1. 1
POS PELAYANAN KESEHATAN
(POSYANDU)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program
pembangunan secara keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan masyarakat,
pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan swadaya
masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
perbaikan status kesehatan. Jika dilihat dari kepentingan pemerintah, maka
pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan usaha memperluas
jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan peran
aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam
bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang
bersangkutan.
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka
pembangunan dilakukan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan
mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut
erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai modal dasar pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya
manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat. Hal ini merupakan suatu
upaya yang besar sehingga tidak dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah
melainkan perlu peran serta masyarakat. Untuk mempercepat angka penurunan
tersebut diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan Posyandu karena Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan
oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan umum. Posyandu tersebar di
lebih dari 70.000 desa di Indonesia. Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 91,3%
2. 2
anak 6-11 bulan dan 74,5% balita dibawa ke Posyandu sekurang-kurangnya satu
kali selama enam bulan terakhir.
Tujuan didirikannya Posyandu adalah dalam upanya untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga
kecil bahagia dan sejahtera, Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan
wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran
serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama
dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. Posyandu
merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,
penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan
dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.
Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam
pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan
diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan
terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya.
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan terpilih
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar. Kader-kader ini diperoleh dari wilayah sendiri yang
terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun di
luar hari buka Posyandu. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka
perlu dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader
Posyandu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan posyandu?
2. Apa saja manfaat posyandu?
3. Sebutkan tujuan posyandu?
4. Apa saja jenis-jenis posyandu?
5. Apa saja kegiatan utama yang dilakukan di posyandu?
6. Siapa pengelola dan sasaran posyandu?
3. 3
7. Apa dasar pelaksanaan posyandu?
8. Sebutkan apa saja kegiatan posyandu?
9. Apa alasan pembentukan dan pendirian posyandu?
10. Bagaimana cara mencapai keberhasilan posyandu?
11. Apa saja faktor–faktor yang mempengaruhi kedatangan ibu di posyandu?
12. Bagaimana sistem informasi posyandu (SIP)?
13. Siapa yang memberikan biaya posyandu?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu Posyandu, apa tujuan dilaksanakannya
Posyandu, manfaat dan kegiatan apa saja yang biasa dilakukan dalam Posyandu
serta bagaimana cara mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan Posyandu.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah
sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya
yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam
peningkat mutu manusia di masa yang akan datang dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk
membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental
sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
5. 5
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan
sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan
Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu
dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksosbud.
2.2 Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat :
a) Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga
sehingga:
a. Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau
pertumbuhannya.
b. Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali,
BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
c. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru
(100.000 SI)
d. Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah
(200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)
b) Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
c) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
d) Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
e) Mendukung pelayanan KB.
f) Memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan.
g) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat
a) Mendapatkan informasi tentang upaya kesehatan.
b) Dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
6. 6
3. Bagi Puskesmas
a) Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan S1.
b) Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian
pelayanan secara terpadu.
4. Bagi Sektor Lain
a) Lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah.
b) Meningkatkan efiseiansi pemberian pelayanan sesuai tupoksi masing-
masing.
2.3 Tujuan Posyandu
Tujuan didirikannya Posyandu Yaitu :
a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,
melahirkan dan nifas).
b) Membudayakan NKKBS.
c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
2.4 Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006, Posyandu
secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
a. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas,
7. 7
dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah
jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang
atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu <
50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan
program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang
dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih
dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi
yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungannya.
2.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu adalah
sebagai berikut:
a. Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
8. 8
b. Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
c. Pekerjaan iu
d. Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
e. Sarana dan prasarana di posyandu
f. Jarak dari posyandu tersebut
2.5 Imunisasi
1. Pengertian
a. Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa
tidak terjadi penyakit
b. Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit
tertentu
2. Tujuan
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
atau bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia
b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian
c. Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal)
3. Respon imun
a. Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama
kalinya dengan antigen
b. Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi
respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya
vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang
cukup tinggi dan mencapai nilai protektif.
9. 9
2.6 Jadwal imunisasi
adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus
diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan
negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang
mengeluarkannya. Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):
10. 10
Imunisasi Wajib
Umur Vaksin Keterangan
Saat
lahir
Hepatitis
B-1
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6
bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif,
dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan
HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-
1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif maka masih dapat diberikan HBlg
0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virusvaksinkepada
bayi lain)
1
bulan
Hepatitis
B-2
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval
HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2
bulan
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila
BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu dan BCG diberikan apabila uji
11. 11
tuberkulin negatif.
2
bulan
DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6
minggu, dapat dipergunakan DTwp atau
DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi
dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan
interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan
DTP-1.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan
DTP-1
4
bulan
DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan
Hib-2 (PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6
bulan
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
12. 12
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3
pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis
B-3
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk
mendapatkan respons imun optimal, interval
HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5
bulan.
9
bulan
Campak-
1
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan,
campak-2 merupakan program BIAS pada
SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan,
campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18
bulan
MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, MMR
dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau
PRP-OMP).
18
bulan
DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun
setelah DTP-3.
13. 13
Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
2
tahun
Hepatitis
A
Vaksin HepA direkomendasikan pada umur
> 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval
6-12 bulan.
2-3
tahun
Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur > 2 tahun.
Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu
diulang setiap 3 tahun.
5
tahun
DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun
(DTwp/DT ap)
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
6
tahun.
MMR Diberikan untuk catch-up immunization
pada a nak yang belum mendapatkan MMR-
1.
10
tahun
dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT
a tau TT) diberikan untuk mendapatkan
imunitas selama 25 tahun.
Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10
tahun.
14. 14
2.7 Vaksin
1. Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga
patogenisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan
vaksinasi
a. Cara pemberian
b. Dosis
c. Frekuensi dan jarak pemberian
d. Jenis vaksin
2. Jenis vaksin
a. Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
b. Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
c. Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
d. Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat
tidak aktif atau dimatikan
e. Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
f. Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
g. Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
h. Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus
influenza
i. Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
3. Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu
tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari
pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran
4. Sifat vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin
atau suhu pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
15. 15
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Hep B, DPT-HB -0,5 ᴼC Max ½ jam
DPT, DT, TT -0,5ᴼC sd -10ᴼC Mak 1,5-2 jam
DPT, DPT-HB, DT Beberapa ᴼC diatas suhu
udara luar (ambient
temperatur <34ᴼC)
14 hari
Hep B dan TT Beberapa C diatas suhu
udara luar (ambient
temperatur <34ᴼC)
30 hari
Vaksin yang sensitif terhadap panas
Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang
berlebihan. Contoh : polio, BCG dan campak
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Polio Beberapa C diatas suhu
udara luar (ambient
temperatur <34ᴼC)
14 hari
Campak dan
BCG
Beberapa C diatas suhu
udara luar (ambient
temperatur <34ᴼC)
30 hari
5. Penanganan vaksin sisa
1. Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh
dipergunakan lagi
2. Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa
vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
b. Tetap disimpan dalam suhu +2ᴼC sd 8ᴼC
c. Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
d. VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
16. 16
e. Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali
dipakai/dibuka
f. Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan
kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
g. Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial
dibuka
h. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya
boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan
vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
6. Tata cara pemberian imunisasi
a. Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko
apabila tidak divaksinasi
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan
c. Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan
diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
d. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum
melakukan imunisasi
e. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan
f. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila
diperlukan
g. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik
h. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa,
misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
i. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan
ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
17. 17
j. Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan
jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi
penerima vaksin
7. Setelah pemberian vaksin
a. Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang
lebih berat
b. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
c. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan
vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan
d. Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan
secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan
berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid
dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
8. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus
dan digunakan dalam periode tertentu Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat
suntikan
Lengan kanan atas
luar
Paha tengah luar
Cara
penyuntikan
Intracutan Intramuscular/subcutan
dalam
Dosis 0,05 cc 0,5 ml
Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin Campak Polio
Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara Subcutan Diteteskan di mulut
18. 18
penyuntikan
Dosis 0,5 ml 2 tetes
Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut
9. Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin
a. Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet
(tutup karet di desinfeksi)
b. Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai
dan steril
c. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
d. Kulit yang akan disuntik dibersihkan
e. Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi
label tidak mudah robek dan bocor
f. Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari
jangkauan anak-anak
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah
dilemahkan
a. Kemasan tunggal (TT)
b. Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
c. Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum
(ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu
perlindungan sebagai berikut :
a. Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis
toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak
besar atau dewasa
b. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas
5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus
pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
19. 19
c. Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan
memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5
toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa
d. Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah
(DT 6 atau DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis
toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
e. Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk
memberikan perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS)
mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum.
Imunisasi Spacing Masa
perlindungan
Tujuan
T1 Mengembangkan
kekebalan tubuh
pada infeksi
T2 4 pekan setelah
T1
3 tahun Menyempurnakan
kekebalan
T3 6 bulan setelah
T2
5 tahun Menguatkan
kekebalan
T4 1 tahun setelah
T3
10 tahun Menguatkan
kekebalan
T5 1 tahun setelah
T4
25 tahun Mendapatkan
kekebalan penuh
20. 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melihat efesiensi pelayanan serta manfaat dari Posyandu, tentunya upaya-
upaya yang sudah berjalan harus ditingkatkan agar anggota masyarakat dapat
menolong diri dan keluarganya dalam bidang kesehatan juga yang lebih penting
dengan mengikuti kegiatan Posyandu secara teratur bagi yang mempunyai balita.
Dapatlah tercapai apa yang kita harapkan yaitu sumber daya manusia yang
berkemampuan dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Namun
kita tidak boleh menutup mata untuk memperhatikan para kader yang sangat
banyak pengorbanannya dalam mangelola Posyandu, baginya tidak lupa perhatian
kita padanya. Begitu juga dengan para ibu agar dapat memperhatikan pemenuhan
kebutuhan imunisasi bagi para bayi. Imunisasi yang lengkap dan teratur akan
menyelamatkan bayi dari berbagai serangan penyakit berbahaya yang mungkin
akan berkembang kapan saja. Tidak hanya itu, para ibu juga harus
mengetahuiimunisasi / vaksin apa saja yang harus diberikan sesuai kebutuhan bayi
agar tidak ada yang terlewatkan.
3.2 Saran
Sebagai seorang bidan agar lebih memberikan pelatihan yang berkualitas
bagi kader kadernya dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya dalam hal kesehatan. Bagi para calon kader atau yang telah menjadi
kader agar selalu mengikuti pelatihan kader yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuannya. Dan untuk para ibu, agar lebih rajin dan benar-
benar memperhatikan kebutuhan dan juga jadwal imunisasi bayinya.
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
Cessnasari. Ke Posyandu Terthindar Busung lapar.
Dalam http://suaramerdeka.com.
Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Jakarta.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
http://duniakebidanan-dinireal.blogspot.com/2012/03/posyandu.html
http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu
Menuju Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi.
Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta
Masyarakat dalam UPKM. Dalam http://www.library.usu.ac.id.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu.
.