2.
Lahir di Rabat (Maroko) tahun 1937. kuliah
dan berkarir di Prancis.
Mahasiswa yang gemar mempelajari filsafat
Lacan (analisis logika universal tentang
subyek), Sartre (kebebeasan subyektif
sebagai kesetiaan) dan Althusser
(subyektifitas tanpa subyek adalah
menakjubkan), dan mengembangkannya
lebih inovatif.
3.
Posisi teoritis Badiou juga dibentuk oleh
peristiwa Revolusi Kebudayaan Cina Mei 1968
dan perlawanan penjajahan kolonial di
Aljazair, akhir 1950-an sampai awal 1960an
(kesetiaan = politik sebagai proses keyakinan)
Pada tahun 1968 mendirikan organisasi
berorientasi pada Maois, bernama Union des
Communists de France Marxisteleninistes
(UCFML) dan terus berkarya dalam organisasi
ini untuk menyoroti aksi politik di China.
4.
Menurutnya, kegagalan partai politik akibat
ketergantungan pada partai (seringkali
korup) dan gerakan massa (gampang
kelelahan).
Dari marxisme, ia menyimpulkan bahwa “kita
adalah saingan terhadap kapitalis” dalam
rangka melawan universalisme, yang berisi
ambis politik emasipasi dan kerja kapital.
5.
Filsafat Badiou dianggap merupakan filsafat
polemik, yakni polemik terhadap
materialisme demokratik, yang berkeyakinan
hanya ada tubuh dan bahasa. Ia
menambahkan unsur ketiga yakni kebenaran.
Bahwa kebenaran itu terbentuk dari poses
antara being (menjadi) dan Change
(Perubahan menjadi atau yang disebut Event)
6.
Being is not one tetapi
beranekaragan, sederhana sekaligus tidak
konsisten. Namun untuk dapat dipahami ia
harus mengalami proses becoming one
(menjadi satu) yang disebut dengan
himpunan.
Suatu himpunan memungkinkan kita
memahami tentang makna one (subyek).
Misalnya himpunan one (subyek) Indonesia
dipahami dalam himpunan situasi tertentu
(misalnya perang).
7.
Situasi ini dapat berupa
bahasa, masyarakat, negara hingga
pabrik, daerah perkotaan atau migrasi.
Situasi membuat apa yang disebut dengan
presentasi (penampilan, keanekaragaman
inkonsisten) dan representasi (menghitung
kembali sehingga menjadi bagian dari
situasi, keanekarahaman konsisten).
Situasi menyatukan one dalam state of
situation yang menandakan himpunan yang
dihitung sebagai satu.
8.
Sebagai contoh Bangsa merupakan situasi
yang memiliki unsur keanekaragaman being
dimana warga bangsa akan dihitung
keberadaannya sebagai pribumi atau
migran, dimana orang pribumi tidak akan
pernah dimasukan dalam himpunan atau
representasi dari sebuah bangsa.
Hal ini menimbulkan masalah bagaimana
sesuatu yang baru (new) dapat muncul jika
keragaman selalu di hitung sebagai satu
(himpunan)?
9.
New (baru) itu muncul melalui event
(peristiwa), diantara presentasi (inkonsisten)
dan representasi (konsisten), sebagai
bentukan immanenr break (jedah terdalam)
terhadap ancien regime (regim
sebelumnya), yang membentuk yang disebut
dengan kesempatan.
Event berlangsung dalam 4 domain, yakni
politk, cinta, ilmu pengetahuan dan seni.
10.
Contoh Revolusi Prancis dalah new
(baru), dipahami sebagai event (peristiwa)
diantara rakyat (presentasi) dan negara
(representasi) yang menandakan immanent
break (jedah dalam) terhadap nilai
kesetaraan dan universalitas sebagai Hak.
11. Ada dua orang yang saling jatuh
cinta, memutuskan untuk menikah. Dalam
konsepnya pernikahan menandakan
kesatuan antar individu. Suatu kali keduanya
bertemu dengan mantan pacarnya masingmasing.
Apa yang kemungkinannya terjadi?
12. Sesungguhnya perselingkungan ialah new
(baru), dipahami sebagai event (peristiwa
perkawianan) diantara pasangan (presentasi)
dan negara (representasi) yang menandakan
immanent break (pertemuan mendadak)
terhadap nilai penyatuan dan intimasi.
13.
Event (peristiwa) menciptakan kebenaran
atau kebenaran hanya dapat dipicu oleh
event, yang merupakan hasil konsekuensi
dari event yang membawa new ke dalam
suatu situation.
Oleh sebab itu, kebenaran itu sangat
berkaitan dengan peristiwa. Ia tidak dapat
diramalkan atau dipastikan.
14. Perceraian (event) adalah kebenaran yang
dipicu oleh event yang merupakan suatu
konsekuensi dari new (perselingkuhan), yang
membawa event (perkawinan) kepada event
(perceraian).
Sehingga dalam situasi ini, perceraian adalah
fakta kebenaran yang dipicu oleh peristiwa
yang tidak dapat diramalkan dan dibatalkan.
15. 1.
Evil (Kejahatan)
Badiou menolak konsep evil dalam
politik, karena dalam event, menurutnya, harus
merupakan good (kebaikan yang merupakan
lawan dari evil).
Karena bisa jadi, perlawanan terhadap evil
membuat dunia menjadi terbelah dalam konsep
“kita” dan “mereka” yang sama sekali tidak
menandakan himpunan dalam negara.
16. Karena konsep ini membutakan kita terhadap
kemungkinan keburukan yang terjadi ketika kita
membandikan antara demokrasi dengan diktator
misalnya. Demokrasi lebih baik dari
diktator, sehingga kejahatan atas nama
demokrasi terabaikan.
Badiou memandang evil bukan sebagai ketiadaan
good, tetapi hanya merupakan degradasi
(penurunan nilai) good. Konsekuensi sebaliknya
dalam good pun bisa terdapat evil.
17. Sehingga ia mengatakan boleh saja ada evil, asal
didahului oleh good, karena evil dipahami sebagai
new dari event.
Korupsi, pengkhianatan atau bencana adalah
nama-nama dari evil (kejahatan). Ia sebenarnya
muncul dari kelemahan atau kelelahan subyek
terhadap situasi, sehingga membentuk gerakan
“new” yang berada antara rakyat dan negara atau
pemerintah.
18. Saya sering mendengar pernyataan ini:
“Korupsi adalah kejahatan (evil) birokrasi
yang merusak moralitas bangsa?”
Korupsi adalah jenis perampokan terhadap
negara yang dilakukan oleh orang berkrah
putih (white collar crime).”
Apakah tidak mungkin terdapat good dalam
evil ini?
19. Bisakah kita mengatakan bahwa korupsi itu:
Katub penyelamatan bagi yang
berpenghasilan rendah
sarana pendapatan baru
cara cepat untuk kaya.
Aksi politik untuk memenangkan perkara.
Dalam dialektika ini, boleh saja ada tindakan
evil, asalkan didahuli atau diimbangi dengan
tindakan Good. Bandingkan aksi Robin Hood
20.
Konsep liberalisme menekankan pada
kebebasan dan kekhasan individual atau
justru mengutamakan keanekaragaman
sebagai realitas sosial.
Lalu, bagaimanakah teori himpunan yang
menekankan pada kesatuan himpunan
melihat liberalisme yang menekankan pada
keragaman?
21.
Badiou menolak untuk mengatakan bahwa
dalam liberalisme itu tidak ada kesetaraan
atau kesatuan (teori himpunan).
Pertama, fakta tentang pasar
bebas, memandakan adanya kesatuan
pasar, dimana konsumen dianggap sebagai
himpunan the one, yang tidak mengecualikan
siapa saja.
Kedua, konsep kepemilikan mengalami
kesetaraan atas nama komoditas pasar yang
meleburkan batas sosial dan ekonomi
pemiliknya.
22.
Ketiga, kesetiaan pada situasi (liberal)
merupakan resep politik new yang
menawarkan kesetaraan yang tidak pandang
bulu. Bahwa manusia menjadi satu atau
himpunan ketika mereka bersama menganut
idelogi tertentu, misalnya liberalisme.
23.
Inti teori Badiou ialah suatu politik
event, truth dan subyek, dimana new (baru)
dan evil (kejahatan) dianggap sebagai bentuk
dialektika situasi yang muncul dari
konsistensi dan inkonsistesi.
Bahwa peristiwa mendorong kebenaran
(truth) , dimana kebenaran itu sangat
ditentukan oleh situasi.