Dokumen tersebut membahas strategi Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan demand terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui pendekatan kesehatan berbasis masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
Communication is a strategic asset for human, social and economic empowerment. At the heart of Communication for Development (ComDev) is participation and ownership by communities and individuals most affected by poverty and other development issues.
This presentation by FAO ComDev team provides an introduction to the key principles and functions of communication for rural development, accompanied by concrete examples from field experience.
Implementasi ILP di Prov Kalsel 2023.pptxSatria262387
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan kementerian lain melakukan transformasi sistem pelayanan kesehatan primer yang bertujuan untuk mendekatkan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat melalui integrasi pelayanan kesehatan primer. Dengan mengintegrasikan semua program yang ada di Kementerian Kesehatan. Layanan primer adalah layanan dasar yang dilakukan oleh puskesmas. Integrasi dilakukan ke semua program termasuk FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) lainnya.
Integrasi pelayanan kesehatan primer merupakan lompatan besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, dari tingkat desa hingga kelurahan. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diarahkan untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan menyeluruh, dengan fokus pada keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.
Katalog Inovasi Desa: Desa Warungbanten Berinovasi Libatkan Perempuan Adat da...Gedhe Foundation
Perempuan adat memainkan peran penting dalam proses pemetaan partisipatif, sejak dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pemetaan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman mendalam dalam urusan pengelolaan sumberdaya alam sehingga mampu memberikan informasi yang akurat dan terpercaya.
Setiap hari, para perempuan adat bergelut dengan kegiatan pengelolaan sumber daya alam, mulai dari mengolah sawah, huma, tegalan, hingga pengolahan hasil alamnya. Pelibatan perempuan dalam pemetaan sumberdaya desa merupakan inovasi desa dalam menghasilkan sistem rujukan pengelolaan sumberdaya desa yang baik.
Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak merupakan pelopor pelibatan para perempuan adat sebagai tim inti kegiatan pemetaan partisipatif. Pemerintah Desa Warungbanten sangat paham, setiap hari sebagian besar perempuan di desanya “berkantor” di huma atau di sawah. Karena itu, mereka dilibatkan secara aktif dalam penggalian data sosial yang menjadi salah satu tahapan kegiatan pemetaan desa.
Peraturan bersama empat menteri untuk selesaikan masalah pertanahan di kawasa...Gedhe Foundation
Peraturan bersama empat menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kehutanan, dan Kepala Badan Pertanahan Nasional) untuk selesaikan masalah pertanahan di kawasan hutan
3. pemberdayaan masyarakat dan penguatan demand, dir. bina kesehatan, kemenkes
1. KEMENTERIAN KESEHATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGUATAN
DEMAND TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN BAGI
MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN”.
1
Disampaikan pada
Lokakarya Nasional Kolaborasi Pemerintah dan CSO Untuk Peningkatan Akses dan
Kualitas Pelayanan Dasar Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan
“
Jakarta, 29 Juni 2015
2. 1. KEBIJAKAN DAN PROGRAM
KEMENKES DALAM PELAYANAN
KESEHATAN BAGI MASYARAKAT
MISKIN DAN RENTAN
3. Paradigma
Sehat
Program
• Pengarusutamaan
kesehatan dalam
pembangunan
• Promotif -
Preventif sebagai
pilar utama upaya
kesehatan
• Pemberdayaan
masyarakat
Penguatan
Yankes
Program
• Peningkatan Akses
terutama pd FKTP
• Optimalisasi Sistem
Rujukan
• Peningkatan Mutu
JKN
Program
• Benefit
• Sistem pembiayaan:
asuransi – azas
gotong royong
• Kendali Mutu &
Kendali Biaya
• Sasaran: PBI & Non
PBI
Tanda
kepesertaan
KIS
PROGRAM INDONESIA SEHAT
Penerapan pendekatan
continuum of care
Intervensi berbasis
risiko kesehatan
(health risk)
4. 4
PROGRAM KESEHATAN BAGI KELOMPOK RENTAN
DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
Pemeriksaan
Kehamilan
Bayi
BalitaAnak SD
Anak SMP/A & remaja
PUS & WUS
Lansia berkualitasPersalinan, nifas &
neonatal
•Penjaringan kes. peserta didik
•BIAS
•UKS
•PMT-AS
• Penjaringan kes. Peserta didik
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi HIV/AIDS,NAPZA dll
• Pemberian Tablet
tambah darah
•Konseling Kespro
•Pelayanan KB
•KIE Kespro Catin
•PKRT
Mendorong persalinan di
Fasyankes
•APN (MAK III) dan KF
•IMD, Vit K 1 inj, Imm Hep B
•Rumah Tunggu
•Kemitraan Bidan Dukun
KB pasca persalinan
PONED-PONEK
•P4K
•Buku KIA
•ANC terpadu
•Kelas Ibu Hamil
•Fe & asam folat
•PMT ibu hamil
•TT ibu hamil
•ASI eksklusif
•Imunisasi dasar
lengkap
• MP-ASI
•Penimbangan
•Vit A
•MTBS, MTBM
• Pemantauan
pertumbuhan &
perkembangan
• PMT
• Posyandu Lansia
• Peningkatan kualitas
Hidup Mandiri
• Perlambatan proses
Degeneratif
6. • Upaya peningkatan
kelangsungan hidup
bayi baru lahir, bayi
dan anak balita
• Upaya peningkatan
kualitas hidup bayi
baru lahir, bayi, anak
balita, anak usia
sekolah, remaja
• Upaya peningkatan
perlindungan
kesehatan anak
PROGRAM KESEHATAN ANAK
Tk Rujukan : PONEK, Yankes Anak di RS
Kab/Kota, Regionalisasi RS rujukan
Tk Puskesmas : Perawatan Neonatal Esensial,
Manajemen BBLR (metode kanguru),
Manajemen Asfiksia, MTBS, PONED
Tk Masyarakat : Pemanfaatan Buku KIA, Kelas
Ibu Balita, MTBS-M
Tk Rujukan : Skrining Hipotiroid
Kongenital
Rujukan Kasus Tumbuh kembang, Rujukan
PKPR
Tk Puskesmas : SDIDTK, UKS, PKPR
Tk Masyarakat :
Posyandu/PAUD/KB/Konselor Sebaya
Tk Rujukan : Rujukan kasus KtA
Tk Puskesmas : Puskesmas mampu
tatalaksana kekerasan (KtA), Yankes di
panti anak/LKSA, ABH di lapas/rutan, ancat
melalui UKS diSLB
Tk Masyarakat : Penanganan ADD di
Tingkat Keluarga
7. Meningkatkan
upaya
kesehatan bagi
Lansia di
Fasyankes
Primer dengan
pelayanan
santun lansia
Meningkatkan
upaya rujukan
bagi Lansia
melalui
pengembangan
Poliklinik
Geriatri
Terpadu di
Rumah Sakit
Meningkatan
mutu
perawatan
kesehatan bagi
Lanjut Usia
dalam keluarga
melalui Home
Care dan Long
Term Care
Meningkatan
peran serta
masyarakat
dalam upaya
kesehatan
Lanjut Usia,
melalui
Posyandu
Lansia
Meningkatkan
kerjasama
dengan LS,
profesi, LSM
dan lembaga
pendidikan
dan penelitian
PROGRAM KESEHATAN LANSIA
1 2 3 4 5
8. 2. TANTANGAN DALAM PENINGKATAN
PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT
MISKIN DAN RENTAN
9. No Indikator
Acuan
Dasar
Saat Ini
Target
Mdgs 2015
Status Sumber
4.1
Angka Kematian
Balita per 1000 KH
97
(1991)
40
(2012)
32
BPS,
SDKI
4.2
Angka Kematian Bayi
(AKB) per 1000 KH
68
(1991)
32
(2012) 23
4.2a
Angka Kematian
Neonatal per 1000
KH
32
(1991)
19
(2012)
14
4.3
Persentase anak usia
1 tahun yang
diimunisasi campak
44,5%
(1991)*
74,2%
(2013)*
Meningkat
*BPS,
Susenas
.
CAPAIAN KESEHATAN ANAK
11. • Puskesmas dengan pelayanan Santun Lanjut usia sebanyak 800
• Kelompok Lanjut Usia (Posyandu Lansia) sebanyak 86.000 ( di
semua provinsi)
• Puskesmas yang ada Posyandu lansia adalah 78,8 %. (tertinggi di
DIY=100%)- Rifaskes 2011
• RS yang mempunyai poliklinik geriatri ada 10 (RSCM, Jakarta,
RSUP Karyadi, Semarang, RSUP Sardjito, Yogyakarta, RSUP
Sanglah, Denpasar, RSHS Bandung, RSUP Wahidin, Makassar,
RSUD Soetomo, Surabaya, RSUD Moewardi, Solo, RSUP Adam
malik, RSU Syaiful Anwar Malang)
• Home Care lansia yang terintegrasi dengan Perkesmas di 900
Puskesmas di 20 provinsi
CAPAIAN KESEHATAN LANSIA
12. TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
• ↙ angka kematian
• ↙ angka kemiskinan
• ↙ angka kesakitan
Pencapaian
MDGs dan
Post 2015
• ↗ akses pelayanan
• Pelayanan yang terstruktur
• Pelayanan yang efisien &
efektif
Implementasi
JKN
Derajat
kesehatan
rakyat yg
setinggi-
tingginya
Peran CSO harus dioptimalkan dalam membantu mencapai
tantangan pembangunan kesehatan
13. KEPEDULIAN PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA KE DEPAN
13
Air (air bersih,
sanitasi, irigasi)
Perumahan dan
lingkung-an
sehat
Energi (fosil,
terbarukan)
Pangan
( laut,darat)
14. Rekonstruksi Kematian Ny. Anah
isteri seorang petani, miskin, dan buta huruf
Peningkatan
status
perempuan
KEMISKINAN
SOSIO-
EKONOMI
Akses
keluarga
berencana Pelayanan
kesehatan
komunitas-
perempuan
Akses rumah
sakit rujukan
Tingkat
kesuburan
Kehamilan
risiko
tinggi
Komplikasi
ancaman
kematian
Potret kebodohan, kemiskinan, gender (diskriminasi)
Kematian
Butuh
Pemberdayaan
15. 3. STRATEGI KEMENKES DALAM
MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN PENGUATAN DEMAND
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN BAGI
MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN
16. TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BIDANG KESEHATAN…
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan;
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya
sendiri;
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan oleh masyarakat; dan
4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.
*) Permenkes 65 tahun 2013
17. Selfcare (42%) Yankes (58%)
Selfcare
rasional
Sarana
kesehatan
Promosi kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
Posyandu, Posyandu lansia, Posbindu PTM, Polindes,
Poskesdes, Desa Siaga, SBH, dokter kecil, dll) Kualitas
yankes
MENGUTAMAKAN PROMOTIF-PREVENTIF
Sehat (80%) Mengeluh Sakit (20%)
X
Sumber: Susenas 2010 17
18. 1. Peningkatan
Kesadaran
Masyarakat
2.Pengorganisasian
masyarakat
3. Peningkatan
upaya advokasi
4. Penggalangan
kemitraan dan
partisipasi LS,
swasta, dunia
usaha
5. Peningkatan
pemanfaatan
potensi dan
sumber daya
Upaya membangun
kesadaran kritis
masyarakat
Perencanaan
partisipatif
Pengorganisasian
masyarakat
Monitoring dan
evaluasi
KEGIATAN
STRATEGI
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
BIDANG
KESEHATAN…
19. 1. Mendukung penyediaan sarana &
prasarana (buku KIA, Poskesdes,
Puskesmas)
2. Penyediaan beasiswa bagi bidang
kesehatan
3. Mendukung penyediaan media informasi
kesehatan bagi masyarakat (Leaflet,
poster, dll)
4. Mendukung operasional program
(Posyandu balita, Posyandu Lansia,
Rumah tunggu kelahiran, Kemitraan
Bidan dan dukun, Mobile Clinic, Kelas Ibu
Hamil dan Kelas Ibu Balita)
5. Memfasilitasi terlaksananya rujukan
kasus
6. Melakukan riset berkaitan dengan
kesehatan
PERAN CSO DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN