU Cipta Kerja
diatur pula waktu untuk
pekerjaan khusus yang bisa
kurang dari 8 jam per hari
atau pekerjaan yang bisa
lebih dari 8 jam per hari.
Berdasarkan Omnibus
Law
Jika ada pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang
Ketenagakerjaan maka berlaku baginya syarat-
syarat berikut:
1. Ada persetujuan pekerja/buruh
yang bersangkutan.
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari
dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu.
Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu
kerja lembur paling banyak hanya 3
jam per hari dan 14 jam per minggu.
Sedangkan dalam Omnibus Law Cipta
Kerja waktu kerja lembur diperpanjang
menjadi maksimal 4 jam per hari dan
18 jam per minggu.
1) Istirahat Mingguan
Dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b UU
Ketenagakerjaan dijelaskan: "Istirahat mingguan 1
(satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu."
Sementara dalam UU Cipta Kerja, Pasal 79 ayat
(2) huruf b tersebut mengalami perubahan di mana
aturan 5 hari kerja itu dihapus, sehingga berbunyi:
istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam
1 minggu.
Waktu Istirahat dan Cuti
Pasca Omnibus Law
2) Istirahat Panjang
Dalam Pasal 79 Ayat (2) huruf d UU Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa pekerja berhak atas istirahat panjang
sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing masing satu bulan
jika telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus
pada perusahaan yang sama.
Ketentuannya: pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
tahun. Namun dalam UU Cipta Kerja regulasi terkait hak
cuti panjang tersebut tak diatur melainkan menyerahkan
aturan itu kepada perusahaan atau diatur melalui
perjanjian kerja sama yang disepakati.
PERUBAHAN KETENTUAN UPAH PASCA DITETAPKANNYA
OMNIBUS LAW
1) Upah satuan hasil dan waktu
Undang-undang Ketenagakerjaan tidak
mengatur upah satuan hasil dan waktu.
Sementara, dalam RUU Ciptaker, upah
satuan hasil dan waktu diatur dalam
Pasal 88 B. Dalam ayat (2) pasal 88 B
tersebut juga dijelaskan bahwa ketentuan
lebih lanjut mengenai upah satuan hasil
dan waktu diatur dalam peraturan
pemerintah (pp).
2) Upah Minimum Sektoral dan Upah
Minimum Kabupaten/Kota
Dalam UU Ketenagakerjaan, upah minimum
ditetapkan di tingkat provinsi,
kabupaten/kotamadya, dan sektoral diatur
lewat Pasal 89 dan diarahkan pada
pencapaian kelayakan hidup.
Namun, Omnibus Law Ciptaker menghapus pasal
tersebut dan menggantinya menjadi Pasal 88 C.
Dalam pasal pengganti tersebut upah sektoral
dihapuskan sedangkan penetapan upah minimum
provinsi diatur dan ditetapkan gubernur berdasarkan
kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan dengan syarat
tertentu.
Dalam pasal 89 UUK tersebut, upah minimum provinsi
ditetapkan Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota. Sedangkan penghitungan komponen
serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup
layak diatur dengan Keputusan Menteri.
Kondisi ekonomi
ketenagakerjaan yang
diatur dalam Pasal 88 C
didasarkan data dan
bersumber dari
lembaga yang
berwenang di bidang
statistik. Sementara,
syarat tertentu meliputi
pertumbuhan ekonomi
daerah dan inflasi pada
kabupaten/kota yang
terkait.
Ketentuan mengenai tata
cara penetapan upah
minimum diatur dalam
peraturan pemerintah.
Yang tak berubah adalah
upah minimum
kabupaten/kota tetap
harus lebih tinggi dari
upah minimum provinsi.
Omnibus Law Ciptaker
mencantumkan pasal baru,
yakni Pasal 90 B yang
mengecualikan ketentuan
upah minimum untuk UMKM.
Upah pekerja UMKM diatur
berdasarkan kesepakatan
antara pekerja dan pemberian
kerja sedangkan tata cara
pengaturan upah pekerja
untuk UMKM diatur lebih lanjut
di dalam PP.
.
Thanks….

