2. Sebagaimana para pemikir neo-marxis lainnya, Gramsci melancarkan
kritik yang cukup tajam terhadap paham positivistic yang menggejala
dalam perkembangan diskursus atau wacana Marxisme.
Cara pandang positivistic dalam menafsirkan materialism historis
Marx senantiasa dipelihara oleh kalangan pemikir Marxis ortodoks.
Dalam communist manifesto dan Das Kapital, Marx berupaya
memberikan penjelasan ramalan masa depan Kapitalisme dengan
menggunakan analisa sosiologis dan ekonomis secara ilmiah. Bagi
mereka, materialism sejarah merupakan sebuah teori objektif tentang
hukum perkembangan masyarakat dan berupaya menunjukkan
keruntuhan Kapitalisme dengan kepastian ilmiah
Konsekuensinya adalah keruntuhan Kapitalisme dan kemunculan
Sosialisme merupakan sesuatu hal yang ditunggu. Kejatuhan
Kapitalisme diakibatkan dalam kontradiksi-kontradiksi dalam bidang
ekonomi itu sendiri.
3. Berbeda dengan para pemikir Marxis ortodoks, Gramsci menilai bahwa revolusi
sosial bukan merupakan sesuatu yang ditunggu (menunggu kontradiksi-
kontradiksi ekonomi dalam Kapitalisme), melainkan harus diupayakan atau
dikehendaki. Bagi Gramsci materialism historis Marx masih memberi porsi bagi
kesadaran kelas proletar sebagai subjek sejarah.
Dapat dikatakan pemahaman Marxis ortodoks tentang keniscayaan ilmiah
kejatuhan Kapitalisme tidak realistis. Hal ini dibuktikan dengan adanya de-
proletarisasi dan semakin kokohnya Kapitalisme.
4. Marxis ortodoks memahami kerangka basis
struktur dan suprastruktur secara deterministic.
Mereka memahami basis ekonomi semata-mata
melahirkan kesadaran kelas untuk melakukan
revolusi sosial.
Tetapi bagi Gramsci, terkadang revolusi
ditentukkan pula oleh fonem-fonem dalam
suprastruktur (ideologi, nilai moral, keyakinan,
dsb.)
5. Lenin menganggap negara sebagai instrument kelas borjuasi
dalam mempertahankan kedudukannya sebagai kelas berkuasa.
Setelah revolusi di negeri Rusia terjadi maka negara-negara lain
(ex: Inggris, Italia, Perancis), akan mengalami hal yang sama.
Setelah revolusi di setiap negara pecah, maka negara sebagai
tatanan institusional represif tidak diperlukan lagi.
Namun, bagi Gramsci, pada kenyataannya revolusi di negara-
negara tersebut tidak kunjung pecah. Sebaliknya, kapitalisme
semakin kokoh di negara-negara tersebut.
Pertanyaan dasar Gramsci:
Kenapa Inggris, Italia, Prancis, dsb. Tidak mengambil jalan
bolshevisme?
Mengapa revolusi gagal? Dan justru malah memunculkan de-
proletarisasi?
6. “In Russia the State was everything, civil society was primordial and gelatinous; in
the West, there was a proper relation between State and civil society, and when the
State trembles a sturdy structure of civil society was at once revealed. The State
was only an outer ditch, behind which there stood a powerful system of fortresses
and earthwork” (Gramsci – Prison Notebooks)
(Di Rusia Negara adalah segalanya, masyarakat sipilnya primordial dan cair; Di
Barat, ada hubungan yang pantas antara Negara dan masyarakat sipil, dan saat
itu nampak ketika Negara menggetarkan suatu struktur kukuh dari masyarakat
sipil. Negara adalah sekedar parit luar, di belakangnya berdiri suatu sistem
benteng-benteng dan penancapan yang sangat kuat)
7. Dalam pandangan Gramsci, kokohnya Kapitalisme disebabkan
karena adanya upaya untuk melakukan penguasaan melalui
dimensi kesadaran (ideologi, cita-cita, keyakinan, nilai moral,
dsb.) terhadap kelas proletar.
Namun di sisi lain, terdapat pula intervensi atau campur
tangan negara dalam membendung kesadaran dan tindakan
revolusioner massa, yakni dengan dominasi (domination) atau
tindakan represif melalui apparat kekerasan.
8. Kata Hegemoni berasal dari kata dalam bahasa Yunani eugemonia yang merujuk
pada kedudukan lebih tinggi atau dominasi posisi dari suatu negara kota tertentu
terhadap negara kota yang lain.
Kata hegemoni pula telah digunakan oleh Plekhanov, Lenin, dan juga Georg Lukacs.
Mereka menggunakan kata hegemoni merujuk kepada kepemimpinan hegemonic
proletariat untuk berkoalisi dengan kelas-kelas lain, seperti kelas tani, kelas borjuis
menengah, dsb. Untuk melakukan revolusi sosial.
Secara terminologis, hegemoni berarti upaya sebuah kelas tertentu untuk menguasai
kelas-kelas lain melalui dimensi kesadaran (ideologi, cita-cita, keyakinan, nilai moral,
dsb.)
Upaya untuk mengembangkan ide-ide, pandangan dunia, cita-cita, nilai moral dalam
masyarakat agar setiap anggota masyarakat mau menerimanya.
Genggaman ideologis yang dijejalkan terhadap massa agar massa menganggap
ideologi yang disebarkan sebagai sesuatu yang rasional dan wajar.
Tujuan dari hegemoni adalah konsensus aktif setiap anggota masyarakat
9. Masyarakat sipil merupakan hubungan organisasi-organisasi yang bersifat
sukarela dan bersifat swasta.
Hubungan organisasi-organisasi yang tidak ada kaitannya dengan
pemerintah/bukan miliki pemerintah.
Ex: Organisasi-organisasi keagamaan, organisasi pendidikan, partai-partai
politik, serikat-serikat buruh, organisasi-organisasi kemahasiswaan, media-
media swasta, dsb.
Masyarakat sipil merupakan sebuah saluran bagi kegiatan hegemoni maupun
counter hegemoni.
10. Dominasi merupakan sebuah tindakan represif yang dilakukan oleh apparat-
apparat kekerasan maupun pendirian birokrasi oleh lembaga-lembaga
kenegaraan.
Ex: tindakan represif terhadap massa demonstran oleh polisi, penetapan suatu
Undang-undang
Masyarakat politik atau negara merupakan tempat di mana munculnya praktek-
praktek kekerasan dan pendirian birokrasi oleh negara.
Gramsci menggunakan kata “negara” tidak semata-mata merujuk pada arti
negara dalam arti sebenarnya, melainkan merujuk pada apparat-apparat
kekerasan (polisi, tentara, badan intelijen) dan lembaga-lembaga kenegaraan.
Masyarakat politik merupakan asal mula praktik dominasi itu terjadi.
11. Dalam kehidupan bernegara, hegemoni dan dominasi berjalan secara dialektik
Hubungan dialektik antara hegemoni dan dominasi termaktub dalam
konsepsinya yang baru, yakni negara integral
Negara integral = hegemoni yang dilindung apparat kekerasan.
Upaya dalam mengembangkan ideologi, cita-cita, keyakinan dalam masyarakat
sipil diikuti oleh tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kekerasan dari
negara.
12. Gramsci menawarkan dua model taktik dalam melakukan revolusi sosial, yakni
Perang Posisi dan Perang Gerak
Perang Gerak => revolusi politis dengan merebut kekuasaan negara beserta
aparat-aparat kekerasannya secara langsung
Perang Posisi => melakukan counter hegemony dengan cara menumbangkan ide-
ide, cita-cita, kebudayaan, nilai moral yang disepakati selama ini. Serta
menciptakan sebuah ide-ide, cita-cita, nilai moral yang baru.
Bagi Gramsci, hal yang harus dilakukan adalah melakukan perang posisi terlebih
dahulu dalam masyarakat sipil.
Diperlukan dua unsur utama melakukan counter hegemony, yakni intelektual
organic dan partai sebagai wadah untuk mendidik dan menyebarkan budaya
proletar.
13. Intelektual organic adalah mereka yang terlibat langsung dalam pertentangan
hubungan-hubungan produksi.
Mereka tergabung dalam kelas sosialnya masing-masing dan memiliki ide-ide,
cita-cita, dan moralitas masing-masing untuk dikembangkan sebagai alat
hegemonis. Oleh karenanya, seorang intelektual organic dapat dikategorikan
sebagai borjuis maupun proletar.
Revolusi harus berangkat dari ide-ide, kebudayaan, nilai moral, dan cita-cita yang
dikembangkan oleh kelas proletar.
Upaya untuk mengembangkan ide-ide, kebudayaan, nilai moral, dan cita-cita
dalam masyarakat sipil diperlukan partai sebagai wadah untuk
menyebarkannya.
14. Apakah konsep hegemoni dan dominasi dapat menjadi tawaran peenting bagi
perkembangan diskursus marxisme?
15. Apakah terdapat praktik dominasi dan hegemoni dalam perjalanan pemerintahan
di Indonesia?
16. Bagaimana relevansi konsep intelektual organic Gramsci dengan gerakan
mahasiswa di Indonesia saat ini?