SlideShare a Scribd company logo
1 of 108
Download to read offline
1
MODUL PROFESI PROSTODONSIA
2
PANDUAN MODUL PROFESI PROSTODONSIA
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
GIGI TIRUAN LENGKAP
GIGI TIRUAN JEMBATAN
THE BEST PREPARATION FOR TOMOROW IS
DOING YOUR BEST TODAY
Fakultas Kedokteran gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Alamat: JL. KH. Wahid Hasyim No. 65 Kediri
3
Koordinator :
drg. Rudy.S, Sp.Pros
Anggota :
drg. Anindita Apsari, Sp.Pros
drg. Endang Pudjirochani, MS., Sp.Pros (K)
drg. Maretaningtias Dwi Ariani, M.Kes., Ph.D., Sp.Pros
drg. Nino Mayangsari, Sp.Pros
drg. Catur Septommy, MDSc
drg. Priesta Honeste
drg. Elok Nafilah Fitri
drg. Dyah Noviana
drg. Riesky Sharastiti
4
GAMBARAN UMUM MODUL
Modul profesi prostodonsia dibuat untuk membantu mahasiswa profesi
dalam melaksanakan pendidikan profesi Kedokteran Gigi. Mahasiswa profesi
diharapkan mampu menegakkan diagnosa, merencanakan dan melakukan
perawatan pada pasien edentoulus ridge.
Modul profesi prostodonsia berisi panduan bagi mahasiswa profesi dalam
penanganan kasus gigi tiruan. Pada kasus perawatan edentoulus ridge mahasiswa
profesi mampu untuk membuat desain gigi tiruan yang tepat untuk mengembalikan
fungsi stogmatognati pasien. Modul ini juga mengajarkan pada mahasiswa cara
komunikasi, informasi, dan edukasi ke pasien setelah perawatan gigi tiruan dalam
menunjang keberhasilan pemulihan fungsi stomatognatik.
5
AREA KOMPETENSI
Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu Kedokteran dasar dan klinik, Kedokteran gigi dasar dan klinik yang
relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi
yang terkait dengan gigi tiruan.
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk
mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan rehabilitatif gigi tiruan.
Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem Stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik dalam bidang Prosthodonsia.
Domain V : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi
1. Melakukan prosedur perawatan gigi yang tepat bersama-sama dengan tenaga
medis lainnya dalam melakukan perawatan pendahuluan untuk menunjang
keberhasilan gigi tiruan.
2. Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan
maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, dan pasien untuk menunjang
keberhasilan gigi tiruan.
6
TUJUAN PEMBELAJARAN
Modul ini dibuat untuk memberikan materi kepada mahasiswa di bidang
prostodonsia yang bertujuan untuk :
1. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang ilmu Kedokteran gigi dasar
yang terkait bidang Prostodonsia.
2. Mahasiswa mampu menjalankan etika profesi dalam kegiatan di klinik sesuai
dengan janji profesi yang telah dilafalkan.
7
TINGKAT KOMPETENSI
Tingkat kemampuan 1
Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan mengetahui
cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit
tersebut.
Tingkat kemampuan 2
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk penatalaksanaannya atau
merujuk kepada spesialis yang sesuai.
Tingkat kemampuan 3A
Darurat KG . Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat
menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal sebelum pasien dirujuk kepada
spesialis yang sesuai pada kasus–kasus darurat tidak mengancam jiwa/non
emergensi.
Tingkat kemampuan 3B
Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi sistemiK.
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan
melakukan penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support, sebelum pasien
dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus– kasus gawat darurat.
Tingkat kemampuan 4
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan
melakukan penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan kompetensinya.
8
SUMBER BELAJAR WAJIB
No Literatur
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
1 Carr AB, Brown DT. 2011. Mc Cracken’s Removable Partial
Prosthodontics. 12 th Ed. Mosby, Inc. St. Louis,Missouri.
Gigi tiruan lengkap (GTL)
1 Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Finer Y, Chang TL,
Koka S. 2013. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients(Complete
Denture and Implant- Supported Prosthesis). 13 th Ed. St. Louis,Missouri
2 Johnson T, Wood DJ. 2012. Techniques in Complete Denture Technology.
1 st Ed. Willey-Blackwell. UK
3 Basker RM, Davenport JC. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentolous
Patient. 4 th Ed. Blackwell Munksgaard. UK
Gigi tiruan jembatan (GTJ)
1 Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2016. Contemporary Fixed
Prosthodontics. 5 th Ed. Elsevier. St. Louis Missouri.
2 Shilingburg HT, Sather DA, Cain JR, Mitchell DL, Blanco LJ, Kessler JC.
2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th Ed. Quintessence
Publishing Co. USA
9
TAHAPAN KERJA
A. Ggi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
1. Persiapan Pasien
Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai
perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool
dengan posisi di sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.
Pemeriksaan rongga mulut pasien :
1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air
Pemeriksaan dalam mulut :
1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bisa dilihat secara
visual. Dapat berupa radiografi periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.
Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum
pembuatan GTSL yang perlu, misalnya perawatan
konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan,
alveolectomy, dll), occlusal adjustment.
10
2. Mencetak Anatomis Rahang Bergigi Sebagian
Tujuan Mampu melakukan mencetak anatomis pada pasien
dengan kehilangan gigi sebagian
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL) berbeda dari pencetakan untuk gigi tiruan lengkap.
Pada kasus GTSL ada dua jenis jaringan yang harus
dicetak. Pertama mukosa yang merupakan jaringan lunak,
lalu gigi-gigi yang merupakan jaringan keras.
Prosedur 1. Alat dan bahan yang diperlukan : alat periksa standart,
sendok cetak bersudut dan berlubang, bowl, spatula,
takaran air dan takaran alginate, bahan cetak alginat.
2. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan
digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar
lengkung rahang pasien, yaitu jarak antara gigi dan tepi
sendok cetak ± 4 mm, ini bertujuan untuk memberi
ketebalan pada bahan cetak alginat supaya tidak
patah/robek (baik pada RA/RB).
3. Posisi penderita waktu di cetak :
Rahang atas : duduk tegak atau oklusal gigi RA sejajar
lantai.
Rahang bawah : Oklusal gigi RB sejajar lantai.
Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak
mengalir ke distal sehingga mengakibatkan pasien
muntah.
4. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas
melalui hidung sehingga refleks untuk muntah
berkurang. Saat mencetak RB pasien diinstruksikan
untuk lidah dijulurkan, gerakkan kekanan dan kiri,
kemudian mengangkat lidahnya dijulurkan kedepan.
5. Mengaduk bahan cetak alginat
a. Mengambil air dengan takaran air sesuai aturan
pabrik dimasukkan ke bowl
b. Mengambil powder alginate sesuai aturan pabrik
tuangkan kedalam bowl yang sudah diberi air
tersebut.
c. Diaduk pelan-pelan dan tekankan masa alginate
tersebut pada dinding bowl menggunakan spatula
yang kita pergunakan untuk mengaduk.
Catatan : bila kita menginginkan adonan tidak
segera mengeras gunakan air es (untuk
memperlambat proses pengerasan alginate).
d. Meletakkan adonan alginate tersebut pada sendok
cetak RA dan RB.
11
6. Mencetak rahang atas
a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok
cetak
b. Posisi operator waktu memasukkan sendok cetak
ada disebelah kanan depan penderita.
c. Ambil bahan cetak secukupnya, kemudian masukkan
pada bagian palatum dan bukal regio tuber maxilla
kanan dan kiri.
d. Posisikan garis median sendok cetak sesuai garis
median pasien.
e. Tekan sedikit sendok cetak bagian belakang, setelah
itu posisi operator pindah ke sebelah kanan belakang
pasien. Bebaskan pipi dan bibir pasien
menggunakan telunjuk jari operator, Tarik bibir
pasien, kemudian tekan bagian depan sendok cetak
kearah atas dan katupkan bibir penderita didepan
sendok cetak, selanjutnya fixir posisi tersebut sampai
setting.
f. Tindakan ini untuk menghindari adanya udara yang
terjebak serta menghindari ikut tercetaknya bibir
penderita.
7. Mencetak rahang bawah
a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok
cetak
b. Posisi operator ada disebelah kanan depan pasien.
c. Ambil bahan cetak secukupnya, masukkan pada
regio retromylohyoid kanan dan kiri (dengan
mengangkat lidah pasien menggunakan kaca mulut).
d. Memasukkan sendok cetak beserta adonan alginat
pada mulut pasien, atur posisi sendok cetak, garis
median sendok cetak sesuai garis median pasien.
e. Atur posisi lidah supaya tidak tercetak dan tekan
sedikit pada bagian posterior sendok cetak.
f. Bebaskan pipi dan bibir menggunakan telunjuk jari
operator.
g. Tekan bagian anterior dan posterior sendok cetak
kebawah.
h. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah keatas
kemudian menjulurkan kedepan.
i. Katupkan bibir bawah kedepan sendok cetak.
j. Fixir sampai setting.
8. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien
a. Rahang atas : pipi dan labial pasien diretraksi agar
udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral
keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan
ke atas dan kebawah agar bagian belakang
kemasukan udara. Kemudian cetakan ditekan
12
kebawah Bersama-sama, supaya cetakan terlepas
dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air mengalir,
simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk
menghindari mengeringnya permukaan cetakan
yang akan mengakibatkan perubahan bentuk.
b. Rahang bawah : pipi dan labial pasien diretraksi agar
udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral
keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan
kebawah dan keatas agar bagian sendok cetak
posterior terlepas dari mukosa (kemasukan udara),
kemudian angkat keatas posterior dan anterior
Bersama-sama dan keluarkan dari mulut pasien.
Cuci cetakan dibawah air mengalir dan kemudian
simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk
menghindari mengeringnya permukaan cetakan.
9. Hasil cetakan yang betul :
a. Seluruh regio tercetak
b. Tidak cacat
c. Tidak porus
d. Tidak terlepas dari sendok cetak
10.Cara mendapatkan suasana yang lembab
Taruh hasil cetakan alginat didalam plastik tertutup.
Apabila cetakan alginat belum langsung diisi, maka
dimasukkan didalam plastik tertutup yang dikembungkan
lalu dibungkus dengan kain yang dibasahi air tetapi kain
basah tersebut tidak boleh menempel dengan cetakan
alginat.
11.Mengisi cetakan untuk model pembahasan
a. Pada bagian yang bergigi di isi dengan gips tipe III,
sedangkan basis dengan menggunakan gips tipe II
(plaster of paris).
b. Merapikan model RA dan RB
c. Model pembahasan harus dapat mewakili keadaan
dalam mulut pasien.
13
3. Indikasi Perawatan dan Persetujuan Perawatan
Tujuan Mampu melakukan indikasi dan persetujuan perawatan
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur 1. Pengisian kartu status pasien dimulai dari data
demografi,anamnesis, keadaan dalam mulut, perawatan
pendahuluan, diagnosis, desain denture yang akan
dibuat.
Catatan : dalam menentukan desain GTSL, model studi
harus dilakukan survei pendahuluan terlebih dahulu.
2. Persetujuan perawatan : merupakan persetujuan tindakan
perawatan yang akan dilakukan, serta kesanggupan
pasien untuk dirawat sampai selesai. Melunasi
pembayaran perawatan.
3. Persiapan dalam mulut meliputi : perawatan konservasi,
periodonsia, bedah mulut, penyeimbangan oklusi,
pembuatan oklusal rest seat.
4. Mencetak Model Kerja GTSL
Tujuan Mampu melakukan mencetak fungsional / model kerja pada
pasien dengan kehilangan sebagian gigi
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur Mencetak pasien dengan bahan alginat untuk pembuatan
model kerja :
Dilakukan pada pasien dengan kehilangan gigi tidak banyak
atau saddle pendek dan bukan free end. Pemilihan sendok
cetak seperti pada pemilihan sendok cetak untuk mencetak
dalam pembuatan studi model atau model pembahasan.
Teknik mencetaknya sama seperti mencetak dalam
pembuatan model pembahasan.
Bagian occlusal rest seat diisi lebih dulu.
Pengisian cetakan untuk model kerja :
a. Isi cetakan menggunakan gigi gips tipe III dan dibasis
dengan gips tipe III.
b. Rapikan model dengan menggunakan trimmer.
Perhatikan batas mukosa.
c. Usahakan oklusi model tetap dapat terjaga dengan gigi
antagonis masih terpelihara.
d. Model kerja harus dapat mewakili keadaan mulut pasien.
14
Mencetak untuk model kerja saddle Panjang dan free end
:
Yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan
individual tray. Cara menyiapkan individual tray :
Pembuatan outline individual tray pada model pembahasan
dilakukan pada saddle Panjang dan free end.
a. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
b. Outline individual tray minimal 2 mm lebih pendek
(underextended) dari batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
c. Menentukan letak stopper individual tray.
d. Tebal spacer malam satu lapis malam model merah.
e. Individual tray dibuat dari bahan akrilik self cured
f. Rapikan dan haluskan individual tray serta sesuaikan
dengan outline individual tray.
Border moulding :
Alat yang diperlukan : diagnostic set, spirtus brander, pisau
model, green stick compound.
Urutan kerja :
a. Mencobakan individual tray dalam mulut penderita, yang
diperhatikan / dikoreksi adalah tepi individual tray,
panjangnya 2 mm lebih pendek dari batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak.
b. Memotong tepi spacer malam minimal 2 mm untuk tempat
bahan border moulding.
c. Melunakkan green stick compon sebagai bahan border
moulding dan meletakkannya pada tepi individual tray dan
daerah spacer yang tadi dipotong.
d. Masukkan individual tray kedalam bowl berisi air hangat.
e. Masukkan individual tray beserta green stick compound
yang telah dilunakkan dalam mulut dan lakukan tindakan
muscle trimming agar batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak terbentuk dengan jelas. Ini dilakukan pada
daerah yang tidak bergigi dengan saddle Panjang atau
pada sisi free end (daerah yang perlu di moulding)
f. Bagian lingual, lidah digerakkan kanan dan kiri, keatas
dan kedepan. Bagian rahang atas posterior pasien
diinstruksikan mengucap AH.
Mencetak fungsional
Bahan yang digunakan : bahan cetak elastomer (medium
body).
Alat yang digunakan : individual tray, mixing pad, spatula.
Caranya :
a. Lepas spacer malam yang ada pada individual tray.
b. Membuat lubang (perforated) pada individual tray pada
daerah yang memungkinkan udara dapat terjebak
(diameter 2-3 mm dan jarak lubang ±8 mm).
15
c. Mengaduk bahan cetak elastomer pada mixing pad.
d. Meletakkan adonan bahan cetak elastomer pada sendok
cetak dengan tebal secukupnya.
e. Memasukkan sendok cetak beserta adonan kedalam
mulut pasien
f. Atur posisi sendok cetak dan lakukan penekanan sendok
cetak dalam mulut pasien seperti waktu mencetak dengan
bahan alginate. Tekan perlahan sampai stopper
menempel mukosa.
g. Lakukan muscle trimming dan fixasi sampai bahan cetak
setting.
h. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien seperti melepas
cetakan alginate.
i. Hasil cetakan yang betul :
1) Seluruh regio tercetak
2) Tidak cacat
3) Tidak porous
4) Tidak terlepas dari sendok cetak
5) Semua permukaan moulding dan stopper dilapisi
bahan cetak setipis mungkin.
j. Bersihkan hasil cetakan, kemudian disemprot dengan
cairan disinfektan.
k. Pengisian cetakan dilakukan 30 menit setelah cetakan
dilepas dari dalam mulut, tujuannya untuk menunggu
waktu recovery dari bahan cetak akibat adanya tekanan
waktu melepas dari dalam mulut.
l. Memberi tanda dengan spidol pada tepi cetakan ± 2 mm
dari peripheral border.
Mengisi cetakan fungsional :
a. Isi cetakan menggunakan gips tipe III baik pada daerah
bergigi maupun basis model.
b. Pengisian cetakan sampai batas garis yang dibuat
dengan spidol pada peripheral border sampai pada
lengkung terbesar, ini bertujuan supaya peripheral border
yang terbentuk tidak rusak dan model gips dapat dilepas
dari cetakan tanpa merusak peripheral border.
c. Melepas model dari cetakan, usahakan peripheral border
tidak rusak.
d. Merapikan basis model dengan trimmer.
Melakukan survei dan block out pada model kerja :
a. Alat yang digunakan adalah surveyor
b. Survei dilakukan dengan panduan survei pendahuluan
pada model pembahasan dan guiding plane yang telah
dibuat.
Caranya : letakkan model pada survei table, atur posisi
daerah undercut model kerja sesuai dengan undercut
16
pada survei pendahuluan. (tahapan yang lebih lengkap
ada pada materi pendukung modul dihalaman belakang).
c. Lakukan block out pada dinding aksial model kerja yang
menghadap ke saddle menggunakan gips tipe II (plaster
of paris).
d. Rapikan block out tersebut menggunakan chisel.
Pembuatan lempeng dan galangan gigit :
a. Lempeng gigit dibuat dari malam model
b. Galengan gigit terbuat dari malam model (merah) yang
digulung
c. Tinggi setinggi gigi sebelah apabila tidak ada gigi
antagonis. Semisal ada gigi antagonism aka tinggi
galangan gigit lebih tinggi ±2mm dari gigi sebelahnya.
d. Lebar galangan gigit mengikuti lebar gigi sebelahnya.
5. Penetapan Gigit GTSL
Tujuan Agar gigi tiruan sebagian lepasan dapat berfungsi secara
optimal dan nyaman, dengan upaya merekam hubungan
mandibula terhadap maksila, sehingga hubungan ini dapat
dipindahkan ke artikulator. Artikulator adalah suatu alat
yang dipakai untuk meniru sebanyak mungkin gerak rahang
bawah, dan mampu mempertahankan hubungan model
atas dan bawah yang akan dilakukan proses laboratorium.
Artikulator dapat digolongkan dalam beberapa jenis,
umumnya yang sering dipakai adalah artikulator engsel
sederhana dan artikulator sendi sederhana.
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Suatu hubungan oklusi dikatakan tetap bila ada tiga kontak
oklusi, yaitu satu di anterior dan dua di posterior (satu di
posterior kiri dan satu di posterior kanan). Pada keadaan
rahang hanya ada satu atau dua kontak oklusi, diperlukan
penentuan hubungan berpedoman kontak gigi yang ada.
kemudian direkatkan pada Artikulator engsel sederhana.
Bila tidak ada sama sekali gigi yang berkontak, penentuan
hubungan rahang dilakukan secara fisiologis.
Penentuannya dengan mencari relasi vertikal oklusi yang
sering disebut dimensi vertikal oklusi dan relasi horizontal
posisi sentrik / relasi sentrik. Kedua relasi ini ditentukan
agar model rahang atas dan rahang bawah dapat dipasang
pada artikulator sendi sederhana sesuai dengan relasi
rahang dari pasien. Pencatatan relasi rahang ini dilakukan
17
dengan bantuan galengan gigit RA dan RB. Pada
penyusunan anasir gigi disusun dalam oklusi sentrik sesuai
dengan relasi sentriknya.
Prosedur Dapat dibedakan menjadi 3 macam :
a. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan
gigitan terfixir (terfixir didalam dan diluar mulut)
b. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi
gigitan tidak terfixir (terfixir didalam mulut, tetapi diluar
mulut tidak terfixir)
c. Pasien tidak mempunyai pedoman tinggi gigit (didalam
dan luar mulut tidak terfixir).
Posisi duduk pasien : duduk tegak tapi rileks.
Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan
gigitan terfixir :
Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai
pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir.
Minimal mempunyai tiga titik oklusi (kontak) yang menjamin
oklusi tersebut terfiksir.
Caranya :
a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan
menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan
Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut
sampai lunak (posisi pisau malam tegak)
b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut
pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-
gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi.
c. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis
menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya.
d. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang
telah dilunakkan kedalam mulut pasien.
e. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli
yang ada pada RA dan RB kontak oklusi.
f. Tunggu sampai malam mengeras.
g. Keluarkan galangan gigit RA dan RB, masukkan pada
model kerja.
a. Mengoklusikan model kerja RA dan RB kemudian
mencocokkan pada pasien.
b. Memberi tanda garis pada gigi yang mempunyai oklusi
menggunakan pensil dari gigi atas silang menuju gigi
bawah.
Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai
tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfiksir :
a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan
menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan
Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut
sampai lunak.
18
b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut
pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-
gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi.
c. Sesuaikan dalam model kerja.
d. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis
menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya.
e. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang
telah dilunakkan kedalam mulut pasien.
f. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli
yang ada pada RA dan RB kontak oklusi.
g. Tunggu sampai malam mengeras.
h. Membuat garis median dan garis senyum bila perlu
i. Instruksikan pasien membuka mulut dan ambil semua
lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien.
j. Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air
mengalir untuk menghilangkan saliva pasien yang
menempel pada galengan gigit.
k. Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model
kerja.
l. Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja
dengan oklusi pada pasien.
m. Bila terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi.
n. Kondisi ini mungkin disebabkan cara melunakkan
galangan gigit kurang lunak, sehingga terjadi penekanan
pada mukosa sewaktu pasien menggigit.
o. Fiksir model gigit atas dan bawah menggunakan stik
yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan
malam perekat.
p. Buat garis median pada model sesuai dengan garis
median pasien (bila perlu).
Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai
pedoman tinggi gigit :
a. Penetapan gigit ini dilakukan dengan pedoman seperti
melakukan penetapan gigit pada full denture
b. Mendapatkan rest posisi pasien dengan cara : pasien
diminta mengucapkan “mmmmm” bibir atas dan bawah
menempel ringan.
c. Bila perlu dilakukan kesejajaran garis Camper.
d. Pasien diukur rest posisi menggunakan jangka sorong,
caranya buat titik pada ujung hidung yang paling
menonjol dan ujung dagu yang paling menonjol ke
depan.
e. Dudukkan pasien pada dental chair dengan posisi tegak
tanpa sandar.
f. Instruksikan pasien untuk rileks dan cek jangan sampai
kelihatan tegang.
g. Ukur jarak kedua titik tersebut 3 kali dan cari rata-
ratanya.
19
Catatan :
Cara pengecekkan dilakukan dengan menyentuh dagu
pasien pelan-pelan ada tidaknya aktivitas otot pada saat itu,
sebab dalam rest posisi aktivitas otot pembuka dan penutup
mulut harus pada posisi minimal.
a. Tentukan free way space (±2-4 mm)
b. Tinggi gigit yang kita tentukan menggunakan rumus rest
posisi dikurangi free way space.
c. Pemilihan gigi, yang perlu diperhatikan : warna gigi,
besar gigi, dan bentuk gigi.
Cara mengurangi galangan gigit : kapi dipanaskan,
kemudian letakkan pada permukaan galangan gigit yang
akan dikurangi.
6. Pemasangan Model Kerja Beserta Hasil Penetapan Gigit pada
Artikulator
Tujuan Mampu melakukan pemasangan model kerja pada artikulator
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Garis median model sebidang dengan garis median
articulator.
b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis horizontal
articulator
c. Pin horizontal terletak pada pertemuan bidang horizontal
dengan garis median pasien atau terletak pada titik kontak
incisive pertama RB.
7. Pembuatan Klamer
Tujuan Mampu melakukan pembuatan klamer
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut pada
bagian bukal dan lingual gigi atau ujung lengan klamer
terletak pada daerah undercut garis survei.
b. Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau
menyentuh gigi sebelahnya.
c. Lengan klamer tidak boleh menyentuh gingival.
d. Ujung lengan klamer dibulatkan.
20
8. Penyusunan Anasir Gigi Basis Malam GTSL
Tujuan Mampu melakukan Penyusunan dan pasang coba anasir gigi
basis malam pada pasien
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Gigi disusun diatas ridge
b. Gigi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya dan
kontak dengan gigi antagonis
c. Susunan gigi harus kontak bersama-sama dengan kontur
gingival gigi asli.
d. Konturing gingival disesuaikan dengan kontur gingival gigi
asli
e. Permukaan malam dari basis gigi tiruan harus halus dan
mengkilap.
Percobaan susunan gigi malam pada pasien :
Yang perlu diperhatikan : estetik pasien, oklusi sentrik dan
eksentrik.
Kontur akhir :
Alat yang digunakan : lampu spiritus, pisau malam, pisau
model.
a. Kontur gingiva sama seperti gigi sebelah
b. Permukaan malam halus dan kilap
c. Tidak boleh ada malam tipis yang menempel pada
permukaan anasir
d. Buat bentukan rugae bila diperlukan
9. Pasang Coba GTSL akrilik
Tujuan Percobaan terakhir untuk menghilangkan keraguan operator,
tekniker gigi maupun pasien sendiri dengan melakukan
pemeriksaan dan perbaikan semua kesalahan estetik, oklusi,
retensi, stabilitas serta relasi rahang secara vertikal maupun
horisontal akibat kesalahan prosedur kerja sebelumnya, dan
memperbaiki kekurangan yang dirasakan oleh pasien,
sehingga diperoleh GTSL yang memenuhi estetik, retensi,
stabilitas dan dukungan yang baik
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum 1. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi
2. Pemeriksaan kecermatan kontak basis GTSL, apabila
kontak tidak baik, lakukan relining.
3. Melakukan penilaian estetik
21
4. Pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik menggunakan
articulating paper
5. Gigi tiruan posterior RB tidak boleh ditempatkan Iebih
distal daripada tepi anterior retromolar pad.
6. Ketepatan klamer pada gigi pendukung
7. Pembentukan permukaan poles yang memberi retensi
tambahan GT
Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating
paper, pensil tinta.
a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan / dicuci
b. Cobakan dalam mulut pasien
c. Seluruh basis GTSL menempel pada mukosa mulut dan
tidak overextended.
d. Oklusal rest pada tempatnya
e. Klamer menempel pada gigi
f. Lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi
penyangga
g. Gigi tiruan dipadang dan dilepas dengan mudah oleh
pasien.
10.Hasil Processing Akrilik
Tujuan Mampu melakukan penilaian hasil processing akrilik
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Hasil tidak porus
b. Tidak ada buble pada bagian gigi tiruan yang menghadap
mukosa
c. Permukaan gigi tiruan harus bersih dari gips.
Akrilik kasar pada model dan remounting I
a. Setelah prosesing akrilik, model dikeluarkan dari kuvet
beserta model akriliknya. Bersihkan dari gips putih yang
menempel.
b. Dilakukan selective grinding pada artikulator. Model
dikembalikan pada artikulator dengan bantuan kunci 3
cekungan.
22
11.Selective Grinding I, Pemulasan Awal, Selective Grinding Dalam Mulut,
Pemulasan Akhir
Tujuan Mampu melakukan selective grinding I
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur Selective grinding I :
Yang dilakukan hanya centric oklusi, bertujuan untuk
menghilangkan kesalahan waktu prosesing akrilik.
Pemulasan awal :
a. Tepi denture tidak boleh tajam
b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh ada
bubble.
c. Permukaan denture halus, kilap, bersih dari sisa gips dan
bahan pulas.
Selective grinding dalam mulut :
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas
artikulasi, stone.
a. Cek oklusi dengan gigi antagonis menggunakan
articulating paper, bila ada spot lebih tebal, berarti daerah
tersebut premature kontak.
b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada
spot tebal. Lakukan oklusi ulang dengan articulating paper
sampai terdapat spot yang sama tebal baik gigi asli
maupun anasir gigi tiruan.
c. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi
d. Melapor pada instruktur
Pemulasan akhir :
a. Permukaan denture harus halus dan mengkilap
b. Tepi denture tidak boleh ada yang tajam
c. Textur dari anasir gigi jangan sampai hilang terpoles.
23
12.Insersi GTSL
Tujuan Memulihkan fungsi estetik, mastikasi, fonetik dan menjaga
jaringan gigi serta jaringan lunak yang ada agar tetap sehat.
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Pada saat pemasangan GTSL, belum tentu geligi tiruan
tersebut langsung terasa nyaman bagi pasien yang sudah
kehilangan gigi giginya dalam waktu yang cukup lama dan
belum pernah memakai gigi tiruan. Beberapa masalah yang
mungkin terjadi pada proses insersi GTSL yaitu: hambatan
pada permukaan gigi atau jaringan (dapat dihilangkan
dengan pengasahan), gigi tiruan kurang / tidak cekat, aspek
oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero posterior,
melihat faktor estetik menyangkut gigi anterior dan adanya
rasa mual, perubahan suara saat bicara (cadel). Agar
penderita dapat beradaptasi dengan GTSL nya pada waktu
bicara dan mastikasi, maka sebaiknya operator memberikan
saran-saran mengenai hal yang mungkin terjadi setelah
pemakaian dan penanggulangannya, serta bagaimana cara
membersihkan GTSL nya.
Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset.
1. Bila pasien telah memakai GTSL, dianjurkan untuk
dilepas dan tidak dipakai minimal 24jam.
2. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan
3. Persilahkan pasien untuk kumur-kumur
4. Insersikan GTSL akrilik pada rongga mulut pasien
5. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi :
a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka,
stomatitis yang dapat mengganggu proses
pemasangan GTSL.
b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTSL
yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum
insersi.
c. Periksa retensi, stabilitas GTSL, oklusi sentrik dan
eksentrik.
d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien,
lakukan perbaikan apabila diperlukan.
e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap
GTSL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara,
mastikasi)
f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTSL sendiri.
6. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTSL
resin akrilik, yaitu :
a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTSL
nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat
24
makan GTSL harus dilepas. Setelah makan GTL
dipakai lagi
b. GTSL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk
minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi.
c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan
d. Menjaga kebersihan GTSL.
Ada 2 cara pembersihan GTSL :
Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada
bagian permukaan gigi, pada bagian plat
menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan
sabun yang tidak mengandung detergent dan soda
(sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di
bawah air mengalir.
Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam
dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB
selama 15 - 30 menit).
e. Waktu pembersihan GTSL : pagi, setelah makan, dan
sebelum tidur
f. Setelah 24 jam GTSL dilepas pada waktu tidur,
dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan
menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam
wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated
udara.
g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit,
dianjurkan untuk segera kontrol
h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna
mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada
gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.
13.Pasca Pemasangan GTSL
Tujuan Perawatan prostodontik merupakan pelayanan berkelanjutan
yang tidak berakhir pada saat pemasangan dalam mulut.
Pasien harus kembali secara periodik untuk evaluasi respon
jaringan mulut terhadap GT dan menanggulangi masalah
pada pasien akibat pemakaian GT.
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Setelah GTSL dipasang, bukan berarti sudah selesai
perawatan yang kita berikan. Masalah baru bahkan masalah
yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan
GTSL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat
dirasakan pasien setelah beberapa hari, bahkan dapat pula
terjadi beberapa jam setelah pemasangan karena menurut
penelitian pemakai GTSL mempunyai potensi dalam
mengakibatkan perubahan-perubahan patologik dalam
25
mulut. Keluhan pasien akibat pemasangan sebaiknya segera
ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan
keras maupun lunak pendukung GTSL, atau bahkan justru