More Related Content

What's hot

Peraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagroPeraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagro
Ali usman
 
12 aspek hukum ketenagakerjaan
12 aspek hukum ketenagakerjaan12 aspek hukum ketenagakerjaan
12 aspek hukum ketenagakerjaan
RakyatCerdas
 
PP Nomor 78 Tahun 2015
PP Nomor 78 Tahun 2015PP Nomor 78 Tahun 2015
PP Nomor 78 Tahun 2015
Muhammad Sirajuddin
 
Outsourcing
OutsourcingOutsourcing
Outsourcing
Fardalaw Labor
 
Peraturan Perusahaan
Peraturan PerusahaanPeraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan
Fardalaw Labor
 
Perjanjian Kerja
Perjanjian KerjaPerjanjian Kerja
Perjanjian Kerja
Fardalaw Labor
 
Perjanjian Kerja Bersama/ CLA
Perjanjian Kerja Bersama/ CLAPerjanjian Kerja Bersama/ CLA
Perjanjian Kerja Bersama/ CLA
Fardalaw Labor
 
Hukum Perburuhan
Hukum PerburuhanHukum Perburuhan
Hukum PerburuhanDiarta
 
Kontrak kerja
Kontrak kerja  Kontrak kerja
Kontrak kerja
Ali usman
 
Matakuliah ketenagakerjaan
Matakuliah  ketenagakerjaanMatakuliah  ketenagakerjaan
Matakuliah ketenagakerjaanZul Kifli
 
Hukum perburuhan
Hukum perburuhanHukum perburuhan
Hukum perburuhan
muizzon
 
MOGOK KERJA
MOGOK KERJAMOGOK KERJA
MOGOK KERJA
Fardalaw Labor
 
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
Shobrie Hardhi, SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
 
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBPermen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBFardalaw Labor
 
Corporate Action # PHK
Corporate Action # PHKCorporate Action # PHK
Corporate Action # PHK
Fardalaw Labor
 
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaraPp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaradhoan Evridho
 
4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerjaAlexander Nikolas
 

What's hot (19)

Peraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagroPeraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagro
 
12 aspek hukum ketenagakerjaan
12 aspek hukum ketenagakerjaan12 aspek hukum ketenagakerjaan
12 aspek hukum ketenagakerjaan
 
PP Nomor 78 Tahun 2015
PP Nomor 78 Tahun 2015PP Nomor 78 Tahun 2015
PP Nomor 78 Tahun 2015
 
Outsourcing
OutsourcingOutsourcing
Outsourcing
 
Peraturan Perusahaan
Peraturan PerusahaanPeraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan
 
Perjanjian Kerja
Perjanjian KerjaPerjanjian Kerja
Perjanjian Kerja
 
Belajar
BelajarBelajar
Belajar
 
Perjanjian Kerja Bersama/ CLA
Perjanjian Kerja Bersama/ CLAPerjanjian Kerja Bersama/ CLA
Perjanjian Kerja Bersama/ CLA
 
Hukum Perburuhan
Hukum PerburuhanHukum Perburuhan
Hukum Perburuhan
 
Kontrak kerja
Kontrak kerja  Kontrak kerja
Kontrak kerja
 
Matakuliah ketenagakerjaan
Matakuliah  ketenagakerjaanMatakuliah  ketenagakerjaan
Matakuliah ketenagakerjaan
 
Hukum perburuhan
Hukum perburuhanHukum perburuhan
Hukum perburuhan
 
MOGOK KERJA
MOGOK KERJAMOGOK KERJA
MOGOK KERJA
 
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
Contoh Hak & Kewajiban Pengusaha (Based On UU Naker No.13 Th 2003)
 
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBPermen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
 
Slide pkb
Slide pkb Slide pkb
Slide pkb
 
Corporate Action # PHK
Corporate Action # PHKCorporate Action # PHK
Corporate Action # PHK
 
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaraPp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
 
4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja
 

Similar to 8. upah

ppt pengupahan.pptx
ppt pengupahan.pptxppt pengupahan.pptx
ppt pengupahan.pptx
YeHett1
 
Upah minimum
Upah minimumUpah minimum
Upah minimumazie_10
 
Upah minimum
Upah minimumUpah minimum
Upah minimum
Nur Laela Ulfah
 
Kelompok 3 upah
Kelompok 3 upahKelompok 3 upah
Kelompok 3 upah
nandobabari
 
Kompensasi.pptx [autosaved]
Kompensasi.pptx [autosaved]Kompensasi.pptx [autosaved]
Kompensasi.pptx [autosaved]Lina Akuba
 
Evi
EviEvi
Media rketenagakerjaan
Media  rketenagakerjaanMedia  rketenagakerjaan
Media rketenagakerjaan
Frenki Lestari
 
Media ketenagakerjaan
Media ketenagakerjaanMedia ketenagakerjaan
Media ketenagakerjaan
Frenki Lestari
 
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01Ammar Akmal
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
KetenagakerjaanKirito1234
 
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptx
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptxSosialisasi dan Konsolidasi.pptx
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptx
Brian801227
 
Makalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaanMakalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaan
Ellys Panggabean
 
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptxPengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
ssuserd30037
 
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptxPengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
ssuserd30037
 
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptxPengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
ssuserd30037
 
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMIDAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
ArtyoRizqiSyabhantar
 
ketenagakerjaan
ketenagakerjaanketenagakerjaan
ketenagakerjaan
Srestha Anindyanari
 
Perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaPerlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerja
Kathleen Pontoh
 

Similar to 8. upah (20)

ppt pengupahan.pptx
ppt pengupahan.pptxppt pengupahan.pptx
ppt pengupahan.pptx
 
Upah minimum
Upah minimumUpah minimum
Upah minimum
 
Upah minimum
Upah minimumUpah minimum
Upah minimum
 
Kelompok 3 upah
Kelompok 3 upahKelompok 3 upah
Kelompok 3 upah
 
Kompensasi.pptx [autosaved]
Kompensasi.pptx [autosaved]Kompensasi.pptx [autosaved]
Kompensasi.pptx [autosaved]
 
Evi
EviEvi
Evi
 
Media rketenagakerjaan
Media  rketenagakerjaanMedia  rketenagakerjaan
Media rketenagakerjaan
 
Media ketenagakerjaan
Media ketenagakerjaanMedia ketenagakerjaan
Media ketenagakerjaan
 
Gaji atau Upah
Gaji atau UpahGaji atau Upah
Gaji atau Upah
 
Mikro
MikroMikro
Mikro
 
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01
Materidasar dasarpengupahan-120327063726-phpapp01
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptx
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptxSosialisasi dan Konsolidasi.pptx
Sosialisasi dan Konsolidasi.pptx
 
Makalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaanMakalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaan
 
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptxPengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
 
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptxPengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
Pengupahannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pptx
 
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptxPengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
Pengupahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.pptx
 
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMIDAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
DAMPAK KEBIJAKAN UPAH KFC TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIMASA PANDEMI
 
ketenagakerjaan
ketenagakerjaanketenagakerjaan
ketenagakerjaan
 
Perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaPerlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerja
 

More from Gindha Wayka

13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
Gindha Wayka
 
12. perselisihan perburuhan
12. perselisihan perburuhan12. perselisihan perburuhan
12. perselisihan perburuhan
Gindha Wayka
 
10 mogok kerja & lock out
10 mogok kerja & lock out10 mogok kerja & lock out
10 mogok kerja & lock out
Gindha Wayka
 
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
Gindha Wayka
 
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
Gindha Wayka
 
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
Gindha Wayka
 
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
Gindha Wayka
 
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
Gindha Wayka
 
2. ketenagakerjan
2. ketenagakerjan2. ketenagakerjan
2. ketenagakerjan
Gindha Wayka
 
1. pendahuluan
1. pendahuluan1. pendahuluan
1. pendahuluan
Gindha Wayka
 
3. sejarah ketenagakerjaan
3. sejarah ketenagakerjaan3. sejarah ketenagakerjaan
3. sejarah ketenagakerjaan
Gindha Wayka
 
15. perdagangan elektronik
15. perdagangan elektronik15. perdagangan elektronik
15. perdagangan elektronik
Gindha Wayka
 
14. waralaba
14. waralaba14. waralaba
14. waralaba
Gindha Wayka
 
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
Gindha Wayka
 
12. perjanjian perdagangan ekspor impor
12. perjanjian perdagangan ekspor impor12. perjanjian perdagangan ekspor impor
12. perjanjian perdagangan ekspor impor
Gindha Wayka
 
11. rahasia dagang
11. rahasia dagang11. rahasia dagang
11. rahasia dagang
Gindha Wayka
 
10. tata kelola perusahaan
10. tata kelola perusahaan10. tata kelola perusahaan
10. tata kelola perusahaan
Gindha Wayka
 
9. struktur organ perseroan terbatas
9. struktur organ perseroan terbatas9. struktur organ perseroan terbatas
9. struktur organ perseroan terbatas
Gindha Wayka
 
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
Gindha Wayka
 
6. akuisisi, konsolidasi dan merger
6. akuisisi, konsolidasi dan merger6. akuisisi, konsolidasi dan merger
6. akuisisi, konsolidasi dan merger
Gindha Wayka
 

More from Gindha Wayka (20)

13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitas
 
12. perselisihan perburuhan
12. perselisihan perburuhan12. perselisihan perburuhan
12. perselisihan perburuhan
 
10 mogok kerja & lock out
10 mogok kerja & lock out10 mogok kerja & lock out
10 mogok kerja & lock out
 
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
9 sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja
 
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
 
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
6. pengerahan dan penempatan tenaga kerja
 
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
5. para pihak dalam hukum tenaga kerja
 
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
 
2. ketenagakerjan
2. ketenagakerjan2. ketenagakerjan
2. ketenagakerjan
 
1. pendahuluan
1. pendahuluan1. pendahuluan
1. pendahuluan
 
3. sejarah ketenagakerjaan
3. sejarah ketenagakerjaan3. sejarah ketenagakerjaan
3. sejarah ketenagakerjaan
 
15. perdagangan elektronik
15. perdagangan elektronik15. perdagangan elektronik
15. perdagangan elektronik
 
14. waralaba
14. waralaba14. waralaba
14. waralaba
 
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
 
12. perjanjian perdagangan ekspor impor
12. perjanjian perdagangan ekspor impor12. perjanjian perdagangan ekspor impor
12. perjanjian perdagangan ekspor impor
 
11. rahasia dagang
11. rahasia dagang11. rahasia dagang
11. rahasia dagang
 
10. tata kelola perusahaan
10. tata kelola perusahaan10. tata kelola perusahaan
10. tata kelola perusahaan
 
9. struktur organ perseroan terbatas
9. struktur organ perseroan terbatas9. struktur organ perseroan terbatas
9. struktur organ perseroan terbatas
 
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
7. akuisisi, konsolidasi dan merger lanjutan
 
6. akuisisi, konsolidasi dan merger
6. akuisisi, konsolidasi dan merger6. akuisisi, konsolidasi dan merger
6. akuisisi, konsolidasi dan merger
 

Recently uploaded

CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
Adhi Setyowibowo
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
intelkejarimimika07
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 

Recently uploaded (16)

CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
6. PPLi-BimTek Pemulihan dan Kedaruratan_PPLI.pdf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdfPeran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
Peran Kejaksaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Pemilu.pdf
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 

8. upah

  • 2. 1. PengertianUpah Berdasarkan Pasal 1 Ayat (30) UU 13/2003: Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
  • 3. Pasal 1 PP No. 8/1981 tentang Perlindungan Upah Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusah dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk
  • 4. Upah dari Sudut Nilai 1. Upah nominal, yaitu jumlah yang berupa uang; 2. Upah riil, yaitu banyaknya barang yang dapat dibeli dengan jumlah uang itu.
  • 5. Upah dari Sudut Bentuk 1. Upah berupa uang; 2. Upah berupa barang, termasuk pengobatan, perawatan, pengangkutan, perumahan, jasa dan sebagainya.
  • 6. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam Pasal 88 ayat (3) UU No. 13/2003 meliputi : 1. Upah minimum 2. Upah kerja lembur 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya 5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya 6. Bentuk dan cara pembayaran upah 7. Denda dan potongan upah 8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah 9. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional 10. Upah untuk pembayaran pesangon; dan 11. Upah untuk kepentingan pajak penghasilan.
  • 7. Berbagai Macam SistemUpah Menurut sistem upah ini, upah ditentukan berdasarkan jangka waktu buruh melakukan pekerjaan : a. Untuk tiap jam diberikan upah per jam b. Untuk bekerja diberikan upah harian c. Untuk seminggu bekerja diberi upah mingguan d. Untuk sebulan diberi upah bulanan e. Dan sebagainya. 1. Sistem Upah Jangka Waktu
  • 8. 2. Sistem Upah Potongan (Payment by Result) Sistem ini biasanya digunakan untuk mengganti sistem, upah jangka waktu, dimana atau bilamana hasil pekerjaan tidak memuaskan atau tidak memenuhi target yang disepakati, maka upahnya dipotong. Manfaat dari sistem upah semacam ini adalah : 1. Buruh mendaapat dorongan untuk bekerja giat, karena makin banyak ia menghasilkan, makin banyak pula upah yang diterimanya 2. Produktivitas buruh dinaikkan setinggi-tingginya 3. Barang modal seperti alat dan sebgaianya, digunakan secara intensif
  • 9. 1. Kegiatan buruh yang berlebihan. 2. Buruh kurang mengindahkan tindakan untuk menjaga keselamatan dan kesehatannya, pokoknya bekerja semaksimal mungkin untuk hasil yang semaksimal mungkin. 3. Upah tidak tetap, kalau kadang sedang bisa bekerja baik dapat upah baik, namun bila sedang kena masa sakit upahnya merosot. Kelemahan Upah dengan sistem potong
  • 10. 3. Sistem Upah Permufakatan Sistem upah semacam ini pada dasarnya adalah upah potongan, yaitu upah untuk hasil pekerjaan tertentu. 4. Sistem Skala Upah Berubah (Sliding scale) Pada sistem semacam ini terdapat hubungan antara upah dengan harga penjualan hasil perusahaan. 5. Upah Indeks Pada sistem ini, upah banyak tergantung pada naik /turunnya indeks biaya penghidupan.
  • 11. 6. Sistem Pembagian Keuntungan Disamping upah yang diterima pada waktu-waktu tertentu, pada penutupan tahun buku bilamana ternyata majikan mendapat keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari keuntungan (bonus). 6. Sistem Pembagian Keuntungan Disamping upah yang diterima pada waktu-waktu tertentu, pada penutupan tahun buku bilamana ternyata majikan mendapat keuntungan yang cukup besar, kepada buruh diberikan sebagian dari keuntungan (bonus).
  • 12. 7. Sistem Co-Partnership Sistem di mana buruh dengan jalan menabung diberi kesempatan menjadi Pesero dalam perusahaan.
  • 13. 1. Teori Upah Hukum Alam Menurut teori ini, upah ditetapkan berdasarkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan bagi pemulihan kembali tenaga buruh yang telah dikeluarkan saat ia bekerja, agar dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi. TEORI PENGUPAHAN 2. Teori Upah Hukum Besi. Teori ini diberikan nama teori upah hukum besi oleh Lassalle, sebagai upah mematahkan teori upah hukum alamnya Ricardo yang sangat liberal. Teori pengupahan dalam alam ekonomi liberal dianggap kejam, dimana buruh yang dengan segala susah payah menciptakan keuntungan bagi majikan hanya mendapatkan upah sebatas untuk keharusan hidup saja. 3. Teori Pesediaan Upah atau Teori Dana Upah. Menurut Stewart Mill Sr, dalam suatu masyarakat untuk pembayaran upah sebenarnya sudah tersdia suatu jumlah dana tertentu. 4. Teori Upah Etika. Golongan agama yang sangat memperhatikan nasib buruh, menghendaki supaya soal upah itu juga ditinjau dari sudut etika, yaitu bahwa upah itu harus menjamin penghidupan yang baik bagi buruh dan keluarganya. 5. Teori Upah Sosial. Teori upah sosial ini, dahulu dilakukan dinegara sosialis, bukan lagi berdasarkan upah atas produktivitas suatu pekerjaan, tetapi semata-mata didasarkan atas kebutuhan buruh.
  • 14. Upah tetap harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh jika: Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena Pekerja/buruh menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan, seuami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaanya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap Negara
  • 15. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat Pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan
  • 16. KOMPONEN UPAH MINIMUM Peninjauan terhadap besarnya upah minimum provinsi dan upah minimum Kabupaten atau kota diberlakukan 1 tahun sekali. Selain upah minimum, Gubernur juga dapat menetapkan upah minimum sektoral provinsi (UMS provinsi) yang didasarkan pada kesepakatan upah antara organisasi perusahaan dengan serikat pekerja atau buruh. Upah minimum dapat terdiri atas upah minimum provinsi, upah minimum sektoral provinsi, Upah Minimum Kabupaten atau kota dan upah minimum sektoral Kabupaten atau kota.
  • 17. Selain dilakukan pemerintah melalui undang-undang, penetapan upah dapat juga dilakukan melalui kesepakatan. Melalui kesepakatan ini biasanya dilakukan bagi pekerja dengan masa kerja lebih dari 1 tahun sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 13 ayat (3) Permenakertrans nomor PER- 01/MEN/1999 jo. kepmenakertrans Nomor KEP.266/MEN/2000, dimana "peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja lebih dari 1 tahun, dilakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja atau Serikat Pekerja dengan pengusaha."
  • 18. Kebutuhan fisik minimum (KFM) : periode 1969-1995 Adapun komponen kebutuhan hidup sebagai dasar penetapan upah minimum sepanjang sejarah telah mengalami 4 kali perubahan yaitu: Kebutuhan hidup minimum (KHM): periode 1996-2005 Kebutuhan hidup layak (KHL): periode 2006-2012 (Permenaker nomor 17 tahun 2005) Kebutuhan hidup layak KHL: periode 2012-sekarang (Permenaker nomor 13 tahun 2012).
  • 19. A B Konvensi ILO nomor 131 yang secara khusus mengatur upah minimum di negara-negara berkembang, Konvensi ini diadopsi tahun 1970. Di dalam Pasal 3 dari konvensi tersebut mensyaratkan bahwa pihak yang berwenang dalam menentukan upah minimum harus mempertimbangkan beberapa unsur berikut: Kebutuhan dari pekerja dan keluarganya, dengan mempertimbangkan tingkat upah secara umum di negara bersangkutan gaya hidup, jaminan perlindungan sosial dan standar kehidupan relatif dari kelompok sosial lainnya. Faktor ekonomi, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi tingkat produktivitas dan kemampuan untuk mencapai dan menjaga tingkat pekerjaan yang tinggi (the desirability of attaining and maintaining a high level of employment).
  • 20. • Infographic Style 1. Nilai kebutuhan hidup layak (KHL) Pertimbangan upah minimum di Indonesia yang diatur dalam Permenaker nomor 17 tahun 2005 dan perubahan revisi KHL dalam permen nomor 13 tahun 2012. Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan upah minimum meliputi: 5. Kondisi usaha yang paling tidak mampu (Marjinal) 2. Produktivitas makro 3. Pertumbuhan ekonomi 4. Kondisi pasar kerja
  • 21. Beberapa ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan yang diubah oleh UU Cipta Kerja adalah sebagai berikut: 3 Masa kerja tidak dipertimbang kan 1 Jenis upah dikurangi 2 Komponen hidup layak tidak dimasukkan
  • 22. 01 02 1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Perlindungan terhadap pekerja/buruh juga meliputi perihal waktu kerja. Setiap pengusaha wajib melaksakan ketentuan waktu kerja, sebagaimana diterangkan dalam Pasal 77 dengan Pasal 80 UU No. 13 Tahun 2013. 2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1(satu) minggu. Jam kerja dalam per hari selama 8 jam atau 40 jam selama seminggu. Melalui perubahan UU Cipta Kerja diatur pula waktu untuk pekerjaan khusus yang bisa kurang dari 8 jam per hari atau pekerjaan yang bisa lebih dari 8 jam per hari. Berdasarkan Omnibus Law
  • 23. Jika ada pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan maka berlaku baginya syarat- syarat berikut: 1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan. 2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam per hari dan 14 jam per minggu. Sedangkan dalam Omnibus Law Cipta Kerja waktu kerja lembur diperpanjang menjadi maksimal 4 jam per hari dan 18 jam per minggu.
  • 24. 1) Istirahat Mingguan Dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b UU Ketenagakerjaan dijelaskan: "Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu." Sementara dalam UU Cipta Kerja, Pasal 79 ayat (2) huruf b tersebut mengalami perubahan di mana aturan 5 hari kerja itu dihapus, sehingga berbunyi: istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu. Waktu Istirahat dan Cuti Pasca Omnibus Law 2) Istirahat Panjang Dalam Pasal 79 Ayat (2) huruf d UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pekerja berhak atas istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing masing satu bulan jika telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama. Ketentuannya: pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun. Namun dalam UU Cipta Kerja regulasi terkait hak cuti panjang tersebut tak diatur melainkan menyerahkan aturan itu kepada perusahaan atau diatur melalui perjanjian kerja sama yang disepakati.
  • 25. PERUBAHAN KETENTUAN UPAH PASCA DITETAPKANNYA OMNIBUS LAW 1) Upah satuan hasil dan waktu Undang-undang Ketenagakerjaan tidak mengatur upah satuan hasil dan waktu. Sementara, dalam RUU Ciptaker, upah satuan hasil dan waktu diatur dalam Pasal 88 B. Dalam ayat (2) pasal 88 B tersebut juga dijelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai upah satuan hasil dan waktu diatur dalam peraturan pemerintah (pp). 2) Upah Minimum Sektoral dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Dalam UU Ketenagakerjaan, upah minimum ditetapkan di tingkat provinsi, kabupaten/kotamadya, dan sektoral diatur lewat Pasal 89 dan diarahkan pada pencapaian kelayakan hidup.
  • 26. Namun, Omnibus Law Ciptaker menghapus pasal tersebut dan menggantinya menjadi Pasal 88 C. Dalam pasal pengganti tersebut upah sektoral dihapuskan sedangkan penetapan upah minimum provinsi diatur dan ditetapkan gubernur berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan dengan syarat tertentu. Dalam pasal 89 UUK tersebut, upah minimum provinsi ditetapkan Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Sedangkan penghitungan komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan Menteri.
  • 27. Kondisi ekonomi ketenagakerjaan yang diatur dalam Pasal 88 C didasarkan data dan bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik. Sementara, syarat tertentu meliputi pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang terkait. Ketentuan mengenai tata cara penetapan upah minimum diatur dalam peraturan pemerintah. Yang tak berubah adalah upah minimum kabupaten/kota tetap harus lebih tinggi dari upah minimum provinsi. Omnibus Law Ciptaker mencantumkan pasal baru, yakni Pasal 90 B yang mengecualikan ketentuan upah minimum untuk UMKM. Upah pekerja UMKM diatur berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan pemberian kerja sedangkan tata cara pengaturan upah pekerja untuk UMKM diatur lebih lanjut di dalam PP. .