2. PENDAHULUANPENDAHULUAN
Pasal 3, UU No. 20 tahun2003 Sistem Pendidikan
Nasional, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
4. 1.IMAN1.IMAN
Pengertian dasar iman secara umum, yaitu sikap
percaya, dalam hal ini khususnya percaya pada
masing-masing rukun iman yang enam (dalam Islam).
Karena percaya pada masing-masing rukun iman itu
memang mendasari tindakan seorang secara wajar dan
benar. (Madjid, 1995: 469).
Dimensinya yang lebih mendalam, iman tidak cukup
hanya dengan sikap batin yang percaya atau
mempercayai sesuatu belaka, tapi menuntut
perwujudan lahiriah atau eksternalisasinya dalam
tindakan-tindakan.
Kesempurnaan Iman ini terangkum dalam dua sifat;
sabar dan syukur. Kedua-dua sifat yang pokok dan
rangkum tindakan dalam bentuk amal yang semuanya
kebaikan kepada diri individunya, dan tentunya juga
kepada masyarakatnya.
5. 1.IMAN1.IMAN
Dengan ke-Imanan ini manusia benar-benar telah dapat
berhubung dengan Sang Penciptanya - Allah. Manusia
yang kecil, lemah dan dhaif akan dapat berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Agung
Sehingga manusia, walaupun kakinya berpijak di bumi,
jiwa dan hatinya bergantung di langit, di alam tertinggi.
Seorang yang beriman adalah orang yang lapang dan
bahagia hidupnya; yaitu kelapangan dan kebahagiaan jiwa
dan hati yang mengatasi segala kesempitan dan
kesusahan kebendaannya.
Sebaliknya manusia yang tidak ber-Iman manusia yang
memutuskan hubungan tersebut , dan pada hakikatnya
manusia yang hanya ingin kekal di dunia dengan segala
kesempitan dan kepicikan yang menjadi pandangannya,
yang menjadi tumpuan kepala, jiwa dan hatinya.
6. 1.IMAN1.IMAN
Suatu amalan yang lahir dengan dilandasi oleh keihlasan
yang tinggi, adalah suatu amalan yang terjadi tanpa
mengharapkan balasan apapun, termasuk pahala sekali
pun, suatu amalan yang muncul hanya sebagai bentuk
syukur atas nikmat Allah yang begitu banyak yang telah
dilimpahkan-Nya kepada kita.
Sebagai rasa syukur karena kita relatif lebih mudah
untuk mendapatkan nikmat tersebut dibandingkan
dengan sebagian yang lain. Maka suatu kesadaran yang
muncul dari qolbu yang baik bahwa kenikmatan yang
telah dititipkan Nya ini tentunya harus didistribusikan
juga bagi hamba-hamba-Nya yang lain.
7. IMAN..
Seseorang yang beramal dengan keikhlasan yang
tinggi maka dia tidak dipusingkan dengan balasan yang
akan diterima. Dia tidak mengharapkan pujian dan
penghargaan bahkan balasan pahala sekalipun.
Dia yakin bahwa Allah menyukai orang-orang yang
bersyukur.
Karena itu, Dia hanya berusaha mengoptimalkan dan
menyempurnakan akan kebaikan yang diberikan sebagai
sarana untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah.
Dia begitu yakin bahwa Allah Maha Lembut, Maha
Bijak, Maha Menatap dan Maha Mengetahui.
8. 2.TAQWA2.TAQWA
Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata
taqwa, tetapi kita umat ciptaan Allah SWT belum
memahami dan mengerti apalagi memaknai taqwa
dalam kehidupan kita di duniaini.
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang
hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk
melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan
ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa
adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan
kejahatan dan hal-hal yang meragukan
9. 2.TAQWA2.TAQWA
Ciri seseorang yang bertaqwa : Dia seorang yang ber
Iman, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan
manusia dan menjaga amanah. Dia mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Manusia taqwa adalah sosok yang tidak pernah menyakiti
dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu
marah dan ridha, bertaubat dan selalu mengingat
(beristighfar) kepada Sang Pencipta.
Manusia taqwa adalah manusia yang sabar dalam
kesempitan dan penderitaan, beramar ma’ruf dan bernahi
munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka
mencela, menjauhi syubhat (perdebatan), mampu
meredam hawa nafsu yang menggelincirkan dari shiratal
mustaqim. Itulah ciri-ciri sosok manusia taqwa.
10. 2.TAQWA2.TAQWA
Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan
sarana-sarana. Dia harus merasa selalu berada
dalam pengawasan Allah, memperbanyak doa
(dzikir), memiliki rasa takut dan harap kepada Allah.
Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku
para pendahulu yang saleh, memperdalam dan
memperluas ilmu pengetahuannya sebab hanya
orang berilmulah yang akan senantiasa takut kepada
Allah
Manusia taqwa akan memiliki firasat yang tajam,
mata hati yang peka dan sensitif sehingga dengan
mudah mampu membedakan mana yang benar (hak)
dan mana pula yang salah (batil).
11. 2.TAQWA2.TAQWA
Mata hati manusia taqwa adalah mata hati yang
bersih yang tidak terkotori dosa-dosa dan maksiat,
karenanya akan gampang baginya untuk
mendapatkan surga dunia dan akhirat yang memiliki
luas seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan
untuk orang-orang yang bertaqwa
Taqwa yang terhimpun dalam individu-individu ini
akan melahirkan keamanan dalam masyarakat.
Masyarakat akan merasa tenteram dengan kehadiran
mereka.
Sebaliknya pupusnya taqwa akan menimbulkan sisi
negatif yang demikian parah dan melelahkan.
12. 2.TAQWA2.TAQWA
Umat ini akan lemah dan selalu dilemahkan, akan
menyebar penyakit moral dan penyakit hati. Kezhaliman
akan merajalela, adzab akan banyak menimpa.
Masyarakat akan terampas rasa aman dan kenikmatan
hidupnya.
Masyarakat akan terenggut keadilannya, masyarakat
akan hilang hak-haknya.
Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran individu,
sosial, politik, budaya, ekonomi- maka akan lahir pula
keamanan dan ketenteraman, akan semakin marak
keadilan, akan semakin menyebar kedamaian.
Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang
memiliki kepekaaan Ilahi yang memantulkan sifat-sifat
Rabbani dan insani pada dirinya.