SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memiliki gigi yang sehat adalah impian setiap orang, sebab selain berfungsi
sebagai alat pengunyah, organ ini juga memiliki fungsi untuk menunjang
penampilan. Apabila tidak dijaga kebersihannya, gigi dapat menimbulkan masalah
seperti karang gigi, gigi berlubang, atau gusi berdarah. Mungkin karena tidak tahu
masyarakat bila mengalami masalah gigi seperti gigi berlubang langsung meminta
untuk dicabut. Padahal dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, gigi
yang mengalami kerusakan dapat dirawat dan dikembalikan fungsinya seperti
semula.

B. Tujuan Refrat
Adapun tujuan dari pembuatan refrat ini adalah:
1. Agar dokter muda mengetahui indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi.
2. Agar dokter muda mengetahui hubungan penyakit-penyakit sistemik
dengan tindakan ekstraksi gigi.
BAB II
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI

A. DEFINISI
Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik
dan benar, yakni aman, higienis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan
komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan.

Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana cara
mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala perawatan yang
menyertainya (Inneke, 1998).

B. KLASIFIKASI EKSTRAKSI
Ekstraksi gigi sering dikategorikan menjadi dua macam yakni ekstraksi simpel
dan ekstraksi bedah/surgical. Ekstrasi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan
pada gigi yang terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anestesi lokal dan
menggunakan alat-alat untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Ekstrasi bedah
adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan
mudah karena berada di bawah garis ginggiva atau karena belum erupsi secara
keseluruhan. Dalam ekstraksi bedah, dilakukan sayatan pada gusi untuk
menjangkau gigi. Dalam beberapa kasus, gigi tersebut harus dipecah menjadi
beberapa bagian sebelum dicabut (Anggraito, 2011).

C. INDIKASI EKTRAKSI GIGI
Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui
riwayat medis pasien berupa riwayat alergi, pengobatan yang sedang dilakukan,
riwayat cabut gigi sebelumnya, dan kemungkinan reaksi anestesi yang pernah
dialami sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat
dilakukan dengan aman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi:
a. Anatomi gigi menentukan jenis alat pencabutan, gerakan pencabutan, dan
posisi pencabutan.
b. Anestesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit.
c. Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan.
d. Tidak menggunakan tenaga yang besar.
e. Pemeriksaan kembali elemen gigi yang baru dicabut.
Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan membuat gigi-gigi
yang lainnya bergerak ke arah gigi yang hilang tersebut sehingga membuat gigi
tidak teratur lagi. Oleh karenannya tindakan pecabutan gigi sebaiknya merupakan
tindakan terakhir yang dilakukan dokter gigi apabila tidak ada cara lain untuk
mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang.

Ekstraksi gigi harus sesuai dengan indikasi. Indikasi ekstrasi pada gigi permanen
tidak sama dengan gigi decidui (gigi susu). Ekstraksi gigi permanen dilakukan
karena berbagai sebab antara lain:
1. Gigi yang berlubang besar sehingga tidak dapat ditambal lagi dan tidak
dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya pada gigi dengan akar
bengkok, ataupun saluran akar buntu.

2. Gigi yang sangat goyah, oleh karena resorbsi tulang alveolar misalnya
pada atropi senilis, patologis, maupun truama.
3. Gigi impaksi

4. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan
konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pecabutan gigi
untuk mendapatkan tuangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.
5. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan gigi yang tidak
sehat dapat merupakan sumber infeksi bagi tubuh.

6. Gigi yang menyebabkan trauma jadingan lunak sekitarnya.
7. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala dan leher dapat
dilakukan ekstraksi pada gigi yang terkena radiasi. Radiasi dapat
menyebabkan kerapuhan gigi, karies pada gigi, dan pada gigi yang
sebelumnya sudah rusak bila terkena radiasi dapat menjadi lebih parah.
Komplikasi yang paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapi
radiasi adalah septikemia dan osteoradionecrosis/ORN (Koga et al, 2008).
8. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak
normal.

9. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh. Kondisi ini
dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan pada penderita sehingga gigi
tersebut menjadi non-vital atau mati.
10. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena
hilangnya pembuluh darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini
membuat akar gigi tidak vital.

11. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis
fraktur tulang alveolar.
12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi.
13. Keinginan pasien untuk dicabut giginya. Beberapa alasan penderita ingin
mencabut giginya antara lain:
a. Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu.
b. Ingin diganti dengan gigi tiruan yang menurutnya lebih baik.
c. Enggan /tidak punya waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter
gigi.
d. Faktor ekonomi.
e. Faktor ketidaktahuan penderita.
Indikasi pencabutan gigi pada gigi decidui/susu antara lain:
1. Gigi ekstra yang menghambat pertumbuhan gigi lain
2. Gigi persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya sehingga
menyebabkan gigi permanen terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi susu yang merupakan fokus infeksi
4. Gigi susu dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital
5. Gigi susu yang sudah goyah dan sudah waktunya tanggal
6. Gigi susu yang akarnya menyebabkan ulkus dekubitus.

D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI
Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar
mengetahui keadaan pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan
membahayakan sebelum, saat, maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya
harus diketahui kontraindikasi dilakukannya ekstraksi maupun keadaan atau
kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk sementara waktu.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin atau
menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa
menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.
Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda, misalnya pada
infeksi gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan
anestesi. Untuk mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi.
Pada pasien yang menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupun
warfarin, hendaknya menghentikan penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi
gigi. Pada pasien-pasien dengan katup jantung prostetik maupun riwayat oprasi
jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi antibiotik untuk
mengurangi resiko infeksi.
Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor
lokal dan sistemik.
1. Faktor Lokal
a. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya
menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Misalnya
gigi dengan kondisi abses yang menyulitkan anestesi.
b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang
terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi
jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung,
kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan
tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga
hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.
Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang
mendorong terjadinya infeksi sinus. Pecabutan gigi terutama gigi
premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi
(Inneke, 1998).
c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan
keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang
berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke
seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Komplikasi lainnya
adalah osteoradionekrosis (Koga et al, 2008).
d. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigi
akan menyebabkan kanker cepat menyebar dan makin ganas.

2. Faktor Sistemik
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan
pertimbangan khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra
indikasi mutlak. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki
riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,
ekstraksi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada
dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya
komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah
pencabutan gigi (Inneke, 1998).

a. Diabetes mellitus.
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi
antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan
diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih
lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan
pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan
menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan
khemotaksis karena hiperglikemi.
b. Kehamilan
Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus
ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan
dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan
manifestasi dari gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan
pergolakan hormon selama kehamilan. Namun perlu diwaspadai
terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus gestasional yang
umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu
hamil adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh
karena nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan gigi yang
akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi
uterus, namun hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik
maupun antiinflamasi yang aman bagi ibu hamil. Bila keadaan umum
ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan kebagian obsgyn
(Inneke, 1998; APA 2007).
c. Penyakit Kardiovaskuler
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi gigi.
Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan
tindakan ekstraksi gigi pada pasien ini, namun dalam penangannannya
perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.
Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari
dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk
menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa terjadi komplikasi yang
membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang
diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan ekstraksi gigi, misalnya
saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin
sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan.
d. Kelainan Darah / Blood Dyscrasia
Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura, leukemia,
anemia, hemofilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting
untuk diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan
ekstraksi gigi. Untuk itu agar tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi
perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan
dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita.
e. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,
pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah
meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi
perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga
terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
f. Jaundice/Hepatitis
Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan
darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk
oleh hati. Oleh karenanya pasien dengan penyakit hati dapat
menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi
berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan
gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya
atau sebelum pencabutan dilakukan premediksi dahulu dengan vit K
(Suharti, 2006)
g. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum.
Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah
terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
h. Nefritis
Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis,
dapat berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita
nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum
melakukan ekstraksi gigi.
i. Toxic Goiter
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan
krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak
terkontrol meskipun telah diberi obat penenang, bahkan kejang,
komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan refrat ini adalah:
1. Ekstraksi gigi membutuhkan informasi riwayat penyakit yang diderita oleh
pasien agar tindakan ekstraksi gigi dapat berjalan aman, serta komplikasi baik
sebelum, saat, dan setelah tindakan ekstraksi gigi dapat dihindari.
2. Tindakan ekstraksi gigi dapat pula melibatkan disiplin ilmu lain, seperti
penyakit dalam, jantung paru, THT, maupun kebidanan, untuk itu tidak perlu
segan untuk mengkonsulkan pasien dengan kondisi kusus yang melibatkan
disiplin ilmu tersebut sebelum melakukan ekstraksi gigi.
3. Ekstraksi gigi atas permintaan pasien biasanya dikarenakan kurangnya
informasi mengenai tindakan perawatan gigi, dan pasien ingin cepat
menghilangkan rasa sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraito. 2011. Beberapa Alasan Gigi Dicabut.
http://tanyapepsodent.com/beberapa-alasan-gigi-dicabut. Diakses pada
tanggal 12 April 2011.
APA.2007. Dental Work During Pregnancy.
http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/dentalwork.html.
Diakses pada tanggal 12 April 2011.
Koga, D.H., Salvajoli J.V., Alves F.A.
Dental extractions and radiotherapy in head and neck
oncology: review of the literature.
http://oralpathol.dlearn.kmu.edu.tw/case/Journal%20reading-intern-0811/RT-dental%20extraction-OD-2008.pdf. Diakses pada tanggal 12 April
2011.

Inneke H.P. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi. Jakarta: DEPKES RI
Suharti C. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI

More Related Content

What's hot

Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisCaninus Unlam
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiVina Widya Putri
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawahhasril hasanuddin
 
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutKesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutAtika Fauziyyah
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanrizkyautama
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenVina Widya Putri
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..asih gahayu
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalDellery Usman
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 

What's hot (20)

Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
 
Anomali Gigi
Anomali GigiAnomali Gigi
Anomali Gigi
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
struktur histologis gigi
struktur histologis gigistruktur histologis gigi
struktur histologis gigi
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Ohi s
 
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutKesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan Mulut
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
 

Viewers also liked

Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungPertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungAlex Bleskadit
 
Anastesi lokal
Anastesi lokal Anastesi lokal
Anastesi lokal teckong
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomizakiahyahya
 
lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19RSIGM
 
Pencabutan gigi kaninus desidui atas
Pencabutan gigi kaninus desidui atasPencabutan gigi kaninus desidui atas
Pencabutan gigi kaninus desidui atasraratrisna
 
Resorpsi akar
Resorpsi akar Resorpsi akar
Resorpsi akar Ayik Black
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaChusna Wardani
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Aci Lasvi
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgidentalid
 
Kebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesKebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesFikri Jafar
 
Standar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasStandar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasJoni Iswanto
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??Lam RoNna
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Annik Qurniawati
 
American history
American historyAmerican history
American historyrahellasni
 
Modul kimia SMP
Modul kimia SMPModul kimia SMP
Modul kimia SMPMs Sinaga
 
Syakhshiyah
SyakhshiyahSyakhshiyah
Syakhshiyahel-hafiy
 
Teknik transplantasi lamun
Teknik transplantasi lamunTeknik transplantasi lamun
Teknik transplantasi lamunmuhammad halim
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidanaNuelimmanuel22
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarYosie Andre Victora
 

Viewers also liked (20)

Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungPertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
 
Anastesi lokal
Anastesi lokal Anastesi lokal
Anastesi lokal
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
 
lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19
 
Anestesi lokal
Anestesi lokalAnestesi lokal
Anestesi lokal
 
Pencabutan gigi kaninus desidui atas
Pencabutan gigi kaninus desidui atasPencabutan gigi kaninus desidui atas
Pencabutan gigi kaninus desidui atas
 
Resorpsi akar
Resorpsi akar Resorpsi akar
Resorpsi akar
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
 
Kebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesKebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkes
 
Standar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasStandar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmas
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23
 
American history
American historyAmerican history
American history
 
Modul kimia SMP
Modul kimia SMPModul kimia SMP
Modul kimia SMP
 
Syakhshiyah
SyakhshiyahSyakhshiyah
Syakhshiyah
 
Teknik transplantasi lamun
Teknik transplantasi lamunTeknik transplantasi lamun
Teknik transplantasi lamun
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
 

Similar to 52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi

109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptMuhammadFadli954524
 
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxLaporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxVignarossaP
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Yasirecin Yasir
 
Je nis rwatn gigi
Je nis rwatn gigiJe nis rwatn gigi
Je nis rwatn gigiSae Manan
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptxChristYanuar
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyasrioktavinawulandar
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6RSIGM
 
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptx
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptxTEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptx
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptxIINREVIEN
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooModul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooWelliSusanto
 

Similar to 52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi (20)

Skripsi uly
Skripsi ulySkripsi uly
Skripsi uly
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
 
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptxLaporan Kasus Alveolektomi.pptx
Laporan Kasus Alveolektomi.pptx
 
Skenario 1
Skenario 1Skenario 1
Skenario 1
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Bab 1 (kelompok 3)
Bab 1 (kelompok 3)Bab 1 (kelompok 3)
Bab 1 (kelompok 3)
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
 
New Salesman Training.ppt
New Salesman Training.pptNew Salesman Training.ppt
New Salesman Training.ppt
 
