Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi sebagai proses belajar sepanjang hidup melalui berbagai agen sosialisasi. Sosialisasi membentuk kepribadian seseorang melalui tahapan-tahapan perkembangan menurut teori-teori seperti Erikson dan Henslin. Proses sosialisasi terjadi secara terencana maupun tidak terencana oleh berbagai lembaga seperti keluarga, sekolah, lingkungan, dan media untuk memb
2. Pengertian Sosialisasi
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
“Proses seseorang menghayati
(internalisasi) norma-norma kelompok
dimana ia hidup, sehingga menimbulkan
pribadi yang unik”
David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White
“Suatu proses belajar peran, status dan nilai
yang diperlukan untuk keikutsertaan
dalam institusi sosial atau masyarakat”
3.
James W. Vander Zanden:
“Suatu Proses interaksi sosial untuk
memperoleh pengetahuan, sikap, nilai dan
perilaku agar seseorang mampu
berpartisipasi secara efektif dalam
masyarakat.
4. Jenis Sosialisasi
1. Sosialisasi berdasarkan kebutuhan.
1.1. Sosialisasi primer.
Proses mempelajari atau menerima
pengetahuan, sikap, nilai, norma dan
perilaku supaya ia bisa berpartisipasi
aktif dalam masyarakat
Sosialiasasi ini terjadi pada anak dan
remaja, dimana pertama kali ia
menerima nilai
5. 1.2. Sosialisasi sekunder.
Proses sosialisasi kembali nilai,
norma, dll supaya sepadan dengan
situasi baru dalam kehidupan yang
dihadapinya.
Proses pada orang dewasa, dimana ia
mengalami perubahan nilai, dll
sehubungan dengan situasi kehidupan
baru yang dihadapinya (sekolah =
bekerja, lajang = menikah).
6. 2. Sosialisasi berdasarkan Cara yang dipakai
2.1. Sosialisasi Refresif.
Sosialisasi yang menekankan kepatuhan
anak dan penghukuman terhadap perilaku
yang keliru.
Sosialisasi berpusat pada orang tua,
dengan hukuman dan imbalan material
serta komunikasi bersifat perintah.
Sosialisasi ini biasanya dilakukan pada
anak-anak dan remaja.
7. 2.2. Sosialisasi Partisifatif.
Sosialisasi yang menekankan pada
otonomi anak dan memberikan
imbalan terhadap perilaku anak yang
baik.
Sosialisasi berpusat pada partisifasi
anak, orang tua memberikan perhatian
sesuai kebutuhan anak
Pada Remaja, dan membentuk pribadi
yang lebih mandiri dan kemampuan
bekerjasama.
8. 3. Sosialisasi Berdasarkan Perencanaan
3.1. Sosialisasi terencana, dilakukan dalam
dunia pendidikan yang berkelanjutan dan
sistematis dan non-formal.
3.2. Sosialisasi tidak terencana, dilakukan
dalam proses interkasi dengan
lingkungan, seperti keluarga, teman
sebaya atau lingkungan tempat tinggal.
Dengan meniru perilaku.
9. Agen Sosialisasi
1.
Keluarga.
Agen sosialisasi primer, melalui afeksiemosional, dimana pengetahuan, nilai,
norma, sikap dan harapan
ditransmisikan dari kelompok kepada
individu.
Berkaitan dengan posisi dan peran
mereka dalam masyarakat, misalnya
tua-muda, bergantung pada nilai-norma
yang dianut keluarhanya.
10. Alat sosialisasi disebut dengan pola
asuh, yang berkaitan dengan
pengalaman generasi sebelumnya yg
kemudian ditransmisikan kepada
generasi berikutnya.
2. Sekolah
Agen sosialisasi sekunder (pengganti
keluarga) utk memasuki ruang
sosial=sekolah
Mengajarkan tanggung jawab pribadi,
nilai prestasi (nilai dan ranking) dan
universalisme (perlakuan yang sama)
11. 3. Kelompok teman sebaya.
Sosialisi lanjutan, yang menekankan
pada nilai konfromistis atau penolakan,
maka cenderung akan membentuk nilai
“orang dalam” dan “orang dalam”.
Standar kelompok tergantung pada
kelompok rujukan (misalnya pop, rock,
dll), yang mempengaruhi perilaku, nilai
dan norma yang bisa berbeda dari
sekitar.
Terbentuk karena sehobi, sekelas,
sekampung, dll
12. 4. Media Massa
Sosialisasi multi media, yang
disampaikan dengan pesan-pesan
tertentu, baik positif dan negatif.
Sifat sosialisasi adalah khalayak
pemirsa dan individual, yang berisi
pendidikan nilai, norma bahkan politik
tertentu.
Media massa merupakan sarana yang
efektif untuk melakukan pendidikan
massa dengan memanfaatkan jaringan
komunikasi.
13. 5. Agama.
Sosialisasi tentang pandangan dan arti
hidup manusia, yang membentuk
tindakan rasional bernilai para pemeluk
agamanya.
Ia mempengaruhi cara berperilaku,
berpakaian bahkan pandangan
terhadap ekonomi, budaya, politik dan
sesama.
6. Lingkungan tempat tinggal.
Sosialisasi dalam kompleks perumahan
dan perkampungan, berkaitan dengan
14. Sosialisasi tentang nilai mengenai status
sosial, ekonomi dan budaya, dalam
perspektif lingkungannya.
7. Tempat Kerja
Sosialisasi tahapan lanjutan dari kehidupan
manusia, merupakan tempat pembentukan
konsep diri manusia.
Tempat kerja memiliki keterkaitan nilai
persaingan, kerjasama dan profesionalisme,
merupakan lanjutan dari pendidikan sekolah.
15. Sosialisasi dan Teori
Perkembangan Kepribadian
1.
Colley : Cermin Diri (Looking
Glass Selft).
“Kedirian seseorang muncul
interaksi dengan orang lain, dimana
kita membentuk cermin diri kita
sendiri didepannya”.
16. Yang mengandung 3 unsur, yaitu:
Anda membayangkan diri anda tampak
bagi sekeliling anda: peramah atau
pemarah
Anda menafsirkan rekasi orang lain:
suka atau benci
Anda mengembangkan konsep diri bagi
orang lain: negatif atau positif
Pada fase lanjutannya, disebut dengan
pencitraan diri dalam pandangan publik,
misalnya pemimpin politik (kampanye).
17. 2.
Herbert Mead: Tahap Perkembangan
Diri.
“Perkembangan kepribadian manusia itu
dimulai sejak lahir sampai pada akhir
hidupnya, dimana ia menerima dan
mengganti nilai-nilai yang diterimanya
secara terus menerus”.
Tahapan perkembangannya sendiri:
Play stage (tahap peniruan, beraktor
seperti orang dewasa)
18. Game stage (tahap pertandingan,
memainkan peran dengan
mempertimbangkan peran orang lain
juga).
Generelized other (tahapan lanjutan
tentang kepribadian, memainkan peran
dan berinteraksi dengan peran lainnya.
3. Freud: Tiga unsur diri
“Diri manusia terbentuk dari tiga unsur Id,
Superego dan Ego”
19. Id merupakan pusat nafsu yang bersifat
naluriah, merupakan dorongan bawaan lahir,
yakni dorongan untuk mencari kepuasan
diri.
Superego merupakan unsur diri yang
bersifat sosial dan merupakan kompleksitas
dari cita-cita dan nilai sosial, yang terbentuk
dari hati nurani. Menyangkut perasaan malu
jk melanggar norma.
Ego merupakan unsur diri yang bersifat
sadar dan rasional, yang berguna untuk
melakukan penyeimbang Id dan superego.
Jika tidak mampu menyeimbangkan =
20. Sosialisasi Sepanjang Hidup
1. Erik H. Erikson : Teori From Womb to
tomb (dalam 8 siklus kehidupan).
1.1. Masa Bayi (sampai 1 tahun) : kebijakan
dasar yang dikembangkan ialah harapan
dalam radius pribadi ibu
(ketergantungan).
1.2. Masa kanak-kanak awal (2-3 tahun) :
kebijakan dasar yang dikembangkan
ialah kehendak dalam radius kehendak
orang tua (didorong untuk berhasil dan
21. 1.3. Masa Bermain (4-5 tahun) : Kebijakan
dasar yang dikembangkan tentang tujuan
dengan radius keluarga batih
(mengembangkan daya inisiatif dan
mengikuti tujuan bernilai)
1.4. Masa sekolah (6-11 tahun): kebijakan
dasar yang dikembangkan tentang
kompetensi, radius sekolah dan para
tetangga (mengembangkan kemahiran
dan kecakapan tertentu).
22. 1.5. Masa Remaja (12-18 tahun): kebijakan
dasar yang dikembangkan tentang
penemuan identitas, dengan radius teman
sebaya dan masyarakat (mengembangkan
interaksi sosial terbatas).
1.6. Masa Dewasa (19-35 tahun): Kebijakan
dasar yang dikembangkan tentang cinta
kasih sayang, dengan radius patner atau
pasangan (mengembangkan keintiman
dan kesetiakawanan).
23. 1.7. Masa Paroh Baya (36-50 Tahun):
Kebijakan dasar yang dikembangkan
pemeliharaan atau perhatian, dengan
radius pada pembagian kerja
(pengembangan karir dan pengabdian
pada masyarakat).
1.8. Usia Tua (50 tahun ke atas): Kebijakan
dasar yang dikembangkan adalah
kebijaksanaan, dengan radius adalah
umat manusia yang bersatu
(pengembangan kematangan jiwa dan
persiapan kematian).
24. 2. James M. Henslin : Teori Perjalanan
Hidup (dalam 4 tahapan).
2.1. Masa kanak-kanak (sampai usia 12
tahun) : pengembangan biologis dan
sosial (dalam lingkungan keluarga).
2.2. Masa Remaja (13-17 tahun):
pematangan biologis dan pencarian
identitas diri (dalam lingkungan sosial dan
kelompok sebaya).
2.3. Masa Dewasa Muda (18-29 tahun):
pematangan sosial (dalam dunia kerja dan
ikatan pernikahan)
25. 2.4. Masa Usia Menengah (usia 30-65
tahun) : pengembangan tujuan hidup dan
refleksi (perenungan)= dalam masyarakat
luas dan keterhubungan fana/kekal.
2.5. Masa Usia Lanjut (65 tahun ke atas):
Pengembangan “waktu sedang
mendekati” = dalam kelompok terbatas
(masa lalu).
26. Penutup
Pendidikan itu adalah proses belajar
sepanjang hidup, yang dilakukan melalui
sosialisasi, baik yang terencana dan tidak
terencana, oleh agen sosialisasi.
Tujuan dari pendidikan seumur hidup itu
sendiri ialah individu belajar untuk
menemukan jati atau identitas dirinya
dalam kerangka dunia, supaya hidup lebih
bermakna.