mengganggu sistem stomatognati. Masalah ini dapat serupa
dengan masalah yang terjadi saat pemasangan atau
masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTSL saat
berfungsi. Kontrol periodik hendaknya dilakukan satu sampai
dua kali setahun. Pasien diinstruksikan untuk penyikatan GT
dengan sabun untuk mencapai kebersihan dan khususnya
pembersihan dan stimulasi di sekeliling gigi penyangga dan
gigi yang masih tinggal merupakan hal yang utama. GT
perluasan distal harus dicek secara periodik untuk
mengevaluasi resorbsi lingir, stabilitas, oklusi. Bila dijumpai
salah satu kelainan keadaan ini harus segera diperbaiki.
Prosedur Kontrol I :
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating
paper, stone.
a. Persilahkan pasien duduk dikursi unit/dental chair
b. Tanyakan apa keluhannya. Dengarkan dan perkirakan
penyebabnya.
c. Cek retensi dan stabilisasi GTSL
d. Periksa GTSLnya yang ada kaitan dengan penyebab
keluhannya. Mungkin overextended, oklusi dicek apakah
ada premature kontak (lakukan dengan bantuan
articulating paper).
e. Lepas GTSLnya dan periksa kemungkinan ada bagian
yang tajam atau ada bintil pada permukaan anatomisnya.
f. Periksa mukosa mulut apakah ada bagian yang
kemerahan.
g. Tentukan diagnosisnya berdasar keluhan pasien,
keadaan mukosa, dan keadaan GTSLnya.
h. Tentukan rencana terapinya
i. Instruksi pada pasien :
1. GTSL sudah mulai boleh digunakan untuk makan,
dimulai dengan makanan yang lunak.
2. GTSL dibersihkan setiap habis makan, akan tidur, dan
bangun tidur.
3. Cara membersihkan seperti yang telah diajarkan
4. Datang untuk kontrol berikutnya
26
Kontrol II
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas
artikulasi.
a. Urutan seperti pada kontrol I
b. Instruksi pada penderita :
1. Gunakan untuk makan dan mengunyah pada kedua
sisi rahang
2. Hindari makan yang keras
3. Cara membersihkan sama seperti instruksi
sebelumnya
4. Bila ada keluhan, harus datang untuk kontrol
5. Dianjurkan untuk kontrol 6 bulan sekali.
NB :
a. Bahan pembersih gigi tiruan denture cleaner
b. Cara pemakaian ikuti petunjuk pabrik
27
B. Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
1. Persiapan Pasien
Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai
perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool
dengan posisi di sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.
Pemeriksaan rongga mulut pasien :
1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air
Pemeriksaan dalam mulut :
1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara
visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.
Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum
pembuatan GTL, misalnya periodontologi dan bedah mulut
(pencabutan, alveolectomy, dll).
28
2. Mencetak Anatomis Rahang Tidak Bergigi
Tujuan Mampu melakukan pencetakan anatomis rahang tidak
bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Siapkan peralatan untuk mencetak (sendok cetak perforated
yang tidak bersudut, bahan cetak alginate, bowl, spatula,
pengukur air dan bubuk).
Mendudukkan penderita dalam posisi yang benar (RA duduk
tegak, RB garis oklusi sejajar lantai).
Sebelum memulai proses mencetak penderita diinstruksikan
untuk berkumur terlebih dahulu.
Persyaratan hasil cetakan harus terlihat seluruh anatomical
landmark RA dan RB.
Tahapan mencetak rahang bawah (RB) dan rahang atas (RA)
:
1. Saat mencetak RB, instruksikan pasien untuk
mengangkat lidahnya dan menyentuhkan ujung lidah
pada palatum sesaat setelah sendok cetak dimasukkan
dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan
lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan
yang meluas di daerah lingual hingga ke retromylohyoid
dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien.
2. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas
melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang.
3. Instruksikan juga pada pasien jangan melakukan gerakan
tiba-tiba ketika dalam proses mencetak.
4. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan
digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar
lengkung rahang pasien
5. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk
bahan cetak alginat (takaran bubuk sesuai ketentuan
pabrik) tersebut ke dalam mangkuk karet berisi air
(takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan adonan
tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet
hingga homogen. Perhatikan working time dan setting
time bahan cetak (sesuai aturan pabrik)
6. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu
lakukan pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca mulut
untuk meretraksi bibir dan pipi model rahang.
7. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari
mulut pasien. Cuci bersih pada air mengalir untuk
menghilangkan kotoran / saliva yang menempel.
8. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan,
dan detail cetakan, apakah ada landmark anatomi yang
29
tidak tercetak (terutama pada denture-bearing area).
Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek.
3. Membuat Model Kerja dan Basis
Tujuan Mampu membuat model kerja dan basis
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Tahapan Pengisian Gipsum pada hasil cetakan
1. Manipulasi bubuk gips tipe III (warna biru) dengan air
(sesuai takaran pabrik) pada mangkuk karet lalu letakkan
mangkuk karet tersebut di atas vibrator / diketok-ketok
supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas
sehingga mencegah hasil cetakan tidak porus.
2. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera
mungkin setelah cetakan dilepas dari rongga mulut pasien
untuk menghindari penyusutan cetakan agar didapatkan
modell kerja yang detail dan akurat.
3. Pengisian gips pada RA diawali dari palatum mengarah
ke residual ridge, sedangkan pada RB diawali dari
residual ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil
cetakan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus,
terperangkapnya gelembung udara pada undercut
cetakan.
4. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang
lebih 30 menit.
Tahapan membuat basis model
1. Siapkan lempeng kaca (glass lab), gips keras tipe II,
mangkuk karet, spatula dan air untuk membuat basis
model studi
2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam
mangkuk karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips
pada lempeng kaca
3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada
sendok cetaknya di atas adonan gips tipe II tersebut.
Rapikan dan bentuk tepian gips menjadi basis model kerja
dengan menggunakan spatula saat gips tipe II masih
lunak. Perlu diperhatikan : adonan gips tipe II tidak boleh
menutupi bagian tepi sendok cetak agar saat mengeras,
model kerja mudah dilepas dari sendok cetaknya.
4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya
menggunakan mesin trimmer. Pastikan bahwa model
studi dalam kondisi basah agar debris dari pemotongan
30
tidak melekat pada model studi. Ketebalan basis model
kerja kurang lebih 15-16 mm.
5. Tulislah keterangan pada model dengan spidol, meliputi :
Nama pasien, jenis kelamin dan umur pasien, nama
operator dan NIM.
4. Membuat Individual Tray
Tujuan Mampu membuat individual tray
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Gambar outline batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak pada model pembahasan, outline individual tray
2 mm under garis outline yang telah saudara buat, kecuali
bagian fibrating line RA harus tepat / tidak under.
2. Gambar stopper pada model pembahasan berbentuk
persegi pada daerah caninus dan molar pertama dengan
lebar 4 mm (RA lebih ke bukal, RB lebih ke lingual).
3. Apabila telah disetujui pembimbing, buatlah spacer
malam menggunakan selapis malam model yang telah
dilunakkan dan dipotong sesuai batas outline individual
tray.
4. Kemudian buatlah individual tray memakai self curing
acrylic.
5. Rapikan individual tray dengan menggunakan bur (stone,
fraser).
5. Border Moulding
Tujuan Mampu melakukan border moulding
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Sesuaikan individual tray dengan kondisi di dalam mulut
penderita (under 2 mm dari batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak, kecuali bagian fibrating line RA harus tepat
/tidak under, bebaskan dari frenulum, koreksi daerah
tuber maksila dan retromylohyoid).
2. Tunjukkan kepada pembimbing, apabila telah disetujui,
siapkan peralatan untuk border moulding (green stick,
brunder spiritus, air panas, vaselin).
3. Kurangi spacer malam bagian pinggir individual tray
minimal 2 mm dari batas individual tray untuk tempat
bahan border moulding (green stick).
31
4. Tempatkan green stick yang telah dilunakkan pada bagian
tersebut, masukkan dalam mulut, sampai terasa stopper
menyentuh mukosa.
5. Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan
pasien) dan secara pasif (dilakukan operator, dengan cara
menarik otot pipi / bibir kebawah / keatas dan lipat
kedalam) untuk mengaktivasi otot-otot pengunyahan, otot
pembuka dan penutup mulut (muscle trimming).
6. Moulding bagian fibrating line dengan cara pasien disuruh
mengucapkan AH berulang-ulang.
7. Tunjukkan pada pembiming, apabila hasil moulding telah
memenuhi persyaratan (bentuk border moulding
membulat sesuai ruangan border seal, green stick tidak
menutupi malam malam spacer, tidak over / under
extended, permukaan halus, retentive).
8. Setelah border moulding selesai spacer malam dilepas,
dilanjutkan mencetak fungsional.
6. Mencetak Fungsional (Model Kerja) Rahang Tidak Bergigi
Tujuan Mampu melakukan pencetakan fungsional / model kerja
rahang tidak bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Lepaskan spacer malam pada individual tray, jangan
sampai merusak hasil border moulding.
2. Bahan cetak menggunakan Polivinil Siloxane (elastomer
tipe medium body / monophase).
3. Mencetak menggunakan metode mukodinamik.
Tahapannya :
a. Aduk bahan cetak elastomer dengan perbandingan
sesuai petunjuk pabrik.
b. Masukkan bahan cetak kedalam sendok cetak kira-
kira setebal spacer malam.
c. Masukkan ke dalam mulut pasien dengan
memperhatikan posisi individual tray (garis median
individual tray harus sesuai dengan garis median
wajah).
d. Tekan bagian posterior terlebih dahulu sambal
digetarkan, tekan sampai terasa stopper menyentuh
mukosa.
e. Lakukan muscle trimming dan setelah itu pasien
diinstruksikan untuk :
1) Rahang atas :
32
Membuat AH-line (vibrating line).
Caranya : pasien disuruh mengatakan “AH” berkali-
kali, pada batas antara palatum durum dan palatum
molle tampak gerakan yang jelas.
a) Mengucapkan huruf “O” agar frenulum bukalis
superior tercetak.
b) Mengucapkan huruf “U” agar frenulum labialis
tercetak
c) Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kiri
agar daerah disekitar tuberositas maxillaris
tercetak.
2) Rahang bawah:
a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis
inferior tercetak.
b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis
tercetak
c) Menggerakkan lidah ke atas, ke kanan dan kiri
agar daerah disekitar Mylohyoid line tercetak.
f. Tunggu sampai bahan cetak setting, keluarkan dari
mulut pasien. Bersihkan dari saliva dan tunjukkan
pada pembimbing.
Note : sebelum menggunakan bahan elastomer,
sebaiknya latihan dahulu dengan menggunakan
bahan alginate. Diaduk menggunakan air es dengan
konsistensi agak encer (seperti konsistensi
elastomer).
Hasil cetakan yang benar :
1) Seluruh permukaan green stick dan stopper masih
tertutup dengan bahan cetak tipis.
2) Seluruh rahang tercetak dengan baik dan lengkap.
3) Tidak ada porous.
g. Apabila telah disetujui, simpan hasil cetakan di tempat
kering selama 30 menit untuk recovery time,
selanjutnya diisi dengan gips keras tipe III dan diberi
basis setebal ± 1,5 cm.
h. Mengisi hasil cetakan :
1) Buat garis dengan spidol pada kontur terbesar
pinggir cetakan (atau minimal 2 mm dari pinggir).
2) Isi hasil cetakan dengan adonan gips keras
sampai penuh / datar.
3) Sisa adonan disiapkan untuk basis.
4) Telungkupkan cetakan yang telah diisi gips diatas
adonan basis.
33
5) Atur sampai gips menutupi pinggir cetakan sampai
batas garis spidol.
6) Setelah gips setting, buka cetakan dengan hati-
hati.
7) Diperoleh model kerja.
i. Rapikan dan trimming basis model kerja. Buatlah
garis median model dari frenulum labialis melewati
papilla insisiva ke posterior sampai ke tengah-tengah
fovea palatina, garis puncak ridge dari caninus ke
tengah tengah tuber untuk rahang atas dan tengah-
tengah retromolar pada untuk rahang bawah, tiga
cekungan pada bagian tertebal model kerja.
7. Membuat Post Dam dan Relief Chamber
Tujuan Mampu melakukan pembuatan post dam dan relief chamber
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Membuat post dam dengan cara meradir batas yang telah
tergambar oleh pensil tinta (daerah AH line) pada model kerja
dengan kedalaman sesuai kompresibilitas mukosa di anterior
fovea palatina dari hamular notch kiri sampai hamular notch
kanan.
Membuat relief chamber menggunakan aluminium foil pada
daerah papilla insisivus (yang berfungsi sebagai relief of pain,
karena pada papilla insisivus terdapat foramen insisivus
tempat keluarnya saraf nasopalatinus) dan daerah torus
palatinus (yang berfungsi mencegah ungkitan pada GTL,
karena ketebalan mukosa pada torus palatinus lebih tipis
daripada mukosa sekitarnya sehingga dapat menjadi titik
ungkit yang mengganggu stabilitas GTL)
34
8. Membuat Galengan Gigit / Bite Rim Rahang Atas dan Rahang Bawah
Tujuan Mampu melakukan pembuatan galengan gigit RA dan RB
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Pembuatan galengan gigit harus memperhatikan estetis,
tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal.
Galengan gigit, berbentuk tapal kuda dan trapezium
diletakkan di atas base plate sesuai dengan residual ridge,
untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan relasi sentrik
yang nantinya akan dipindahkan ke artikulator.
Syarat galengan gigit :
a. Ukuran lebar galengan gigit :
RA anterior ± 5-7 mm, posterior ± 10 mm
RB anterior ± 4-6 mm, posterior ± 10 mm
Galengan gigit RA bagian anterior lebih menonjol
(protrusi) ± 2 mm dari RB (overjet)
b. Galengan gigit posterior RA dan RB sebidang (dilihat dari
depan/anterior)
Tinggi galengan gigit RA diukur dari dasar vestibulum
labialis ke bidang oklusal ± 22 mm.
Tinggi galengan gigit RB diukur dari dasar vestibulum
labialis ke bidang oklusal ± 18 mm.
Patokan galengan gigit rahang atas adalah tinggi dibuat 2
mm di bawah bibir atas saat rest position dan dilihat profil
pasien.
Batas posterior galengan gigit RA sampai distal molar
pertama, RB sampai retromolar pad.
35
9. Penetapan Gigit (Maxillo Mandibular Relation / MMR) Rahang Tidak
Bergigi
Tujuan Mampu melakukan penetapan gigit (maxillo mandibular
relation / MMR) rahang tidak bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Metode Niswonger
1. Penyesuaian lempeng dan galangan gigit RA
a. Pemeriksaan dukungan bibir (lip support) dengan cara
melihat dukungan galangan gigit RA pada bibir atas
dari arah depan dan samping sampai pantas bagi
pasien kalau bergigi.
b. Pemeriksaan panjang galangan gigit terhadap bibir
atas.
Sesuaikan tinggi galangan gigit anterior terlihat kira-
kira 2mm saat bibir rest.
2. Menentukan kesejajaran bidang insisal dan oklusal
galangan gigit RA terhadap bidang insisal dan oklusal RA
pasien.
Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti pisau malam,
pisau model, brunder spiritus, kapi, isolasi, benang wol,
bite plate, jangka, dan penggaris.
Posisikan pasien pada dental chair untuk duduk tegak,
lekatkan benang wol pada daerah tragus ala nasi.
Masukkan galengan gigit RA pada mulut pasien,
perhatikan profil (dilihat lip support), Panjang galengan
gigit 2 mm dibawah garis bibir atas. Sesuaikan bidang
oklusal galengan gigit dengan garis Camper
menggunakan bite plate.
Lakukan observasi dan pemeriksaan kesejajaran
galangan gigit atau bite plate tersebut
a. Dilihat dari anterior, bite plate sejajar dengan garis
interpupil
b. Dilihat dari sagital, bite plate sejajar dengan bidang
Camper.
Apabila terjadi ketidaksejajaran, maka lakukan
pengurangan atau penambahan pada permukaan oklusal
galangan gigit hingga tercapai kesejajaran bidang.
3. Menentukan relasi vertical (vertical jaw relation)
Pasang galengan gigit RB sesuaikan dengan galengan
gigit RA sampai mencapai kontak seimbang. Buatlah titik
pada nasion dan gnation pada pasien. Ukurlah jarak pada
kedua titik tersebut (pasien dalam kondisi rest posisi / bibir
atas dan bibir bawah kontak ringan, dan pasien
diinstruksikan mengucapkan ‘mmmm”) menggunakan
jangka beberapa kali (2-3 kali) untuk mendapatkan nilai
rata-rata yang merupakan rest posisi pasien. Tinggi gigit
36
pasien adalah rest posisi dikurangi free way space (2-4
mm).
4. Menentukan relasi horizontal / letak gigit (horizontal jaw
relation)
Pasang galengan gigit RA dan RB, ukurlah jarak antara
titik nasion dan gnation yang telah saudara buat sehingga
jaraknya sesuai dengan tinggi gigit penderita. Perhatikan
galengan gigit harus tetap dalam kondidi kontak
seimbang.
Buatlah Nukleus Walkhof (bulatan malam sebesar biji
jagung yang ditempelkan pada basis galangan gigit RA
pada daerah fibrating line) pada galengan gigit RA paling
posterior. Dengan galengan gigit atas dan bawah
terpasang carilah letak gigit pasien. Instruksikan pasien
untuk membuka mulut kemudian menutup mulut secara
perlahan dengan lidah menyentuh Nukleus Walkhof
sampai galangan gigit RA dan RB menempel untuk
mendapatkan relasi sentrik pasien.
Selain menggunakan cara Nukleus Walkhof, bisa
menggunakan cara dorsal flexi (ini dilakukan apabila lidah
pasien tidak bisa menyentuh palatum posterior
dikarenakan menempelnya lidah dengan frenulum
lingualis), caranya pasien diposisikan menengadah /
posisi tiduran. Posisi RB paling posterior.
Dalam posisi sentrik tersebut :
a. Bidang galangan gigit RA da RB menempel rata
b. Galangan gigit RA dan RB bagian posterior kanan dan
kiri dibuat sebidang.
c. Galangan gigit RB anterior lebih ke posterior,
sesuaikan dengan dukungan bibir RB.
Buatlah garis pada daerah caninus dan premolar pada
saat galengen gigit dalam kondisi kontak seimbang.
Instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut
dengan cara seperti diatas berulang-ulang sampai garis
caninus dan premolar berimpit dalam posisi yang sama.
(check a bite).
Buatlah keratan selebar 1 cm pada daerah posterior
kanan dan kiri galengan gigit kemudian letakkan utility
wax, pasang galengan pada mulut pasien dan
instruksikan untuk melakukan gerakan membuka dan
menutup mulut sesuai dengan letak gigit yang telah
saudara dapatkan.
Buatlah garis median sesuai median wajah pasien, garis
caninus (garis vertical melewati sudut mulut kanan dan kiri
pasien saat rest posisi) dan garis senyum pasien (garis
yang melewati batas bibir bawah saat tersenyum,
mengucapkan “Cis”.
Fiksasi galengan gigit menggunakan staples pada regio
belakang C kiri dan kanan, masing-masing pada 2 tempat
37
dan keluarkan dari mulut pasien dengan posisi galengan
terfiksir. Cuci dan letakkan galengan pada model kerja
kemudian tunjukkan pada pembimbing.
10.Pemasangan Model Pada Artikulator
Tujuan Mampu melakukan orientasi rahang (pemasangan model
pada artikulator)
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Periksa artikulator yang akan saudara gunakan, pastikan
posisi pin horizontal sesuai dengan garis median articulator,
pin vertical menyentuh incisal table, gerakkan sendi
artikulator berfungsi dengan baik.
Ulasi artikulator dan model kerja dengan vaselin. Letakkan
model dengan galengan gigit terpasang pada artikulator.
Pastikan garis median artikulator berimpit dengan garis
median model kerja, bidang olusal artikulator sebidang
dengan bidang oklusal galengan gigit (menggunakan
bantuan karet gelang) pin horizontal articulator menyentuh
titik kontak insisivus pertama rahang bawah.
11.Penyusunan Anasir Gigi
Tujuan Mampu melakukan penyusunan gigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Tahapan penyusunan anasir gigi anterior
Perhatikan :
1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan
bidang labial galangan gigit merupakan bidang labial gigi.
2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan
proksimal dan relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan
rahang bawah
3. Urutan penyusunan dari : 11, 21, 12, 22, 13, 23 dilanjutkan
dengan 31, 41, 32, 42, 33, 43
Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RA
1. Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah
2. Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau
galangan gigit RB nya (dicek dengan bite plane table
artikulator)
38
3. Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90 derajat dengan
bidang oklusal dan bagian servikal gigi sedikit miring ke
distal, sumbu gigi hampir paralel dengan garis median.
4. Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebih
anterior dari bagian tengah papilla, karena pola resorbsi
residual ridge RA umumnya mengarah ke atas dan ke
belakang, sehingga posisi anasir gigi anterior RA
diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual ridge
untuk mengisi posisi gigi aslinya.
5. Dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8 derajat
terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan labial
gigi sama dengan permukaan labial galangan gigit.
Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RA
1. Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi
permukaannya ± 0,5-1 mm di atas bidang oklusi
2. Aspek labial terlihat deviasi 10 derajat terhadap garis
median, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal
3. Aspek proksimal ada deviasi 12 derajat terhadap garis
median.
Penyusunan gigi kaninus (C) RA
1. Incisal edge menyentuh bidang oklusi
2. Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian
servikalnya, dari tegak hingga sedikit miring ke arah distal.
Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial dengan cara
memiringkan servikal gigi ke arah distal
3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3
bagian servikal lebih menonjol ke labial untuk
memperlihatkan tonjolan kaninus.
39
Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RB
1. Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusi
2. Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis
median
3. Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5 derajat ke
lateral dan terletak di puncak residual alveolar ridge
Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RB
1. Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan
41
2. Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis
median
3. Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit
ke labial
Penyusunan gigi kaninus (C) RB
1. Incisal edge sebidang dengan gigi insisivus sentral dan
lateral
2. Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring
3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong
ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol
40
Penyusunan gigi anterior harus memperhatikan jarak
overbite dan overjet.
overbite : 1 mm
overjet : 1-2 mm
atau ketika dilakukan gerakan protrusive pada articulator, gigi
anterior RA dan RB kontak, pin vertical tidak terangkat.
Tahapan penyusunan anasir gigi posterior
Perhatikan :
1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan
bidang bukal galangan gigit merupakan bidang bukal gigi
2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan
proksimal serta relasi gigi-gigi posterior rahang atas
dengan rahang bawah.
3. Urutan penyusunan gigi : pada RA dimulai dari P1 – P2 –
M1 – M2 sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,
sedangkan pada RB dimulai dari gigi M1 – M2 – P2 – P1
pada sisi kanan dan kiri
Penyusunan gigi premolar pertama (P1) RA
Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada
± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal
terlihat sumbu gigi tegak lurus
Penyusunan gigi premolar kedua (P2) RA
Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek
bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus
41
Penyusunan gigi molar pertama (M1) RA
Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio
bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1
mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di
atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat
kemiringan sumbu gigi 5 derajat terhadap garis vertikal.
Penyusunan gigi molar kedua (M2) RA
Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp
mesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal
± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 1,5 mm
di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat
kemiringan sumbu gigi 15 derajat terhadap garis vertikal.
Setelah semua gigi posterior RA disusun dilakukan
pemeriksaan menggunakan template pada bagian bukal.
Gigi caninus, premolar 1, premolar 2, dan bagian cups mesio
bukal molar 1 RA menyentuh bidang templete. Sedangkan
bagian cups disto bukal molar 1 RA tidak menyentuh bidang
templete.
42
Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi
molar 1 dan 2 RA, semua permukaan bukal gigi molar 1 dan
2 menyentuh bidang templete, sedangkan gigi premolar 1
dan 2 tidak menyentuh bidang templete.
Penyusunan gigi posterior RB perlu diperhatikan :
1. Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal
M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio bukal –
developmental groove) M1 RB
2. Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak pada
fissura gigi RB
3. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak
ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB mengikuti
lengkung RA
4. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus RB
merupakan tempat kesandaran fissura gigi RB
5. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis
anteroposterior curve/ curve of spee/ garis kompensasi
sagital untuk tercapai stabilitas gigi tiruan ; garis lateral
curve / curve of wilson / garis kompensasi lateral untuk
mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp
palatinal menyentuh bidang oklusi).
Curve of spee merupakan curve imajiner pada RA yang
melalui incisal incisive central – incisal C – cusp bukal P1
– cusp bukal P2 – cusp mesiopalatal M1 – cusp
mesiopalatal M2.
43
6. Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar
pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung
keatas.
7. Kurva anti monson melalui tonjol bukal dari gigi premolar
pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung
kebawah, jadi kebalikan dengan kurve monson.
8. Kurva transisional yaitu kurva yang berupa garis lurus,
dapat dilihat pada gigi premolar kedua
12.Percobaan GTL Malam
Tujuan Mampu melakukan percobaan GTL Malam
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Pasang coba malam untuk susunan gigi anterior terlebih
dahulu.
2. Pastikan garis median GTL sesuai dengan garis median
wajah pasien.
3. Sesuaikan overjet dan overbite dengan posisi di dalam
artikulator.
4. Periksa dukungan bibir atas dan bawah.
5. Lanjutkan dengan penyusunan gigi posterior.
6. Susunan gigi pada pasien sesuai dengan keadaan pada
artikulator.
44
7. Dengan bantuan spatula semen, periksa kontak geligi RA
dan RB. Masukkan spatula semen diantara kontak gigi RA
dan RB, lalu putar pelan-pelan.
13.Remounting 1, Selective Grinding 1, Remount Jig, Pemulasan Awal,
Percobaan GTL Akrilik.
Tujuan Mampu melakukan remounting 1, selective grinding 1,
remount jig, pemulasan awal, dan percobaan GTL akrilik
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Setelah hasil proses akrilik yang baik (tidak porous, model
kerja tidak pecah, susunan anasir gigi lengkap).
Remounting 1
1. Pasang model kerja pada articulator sesuai 3 cekungan.
2. Pastikan model terpasang sesuai dengan tiga cekungan
yang ada.
3. Lekatkan model dengan malam perekat.
Selective grinding 1
1. Dilakukan setelah remounting 1, bila pin vertical tidak
kontak dengan incisal table articulator. Bila pin vertical
sudah kontak dengan table, tidak dilakukan.
2. Dengan menggunakan artikulating paper, stone
berbentuk fissure, flame dan round.
3. Gerakkan lengan articulator buka tutup. Yang dikurangi
bagian yang premature kontak (warna lebih tebal dari
yang lain)
4. Memperdalam sulkus, mengurangi incline plane / sisi
miring (fossa) sampai pin vertical menyentuh incisal table
articulator.
5. Pada saat melakukan grinding pastikan cusp anasir gigi
tidak terasah.
6. Selective grinding 1 dilakukan sampai pin vertical
articulator menempel pada incisal table articulator.
Remount Jig
1. Lepaskan model rahang bawah dari articulator.
2. Ulasi anasir gigi rahang atas dengan vaselin.
3. Aduk gips lunak tipe II letakkan pada articulator rahang
bawah.
4. Katupkan articulator sampai gips lunak menyentuh
permukaan cusp anasir rahang atas.
5. Pastikan seluruh bidang oklusal dan incisal anasir gigi
masuk ke dalam gips lunak sedalam 1 – 2 mm.
6. Pin vertical kontak dengan table.
45
Pemulasan awal
1. Membuang / memotong akrilik yang bukan bagian dari
GTL
2. Membersihkan interdental dari sisa gypsum
3. Menghaluskan seluruh bagian permukaan GTL, kecuali
bagian yang melekat dengan mukosa.
Percobaan GTL akrilik
1. Pasang GTL pada pasien
2. Pastikan retensi dan estetik GTL baik.
14.Interocclusal Record (IMR)
Tujuan Mampu melakukan interocclusal record
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum Interocclusal record merupakan catatan relasi antara
permukaan oklusal gigi tiruan RA dan RB dalam keadaan
relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try –
in) gigi tiruan. Material yang digunakan putty atau material
khusus untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat
apakah terjadi permasalahan oklusi terutama pada oklusi
eksentrik
Prosedur 1. Latih pasien menggunakan GTL untuk mendapatkan
kedudukan relasi horizontal rahang atas dan rahang
bawah.
2. Siapkan bahan bite registration / putty, lalu campur bahan
putty menggunakan tangan.
3. Letakkan pada daerah premolar sampai molar RB kanan
dan kiri. Bentuk lempengan ± lebar 1 cm, tebal 2 mm
4. Instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan-
lahansesuai dengan relasi horizontal yang sudah
didapatkan.
5. Pastikan kondisi GTL dalam keadaan kontak minimal
6. Tunggu sampai bahan setting, periksa dan pastikan tidak
ada lubang pada hasil record.
7. Harus ada bagian bekas kontak oklusal gigi yang setipis
mungkin, tetapi tidak lubang.
46
15.Remounting II
Tujuan Mampu melakukan remounting II
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Posisikan GTL rahang atas pada remount jig yang telah
dibuat dan pastikan dalam kondisi terfiksir dengan baik.
2. Ulasi bagian dalam GTL rahang atas dengan vaselin,
apabila diperlukan tutup bagian undercut dengan kapas
yang telah dibasahi untuk memudahkan proses melepas
GTL.
3. Aduk gips lunak dan tuangkan pada ruang antara GTL dan
articulator.
4. Rapikan adonan gips lunak sambil menunggu setting.
5. Lepas GTL rahang atas, pasang hasil record sehingga
GTL rahang atas dan rahang bawah dalam posisi terfiksir
dengan baik. Fixir menggunakan malam perekat.
6. Balik articulator, ulasi bagian dalam GTL RB dengan
vaselin.
7. Aduk gips lunak dan letakkan pada ruang antara GTL RB
dan articulator.
16.Selective Grinding II
Tujuan Mampu melakukan selective grinding II
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Pada tahap ini dilakukan koreksi artikulasi :
1. Gerakan oklusi sentrik, tidak boleh mengurangi tinggi
cusp, hanya again fossa (lereng / sentral).
2. Sisi kerja / working side
Pengasahan dilakukan menurut hukum BULL (buccal
upper, lingual lower) artinya bagian yang boleh dikurangi
untuk RA hanya cusp bukal, untuk RB hanya cusp lingual.
Letakkan articulating paper dan lakukan gerakan artikulasi
pada articulator.
Pengasahan dilakukan pada spot yang ada.
3. Sisi keseimbangan / balancing side
Pengasahan dilakukan apabila spot terjadi pada sisi bukal
rahang bawah atau sisi palatal rahang atas atau
kombinasi.
4. Koreksi protrusi mandibula
Pengasahan dilakukan pada bagian incisal rahang bawah
atau palatal rahang atas.
47
Selective grinding dikatakan selesai apabila :
Warna spot bekas articulating paper merata pada daerah-
daerah yang kontak.
Pemulasan akhir :
Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL (bagian
oklusal juga) kecuali bagian yang melekat dengan mukosa.
Pastikan tidak ada daerah yang tajam dan tepi GTL
membulat.
17.Insersi Gigi Tiruan Lengkap
Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan lengkap
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Insersikan GTL akrilik pada rongga mulut pasien
2. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi :
a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka,
stomatitis yang dapat mengganggu proses
pemasangan GTL.
b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTL
yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum
insersi.
c. Periksa retensi, stabilitas GTL, oklusi sentrik dan
eksentrik.
d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien,
lakukan perbaikan apabila diperlukan.
e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap
GTL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara,
mastikasi)
f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTL sendiri.
3. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTL resin
akrilik, yaitu :
a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTL
nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat
makan GTL harus dilepas. Setelah makan GTL dipakai
lagi
b. GTL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk
minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi.
c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan
d. Menjaga kebersihan GTL.
Ada 2 cara pembersihan GTL :
Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada
bagian permukaan gigi, pada bagian plat
menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan
sabun yang tidak mengandung detergent dan soda
48
(sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di
bawah air mengalir.
Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam
dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB
selama 15 - 30 menit).
e. Waktu pembersihan GTL : pagi, setelah makan, dan
sebelum tidur
f. Setelah 24 jam GT dilepas pada waktu tidur,
dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan
menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam
wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated
udara.
g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit,
dianjurkan untuk segera kontrol
h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna
mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada
gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.
i. Pasca Pemasangan Geligi Tiruan Lengkap
Tujuan Penangguangan masalah pada pesien akibat pemakaian
GTL.
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum 1. Setelah GTL dipasang, bukan berarti sudah selesai
perawatan yang kita berikan.
2. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita
tanggulangi pada waktu pemasangan GTL mungkin akan
terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien
setelah beberapa hari bahkan dapat pula terjadi beberapa
jam setelah pemasangan.
3. Keluhan pasien akibat pemasangan GTL ini sebaiknya
segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada
jaringan pendukung GTL atau bahkan justru mengganggu
sistem stomatognatik. Masalah ini dapat serupa dengan
masalah yang terjadi saat pemasangan GTL atau
masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTL saat
berfungsi.
Prosedur 1. Penanggulangan rasa sakit (jika ada)
2. Penanggulangan masalah retensi (jika ada)
3. Penanggulangan masalah stabilitas (jika ada)
4. Penanggulangan masalah kenyamanan (jika ada)
5. Penangguangan masalah efisiensi mastikasi (jika ada)
6. Penanggulangan masalah efisiensi saat bicara (jika ada)
49
Kontrol I :
1. Tanyakan keluhan penderita dan lakukan perbaikan
apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intra oral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
a) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
b) Lereng ridge : tajam / berbintil
c) Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makanan yang lunak.
4. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper
Kontrol II
1. Periksa fungsi bicara pasien (huruf s, m, v, r), lakukan
perbaikan apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intraoral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
d) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
e) Lereng ridge : tajam / berbintil
Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makan seperti biasa.
4. Hindari makan-makanan lengket.
5. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating
paper.
Kontrol III
Lakukan prosedur pemeriksaan seperti pada kontrol I dan II
dan buatlah perbaikan apabila diperlukan.
Instruksi untuk kontrol periodik 6 bulan sekali.
50
j. Relining dan Rebasing Geligi Tiruan Lengkap
Tujuan Penanggulangan kurangnya retensi GTL, sehingga dapat
memperpanjang daya guna
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum 1. Relining yaitu menambah bahan akrilik pada permukaan
cetak dan basis GTL.
2. Rebasing yaitu mengganti basis GTL dengan bahan
akrilik yang baru.
3. Kurang nya retensi dan suatu GTL dapat disebabkan
akibat tahap pekerjaan yang kurang teliti atau akibat
proses polimerisasi pada waktu GTL dilakukan
prosesing akrilik. Selain itu, dapat pula terjadi akibat
adanya proses resorbsi tulang alveolar baik secara
fisiologis maupun patologis yang terjadi setelah GTL
dipasang.
4. Relining dapat dilakukan secara langsung dan tidak
Iangsung.
Secara langsung digunakan bahan akrilik cold curing
sedangkan secara tidak Iangsung digunakan bahan
akrilik heat curing.
5. Akibat kurangnya retensi akan menyebabkan GTL tidak
dapat berfungsi secara nyaman dan efisien.
Prosedur 1. Mengasah permukaan cetak dan basis GTL kira-kira
1mm sebagai retensi dan tempat bahan cetak
2. Pencetakan rahang dengan menggunakan GTL sebagai
sendok cetaknya
3. Relining secara langsung digunakan akrilik cold curing
sebagai bahan cetaknya
4. Relining secara tidak langsung dan rebasing dapat
digunakan rubber base, ZnO, stik compound sebagai
bahan cetaknya
5. Hal yang perlu diperhatikan saat pencetakan:
Penempatan GTL pada jaringan pendukung saat
melakukan pencetakan
51
C. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
1. Persiapan Pasien
Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai
perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator duduk pada dental stool dengan posisi di
sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.
Pemeriksaan rongga mulut pasien :
1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air
Pemeriksaan dalam mulut :
1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara
visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.
Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum
pembuatan GTJ yang perlu, misalnya perawatan
konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan,
alveolectomy, dll), occlusal adjustment.
52
2. Preparasi Gigi Penyangga
Tujuan Mampu melakukan preparasi gigi penyangga untuk gigi
tiruan jembatan
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk
memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan jembatan yang
akan dipasang.
1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, dan mata bur)
4. Dudukkan pasien di dental chair, dengan posisi yang
tepat
5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang
oklusal (guiding grooves for occlusal reduction).
a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan
menggunakan round-end tapered fissure diamond
bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang
oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran
(channel) di sepanjang alur bagian tengah oklusal
(central groove) yang meluas ke distal dan mesial
marginal ridge.
b. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan
menggunakan round-end tapered diamond bur pada
developmental groove bukal dan lingual gigi, serta
pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp
(cusp tip) hingga ke dasar cusp.
c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak
dengan permukaan oklusal gigi antagonis, buatlah
alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan
round-end tapered diamond bur dengan
memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap
sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada functional
cusp.
6. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal
reduction)
a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara
bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial dikurangi
terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang
oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan
sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan begitupun
sebaliknya.
b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan
kertas artikulasi (articulating paper). Apabila masih
terdapat area yang terkena spot (dark spot area),
53
maka dilakukan pengurangan kembali pada area
tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi
sentrik.
7. Preparasi bidang aksial.
Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan
lingual gigi yang sejajar dengan sumbu gigi,
menggunakan round-end tapered diamond bur
8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial
reduction) dan pembuatan finishing line berbentuk
chamfer (bahu liku)
a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara
bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial dikurangi
terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial
telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal
bidang aksial dapat dilakukan begitupun sebaliknya
b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan
dengan pengurangan bidang aksial, mengelilingi
seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual
dan mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ±
0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut
cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-end
fissured diamond bur atau round-end tapered
diamond bur
9. Penghalusan (finishing)
a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo
white stone untuk menghaluskan permukaan gigi
yang telah dipreparasi dan margin chamfer
b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan
margin chamfer menggunakan sonde, permukaan
tersebut harus halus.
Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan
gambaran anatomis dari gigi tersebut sebelum diasah.
Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan
dengan semburan air pada high speed berfungsi secara
sempurna.
Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu
pertimbangkan melakukan proses anestesi.
Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien kumur-
kumur agar pasien tidak terlalu lelah.
54
3. Mencetak Model Kerja Gigi Tiruan Jembatan
Tujuan Mampu mencetak untuk pembuatan model kerja pada kasus
gigi tiruan jembatan
Ruang Lingkup Geilgi Tiruan Jembatan.
Uraian Umum -
Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, sendok cetak yang sudah dipersiapkan)
4. Dudukkan pasien pada di dental chair dengan posisi tegak
(bidang camfer pasien / tragus ala nasi sejajar lantai untuk
mencetak RA)
5. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok
cetak
6. Bersihkan gigi yang telah dipreparasi dengan air dalam
syringe (water spray), dan keringkan dengan udara (air
spray three way syringe). Pasang benang retraksi
(retraction cord) dengan bantuan pinset dan retraction
cord instrument / plastic filling pada sulkus interproksimal
mengelilingi margin chamfer. Sebelumnya benang
retraksi dicelupkan pada larutan aluminium klorida 25%
atau epinephrine / hemostatic agent. Pertama-tama
bentuklah benang retraksi menyerupai huruf “ U’ dan
lingkarkan mengelilingi gigi yang telah dipreparasi, lalu
tekan benang ke arah apikal (subgingiva).
7. Kemudian perlahan-lahan selipkan benang di antara gigi
dan gingiva bagian mesial interproksimal dengan bantuan
pinset dan retraction cord instrument / plastic filling,
setelah terpasang dengan baik, lanjutkan memasang
pada sisi distal interproksimal. Lanjutkan pemasangan
pada permukaan lingual yang diawali dari sudut
mesiolingual menuju sudut distolingual.
8. Lakukan pencetakan hasil preparasi menggunakan
sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak
elastomer (putty dan light body) dengan teknik single
phase (one step) / double phase (two step). Setelah
cetakan mengeras, lepaskan dari model gigi.
Catatan : Apabila dilakukan pencetakan dalam rongga
mulut pasien, cucilah hasil cetakan dibawah air yang
mengalir atau dalam larutan desinfeksi lalu keringkan
dengan udara.
9. Cetak gigi antagonisnya dengan menggunakan sendok
cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak alginat
10.Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi
penyangga (yang telah dipreparasi). Kriteria hasil cetakan
:
55
a. Semua area anatomi tercetak
b. Tidak ada rongga udara yang terperangkap
c. Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak
dengan jelas bentuk gigi yang telah dipreparasi secara
detail.
11.Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria,
lanjutkan kepengisian, tetapi apabila hasil cetakan
elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan
pencetakan ulang.
4. Pembuatan Catatan Gigit Gigi Tiruan Jembatan
Tujuan Mampu melakukan catatan gigit untuk gigi tiruan jembatan
dengan tujuan sebagai panduan relasi model rahang atas
dan bawah dalam proses pemasangan model kerja dalam
artikulator.
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Lakukan sterilisasi alat
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset)
4. Dudukkan pasien di dental chair pada posisi tegak
5. Mintalah pasien untuk berkumur.
6. Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan rahang
atas dan bawah pada posisi oklusi sentrik dengan benar,
bila perlu ulang proses tersebut sampai pasien benar-
benar bisa memposisikan rahangnya dengan tepat.
7. Persiapkan bahan bite registration (elastomer) atau
selembar malam merah dibagi menjadi 2 (dua), kemudian
letakkan selembar kain kasa diantara malam merah
tersebut. Lunakkan di atas bunsen brander.
8. Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan tadi
pada posisi yang benar diantara rahang pasien, pada
kedua sisi rahang, kemudian pandu pasien untuk
menutup mulut atau menggigit pada posisi oklusi sentrik
dengan benar.
9. Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna.
10.Lepaskan catatan gigi dari mulut pasien.
11.Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan
bantuan catatan gigit yang telah dibuat dan periksa
apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang
pasien.
56
Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi
rahang pasien pada model kerja.
5. Penanaman Artikulator Gigi Tiruan Jembatan
Tujuan Mampu melakukan penanaman artikulator
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Memasang magnet
2. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan atau sesuaikan
dengan tonjolan pada permukaan split cast plate pada
dasar model kerja RA dan RB dengan menggunakan
bantuan pisau gips dan pisau malam.
3. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan
malam perekat yang dilunakkan di atas nyala api bunsen
brander.
4. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan
bantuan karet gelang. Perhatikan garis median model
harus sebidang garis median pada articulator, dan bidang
oklusi model sebidang dengan horisontal articulator .
Periksa kesejajarannya menggunakan karet gelang yang
ditarik dari pin horisontal menuju ke horisontal artikulator.
5. Siapkan adonan gips putih untuk memasang model dalam
artikulator. Letakkan adonan gips putih di bagian atas
artikulator hingga menutupi split cast plate dan model
locking pin, tunggu hingga gips mengeras, gunanya untuk
memfiksasi split cast plate dan model locking pin (Untuk
artikulator handy IIA Shofu).
6. Ulasi model plate dan split cast plate dengan vaselin.
Letakkan adonan gips putih pada model RA yang sudah
diulasi vaselin .
7. Letakkan adonan gips putih pada model plate RA hingga
menutupi bagian-bagian undercut model plate
8. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan
model kerja RA. Rapikan kelebihan gips putih yang
melekat pada artikulator lalu tunggu sampai gips
mengeras. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada
incisor guide table dan pin horisontal harus tetap pada titik
kontak gigi insisif pertama RB.
9. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah
mengeras, baliklah artikulator sehingga bagian bawah
artikulator menjadi bagian atas. Lakukan tahapan
pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama
dengan pemasangan model kerja dalam artikulator RA).
10.Cek garis median model kerja yang telah dipasang dalam
artikulator harus sebidang dengan garis median
artikulator.
57
6. Membuat Gigi Tiruan Tetap Sementara (GTTS)
Tujuan Mampu melakukan pembuatan GTTS untuk melindungi gigi
yang telah selesai dipreparasi
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum Ada dua acara pembuatan GTTS:
1. Secara langsung /direct (dalam mulut pasien)
2. Secara tidak langsung/indirect (pada model)
Prosedur Secara langsung / direct :
1. Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, sendok cetak)
2. Siapkan bahan untuk membuat GTTS, misalnya : self cure
acrylic (tempron, protemp)
3. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
4. Pasien memakai penutup dada
5. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang tepat
6. Sebelum gigi pasien dipreparasi, pada daerah yang akan
dibuat GTJ, diletakkan anasir gigi pada daerah gigi yang
hilang, kemudian dicetak dengan sendok cetak sebagian
dengan bahan cetak alginate atau putty.
7. Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTJ
8. Buat adonan bahan untuk GTTS, misalnya tempron
dengan perbandingan bubuk akrilik self curing dan liquid
monomer sesuai aturan pabrik.
9. Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan kedalam
cetakan gigi pasien yang terbuat dari putty / alginate.
10.Kemudian cetakkan / masukkan dalam mulut
kebagian/daerah yang telah dipreparasi untuk GTJ.
Sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi diolesi
vaselin untuk melindungi dari suhu panas dari bahan
GTTS yang berpolimerisasi.
11.Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien,
rapikan, masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu
sampai setting, kemudian dilepas dari mulut pasien.
12.Rapikan dan pulas GTTS tersebut
13.Masukkan dalam mulut pasien untuk diperiksa oklusi dan
artikulasi serta ketepatan di daerah marginal, bila telah
sesuai GTTS dilepas dari dalam mulut pasien.
14.Siapkan semen sementara, misalnya freegenol
15.Keringka gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari
saliva.
16.Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian
adonan semen tersebut taruh pada GTTS, pasang pada
gigi yang telah di preparasi, tunggu sampai semen
mengeras, bersihkan sisa-sisa semen yang masih
melekat pada gigi.
58
7. Form Pengiriman Model Kerja ke Laboratorium
Tujuan Mampu membuat surat pengantar ke laboratorium
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Isi form surat pengiriman model kerja yang meliputi :
1. Kepala surat
2. Tempat dan tanggal
3. Kepada dental laboratorium mana
4. Pendahuluan
5. Isi : meliputi
a. Bahan GTJ yang akan digunakan
b. Desain GTJ (seperti macam pontik, macam retainer,
dan macam GTJ)
c. Warna GTJ
6. Penutup
7. Mengetahui (nama beserta nomor telpon yang bisa
dihubungi)
8. Coba Coping GTJ
Tujuan Mampu melakukan coba coping gigi tiruan jembatan untuk
melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Coping pada model kerja articulator dilihat :
a. Ketepatan marginal
b. Oklusi dan jarak oklusal dengan gigi antagonis.
c. Posisi dengan gigi sebelahnya
2. Bila pada articulator posisinya sesuai, maka di cek pada
pasien
3. Coping diambil dari model di articulator dan dipasang
pada mulut pasien pada daerah gigi penyangga
4. Cek :
a. Oklusinya dan jarak oklusal dengan gigi antagonisnya
b. Ketepatan tepi marginal, apakah daerah marginal
terbuka atau overhanging
c. Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar)
5. Bila semua sudah selesai dengan desain GTT, maka
coping dikirim kembali ke laboratorium yang membuat
coping untuk diselesaikan GTJ-nya.
59
9. Pemasangan Gigi Tiruan Jembatan Dengan Semen Sementara (try in)
Tujuan Mampu melakukan try in gigi tiruan jembatan untuk evaluasi
biologis GTJ
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Harus diperiksa :
1. Ketepatan marginal
2. Oklusi dan artikulasi
3. Ketepatan kedudukannya (fit)
4. Warna gigi
Tahapan pekerjaan :
1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, spatula semen, excavator, plastic filling)
4. GTTS pada pasien dilepas dengan crown retractor
5. Kemudian gigi penyangga dibersihkan
6. GTJ dipasang pada gigi penyangga kemudian di cek
ketepatan marginal, oklusi dan artikulasi, ketepatan
kedudukan (fit), warna gigi.
7. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating
paper
8. Untuk ketepatan marginal di cek dengan menggunakan
sonde di sekitar tepi preparasi gigi, apakah ada step, atau
akhiran preparasi terbuka.
9. Bila ada traumatic oklusi dikurangi, kemudian
dikembalikan ke lab untuk dilakukan glazing.
10.Setelah semua telah memenuhi syarat, maka dilakukan
penyemenan sementara dengan menggunakan
freegenol.
11.Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan
dengan cotton roll/kapas.
12.Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTJ
pasang pada gigi penyangga.
13.Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen
sementara dibersihkan, cek oklusi dan artikulasi lagi.
60
10.Insersi Gigi Tiruan Jembatan
Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan jembatan
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Setelah 7-10 hari pemasangan GTJ dengan semen
sementara, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan
GTJ dengan semen tetap.
Tahap pekerjaan :
1. Siapkan alat-alat yang sudah sudah steril (kaca mulut,
sonde, pinset, spatula semen, plastic filling, excavator,
crown retraction.
2. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
3. Pasien memakai penutup dada
4. Siapkan semen tetap, misalnya dari bahan GIC, paper
pad untuk tempat mengaduh semen tetap.
5. GTJ pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan crown
retractor.
6. Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada
daerah yang akan dipasang GTJ, maka GTJ dapat
dipasang dengan semen tetap.
7. Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen
sementara dan dikeringkan serta kemudian di isolasi dari
saliva.
8. Aduk semen tetap (GIC) dengan perbandingan bubuk dan
liquid sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
9. Letakkan adonan tersebut pada GTJ yang telah
dibersihkan secara tipis dan merata.
10.Taruh/pasang GTJ tersebut pada gigi penyangga, tekan
pada posisinya, pasien disuruh oklusi sentris dengan
diberi cotton roll diantara GTT dan gigi antagonisnya,
tunggu sampai semen tetap setting.
11.Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi
dan artikulasi.
11.Kontrol GTJ
Tujuan Mampu melakukan evaluasi setelah insersi GTJ
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum kontrol I : satu minggu setelah insersi tetap
kontrol 2 : satu minggu setelah kontrol 1
Prosedur 1. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
2. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit.
3. Apakah ada sisa makanan/debris disekitar GTJ, ada
keradangan, ada traumatik oklusi dicek dengan
articulating paper.
61
TEORI PENDUKUNG MODUL
A. Kartu status dan rencana perawatan
1. Kolom / kotak sebelah kiri atas : diisi huruf depan dari nama penderita.
2. Kolom / kotak sebelah kanan atas : bulatan diwarnai sesuai dengan warna
menurut kode yang tersedia
3. Nomor kamar terima : diisi sesuai nomor kamar terima yang tercantum pada
map-kuning penderita.
4. Nomor klinik prosto : diisi sesuai nomor registrasi penderita di klinik
prostodonsia.
5. Tanggal : sudah jelas
6. Mahasiswa : diisi nama mahasiswa yang melakukan pengisian kartu status,
lengkap dengan NIM.
7. Nama penderita : diisi nama penderita lengkap dengan identitas (Ny, Bpk,
Tn, Sdr, Nn) dan gelar bila ada.
Untuk mengetahui asal suku/ras, berhubungan dengan penyusunan gigi
depan.Contoh : eropa (profil lurus ),asia (cembung).
8. Nama instruktur : Nama instruktur klinik yang membimbing pengisian dan
diskusi kartu status tersebut.
9. Alamat Rumah : untuk mengetahui status sosial, keadaan lingkungan pasien,
cara berkomunikasi antara dokter denganpasien.
10.Telepon : agar mudah dihubungi
11.Pekerjaan : berhubungan dengan status ekonomi (rencana perawatan dan
pembiayaan), sosial pendidikan,intelektual, danjuga fungsi untukgigitiruan.
12.Jenis Kelamin : berhubungan dengan aspek psikologis (wanita lebih menuntut
estetik daripada pria), penyakit (wanita lebih besar terkena osteoporosis
(resorbsi tulang cepat), pria lebih besar terkena hemofolia. Bentuk gigi (wanita
: ovoid, pria : tapering).
13.Usia : berhubungan dengan kemampuan
Semakin muda umur pasien, maka prognosa semakin baik. Semakin
bertambah usia pasien, maka semakin menurun kemampuan pasien dalam
dalam hal adaptasiterhadapgigi tiruan,regenerasijaringankesehatanmulut,
62
koordinasi otot, mengalirnya saliva, kemampuan mencerna benda asing, dan
penyakitsistemik.
14.Anamnesa
Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter pasien, status
ekonomi, sosial, pengetahuan, pengalaman, dan data demografi pasien.
a) Keluhan atau keinginan : berhubungan dengan keinginan, kebutuhan,
motivasi. Diisi maksud / tujuan datang ke klinik prostodonsia serta atas
kemauan siapa. Contoh : pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas
kemauan pasien sendiri dan untuk mengembalikan fungsi kunyah dan
estetik.
b) Riwayat geligi : untuk mengetahui proses penyembuhan setelah proses
pencabutan terakhir dan untuk rencana perawatan. Berisi antara lain
sebab kehilangan gigi (karena karies, goyang, trauma, dll), pencabutan
terakhir (regio mana dan kapan).
c) Pengalaman dengan gigi tiruan
1) Sudah pengalaman, maka lebih mudah dan cepat beradaptasi
dengan gigi tiruan yang baru, sudah paham prosedur pembuatan,
tapi cenderung membandingkan gigi tiruan yang lama dan yang
baru.
2) Belum pengalaman : membutuhkan adaptasi yang lama dan
panjang, harus memberikan penjelasan tentang tahap pembuatan
gigi tiruan, adaptasi terhadap benda asing (gigi tiruan), dan cara
menjaga kesehatan RM selamam pemakainan gigi tiruan.
Harus dilengkapi dengan : macam GT, pada rahang mana, sekarang
masih dipakai atau tidak, bila tidak dipakai lagi, karena apa dan sejak
kapan tidak dipakai.
d) Pembiayaan : nama yang membiayai perawatan dan pekerjaannya
(bekerja dimana).
Bila mahasiswa terlibat dalam pembiayaan, harus dicantumkan berapa
biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing.
63
e) Lain-lain : diisi hal-hal yang belum termasuk dalam kolom-kolom di atas,
misalnya : konsul / kiriman dari rumah sakit. Penderita masih dalam
perawatan rumah sakit / dokter.
f) Data kesehatan umum
1) Penyakit yang pernah / sedang diderita
Anemia - Mukosa pucat, gusi kadang berdarah
- Lidah berwarna merah
- Bila pakai gigi tiruan sering merasa tidak enak/sakit
walaupun kedudukan GT baik
Diabetes
Melitus
- Mulut kering, sering haus
- Polidipsi, polyuria dan polifagia
- Nafas bau keton
- Gigi goyang/lepas
- Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jadi
harus sering control
Untuk itu, desain jangan dibuat paradental, tapi gingival
karena gigi geligi tidak kuat
TBC - Bahaya penularan → harus meningkatkan control
infeksi
- Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jd harus
sering kontrol
Jantung Cepat lelah → waktu perawatan jangan terlalu lama
Hipertensi Harus konsul dulu kalau ada pencabutan/operasi (ex:
alveolektomi)
Alergi Terhadap resin akrilik → minimalkan penggunaan
akrilik dan kontak mukosa pendukung dengan akrilik →
buatkan metal frame
2) Obat-obatan yang dikonsumsi
3) Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya → untuk lihat motivasi
pasien
g) Data kesehatan gigi dan mulut
1) Riwayat hilangnya gigi
a. Goyang
b. Benturan
Cek dengan radiografik apakah masih ada sisa akar gigi yang
tertinggal atau tilang yang tajam
c. Karies
• Berarti OH pasien burk → DHE
64
• Waktu pencabutan terakhir → memperkirakan kecepatan
resorpsi tulang
2) Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi →
untuk melihat motivasi pasien
3) Riwayat penggunaan GT → Sedapat mungkin hal-hal yang disukai
dipindahkan ke GT baru dan yang tdk disukai ditinggalkan. Selain itu
sesuaikan dengan kondisi & perubahan yang telah terjadi dalam
mulut pasien (tidak bertentangan dengan prinsip dasar perawatan)
4) Tujuan utama pembuatan GT
a. Estetik ( contoh : artis, guru)
b. Fungsi pengunyahan ( contoh : orang tua, penderita sakit
lambung)
c. Fungsi bicara ( contoh : penyiar, imam)
d. Memenuhi permintaan orang lain
5) Kebiasaan buruk
Berkeretak gigi (bruxism)
atau elenching
- Melihat adanya faset tajam pada gigi
- Menyebabkan GT cepat aus & tidak
stabil
- Merupakan etiologi TMD
Menggigit bibir/benda
keras
- Berhubungan dengan pemilihan
bahan GTC gigi anterior
Mendorong lidah dan
mengunyah satu sisi
Stabilitas GT berkurang dan mengunyah
satu sisi dapat menyebabkan TMD
Hipermobilitas rahang Menyulitkan saat penentuan relasi
sentrik
B. Pemeriksaan klinis
1. Pemeriksaan Ekstraoral : diisi kelainan yang ada. Bila tidak ada kelainan
ditulis T.A.K
a. Wajah
Ditulis kelainan yang ada , ditulis juga bentuk wajah penderita.
• Warna kulit → untuk pilih warna gigi
• Bentuk → persegi, lonjong, segitiga → sesuai bentuk insisif 1
• Asimetris wajah à Genetik Dapat
Patologis disembunyikan
Penyimpangan dengan variasi
fungsi rahang penyusunan gigi
yang dentogenik
• Profil
65
b. Mata : ditulis kelainan yang ada, misalnya : asimetris, juling, dll.
Pupil → garis inter pupil → kesejajaran galengan gigit anterior
c. Tragus → garis champer → kesejajaran galengan gigit posterior
(tragus-basis hidung)
d. Hidung : ditulis kelainan yang ada, missal bentuknya simetris /
asimetris, dll).
Pernafasan → tidak lancar → menyulitkan pencetakan (rasa ingin
muntah)
e. Mulut
• Rima oris → sempit → susah masukin & keluarin sendok cetak
• Bibir Tonus Berhubungan dengan inklinasi
Tebal/tipis labio-lingual gigi interior
Panjang/pendek à Menentukan letak bidang
Insisal & garis senyum
Asimetris à Penyusunan gigi secara dentogenik agar
tampak simetris
• Garis celah mulut
f. Otot-otot wajah
• Terlalu kendor à untuk menghilangkan kerut-kerut wajah tersebut
dapat mengganggu retensi GTL.
• Terlalu kaku à masalah dalam pembentukan perluasan sayap GT
g. Sendi rahang (TMJ)
• Misalnya clicking joint, mudah terjadi dislokasi, dll.
• Letakan jari pada garis eye-ear line (tragus ke sudut mata), kira-
kira 11-12 mm dari tragus, atau dimasukan ke lubang telinga dan
sedikit ditekan ke dinding anteriornya. Kemudian pasien diminta
membuka dan menutup mulut berkali- kali & perlahan-lahan →
ada/tidak bunyi klik (kalau bunyi tidak keras → dapat
menggunakan stetoskop).
Teraba gerakan kondilus yang sedikit melompat → karena oklusi
gigi tidak seimbang → perbaiki kontak oklusi dengan pengesahan
selektif
• Ada/tidak deviasi dan trismus
h. Kelenjar
• Saliva à bengkak dan nyeri
• Kelenjar limfe à bengkak dan nyeri à infeksi
66
2. Pemeriksaan intraoral
a. Status umum : ditulis semua keadaan yang terlihat dalam rongga
mulut, tanpa menyebutkan lokasi atau geligi mana.
Cara penulisan : gigi hilang, gigi karies, gigi goyang, gigi abrasi, gigi
supraposisi, karang gigi, sisa akar, dll.
b. Jaringan lunak : ditulis kelainan yang ada tanpa menyebutkan
lokasinya. Cara penulisan : gingivitis, resesi gingiva, dll. Bila tidak ada
kelainan, cukup ditulis T.A.K.
c. Saliva
1) Kuantitas
Terlalu sedikit à tidak cukup membasahi seluruh permukaan
basis GT.
Terlalu banyak à seolah-olah GT terendam dan meningkatkan
keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan.
2) Kualitas
Encer à Dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak
basis & mukosa lebih rapat, daya pembebasan lebih baik karena
lebih mudah menyebar keseluruh basis GT.
Kental à kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis
GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis.
d. Lidah
Ukuran à terlalu besar à ruang untuk lidah semput à gangguan
kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan.
Posisi wright :
• Kelas I à lidah bersandar relaks didasar mulut dan ujungnya
bersandar pada permukaan lingual gigi anterior bawah / tulang
alveolar.
• Kelas II à ujung lidah terangkat sedikit sehingga sebagian dasar
mulut terlihat.
• Kelas III à lidah menggulung kebelakang sehingga terlihat
frenulum lingualis.
Mobilitas à lidah yang aktif mengganggu kestabilan GT.
67
e. Mukosa mulut
• Denture stomatitis à akibat gigi tiruan longgar dan kotor à
peradangan oleh jamur dan bakteri.
• Trauma GT yang longgar :
Jaringan flabby menutupi puncak alveolar.
Lipatan jaringan pada dasar vestibulum (denture fissuratum) à
biasanya mengecil/hilang setelah beberapa hari GT dilepas. Bila
mengganggu retensi à bedah.
• Frenulum
Perlekatan otot pada tulang alveolar.
Tinggi à bila mendekati puncak processus alveolaris.
Sedang à berada diantara puncak processus alveolaris dan
dasar vestibulum.
Rendah à mendekati dasar vestibulum.
Frenulum tinggi akan mengganggu sayap GT à menurangi
retensi GTL.
• Perlekatan dasar mulut à tinggi à mengurangi Panjang sayap
lingual GT à mengurangi retensi dan stabilisasi.
f. Gigi geligi
• Karies/restorasi yang kurang baik à hendaknya diperbaiki dulu.
• Kegoyangan gigi-geligi, curigai :
- Oklusi traumatic
- Goyang menyeluruh à kelainan sistemik (DM, penyakit
darah).
• Posisi
- Terlalu miring à GTL (perhatikan lintasan pemasangan GT),
GTC (perhatikan tekanan-tekanan gigit yang jatuh, bila
memperburuk posisi gigi tersebut/merugikan restorasi à
pertimbangkan pencabutan).
- Ekstrusi à pertimbangkan pengasahan.
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo

More Related Content

What's hot

Treatment Plan in Periodontics
Treatment Plan in PeriodonticsTreatment Plan in Periodontics
Treatment Plan in PeriodonticsDRAMITDE
 
Clinical diagnosis in periodontology
Clinical diagnosis in periodontologyClinical diagnosis in periodontology
Clinical diagnosis in periodontologyChetan Basnet
 
Furcation involvement and management
Furcation involvement and managementFurcation involvement and management
Furcation involvement and managementAishwarya Hajare
 
Indices used in periodontal destruction
Indices used in periodontal destructionIndices used in periodontal destruction
Indices used in periodontal destructionAlka Singh
 
Essentials of clinical periodontology and periodontics
Essentials of clinical periodontology and periodonticsEssentials of clinical periodontology and periodontics
Essentials of clinical periodontology and periodonticsDr.Jaffar Raza BDS
 
Periodontal instruments, surgery
Periodontal instruments, surgeryPeriodontal instruments, surgery
Periodontal instruments, surgerySalar Zeinali
 
Drug induced gingival enlargement.
Drug induced gingival enlargement.Drug induced gingival enlargement.
Drug induced gingival enlargement.Gururam MDS
 
Case report Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DM
Case report  Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DMCase report  Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DM
Case report Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DMJignesh Patel
 
Periodontal diseases in children
Periodontal diseases in childrenPeriodontal diseases in children
Periodontal diseases in childrenAghil Madathil
 
Refractory periodontitis
Refractory periodontitisRefractory periodontitis
Refractory periodontitismsperio kku
 
Perio endo lesion ojus
Perio endo lesion ojusPerio endo lesion ojus
Perio endo lesion ojusGbenga Ojuola
 
6.pregnancy the periodontium
6.pregnancy   the periodontium6.pregnancy   the periodontium
6.pregnancy the periodontiumLama K Banna
 
Classification of gingival & periodontal diseases
Classification of gingival & periodontal diseasesClassification of gingival & periodontal diseases
Classification of gingival & periodontal diseasesDr.Jaffar Raza BDS
 
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in children
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in childrenEpidemiology of gingival & periodontal diseases in children
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in childrenDrSusmita Shah
 

What's hot (20)

Treatment Plan in Periodontics
Treatment Plan in PeriodonticsTreatment Plan in Periodontics
Treatment Plan in Periodontics
 
Clinical diagnosis in periodontology
Clinical diagnosis in periodontologyClinical diagnosis in periodontology
Clinical diagnosis in periodontology
 
Non surgical periodontal therapy
Non surgical periodontal therapyNon surgical periodontal therapy
Non surgical periodontal therapy
 
Furcation involvement and management
Furcation involvement and managementFurcation involvement and management
Furcation involvement and management
 
Systemic periodontology
Systemic periodontologySystemic periodontology
Systemic periodontology
 
Indices used in periodontal destruction
Indices used in periodontal destructionIndices used in periodontal destruction
Indices used in periodontal destruction
 
Essentials of clinical periodontology and periodontics
Essentials of clinical periodontology and periodonticsEssentials of clinical periodontology and periodontics
Essentials of clinical periodontology and periodontics
 
Periodontal instruments
Periodontal instrumentsPeriodontal instruments
Periodontal instruments
 
Periodontal instruments, surgery
Periodontal instruments, surgeryPeriodontal instruments, surgery
Periodontal instruments, surgery
 
Odontogenic infection
Odontogenic infectionOdontogenic infection
Odontogenic infection
 
Drug induced gingival enlargement.
Drug induced gingival enlargement.Drug induced gingival enlargement.
Drug induced gingival enlargement.
 