Je nis rwatn gigi
Je nis rwatn gigiJe nis rwatn gigi
Je nis rwatn gigi
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita resky
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
 
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptx
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptxTEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptx
TEKNIK MODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN GIGI NONVITAL PPT.pptx
 
15766-51124-1-PB (1).pdf
15766-51124-1-PB (1).pdf15766-51124-1-PB (1).pdf
15766-51124-1-PB (1).pdf
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooModul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
 

52991066 exodontia-indikasi-dan-kontraindikasi-cabut-gigi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki gigi yang sehat adalah impian setiap orang, sebab selain berfungsi sebagai alat pengunyah, organ ini juga memiliki fungsi untuk menunjang penampilan. Apabila tidak dijaga kebersihannya, gigi dapat menimbulkan masalah seperti karang gigi, gigi berlubang, atau gusi berdarah. Mungkin karena tidak tahu masyarakat bila mengalami masalah gigi seperti gigi berlubang langsung meminta untuk dicabut. Padahal dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, gigi yang mengalami kerusakan dapat dirawat dan dikembalikan fungsinya seperti semula. B. Tujuan Refrat Adapun tujuan dari pembuatan refrat ini adalah: 1. Agar dokter muda mengetahui indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi. 2. Agar dokter muda mengetahui hubungan penyakit-penyakit sistemik dengan tindakan ekstraksi gigi.
  • 2. BAB II INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI A. DEFINISI Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan benar, yakni aman, higienis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan. Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana cara mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala perawatan yang menyertainya (Inneke, 1998). B. KLASIFIKASI EKSTRAKSI Ekstraksi gigi sering dikategorikan menjadi dua macam yakni ekstraksi simpel dan ekstraksi bedah/surgical. Ekstrasi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anestesi lokal dan menggunakan alat-alat untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Ekstrasi bedah
  • 3. adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan mudah karena berada di bawah garis ginggiva atau karena belum erupsi secara keseluruhan. Dalam ekstraksi bedah, dilakukan sayatan pada gusi untuk menjangkau gigi. Dalam beberapa kasus, gigi tersebut harus dipecah menjadi beberapa bagian sebelum dicabut (Anggraito, 2011). C. INDIKASI EKTRAKSI GIGI Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa riwayat alergi, pengobatan yang sedang dilakukan, riwayat cabut gigi sebelumnya, dan kemungkinan reaksi anestesi yang pernah dialami sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi: a. Anatomi gigi menentukan jenis alat pencabutan, gerakan pencabutan, dan posisi pencabutan. b. Anestesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. c. Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan. d. Tidak menggunakan tenaga yang besar. e. Pemeriksaan kembali elemen gigi yang baru dicabut.
  • 4. Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan membuat gigi-gigi yang lainnya bergerak ke arah gigi yang hilang tersebut sehingga membuat gigi tidak teratur lagi. Oleh karenannya tindakan pecabutan gigi sebaiknya merupakan tindakan terakhir yang dilakukan dokter gigi apabila tidak ada cara lain untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang. Ekstraksi gigi harus sesuai dengan indikasi. Indikasi ekstrasi pada gigi permanen tidak sama dengan gigi decidui (gigi susu). Ekstraksi gigi permanen dilakukan karena berbagai sebab antara lain: 1. Gigi yang berlubang besar sehingga tidak dapat ditambal lagi dan tidak dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya pada gigi dengan akar bengkok, ataupun saluran akar buntu. 2. Gigi yang sangat goyah, oleh karena resorbsi tulang alveolar misalnya pada atropi senilis, patologis, maupun truama.
  • 5. 3. Gigi impaksi 4. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pecabutan gigi untuk mendapatkan tuangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.
  • 6. 5. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan gigi yang tidak sehat dapat merupakan sumber infeksi bagi tubuh. 6. Gigi yang menyebabkan trauma jadingan lunak sekitarnya. 7. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala dan leher dapat dilakukan ekstraksi pada gigi yang terkena radiasi. Radiasi dapat menyebabkan kerapuhan gigi, karies pada gigi, dan pada gigi yang sebelumnya sudah rusak bila terkena radiasi dapat menjadi lebih parah. Komplikasi yang paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapi radiasi adalah septikemia dan osteoradionecrosis/ORN (Koga et al, 2008).
  • 7. 8. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak normal. 9. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan pada penderita sehingga gigi tersebut menjadi non-vital atau mati.
  • 8. 10. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya pembuluh darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini membuat akar gigi tidak vital. 11. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur tulang alveolar. 12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi. 13. Keinginan pasien untuk dicabut giginya. Beberapa alasan penderita ingin mencabut giginya antara lain: a. Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu. b. Ingin diganti dengan gigi tiruan yang menurutnya lebih baik. c. Enggan /tidak punya waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter gigi. d. Faktor ekonomi. e. Faktor ketidaktahuan penderita.
