SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
1 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Ketika Internasional Tersituasi
What Situationist Internationale isoleh Tim Redaksi
Apakah Situasi, yang jadikan suatu keadaan lokal dapat mendunia? Apakah Internasional,
yang dimana di dalamnya semua bangsa berinteraksi dalam harmoni bergerak bersama?
Situationist Internationale (SI) adalah suatu gerakan yang mengusung kesadaran individu
untuk memulai pembaruan dari dirinya sendiri. Hal-hal kecil yang mungkin tidak terfikir
sebelumnya, dapat dilakukan di luar kotak hingga menjadi kenyataan. Melampaui segala
macam bentuk batasan, ruang, waktu, bahkan pemikiran. Semuanya tergabung dalam
satu sinergi semesta yang bergerak serentak demi perubahan dunia yang lebih baik.
ESSAYASTINA
iSiLembaran
2
Media, Propaganda, &
Masyarakat
4
Arsitektur Posmodern
Frederich Jameson
6
Film & Spiritualitas:
Sebuah Pengorbanan
8
Pemikiran Puasa
Ibn Khaldun
10
Sastra & Feminisme:
Tarian Bumi Saman
Astina
Adalah forum diskusi para mahasiswa
yang berada Universitas Indonesia,
lampaui batas angkatan, jurusan, fakultas,
golongan, aliran, orientasi, & pemikiran.
twitter: @AstinaAcademia
email: astina.academia@gmail.com
http://astina-academia.blogspot.com
Agustus2010,EdisiPerdana
2 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
“I’m not a servant of the people (much less
of their self-appointed leaders). Let the
people serve themselves.”
“Let’s not change bosses, let’s change
life.”
“The revolution doesn’t belong to the
committees, it’s yours.”
“Politics is in the streets.”
-Situationist Internationale Quotes-
Persoalan politik selalu berkembang. Sejarah setidaknya
mencatat dua persoalan politik yang melandasi perubahan
peradaban. Pertama, munculnya Negara yang mengakui
adanya kebebasan individual, (Amerika Serikat) dan kedua
yang berdasar kolektivitas (Uni Soviet). Keduanya terkait
dengan konteks sejarah pada masa perebutan posisi dan
pengaruh dunia kala itu.Puncak dari perang kelas adalah
tumbangnya rezim Uni Soviet bagi dunia Internasional, dan
munculnya stigmatisasi lokal terhadap PKI di Indonesia. Ini
tak dapat terlepas dari fenomena penting dalam masyarakat
Indonesia; Kejadian 1965, munculnya PKI sebagai terdakwa
atas tindakan ‘makar’. Justifikasi ini berlanjut pada wilayah
kepercayaan, dimana PKI diingat sebagai ateist yang tak
layak hidup di Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya Indonesia mengalami
perubahan pemerintahan dimana peralihan rezim terjadi,
yakni Soekarno dengan identifikasi atas Negara berbasis
kolektivitas, kepada Soeharto yang pada perkembangnya
menjadi Negara Totalitarian. Kedua catatan berkembang
menjadi satu masalah penting bagi politik, yaitu munculnya
Amerika Serikat (AS) sebagai Negara pemenang berhasil
merebut pengaruh dunia. Inilah yang menjadi satu
momentum pengenalan sistem kebebasan individual.
Kebebasan individual tak dapat lepas dari pemahaman
demokrasi versi AS; J. Rawls memahami demokrasi sebagai
sistem yang berbasis kebebasan dan persamaan manusia,
seperti kebebasan berfikir, berbicara, pers, berkumpul, dan
memilih agama atau keyakinan yang dianut. Dia juga
menyebutkan adanya kebebasan hak milik pribadi, memilih,
dan pelayanan publik. Apa benar AS anut demokrasi sesuai
konsep Rawls? Ataukah AS bersistem demokrasi individual
semata? Hal ini berindikator penting: media, dimana AS
selalu berdemokrasi dengan HAM. Seperti tujuan AS invasi
Irak: masyarakat Irak yang berdemokrasi tanpa rezim
totaliter, dinyatakan juga bahwa Irak bersenjata nuklir
pembunuh massal. AS juga berasumsi Iran & Korea Utara
tidak berdemokrasi melainkan totaliter, seperti saat politbiro
berkuasa di Uni Soviet.
Media, Propaganda, & Masyarakat
Ketika Kebebasan Dipertanyakan
oleh Adityo Anggoro Saragih
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
3 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Seperti yang telah dibahas pada halaman sebelumnya,
bahwa media turut ambil bagian dalam perebutan pengaruh
dunia, sebagai piala bagi pemenang perang politik, terutama
antara dua Negara yang memiliki perbedaan landasan
kebebasan tersebut, antara AS yang individual dengan Uni
Soviet yang kolektivis. Peranan media secara kontemporer
pada politik kini adalah mempertanyakan ulang; Seperti
apakah jenis masyarakat yang tengah berlangsung pada saat
ini? Lalu bagaimanakah pengertian demokrasi dalam
masyarakat demokratis?
Ada dua konsepsi dasar mengenai demokrasi, pertama
pada masyarakat demokrasi salah satu hal yang terpenting
adalah publik berpartisipasi dengan penuh, berarti bahwa
informasi diperoleh secara bebas dan terbuka. Kedua, publik
harus dihalangi akan urusan pribadinya sehingga informasi
harus dikontrol dengan ketat. Permasalahan lebih lanjut, jika
memang demokrasi adalah satu sistem dimana informasi
harus dikontrol dengan ketat; Mengapa dan siapa yang
melakukan kontrol tersebut? Apa hubungan media dengan
propaganda? Pada point Noam Chomsky memposisikan
kerisauannya secara tepat.
Sejarah Propaganda yang panjang dapat ditelisik dari
mana fase itu hadir. Tahapan ini hadir pada pemerintahan
modern. Salah satu contohnya adalah ketika presiden Wilson
dengan slogan “Peace without Victory” pada masa terjadinya
penumpukan rezim fasis didunia. Rezim fasis seperti kita
ketahui bersama yang paling populer adalah Negara Jerman,
dan hal inilah yang menjadi misi pemerintahan Wilson
sebagai alasan untuk meluluhlantakkan Jerman. Tidak hanya
aparatus Wilson saja yang mengambil peranan propaganda
untuk menyiasatinya, tetapi juga Intelektual.
John Dewey telah mengingatkan bahwa ‘intelektual
memliliki peranan untuk membawa masyarakat dalam
perang, dan menunjukkan kesegananan terhadap fanatisme
kebangsaan’. Point yang dapat kita ambil mengacu kejadian
tersebut, wajar saja propaganda Negara memiliki pengaruh
besar ketika didukung oleh kelas yang memiliki pengetahuan.
Pada point ini dapat diambil kesimpulan bahwa penting
untuk mengasumsikan intelektual dan Negara sebagai satu
variable yang patut diperhitungkan dalam peran kerja
Propaganda dengan media sebagai alatnya. Permasalahanya
ada pada alasan Negara dalam melakukan praktik tersebut,
dan sejauh mana hal tersebut dilakukan secara keseluruhan
oleh Negara. Hal ini dipahami tidak dalam keseluruhan as
whole entity tetapi sebagai sebagian identitas yang membawa
nama entitas yaitu Negara. Entitas tersebut dinamakan
“specialized class”. Perubahan radikal dalam demokrasilah
yang menjadi pijakan awal ini. Lippmann menjelaskan hal
ini sebagai sebuah manufacture consent. Dimana kondisi
dipahami sebagai sebuah teknik baru propaganda. Ini
dimaksudkan kepada publik yang secara tidak langsung
diatur dalam kehidupanya.
Pengaturan publik ini dilakukan oleh kelas – kelas dalam
masyarakat. Kelas pertama yang hadir dan bertanggung
jawab dalam pengaturan ruang publik. Kelas ini adalah
orang yang melakukan analisa, keputusan – keputusan, serta
memiliki pengaruh dalam wilayah sistem politik, ekonomi,
dan Ideologi. Posisi ini berpengaruh penting pada posisi
masyarakat. Negara yang menjadikan satu tempat bernaung
dalam masyarakat hadir dalam dua kelas penting. Kelas
pertama fungsinya untuk mengatur dan kelas kedua berfungsi
sebagai diatur. Pertanyaan lebih lanjut bagaimana kita
membuktikan asumsi bahwa masyarakat terbagi dalam dua
kelas, dan peranan manufacture consent terbukti secara jelas?
Serta apa bukti nyata terkait dengan keadaan Amerika
Serikat?
Ada dua contoh yang dapat kita pinjam untuk
menganalisa bagaimana manufacture consent berfungsi.
Pertama pada kasus Nikaragua, pada tanggal 15 Januari
Times melaporkan bahwa “para pejabat Amerika
mengatakan Nikaragua terkait dengan Terorisme di Bogota
namun tuduhan tersebut disangkal oleh pemerintahan
Nikaragua. Padahal tuduhan tersebut tidak mendasar tetapi
tetap diterbitkan kembali pada New York Times pada
tanggal 26 Februari 1986. Efek domino yang muncul adalah
pada 18 Maret, sebuah editorial Times berjudul ”The
Nicaragua Horror Show” membahas usulan Reagan yang
meminta anggaran sebesar $100 Juta untuk membantu
“Kaum kontra” melawan tirani kiri Nikaragua.
Editiorial tersebut punya arti penting buat pidato
Reagan, dan ini menjadikan isi editorial itu penuh dengan
kekeliruan dan tuduhan tanpa dasar yang sama sekali tidak
menyenangkan. Para redaktur Times mendesak “Mr Reagan
harus bertindak terhadap pelanggaran – pelanggaran moral
yang tak terbantahkan” dari kaum Sandinista: Reagan harus
menjawab bagaimana cara agar pelanggaran – pelanggaran
itu bisa dihentikan dan apa yang bisa dilakukan oleh
Amerika . Pada point ini terdapat satu ambisi Amerika yang
tidak tersurat dengan jelas, yaitu pada bagian Amerika
membantu kaum kontra untuk perlawanan terhadap kaum
kiri. Untuk itu, strategi yang lebih penting dilakukan ialah
bagaimana membangun suatu “simetri” antara kaum kontra
dengan gerilyawan – gerilyawan Salvador.
“Simetri” ini penting artinya bagi propaganda
pemerintah AS, dan karena itu inilah tugas pokok bagi media
AS. Strategi ini dijalankan dengan tidak menyebutkan
besaran dan sifat dari bantuan AS kepada kaum kontra dan
keterlibatan langsung AS dalam teror – teror yang dilakukan
kaum kontra, dan juga lewat klaim yang tiada henti bahwa,
meskipun, “sejumlah bukti menunjukkan bahwa dukungan
itu ada, dan patut dipertanyakan berapa lama mereka akan
bisa bertahan tanpa dukungan tersebut” .
Kedua, Invasi Indonesia terhadap Timor Timur
(sekarang Timor Lorosae) yang memakan korban 200,000
orang dan hal ini ditutupi oleh Amerika Serikat yang
didukung dalam hal diplomasi dan milite . Pada dua contoh
tersebut dapat kita lihat bahwa manufacture consent berjalan
dengan baik pada masyarakat, dan hal ini tidak bisa tidak
dilakukan pada Specialized class yang memiliki fungsi control
the public mind, dan engineering consent .
Media, Propaganda, & Masyarakat
Menjawab Pertanyaan Kebebasan
4 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
Justifikasi Properti
Menuju Etika
oleh Adityo Anggoro Saragih
Permasalahan yang jadi debat hebat
hingga saat ini adalah soal hak milik
atau properti. Sebagian orang terbagi
dalam kutub yang dikotomis, antara
yang pro dengan yang tidak. Namun
untuk membedah permasalahan
properti secara jelas, kita harus
mendefinsikan properti sebagai hak
milik. Kunci masalah ada pada definisi
hak milik yang secara radikal
mempertanyakan apakah properti
sebagai hak milik individu atau
kepunyaan masyarakat.
Bagi yang pro terhadap properti
individu percaya bahwa itu adalah hasil
yang didapatkan dari usahanya sendiri,
sedangkan bagi yang anti, hak milik
individu didapatkan dari usaha
penghisapan hasil kerja orang lain. Ada
perlawanan antara kelompok yang
memiliki hak milik dengan kelompok
yang tidak. Jalan keluar dari dampak
tersebut adalah dengan dihapuskannya
hak milik individu hingga hanya hak
milik bersama yang ada. Akan tetapi
kita dapat membuat satu bangunan
universal dimana kedua kelompok
tersebut percaya pada properti. Yang
jadi permasalahan: Siapa yang layak
memilikinya? (lanjut ke lembar 11)
Arsitektur Posmodern
Di Mata
Frederich Jameson
oleh Feby Hendola Kaluara
Arsitektur posmodern hadir sebagai
suatu kritik dari arsitektur modern.
Oleh karena itu, ada baiknya
dipaparkan sedikit terlebih dahulu
mengenai arsitektur modern, arsitektur
posmodern, dan hubungannya
sebelum kita membahas arsitektur
posmodern menurut sudut pandang
Frederic Jameson.
Modern atau “modernus” (Latin)
adalah kata yang muncul pada akhir
abad ke-5 (Ikhwanuddin). Awalnya
kata ini digunakan untuk membedakan
orang Kristen dengan orang Romawi
yang masih menganut kepercayaan
paganisme. “Kesadaran akan zaman
baru yang membentuk dirinya sendiri
dengan cara memperbarui
hubungannya dengan masa lalu”
adalah apa yang dipahami oleh
Habermas sebagai modern.
Yang dimaksud “memperbarui
hubungannya dengan masa lalu” pada
arsitektur modern adalah pelepasan diri
dari zaman sebelumnya, sebuah
perlawanan terhadap masa lalu untuk
membuatnya menjadi lebih baik. Ia
harus menjadi “nyawa peradaban”
dengan bentuk yang mempresentasikan
sesuatu yang benar, logis, dan bersih
dari kebohongan.
Bangunan pada masa ini lebih
mengacu pada fungsinya, sehingga
ornamen masa lalu yang mencolok
mengalami suatu penolakan karena
dianggap tidak penting. Fungsionalisme
ini merupakan respon dari perang
dunia kedua dimana segala sesuatu
dipikirkan ke arah manfaat ekonomis
bukan unsur dekoratif atau bahkan
estetika. Munculnya gagasan purisme,
dimana bentuk dasar geometri jadi
acuan nilai keindahan, juga sangat
menonjol di bangunan-bangunan karya
Mies van der Rohe. Bangunannya yang
sangat menekankan fungsi, minimalis,
dan seringnya menggunakan material
yang sangat menonjol pada era revolusi
industri: baja dan kaca.
Munculnya teknologi baru dan
adanya keinginan untuk pulih dari
perang dunia membuat dunia arsitektur
pada saat itu memuja yang ekonomis,
fungsionalis, dan rasionalis. Gejala ini
tak hanya beredar di segelintir negara
saja. Sebab bentuknya yang cenderung
menolak masa lalu, maka ia pun
menolak apa yang menjadi ciri khas
dari bangunan suatu daerah dan
berkesan “lampaui batasan negara,
sehingga bersifat internasional
” (Gunawan Tjahjono).
Kata post seringnya identik dengan
“sesudah”. Namun, postmodernisme
pada dunia arsitektur tak secara mentah
diartikan sebagai “paham sesudah
modern”. Meskipun terkesan melawan
modernisme, posmodernisme tidak
serta merta melepaskan diri dari
modernisme itu sendiri. Ia merupakan
turunan dari modernisme, sehingga
bisa saja diambil dari modernisme itu
sendiri. Tujuan dari gerakan ini adalah
terciptanya penghargaan terhadap
segala bentuk perbedaan yang ada
untuk mengatasi elitis yang muncul dari
masa sebelumnya, sehingga muncullah
bentuk bangunan yang lebih beragam
dan sarat akan makna.
Lengsernya era modernisme di
arsitektur ditandai dengan peledakan
Pruitt Igoe, yang dianggap gagal karena
terjadi begitu banyak kerusakan,
vandalisme, bahkan pornografi di
dalamnya. Arsitektur modern pun
terkesan tidak manusiawi dan menjadi
monoton. Di sinilah arsitektur
posmodern muncul menggantikan
arsitektur modern.
“...I would like to argue that
architectural space is also a
way of thinking and
philosophizing, of trying to
solve philosophical or
cognitive problems. To be
sure, everyone agrees that
architecture is a way of
solving architectural
problems...”
Frederic Jameson
Pruitt Igoe
Maret, April, & Juli 1972, gedung apartement
yang menjadi simbol kegagalan arsitektur
modern diruntuhkan. Aspek sosial mulai
diperhatikan sbg pertimbangan desain.
5 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Arsitektur Posmodern
Frederich Jameson
Adanya penggunaan kembali bentuk-
bentuk masa lalu, arsitektur posmodern
sangat hargai perbedaan kebudayaan,
hingga timbul paham pluralisme. Hal
ini berbeda dengan arsitektur modern
yang mengacu fungsionalisme dan gaya
internasional. Paham pluralisme juga
menjadi bentuk penolakan dominasi
pengaruh barat. Dengan demikian bisa
dibilang arsitektur posmodern juga
bersifat anti-universalist.
Posmodernisme hadir dari kritik
terhadap modernisme, tapi tak berarti
lebih baik dari modernisme. Frederic
Jameson mengkritisi posmodernisme,
mengingatkan kita kembali bahwa ada
yang perlu disadari, termasuk dunia
arsitektur. Jameson melihat posmodern
atas perayaan budaya konsumerisme
dan era informasi sebagai daya cipta
nan manipulatif, mengejutkan, dan
terkadang neo-konservatif. Hal ini juga
tercerminkan dari pembahasannya
mengenai rumah seorang arsitek
posmodern, Frank Gehry yang bagi
Jameson terlihat sebagai bangunan
yang terbungkus daripada suatu
penciptaan bentuk baru. Dengan kata
lain, Jameson mempertanyakan
kreativitas arsitek posmodern itu
sendiri.
Pada dasarnya desain Gehry
merupakan hasil renovasi rumah lama
yang dibeli oleh sang arsitek. Dia suka
rumah tua tersebut namun juga ingin
membuat sesuatu yang lebih dari
sekedar rumah dengan memberikan
frame berbentuknya seperti kubus oleng
(tumblingcube).
Yang paling kontradiktif pada
bangunan ini adalah bagian mayor
(ruang keluarga & kamar utama) dan
kompleks (pintu masuk, ruang makan &
dapur) dimana terjadi permainan
antara bagian lama dan baru dari
rumah itu. Bagian lamanya seakan
menyimpan memori tersendiri dan di
bagian barunya seperti terjadi
perluasan dari bagian yang berkenang
tersebut. Terjadi dramatisasi ruang dari
frame yang juga terasa dari adanya
kerancuan terhadap apa yang disebut
“di dalam” dan “di luar” serta material
kaca sebagai pembungkus dari bagian
baru tersebut. Ambiguitas seperti ini
sebenarnya membingungkan. Gehry, di
mata Jamesonm, membuat sesuatu yang
berantakan dan tidak jelas orientasi
spasialnya. Belum lagi dengan bentuk
frame yang asing. Jameson menganggap
ini selayaknya arsitektur monoton di
zaman modern.Selain Jameson, juga
ada para fotografer yang berpendapat
sama dengannya terhadap rumah
Gehry tersebut. Mereka melihat rumah
itu dengan ide yang berbeda, sehingga
buat mereka tata ulang furniture yang
ada agar tercipta bentuk rumah ideal
sejauh mata memandang.
Arsitektur postmodern kaya akan
makna, banyak cerita yang disampaikan
di setiap bangunannya. Namun,
ternyata hal ini merupakan sebuah
masalah bagi Jameson karena hilangnya
arah karena ketidakjelasan spasial di
bangunan tersebut. Yang hendak
dikomunikasikan oleh arsitek mengenai
bangunannya juga belum tentu
tercapai. Perspective illussion dan
perspective contradiction pada rumah
Gehry pancing banyak tanya. Apa yang
sebenarnya persepsi kita mengenai
rumah tersebut? Permainan antara
yang kuno dan baru menjadi sesuatu
signifikansi di arsitektur posmodern,
begitu pula pada desain Gehry. Namun,
pandangan ini juga tidak memberi
kejelasan fungsi dari banyaknya makna
tersebut, selain kerancuan. Walaupun
begitu Jameson menganggap adanya
kerancuan utopis tentang “new living
space”. Menurut Jameson ada yang
disebut sebagai the power network of
so-called multinational capitalism, yang
menjerat kita pada jaringan global nan
kompleks dan menderita di dalamnya
karena perpanjangan ruang korporat.
Di saat yang sama kita tidak bisa
membuat model mengenai hal itu di
mata pikiran kita. Sederhananya,
karena pengagungan pluralisme di era
posmodern ini, “tempat” kini tidak
memliki batas lagi dan jaringan dengan
mudahnya saling menjangkau sehingga
menyebabkan munculnya apa yang
disebut kapitalisme multinasional.
Paradoks ini tercontohkan di
tumblingcube yang ada pada rumah
Frank Gehry. Ia merupakan sesuatu
yang baru dari rumah tersebut atau
dengan kata lain tumblingcubetersebut
melakukan intervensi spasial pada
bagian lama rumah. Selain itu, material
yang digunakan pada pembungkus
bangunan ini juga bisa dibilang
material murahan, seperti alumunium,
kayu, dan sebagainya, kontradiktif
dengan pencitraan Amerika sebagai
negara yang berteknologi tinggi. Ini
timbulkan pertanyaan mengenai
pemikiran kapitalisme kontemporer
Amerika.
Kesimpulannya, keabstrakan ruang
yang terjadi di arsitektur posmodern
sangat luas. Salah satu cirinya sebagai
arsitektur yang penuh metafor dan
ambiguitas. Sesuatu yang sangat
fundamental seperti “di dalam” dan “di
luar” pun menjadi samar. Selain itu,
bagi Jameson, arsitektur posmodern
tidak memberikan sesuatu yang baru.
Sering kali bentuk baru itu hanya
berupa pencomotan dari bentuk-bentuk
yang sudah ada. Di balik itu semua,
hasil karya Gehry ini tak bisa dihakimi
sebagai karya yang buruk, meski bentuk
barunya dianggap sekedar pembungkus
oleh Jameson. Kualitas ruang yang
diciptakan oleh Gehry adalah untuk
diri dan keluarganya sebagai penghuni
rumah tersebut. Jika ia rasa nyaman
dan sesuatu yang bermakna di ruang
tumblingcube tersebut, maka tidak ada
masalah. Bahkan bisa saja menjadi
“new utopian spatial language”, seperti
yang disebut Jameson.
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
“...if the great negative
emotions of the modernist
moment were anxiety, terror,
the being-undo-death, and
Kurtz’s “horror”, what
characterizes the newer
“intensities” of the
postmodern, which have also
been characterized in terms
of the “bad trip” and of
schizophrenic submersion,
can just as well be
formulated in terms of the
messiness of a dispersed
existence, existential
messiness, the perpetual
temporal distraction of post-
sixties life...”
Frederic Jameson
6 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
“Those who talk about revolution and
class struggle without referring to
everyday reality have a corpse in their
mouth.”
“The future will only contain what we put
into it now.”
“We refuse to be high-rise, diplomaed,
licensed, inventoried, registered,
indoctrinated, suburbanized, sermonized,
beaten, tele-manipulated, gassed,
booked.”
-Situationist Internationale Quotes-
Sebagai suatu perjalanan, Le Grand Voyage menawarkan
suatu pemandangan yang indah dengan penggambaran
daratan Eropa selayaknya surga dunia. Namun perjalanan
fisik tersebut hanyalah bagian kecil dari suatu perjalanan
batin, maka jarak ribuan mil itu bukanlah suatu yang penting
untuk disimak jika tidak diselipkan dengan berbagai peristiwa
yang perkuat jurang perbedaan antara sang ayah yang
agamis dan si anak yang lahir sebagai generasi dengan latar
waktu dan tempat berbeda. Berbagai masalah ikut serta
kemana dan dimana pun mereka singgah. Kecenderungan
keras kepala sang ayah, paksakan kehendak individual demi
hak spiritualnya, tak jarang ancam nyawa keduanya.
Masalah lain juga hadir di film ini: ekonomi, politik,
sosial, dan spiritual. Masalah ekonomi terpapar saat mereka
dirampok oleh seorang asing yang diasumsikan sebagai orang
baik hanya karena pertolongannya ketika mereka lewati
perbatasan. Hal ini terkait dengan masalah politik dan
kendala perbedaan bahasa yang akhirnya membuat mereka
menaruh kepercayaan kepada orang asing tersebut. Isu
politik daerah perbatasan pun juga terkait dengan hubungan
sosial antar manusia. Dalam film ini terutama diperlihatkan
antara mereka yang memiliki persamaan latar spiritualitas,
seperti yang digambarkan pada interaksi sang ayah yang
memaksakan untuk memberikan tumpangan kepada seorang
ibu. Yang menarik adalah bahwa ketika ibu itu mendadak
raib begitu mereka tiba di pos pemeriksaan perbatasan.
Ada dua pemaknaan dari adegan tersebut. Pertama
apakah ibu itu nyata, atau hanya penampakan. Kedua ibu itu
nyata dan hanya menghindari pemeriksaan untuk kemudian
kembali muncul setelah pos perbatasan berlalu. Pertentangan
kembali berlanjut ketika sang ayah ingin tetap menolong
perempuan misterius itu sedangkan si anak berpikir bahwa
tak akan cukup uang mereka jika menampung perempuan
itu selama perjalanan mereka menuju Mekkah. Namun
ironisnya sang ayah akhirnya memiliki pandangan yang sama
dengan melakukan tindakan yang si anak tak sangka, yakni
meninggalkan perempuan misterius itu di suatu tempat usai
beristirahat sejenak. Spiritualitas yang berbenturan dengan
aspek-aspek lain inilah yang dipahami sebagai bentuk
masalah yang utama dalam film ini.
Film & Spiritualitas: Le Grand Voyage
Sebuah Perjalanan Pengorbanan
oleh Taufan Muhamad
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
7 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Baik pembahasan mengenai peristiwa pengorbanan Ibrahim
atas Ismail, kaum Muhajirin dan Anshar, hingga perjalanan
menuju Mekkah yang menjadi cerita dengan paparan linear
dalam film ini, semuanya mengacu pada suatu konsep
spiritualitas, yakni pengorbanan. Dalam agama duniawi
seperti Hindu maupun Budha pengorbanan cenderung
dipahami sebagai suatu yang bersifat deraan lahiriah yang
tampak semata. Sedangkan agama ukhrawi seperti Islam,
Yahudi, Katolik, maupun Kristen, pengorbanan tidak hanya
sekedar itu melainkan juga aspek batiniah tidak kasat mata.
Kejadian ini juga ditemui terutama jika kita mengambil
contoh penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan secara
musiman pada bulan Dzulhijjah menurut penanggalan
berdasarkan peredaran bulan yang berbeda waktu dengan
penanggalan matahari. Dari sini saja sudah terlihat bahwa
pengorbanan waktu adalah yang paling utama terkait dengan
ibadah haji seseorang, terlepas dari kesiapan batin individu
yang menjalankannya. Meskipun dilakukan secara individual,
pada kenyataannya dilapangan ibadah haji merupakan suatu
ibadah komunal terbesar dalam rukun Islam.
Pengorbanan kedua yang tersirat dalam ibadah haji
adalah tenaga. Seperti yang disampaikan sang ayah dalam
dialognya dengan sang anak. “Air laut baru akan kehilangan
rasa pahitnya setelah ia menguap ke langit, begitulah air laut
menemui kemurniannya. Ia harus mengangkasa melewati
awan. Inilah mengapa lebih baik naik haji berjalan kaki
ketimbang naik kuda. Lebih baik naik kuda ketimbang naik
mobil. Lebih baik naik mobil ketimbang naik perahu. Lebih
baik naik perahu ketimbang naik pesawat terbang.”
Namun pada kenyataannya kini pengorbanan yang
berbentuk tenaga itu sudah dapat tergantikan dengan alat
barter yang bisa digunakan dengan apa pun: uang. Oleh
karena itu pengorbanan tenaga berubah menjadi
pengorbanan materi semata. Yang miris dan menyayat hati
adalah ketika peristiwa ibadah yang akbar ini menelan
korban jiwa, terutama yang disebabkan karena kelelahan fisik
para jemaah haji dengan paket perjalanan ONH biasa yang
harus tempuh jarak jauh karena pembatasan area lalu lintas
untuk mengakses Masjidil Haram.
Ada rasa ketidakadilan di sana, bahkan apabila kita
bandingkan dengan masa kenabian baik dalam kitabsuci
maupun yang kerap kali dikutip oleh para alim ulama. Kalau
mengikuti logika berpikir dari film ini, maka sudah dapat
dipastikan bahwa mereka lah yang memberikan
pengorbanan lebih besar lah yang lebih murni ibadah nya
daripada mereka yang memudahkan segala hal sehingga
pengorbanan menjadi lebih ringan. Ibadah haji sebagai
kegiatan spiritual komunal terbesar yang disinggung dengan
perspektif individual bahwa memilih keyakinan adalah hak
individual. Ini kerap kali terlihat dalam karakterisasi dua
tokoh utama dalam film. Penggambaran sosok ayah sebagai
sosok yang beriman dan memegang teguh agamanya baik
secara fisik dan batin, dibungkus dengan karakter keras
kepala namun tidak memaksakan spiritualiats dari keyakinan
yang dijalankan kepada anaknya, simbolkan kontekstualitas
masa kejayaan agama sebagai identitas sosial utama. Sosok
anak sebagai generasi kedua kaum imigran Timur Tengah di
tanah daratan Eropa menyimbolkan perbedaan masa yang
menyebabkan dinamika masyarakat kontemporer terutama
menyoal masalah modernisasi serta dampak globalisasi
terhadap nilai spiritualitas. Inilah mengapa jalan cerita
kemudian berakhir dengan kematian sang ayah yang
menguras dimensi kesedihan dan menggetarkan jiwa
penonton. Sebagai konsekuensi logis dari ketidakbecusan
beliau sebagai imam atas anaknya, mungkin bukan alasan
yang cukup kuat mengapa film tersebut berakhir tragis
seperti itu. Pemahaman seperti ini sebagian besar
dipengaruhi oleh adanya alam ketidaksadaran kolektif
(collective unconsciousness) sebagai agen ideologi yang
menanamkan secara internal sistem nilai dari bentuk
spiritualitas yang sama natar generasi, dimanapun berada,
dan bagaimana pun cara dan macamnya.
Ada yang lebih penting dan utama dari hanya sekedar
proyeksi dari pemahaman di atas. Jika ketidaksadaran kolektif
lebih cenderung terjadi pada masa ketika konsep spiritualitas
dipahami sebagai sesuatu yang bersifat komunal dan
merupakan bagian dari identitas sosial yang dimiliki bersama
oleh kelompok masyarakat tertentu, maka pendekatan di atas
tumbang sebagai akibat dari pergeseran konsep spiritualitas
yang bersifat individualis. Dari sesuatu yang bersifat privat
tersebut maka semua sistem nilai bukan lagi sesuatu yang
mengalami proses internalisasi secara satu arah (pedagogy)
dari orang tua ke anak, entah dalam sosialisasi hubungan
interpersonal maupun pada situasi yang sarat akan ritual
ibadah sebagai bukti nyata spiritualitas itu sendiri.
Sistem nilai seperti kekeluargaan, keyakinan, moralitas,
dan lain sebagainya seperti yang dipaparkan dalam film
maupun yang terjadi secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari akan lebih efektif jika diinternalisasi dengan proses dua
arah atau lebih (andragogy). Pendekatan ini memahami
bahwa kesadaran individu dari pengalaman langsung adalah
cara yang paling ampuh dalam memberikan sosialisasi
mengenai nilai yang kemudian akan diterapkan sebagai hasil
dari proses berpikir aktif dari pengalaman tersebut. Ending
yang tragis berikan pemahaman bahwa spiritualitas, dapat
diterima akal sehat. Internalisasi ini juga berangkat dari akal
sehat dan pemahaman mendalam serta menyeluruh dari
setiap peristiwa yang dicontohkan dari tiap adegan yang ada,
bahkan kepada mereka yang memiliki latar belakang
identitas sosial yang berbeda. Maka dari itu, spiritualitas
sebagai mata air dari segala motivasi yang mendorong
perilaku manusia adalah bagian penting dari keutamaan.
Sebagaimana pesan yang disampaikan film ini bahwa
kesempatan untuk melakukan segala macam perbuatan
hanya datang satu kali. Yang menjadi prioritas bukan sekedar
menghargai kesempatan tersebut, melainkan menyadari
segala konsekuensi dari semua pilihan yang diambil sebagai
hasil pemikiran yang matang dan penuh tanggung jawab dan
melakukannya dengan penuh kesadaran, bukan hanya
karena apa yang dikatakan oleh orang lain tentang mana
yang baik dan buruk, melainkan kemurnian dari nilai
kehidupan.
Le Grand Voyage
Spiritualitas Sebuah Pengorbanan
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
8 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
Terror / Humanitas
Membayar Hutang Mata
oleh Adityo Anggoro Saragih
Sejarah perjalanan manusia adalah fase
yang penuh episode panjang. Kita
selalu bertanya kembali apa yang telah
terjadi dan apa yang akan terjadi hari
esok. Apakah esok akan lebih baik dan
menjadi dasar masa depan? Apakah
cara untuk mencapai hari esok
dilakukan dengan kekerasan seperti
bom bunuh diri, pembunuhan massal,
pemukulan, terror dapat mencapai hari
esok yang lebih baik? Seperti yang
akrab di keseharian hidup kita, misal
pemukulan FPI, maupun bom bunuh
diri Imam Samudra. Golongan tersebut
percaya bahwa tindakan yang mereka
lakukan akan mencapai kebaikan untuk
hari esok, hari esok yang akan datang
dimaknai sebagai satu surga yang
dijanjikan oleh Agama.
Terry Eagleton memandangnya
dalam tiga hal penting. Pertama
golongan tersebut dikategorikan sebagai
Terrorist, kelompok yang hilangkan ide,
dengan ajaran yang timbulkan tindak
sederhana seperti membunuh. Caranya
dengan tindakan terror yang bantu
laksanakan pandangan politik mereka.
Kedua terrorisme sebagai bentuk tertua
dari humanitas.
Puasa
Dalam Pemikiran
Ibn Khaldun
oleh Arie Putra
Terlahirlah seorang anak lelaki, pada 27
Mei 1332 M,1 Ramadhan 732 H
(tarikh almanak Islam). Putra dari
keluarga Abu Zaid ini bernama
lengkap ‘Abd al-Rahman Abu Zaid
Waliudin Ibn Khaldun. Generasi
penerus dari Wail bin Hajar, salah
seorang sahabat Rasulullah SAW. Ibn
Khaldun ditakdirkan lahir dari keluarga
terdidik sehingga hal itu membuka
perjalannya hidup dalam lingkungan
keilmuan yang sangat kuat. Selain giat
dalam pendidikan Islam dan Al-Qur’an
dengan tradisi yang ketat, beliau juga
lampiaskan hasratnya dengan pelajari
matematika (kepastian perhitungan
dengan rasionalitas), serta sejarah
(sorotan peristiwa masa lalu yang terus
diperbaharui bentuknya seiring alur
waktu). Tradisi dari tiga ilmu inilah
yang melandasi pemikirannya dalam
memahami dunia.
Seorang intelektual yang tumbuh
pada keluarga yang berkedudukan
terhormat di masyarakat dan
pemerintahan, sekaligus keturunan
salah seorang Sahabat Rasulullah SAW,
yakni Wail bin Hajar yang ikut bersama
tentara Muslim memasuki Andalusia,
membuat Khaldun menjadi seseorang
yang libatkan kemampuan keilmuannya
sebagai awak pemerintahan, bahkan
karyanya yang paling fundamental dan
fenomenal al-‘ibar (ilmu alam semesta),
yang sisipkan Muqaddimah termasyur
itu sebagai salah satu jilidnya adalah
sebuah persembahan kepada seorang
raja di negeri Magribi, yang kini
diindikasikan sebagai Maroko. Catatan
singkat diatas merupakan sebuah
pembuka bagi kita untuk menyelami
pemikiran Ibn Khaldun mengenai
puasa. Tanpa mengenal sosoknya, tiada
tahu dimana rimba pemikirannya.
Puasa adalah sebuah jalan menjaga
kesehatan, kurangi toksin dalam tubuh
bagi masyarakat menetap. Dalam
melihat persoalan ini, Ibn Khaldun
membagi masyarakat Arab menjadi
dua: yang menetap (koloni) dan
berpindah (nomaden). Puasa adalah
sebuah ritual yang dilakukan oleh umat
Islam, pada dasarnya untuk yang sudah
menetap, hal ini terlihat bagaimana
syariat ini tidak harus berlaku pada
orang-orang yang berpindah
(musyafir). Dua tipologi masyarakat
yang diajukan Ibn Khaldun akan
dikomperasi dengan konsep ini dan
dengan asumsi dasar yang
mengatakan alam lah pembentuk
kebudayaan sebagai hasil dari
hubungan manusia. Masyarakat yang
menetap adalah sebuah awal mula
munculnya peradaban. Dalam tesis
Ibn Khaldun, Peradaban hanya akan
muncul pada masyarakat yang sudah
menetap. Peradaban merupakan
sebuah bentuk bangunan kebudayaan
yang dikonstruksi terus menerus
sehingga adaptif dengan tempat
keberadaannya. Masyarakat menetap
telah mampu mengkonstruksi
pengetahuan-pengetahuan mereka
yang dimanifestasikan dalam bentuk
produk-produk kebudayaan. Makanan
merupakan salah satu bentuk dari
produk kebudayaan tersebut.
Masyarakat yang sudah menetap
mampu menghasilkan sebuah rumusan
yang kompleks dalam kehidupanya dan
makna yang sangat kompleks juga
dalam cara berfikirnya. Makanan
merupakan suatu bentuk pengetahuan
yang komplek dapat dilihat dalam hal
bumbu-bumbu dan tekstur dari
makanan tersebut. Menurut Ibn
Khaldun, Makanan yang kompleks
tersebut menghasilkan endapan toksin
yang banyak dan setiap harinya akan
bertambah dalam tubuh manusia.
Sehingga, Mengganggu dalam hal
berfikir dan mengurangi produktifitas.
Sederhananya, faktor-faktor inilah yang
mendorong untuk wajib menjalankan
puasa sehingga dapat mengurangi
jumlah toksin yang mengendap di
dalam tubuh pada masyarakat
menetap.
“Masyarakat terbagi
menjadi dua, yang
menetap (koloni) dan
berpindah (nomaden),
Dan peradaban hanya
muncul pada masyarakat
yang sudah menetap.”
Ibn Khaldun
“The biblical injection ‘an eye for an eye
and a tooth for a tooth’, commonly cited
as the very model primitive vengeance.”
Terry Eagleton
9 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Pemikiran Puasa
Ibn Khaldun
Hal sebaliknya terjadi pada masyarakat
tak menetap. Mereka tidak pernah
bangun produk budaya capai suatu
posisi mapanpermanen, tergantung
kepada alam yang mereka tinggali
seperti suku Arab Baduy yang
dicontohkan oleh Ibn Khaldun di
dalam Muqaddimahnya. Mereka hanya
hasilkan makanan selalu pada tahap
sederhana. Mereka tidak memiliki
“momen” dan “durasi” untuk
mengkonstruksi makanan mereka ke
tahap yang kompleks dan pengetahuan
yang mereka miliki akan suatu
makanan, sekali lagi tergantung dengan
tempat yang mereka lewati pada suatu
waktu. Asumsinya, racun yang tidak
disadari berada di dalam makanan
mereka tidak akan banyak. Atas dasar
ini, masyarakat berpindah tidak
memiliki tumpukan toksin yang banyak
di dalam tubuh. Jika kita alihkan
kepada kajian teologis, Islam sarankan
bagi musyafir atau orang yang
berpindah untuk tidak menjalankan
ibadah puasa karena pada dasarnya
tumpukan toksin yang mereka miliki
juga tidak banyak dalam satu tahun.
Pada konteks kini, masyarakat
dunia mayoritas menjalankan
kehidupan dengan menetap. Seorang
musyafir pun diberi akses yang sangat
mudah untuk menempuh perjalanan
yang diinginkannya sehingga musyafir
pada dasarnya tidak perlu tidak
menjalankan puasa. Hal ini berkaitan
juga dengan makanan yang akan
dimakannya memiliki tekstur yang
kompleks karena seluruh makanan yang
dinikmati dalam perjalanan adalah
sebuah produk dari masyarakat
menetap berwujud jejeran warung di
Jalan Lintas Sumatera atau Jalur
Pantura. Oleh karena itu, tidak
berpuasa bagi musyafir zaman sekarang
sama saja menambah toksin tahunan
yang menumpuk di dalam tubuhnya.
Dengan berpuasa lah, orang-orang
akan mengurangi jumlah tumpukan
toksin tahunan yang ada di dalam
tubuhnya dan menjalani hidup yang
sehat sekaligus pikiran yang jernih.
Ibn Khaldun adalah seorang
ilmuwan dari zaman kejayaan Islam
pada fase akhir, saat mulai surutnya
kekuasaan Islam di Sevila, Cordova,
dan Andalusia, Spanyol. Semangat
yang paling menonjol dari karya-
karyanya adalah penolakan absurditas
dalam tinjauan historis, termasuk ilmu
sosial (sebagai sebuah studi). Seperti
yang dilakukan oleh Ibn Khaldun
dalam kritiknya terhadap beberapa ahli
geneologi yang absurd, Ibn Khaldun
mengatakan banyak ahli geneologi
berpendapat orang Afrika yang berkulit
hitam adalah keturunan Nabi Nuh
yang didoakan karena ingkar sehingga
kulitnya menjadi gelap. Penolakan Ibn
Khaldu ini dilandasi dengan penelitian
empiriknya yang berkesimpulan, bahwa
hal ini adalah pengaruh alam yang
sangat berbeda secara topografis dan
iklim di berbagai belahan bumi. Poin
utama yang ingin disampaikan oleh Ibn
Khaldun adalah kekuatan manusia
dalam berfikir yang telah dianugerahi
oleh Sang Khalik. Untuk itu, menjalani
agama pun harus dengan ilmiah dan
pikiran yang analitis, agar praktek
agama tidak hanya menjadi sekedar
dogma dan hanya kepentingan sepihak.
Terror / Humanitas
Lunasnya Hutang
Sejarah manusia mencatat beberapa
kejadian yang menunjukkan tindakan
membunuh, menjagal sesama manusia.
Tindakan tersebut bukan tanpa alasan,
dan alasan inilah menjadi point ketiga
dalam pemikiran Terry Eagleton yaitu
pandangan akan ‘sacred’. ‘Sacred’
adalah pandangan tentang satu yang
sangat tidak masuk akal dan memiliki
arti dua. Pertama ia sebagai sesuatu
yang suci dan mencerca, ia juga sebagai
pemberkatan ataupun sebagai kutukan,
ia juga sebagai sesuatu pemberian
kehidupan atau juga sebagai transaksi
atas kematian.
Persamaan antara ‘Terror’ dan
‘sacred’ dapat kita lihat dari beberapa
kejadian sejarah seperti membunuh
seseorang atas nama Allah atau Tuhan,
atau membunuh anak – anak atas
alasan demokrasi. Pada point alasan
pertama yaitu membunuh seseorang
atas nama Allah atau Tuhan
menguatkan bahwa, pandangan Terror
sebagai sebuah ide religious, dan ide
inilah yang menjadi pendasaran legal
bagi para Terrorist untuk melakukan
tindakan bunuh diri ataupun tindakan
kekerasan lainya. Keadaan tersebut
menjadi kekuatan ambivalen dari
agama yaitu pertentangan antara satu
yang mengairahkan dan juga
menghancurkan. Amrozi juga memiliki
pendasaran yang sama mengapa ia
melakukan tindakanya tersebut, karena
mereka kafir dan saya membunuh
orang kafir maka saya akan dapat
ganjaran di surga kelak. Radikalnya
adalah Terry Eagleton berpandangan
bahwa Terror adalah bentuk tertua dari
Humanitas, hal itu terhubung dengan
adanya ‘sacred’ yang tidak bisa tidak
dilepaskan dari Agama. Atas nama
‘Tuhan’ surga menjadi satu legalitas
tindakan tersebut meskipun tindakan
tersebut dapat merugikan orang
banyak. Keadanan ini menjadi
pertanyaan filosofis apakah Terror yang
membangun humanitas? atau pun
humanitas tidak bisa tidak terlepas dari
Terror? Humanitas berurusan dengan
kualitas menjadi manusia, kebaikan,
kebajikan,derma. Masalah yang lebih
dalam, bagaiamana jika humanitas atau
dalam hal ini kebajikan ini dibangun
dari ‘terror’, pembunuhan dan ‘sacred’.
Apakah hal tersebut masih dapat
digolongkan sebagai humanitas? Atau
terror yang menuju humanitas. Tak
hanya Terry Eagleton yang melihat
Terror hadir dalam sejarah manusia,
Noam Chomsky juga melihat hal yang
sama akan permasalahan Terror. Jika
Amerika percaya bahwa Humanitas
tertinggi ada pada Hak Asasi Manusia
dan Demokrasi, yang selama ini selalu
menjadi firman – firman mereka maka
hal tersebut dibantah oleh Chomsky.
Salah satu contoh mengapa hal tersebut
terjadi adalah kejadian Nicaragua yang
pada saat itu terjadi pertarungan politik
yang hebat antara rezim pro dengan
kaum kontra. Hal ini menimbulkan
keadaan yang tidak stabil, apalagi
Amerika melihat rezim pada saat
pemerintahan Nicaragua waktu itu
bukan sistem ‘demokrasi’. Hal ini
membuat Amerika memiliki satu intensi
untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Namun hal tersebut bukanlah
sepenuhnya benar, sebab Amerika
memiliki agenda lain.
Agenda tersebut terwujud dalam
program pelatihan militer dari Amerika
Serikat terhadap kaum kontra. Pada
poin ini Chomsky melihat bahwa asal
muasal budaya terror adalah
penerimaan prinsip Amerika, pada
kasus ini adalah adanya kesepakatan
kerjasama bidang Pertahanan yang
dilakukan Amerika terhadap kaum
kontra. Implikasi lebih lanjut adalah
kesuksesan serikat secara tidak langsung
untuk gunakan kekerasan. Keadaan ini
dikarenakan adanya dukungan Amerika
Serikat terhadap kaum kontra dan ini
menjadi bantuan Amerika untuk
membantu mereka yang berada dalam
pihak kamu untuk menggunakan
kekerasan. Pada contoh ini menujukkan
bahwa tendesi Amerika menciptakan
Demokrasi dan HAM dibangun atas
Terorr dan kekerasan, dengan
melakukan bantuan dalam bidang
militer maka Amerika menjalankan
misi Demokrasi dalam Nicaragua.
Baik Terry Eagleton dan Chomsky
kembali mempertanyakan ulang apakah
Terror yang mendasari Humanitas atau
Humanitas memang didasari pada
Terror. Pertanyaan ini harus kita coba
sehingga impian akan masa akan
datang yang lebih baik, damai, bisa kita
hadirkan meskipun hal itu sulit.
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
10 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
Kebebasan Wanita
Sebuah Utopia
oleh Kinanti Munggareni
Permasalahan perempuan tak pernah
habis, apalagi kebebasannya. Dua buah
sajak berjudul “Surat Nadia” dan
“Surat Jennifer” berbicara tentang hal
tersebut. Ada perbedaan dan
pertentangan yang terdapat dalam
kedua sajak tersebut.
Baik Jennifer ataupun Nadia,
keduanya orang yang bebas, lepas,
telikung kungkungan norma. Tubuh
mereka biarkan menari dengan bebas
tanpa peduli tanggapan orang-orang
sekitar. Tetap ada perbedaan pada dua
tokoh tersebut. Tak hanya itu, terdapat
pula pertentangan yang dilakukan sang
pemuisi (penulis sajak ini) ketika
memandang kedua tokoh ciptaannya
tersebut.
Kebebasan bagi Jennifer adalah
sesuatu yang telah lampau. Sesuatu
yang telah terjadi di waktu yang jauh.
Bahkan lebih dari itu, kebebasan itu
adalah sesuatu yang ingin dilupakan –
bahkan dibuang. Seperti bagian busuk
dari buah yang terlalu matang. Lalu
demi melupakannya, Jennifer memilih
penjara untuk menuntaskan kebekuan
panjang yang ia ciptakan sendiri.
Sastra & Feminisme
Membedah Saman
Di Atas Tarian Bumi
oleh Maulida Raviola
Dalam sejarah pemikiran feminisme,
karya sastra adalah media yang
berperan penting terhadapa kesadaran
publik mengenai feminisme. Karya
sastra menjadi penting untuk memotret
realitas masyarakat pada zamannya dan
juga sebagai sebuah karya yang mampu
melakukan konstruksi, bahkan
dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap
realitas. Hal ini dapat kita lihat sejak
munculnya feminisme gelombang
pertama. Emile, novel karya Jean-
Jacques Rousseau, yang mengangkat isu
‘dimorfisme seksual’: laki-laki adalah
makhluk rasional, perempuan adalah
makhluk emosional, menjadi sebuah
karya yang lahirkan pemikiran
feminisme liberal. Setelah itu, berbagai
karya sastra yang mengangkat isu
feminisme terus bermunculan.
Aminuddin mengemukakan
bahwa pengarang adalah penutur,
seseorang yang memiliki sensitifitas
terhadap realitas dan kembali
merefleksikannya. Dengan demikian,
dalam proses penciptaan, pengarang
tidak bebas dari pengaruh tersebut,
baik dari dirinya sendiri maupun
pengaruh keadaan sosial budaya serta
pandangan masyarakat. Pengamatan
terhadap penulis perempuan sangat
menarik untuk menalaah poin-poin ini.
Secara umum, kedua novel ini
lukiskan suatu pandangan yang hidup
dalam masyarakat, yang memiliki
potensi untuk menjadi saksi zamannya
mengenai masalah wanita, warga kelas
dua atau the second sex akibat
patriarchal power. Karakter Shakuntala
dalam Saman representasikan
perempuan muda dari keluarga kelas
menengah. Shakuntala adalah salah
satu dari tokoh utama dalam novel,
yang digambarkan sebagai seseorang
dengan jiwa pemberontak, terutama
terhadap sosok ayahnya, yang dianggap
terlalu konservatif dan patriarkis.
Dalam novel, yang gunakan sudut
pandang orang pertama dan ketiga
secara bergantian, beberapa kali
menggunakan sudut pandang
Shakuntala. Melalui tuturannya, dia
berkisah tentang perjalanan hidupnya,
kebencian terhadap ayahnya, serta
mengekspresikan seksualitasnya. Dia
berontak dari sistem yang dijalankan
oleh ayahnya dengan menari, suatu
aktivitas penuh ekspresi gairah dan
kebebasan, kegiatan yang juga tidak
disetujui oleh ayahnya. Melalui tarian
Shakuntala memaknai dan ekspresikan
tubuh dan seksualitas. Ayahnya kerap
memasung Shakuntala, bahkan
pindahkan dia dari sekolah. Dengan
berbagai tindakan opresif ini, Dia
menyimpan dan mengekspresikan
kemarahan dan ketidakpuasan
terhadap ayahnya. Dalam novel ini,
bagi Shakuntala ayahnya adalah simbol
patriarki, simbol dominasi laki-laki, dan
dengan jelas ia menolak sistem ini.
Salah satunya dengan
menyatakan keengganannya untuk
menggunakan identitas ayahnya dalam
kehidupan sehari-hari. Penyebutan
’sundal’ (bitch) dalam konteks seksual
maupun sosial, dimaknai sebagai
perempuan tidak tahu aturan. Yang
paling mengganggu dari sundal ini
adalah androginitas. Ia memadukan di
dalam dirinya kualitas yang didefinisi
sebagai maskulin dan juga feminin.
Seorang sundal bersifat “tidak beradab”
dalam kebudayaannya. Androgini
adalah salah satu ciri yang penting dari
feminisme radikal-libertarian. Seperti
telah diutarakan sebelumnya,
menciptakan manusia androgini, yang
bawa sifat terbaik dari maskulinitas dan
femininitas menjadi tujuan feminisme
radikal libertarian.
”...kemerdekaan
seksualitas; mereka
gambarkan kegelisahan
manusia modern di dalam
hipokresi seksual, bukan
saja untuk membuat
sensasi tapi untuk
menggugah & bangunkan
masyarakat yang telah
biarkan berlangsungnya
perbudakan yang begitu
menakutkan...”
Steven Marcus
Nadia & Jennifer
“Nadia, kubaca riwayatmu di kerang...”
“...tak kubaca suratmu, Jenni, tak ingin kuingat
lagi kisahkisah tua, dalam pandanganmu yang
selalu misteri.”
11 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
Feminisme & Sastra
Tarian Bumi Saman
Dia pilih untuk puaskan dirinya tidur
dengan lelaki juga perempuan. Bagi
feminis radikal-libertarian, perempuan
tak seharusnya terlibat dengan seorang
laki-laki, kecuali menginginkannya. Dia,
dalam perspektif ini, telah merebut
kendali atas seksualitasnya dengan
memberikan kenikmatan dan kepuasan
bagi dirinya. Dalam Saman, hasrat
perempuan tak sekadar terlukis, tetapi
juga dirayakan sebagai pernyataan hak
perempuan atas ekspresi diri di ranah
ini, sebagai penegasan mengenai
identitas dan kekuasaan.
Pada Tarian Bumi, feminis radikal-
kultural ditampilkan oleh Luh Kenten,
sahabat Luh Sekar kala muda, ibu sang
tokoh utama, Telaga. Dia perempuan
yang dari kasta Sudra, kelas terendah
dalam masyarakat Bali. Berbeda
dengan karakter Shakuntala dalam
Saman, karakter Luh Kenten jelas
tampakkan keyakinan terhadap nilai
feminisme radikal-kultural. Ketika
radikal-libertarian jadikan androgini
sebagai tujuan, radikal-kultural junjung
tinggi nilai-nilai femininitas. Bagi
feminis radikal-kultural, lesbianisme
adalah solusi hilangkan opresi lelaki,
karena akar ketertindasan perempuan
terletak pada hubungan lawan jenis.
Dengan lesbianisme, mereka berusaha
untuk menciptakan kesetaraan.
Dalam novel ini, Luh Sekar adalah
sosok yang dia cintai. Dengan menjadi
sahabatnya, dia melindungi dan
mendukung Luh Sekar, meski tidak
pernah mengetahui perasaan dia yang
sebenarnya. Namun dengan mengakui
perasaannya terhadap dirinya sendiri,
Dia memiliki kesadaran untuk memilih
dan menentukan orientasinya, melawan
konstruksi masyarakat bagaimana
perempuan seharusnya. Dia bahkan
bersumpah untuk tidak pernah hidup
dengan laki-laki. Aktivitas seksual di
tangan para pengarang perempuan itu,
menurut Fajroel Rachman, tidak lain
sebuah rumusan identitas seksual dan
membongkar dominasi konstruksi sosial
yang menjadikan perempuan sebagai
manusia kelas dua (the second sex).
Tampilnya karakter-karakter
yang mengusung nilai-nilai feminisme
radikal dalam karya sastra kontemporer
ini, pada akhirnya, tidak hanya semakin
mempopulerkan ide feminism, tapi juga
merekonstruksi pemahaman pembaca
mengenai isu-isu gender: pemaknaan
terhadap seksualitas perempuan dan
pengidentifikasian kembali akar dari
opresi gender dewasa ini. Seperti kedua
novel ini yang mengekspresikan suatu
pemikiran dalam kebudayaan
patriarkis. Seperti itulah ulasan dari
pemikiran feminis ini.
Sebuah Kebebasan
Utopia Jennifer & Nadia
Sedangkan kebebasan Nadia adalah
sesuatu yang ia kejar, hamparan pantai
yang ia gelar, sebuah nafas cinta yang
bagi dirinya sendiri masih asing. Nadia
ingin lepas dari segala cerita yang ada
dalam hidupnya. Nadia memilih atas
dasar pelarian. Sebuah pelarian juga
pencarian jati diri. Namun ia tersesat di
jalannya sendiri.
Apa yang sebetulnya disetujui
oleh sang pemuisi? Mereka melakukan
eksplorasi terhadap tubuh yang mereka
miliki. Norma-norma kesopanan dan
label yang diberikan oleh masyarakat
kepada wanita telah ditinggalkan oleh
kedua tokoh wanita tersebut. Atas sikap
itu, sang pemuisi tampak tidak setuju
(Nadia). Namun dia pun menyayangkan
sikap (Jennifer) yang meninggalkan
semua kehidupan itu. Benarkah sang
penyair tidak tahu apa yang ia mau?
Bukan karena norma yang
mengukung hingga wanita tidak bisa
bergerak bebas sesuai yang diinginkan,
tetapi memang karena wanita selalu
memiliki pertimbangan dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu,
kebebasan adalah sesuatu yang sangat
utopis bagi wanita. Pernyataan yang
diungkapkan oleh sang pemuisi, tidak
menggurui ataupun memberikan
ceramah tentang bagaimana kehidupan
yang seharusnya dijalani. Namun, ia
tampil sebagai seorang wanita yang
berbicara dengan wanita.
Properti Hak Milik
Justifikasi Etika
(lanjutan dari lembar 4)
Terdapat dua variable penting dalam
permasalahan properti. Pertama
bagaimana properti tersebut
didapatkan. Kedua, bagaimana korelasi
properti menuju etika. Marx ajukan 2
tesis. Pertama, masyarakat tradisional
yang menuju pemilikan budak, dimana
terjadi perubahan hubungan produksi
dalam masyarakat komunal primitive
berganti penindasan dan penghisapan.
Ketua kelompok sebagai tuan budak
dan anggota kelompok yang lemah
menjadi budak. Kedua politik ekonomi,
bahwa private property yang sebabkan
modal tertumpuk dan terdapat
dominasi, berimpilkasi terdapat 2 kelas
dalam masyarakat: property owners &
propertyless workers.
Hubungan private property
semakin diperkuat dengan munculnya
sistem uang sebagai alat tukar.
Konsekwensi selanjutnya yang hadir
adalah keadaan buruh yang semakin
miskin, meskipun produksi melimpah,
ini terjadi karena buruh tidak hanya
memproduksi barang saja, tetapi buruh
juga memproduksi dirinya sebagai
komoditas. Terdapat dilemma posisi
bagi buruh, tak hanya sebagai faktor
produksi tetapi ia juga konsumen.
Persoalan properti terjadi ketika
lonjakan penduduk diiringi permintaan
berbanding terbalik atas ketersediaan
alam. Dari sana persaingan memenuhi
kebutuhan pun tergambar dalam
perdagangan. Persaingan merupakan
hak untuk bersaing dalam produksi dan
perdagangan barang dan jasa. Properti
atau hak milik, didapat dari usaha
individu yang berlandaskan pada
kebebasan alamiah dan tiga hal kunci
dalam pasar yaitu kebebasan,
kepentingan diri, dan persaingan. Pada
ranah ini persolan property termasuk
dalam filsafat melalui etika atau filsafat
moral. Etika secara definitif memiliki
arti: Yang baik/buruk serta hak juga
kewajiban moral (akhlak); Kumpulan
asas berkenaan dengan akhlak; Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat. Dari
sanalah apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral menjadi pertimbangan. Salah
satu hak adalah melakukan usaha
sendiri dan bantu kepentingan orang
lain. Ini juga berarti kewajiban moral
untuk membantu mereka yang belum
memiliki property, lahir dari kebebasan
alamiah individu. Kebebasan adalah
syarat mutlak untuk tanggung jawab.
Justifikasi terhadap properti
menuju etika terdiri dari dua premis
penting. Pertama properti didapatkan
individu dari pasar dengan tiga
karekteristik: freedom, self interest,
competition. Kedua etika berhubungan
dengan yang baik dan kewajiban moral.
Contoh nilai yang baik adalah tolong
menolong, sebagai kewajiban moral
yang tidak terlepas dari kebebasan
alamiah individu. Hubungan dari
kedua premis tersebut adalah self
interest individu untuk membantu
kepentingan orang lain. Di sinilah posisi
etika sebagai bentuk justifikasi atas
properti, baik individual atau kolektif.
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
12 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com
“The more I make love, the more I want to
make revolution. The more I make
revolution, the more I want to make love.”
“Only the truth is revolutionary.”
“Freedom is the crime that contains all
crimes. It is our ultimate weapon.”
“The freedom of others extends mine
infinitely.”
“No freedom for the enemies of freedom.”
-Situationist Internationale Quotes-
Agent of Change, Biro Oranye, Revolusioner, apa pun
namanya, semua itu merujuk pada perorangan maupun
sejumlah orang yang memimpikan perubahan yang lebih
baik daripada suatu keadaan stagnan. Kondisi ini bukan
tidak mungkin akan mengarah pada suatu puncak titik jenuh
dimana kebosanan akan menjadikan manusia tidak lebih
daripada mesin, robot, atau apa pun yang mengindikasikan
adanya ketergantungan peradaban terhadap korporasi dan
manufakturisasi.
Pada kenyataannya, manusia tidak hidup sendiri dengan
dirinya saja. Sebagai bagian dari warga negara dunia, sudah
saatnya batasan negara terlampaui kepentingan bersama atas
Bumi, menjaga bukan semata karena kampanye politik suatu
subversi tertentu, melainkan tumbuh dari kesadaran yang
dipupuk dengan kerelaan dan cita-cita agung atas suatu Civil
Society bersinergi nan harmonis. Interaksi tak terbatas yang
tak lagi mengenal batasan ruang waktu yang ditembus oleh
perkembangan peradaban manusia, bukan berarti
menjadikannya tergantung terhadap teknologi yang serba
terbatas dengan dehumanisasinya (algoritma tak mampu
mengenali emotional content dari informasi online yang
berlimpah). Manusia lah yang mengarahkan mau dibawa
kemana peradaban tersebut akan memulai titik baliknya.
Dari kenyataan media sebagai wadah berbagai macam
interaksi tersebutlah maka jaringan akan bertemu dan
terbentuk dengan sendirinya. Sekarang pilihan ada di tangan
anda. Maukah anda memulai dari hal kecil dan sederhana
yang berbeda oleh diri sendiri untuk kemaslahatan bersama
demi tercapainya masyarakat madani? Untuk menumbuhkan
kesadaran ini, anda harus siap membuka diri dengan segala
macam kemungkinan yang ada, menerima semua peluang
yang terberi cuma-cuma maupun teraih atas usaha, baik
langsung maupun tidak langsung. Bukan lagi sekedar apa
yang anda bisa, apa yang anda punya, dan apa yang anda
mau. Kini saatnya anda memulai untuk membuktikannya,
melakukan apa pun yang anda mau, bersama dengan siapa
pun yang menghargai apa adanya, lepaskan semua atribut
sosial, ekonomi, maupun identitas artifisial yang semu
sebagai hasil bentukan konstruksi sosial.
Mari bersama merangkul dunia dalam sukacita!
Jadilah Bagian Dari Dunia
And The World Will Be Widely Open
oleh Tim Redaksi
ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana

More Related Content

Similar to Astina edisi 1

Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Felicia Amanda
 
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi PolitikSosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politikiwan setiawan
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalMedia kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalAlat_Survey_Pemetaan
 
Komunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahKomunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahUIN Surabaya
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)yuls1423
 
Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di IndonesiaPerkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di IndonesiaYunndBoregh
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerEwald Frederik
 
Perkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaPerkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaRinana Nanae
 
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKER
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKERSOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKER
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKERprimagraphology consulting
 
demokrasi di indonesia
demokrasi di indonesiademokrasi di indonesia
demokrasi di indonesiaDamar Firdaus
 
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi  sejarah makna dan respon muslimDemokrasi  sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi sejarah makna dan respon muslimEdi Awaludin
 

Similar to Astina edisi 1 (20)

Teori pers
Teori persTeori pers
Teori pers
 
Syamina lapsus xi_april-2014
Syamina lapsus xi_april-2014Syamina lapsus xi_april-2014
Syamina lapsus xi_april-2014
 
Kliping
KlipingKliping
Kliping
 
Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)Bab 09 demokrasi (kwn)
Bab 09 demokrasi (kwn)
 
Transnasional
TransnasionalTransnasional
Transnasional
 
Transnasional
TransnasionalTransnasional
Transnasional
 
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi PolitikSosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
 
Artikel kwn
Artikel kwnArtikel kwn
Artikel kwn
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjalMedia kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
Media kafir, demokrasi, dan mekanisme sistem dajjal
 
Komunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahKomunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintah
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
 
Perkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di IndonesiaPerkembangan Pers di Indonesia
Perkembangan Pers di Indonesia
 
Hegemoni media
Hegemoni mediaHegemoni media
Hegemoni media
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporer
 
Perkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di duniaPerkembangan paham2 di dunia
Perkembangan paham2 di dunia
 
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKER
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKERSOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKER
SOSIALISME ABAD KEDUAPULUH SATU : PENGALAMAN AMERIKA LATIN -- MARTHA HARNECKER
 
demokrasi di indonesia
demokrasi di indonesiademokrasi di indonesia
demokrasi di indonesia
 
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi  sejarah makna dan respon muslimDemokrasi  sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Astina edisi 1

  • 1. 1 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Ketika Internasional Tersituasi What Situationist Internationale isoleh Tim Redaksi Apakah Situasi, yang jadikan suatu keadaan lokal dapat mendunia? Apakah Internasional, yang dimana di dalamnya semua bangsa berinteraksi dalam harmoni bergerak bersama? Situationist Internationale (SI) adalah suatu gerakan yang mengusung kesadaran individu untuk memulai pembaruan dari dirinya sendiri. Hal-hal kecil yang mungkin tidak terfikir sebelumnya, dapat dilakukan di luar kotak hingga menjadi kenyataan. Melampaui segala macam bentuk batasan, ruang, waktu, bahkan pemikiran. Semuanya tergabung dalam satu sinergi semesta yang bergerak serentak demi perubahan dunia yang lebih baik. ESSAYASTINA iSiLembaran 2 Media, Propaganda, & Masyarakat 4 Arsitektur Posmodern Frederich Jameson 6 Film & Spiritualitas: Sebuah Pengorbanan 8 Pemikiran Puasa Ibn Khaldun 10 Sastra & Feminisme: Tarian Bumi Saman Astina Adalah forum diskusi para mahasiswa yang berada Universitas Indonesia, lampaui batas angkatan, jurusan, fakultas, golongan, aliran, orientasi, & pemikiran. twitter: @AstinaAcademia email: astina.academia@gmail.com http://astina-academia.blogspot.com Agustus2010,EdisiPerdana
  • 2. 2 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com “I’m not a servant of the people (much less of their self-appointed leaders). Let the people serve themselves.” “Let’s not change bosses, let’s change life.” “The revolution doesn’t belong to the committees, it’s yours.” “Politics is in the streets.” -Situationist Internationale Quotes- Persoalan politik selalu berkembang. Sejarah setidaknya mencatat dua persoalan politik yang melandasi perubahan peradaban. Pertama, munculnya Negara yang mengakui adanya kebebasan individual, (Amerika Serikat) dan kedua yang berdasar kolektivitas (Uni Soviet). Keduanya terkait dengan konteks sejarah pada masa perebutan posisi dan pengaruh dunia kala itu.Puncak dari perang kelas adalah tumbangnya rezim Uni Soviet bagi dunia Internasional, dan munculnya stigmatisasi lokal terhadap PKI di Indonesia. Ini tak dapat terlepas dari fenomena penting dalam masyarakat Indonesia; Kejadian 1965, munculnya PKI sebagai terdakwa atas tindakan ‘makar’. Justifikasi ini berlanjut pada wilayah kepercayaan, dimana PKI diingat sebagai ateist yang tak layak hidup di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya Indonesia mengalami perubahan pemerintahan dimana peralihan rezim terjadi, yakni Soekarno dengan identifikasi atas Negara berbasis kolektivitas, kepada Soeharto yang pada perkembangnya menjadi Negara Totalitarian. Kedua catatan berkembang menjadi satu masalah penting bagi politik, yaitu munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai Negara pemenang berhasil merebut pengaruh dunia. Inilah yang menjadi satu momentum pengenalan sistem kebebasan individual. Kebebasan individual tak dapat lepas dari pemahaman demokrasi versi AS; J. Rawls memahami demokrasi sebagai sistem yang berbasis kebebasan dan persamaan manusia, seperti kebebasan berfikir, berbicara, pers, berkumpul, dan memilih agama atau keyakinan yang dianut. Dia juga menyebutkan adanya kebebasan hak milik pribadi, memilih, dan pelayanan publik. Apa benar AS anut demokrasi sesuai konsep Rawls? Ataukah AS bersistem demokrasi individual semata? Hal ini berindikator penting: media, dimana AS selalu berdemokrasi dengan HAM. Seperti tujuan AS invasi Irak: masyarakat Irak yang berdemokrasi tanpa rezim totaliter, dinyatakan juga bahwa Irak bersenjata nuklir pembunuh massal. AS juga berasumsi Iran & Korea Utara tidak berdemokrasi melainkan totaliter, seperti saat politbiro berkuasa di Uni Soviet. Media, Propaganda, & Masyarakat Ketika Kebebasan Dipertanyakan oleh Adityo Anggoro Saragih ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
  • 3. 3 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Seperti yang telah dibahas pada halaman sebelumnya, bahwa media turut ambil bagian dalam perebutan pengaruh dunia, sebagai piala bagi pemenang perang politik, terutama antara dua Negara yang memiliki perbedaan landasan kebebasan tersebut, antara AS yang individual dengan Uni Soviet yang kolektivis. Peranan media secara kontemporer pada politik kini adalah mempertanyakan ulang; Seperti apakah jenis masyarakat yang tengah berlangsung pada saat ini? Lalu bagaimanakah pengertian demokrasi dalam masyarakat demokratis? Ada dua konsepsi dasar mengenai demokrasi, pertama pada masyarakat demokrasi salah satu hal yang terpenting adalah publik berpartisipasi dengan penuh, berarti bahwa informasi diperoleh secara bebas dan terbuka. Kedua, publik harus dihalangi akan urusan pribadinya sehingga informasi harus dikontrol dengan ketat. Permasalahan lebih lanjut, jika memang demokrasi adalah satu sistem dimana informasi harus dikontrol dengan ketat; Mengapa dan siapa yang melakukan kontrol tersebut? Apa hubungan media dengan propaganda? Pada point Noam Chomsky memposisikan kerisauannya secara tepat. Sejarah Propaganda yang panjang dapat ditelisik dari mana fase itu hadir. Tahapan ini hadir pada pemerintahan modern. Salah satu contohnya adalah ketika presiden Wilson dengan slogan “Peace without Victory” pada masa terjadinya penumpukan rezim fasis didunia. Rezim fasis seperti kita ketahui bersama yang paling populer adalah Negara Jerman, dan hal inilah yang menjadi misi pemerintahan Wilson sebagai alasan untuk meluluhlantakkan Jerman. Tidak hanya aparatus Wilson saja yang mengambil peranan propaganda untuk menyiasatinya, tetapi juga Intelektual. John Dewey telah mengingatkan bahwa ‘intelektual memliliki peranan untuk membawa masyarakat dalam perang, dan menunjukkan kesegananan terhadap fanatisme kebangsaan’. Point yang dapat kita ambil mengacu kejadian tersebut, wajar saja propaganda Negara memiliki pengaruh besar ketika didukung oleh kelas yang memiliki pengetahuan. Pada point ini dapat diambil kesimpulan bahwa penting untuk mengasumsikan intelektual dan Negara sebagai satu variable yang patut diperhitungkan dalam peran kerja Propaganda dengan media sebagai alatnya. Permasalahanya ada pada alasan Negara dalam melakukan praktik tersebut, dan sejauh mana hal tersebut dilakukan secara keseluruhan oleh Negara. Hal ini dipahami tidak dalam keseluruhan as whole entity tetapi sebagai sebagian identitas yang membawa nama entitas yaitu Negara. Entitas tersebut dinamakan “specialized class”. Perubahan radikal dalam demokrasilah yang menjadi pijakan awal ini. Lippmann menjelaskan hal ini sebagai sebuah manufacture consent. Dimana kondisi dipahami sebagai sebuah teknik baru propaganda. Ini dimaksudkan kepada publik yang secara tidak langsung diatur dalam kehidupanya. Pengaturan publik ini dilakukan oleh kelas – kelas dalam masyarakat. Kelas pertama yang hadir dan bertanggung jawab dalam pengaturan ruang publik. Kelas ini adalah orang yang melakukan analisa, keputusan – keputusan, serta memiliki pengaruh dalam wilayah sistem politik, ekonomi, dan Ideologi. Posisi ini berpengaruh penting pada posisi masyarakat. Negara yang menjadikan satu tempat bernaung dalam masyarakat hadir dalam dua kelas penting. Kelas pertama fungsinya untuk mengatur dan kelas kedua berfungsi sebagai diatur. Pertanyaan lebih lanjut bagaimana kita membuktikan asumsi bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas, dan peranan manufacture consent terbukti secara jelas? Serta apa bukti nyata terkait dengan keadaan Amerika Serikat? Ada dua contoh yang dapat kita pinjam untuk menganalisa bagaimana manufacture consent berfungsi. Pertama pada kasus Nikaragua, pada tanggal 15 Januari Times melaporkan bahwa “para pejabat Amerika mengatakan Nikaragua terkait dengan Terorisme di Bogota namun tuduhan tersebut disangkal oleh pemerintahan Nikaragua. Padahal tuduhan tersebut tidak mendasar tetapi tetap diterbitkan kembali pada New York Times pada tanggal 26 Februari 1986. Efek domino yang muncul adalah pada 18 Maret, sebuah editorial Times berjudul ”The Nicaragua Horror Show” membahas usulan Reagan yang meminta anggaran sebesar $100 Juta untuk membantu “Kaum kontra” melawan tirani kiri Nikaragua. Editiorial tersebut punya arti penting buat pidato Reagan, dan ini menjadikan isi editorial itu penuh dengan kekeliruan dan tuduhan tanpa dasar yang sama sekali tidak menyenangkan. Para redaktur Times mendesak “Mr Reagan harus bertindak terhadap pelanggaran – pelanggaran moral yang tak terbantahkan” dari kaum Sandinista: Reagan harus menjawab bagaimana cara agar pelanggaran – pelanggaran itu bisa dihentikan dan apa yang bisa dilakukan oleh Amerika . Pada point ini terdapat satu ambisi Amerika yang tidak tersurat dengan jelas, yaitu pada bagian Amerika membantu kaum kontra untuk perlawanan terhadap kaum kiri. Untuk itu, strategi yang lebih penting dilakukan ialah bagaimana membangun suatu “simetri” antara kaum kontra dengan gerilyawan – gerilyawan Salvador. “Simetri” ini penting artinya bagi propaganda pemerintah AS, dan karena itu inilah tugas pokok bagi media AS. Strategi ini dijalankan dengan tidak menyebutkan besaran dan sifat dari bantuan AS kepada kaum kontra dan keterlibatan langsung AS dalam teror – teror yang dilakukan kaum kontra, dan juga lewat klaim yang tiada henti bahwa, meskipun, “sejumlah bukti menunjukkan bahwa dukungan itu ada, dan patut dipertanyakan berapa lama mereka akan bisa bertahan tanpa dukungan tersebut” . Kedua, Invasi Indonesia terhadap Timor Timur (sekarang Timor Lorosae) yang memakan korban 200,000 orang dan hal ini ditutupi oleh Amerika Serikat yang didukung dalam hal diplomasi dan milite . Pada dua contoh tersebut dapat kita lihat bahwa manufacture consent berjalan dengan baik pada masyarakat, dan hal ini tidak bisa tidak dilakukan pada Specialized class yang memiliki fungsi control the public mind, dan engineering consent . Media, Propaganda, & Masyarakat Menjawab Pertanyaan Kebebasan
  • 4. 4 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana Justifikasi Properti Menuju Etika oleh Adityo Anggoro Saragih Permasalahan yang jadi debat hebat hingga saat ini adalah soal hak milik atau properti. Sebagian orang terbagi dalam kutub yang dikotomis, antara yang pro dengan yang tidak. Namun untuk membedah permasalahan properti secara jelas, kita harus mendefinsikan properti sebagai hak milik. Kunci masalah ada pada definisi hak milik yang secara radikal mempertanyakan apakah properti sebagai hak milik individu atau kepunyaan masyarakat. Bagi yang pro terhadap properti individu percaya bahwa itu adalah hasil yang didapatkan dari usahanya sendiri, sedangkan bagi yang anti, hak milik individu didapatkan dari usaha penghisapan hasil kerja orang lain. Ada perlawanan antara kelompok yang memiliki hak milik dengan kelompok yang tidak. Jalan keluar dari dampak tersebut adalah dengan dihapuskannya hak milik individu hingga hanya hak milik bersama yang ada. Akan tetapi kita dapat membuat satu bangunan universal dimana kedua kelompok tersebut percaya pada properti. Yang jadi permasalahan: Siapa yang layak memilikinya? (lanjut ke lembar 11) Arsitektur Posmodern Di Mata Frederich Jameson oleh Feby Hendola Kaluara Arsitektur posmodern hadir sebagai suatu kritik dari arsitektur modern. Oleh karena itu, ada baiknya dipaparkan sedikit terlebih dahulu mengenai arsitektur modern, arsitektur posmodern, dan hubungannya sebelum kita membahas arsitektur posmodern menurut sudut pandang Frederic Jameson. Modern atau “modernus” (Latin) adalah kata yang muncul pada akhir abad ke-5 (Ikhwanuddin). Awalnya kata ini digunakan untuk membedakan orang Kristen dengan orang Romawi yang masih menganut kepercayaan paganisme. “Kesadaran akan zaman baru yang membentuk dirinya sendiri dengan cara memperbarui hubungannya dengan masa lalu” adalah apa yang dipahami oleh Habermas sebagai modern. Yang dimaksud “memperbarui hubungannya dengan masa lalu” pada arsitektur modern adalah pelepasan diri dari zaman sebelumnya, sebuah perlawanan terhadap masa lalu untuk membuatnya menjadi lebih baik. Ia harus menjadi “nyawa peradaban” dengan bentuk yang mempresentasikan sesuatu yang benar, logis, dan bersih dari kebohongan. Bangunan pada masa ini lebih mengacu pada fungsinya, sehingga ornamen masa lalu yang mencolok mengalami suatu penolakan karena dianggap tidak penting. Fungsionalisme ini merupakan respon dari perang dunia kedua dimana segala sesuatu dipikirkan ke arah manfaat ekonomis bukan unsur dekoratif atau bahkan estetika. Munculnya gagasan purisme, dimana bentuk dasar geometri jadi acuan nilai keindahan, juga sangat menonjol di bangunan-bangunan karya Mies van der Rohe. Bangunannya yang sangat menekankan fungsi, minimalis, dan seringnya menggunakan material yang sangat menonjol pada era revolusi industri: baja dan kaca. Munculnya teknologi baru dan adanya keinginan untuk pulih dari perang dunia membuat dunia arsitektur pada saat itu memuja yang ekonomis, fungsionalis, dan rasionalis. Gejala ini tak hanya beredar di segelintir negara saja. Sebab bentuknya yang cenderung menolak masa lalu, maka ia pun menolak apa yang menjadi ciri khas dari bangunan suatu daerah dan berkesan “lampaui batasan negara, sehingga bersifat internasional ” (Gunawan Tjahjono). Kata post seringnya identik dengan “sesudah”. Namun, postmodernisme pada dunia arsitektur tak secara mentah diartikan sebagai “paham sesudah modern”. Meskipun terkesan melawan modernisme, posmodernisme tidak serta merta melepaskan diri dari modernisme itu sendiri. Ia merupakan turunan dari modernisme, sehingga bisa saja diambil dari modernisme itu sendiri. Tujuan dari gerakan ini adalah terciptanya penghargaan terhadap segala bentuk perbedaan yang ada untuk mengatasi elitis yang muncul dari masa sebelumnya, sehingga muncullah bentuk bangunan yang lebih beragam dan sarat akan makna. Lengsernya era modernisme di arsitektur ditandai dengan peledakan Pruitt Igoe, yang dianggap gagal karena terjadi begitu banyak kerusakan, vandalisme, bahkan pornografi di dalamnya. Arsitektur modern pun terkesan tidak manusiawi dan menjadi monoton. Di sinilah arsitektur posmodern muncul menggantikan arsitektur modern. “...I would like to argue that architectural space is also a way of thinking and philosophizing, of trying to solve philosophical or cognitive problems. To be sure, everyone agrees that architecture is a way of solving architectural problems...” Frederic Jameson Pruitt Igoe Maret, April, & Juli 1972, gedung apartement yang menjadi simbol kegagalan arsitektur modern diruntuhkan. Aspek sosial mulai diperhatikan sbg pertimbangan desain.
  • 5. 5 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Arsitektur Posmodern Frederich Jameson Adanya penggunaan kembali bentuk- bentuk masa lalu, arsitektur posmodern sangat hargai perbedaan kebudayaan, hingga timbul paham pluralisme. Hal ini berbeda dengan arsitektur modern yang mengacu fungsionalisme dan gaya internasional. Paham pluralisme juga menjadi bentuk penolakan dominasi pengaruh barat. Dengan demikian bisa dibilang arsitektur posmodern juga bersifat anti-universalist. Posmodernisme hadir dari kritik terhadap modernisme, tapi tak berarti lebih baik dari modernisme. Frederic Jameson mengkritisi posmodernisme, mengingatkan kita kembali bahwa ada yang perlu disadari, termasuk dunia arsitektur. Jameson melihat posmodern atas perayaan budaya konsumerisme dan era informasi sebagai daya cipta nan manipulatif, mengejutkan, dan terkadang neo-konservatif. Hal ini juga tercerminkan dari pembahasannya mengenai rumah seorang arsitek posmodern, Frank Gehry yang bagi Jameson terlihat sebagai bangunan yang terbungkus daripada suatu penciptaan bentuk baru. Dengan kata lain, Jameson mempertanyakan kreativitas arsitek posmodern itu sendiri. Pada dasarnya desain Gehry merupakan hasil renovasi rumah lama yang dibeli oleh sang arsitek. Dia suka rumah tua tersebut namun juga ingin membuat sesuatu yang lebih dari sekedar rumah dengan memberikan frame berbentuknya seperti kubus oleng (tumblingcube). Yang paling kontradiktif pada bangunan ini adalah bagian mayor (ruang keluarga & kamar utama) dan kompleks (pintu masuk, ruang makan & dapur) dimana terjadi permainan antara bagian lama dan baru dari rumah itu. Bagian lamanya seakan menyimpan memori tersendiri dan di bagian barunya seperti terjadi perluasan dari bagian yang berkenang tersebut. Terjadi dramatisasi ruang dari frame yang juga terasa dari adanya kerancuan terhadap apa yang disebut “di dalam” dan “di luar” serta material kaca sebagai pembungkus dari bagian baru tersebut. Ambiguitas seperti ini sebenarnya membingungkan. Gehry, di mata Jamesonm, membuat sesuatu yang berantakan dan tidak jelas orientasi spasialnya. Belum lagi dengan bentuk frame yang asing. Jameson menganggap ini selayaknya arsitektur monoton di zaman modern.Selain Jameson, juga ada para fotografer yang berpendapat sama dengannya terhadap rumah Gehry tersebut. Mereka melihat rumah itu dengan ide yang berbeda, sehingga buat mereka tata ulang furniture yang ada agar tercipta bentuk rumah ideal sejauh mata memandang. Arsitektur postmodern kaya akan makna, banyak cerita yang disampaikan di setiap bangunannya. Namun, ternyata hal ini merupakan sebuah masalah bagi Jameson karena hilangnya arah karena ketidakjelasan spasial di bangunan tersebut. Yang hendak dikomunikasikan oleh arsitek mengenai bangunannya juga belum tentu tercapai. Perspective illussion dan perspective contradiction pada rumah Gehry pancing banyak tanya. Apa yang sebenarnya persepsi kita mengenai rumah tersebut? Permainan antara yang kuno dan baru menjadi sesuatu signifikansi di arsitektur posmodern, begitu pula pada desain Gehry. Namun, pandangan ini juga tidak memberi kejelasan fungsi dari banyaknya makna tersebut, selain kerancuan. Walaupun begitu Jameson menganggap adanya kerancuan utopis tentang “new living space”. Menurut Jameson ada yang disebut sebagai the power network of so-called multinational capitalism, yang menjerat kita pada jaringan global nan kompleks dan menderita di dalamnya karena perpanjangan ruang korporat. Di saat yang sama kita tidak bisa membuat model mengenai hal itu di mata pikiran kita. Sederhananya, karena pengagungan pluralisme di era posmodern ini, “tempat” kini tidak memliki batas lagi dan jaringan dengan mudahnya saling menjangkau sehingga menyebabkan munculnya apa yang disebut kapitalisme multinasional. Paradoks ini tercontohkan di tumblingcube yang ada pada rumah Frank Gehry. Ia merupakan sesuatu yang baru dari rumah tersebut atau dengan kata lain tumblingcubetersebut melakukan intervensi spasial pada bagian lama rumah. Selain itu, material yang digunakan pada pembungkus bangunan ini juga bisa dibilang material murahan, seperti alumunium, kayu, dan sebagainya, kontradiktif dengan pencitraan Amerika sebagai negara yang berteknologi tinggi. Ini timbulkan pertanyaan mengenai pemikiran kapitalisme kontemporer Amerika. Kesimpulannya, keabstrakan ruang yang terjadi di arsitektur posmodern sangat luas. Salah satu cirinya sebagai arsitektur yang penuh metafor dan ambiguitas. Sesuatu yang sangat fundamental seperti “di dalam” dan “di luar” pun menjadi samar. Selain itu, bagi Jameson, arsitektur posmodern tidak memberikan sesuatu yang baru. Sering kali bentuk baru itu hanya berupa pencomotan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Di balik itu semua, hasil karya Gehry ini tak bisa dihakimi sebagai karya yang buruk, meski bentuk barunya dianggap sekedar pembungkus oleh Jameson. Kualitas ruang yang diciptakan oleh Gehry adalah untuk diri dan keluarganya sebagai penghuni rumah tersebut. Jika ia rasa nyaman dan sesuatu yang bermakna di ruang tumblingcube tersebut, maka tidak ada masalah. Bahkan bisa saja menjadi “new utopian spatial language”, seperti yang disebut Jameson. ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana “...if the great negative emotions of the modernist moment were anxiety, terror, the being-undo-death, and Kurtz’s “horror”, what characterizes the newer “intensities” of the postmodern, which have also been characterized in terms of the “bad trip” and of schizophrenic submersion, can just as well be formulated in terms of the messiness of a dispersed existence, existential messiness, the perpetual temporal distraction of post- sixties life...” Frederic Jameson
  • 6. 6 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com “Those who talk about revolution and class struggle without referring to everyday reality have a corpse in their mouth.” “The future will only contain what we put into it now.” “We refuse to be high-rise, diplomaed, licensed, inventoried, registered, indoctrinated, suburbanized, sermonized, beaten, tele-manipulated, gassed, booked.” -Situationist Internationale Quotes- Sebagai suatu perjalanan, Le Grand Voyage menawarkan suatu pemandangan yang indah dengan penggambaran daratan Eropa selayaknya surga dunia. Namun perjalanan fisik tersebut hanyalah bagian kecil dari suatu perjalanan batin, maka jarak ribuan mil itu bukanlah suatu yang penting untuk disimak jika tidak diselipkan dengan berbagai peristiwa yang perkuat jurang perbedaan antara sang ayah yang agamis dan si anak yang lahir sebagai generasi dengan latar waktu dan tempat berbeda. Berbagai masalah ikut serta kemana dan dimana pun mereka singgah. Kecenderungan keras kepala sang ayah, paksakan kehendak individual demi hak spiritualnya, tak jarang ancam nyawa keduanya. Masalah lain juga hadir di film ini: ekonomi, politik, sosial, dan spiritual. Masalah ekonomi terpapar saat mereka dirampok oleh seorang asing yang diasumsikan sebagai orang baik hanya karena pertolongannya ketika mereka lewati perbatasan. Hal ini terkait dengan masalah politik dan kendala perbedaan bahasa yang akhirnya membuat mereka menaruh kepercayaan kepada orang asing tersebut. Isu politik daerah perbatasan pun juga terkait dengan hubungan sosial antar manusia. Dalam film ini terutama diperlihatkan antara mereka yang memiliki persamaan latar spiritualitas, seperti yang digambarkan pada interaksi sang ayah yang memaksakan untuk memberikan tumpangan kepada seorang ibu. Yang menarik adalah bahwa ketika ibu itu mendadak raib begitu mereka tiba di pos pemeriksaan perbatasan. Ada dua pemaknaan dari adegan tersebut. Pertama apakah ibu itu nyata, atau hanya penampakan. Kedua ibu itu nyata dan hanya menghindari pemeriksaan untuk kemudian kembali muncul setelah pos perbatasan berlalu. Pertentangan kembali berlanjut ketika sang ayah ingin tetap menolong perempuan misterius itu sedangkan si anak berpikir bahwa tak akan cukup uang mereka jika menampung perempuan itu selama perjalanan mereka menuju Mekkah. Namun ironisnya sang ayah akhirnya memiliki pandangan yang sama dengan melakukan tindakan yang si anak tak sangka, yakni meninggalkan perempuan misterius itu di suatu tempat usai beristirahat sejenak. Spiritualitas yang berbenturan dengan aspek-aspek lain inilah yang dipahami sebagai bentuk masalah yang utama dalam film ini. Film & Spiritualitas: Le Grand Voyage Sebuah Perjalanan Pengorbanan oleh Taufan Muhamad ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
  • 7. 7 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Baik pembahasan mengenai peristiwa pengorbanan Ibrahim atas Ismail, kaum Muhajirin dan Anshar, hingga perjalanan menuju Mekkah yang menjadi cerita dengan paparan linear dalam film ini, semuanya mengacu pada suatu konsep spiritualitas, yakni pengorbanan. Dalam agama duniawi seperti Hindu maupun Budha pengorbanan cenderung dipahami sebagai suatu yang bersifat deraan lahiriah yang tampak semata. Sedangkan agama ukhrawi seperti Islam, Yahudi, Katolik, maupun Kristen, pengorbanan tidak hanya sekedar itu melainkan juga aspek batiniah tidak kasat mata. Kejadian ini juga ditemui terutama jika kita mengambil contoh penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan secara musiman pada bulan Dzulhijjah menurut penanggalan berdasarkan peredaran bulan yang berbeda waktu dengan penanggalan matahari. Dari sini saja sudah terlihat bahwa pengorbanan waktu adalah yang paling utama terkait dengan ibadah haji seseorang, terlepas dari kesiapan batin individu yang menjalankannya. Meskipun dilakukan secara individual, pada kenyataannya dilapangan ibadah haji merupakan suatu ibadah komunal terbesar dalam rukun Islam. Pengorbanan kedua yang tersirat dalam ibadah haji adalah tenaga. Seperti yang disampaikan sang ayah dalam dialognya dengan sang anak. “Air laut baru akan kehilangan rasa pahitnya setelah ia menguap ke langit, begitulah air laut menemui kemurniannya. Ia harus mengangkasa melewati awan. Inilah mengapa lebih baik naik haji berjalan kaki ketimbang naik kuda. Lebih baik naik kuda ketimbang naik mobil. Lebih baik naik mobil ketimbang naik perahu. Lebih baik naik perahu ketimbang naik pesawat terbang.” Namun pada kenyataannya kini pengorbanan yang berbentuk tenaga itu sudah dapat tergantikan dengan alat barter yang bisa digunakan dengan apa pun: uang. Oleh karena itu pengorbanan tenaga berubah menjadi pengorbanan materi semata. Yang miris dan menyayat hati adalah ketika peristiwa ibadah yang akbar ini menelan korban jiwa, terutama yang disebabkan karena kelelahan fisik para jemaah haji dengan paket perjalanan ONH biasa yang harus tempuh jarak jauh karena pembatasan area lalu lintas untuk mengakses Masjidil Haram. Ada rasa ketidakadilan di sana, bahkan apabila kita bandingkan dengan masa kenabian baik dalam kitabsuci maupun yang kerap kali dikutip oleh para alim ulama. Kalau mengikuti logika berpikir dari film ini, maka sudah dapat dipastikan bahwa mereka lah yang memberikan pengorbanan lebih besar lah yang lebih murni ibadah nya daripada mereka yang memudahkan segala hal sehingga pengorbanan menjadi lebih ringan. Ibadah haji sebagai kegiatan spiritual komunal terbesar yang disinggung dengan perspektif individual bahwa memilih keyakinan adalah hak individual. Ini kerap kali terlihat dalam karakterisasi dua tokoh utama dalam film. Penggambaran sosok ayah sebagai sosok yang beriman dan memegang teguh agamanya baik secara fisik dan batin, dibungkus dengan karakter keras kepala namun tidak memaksakan spiritualiats dari keyakinan yang dijalankan kepada anaknya, simbolkan kontekstualitas masa kejayaan agama sebagai identitas sosial utama. Sosok anak sebagai generasi kedua kaum imigran Timur Tengah di tanah daratan Eropa menyimbolkan perbedaan masa yang menyebabkan dinamika masyarakat kontemporer terutama menyoal masalah modernisasi serta dampak globalisasi terhadap nilai spiritualitas. Inilah mengapa jalan cerita kemudian berakhir dengan kematian sang ayah yang menguras dimensi kesedihan dan menggetarkan jiwa penonton. Sebagai konsekuensi logis dari ketidakbecusan beliau sebagai imam atas anaknya, mungkin bukan alasan yang cukup kuat mengapa film tersebut berakhir tragis seperti itu. Pemahaman seperti ini sebagian besar dipengaruhi oleh adanya alam ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness) sebagai agen ideologi yang menanamkan secara internal sistem nilai dari bentuk spiritualitas yang sama natar generasi, dimanapun berada, dan bagaimana pun cara dan macamnya. Ada yang lebih penting dan utama dari hanya sekedar proyeksi dari pemahaman di atas. Jika ketidaksadaran kolektif lebih cenderung terjadi pada masa ketika konsep spiritualitas dipahami sebagai sesuatu yang bersifat komunal dan merupakan bagian dari identitas sosial yang dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat tertentu, maka pendekatan di atas tumbang sebagai akibat dari pergeseran konsep spiritualitas yang bersifat individualis. Dari sesuatu yang bersifat privat tersebut maka semua sistem nilai bukan lagi sesuatu yang mengalami proses internalisasi secara satu arah (pedagogy) dari orang tua ke anak, entah dalam sosialisasi hubungan interpersonal maupun pada situasi yang sarat akan ritual ibadah sebagai bukti nyata spiritualitas itu sendiri. Sistem nilai seperti kekeluargaan, keyakinan, moralitas, dan lain sebagainya seperti yang dipaparkan dalam film maupun yang terjadi secara nyata dalam kehidupan sehari- hari akan lebih efektif jika diinternalisasi dengan proses dua arah atau lebih (andragogy). Pendekatan ini memahami bahwa kesadaran individu dari pengalaman langsung adalah cara yang paling ampuh dalam memberikan sosialisasi mengenai nilai yang kemudian akan diterapkan sebagai hasil dari proses berpikir aktif dari pengalaman tersebut. Ending yang tragis berikan pemahaman bahwa spiritualitas, dapat diterima akal sehat. Internalisasi ini juga berangkat dari akal sehat dan pemahaman mendalam serta menyeluruh dari setiap peristiwa yang dicontohkan dari tiap adegan yang ada, bahkan kepada mereka yang memiliki latar belakang identitas sosial yang berbeda. Maka dari itu, spiritualitas sebagai mata air dari segala motivasi yang mendorong perilaku manusia adalah bagian penting dari keutamaan. Sebagaimana pesan yang disampaikan film ini bahwa kesempatan untuk melakukan segala macam perbuatan hanya datang satu kali. Yang menjadi prioritas bukan sekedar menghargai kesempatan tersebut, melainkan menyadari segala konsekuensi dari semua pilihan yang diambil sebagai hasil pemikiran yang matang dan penuh tanggung jawab dan melakukannya dengan penuh kesadaran, bukan hanya karena apa yang dikatakan oleh orang lain tentang mana yang baik dan buruk, melainkan kemurnian dari nilai kehidupan. Le Grand Voyage Spiritualitas Sebuah Pengorbanan ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
  • 8. 8 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana Terror / Humanitas Membayar Hutang Mata oleh Adityo Anggoro Saragih Sejarah perjalanan manusia adalah fase yang penuh episode panjang. Kita selalu bertanya kembali apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi hari esok. Apakah esok akan lebih baik dan menjadi dasar masa depan? Apakah cara untuk mencapai hari esok dilakukan dengan kekerasan seperti bom bunuh diri, pembunuhan massal, pemukulan, terror dapat mencapai hari esok yang lebih baik? Seperti yang akrab di keseharian hidup kita, misal pemukulan FPI, maupun bom bunuh diri Imam Samudra. Golongan tersebut percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan akan mencapai kebaikan untuk hari esok, hari esok yang akan datang dimaknai sebagai satu surga yang dijanjikan oleh Agama. Terry Eagleton memandangnya dalam tiga hal penting. Pertama golongan tersebut dikategorikan sebagai Terrorist, kelompok yang hilangkan ide, dengan ajaran yang timbulkan tindak sederhana seperti membunuh. Caranya dengan tindakan terror yang bantu laksanakan pandangan politik mereka. Kedua terrorisme sebagai bentuk tertua dari humanitas. Puasa Dalam Pemikiran Ibn Khaldun oleh Arie Putra Terlahirlah seorang anak lelaki, pada 27 Mei 1332 M,1 Ramadhan 732 H (tarikh almanak Islam). Putra dari keluarga Abu Zaid ini bernama lengkap ‘Abd al-Rahman Abu Zaid Waliudin Ibn Khaldun. Generasi penerus dari Wail bin Hajar, salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Ibn Khaldun ditakdirkan lahir dari keluarga terdidik sehingga hal itu membuka perjalannya hidup dalam lingkungan keilmuan yang sangat kuat. Selain giat dalam pendidikan Islam dan Al-Qur’an dengan tradisi yang ketat, beliau juga lampiaskan hasratnya dengan pelajari matematika (kepastian perhitungan dengan rasionalitas), serta sejarah (sorotan peristiwa masa lalu yang terus diperbaharui bentuknya seiring alur waktu). Tradisi dari tiga ilmu inilah yang melandasi pemikirannya dalam memahami dunia. Seorang intelektual yang tumbuh pada keluarga yang berkedudukan terhormat di masyarakat dan pemerintahan, sekaligus keturunan salah seorang Sahabat Rasulullah SAW, yakni Wail bin Hajar yang ikut bersama tentara Muslim memasuki Andalusia, membuat Khaldun menjadi seseorang yang libatkan kemampuan keilmuannya sebagai awak pemerintahan, bahkan karyanya yang paling fundamental dan fenomenal al-‘ibar (ilmu alam semesta), yang sisipkan Muqaddimah termasyur itu sebagai salah satu jilidnya adalah sebuah persembahan kepada seorang raja di negeri Magribi, yang kini diindikasikan sebagai Maroko. Catatan singkat diatas merupakan sebuah pembuka bagi kita untuk menyelami pemikiran Ibn Khaldun mengenai puasa. Tanpa mengenal sosoknya, tiada tahu dimana rimba pemikirannya. Puasa adalah sebuah jalan menjaga kesehatan, kurangi toksin dalam tubuh bagi masyarakat menetap. Dalam melihat persoalan ini, Ibn Khaldun membagi masyarakat Arab menjadi dua: yang menetap (koloni) dan berpindah (nomaden). Puasa adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh umat Islam, pada dasarnya untuk yang sudah menetap, hal ini terlihat bagaimana syariat ini tidak harus berlaku pada orang-orang yang berpindah (musyafir). Dua tipologi masyarakat yang diajukan Ibn Khaldun akan dikomperasi dengan konsep ini dan dengan asumsi dasar yang mengatakan alam lah pembentuk kebudayaan sebagai hasil dari hubungan manusia. Masyarakat yang menetap adalah sebuah awal mula munculnya peradaban. Dalam tesis Ibn Khaldun, Peradaban hanya akan muncul pada masyarakat yang sudah menetap. Peradaban merupakan sebuah bentuk bangunan kebudayaan yang dikonstruksi terus menerus sehingga adaptif dengan tempat keberadaannya. Masyarakat menetap telah mampu mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan mereka yang dimanifestasikan dalam bentuk produk-produk kebudayaan. Makanan merupakan salah satu bentuk dari produk kebudayaan tersebut. Masyarakat yang sudah menetap mampu menghasilkan sebuah rumusan yang kompleks dalam kehidupanya dan makna yang sangat kompleks juga dalam cara berfikirnya. Makanan merupakan suatu bentuk pengetahuan yang komplek dapat dilihat dalam hal bumbu-bumbu dan tekstur dari makanan tersebut. Menurut Ibn Khaldun, Makanan yang kompleks tersebut menghasilkan endapan toksin yang banyak dan setiap harinya akan bertambah dalam tubuh manusia. Sehingga, Mengganggu dalam hal berfikir dan mengurangi produktifitas. Sederhananya, faktor-faktor inilah yang mendorong untuk wajib menjalankan puasa sehingga dapat mengurangi jumlah toksin yang mengendap di dalam tubuh pada masyarakat menetap. “Masyarakat terbagi menjadi dua, yang menetap (koloni) dan berpindah (nomaden), Dan peradaban hanya muncul pada masyarakat yang sudah menetap.” Ibn Khaldun “The biblical injection ‘an eye for an eye and a tooth for a tooth’, commonly cited as the very model primitive vengeance.” Terry Eagleton
  • 9. 9 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Pemikiran Puasa Ibn Khaldun Hal sebaliknya terjadi pada masyarakat tak menetap. Mereka tidak pernah bangun produk budaya capai suatu posisi mapanpermanen, tergantung kepada alam yang mereka tinggali seperti suku Arab Baduy yang dicontohkan oleh Ibn Khaldun di dalam Muqaddimahnya. Mereka hanya hasilkan makanan selalu pada tahap sederhana. Mereka tidak memiliki “momen” dan “durasi” untuk mengkonstruksi makanan mereka ke tahap yang kompleks dan pengetahuan yang mereka miliki akan suatu makanan, sekali lagi tergantung dengan tempat yang mereka lewati pada suatu waktu. Asumsinya, racun yang tidak disadari berada di dalam makanan mereka tidak akan banyak. Atas dasar ini, masyarakat berpindah tidak memiliki tumpukan toksin yang banyak di dalam tubuh. Jika kita alihkan kepada kajian teologis, Islam sarankan bagi musyafir atau orang yang berpindah untuk tidak menjalankan ibadah puasa karena pada dasarnya tumpukan toksin yang mereka miliki juga tidak banyak dalam satu tahun. Pada konteks kini, masyarakat dunia mayoritas menjalankan kehidupan dengan menetap. Seorang musyafir pun diberi akses yang sangat mudah untuk menempuh perjalanan yang diinginkannya sehingga musyafir pada dasarnya tidak perlu tidak menjalankan puasa. Hal ini berkaitan juga dengan makanan yang akan dimakannya memiliki tekstur yang kompleks karena seluruh makanan yang dinikmati dalam perjalanan adalah sebuah produk dari masyarakat menetap berwujud jejeran warung di Jalan Lintas Sumatera atau Jalur Pantura. Oleh karena itu, tidak berpuasa bagi musyafir zaman sekarang sama saja menambah toksin tahunan yang menumpuk di dalam tubuhnya. Dengan berpuasa lah, orang-orang akan mengurangi jumlah tumpukan toksin tahunan yang ada di dalam tubuhnya dan menjalani hidup yang sehat sekaligus pikiran yang jernih. Ibn Khaldun adalah seorang ilmuwan dari zaman kejayaan Islam pada fase akhir, saat mulai surutnya kekuasaan Islam di Sevila, Cordova, dan Andalusia, Spanyol. Semangat yang paling menonjol dari karya- karyanya adalah penolakan absurditas dalam tinjauan historis, termasuk ilmu sosial (sebagai sebuah studi). Seperti yang dilakukan oleh Ibn Khaldun dalam kritiknya terhadap beberapa ahli geneologi yang absurd, Ibn Khaldun mengatakan banyak ahli geneologi berpendapat orang Afrika yang berkulit hitam adalah keturunan Nabi Nuh yang didoakan karena ingkar sehingga kulitnya menjadi gelap. Penolakan Ibn Khaldu ini dilandasi dengan penelitian empiriknya yang berkesimpulan, bahwa hal ini adalah pengaruh alam yang sangat berbeda secara topografis dan iklim di berbagai belahan bumi. Poin utama yang ingin disampaikan oleh Ibn Khaldun adalah kekuatan manusia dalam berfikir yang telah dianugerahi oleh Sang Khalik. Untuk itu, menjalani agama pun harus dengan ilmiah dan pikiran yang analitis, agar praktek agama tidak hanya menjadi sekedar dogma dan hanya kepentingan sepihak. Terror / Humanitas Lunasnya Hutang Sejarah manusia mencatat beberapa kejadian yang menunjukkan tindakan membunuh, menjagal sesama manusia. Tindakan tersebut bukan tanpa alasan, dan alasan inilah menjadi point ketiga dalam pemikiran Terry Eagleton yaitu pandangan akan ‘sacred’. ‘Sacred’ adalah pandangan tentang satu yang sangat tidak masuk akal dan memiliki arti dua. Pertama ia sebagai sesuatu yang suci dan mencerca, ia juga sebagai pemberkatan ataupun sebagai kutukan, ia juga sebagai sesuatu pemberian kehidupan atau juga sebagai transaksi atas kematian. Persamaan antara ‘Terror’ dan ‘sacred’ dapat kita lihat dari beberapa kejadian sejarah seperti membunuh seseorang atas nama Allah atau Tuhan, atau membunuh anak – anak atas alasan demokrasi. Pada point alasan pertama yaitu membunuh seseorang atas nama Allah atau Tuhan menguatkan bahwa, pandangan Terror sebagai sebuah ide religious, dan ide inilah yang menjadi pendasaran legal bagi para Terrorist untuk melakukan tindakan bunuh diri ataupun tindakan kekerasan lainya. Keadaan tersebut menjadi kekuatan ambivalen dari agama yaitu pertentangan antara satu yang mengairahkan dan juga menghancurkan. Amrozi juga memiliki pendasaran yang sama mengapa ia melakukan tindakanya tersebut, karena mereka kafir dan saya membunuh orang kafir maka saya akan dapat ganjaran di surga kelak. Radikalnya adalah Terry Eagleton berpandangan bahwa Terror adalah bentuk tertua dari Humanitas, hal itu terhubung dengan adanya ‘sacred’ yang tidak bisa tidak dilepaskan dari Agama. Atas nama ‘Tuhan’ surga menjadi satu legalitas tindakan tersebut meskipun tindakan tersebut dapat merugikan orang banyak. Keadanan ini menjadi pertanyaan filosofis apakah Terror yang membangun humanitas? atau pun humanitas tidak bisa tidak terlepas dari Terror? Humanitas berurusan dengan kualitas menjadi manusia, kebaikan, kebajikan,derma. Masalah yang lebih dalam, bagaiamana jika humanitas atau dalam hal ini kebajikan ini dibangun dari ‘terror’, pembunuhan dan ‘sacred’. Apakah hal tersebut masih dapat digolongkan sebagai humanitas? Atau terror yang menuju humanitas. Tak hanya Terry Eagleton yang melihat Terror hadir dalam sejarah manusia, Noam Chomsky juga melihat hal yang sama akan permasalahan Terror. Jika Amerika percaya bahwa Humanitas tertinggi ada pada Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, yang selama ini selalu menjadi firman – firman mereka maka hal tersebut dibantah oleh Chomsky. Salah satu contoh mengapa hal tersebut terjadi adalah kejadian Nicaragua yang pada saat itu terjadi pertarungan politik yang hebat antara rezim pro dengan kaum kontra. Hal ini menimbulkan keadaan yang tidak stabil, apalagi Amerika melihat rezim pada saat pemerintahan Nicaragua waktu itu bukan sistem ‘demokrasi’. Hal ini membuat Amerika memiliki satu intensi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun hal tersebut bukanlah sepenuhnya benar, sebab Amerika memiliki agenda lain. Agenda tersebut terwujud dalam program pelatihan militer dari Amerika Serikat terhadap kaum kontra. Pada poin ini Chomsky melihat bahwa asal muasal budaya terror adalah penerimaan prinsip Amerika, pada kasus ini adalah adanya kesepakatan kerjasama bidang Pertahanan yang dilakukan Amerika terhadap kaum kontra. Implikasi lebih lanjut adalah kesuksesan serikat secara tidak langsung untuk gunakan kekerasan. Keadaan ini dikarenakan adanya dukungan Amerika Serikat terhadap kaum kontra dan ini menjadi bantuan Amerika untuk membantu mereka yang berada dalam pihak kamu untuk menggunakan kekerasan. Pada contoh ini menujukkan bahwa tendesi Amerika menciptakan Demokrasi dan HAM dibangun atas Terorr dan kekerasan, dengan melakukan bantuan dalam bidang militer maka Amerika menjalankan misi Demokrasi dalam Nicaragua. Baik Terry Eagleton dan Chomsky kembali mempertanyakan ulang apakah Terror yang mendasari Humanitas atau Humanitas memang didasari pada Terror. Pertanyaan ini harus kita coba sehingga impian akan masa akan datang yang lebih baik, damai, bisa kita hadirkan meskipun hal itu sulit. ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
  • 10. 10 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana Kebebasan Wanita Sebuah Utopia oleh Kinanti Munggareni Permasalahan perempuan tak pernah habis, apalagi kebebasannya. Dua buah sajak berjudul “Surat Nadia” dan “Surat Jennifer” berbicara tentang hal tersebut. Ada perbedaan dan pertentangan yang terdapat dalam kedua sajak tersebut. Baik Jennifer ataupun Nadia, keduanya orang yang bebas, lepas, telikung kungkungan norma. Tubuh mereka biarkan menari dengan bebas tanpa peduli tanggapan orang-orang sekitar. Tetap ada perbedaan pada dua tokoh tersebut. Tak hanya itu, terdapat pula pertentangan yang dilakukan sang pemuisi (penulis sajak ini) ketika memandang kedua tokoh ciptaannya tersebut. Kebebasan bagi Jennifer adalah sesuatu yang telah lampau. Sesuatu yang telah terjadi di waktu yang jauh. Bahkan lebih dari itu, kebebasan itu adalah sesuatu yang ingin dilupakan – bahkan dibuang. Seperti bagian busuk dari buah yang terlalu matang. Lalu demi melupakannya, Jennifer memilih penjara untuk menuntaskan kebekuan panjang yang ia ciptakan sendiri. Sastra & Feminisme Membedah Saman Di Atas Tarian Bumi oleh Maulida Raviola Dalam sejarah pemikiran feminisme, karya sastra adalah media yang berperan penting terhadapa kesadaran publik mengenai feminisme. Karya sastra menjadi penting untuk memotret realitas masyarakat pada zamannya dan juga sebagai sebuah karya yang mampu melakukan konstruksi, bahkan dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap realitas. Hal ini dapat kita lihat sejak munculnya feminisme gelombang pertama. Emile, novel karya Jean- Jacques Rousseau, yang mengangkat isu ‘dimorfisme seksual’: laki-laki adalah makhluk rasional, perempuan adalah makhluk emosional, menjadi sebuah karya yang lahirkan pemikiran feminisme liberal. Setelah itu, berbagai karya sastra yang mengangkat isu feminisme terus bermunculan. Aminuddin mengemukakan bahwa pengarang adalah penutur, seseorang yang memiliki sensitifitas terhadap realitas dan kembali merefleksikannya. Dengan demikian, dalam proses penciptaan, pengarang tidak bebas dari pengaruh tersebut, baik dari dirinya sendiri maupun pengaruh keadaan sosial budaya serta pandangan masyarakat. Pengamatan terhadap penulis perempuan sangat menarik untuk menalaah poin-poin ini. Secara umum, kedua novel ini lukiskan suatu pandangan yang hidup dalam masyarakat, yang memiliki potensi untuk menjadi saksi zamannya mengenai masalah wanita, warga kelas dua atau the second sex akibat patriarchal power. Karakter Shakuntala dalam Saman representasikan perempuan muda dari keluarga kelas menengah. Shakuntala adalah salah satu dari tokoh utama dalam novel, yang digambarkan sebagai seseorang dengan jiwa pemberontak, terutama terhadap sosok ayahnya, yang dianggap terlalu konservatif dan patriarkis. Dalam novel, yang gunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga secara bergantian, beberapa kali menggunakan sudut pandang Shakuntala. Melalui tuturannya, dia berkisah tentang perjalanan hidupnya, kebencian terhadap ayahnya, serta mengekspresikan seksualitasnya. Dia berontak dari sistem yang dijalankan oleh ayahnya dengan menari, suatu aktivitas penuh ekspresi gairah dan kebebasan, kegiatan yang juga tidak disetujui oleh ayahnya. Melalui tarian Shakuntala memaknai dan ekspresikan tubuh dan seksualitas. Ayahnya kerap memasung Shakuntala, bahkan pindahkan dia dari sekolah. Dengan berbagai tindakan opresif ini, Dia menyimpan dan mengekspresikan kemarahan dan ketidakpuasan terhadap ayahnya. Dalam novel ini, bagi Shakuntala ayahnya adalah simbol patriarki, simbol dominasi laki-laki, dan dengan jelas ia menolak sistem ini. Salah satunya dengan menyatakan keengganannya untuk menggunakan identitas ayahnya dalam kehidupan sehari-hari. Penyebutan ’sundal’ (bitch) dalam konteks seksual maupun sosial, dimaknai sebagai perempuan tidak tahu aturan. Yang paling mengganggu dari sundal ini adalah androginitas. Ia memadukan di dalam dirinya kualitas yang didefinisi sebagai maskulin dan juga feminin. Seorang sundal bersifat “tidak beradab” dalam kebudayaannya. Androgini adalah salah satu ciri yang penting dari feminisme radikal-libertarian. Seperti telah diutarakan sebelumnya, menciptakan manusia androgini, yang bawa sifat terbaik dari maskulinitas dan femininitas menjadi tujuan feminisme radikal libertarian. ”...kemerdekaan seksualitas; mereka gambarkan kegelisahan manusia modern di dalam hipokresi seksual, bukan saja untuk membuat sensasi tapi untuk menggugah & bangunkan masyarakat yang telah biarkan berlangsungnya perbudakan yang begitu menakutkan...” Steven Marcus Nadia & Jennifer “Nadia, kubaca riwayatmu di kerang...” “...tak kubaca suratmu, Jenni, tak ingin kuingat lagi kisahkisah tua, dalam pandanganmu yang selalu misteri.”
  • 11. 11 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com Feminisme & Sastra Tarian Bumi Saman Dia pilih untuk puaskan dirinya tidur dengan lelaki juga perempuan. Bagi feminis radikal-libertarian, perempuan tak seharusnya terlibat dengan seorang laki-laki, kecuali menginginkannya. Dia, dalam perspektif ini, telah merebut kendali atas seksualitasnya dengan memberikan kenikmatan dan kepuasan bagi dirinya. Dalam Saman, hasrat perempuan tak sekadar terlukis, tetapi juga dirayakan sebagai pernyataan hak perempuan atas ekspresi diri di ranah ini, sebagai penegasan mengenai identitas dan kekuasaan. Pada Tarian Bumi, feminis radikal- kultural ditampilkan oleh Luh Kenten, sahabat Luh Sekar kala muda, ibu sang tokoh utama, Telaga. Dia perempuan yang dari kasta Sudra, kelas terendah dalam masyarakat Bali. Berbeda dengan karakter Shakuntala dalam Saman, karakter Luh Kenten jelas tampakkan keyakinan terhadap nilai feminisme radikal-kultural. Ketika radikal-libertarian jadikan androgini sebagai tujuan, radikal-kultural junjung tinggi nilai-nilai femininitas. Bagi feminis radikal-kultural, lesbianisme adalah solusi hilangkan opresi lelaki, karena akar ketertindasan perempuan terletak pada hubungan lawan jenis. Dengan lesbianisme, mereka berusaha untuk menciptakan kesetaraan. Dalam novel ini, Luh Sekar adalah sosok yang dia cintai. Dengan menjadi sahabatnya, dia melindungi dan mendukung Luh Sekar, meski tidak pernah mengetahui perasaan dia yang sebenarnya. Namun dengan mengakui perasaannya terhadap dirinya sendiri, Dia memiliki kesadaran untuk memilih dan menentukan orientasinya, melawan konstruksi masyarakat bagaimana perempuan seharusnya. Dia bahkan bersumpah untuk tidak pernah hidup dengan laki-laki. Aktivitas seksual di tangan para pengarang perempuan itu, menurut Fajroel Rachman, tidak lain sebuah rumusan identitas seksual dan membongkar dominasi konstruksi sosial yang menjadikan perempuan sebagai manusia kelas dua (the second sex). Tampilnya karakter-karakter yang mengusung nilai-nilai feminisme radikal dalam karya sastra kontemporer ini, pada akhirnya, tidak hanya semakin mempopulerkan ide feminism, tapi juga merekonstruksi pemahaman pembaca mengenai isu-isu gender: pemaknaan terhadap seksualitas perempuan dan pengidentifikasian kembali akar dari opresi gender dewasa ini. Seperti kedua novel ini yang mengekspresikan suatu pemikiran dalam kebudayaan patriarkis. Seperti itulah ulasan dari pemikiran feminis ini. Sebuah Kebebasan Utopia Jennifer & Nadia Sedangkan kebebasan Nadia adalah sesuatu yang ia kejar, hamparan pantai yang ia gelar, sebuah nafas cinta yang bagi dirinya sendiri masih asing. Nadia ingin lepas dari segala cerita yang ada dalam hidupnya. Nadia memilih atas dasar pelarian. Sebuah pelarian juga pencarian jati diri. Namun ia tersesat di jalannya sendiri. Apa yang sebetulnya disetujui oleh sang pemuisi? Mereka melakukan eksplorasi terhadap tubuh yang mereka miliki. Norma-norma kesopanan dan label yang diberikan oleh masyarakat kepada wanita telah ditinggalkan oleh kedua tokoh wanita tersebut. Atas sikap itu, sang pemuisi tampak tidak setuju (Nadia). Namun dia pun menyayangkan sikap (Jennifer) yang meninggalkan semua kehidupan itu. Benarkah sang penyair tidak tahu apa yang ia mau? Bukan karena norma yang mengukung hingga wanita tidak bisa bergerak bebas sesuai yang diinginkan, tetapi memang karena wanita selalu memiliki pertimbangan dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, kebebasan adalah sesuatu yang sangat utopis bagi wanita. Pernyataan yang diungkapkan oleh sang pemuisi, tidak menggurui ataupun memberikan ceramah tentang bagaimana kehidupan yang seharusnya dijalani. Namun, ia tampil sebagai seorang wanita yang berbicara dengan wanita. Properti Hak Milik Justifikasi Etika (lanjutan dari lembar 4) Terdapat dua variable penting dalam permasalahan properti. Pertama bagaimana properti tersebut didapatkan. Kedua, bagaimana korelasi properti menuju etika. Marx ajukan 2 tesis. Pertama, masyarakat tradisional yang menuju pemilikan budak, dimana terjadi perubahan hubungan produksi dalam masyarakat komunal primitive berganti penindasan dan penghisapan. Ketua kelompok sebagai tuan budak dan anggota kelompok yang lemah menjadi budak. Kedua politik ekonomi, bahwa private property yang sebabkan modal tertumpuk dan terdapat dominasi, berimpilkasi terdapat 2 kelas dalam masyarakat: property owners & propertyless workers. Hubungan private property semakin diperkuat dengan munculnya sistem uang sebagai alat tukar. Konsekwensi selanjutnya yang hadir adalah keadaan buruh yang semakin miskin, meskipun produksi melimpah, ini terjadi karena buruh tidak hanya memproduksi barang saja, tetapi buruh juga memproduksi dirinya sebagai komoditas. Terdapat dilemma posisi bagi buruh, tak hanya sebagai faktor produksi tetapi ia juga konsumen. Persoalan properti terjadi ketika lonjakan penduduk diiringi permintaan berbanding terbalik atas ketersediaan alam. Dari sana persaingan memenuhi kebutuhan pun tergambar dalam perdagangan. Persaingan merupakan hak untuk bersaing dalam produksi dan perdagangan barang dan jasa. Properti atau hak milik, didapat dari usaha individu yang berlandaskan pada kebebasan alamiah dan tiga hal kunci dalam pasar yaitu kebebasan, kepentingan diri, dan persaingan. Pada ranah ini persolan property termasuk dalam filsafat melalui etika atau filsafat moral. Etika secara definitif memiliki arti: Yang baik/buruk serta hak juga kewajiban moral (akhlak); Kumpulan asas berkenaan dengan akhlak; Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari sanalah apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral menjadi pertimbangan. Salah satu hak adalah melakukan usaha sendiri dan bantu kepentingan orang lain. Ini juga berarti kewajiban moral untuk membantu mereka yang belum memiliki property, lahir dari kebebasan alamiah individu. Kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggung jawab. Justifikasi terhadap properti menuju etika terdiri dari dua premis penting. Pertama properti didapatkan individu dari pasar dengan tiga karekteristik: freedom, self interest, competition. Kedua etika berhubungan dengan yang baik dan kewajiban moral. Contoh nilai yang baik adalah tolong menolong, sebagai kewajiban moral yang tidak terlepas dari kebebasan alamiah individu. Hubungan dari kedua premis tersebut adalah self interest individu untuk membantu kepentingan orang lain. Di sinilah posisi etika sebagai bentuk justifikasi atas properti, baik individual atau kolektif. ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana
  • 12. 12 twitter: @AstinaAcademia http://astina-academia.blogspot.com “The more I make love, the more I want to make revolution. The more I make revolution, the more I want to make love.” “Only the truth is revolutionary.” “Freedom is the crime that contains all crimes. It is our ultimate weapon.” “The freedom of others extends mine infinitely.” “No freedom for the enemies of freedom.” -Situationist Internationale Quotes- Agent of Change, Biro Oranye, Revolusioner, apa pun namanya, semua itu merujuk pada perorangan maupun sejumlah orang yang memimpikan perubahan yang lebih baik daripada suatu keadaan stagnan. Kondisi ini bukan tidak mungkin akan mengarah pada suatu puncak titik jenuh dimana kebosanan akan menjadikan manusia tidak lebih daripada mesin, robot, atau apa pun yang mengindikasikan adanya ketergantungan peradaban terhadap korporasi dan manufakturisasi. Pada kenyataannya, manusia tidak hidup sendiri dengan dirinya saja. Sebagai bagian dari warga negara dunia, sudah saatnya batasan negara terlampaui kepentingan bersama atas Bumi, menjaga bukan semata karena kampanye politik suatu subversi tertentu, melainkan tumbuh dari kesadaran yang dipupuk dengan kerelaan dan cita-cita agung atas suatu Civil Society bersinergi nan harmonis. Interaksi tak terbatas yang tak lagi mengenal batasan ruang waktu yang ditembus oleh perkembangan peradaban manusia, bukan berarti menjadikannya tergantung terhadap teknologi yang serba terbatas dengan dehumanisasinya (algoritma tak mampu mengenali emotional content dari informasi online yang berlimpah). Manusia lah yang mengarahkan mau dibawa kemana peradaban tersebut akan memulai titik baliknya. Dari kenyataan media sebagai wadah berbagai macam interaksi tersebutlah maka jaringan akan bertemu dan terbentuk dengan sendirinya. Sekarang pilihan ada di tangan anda. Maukah anda memulai dari hal kecil dan sederhana yang berbeda oleh diri sendiri untuk kemaslahatan bersama demi tercapainya masyarakat madani? Untuk menumbuhkan kesadaran ini, anda harus siap membuka diri dengan segala macam kemungkinan yang ada, menerima semua peluang yang terberi cuma-cuma maupun teraih atas usaha, baik langsung maupun tidak langsung. Bukan lagi sekedar apa yang anda bisa, apa yang anda punya, dan apa yang anda mau. Kini saatnya anda memulai untuk membuktikannya, melakukan apa pun yang anda mau, bersama dengan siapa pun yang menghargai apa adanya, lepaskan semua atribut sosial, ekonomi, maupun identitas artifisial yang semu sebagai hasil bentukan konstruksi sosial. Mari bersama merangkul dunia dalam sukacita! Jadilah Bagian Dari Dunia And The World Will Be Widely Open oleh Tim Redaksi ESSAYASTINAAgustus2010,EdisiPerdana