GINGIVECTOMY AND GINGIVOPLASTY
GINGIVECTOMY AND GINGIVOPLASTYGINGIVECTOMY AND GINGIVOPLASTY
GINGIVECTOMY AND GINGIVOPLASTY
 
Probing
ProbingProbing
Probing
 
Case report Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DM
Case report  Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DMCase report  Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DM
Case report Chronic Generalized periodontitis with Type 2 DM
 
Periodontal diseases in children
Periodontal diseases in childrenPeriodontal diseases in children
Periodontal diseases in children
 
Refractory periodontitis
Refractory periodontitisRefractory periodontitis
Refractory periodontitis
 
Perio endo lesion ojus
Perio endo lesion ojusPerio endo lesion ojus
Perio endo lesion ojus
 
6.pregnancy the periodontium
6.pregnancy   the periodontium6.pregnancy   the periodontium
6.pregnancy the periodontium
 
Classification of gingival & periodontal diseases
Classification of gingival & periodontal diseasesClassification of gingival & periodontal diseases
Classification of gingival & periodontal diseases
 
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in children
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in childrenEpidemiology of gingival & periodontal diseases in children
Epidemiology of gingival & periodontal diseases in children
 

Similar to Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo

Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulousMira Khairunnisa
 
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxPREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxMuhammadAsyrafi2
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141maulidenil gebi
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2RSIGM
 
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docx
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docxBuku Panduan Dokter Gigi cilik.docx
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docxekaindriani13
 
Anjab ahli pertama dokter gigi
Anjab ahli pertama dokter gigiAnjab ahli pertama dokter gigi
Anjab ahli pertama dokter gigiAdhy Nosho
 
Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggianggi123456
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelEKAPUSPITA23
 
Parade case parade case parade case.pptx
Parade case parade case parade case.pptxParade case parade case parade case.pptx
Parade case parade case parade case.pptxMedhySurya
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptxChristYanuar
 

Similar to Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo (20)

Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
 
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptxPREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
PREVENTIVE_PERIODONTICS.pptx_new.pptx
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docx
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docxBuku Panduan Dokter Gigi cilik.docx
Buku Panduan Dokter Gigi cilik.docx
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Anjab ahli pertama dokter gigi
Anjab ahli pertama dokter gigiAnjab ahli pertama dokter gigi
Anjab ahli pertama dokter gigi
 
New Salesman Training.ppt
New Salesman Training.pptNew Salesman Training.ppt
New Salesman Training.ppt
 
Skenario 1
Skenario 1Skenario 1
Skenario 1
 
Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggi
 
Nurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigiNurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigi
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel
 
Parade case parade case parade case.pptx
Parade case parade case parade case.pptxParade case parade case parade case.pptx
Parade case parade case parade case.pptx
 
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
1711339279996-b2a72509-e34c-48ee-9223-4b1db3174230.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Recently uploaded

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Recently uploaded (20)

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo

  • 2. 2 PANDUAN MODUL PROFESI PROSTODONSIA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN GIGI TIRUAN LENGKAP GIGI TIRUAN JEMBATAN THE BEST PREPARATION FOR TOMOROW IS DOING YOUR BEST TODAY Fakultas Kedokteran gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Alamat: JL. KH. Wahid Hasyim No. 65 Kediri
  • 3. 3 Koordinator : drg. Rudy.S, Sp.Pros Anggota : drg. Anindita Apsari, Sp.Pros drg. Endang Pudjirochani, MS., Sp.Pros (K) drg. Maretaningtias Dwi Ariani, M.Kes., Ph.D., Sp.Pros drg. Nino Mayangsari, Sp.Pros drg. Catur Septommy, MDSc drg. Priesta Honeste drg. Elok Nafilah Fitri drg. Dyah Noviana drg. Riesky Sharastiti
  • 4. 4 GAMBARAN UMUM MODUL Modul profesi prostodonsia dibuat untuk membantu mahasiswa profesi dalam melaksanakan pendidikan profesi Kedokteran Gigi. Mahasiswa profesi diharapkan mampu menegakkan diagnosa, merencanakan dan melakukan perawatan pada pasien edentoulus ridge. Modul profesi prostodonsia berisi panduan bagi mahasiswa profesi dalam penanganan kasus gigi tiruan. Pada kasus perawatan edentoulus ridge mahasiswa profesi mampu untuk membuat desain gigi tiruan yang tepat untuk mengembalikan fungsi stogmatognati pasien. Modul ini juga mengajarkan pada mahasiswa cara komunikasi, informasi, dan edukasi ke pasien setelah perawatan gigi tiruan dalam menunjang keberhasilan pemulihan fungsi stomatognatik.
  • 5. 5 AREA KOMPETENSI Domain I : Profesionalisme Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan. Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Memahami ilmu Kedokteran dasar dan klinik, Kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi yang terkait dengan gigi tiruan. Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan rehabilitatif gigi tiruan. Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem Stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik dalam bidang Prosthodonsia. Domain V : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi 1. Melakukan prosedur perawatan gigi yang tepat bersama-sama dengan tenaga medis lainnya dalam melakukan perawatan pendahuluan untuk menunjang keberhasilan gigi tiruan. 2. Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, dan pasien untuk menunjang keberhasilan gigi tiruan.
  • 6. 6 TUJUAN PEMBELAJARAN Modul ini dibuat untuk memberikan materi kepada mahasiswa di bidang prostodonsia yang bertujuan untuk : 1. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang ilmu Kedokteran gigi dasar yang terkait bidang Prostodonsia. 2. Mahasiswa mampu menjalankan etika profesi dalam kegiatan di klinik sesuai dengan janji profesi yang telah dilafalkan.
  • 7. 7 TINGKAT KOMPETENSI Tingkat kemampuan 1 Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Tingkat kemampuan 2 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk penatalaksanaannya atau merujuk kepada spesialis yang sesuai. Tingkat kemampuan 3A Darurat KG . Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus–kasus darurat tidak mengancam jiwa/non emergensi. Tingkat kemampuan 3B Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi sistemiK. Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support, sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus– kasus gawat darurat. Tingkat kemampuan 4 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan kompetensinya.
  • 8. 8 SUMBER BELAJAR WAJIB No Literatur Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) 1 Carr AB, Brown DT. 2011. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics. 12 th Ed. Mosby, Inc. St. Louis,Missouri. Gigi tiruan lengkap (GTL) 1 Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Finer Y, Chang TL, Koka S. 2013. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients(Complete Denture and Implant- Supported Prosthesis). 13 th Ed. St. Louis,Missouri 2 Johnson T, Wood DJ. 2012. Techniques in Complete Denture Technology. 1 st Ed. Willey-Blackwell. UK 3 Basker RM, Davenport JC. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentolous Patient. 4 th Ed. Blackwell Munksgaard. UK Gigi tiruan jembatan (GTJ) 1 Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2016. Contemporary Fixed Prosthodontics. 5 th Ed. Elsevier. St. Louis Missouri. 2 Shilingburg HT, Sather DA, Cain JR, Mitchell DL, Blanco LJ, Kessler JC. 2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th Ed. Quintessence Publishing Co. USA
  • 9. 9 TAHAPAN KERJA A. Ggi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) 1. Persiapan Pasien Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan Ruang Lingkup Prostodonsia Uraian Umum - Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bisa dilihat secara visual. Dapat berupa radiografi periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum pembuatan GTSL yang perlu, misalnya perawatan konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll), occlusal adjustment.
  • 10. 10 2. Mencetak Anatomis Rahang Bergigi Sebagian Tujuan Mampu melakukan mencetak anatomis pada pasien dengan kehilangan gigi sebagian Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berbeda dari pencetakan untuk gigi tiruan lengkap. Pada kasus GTSL ada dua jenis jaringan yang harus dicetak. Pertama mukosa yang merupakan jaringan lunak, lalu gigi-gigi yang merupakan jaringan keras. Prosedur 1. Alat dan bahan yang diperlukan : alat periksa standart, sendok cetak bersudut dan berlubang, bowl, spatula, takaran air dan takaran alginate, bahan cetak alginat. 2. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang pasien, yaitu jarak antara gigi dan tepi sendok cetak ± 4 mm, ini bertujuan untuk memberi ketebalan pada bahan cetak alginat supaya tidak patah/robek (baik pada RA/RB). 3. Posisi penderita waktu di cetak : Rahang atas : duduk tegak atau oklusal gigi RA sejajar lantai. Rahang bawah : Oklusal gigi RB sejajar lantai. Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak mengalir ke distal sehingga mengakibatkan pasien muntah. 4. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang. Saat mencetak RB pasien diinstruksikan untuk lidah dijulurkan, gerakkan kekanan dan kiri, kemudian mengangkat lidahnya dijulurkan kedepan. 5. Mengaduk bahan cetak alginat a. Mengambil air dengan takaran air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl b. Mengambil powder alginate sesuai aturan pabrik tuangkan kedalam bowl yang sudah diberi air tersebut. c. Diaduk pelan-pelan dan tekankan masa alginate tersebut pada dinding bowl menggunakan spatula yang kita pergunakan untuk mengaduk. Catatan : bila kita menginginkan adonan tidak segera mengeras gunakan air es (untuk memperlambat proses pengerasan alginate). d. Meletakkan adonan alginate tersebut pada sendok cetak RA dan RB.
  • 11. 11 6. Mencetak rahang atas a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok cetak b. Posisi operator waktu memasukkan sendok cetak ada disebelah kanan depan penderita. c. Ambil bahan cetak secukupnya, kemudian masukkan pada bagian palatum dan bukal regio tuber maxilla kanan dan kiri. d. Posisikan garis median sendok cetak sesuai garis median pasien. e. Tekan sedikit sendok cetak bagian belakang, setelah itu posisi operator pindah ke sebelah kanan belakang pasien. Bebaskan pipi dan bibir pasien menggunakan telunjuk jari operator, Tarik bibir pasien, kemudian tekan bagian depan sendok cetak kearah atas dan katupkan bibir penderita didepan sendok cetak, selanjutnya fixir posisi tersebut sampai setting. f. Tindakan ini untuk menghindari adanya udara yang terjebak serta menghindari ikut tercetaknya bibir penderita. 7. Mencetak rahang bawah a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok cetak b. Posisi operator ada disebelah kanan depan pasien. c. Ambil bahan cetak secukupnya, masukkan pada regio retromylohyoid kanan dan kiri (dengan mengangkat lidah pasien menggunakan kaca mulut). d. Memasukkan sendok cetak beserta adonan alginat pada mulut pasien, atur posisi sendok cetak, garis median sendok cetak sesuai garis median pasien. e. Atur posisi lidah supaya tidak tercetak dan tekan sedikit pada bagian posterior sendok cetak. f. Bebaskan pipi dan bibir menggunakan telunjuk jari operator. g. Tekan bagian anterior dan posterior sendok cetak kebawah. h. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah keatas kemudian menjulurkan kedepan. i. Katupkan bibir bawah kedepan sendok cetak. j. Fixir sampai setting. 8. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien a. Rahang atas : pipi dan labial pasien diretraksi agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan ke atas dan kebawah agar bagian belakang kemasukan udara. Kemudian cetakan ditekan
  • 12. 12 kebawah Bersama-sama, supaya cetakan terlepas dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air mengalir, simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk menghindari mengeringnya permukaan cetakan yang akan mengakibatkan perubahan bentuk. b. Rahang bawah : pipi dan labial pasien diretraksi agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan kebawah dan keatas agar bagian sendok cetak posterior terlepas dari mukosa (kemasukan udara), kemudian angkat keatas posterior dan anterior Bersama-sama dan keluarkan dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air mengalir dan kemudian simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk menghindari mengeringnya permukaan cetakan. 9. Hasil cetakan yang betul : a. Seluruh regio tercetak b. Tidak cacat c. Tidak porus d. Tidak terlepas dari sendok cetak 10.Cara mendapatkan suasana yang lembab Taruh hasil cetakan alginat didalam plastik tertutup. Apabila cetakan alginat belum langsung diisi, maka dimasukkan didalam plastik tertutup yang dikembungkan lalu dibungkus dengan kain yang dibasahi air tetapi kain basah tersebut tidak boleh menempel dengan cetakan alginat. 11.Mengisi cetakan untuk model pembahasan a. Pada bagian yang bergigi di isi dengan gips tipe III, sedangkan basis dengan menggunakan gips tipe II (plaster of paris). b. Merapikan model RA dan RB c. Model pembahasan harus dapat mewakili keadaan dalam mulut pasien.
  • 13. 13 3. Indikasi Perawatan dan Persetujuan Perawatan Tujuan Mampu melakukan indikasi dan persetujuan perawatan Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur 1. Pengisian kartu status pasien dimulai dari data demografi,anamnesis, keadaan dalam mulut, perawatan pendahuluan, diagnosis, desain denture yang akan dibuat. Catatan : dalam menentukan desain GTSL, model studi harus dilakukan survei pendahuluan terlebih dahulu. 2. Persetujuan perawatan : merupakan persetujuan tindakan perawatan yang akan dilakukan, serta kesanggupan pasien untuk dirawat sampai selesai. Melunasi pembayaran perawatan. 3. Persiapan dalam mulut meliputi : perawatan konservasi, periodonsia, bedah mulut, penyeimbangan oklusi, pembuatan oklusal rest seat. 4. Mencetak Model Kerja GTSL Tujuan Mampu melakukan mencetak fungsional / model kerja pada pasien dengan kehilangan sebagian gigi Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur Mencetak pasien dengan bahan alginat untuk pembuatan model kerja : Dilakukan pada pasien dengan kehilangan gigi tidak banyak atau saddle pendek dan bukan free end. Pemilihan sendok cetak seperti pada pemilihan sendok cetak untuk mencetak dalam pembuatan studi model atau model pembahasan. Teknik mencetaknya sama seperti mencetak dalam pembuatan model pembahasan. Bagian occlusal rest seat diisi lebih dulu. Pengisian cetakan untuk model kerja : a. Isi cetakan menggunakan gigi gips tipe III dan dibasis dengan gips tipe III. b. Rapikan model dengan menggunakan trimmer. Perhatikan batas mukosa. c. Usahakan oklusi model tetap dapat terjaga dengan gigi antagonis masih terpelihara. d. Model kerja harus dapat mewakili keadaan mulut pasien.
  • 14. 14 Mencetak untuk model kerja saddle Panjang dan free end : Yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan individual tray. Cara menyiapkan individual tray : Pembuatan outline individual tray pada model pembahasan dilakukan pada saddle Panjang dan free end. a. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak b. Outline individual tray minimal 2 mm lebih pendek (underextended) dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. c. Menentukan letak stopper individual tray. d. Tebal spacer malam satu lapis malam model merah. e. Individual tray dibuat dari bahan akrilik self cured f. Rapikan dan haluskan individual tray serta sesuaikan dengan outline individual tray. Border moulding : Alat yang diperlukan : diagnostic set, spirtus brander, pisau model, green stick compound. Urutan kerja : a. Mencobakan individual tray dalam mulut penderita, yang diperhatikan / dikoreksi adalah tepi individual tray, panjangnya 2 mm lebih pendek dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. b. Memotong tepi spacer malam minimal 2 mm untuk tempat bahan border moulding. c. Melunakkan green stick compon sebagai bahan border moulding dan meletakkannya pada tepi individual tray dan daerah spacer yang tadi dipotong. d. Masukkan individual tray kedalam bowl berisi air hangat. e. Masukkan individual tray beserta green stick compound yang telah dilunakkan dalam mulut dan lakukan tindakan muscle trimming agar batas mukosa bergerak dan tidak bergerak terbentuk dengan jelas. Ini dilakukan pada daerah yang tidak bergigi dengan saddle Panjang atau pada sisi free end (daerah yang perlu di moulding) f. Bagian lingual, lidah digerakkan kanan dan kiri, keatas dan kedepan. Bagian rahang atas posterior pasien diinstruksikan mengucap AH. Mencetak fungsional Bahan yang digunakan : bahan cetak elastomer (medium body). Alat yang digunakan : individual tray, mixing pad, spatula. Caranya : a. Lepas spacer malam yang ada pada individual tray. b. Membuat lubang (perforated) pada individual tray pada daerah yang memungkinkan udara dapat terjebak (diameter 2-3 mm dan jarak lubang ±8 mm).
  • 15. 15 c. Mengaduk bahan cetak elastomer pada mixing pad. d. Meletakkan adonan bahan cetak elastomer pada sendok cetak dengan tebal secukupnya. e. Memasukkan sendok cetak beserta adonan kedalam mulut pasien f. Atur posisi sendok cetak dan lakukan penekanan sendok cetak dalam mulut pasien seperti waktu mencetak dengan bahan alginate. Tekan perlahan sampai stopper menempel mukosa. g. Lakukan muscle trimming dan fixasi sampai bahan cetak setting. h. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien seperti melepas cetakan alginate. i. Hasil cetakan yang betul : 1) Seluruh regio tercetak 2) Tidak cacat 3) Tidak porous 4) Tidak terlepas dari sendok cetak 5) Semua permukaan moulding dan stopper dilapisi bahan cetak setipis mungkin. j. Bersihkan hasil cetakan, kemudian disemprot dengan cairan disinfektan. k. Pengisian cetakan dilakukan 30 menit setelah cetakan dilepas dari dalam mulut, tujuannya untuk menunggu waktu recovery dari bahan cetak akibat adanya tekanan waktu melepas dari dalam mulut. l. Memberi tanda dengan spidol pada tepi cetakan ± 2 mm dari peripheral border. Mengisi cetakan fungsional : a. Isi cetakan menggunakan gips tipe III baik pada daerah bergigi maupun basis model. b. Pengisian cetakan sampai batas garis yang dibuat dengan spidol pada peripheral border sampai pada lengkung terbesar, ini bertujuan supaya peripheral border yang terbentuk tidak rusak dan model gips dapat dilepas dari cetakan tanpa merusak peripheral border. c. Melepas model dari cetakan, usahakan peripheral border tidak rusak. d. Merapikan basis model dengan trimmer. Melakukan survei dan block out pada model kerja : a. Alat yang digunakan adalah surveyor b. Survei dilakukan dengan panduan survei pendahuluan pada model pembahasan dan guiding plane yang telah dibuat. Caranya : letakkan model pada survei table, atur posisi daerah undercut model kerja sesuai dengan undercut
  • 16. 16 pada survei pendahuluan. (tahapan yang lebih lengkap ada pada materi pendukung modul dihalaman belakang). c. Lakukan block out pada dinding aksial model kerja yang menghadap ke saddle menggunakan gips tipe II (plaster of paris). d. Rapikan block out tersebut menggunakan chisel. Pembuatan lempeng dan galangan gigit : a. Lempeng gigit dibuat dari malam model b. Galengan gigit terbuat dari malam model (merah) yang digulung c. Tinggi setinggi gigi sebelah apabila tidak ada gigi antagonis. Semisal ada gigi antagonism aka tinggi galangan gigit lebih tinggi ±2mm dari gigi sebelahnya. d. Lebar galangan gigit mengikuti lebar gigi sebelahnya. 5. Penetapan Gigit GTSL Tujuan Agar gigi tiruan sebagian lepasan dapat berfungsi secara optimal dan nyaman, dengan upaya merekam hubungan mandibula terhadap maksila, sehingga hubungan ini dapat dipindahkan ke artikulator. Artikulator adalah suatu alat yang dipakai untuk meniru sebanyak mungkin gerak rahang bawah, dan mampu mempertahankan hubungan model atas dan bawah yang akan dilakukan proses laboratorium. Artikulator dapat digolongkan dalam beberapa jenis, umumnya yang sering dipakai adalah artikulator engsel sederhana dan artikulator sendi sederhana. Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum Suatu hubungan oklusi dikatakan tetap bila ada tiga kontak oklusi, yaitu satu di anterior dan dua di posterior (satu di posterior kiri dan satu di posterior kanan). Pada keadaan rahang hanya ada satu atau dua kontak oklusi, diperlukan penentuan hubungan berpedoman kontak gigi yang ada. kemudian direkatkan pada Artikulator engsel sederhana. Bila tidak ada sama sekali gigi yang berkontak, penentuan hubungan rahang dilakukan secara fisiologis. Penentuannya dengan mencari relasi vertikal oklusi yang sering disebut dimensi vertikal oklusi dan relasi horizontal posisi sentrik / relasi sentrik. Kedua relasi ini ditentukan agar model rahang atas dan rahang bawah dapat dipasang pada artikulator sendi sederhana sesuai dengan relasi rahang dari pasien. Pencatatan relasi rahang ini dilakukan
  • 17. 17 dengan bantuan galengan gigit RA dan RB. Pada penyusunan anasir gigi disusun dalam oklusi sentrik sesuai dengan relasi sentriknya. Prosedur Dapat dibedakan menjadi 3 macam : a. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir (terfixir didalam dan diluar mulut) b. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfixir (terfixir didalam mulut, tetapi diluar mulut tidak terfixir) c. Pasien tidak mempunyai pedoman tinggi gigit (didalam dan luar mulut tidak terfixir). Posisi duduk pasien : duduk tegak tapi rileks. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir : Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir. Minimal mempunyai tiga titik oklusi (kontak) yang menjamin oklusi tersebut terfiksir. Caranya : a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut sampai lunak (posisi pisau malam tegak) b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi- gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi. c. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya. d. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang telah dilunakkan kedalam mulut pasien. e. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi. f. Tunggu sampai malam mengeras. g. Keluarkan galangan gigit RA dan RB, masukkan pada model kerja. a. Mengoklusikan model kerja RA dan RB kemudian mencocokkan pada pasien. b. Memberi tanda garis pada gigi yang mempunyai oklusi menggunakan pensil dari gigi atas silang menuju gigi bawah. Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfiksir : a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut sampai lunak.
  • 18. 18 b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi- gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi. c. Sesuaikan dalam model kerja. d. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya. e. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang telah dilunakkan kedalam mulut pasien. f. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi. g. Tunggu sampai malam mengeras. h. Membuat garis median dan garis senyum bila perlu i. Instruksikan pasien membuka mulut dan ambil semua lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien. j. Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air mengalir untuk menghilangkan saliva pasien yang menempel pada galengan gigit. k. Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model kerja. l. Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja dengan oklusi pada pasien. m. Bila terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi. n. Kondisi ini mungkin disebabkan cara melunakkan galangan gigit kurang lunak, sehingga terjadi penekanan pada mukosa sewaktu pasien menggigit. o. Fiksir model gigit atas dan bawah menggunakan stik yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan malam perekat. p. Buat garis median pada model sesuai dengan garis median pasien (bila perlu). Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai pedoman tinggi gigit : a. Penetapan gigit ini dilakukan dengan pedoman seperti melakukan penetapan gigit pada full denture b. Mendapatkan rest posisi pasien dengan cara : pasien diminta mengucapkan “mmmmm” bibir atas dan bawah menempel ringan. c. Bila perlu dilakukan kesejajaran garis Camper. d. Pasien diukur rest posisi menggunakan jangka sorong, caranya buat titik pada ujung hidung yang paling menonjol dan ujung dagu yang paling menonjol ke depan. e. Dudukkan pasien pada dental chair dengan posisi tegak tanpa sandar. f. Instruksikan pasien untuk rileks dan cek jangan sampai kelihatan tegang. g. Ukur jarak kedua titik tersebut 3 kali dan cari rata- ratanya.
  • 19. 19 Catatan : Cara pengecekkan dilakukan dengan menyentuh dagu pasien pelan-pelan ada tidaknya aktivitas otot pada saat itu, sebab dalam rest posisi aktivitas otot pembuka dan penutup mulut harus pada posisi minimal. a. Tentukan free way space (±2-4 mm) b. Tinggi gigit yang kita tentukan menggunakan rumus rest posisi dikurangi free way space. c. Pemilihan gigi, yang perlu diperhatikan : warna gigi, besar gigi, dan bentuk gigi. Cara mengurangi galangan gigit : kapi dipanaskan, kemudian letakkan pada permukaan galangan gigit yang akan dikurangi. 6. Pemasangan Model Kerja Beserta Hasil Penetapan Gigit pada Artikulator Tujuan Mampu melakukan pemasangan model kerja pada artikulator Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur a. Garis median model sebidang dengan garis median articulator. b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis horizontal articulator c. Pin horizontal terletak pada pertemuan bidang horizontal dengan garis median pasien atau terletak pada titik kontak incisive pertama RB. 7. Pembuatan Klamer Tujuan Mampu melakukan pembuatan klamer Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut pada bagian bukal dan lingual gigi atau ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut garis survei. b. Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau menyentuh gigi sebelahnya. c. Lengan klamer tidak boleh menyentuh gingival. d. Ujung lengan klamer dibulatkan.
  • 20. 20 8. Penyusunan Anasir Gigi Basis Malam GTSL Tujuan Mampu melakukan Penyusunan dan pasang coba anasir gigi basis malam pada pasien Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur a. Gigi disusun diatas ridge b. Gigi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya dan kontak dengan gigi antagonis c. Susunan gigi harus kontak bersama-sama dengan kontur gingival gigi asli. d. Konturing gingival disesuaikan dengan kontur gingival gigi asli e. Permukaan malam dari basis gigi tiruan harus halus dan mengkilap. Percobaan susunan gigi malam pada pasien : Yang perlu diperhatikan : estetik pasien, oklusi sentrik dan eksentrik. Kontur akhir : Alat yang digunakan : lampu spiritus, pisau malam, pisau model. a. Kontur gingiva sama seperti gigi sebelah b. Permukaan malam halus dan kilap c. Tidak boleh ada malam tipis yang menempel pada permukaan anasir d. Buat bentukan rugae bila diperlukan 9. Pasang Coba GTSL akrilik Tujuan Percobaan terakhir untuk menghilangkan keraguan operator, tekniker gigi maupun pasien sendiri dengan melakukan pemeriksaan dan perbaikan semua kesalahan estetik, oklusi, retensi, stabilitas serta relasi rahang secara vertikal maupun horisontal akibat kesalahan prosedur kerja sebelumnya, dan memperbaiki kekurangan yang dirasakan oleh pasien, sehingga diperoleh GTSL yang memenuhi estetik, retensi, stabilitas dan dukungan yang baik Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum 1. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi 2. Pemeriksaan kecermatan kontak basis GTSL, apabila kontak tidak baik, lakukan relining. 3. Melakukan penilaian estetik
  • 21. 21 4. Pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik menggunakan articulating paper 5. Gigi tiruan posterior RB tidak boleh ditempatkan Iebih distal daripada tepi anterior retromolar pad. 6. Ketepatan klamer pada gigi pendukung 7. Pembentukan permukaan poles yang memberi retensi tambahan GT Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating paper, pensil tinta. a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan / dicuci b. Cobakan dalam mulut pasien c. Seluruh basis GTSL menempel pada mukosa mulut dan tidak overextended. d. Oklusal rest pada tempatnya e. Klamer menempel pada gigi f. Lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi penyangga g. Gigi tiruan dipadang dan dilepas dengan mudah oleh pasien. 10.Hasil Processing Akrilik Tujuan Mampu melakukan penilaian hasil processing akrilik Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur a. Hasil tidak porus b. Tidak ada buble pada bagian gigi tiruan yang menghadap mukosa c. Permukaan gigi tiruan harus bersih dari gips. Akrilik kasar pada model dan remounting I a. Setelah prosesing akrilik, model dikeluarkan dari kuvet beserta model akriliknya. Bersihkan dari gips putih yang menempel. b. Dilakukan selective grinding pada artikulator. Model dikembalikan pada artikulator dengan bantuan kunci 3 cekungan.
  • 22. 22 11.Selective Grinding I, Pemulasan Awal, Selective Grinding Dalam Mulut, Pemulasan Akhir Tujuan Mampu melakukan selective grinding I Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum - Prosedur Selective grinding I : Yang dilakukan hanya centric oklusi, bertujuan untuk menghilangkan kesalahan waktu prosesing akrilik. Pemulasan awal : a. Tepi denture tidak boleh tajam b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh ada bubble. c. Permukaan denture halus, kilap, bersih dari sisa gips dan bahan pulas. Selective grinding dalam mulut : Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas artikulasi, stone. a. Cek oklusi dengan gigi antagonis menggunakan articulating paper, bila ada spot lebih tebal, berarti daerah tersebut premature kontak. b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada spot tebal. Lakukan oklusi ulang dengan articulating paper sampai terdapat spot yang sama tebal baik gigi asli maupun anasir gigi tiruan. c. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi d. Melapor pada instruktur Pemulasan akhir : a. Permukaan denture harus halus dan mengkilap b. Tepi denture tidak boleh ada yang tajam c. Textur dari anasir gigi jangan sampai hilang terpoles.
  • 23. 23 12.Insersi GTSL Tujuan Memulihkan fungsi estetik, mastikasi, fonetik dan menjaga jaringan gigi serta jaringan lunak yang ada agar tetap sehat. Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum Pada saat pemasangan GTSL, belum tentu geligi tiruan tersebut langsung terasa nyaman bagi pasien yang sudah kehilangan gigi giginya dalam waktu yang cukup lama dan belum pernah memakai gigi tiruan. Beberapa masalah yang mungkin terjadi pada proses insersi GTSL yaitu: hambatan pada permukaan gigi atau jaringan (dapat dihilangkan dengan pengasahan), gigi tiruan kurang / tidak cekat, aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero posterior, melihat faktor estetik menyangkut gigi anterior dan adanya rasa mual, perubahan suara saat bicara (cadel). Agar penderita dapat beradaptasi dengan GTSL nya pada waktu bicara dan mastikasi, maka sebaiknya operator memberikan saran-saran mengenai hal yang mungkin terjadi setelah pemakaian dan penanggulangannya, serta bagaimana cara membersihkan GTSL nya. Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset. 1. Bila pasien telah memakai GTSL, dianjurkan untuk dilepas dan tidak dipakai minimal 24jam. 2. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan 3. Persilahkan pasien untuk kumur-kumur 4. Insersikan GTSL akrilik pada rongga mulut pasien 5. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi : a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka, stomatitis yang dapat mengganggu proses pemasangan GTSL. b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTSL yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum insersi. c. Periksa retensi, stabilitas GTSL, oklusi sentrik dan eksentrik. d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien, lakukan perbaikan apabila diperlukan. e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap GTSL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi) f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTSL sendiri. 6. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTSL resin akrilik, yaitu : a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTSL nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat
  • 24. 24 makan GTSL harus dilepas. Setelah makan GTL dipakai lagi b. GTSL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi. c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan d. Menjaga kebersihan GTSL. Ada 2 cara pembersihan GTSL : Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan sabun yang tidak mengandung detergent dan soda (sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di bawah air mengalir. Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB selama 15 - 30 menit). e. Waktu pembersihan GTSL : pagi, setelah makan, dan sebelum tidur f. Setelah 24 jam GTSL dilepas pada waktu tidur, dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated udara. g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit, dianjurkan untuk segera kontrol h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai GTSL. 13.Pasca Pemasangan GTSL Tujuan Perawatan prostodontik merupakan pelayanan berkelanjutan yang tidak berakhir pada saat pemasangan dalam mulut. Pasien harus kembali secara periodik untuk evaluasi respon jaringan mulut terhadap GT dan menanggulangi masalah pada pasien akibat pemakaian GT. Ruang Lingkup GTSL Uraian Umum Setelah GTSL dipasang, bukan berarti sudah selesai perawatan yang kita berikan. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan GTSL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien setelah beberapa hari, bahkan dapat pula terjadi beberapa jam setelah pemasangan karena menurut penelitian pemakai GTSL mempunyai potensi dalam mengakibatkan perubahan-perubahan patologik dalam
  • 25. 25 mulut. Keluhan pasien akibat pemasangan sebaiknya segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan keras maupun lunak pendukung GTSL, atau bahkan justru mengganggu sistem stomatognati. Masalah ini dapat serupa dengan masalah yang terjadi saat pemasangan atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTSL saat berfungsi. Kontrol periodik hendaknya dilakukan satu sampai dua kali setahun. Pasien diinstruksikan untuk penyikatan GT dengan sabun untuk mencapai kebersihan dan khususnya pembersihan dan stimulasi di sekeliling gigi penyangga dan gigi yang masih tinggal merupakan hal yang utama. GT perluasan distal harus dicek secara periodik untuk mengevaluasi resorbsi lingir, stabilitas, oklusi. Bila dijumpai salah satu kelainan keadaan ini harus segera diperbaiki. Prosedur Kontrol I : Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating paper, stone. a. Persilahkan pasien duduk dikursi unit/dental chair b. Tanyakan apa keluhannya. Dengarkan dan perkirakan penyebabnya. c. Cek retensi dan stabilisasi GTSL d. Periksa GTSLnya yang ada kaitan dengan penyebab keluhannya. Mungkin overextended, oklusi dicek apakah ada premature kontak (lakukan dengan bantuan articulating paper). e. Lepas GTSLnya dan periksa kemungkinan ada bagian yang tajam atau ada bintil pada permukaan anatomisnya. f. Periksa mukosa mulut apakah ada bagian yang kemerahan. g. Tentukan diagnosisnya berdasar keluhan pasien, keadaan mukosa, dan keadaan GTSLnya. h. Tentukan rencana terapinya i. Instruksi pada pasien : 1. GTSL sudah mulai boleh digunakan untuk makan, dimulai dengan makanan yang lunak. 2. GTSL dibersihkan setiap habis makan, akan tidur, dan bangun tidur. 3. Cara membersihkan seperti yang telah diajarkan 4. Datang untuk kontrol berikutnya
  • 26. 26 Kontrol II Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas artikulasi. a. Urutan seperti pada kontrol I b. Instruksi pada penderita : 1. Gunakan untuk makan dan mengunyah pada kedua sisi rahang 2. Hindari makan yang keras 3. Cara membersihkan sama seperti instruksi sebelumnya 4. Bila ada keluhan, harus datang untuk kontrol 5. Dianjurkan untuk kontrol 6 bulan sekali. NB : a. Bahan pembersih gigi tiruan denture cleaner b. Cara pemakaian ikuti petunjuk pabrik
  • 27. 27 B. Gigi Tiruan Lengkap (GTL) 1. Persiapan Pasien Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan Ruang Lingkup Prostodonsia Uraian Umum - Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum pembuatan GTL, misalnya periodontologi dan bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll).
  • 28. 28 2. Mencetak Anatomis Rahang Tidak Bergigi Tujuan Mampu melakukan pencetakan anatomis rahang tidak bergigi Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Siapkan peralatan untuk mencetak (sendok cetak perforated yang tidak bersudut, bahan cetak alginate, bowl, spatula, pengukur air dan bubuk). Mendudukkan penderita dalam posisi yang benar (RA duduk tegak, RB garis oklusi sejajar lantai). Sebelum memulai proses mencetak penderita diinstruksikan untuk berkumur terlebih dahulu. Persyaratan hasil cetakan harus terlihat seluruh anatomical landmark RA dan RB. Tahapan mencetak rahang bawah (RB) dan rahang atas (RA) : 1. Saat mencetak RB, instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya dan menyentuhkan ujung lidah pada palatum sesaat setelah sendok cetak dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas di daerah lingual hingga ke retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien. 2. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang. 3. Instruksikan juga pada pasien jangan melakukan gerakan tiba-tiba ketika dalam proses mencetak. 4. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang pasien 5. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak alginat (takaran bubuk sesuai ketentuan pabrik) tersebut ke dalam mangkuk karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan adonan tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet hingga homogen. Perhatikan working time dan setting time bahan cetak (sesuai aturan pabrik) 6. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu lakukan pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca mulut untuk meretraksi bibir dan pipi model rahang. 7. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Cuci bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran / saliva yang menempel. 8. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan, dan detail cetakan, apakah ada landmark anatomi yang
  • 29. 29 tidak tercetak (terutama pada denture-bearing area). Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek. 3. Membuat Model Kerja dan Basis Tujuan Mampu membuat model kerja dan basis Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Tahapan Pengisian Gipsum pada hasil cetakan 1. Manipulasi bubuk gips tipe III (warna biru) dengan air (sesuai takaran pabrik) pada mangkuk karet lalu letakkan mangkuk karet tersebut di atas vibrator / diketok-ketok supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas sehingga mencegah hasil cetakan tidak porus. 2. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera mungkin setelah cetakan dilepas dari rongga mulut pasien untuk menghindari penyusutan cetakan agar didapatkan modell kerja yang detail dan akurat. 3. Pengisian gips pada RA diawali dari palatum mengarah ke residual ridge, sedangkan pada RB diawali dari residual ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil cetakan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, terperangkapnya gelembung udara pada undercut cetakan. 4. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang lebih 30 menit. Tahapan membuat basis model 1. Siapkan lempeng kaca (glass lab), gips keras tipe II, mangkuk karet, spatula dan air untuk membuat basis model studi 2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam mangkuk karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips pada lempeng kaca 3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada sendok cetaknya di atas adonan gips tipe II tersebut. Rapikan dan bentuk tepian gips menjadi basis model kerja dengan menggunakan spatula saat gips tipe II masih lunak. Perlu diperhatikan : adonan gips tipe II tidak boleh menutupi bagian tepi sendok cetak agar saat mengeras, model kerja mudah dilepas dari sendok cetaknya. 4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya menggunakan mesin trimmer. Pastikan bahwa model studi dalam kondisi basah agar debris dari pemotongan
  • 30. 30 tidak melekat pada model studi. Ketebalan basis model kerja kurang lebih 15-16 mm. 5. Tulislah keterangan pada model dengan spidol, meliputi : Nama pasien, jenis kelamin dan umur pasien, nama operator dan NIM. 4. Membuat Individual Tray Tujuan Mampu membuat individual tray Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Gambar outline batas mukosa bergerak dan tidak bergerak pada model pembahasan, outline individual tray 2 mm under garis outline yang telah saudara buat, kecuali bagian fibrating line RA harus tepat / tidak under. 2. Gambar stopper pada model pembahasan berbentuk persegi pada daerah caninus dan molar pertama dengan lebar 4 mm (RA lebih ke bukal, RB lebih ke lingual). 3. Apabila telah disetujui pembimbing, buatlah spacer malam menggunakan selapis malam model yang telah dilunakkan dan dipotong sesuai batas outline individual tray. 4. Kemudian buatlah individual tray memakai self curing acrylic. 5. Rapikan individual tray dengan menggunakan bur (stone, fraser). 5. Border Moulding Tujuan Mampu melakukan border moulding Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Sesuaikan individual tray dengan kondisi di dalam mulut penderita (under 2 mm dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kecuali bagian fibrating line RA harus tepat /tidak under, bebaskan dari frenulum, koreksi daerah tuber maksila dan retromylohyoid). 2. Tunjukkan kepada pembimbing, apabila telah disetujui, siapkan peralatan untuk border moulding (green stick, brunder spiritus, air panas, vaselin). 3. Kurangi spacer malam bagian pinggir individual tray minimal 2 mm dari batas individual tray untuk tempat bahan border moulding (green stick).
  • 31. 31 4. Tempatkan green stick yang telah dilunakkan pada bagian tersebut, masukkan dalam mulut, sampai terasa stopper menyentuh mukosa. 5. Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan pasien) dan secara pasif (dilakukan operator, dengan cara menarik otot pipi / bibir kebawah / keatas dan lipat kedalam) untuk mengaktivasi otot-otot pengunyahan, otot pembuka dan penutup mulut (muscle trimming). 6. Moulding bagian fibrating line dengan cara pasien disuruh mengucapkan AH berulang-ulang. 7. Tunjukkan pada pembiming, apabila hasil moulding telah memenuhi persyaratan (bentuk border moulding membulat sesuai ruangan border seal, green stick tidak menutupi malam malam spacer, tidak over / under extended, permukaan halus, retentive). 8. Setelah border moulding selesai spacer malam dilepas, dilanjutkan mencetak fungsional. 6. Mencetak Fungsional (Model Kerja) Rahang Tidak Bergigi Tujuan Mampu melakukan pencetakan fungsional / model kerja rahang tidak bergigi Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Lepaskan spacer malam pada individual tray, jangan sampai merusak hasil border moulding. 2. Bahan cetak menggunakan Polivinil Siloxane (elastomer tipe medium body / monophase). 3. Mencetak menggunakan metode mukodinamik. Tahapannya : a. Aduk bahan cetak elastomer dengan perbandingan sesuai petunjuk pabrik. b. Masukkan bahan cetak kedalam sendok cetak kira- kira setebal spacer malam. c. Masukkan ke dalam mulut pasien dengan memperhatikan posisi individual tray (garis median individual tray harus sesuai dengan garis median wajah). d. Tekan bagian posterior terlebih dahulu sambal digetarkan, tekan sampai terasa stopper menyentuh mukosa. e. Lakukan muscle trimming dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk : 1) Rahang atas :
  • 32. 32 Membuat AH-line (vibrating line). Caranya : pasien disuruh mengatakan “AH” berkali- kali, pada batas antara palatum durum dan palatum molle tampak gerakan yang jelas. a) Mengucapkan huruf “O” agar frenulum bukalis superior tercetak. b) Mengucapkan huruf “U” agar frenulum labialis tercetak c) Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kiri agar daerah disekitar tuberositas maxillaris tercetak. 2) Rahang bawah: a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis inferior tercetak. b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis tercetak c) Menggerakkan lidah ke atas, ke kanan dan kiri agar daerah disekitar Mylohyoid line tercetak. f. Tunggu sampai bahan cetak setting, keluarkan dari mulut pasien. Bersihkan dari saliva dan tunjukkan pada pembimbing. Note : sebelum menggunakan bahan elastomer, sebaiknya latihan dahulu dengan menggunakan bahan alginate. Diaduk menggunakan air es dengan konsistensi agak encer (seperti konsistensi elastomer). Hasil cetakan yang benar : 1) Seluruh permukaan green stick dan stopper masih tertutup dengan bahan cetak tipis. 2) Seluruh rahang tercetak dengan baik dan lengkap. 3) Tidak ada porous. g. Apabila telah disetujui, simpan hasil cetakan di tempat kering selama 30 menit untuk recovery time, selanjutnya diisi dengan gips keras tipe III dan diberi basis setebal ± 1,5 cm. h. Mengisi hasil cetakan : 1) Buat garis dengan spidol pada kontur terbesar pinggir cetakan (atau minimal 2 mm dari pinggir). 2) Isi hasil cetakan dengan adonan gips keras sampai penuh / datar. 3) Sisa adonan disiapkan untuk basis. 4) Telungkupkan cetakan yang telah diisi gips diatas adonan basis.
  • 33. 33 5) Atur sampai gips menutupi pinggir cetakan sampai batas garis spidol. 6) Setelah gips setting, buka cetakan dengan hati- hati. 7) Diperoleh model kerja. i. Rapikan dan trimming basis model kerja. Buatlah garis median model dari frenulum labialis melewati papilla insisiva ke posterior sampai ke tengah-tengah fovea palatina, garis puncak ridge dari caninus ke tengah tengah tuber untuk rahang atas dan tengah- tengah retromolar pada untuk rahang bawah, tiga cekungan pada bagian tertebal model kerja. 7. Membuat Post Dam dan Relief Chamber Tujuan Mampu melakukan pembuatan post dam dan relief chamber Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Membuat post dam dengan cara meradir batas yang telah tergambar oleh pensil tinta (daerah AH line) pada model kerja dengan kedalaman sesuai kompresibilitas mukosa di anterior fovea palatina dari hamular notch kiri sampai hamular notch kanan. Membuat relief chamber menggunakan aluminium foil pada daerah papilla insisivus (yang berfungsi sebagai relief of pain, karena pada papilla insisivus terdapat foramen insisivus tempat keluarnya saraf nasopalatinus) dan daerah torus palatinus (yang berfungsi mencegah ungkitan pada GTL, karena ketebalan mukosa pada torus palatinus lebih tipis daripada mukosa sekitarnya sehingga dapat menjadi titik ungkit yang mengganggu stabilitas GTL)
  • 34. 34 8. Membuat Galengan Gigit / Bite Rim Rahang Atas dan Rahang Bawah Tujuan Mampu melakukan pembuatan galengan gigit RA dan RB Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Pembuatan galengan gigit harus memperhatikan estetis, tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal. Galengan gigit, berbentuk tapal kuda dan trapezium diletakkan di atas base plate sesuai dengan residual ridge, untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan relasi sentrik yang nantinya akan dipindahkan ke artikulator. Syarat galengan gigit : a. Ukuran lebar galengan gigit : RA anterior ± 5-7 mm, posterior ± 10 mm RB anterior ± 4-6 mm, posterior ± 10 mm Galengan gigit RA bagian anterior lebih menonjol (protrusi) ± 2 mm dari RB (overjet) b. Galengan gigit posterior RA dan RB sebidang (dilihat dari depan/anterior) Tinggi galengan gigit RA diukur dari dasar vestibulum labialis ke bidang oklusal ± 22 mm. Tinggi galengan gigit RB diukur dari dasar vestibulum labialis ke bidang oklusal ± 18 mm. Patokan galengan gigit rahang atas adalah tinggi dibuat 2 mm di bawah bibir atas saat rest position dan dilihat profil pasien. Batas posterior galengan gigit RA sampai distal molar pertama, RB sampai retromolar pad.
  • 35. 35 9. Penetapan Gigit (Maxillo Mandibular Relation / MMR) Rahang Tidak Bergigi Tujuan Mampu melakukan penetapan gigit (maxillo mandibular relation / MMR) rahang tidak bergigi Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Metode Niswonger 1. Penyesuaian lempeng dan galangan gigit RA a. Pemeriksaan dukungan bibir (lip support) dengan cara melihat dukungan galangan gigit RA pada bibir atas dari arah depan dan samping sampai pantas bagi pasien kalau bergigi. b. Pemeriksaan panjang galangan gigit terhadap bibir atas. Sesuaikan tinggi galangan gigit anterior terlihat kira- kira 2mm saat bibir rest. 2. Menentukan kesejajaran bidang insisal dan oklusal galangan gigit RA terhadap bidang insisal dan oklusal RA pasien. Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti pisau malam, pisau model, brunder spiritus, kapi, isolasi, benang wol, bite plate, jangka, dan penggaris. Posisikan pasien pada dental chair untuk duduk tegak, lekatkan benang wol pada daerah tragus ala nasi. Masukkan galengan gigit RA pada mulut pasien, perhatikan profil (dilihat lip support), Panjang galengan gigit 2 mm dibawah garis bibir atas. Sesuaikan bidang oklusal galengan gigit dengan garis Camper menggunakan bite plate. Lakukan observasi dan pemeriksaan kesejajaran galangan gigit atau bite plate tersebut a. Dilihat dari anterior, bite plate sejajar dengan garis interpupil b. Dilihat dari sagital, bite plate sejajar dengan bidang Camper. Apabila terjadi ketidaksejajaran, maka lakukan pengurangan atau penambahan pada permukaan oklusal galangan gigit hingga tercapai kesejajaran bidang. 3. Menentukan relasi vertical (vertical jaw relation) Pasang galengan gigit RB sesuaikan dengan galengan gigit RA sampai mencapai kontak seimbang. Buatlah titik pada nasion dan gnation pada pasien. Ukurlah jarak pada kedua titik tersebut (pasien dalam kondisi rest posisi / bibir atas dan bibir bawah kontak ringan, dan pasien diinstruksikan mengucapkan ‘mmmm”) menggunakan jangka beberapa kali (2-3 kali) untuk mendapatkan nilai rata-rata yang merupakan rest posisi pasien. Tinggi gigit
  • 36. 36 pasien adalah rest posisi dikurangi free way space (2-4 mm). 4. Menentukan relasi horizontal / letak gigit (horizontal jaw relation) Pasang galengan gigit RA dan RB, ukurlah jarak antara titik nasion dan gnation yang telah saudara buat sehingga jaraknya sesuai dengan tinggi gigit penderita. Perhatikan galengan gigit harus tetap dalam kondidi kontak seimbang. Buatlah Nukleus Walkhof (bulatan malam sebesar biji jagung yang ditempelkan pada basis galangan gigit RA pada daerah fibrating line) pada galengan gigit RA paling posterior. Dengan galengan gigit atas dan bawah terpasang carilah letak gigit pasien. Instruksikan pasien untuk membuka mulut kemudian menutup mulut secara perlahan dengan lidah menyentuh Nukleus Walkhof sampai galangan gigit RA dan RB menempel untuk mendapatkan relasi sentrik pasien. Selain menggunakan cara Nukleus Walkhof, bisa menggunakan cara dorsal flexi (ini dilakukan apabila lidah pasien tidak bisa menyentuh palatum posterior dikarenakan menempelnya lidah dengan frenulum lingualis), caranya pasien diposisikan menengadah / posisi tiduran. Posisi RB paling posterior. Dalam posisi sentrik tersebut : a. Bidang galangan gigit RA da RB menempel rata b. Galangan gigit RA dan RB bagian posterior kanan dan kiri dibuat sebidang. c. Galangan gigit RB anterior lebih ke posterior, sesuaikan dengan dukungan bibir RB. Buatlah garis pada daerah caninus dan premolar pada saat galengen gigit dalam kondisi kontak seimbang. Instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut dengan cara seperti diatas berulang-ulang sampai garis caninus dan premolar berimpit dalam posisi yang sama. (check a bite). Buatlah keratan selebar 1 cm pada daerah posterior kanan dan kiri galengan gigit kemudian letakkan utility wax, pasang galengan pada mulut pasien dan instruksikan untuk melakukan gerakan membuka dan menutup mulut sesuai dengan letak gigit yang telah saudara dapatkan. Buatlah garis median sesuai median wajah pasien, garis caninus (garis vertical melewati sudut mulut kanan dan kiri pasien saat rest posisi) dan garis senyum pasien (garis yang melewati batas bibir bawah saat tersenyum, mengucapkan “Cis”. Fiksasi galengan gigit menggunakan staples pada regio belakang C kiri dan kanan, masing-masing pada 2 tempat
  • 37. 37 dan keluarkan dari mulut pasien dengan posisi galengan terfiksir. Cuci dan letakkan galengan pada model kerja kemudian tunjukkan pada pembimbing. 10.Pemasangan Model Pada Artikulator Tujuan Mampu melakukan orientasi rahang (pemasangan model pada artikulator) Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Periksa artikulator yang akan saudara gunakan, pastikan posisi pin horizontal sesuai dengan garis median articulator, pin vertical menyentuh incisal table, gerakkan sendi artikulator berfungsi dengan baik. Ulasi artikulator dan model kerja dengan vaselin. Letakkan model dengan galengan gigit terpasang pada artikulator. Pastikan garis median artikulator berimpit dengan garis median model kerja, bidang olusal artikulator sebidang dengan bidang oklusal galengan gigit (menggunakan bantuan karet gelang) pin horizontal articulator menyentuh titik kontak insisivus pertama rahang bawah. 11.Penyusunan Anasir Gigi Tujuan Mampu melakukan penyusunan gigi Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Tahapan penyusunan anasir gigi anterior Perhatikan : 1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang labial galangan gigit merupakan bidang labial gigi. 2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan proksimal dan relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah 3. Urutan penyusunan dari : 11, 21, 12, 22, 13, 23 dilanjutkan dengan 31, 41, 32, 42, 33, 43 Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RA 1. Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah 2. Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau galangan gigit RB nya (dicek dengan bite plane table artikulator)
  • 38. 38 3. Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90 derajat dengan bidang oklusal dan bagian servikal gigi sedikit miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan garis median. 4. Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebih anterior dari bagian tengah papilla, karena pola resorbsi residual ridge RA umumnya mengarah ke atas dan ke belakang, sehingga posisi anasir gigi anterior RA diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual ridge untuk mengisi posisi gigi aslinya. 5. Dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8 derajat terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan labial gigi sama dengan permukaan labial galangan gigit. Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RA 1. Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi permukaannya ± 0,5-1 mm di atas bidang oklusi 2. Aspek labial terlihat deviasi 10 derajat terhadap garis median, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal 3. Aspek proksimal ada deviasi 12 derajat terhadap garis median. Penyusunan gigi kaninus (C) RA 1. Incisal edge menyentuh bidang oklusi 2. Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian servikalnya, dari tegak hingga sedikit miring ke arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial dengan cara memiringkan servikal gigi ke arah distal 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3 bagian servikal lebih menonjol ke labial untuk memperlihatkan tonjolan kaninus.
  • 39. 39 Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RB 1. Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusi 2. Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis median 3. Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5 derajat ke lateral dan terletak di puncak residual alveolar ridge Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RB 1. Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan 41 2. Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis median 3. Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit ke labial Penyusunan gigi kaninus (C) RB 1. Incisal edge sebidang dengan gigi insisivus sentral dan lateral 2. Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol
  • 40. 40 Penyusunan gigi anterior harus memperhatikan jarak overbite dan overjet. overbite : 1 mm overjet : 1-2 mm atau ketika dilakukan gerakan protrusive pada articulator, gigi anterior RA dan RB kontak, pin vertical tidak terangkat. Tahapan penyusunan anasir gigi posterior Perhatikan : 1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang bukal galangan gigit merupakan bidang bukal gigi 2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan proksimal serta relasi gigi-gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah. 3. Urutan penyusunan gigi : pada RA dimulai dari P1 – P2 – M1 – M2 sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya, sedangkan pada RB dimulai dari gigi M1 – M2 – P2 – P1 pada sisi kanan dan kiri Penyusunan gigi premolar pertama (P1) RA Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus Penyusunan gigi premolar kedua (P2) RA Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus
  • 41. 41 Penyusunan gigi molar pertama (M1) RA Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 5 derajat terhadap garis vertikal. Penyusunan gigi molar kedua (M2) RA Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 15 derajat terhadap garis vertikal. Setelah semua gigi posterior RA disusun dilakukan pemeriksaan menggunakan template pada bagian bukal. Gigi caninus, premolar 1, premolar 2, dan bagian cups mesio bukal molar 1 RA menyentuh bidang templete. Sedangkan bagian cups disto bukal molar 1 RA tidak menyentuh bidang templete.
  • 42. 42 Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi molar 1 dan 2 RA, semua permukaan bukal gigi molar 1 dan 2 menyentuh bidang templete, sedangkan gigi premolar 1 dan 2 tidak menyentuh bidang templete. Penyusunan gigi posterior RB perlu diperhatikan : 1. Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio bukal – developmental groove) M1 RB 2. Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak pada fissura gigi RB 3. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB mengikuti lengkung RA 4. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus RB merupakan tempat kesandaran fissura gigi RB 5. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis anteroposterior curve/ curve of spee/ garis kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigi tiruan ; garis lateral curve / curve of wilson / garis kompensasi lateral untuk mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp palatinal menyentuh bidang oklusi). Curve of spee merupakan curve imajiner pada RA yang melalui incisal incisive central – incisal C – cusp bukal P1 – cusp bukal P2 – cusp mesiopalatal M1 – cusp mesiopalatal M2.
  • 43. 43 6. Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung keatas. 7. Kurva anti monson melalui tonjol bukal dari gigi premolar pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung kebawah, jadi kebalikan dengan kurve monson. 8. Kurva transisional yaitu kurva yang berupa garis lurus, dapat dilihat pada gigi premolar kedua 12.Percobaan GTL Malam Tujuan Mampu melakukan percobaan GTL Malam Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Pasang coba malam untuk susunan gigi anterior terlebih dahulu. 2. Pastikan garis median GTL sesuai dengan garis median wajah pasien. 3. Sesuaikan overjet dan overbite dengan posisi di dalam artikulator. 4. Periksa dukungan bibir atas dan bawah. 5. Lanjutkan dengan penyusunan gigi posterior. 6. Susunan gigi pada pasien sesuai dengan keadaan pada artikulator.
  • 44. 44 7. Dengan bantuan spatula semen, periksa kontak geligi RA dan RB. Masukkan spatula semen diantara kontak gigi RA dan RB, lalu putar pelan-pelan. 13.Remounting 1, Selective Grinding 1, Remount Jig, Pemulasan Awal, Percobaan GTL Akrilik. Tujuan Mampu melakukan remounting 1, selective grinding 1, remount jig, pemulasan awal, dan percobaan GTL akrilik Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Setelah hasil proses akrilik yang baik (tidak porous, model kerja tidak pecah, susunan anasir gigi lengkap). Remounting 1 1. Pasang model kerja pada articulator sesuai 3 cekungan. 2. Pastikan model terpasang sesuai dengan tiga cekungan yang ada. 3. Lekatkan model dengan malam perekat. Selective grinding 1 1. Dilakukan setelah remounting 1, bila pin vertical tidak kontak dengan incisal table articulator. Bila pin vertical sudah kontak dengan table, tidak dilakukan. 2. Dengan menggunakan artikulating paper, stone berbentuk fissure, flame dan round. 3. Gerakkan lengan articulator buka tutup. Yang dikurangi bagian yang premature kontak (warna lebih tebal dari yang lain) 4. Memperdalam sulkus, mengurangi incline plane / sisi miring (fossa) sampai pin vertical menyentuh incisal table articulator. 5. Pada saat melakukan grinding pastikan cusp anasir gigi tidak terasah. 6. Selective grinding 1 dilakukan sampai pin vertical articulator menempel pada incisal table articulator. Remount Jig 1. Lepaskan model rahang bawah dari articulator. 2. Ulasi anasir gigi rahang atas dengan vaselin. 3. Aduk gips lunak tipe II letakkan pada articulator rahang bawah. 4. Katupkan articulator sampai gips lunak menyentuh permukaan cusp anasir rahang atas. 5. Pastikan seluruh bidang oklusal dan incisal anasir gigi masuk ke dalam gips lunak sedalam 1 – 2 mm. 6. Pin vertical kontak dengan table.
  • 45. 45 Pemulasan awal 1. Membuang / memotong akrilik yang bukan bagian dari GTL 2. Membersihkan interdental dari sisa gypsum 3. Menghaluskan seluruh bagian permukaan GTL, kecuali bagian yang melekat dengan mukosa. Percobaan GTL akrilik 1. Pasang GTL pada pasien 2. Pastikan retensi dan estetik GTL baik. 14.Interocclusal Record (IMR) Tujuan Mampu melakukan interocclusal record Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum Interocclusal record merupakan catatan relasi antara permukaan oklusal gigi tiruan RA dan RB dalam keadaan relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try – in) gigi tiruan. Material yang digunakan putty atau material khusus untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi permasalahan oklusi terutama pada oklusi eksentrik Prosedur 1. Latih pasien menggunakan GTL untuk mendapatkan kedudukan relasi horizontal rahang atas dan rahang bawah. 2. Siapkan bahan bite registration / putty, lalu campur bahan putty menggunakan tangan. 3. Letakkan pada daerah premolar sampai molar RB kanan dan kiri. Bentuk lempengan ± lebar 1 cm, tebal 2 mm 4. Instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan- lahansesuai dengan relasi horizontal yang sudah didapatkan. 5. Pastikan kondisi GTL dalam keadaan kontak minimal 6. Tunggu sampai bahan setting, periksa dan pastikan tidak ada lubang pada hasil record. 7. Harus ada bagian bekas kontak oklusal gigi yang setipis mungkin, tetapi tidak lubang.
  • 46. 46 15.Remounting II Tujuan Mampu melakukan remounting II Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Posisikan GTL rahang atas pada remount jig yang telah dibuat dan pastikan dalam kondisi terfiksir dengan baik. 2. Ulasi bagian dalam GTL rahang atas dengan vaselin, apabila diperlukan tutup bagian undercut dengan kapas yang telah dibasahi untuk memudahkan proses melepas GTL. 3. Aduk gips lunak dan tuangkan pada ruang antara GTL dan articulator. 4. Rapikan adonan gips lunak sambil menunggu setting. 5. Lepas GTL rahang atas, pasang hasil record sehingga GTL rahang atas dan rahang bawah dalam posisi terfiksir dengan baik. Fixir menggunakan malam perekat. 6. Balik articulator, ulasi bagian dalam GTL RB dengan vaselin. 7. Aduk gips lunak dan letakkan pada ruang antara GTL RB dan articulator. 16.Selective Grinding II Tujuan Mampu melakukan selective grinding II Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur Pada tahap ini dilakukan koreksi artikulasi : 1. Gerakan oklusi sentrik, tidak boleh mengurangi tinggi cusp, hanya again fossa (lereng / sentral). 2. Sisi kerja / working side Pengasahan dilakukan menurut hukum BULL (buccal upper, lingual lower) artinya bagian yang boleh dikurangi untuk RA hanya cusp bukal, untuk RB hanya cusp lingual. Letakkan articulating paper dan lakukan gerakan artikulasi pada articulator. Pengasahan dilakukan pada spot yang ada. 3. Sisi keseimbangan / balancing side Pengasahan dilakukan apabila spot terjadi pada sisi bukal rahang bawah atau sisi palatal rahang atas atau kombinasi. 4. Koreksi protrusi mandibula Pengasahan dilakukan pada bagian incisal rahang bawah atau palatal rahang atas.
  • 47. 47 Selective grinding dikatakan selesai apabila : Warna spot bekas articulating paper merata pada daerah- daerah yang kontak. Pemulasan akhir : Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL (bagian oklusal juga) kecuali bagian yang melekat dengan mukosa. Pastikan tidak ada daerah yang tajam dan tepi GTL membulat. 17.Insersi Gigi Tiruan Lengkap Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan lengkap Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum - Prosedur 1. Insersikan GTL akrilik pada rongga mulut pasien 2. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi : a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka, stomatitis yang dapat mengganggu proses pemasangan GTL. b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTL yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum insersi. c. Periksa retensi, stabilitas GTL, oklusi sentrik dan eksentrik. d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien, lakukan perbaikan apabila diperlukan. e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap GTL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi) f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTL sendiri. 3. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTL resin akrilik, yaitu : a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTL nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat makan GTL harus dilepas. Setelah makan GTL dipakai lagi b. GTL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi. c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan d. Menjaga kebersihan GTL. Ada 2 cara pembersihan GTL : Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan sabun yang tidak mengandung detergent dan soda
  • 48. 48 (sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di bawah air mengalir. Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB selama 15 - 30 menit). e. Waktu pembersihan GTL : pagi, setelah makan, dan sebelum tidur f. Setelah 24 jam GT dilepas pada waktu tidur, dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated udara. g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit, dianjurkan untuk segera kontrol h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai GTSL. i. Pasca Pemasangan Geligi Tiruan Lengkap Tujuan Penangguangan masalah pada pesien akibat pemakaian GTL. Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum 1. Setelah GTL dipasang, bukan berarti sudah selesai perawatan yang kita berikan. 2. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan GTL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien setelah beberapa hari bahkan dapat pula terjadi beberapa jam setelah pemasangan. 3. Keluhan pasien akibat pemasangan GTL ini sebaiknya segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan pendukung GTL atau bahkan justru mengganggu sistem stomatognatik. Masalah ini dapat serupa dengan masalah yang terjadi saat pemasangan GTL atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTL saat berfungsi. Prosedur 1. Penanggulangan rasa sakit (jika ada) 2. Penanggulangan masalah retensi (jika ada) 3. Penanggulangan masalah stabilitas (jika ada) 4. Penanggulangan masalah kenyamanan (jika ada) 5. Penangguangan masalah efisiensi mastikasi (jika ada) 6. Penanggulangan masalah efisiensi saat bicara (jika ada)
  • 49. 49 Kontrol I : 1. Tanyakan keluhan penderita dan lakukan perbaikan apabila diperlukan. 2. Periksa kondisi intra oral : daerah yang kemerahan, luka, stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang diperlukan. Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah : a) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil b) Lereng ridge : tajam / berbintil c) Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended 3. GTL sudah boleh digunakan untuk makanan yang lunak. 4. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper Kontrol II 1. Periksa fungsi bicara pasien (huruf s, m, v, r), lakukan perbaikan apabila diperlukan. 2. Periksa kondisi intraoral : daerah yang kemerahan, luka, stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang diperlukan. Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah : d) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil e) Lereng ridge : tajam / berbintil Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended 3. GTL sudah boleh digunakan untuk makan seperti biasa. 4. Hindari makan-makanan lengket. 5. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper. Kontrol III Lakukan prosedur pemeriksaan seperti pada kontrol I dan II dan buatlah perbaikan apabila diperlukan. Instruksi untuk kontrol periodik 6 bulan sekali.
  • 50. 50 j. Relining dan Rebasing Geligi Tiruan Lengkap Tujuan Penanggulangan kurangnya retensi GTL, sehingga dapat memperpanjang daya guna Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap Uraian Umum 1. Relining yaitu menambah bahan akrilik pada permukaan cetak dan basis GTL. 2. Rebasing yaitu mengganti basis GTL dengan bahan akrilik yang baru. 3. Kurang nya retensi dan suatu GTL dapat disebabkan akibat tahap pekerjaan yang kurang teliti atau akibat proses polimerisasi pada waktu GTL dilakukan prosesing akrilik. Selain itu, dapat pula terjadi akibat adanya proses resorbsi tulang alveolar baik secara fisiologis maupun patologis yang terjadi setelah GTL dipasang. 4. Relining dapat dilakukan secara langsung dan tidak Iangsung. Secara langsung digunakan bahan akrilik cold curing sedangkan secara tidak Iangsung digunakan bahan akrilik heat curing. 5. Akibat kurangnya retensi akan menyebabkan GTL tidak dapat berfungsi secara nyaman dan efisien. Prosedur 1. Mengasah permukaan cetak dan basis GTL kira-kira 1mm sebagai retensi dan tempat bahan cetak 2. Pencetakan rahang dengan menggunakan GTL sebagai sendok cetaknya 3. Relining secara langsung digunakan akrilik cold curing sebagai bahan cetaknya 4. Relining secara tidak langsung dan rebasing dapat digunakan rubber base, ZnO, stik compound sebagai bahan cetaknya 5. Hal yang perlu diperhatikan saat pencetakan: Penempatan GTL pada jaringan pendukung saat melakukan pencetakan
  • 51. 51 C. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) 1. Persiapan Pasien Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan Ruang Lingkup Prostodonsia Uraian Umum - Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum pembuatan GTJ yang perlu, misalnya perawatan konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll), occlusal adjustment.
  • 52. 52 2. Preparasi Gigi Penyangga Tujuan Mampu melakukan preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan jembatan Ruang Lingkup Gigi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan jembatan yang akan dipasang. 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, dan mata bur) 4. Dudukkan pasien di dental chair, dengan posisi yang tepat 5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding grooves for occlusal reduction). a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered fissure diamond bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran (channel) di sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang meluas ke distal dan mesial marginal ridge. b. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered diamond bur pada developmental groove bukal dan lingual gigi, serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga ke dasar cusp. c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal gigi antagonis, buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan round-end tapered diamond bur dengan memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada functional cusp. 6. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal reduction) a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan begitupun sebaliknya. b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi (articulating paper). Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark spot area),
  • 53. 53 maka dilakukan pengurangan kembali pada area tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik. 7. Preparasi bidang aksial. Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur 8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan pembuatan finishing line berbentuk chamfer (bahu liku) a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat dilakukan begitupun sebaliknya b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial, mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ± 0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur 9. Penghalusan (finishing) a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer menggunakan sonde, permukaan tersebut harus halus. Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan gambaran anatomis dari gigi tersebut sebelum diasah. Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan dengan semburan air pada high speed berfungsi secara sempurna. Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu pertimbangkan melakukan proses anestesi. Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien kumur- kumur agar pasien tidak terlalu lelah.
  • 54. 54 3. Mencetak Model Kerja Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Mampu mencetak untuk pembuatan model kerja pada kasus gigi tiruan jembatan Ruang Lingkup Geilgi Tiruan Jembatan. Uraian Umum - Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak yang sudah dipersiapkan) 4. Dudukkan pasien pada di dental chair dengan posisi tegak (bidang camfer pasien / tragus ala nasi sejajar lantai untuk mencetak RA) 5. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak 6. Bersihkan gigi yang telah dipreparasi dengan air dalam syringe (water spray), dan keringkan dengan udara (air spray three way syringe). Pasang benang retraksi (retraction cord) dengan bantuan pinset dan retraction cord instrument / plastic filling pada sulkus interproksimal mengelilingi margin chamfer. Sebelumnya benang retraksi dicelupkan pada larutan aluminium klorida 25% atau epinephrine / hemostatic agent. Pertama-tama bentuklah benang retraksi menyerupai huruf “ U’ dan lingkarkan mengelilingi gigi yang telah dipreparasi, lalu tekan benang ke arah apikal (subgingiva). 7. Kemudian perlahan-lahan selipkan benang di antara gigi dan gingiva bagian mesial interproksimal dengan bantuan pinset dan retraction cord instrument / plastic filling, setelah terpasang dengan baik, lanjutkan memasang pada sisi distal interproksimal. Lanjutkan pemasangan pada permukaan lingual yang diawali dari sudut mesiolingual menuju sudut distolingual. 8. Lakukan pencetakan hasil preparasi menggunakan sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak elastomer (putty dan light body) dengan teknik single phase (one step) / double phase (two step). Setelah cetakan mengeras, lepaskan dari model gigi. Catatan : Apabila dilakukan pencetakan dalam rongga mulut pasien, cucilah hasil cetakan dibawah air yang mengalir atau dalam larutan desinfeksi lalu keringkan dengan udara. 9. Cetak gigi antagonisnya dengan menggunakan sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak alginat 10.Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi penyangga (yang telah dipreparasi). Kriteria hasil cetakan :
  • 55. 55 a. Semua area anatomi tercetak b. Tidak ada rongga udara yang terperangkap c. Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang telah dipreparasi secara detail. 11.Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria, lanjutkan kepengisian, tetapi apabila hasil cetakan elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan pencetakan ulang. 4. Pembuatan Catatan Gigit Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Mampu melakukan catatan gigit untuk gigi tiruan jembatan dengan tujuan sebagai panduan relasi model rahang atas dan bawah dalam proses pemasangan model kerja dalam artikulator. Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Lakukan sterilisasi alat 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset) 4. Dudukkan pasien di dental chair pada posisi tegak 5. Mintalah pasien untuk berkumur. 6. Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan rahang atas dan bawah pada posisi oklusi sentrik dengan benar, bila perlu ulang proses tersebut sampai pasien benar- benar bisa memposisikan rahangnya dengan tepat. 7. Persiapkan bahan bite registration (elastomer) atau selembar malam merah dibagi menjadi 2 (dua), kemudian letakkan selembar kain kasa diantara malam merah tersebut. Lunakkan di atas bunsen brander. 8. Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan tadi pada posisi yang benar diantara rahang pasien, pada kedua sisi rahang, kemudian pandu pasien untuk menutup mulut atau menggigit pada posisi oklusi sentrik dengan benar. 9. Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna. 10.Lepaskan catatan gigi dari mulut pasien. 11.Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan bantuan catatan gigit yang telah dibuat dan periksa apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang pasien.
  • 56. 56 Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi rahang pasien pada model kerja. 5. Penanaman Artikulator Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Mampu melakukan penanaman artikulator Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur 1. Memasang magnet 2. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan atau sesuaikan dengan tonjolan pada permukaan split cast plate pada dasar model kerja RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam. 3. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat yang dilunakkan di atas nyala api bunsen brander. 4. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang. Perhatikan garis median model harus sebidang garis median pada articulator, dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal articulator . Periksa kesejajarannya menggunakan karet gelang yang ditarik dari pin horisontal menuju ke horisontal artikulator. 5. Siapkan adonan gips putih untuk memasang model dalam artikulator. Letakkan adonan gips putih di bagian atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan model locking pin, tunggu hingga gips mengeras, gunanya untuk memfiksasi split cast plate dan model locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu). 6. Ulasi model plate dan split cast plate dengan vaselin. Letakkan adonan gips putih pada model RA yang sudah diulasi vaselin . 7. Letakkan adonan gips putih pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian undercut model plate 8. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model kerja RA. Rapikan kelebihan gips putih yang melekat pada artikulator lalu tunggu sampai gips mengeras. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada incisor guide table dan pin horisontal harus tetap pada titik kontak gigi insisif pertama RB. 9. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah mengeras, baliklah artikulator sehingga bagian bawah artikulator menjadi bagian atas. Lakukan tahapan pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama dengan pemasangan model kerja dalam artikulator RA). 10.Cek garis median model kerja yang telah dipasang dalam artikulator harus sebidang dengan garis median artikulator.
  • 57. 57 6. Membuat Gigi Tiruan Tetap Sementara (GTTS) Tujuan Mampu melakukan pembuatan GTTS untuk melindungi gigi yang telah selesai dipreparasi Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum Ada dua acara pembuatan GTTS: 1. Secara langsung /direct (dalam mulut pasien) 2. Secara tidak langsung/indirect (pada model) Prosedur Secara langsung / direct : 1. Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak) 2. Siapkan bahan untuk membuat GTTS, misalnya : self cure acrylic (tempron, protemp) 3. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 4. Pasien memakai penutup dada 5. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang tepat 6. Sebelum gigi pasien dipreparasi, pada daerah yang akan dibuat GTJ, diletakkan anasir gigi pada daerah gigi yang hilang, kemudian dicetak dengan sendok cetak sebagian dengan bahan cetak alginate atau putty. 7. Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTJ 8. Buat adonan bahan untuk GTTS, misalnya tempron dengan perbandingan bubuk akrilik self curing dan liquid monomer sesuai aturan pabrik. 9. Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan kedalam cetakan gigi pasien yang terbuat dari putty / alginate. 10.Kemudian cetakkan / masukkan dalam mulut kebagian/daerah yang telah dipreparasi untuk GTJ. Sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi diolesi vaselin untuk melindungi dari suhu panas dari bahan GTTS yang berpolimerisasi. 11.Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien, rapikan, masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu sampai setting, kemudian dilepas dari mulut pasien. 12.Rapikan dan pulas GTTS tersebut 13.Masukkan dalam mulut pasien untuk diperiksa oklusi dan artikulasi serta ketepatan di daerah marginal, bila telah sesuai GTTS dilepas dari dalam mulut pasien. 14.Siapkan semen sementara, misalnya freegenol 15.Keringka gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari saliva. 16.Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian adonan semen tersebut taruh pada GTTS, pasang pada gigi yang telah di preparasi, tunggu sampai semen mengeras, bersihkan sisa-sisa semen yang masih melekat pada gigi.
  • 58. 58 7. Form Pengiriman Model Kerja ke Laboratorium Tujuan Mampu membuat surat pengantar ke laboratorium Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur Isi form surat pengiriman model kerja yang meliputi : 1. Kepala surat 2. Tempat dan tanggal 3. Kepada dental laboratorium mana 4. Pendahuluan 5. Isi : meliputi a. Bahan GTJ yang akan digunakan b. Desain GTJ (seperti macam pontik, macam retainer, dan macam GTJ) c. Warna GTJ 6. Penutup 7. Mengetahui (nama beserta nomor telpon yang bisa dihubungi) 8. Coba Coping GTJ Tujuan Mampu melakukan coba coping gigi tiruan jembatan untuk melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur 1. Coping pada model kerja articulator dilihat : a. Ketepatan marginal b. Oklusi dan jarak oklusal dengan gigi antagonis. c. Posisi dengan gigi sebelahnya 2. Bila pada articulator posisinya sesuai, maka di cek pada pasien 3. Coping diambil dari model di articulator dan dipasang pada mulut pasien pada daerah gigi penyangga 4. Cek : a. Oklusinya dan jarak oklusal dengan gigi antagonisnya b. Ketepatan tepi marginal, apakah daerah marginal terbuka atau overhanging c. Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar) 5. Bila semua sudah selesai dengan desain GTT, maka coping dikirim kembali ke laboratorium yang membuat coping untuk diselesaikan GTJ-nya.
  • 59. 59 9. Pemasangan Gigi Tiruan Jembatan Dengan Semen Sementara (try in) Tujuan Mampu melakukan try in gigi tiruan jembatan untuk evaluasi biologis GTJ Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur Harus diperiksa : 1. Ketepatan marginal 2. Oklusi dan artikulasi 3. Ketepatan kedudukannya (fit) 4. Warna gigi Tahapan pekerjaan : 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, excavator, plastic filling) 4. GTTS pada pasien dilepas dengan crown retractor 5. Kemudian gigi penyangga dibersihkan 6. GTJ dipasang pada gigi penyangga kemudian di cek ketepatan marginal, oklusi dan artikulasi, ketepatan kedudukan (fit), warna gigi. 7. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating paper 8. Untuk ketepatan marginal di cek dengan menggunakan sonde di sekitar tepi preparasi gigi, apakah ada step, atau akhiran preparasi terbuka. 9. Bila ada traumatic oklusi dikurangi, kemudian dikembalikan ke lab untuk dilakukan glazing. 10.Setelah semua telah memenuhi syarat, maka dilakukan penyemenan sementara dengan menggunakan freegenol. 11.Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan dengan cotton roll/kapas. 12.Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTJ pasang pada gigi penyangga. 13.Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen sementara dibersihkan, cek oklusi dan artikulasi lagi.
  • 60. 60 10.Insersi Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan jembatan Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum - Prosedur Setelah 7-10 hari pemasangan GTJ dengan semen sementara, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan GTJ dengan semen tetap. Tahap pekerjaan : 1. Siapkan alat-alat yang sudah sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, plastic filling, excavator, crown retraction. 2. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 3. Pasien memakai penutup dada 4. Siapkan semen tetap, misalnya dari bahan GIC, paper pad untuk tempat mengaduh semen tetap. 5. GTJ pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan crown retractor. 6. Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada daerah yang akan dipasang GTJ, maka GTJ dapat dipasang dengan semen tetap. 7. Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen sementara dan dikeringkan serta kemudian di isolasi dari saliva. 8. Aduk semen tetap (GIC) dengan perbandingan bubuk dan liquid sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. 9. Letakkan adonan tersebut pada GTJ yang telah dibersihkan secara tipis dan merata. 10.Taruh/pasang GTJ tersebut pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, pasien disuruh oklusi sentris dengan diberi cotton roll diantara GTT dan gigi antagonisnya, tunggu sampai semen tetap setting. 11.Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi dan artikulasi. 11.Kontrol GTJ Tujuan Mampu melakukan evaluasi setelah insersi GTJ Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan Uraian Umum kontrol I : satu minggu setelah insersi tetap kontrol 2 : satu minggu setelah kontrol 1 Prosedur 1. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper 2. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit. 3. Apakah ada sisa makanan/debris disekitar GTJ, ada keradangan, ada traumatik oklusi dicek dengan articulating paper.
  • 61. 61 TEORI PENDUKUNG MODUL A. Kartu status dan rencana perawatan 1. Kolom / kotak sebelah kiri atas : diisi huruf depan dari nama penderita. 2. Kolom / kotak sebelah kanan atas : bulatan diwarnai sesuai dengan warna menurut kode yang tersedia 3. Nomor kamar terima : diisi sesuai nomor kamar terima yang tercantum pada map-kuning penderita. 4. Nomor klinik prosto : diisi sesuai nomor registrasi penderita di klinik prostodonsia. 5. Tanggal : sudah jelas 6. Mahasiswa : diisi nama mahasiswa yang melakukan pengisian kartu status, lengkap dengan NIM. 7. Nama penderita : diisi nama penderita lengkap dengan identitas (Ny, Bpk, Tn, Sdr, Nn) dan gelar bila ada. Untuk mengetahui asal suku/ras, berhubungan dengan penyusunan gigi depan.Contoh : eropa (profil lurus ),asia (cembung). 8. Nama instruktur : Nama instruktur klinik yang membimbing pengisian dan diskusi kartu status tersebut. 9. Alamat Rumah : untuk mengetahui status sosial, keadaan lingkungan pasien, cara berkomunikasi antara dokter denganpasien. 10.Telepon : agar mudah dihubungi 11.Pekerjaan : berhubungan dengan status ekonomi (rencana perawatan dan pembiayaan), sosial pendidikan,intelektual, danjuga fungsi untukgigitiruan. 12.Jenis Kelamin : berhubungan dengan aspek psikologis (wanita lebih menuntut estetik daripada pria), penyakit (wanita lebih besar terkena osteoporosis (resorbsi tulang cepat), pria lebih besar terkena hemofolia. Bentuk gigi (wanita : ovoid, pria : tapering). 13.Usia : berhubungan dengan kemampuan Semakin muda umur pasien, maka prognosa semakin baik. Semakin bertambah usia pasien, maka semakin menurun kemampuan pasien dalam dalam hal adaptasiterhadapgigi tiruan,regenerasijaringankesehatanmulut,
  • 62. 62 koordinasi otot, mengalirnya saliva, kemampuan mencerna benda asing, dan penyakitsistemik. 14.Anamnesa Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter pasien, status ekonomi, sosial, pengetahuan, pengalaman, dan data demografi pasien. a) Keluhan atau keinginan : berhubungan dengan keinginan, kebutuhan, motivasi. Diisi maksud / tujuan datang ke klinik prostodonsia serta atas kemauan siapa. Contoh : pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas kemauan pasien sendiri dan untuk mengembalikan fungsi kunyah dan estetik. b) Riwayat geligi : untuk mengetahui proses penyembuhan setelah proses pencabutan terakhir dan untuk rencana perawatan. Berisi antara lain sebab kehilangan gigi (karena karies, goyang, trauma, dll), pencabutan terakhir (regio mana dan kapan). c) Pengalaman dengan gigi tiruan 1) Sudah pengalaman, maka lebih mudah dan cepat beradaptasi dengan gigi tiruan yang baru, sudah paham prosedur pembuatan, tapi cenderung membandingkan gigi tiruan yang lama dan yang baru. 2) Belum pengalaman : membutuhkan adaptasi yang lama dan panjang, harus memberikan penjelasan tentang tahap pembuatan gigi tiruan, adaptasi terhadap benda asing (gigi tiruan), dan cara menjaga kesehatan RM selamam pemakainan gigi tiruan. Harus dilengkapi dengan : macam GT, pada rahang mana, sekarang masih dipakai atau tidak, bila tidak dipakai lagi, karena apa dan sejak kapan tidak dipakai. d) Pembiayaan : nama yang membiayai perawatan dan pekerjaannya (bekerja dimana). Bila mahasiswa terlibat dalam pembiayaan, harus dicantumkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing.
  • 63. 63 e) Lain-lain : diisi hal-hal yang belum termasuk dalam kolom-kolom di atas, misalnya : konsul / kiriman dari rumah sakit. Penderita masih dalam perawatan rumah sakit / dokter. f) Data kesehatan umum 1) Penyakit yang pernah / sedang diderita Anemia - Mukosa pucat, gusi kadang berdarah - Lidah berwarna merah - Bila pakai gigi tiruan sering merasa tidak enak/sakit walaupun kedudukan GT baik Diabetes Melitus - Mulut kering, sering haus - Polidipsi, polyuria dan polifagia - Nafas bau keton - Gigi goyang/lepas - Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jadi harus sering control Untuk itu, desain jangan dibuat paradental, tapi gingival karena gigi geligi tidak kuat TBC - Bahaya penularan → harus meningkatkan control infeksi - Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jd harus sering kontrol Jantung Cepat lelah → waktu perawatan jangan terlalu lama Hipertensi Harus konsul dulu kalau ada pencabutan/operasi (ex: alveolektomi) Alergi Terhadap resin akrilik → minimalkan penggunaan akrilik dan kontak mukosa pendukung dengan akrilik → buatkan metal frame 2) Obat-obatan yang dikonsumsi 3) Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya → untuk lihat motivasi pasien g) Data kesehatan gigi dan mulut 1) Riwayat hilangnya gigi a. Goyang b. Benturan Cek dengan radiografik apakah masih ada sisa akar gigi yang tertinggal atau tilang yang tajam c. Karies • Berarti OH pasien burk → DHE
  • 64. 64 • Waktu pencabutan terakhir → memperkirakan kecepatan resorpsi tulang 2) Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi → untuk melihat motivasi pasien 3) Riwayat penggunaan GT → Sedapat mungkin hal-hal yang disukai dipindahkan ke GT baru dan yang tdk disukai ditinggalkan. Selain itu sesuaikan dengan kondisi & perubahan yang telah terjadi dalam mulut pasien (tidak bertentangan dengan prinsip dasar perawatan) 4) Tujuan utama pembuatan GT a. Estetik ( contoh : artis, guru) b. Fungsi pengunyahan ( contoh : orang tua, penderita sakit lambung) c. Fungsi bicara ( contoh : penyiar, imam) d. Memenuhi permintaan orang lain 5) Kebiasaan buruk Berkeretak gigi (bruxism) atau elenching - Melihat adanya faset tajam pada gigi - Menyebabkan GT cepat aus & tidak stabil - Merupakan etiologi TMD Menggigit bibir/benda keras - Berhubungan dengan pemilihan bahan GTC gigi anterior Mendorong lidah dan mengunyah satu sisi Stabilitas GT berkurang dan mengunyah satu sisi dapat menyebabkan TMD Hipermobilitas rahang Menyulitkan saat penentuan relasi sentrik B. Pemeriksaan klinis 1. Pemeriksaan Ekstraoral : diisi kelainan yang ada. Bila tidak ada kelainan ditulis T.A.K a. Wajah Ditulis kelainan yang ada , ditulis juga bentuk wajah penderita. • Warna kulit → untuk pilih warna gigi • Bentuk → persegi, lonjong, segitiga → sesuai bentuk insisif 1 • Asimetris wajah à Genetik Dapat Patologis disembunyikan Penyimpangan dengan variasi fungsi rahang penyusunan gigi yang dentogenik • Profil
  • 65. 65 b. Mata : ditulis kelainan yang ada, misalnya : asimetris, juling, dll. Pupil → garis inter pupil → kesejajaran galengan gigit anterior c. Tragus → garis champer → kesejajaran galengan gigit posterior (tragus-basis hidung) d. Hidung : ditulis kelainan yang ada, missal bentuknya simetris / asimetris, dll). Pernafasan → tidak lancar → menyulitkan pencetakan (rasa ingin muntah) e. Mulut • Rima oris → sempit → susah masukin & keluarin sendok cetak • Bibir Tonus Berhubungan dengan inklinasi Tebal/tipis labio-lingual gigi interior Panjang/pendek à Menentukan letak bidang Insisal & garis senyum Asimetris à Penyusunan gigi secara dentogenik agar tampak simetris • Garis celah mulut f. Otot-otot wajah • Terlalu kendor à untuk menghilangkan kerut-kerut wajah tersebut dapat mengganggu retensi GTL. • Terlalu kaku à masalah dalam pembentukan perluasan sayap GT g. Sendi rahang (TMJ) • Misalnya clicking joint, mudah terjadi dislokasi, dll. • Letakan jari pada garis eye-ear line (tragus ke sudut mata), kira- kira 11-12 mm dari tragus, atau dimasukan ke lubang telinga dan sedikit ditekan ke dinding anteriornya. Kemudian pasien diminta membuka dan menutup mulut berkali- kali & perlahan-lahan → ada/tidak bunyi klik (kalau bunyi tidak keras → dapat menggunakan stetoskop). Teraba gerakan kondilus yang sedikit melompat → karena oklusi gigi tidak seimbang → perbaiki kontak oklusi dengan pengesahan selektif • Ada/tidak deviasi dan trismus h. Kelenjar • Saliva à bengkak dan nyeri • Kelenjar limfe à bengkak dan nyeri à infeksi
  • 66. 66 2. Pemeriksaan intraoral a. Status umum : ditulis semua keadaan yang terlihat dalam rongga mulut, tanpa menyebutkan lokasi atau geligi mana. Cara penulisan : gigi hilang, gigi karies, gigi goyang, gigi abrasi, gigi supraposisi, karang gigi, sisa akar, dll. b. Jaringan lunak : ditulis kelainan yang ada tanpa menyebutkan lokasinya. Cara penulisan : gingivitis, resesi gingiva, dll. Bila tidak ada kelainan, cukup ditulis T.A.K. c. Saliva 1) Kuantitas Terlalu sedikit à tidak cukup membasahi seluruh permukaan basis GT. Terlalu banyak à seolah-olah GT terendam dan meningkatkan keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan. 2) Kualitas Encer à Dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak basis & mukosa lebih rapat, daya pembebasan lebih baik karena lebih mudah menyebar keseluruh basis GT. Kental à kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis. d. Lidah Ukuran à terlalu besar à ruang untuk lidah semput à gangguan kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan. Posisi wright : • Kelas I à lidah bersandar relaks didasar mulut dan ujungnya bersandar pada permukaan lingual gigi anterior bawah / tulang alveolar. • Kelas II à ujung lidah terangkat sedikit sehingga sebagian dasar mulut terlihat. • Kelas III à lidah menggulung kebelakang sehingga terlihat frenulum lingualis. Mobilitas à lidah yang aktif mengganggu kestabilan GT.
  • 67. 67 e. Mukosa mulut • Denture stomatitis à akibat gigi tiruan longgar dan kotor à peradangan oleh jamur dan bakteri. • Trauma GT yang longgar : Jaringan flabby menutupi puncak alveolar. Lipatan jaringan pada dasar vestibulum (denture fissuratum) à biasanya mengecil/hilang setelah beberapa hari GT dilepas. Bila mengganggu retensi à bedah. • Frenulum Perlekatan otot pada tulang alveolar. Tinggi à bila mendekati puncak processus alveolaris. Sedang à berada diantara puncak processus alveolaris dan dasar vestibulum. Rendah à mendekati dasar vestibulum. Frenulum tinggi akan mengganggu sayap GT à menurangi retensi GTL. • Perlekatan dasar mulut à tinggi à mengurangi Panjang sayap lingual GT à mengurangi retensi dan stabilisasi. f. Gigi geligi • Karies/restorasi yang kurang baik à hendaknya diperbaiki dulu. • Kegoyangan gigi-geligi, curigai : - Oklusi traumatic - Goyang menyeluruh à kelainan sistemik (DM, penyakit darah). • Posisi - Terlalu miring à GTL (perhatikan lintasan pemasangan GT), GTC (perhatikan tekanan-tekanan gigit yang jatuh, bila memperburuk posisi gigi tersebut/merugikan restorasi à pertimbangkan pencabutan). - Ekstrusi à pertimbangkan pengasahan.