  • 9. Indikasi pencabutan gigi pada gigi decidui/susu antara lain: 1. Gigi ekstra yang menghambat pertumbuhan gigi lain 2. Gigi persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya sehingga menyebabkan gigi permanen terhambat pertumbuhannya. 3. Gigi susu yang merupakan fokus infeksi 4. Gigi susu dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital 5. Gigi susu yang sudah goyah dan sudah waktunya tanggal 6. Gigi susu yang akarnya menyebabkan ulkus dekubitus. D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar mengetahui keadaan pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan membahayakan sebelum, saat, maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya harus diketahui kontraindikasi dilakukannya ekstraksi maupun keadaan atau kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk sementara waktu. Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita. Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda, misalnya pada infeksi gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan anestesi. Untuk mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi.
  • 10. Pada pasien yang menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupun warfarin, hendaknya menghentikan penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi gigi. Pada pasien-pasien dengan katup jantung prostetik maupun riwayat oprasi jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi. Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor lokal dan sistemik. 1. Faktor Lokal a. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Misalnya gigi dengan kondisi abses yang menyulitkan anestesi. b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus. Pecabutan gigi terutama gigi premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi (Inneke, 1998). c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang
  • 11. berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Komplikasi lainnya adalah osteoradionekrosis (Koga et al, 2008). d. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan kanker cepat menyebar dan makin ganas. 2. Faktor Sistemik Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra indikasi mutlak. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, ekstraksi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi (Inneke, 1998). a. Diabetes mellitus. Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
  • 12. diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. b. Kehamilan Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan pergolakan hormon selama kehamilan. Namun perlu diwaspadai terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus gestasional yang umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu hamil adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh karena nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan gigi yang akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi uterus, namun hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun antiinflamasi yang aman bagi ibu hamil. Bila keadaan umum ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan kebagian obsgyn (Inneke, 1998; APA 2007). c. Penyakit Kardiovaskuler Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi gigi. Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan ekstraksi gigi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.
  • 13. Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan ekstraksi gigi, misalnya saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan. d. Kelainan Darah / Blood Dyscrasia Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura, leukemia, anemia, hemofilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting untuk diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Untuk itu agar tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita. e. Hipertensi Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
  • 14. f. Jaundice/Hepatitis Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk oleh hati. Oleh karenanya pasien dengan penyakit hati dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum pencabutan dilakukan premediksi dahulu dengan vit K (Suharti, 2006) g. Sifilis Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat. h. Nefritis Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan ekstraksi gigi. i. Toxic Goiter Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang, bahkan kejang, komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.
  • 15. BAB III KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan refrat ini adalah: 1. Ekstraksi gigi membutuhkan informasi riwayat penyakit yang diderita oleh pasien agar tindakan ekstraksi gigi dapat berjalan aman, serta komplikasi baik sebelum, saat, dan setelah tindakan ekstraksi gigi dapat dihindari. 2. Tindakan ekstraksi gigi dapat pula melibatkan disiplin ilmu lain, seperti penyakit dalam, jantung paru, THT, maupun kebidanan, untuk itu tidak perlu segan untuk mengkonsulkan pasien dengan kondisi kusus yang melibatkan disiplin ilmu tersebut sebelum melakukan ekstraksi gigi. 3. Ekstraksi gigi atas permintaan pasien biasanya dikarenakan kurangnya informasi mengenai tindakan perawatan gigi, dan pasien ingin cepat menghilangkan rasa sakit.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Anggraito. 2011. Beberapa Alasan Gigi Dicabut. http://tanyapepsodent.com/beberapa-alasan-gigi-dicabut. Diakses pada tanggal 12 April 2011. APA.2007. Dental Work During Pregnancy. http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/dentalwork.html. Diakses pada tanggal 12 April 2011. Koga, D.H., Salvajoli J.V., Alves F.A. Dental extractions and radiotherapy in head and neck oncology: review of the literature. http://oralpathol.dlearn.kmu.edu.tw/case/Journal%20reading-intern-0811/RT-dental%20extraction-OD-2008.pdf. Diakses pada tanggal 12 April 2011. Inneke H.P. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi. Jakarta: DEPKES RI Suharti C. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI