Tuan S.Holmes memulai Polycon Lens Company bertahun-tahun yang lalu untuk memproduksi lensa acrylic sebagai bahan utama kaca pembesar. Perusahaan telah berkembang dengan baik dan penasihat pajak domestik Tuan Holmes membantu perusahaan mengurangi jumlah pajak tahunan perusahaan dengan bermacam-macam metode. Contohnya, memastikan perusahaan dikenai pajak atas laba yang kecil, meraih semua dana dan intensif investasi, mendepresiasi aset perusahaan dalam jumlah maksimum yang diizinkan peraturan perpajakan, dan pengurangan-pengurangan lain yang memungkinkan.
Perundang-undangan perpajakan perusahaan di sebagian besar negara berisi ketentuan laba yang dikenai pajak dapat dikurangkan sesuai dengan keadaan tertentu dan konsultan perencanaan pajak yang baik diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan serta kelonggaran yang diizinkan oleh hukum pajak perusahaan domestik.
Bagian ini secara prinsip membahas mengenai kemampuan perusahaan domestik untuk memaksimumkan laba setelah pajak untuk kegiatan diluar negeri, diasumsikan kesempatan perencanaan pajak dihasilkan dari kegiatan domestik murni yang dimanfaatkan sepenuhnya.
Tuan S.Holmes memulai Polycon Lens Company bertahun-tahun yang lalu untuk memproduksi lensa acrylic sebagai bahan utama kaca pembesar. Perusahaan telah berkembang dengan baik dan penasihat pajak domestik Tuan Holmes membantu perusahaan mengurangi jumlah pajak tahunan perusahaan dengan bermacam-macam metode. Contohnya, memastikan perusahaan dikenai pajak atas laba yang kecil, meraih semua dana dan intensif investasi, mendepresiasi aset perusahaan dalam jumlah maksimum yang diizinkan peraturan perpajakan, dan pengurangan-pengurangan lain yang memungkinkan.
Perundang-undangan perpajakan perusahaan di sebagian besar negara berisi ketentuan laba yang dikenai pajak dapat dikurangkan sesuai dengan keadaan tertentu dan konsultan perencanaan pajak yang baik diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan serta kelonggaran yang diizinkan oleh hukum pajak perusahaan domestik.
Bagian ini secara prinsip membahas mengenai kemampuan perusahaan domestik untuk memaksimumkan laba setelah pajak untuk kegiatan diluar negeri, diasumsikan kesempatan perencanaan pajak dihasilkan dari kegiatan domestik murni yang dimanfaatkan sepenuhnya.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Mergers and Acquisitions as an introduction to the training, as a guide to conduct mergers and acquisitions, as a strategy to face competition and increase profits, through the empowerment of the maximum available resources
2. 2. KONSOLIDASI (PELEBURAN)
KONSOLIDASI (PELEBURAN) Adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh 2 perseroan atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara
membentuk satu perseroan baru dan masing-
masing perseroan yang meleburkan diri menjadi
bubar ( pasal 1 angka 2 PP No 27 / 1998 ).
(adanya dua PT atau lebih yang
menggabungkan diri menjadi satu perusahaan
baru).
2
2. KONSOLIDASI (PELEBURAN)
3. 2. KONSOLIDASI (PELEBURAN)
ALASAN PELEBURAN Karena beberapa perseroan
sulit berkembang:
1. Karena kekurangan modal
2. Karena managemen yang lemah
yang membuat mereka tidak
mampu bersaing.
3
ALASAN PELEBURAN
4. “
1. Memperbesar jumlah modal
2. Memperbesar sinergi perseroan
3. Menyelamatkan kelangsungan Produksi
4. Mengamankan jalur distribusi
5. Mengurangi pesaing dan mampu bersaing
secara monopolistic.
TUJUAN KONSOLIDASI
(PELEBURAN)
5. 3. Merger (Penggabungan)
Yaitu apabila ada dua PT atau lebih, dimana
yang satu atau lebih menggabungkan diri
kepada satu perusahaan yang sudah ada
tersebut.(pasal 1 angka 1 PP No. 27/1998).
Beda Merger dengan Akuisisi
1. Kepemilikan dari usaha yang digabungkan
2. Kontrol management dari usaha yang digabungkan.
5
In two or three columns
6. About this template
Instructions for use
Penggabungan Usaha Disebut Merger Jika:
1. Perusahaan yang bergabung tidak dapat
disebut sebagai perusahaan pengambil alih
atau perusahaan yang diambil alih.
2. Kedua perusahaan berpartisifasi dalam
membentuk struktur manajemen perusahaan
hasil penggabungan.
3. Perusahaan yang bergabung mempunyai hak
yang sama.
4. Penerbitan saham baru yang ditukar dengan
kepemilikan saham dalam perusahaan yang
lain.
6
7. About this template
Rancangan Penggabungan Harus Memuat :
1. Nama perseroan yang melakukan
penggabungan / peleburan.
2. Alasan-alasan penggabungan
3. Tata cara konversi saham dari masing-masing
perusahaan yang melakukan penggabungan /
peleburan ke perusahaan hasil penggabungan
/ peleburan.
4. Rancangan perubahan Anggaran Dasar Hasil
penggabungan / Peleburan.
5. Neraca laba rugi 3 tahun terakhir dari masing-
masing perusahaan yang melakukan
penggabungan / peleburan.
7
8. Sejak tanggal persetujuan perubahan AD oleh menteri
Hukum dan HAM dan perseroan yang menggabungkan
diri bubar demi hukum terhitung sejak tanggal
Persetujuan menteri atas perubahan AD.
Apabila Merger / Akuisisi disertai perubahan AD yang
tidak memerlukan persetujuan Menteri yaitu sejak
tanggal pendaftaran dalam daftar perusahaan.
Apabila Merger / Akuisisi tanpa disertai perubahan AD
maka M / A mulai berlaku sejak tanggal
penandatangan Akta penggabungan dan perseroan
yang menggabungkan diri bubar sejak tanggal
penandatangan akta penggabungan.
8
Saat dimulainya Merger / Akuisisi menurut Hukum:
9. Sejak tanggal persetujuan perubahan AD oleh menteri
Hukum dan HAM dan perseroan yang menggabungkan
diri bubar demi hukum terhitung sejak tanggal
Persetujuan menteri atas perubahan AD.
Apabila Merger / Akuisisi disertai perubahan AD yang
tidak memerlukan persetujuan Menteri yaitu sejak
tanggal pendaftaran dalam daftar perusahaan.
Apabila Merger / Akuisisi tanpa disertai perubahan AD
maka M / A mulai berlaku sejak tanggal
penandatangan Akta penggabungan dan perseroan
yang menggabungkan diri bubar sejak tanggal
penandatangan akta penggabungan.
9
Saat dimulainya Merger / Akuisisi menurut Hukum:
10. Tujuan akuisisi, konsolidasi dan merger
pada dasarnya sama yaitu:
untuk mengatasi masalah kesehatan
perusahaan guna menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap citra perusahaan.
10
Tujuan akuisisi, Konsolidasi dan Merger