Dokumen tersebut membahas tentang labiokisis, yaitu keadaan dimana bibir tidak bisa menutup karena adanya celah. Dokumen menjelaskan definisi, jenis, penyebab, manifestasi, komplikasi, penatalaksanaan, dan peran perawat dalam merawat pasien labiokisis. Dokumen ini memberikan informasi mengenai kondisi medis labiokisis beserta tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk merawat pasien tersebut.
3. DEFINISI
Labiokisis adalah suatu keadaan tidak terjadi
penyambungan fissura pada bibir, sehingga bibir tidak bisa
menutup. Palatokisis adalah suatu keadaan penutupan yang
tidak sempurna pada proseesus maxilaris, dapat terjadi juga
pada palatum. Ini terjadi karena kegagalan penyatuan susunan
palatum pada masa kehamilan 7 – 12 minggu. Pada palatokisis
biasanya juga disertai labioskisis sehingga di sebut
labiopalatokisis (wong, donna L. 2003).
4. JENIS-JENIS
LABIOZKISIS
Ada beberapa jenis labiokisis:
1. Unilateral inclomplete: Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung.
2. Unilateral complete: Apabila celah
sumbing terjadi hanya disalah satu bibir
dan memanjang hingga kehidung.
3. Bilateral complete: Apabila celah
sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
5. CERITANYA
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu
mempunyai dan akan mempunyai banyak kasus labio-palatoskisis.
Antara Februari - Mei 1992, IKABI cabang Padang
mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50
Kota dan Solok berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis.
Dilakukan penelitian pada 126 penderita yang dilakukan
operasi. Bpk. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi
Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember
1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau
celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara
3 juta penduduk.
6. KENAPA KOK BISA TERJADI?
1. Karena faktor genetik, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena
berkaitan dengan gen kedua orang tua.
2. Karena kekurangan asam folat, kekurangan vitamin c, Zn (ensufiensi zat
pd perkembangan masa embrional) apabila bumil kekurangan hal
tersebut pada masa kehamilannya, maka akan berpengaruh pula pada
janinnya
3. Karena jamu=akan mempengaruhi pertumbuhan pada janin. Jamu
berbahan kimia spt yg berkemasan/sasetan
4. Karena mengkonsumsi pill KB=akan mencetuskan terjadinya hipertensi ,
gangguan pd janin, akhirnya terjadi gangguan sirkulasi foto
maternal(pemeriksaan USG).
5. Karena rokok/alkohol=akan mengganggu pertumbuhan organ selama
masa embrional
6. Karena penyakit ibu spt obesitas atau infeksi toxoplasma, keduanya ini
rentang terjadinya kelainan kongenital
7. Faktor terjadinya Labiozkisis masih belum diketaui secara lebih jelas
7. MANIFESTASI
tergantung dari ketiga jenis celah bibir
Jika Palatokisis
Tampak ada celah pada
tekak (uvula), palato
lunak, dan keras dan
atau
Jika Labiokisis
Distorsi pada hidung,
Tampak sebagian atau
keduanya, Adanya
celah pada bibir
Jika foramen
incisive
Adanya rongga pada hidung,
Distorsi hidung, Teraba celah atau
terbentuknya langit-langit saat di
periksa dengan jari, Kesukaran
dalam menghisap atau makanan
8. KOMPLIKASI
1. Kesulitan berbicara-hipernasalitas, artikulasi, kompensatori.
Adanya celah pd bibir dn palatum membuat suara yg keluar
menjadi sengau.
2. Masalah pendengaran, adanya celah pd palatume sehingga
muara tuga eustachi terganggu dan akhirnya menjadi otitis
rekurens sekunder.
3. Aspirasi/tersedak
4. Distress pernafasan
5. Resiko infeksi saluran pernafasan
6. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
7. Asimetri wajah
8. Penyakit periodontal
9. Perubahan harga diri, dan citra tubuh.
9. ALAT BANTU
PEMBERIAN NUTRISI
Pada pasien labiokisis hal yang paling sulit adalah ketika pasien
kesulitan dalam menerima asupan nutrisi, sebab kondisi celah
pada bibir. Perawat harus mengerti akan metode pemberian
susu/nutrisi pada pasien (bayi/balita) yaitu dengan metode ESSR
yang dibuat oleh Richard, 1991 yang memiliki kepanjangan:
E: Enlarge nipple (memperlebar celah atau lubang pada dot)
S: Stimulate suck reflex (mampu mengrangsang reflek
menghisap)
S: Swallow fluid approprialety (menelan cairan dengan tepat)
R: Rest when the infant signals with facial expression
(memberikan kesempatan istirahat ketika bayi memberi sinyal
lewat espresi wajah)
Penelitian terhadap berat badan pada bayi-bayi yang di
susui dengan metode tradisional dan yang di susui dengan
metode ESSR mengungkapkan peningkatan berat badan rata-rata
yang signifikan sebelum pembedahan pada bayi-bayi dalam
kelompok ESSR
11. Risiko Kejadian Sumbing
Risiko sumbing pada anak
berikutnya
Pada Keluarga
Risiko labioskizis dengan atau tanpa
palatoskizis (%)
Risiko palatoskizis (%)
- bila ditemukan satu
anak menderita sumbing
- Suami istri dan dalam keturunan
tidak ada yang sumbing.
2-3 2
- dalam keturunan ada yang
sumbing 4-9 3-7
- Bila ditemukan dua anak
menderita sumbing 14 13
- salah satu orangtuanya menderita
sumbing 12 13
- Kedua orangtuanya menderita
sumbing. 30 20
Nb: Secara umum, jika satu anak dalam keluarga memiliki sumbing, anak berikutnya memiliki
sekitar kesempatan 4% juga memiliki sumbing. Jika hanya memiliki bibir sumbing, risiko ini
terjadi pada anak kedua adalah sekitar 2%.
14. PENGKAJIAN
• Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
• Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
• Riwayat Kesehatan
1.Riwayat Kesehatan Dahulu ; Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu
pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan
nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu
pernah stress saat hamil.
2.Riwayat Kesehatan Sekarang ; Mengkaji berat / panjang bayi saat lahir, pola
pertumbuhan, pertambahan / penurunan berat badan, riwayat otitis media dan
infeksi saluran pernafasan atas.
3.Riwayat Kesehatan Keluarga ; Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.
• Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
2. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
3. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
4. Kaji tanda-tanda infeksi
5. Palpasi dengan menggunakan jari
6. Kaji tingkat nyeri pada bayi
15. Pemeriksaan Diagnostik
Pada masa kehamilan bumil dapat memeriksakan
kandungannya dengan menggunakaan USG guna untuk
memastikan apakah kandungannya tidak memiliki gangguan,
diantara lain dgn:
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisik
3. MRI untuk evaluasi abnormal
Pemeriksaan Terapeutik
Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan:
1. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
2. Mencegah komplikasi
3. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
4. Pembedahan:
a. Pada labio, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai usia
beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral
b. Pada palato, dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada
derajat kecacatan
16. Prinsip Perawatan umum
Berdasarkan Usia Bayi/Balita
1. Pada saat baru lahir bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso
Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam
lambung.
2. umur 1 minggu; pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit
dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
3. umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk
hidung) dan evaluasi telingga.
4. umur 18 bulan - 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila
terdapat sumbing pada langit-langit.
5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
6. umur 6 tahun; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. umur 11 tahun; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada
pinggir alveolar
8. untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan otthodontis.
9. umur 12-13 tahun; final touch5; perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
10. umur 17-18 tahun; orthognatik surgery bila perlu
17. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penatalaksanaan labiopalatoskisis adalah dengan tindakan
pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk
menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten “,
yaitu:
1. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
2. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )
3. Hb lebih 10 g / dl
4. Leukosit lebih dari 10.000 / ul
Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah
maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.
18. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan bayi yang menderita labioskisis dan
palatoskisis berhubungan dengan perawatan prabedah, perawatan
jangka pendek pascabedah dan penatalaksanaan jangka-panjangnya:
Prabedah:
1.Keluarga dapat mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh bayi
dengan defek
2.Bayi mendapatkan gizi yang optimal
3.Bayi disiapkan untuk menjalani pembedahan
Pascabedah:
1.Bayi tidak mengalami trauma dan nyeri atau sedikit mengalami
rasa nyeri
2.Bayi mendapatkan gizi yang optimal
3.Bayi tidak mengalami komplikasi
4.Bayi dan keluarganya mendapatkan dukungan yang memadai
5.Keluarga disiapkan untuk mampu melaksanakan perawatan di
rumah dan memenuhi kebutuhan jangka-panjang yang
diperlukan oleh seorang anak dengan palatoskisis
19. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Selama fase awal sesudah kelahiran bayi labiokisis dan/atau
palatoskisis, perawat harus menekankan perhatiannya bukan
hanya kebutuan fisik bayi tetapi juga kebutuhan emosional ibu
2. Pemberian makanan bayi akan menjadi sebuah tantangan
istimewa bagi perawat dan orang tua
• Celah bibir atau palatum akan mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap
sehingga mengganggu kompresi daerah aerola dan menyulitkan pemberian ASI
serta susu botol
• Pemberian susu sebaiknya dilaksanakan dengan menegakkan kepala bayi yang
bisa dilakukan dengan meletakkannya pada lengan ibu atau dengan memeluknya
20. 1. BOTOL PERAS 2. DOT DOMBA
3. ASI IBU (alternatif alami)
21. EVALUASI
Keefektifan intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian ulang yang
kontinu dan evaluasi keperawatan yang berdasarkan pada pedoman pengamatan berikut
ini :
Perawatan pra bedah:
1. Mengamati dan mewawancarai anggota keluarga mengenai pemahaman, perasaan
serta kekhawatiran mereka terhadap defek dan pembedahan yang diantisipasi serta
interaksinya dngan bayi.
2. Mengamati bayi selama pemberian susu
3. Menyelesaikan pembuatan daftar isian prabedah
Perawatan pascabedah:
1. Melakukan inspeksi luka operasi, termasuk alat pelindungnya
2. Mengamati indicator perilaku dan fisiologik rasa nyeri serta responsnya terhadap
terapi analgesia
3. Mengamati bayi selama pemberian susunya mengukur asupan serta haluan cairan,
dan menimbang berat badan bayi setiap hari
4. Mengamati luka operasi untuk menemukan bukti adanya infeksi, pendarahan,
pengelupasan jaringan atau iritasi
5. Mengamati dan mewawancarai keluarga mengenai pemahaman dan kekhawatiran
mereka terhadap bayinya, termasuk kebutuhannya untuk jangka waktu ynag lama.
22. PERAN PERAWAT
1. Berikan dukungan emosional dan tenangkan Ibu beserta keluarga.
2. Jelaskan kepada Ibu bahwa sebagaian besar hal penting harus dilakukan saat
ini adalah memberi makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang
adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.
3. Jika bayi/balita memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan berupaya
menyusu.
4. Jika bayi/balita berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang
membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu
minggu untuk memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.
5. Jika bayi/balita tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,
berikan peranan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan
alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
6. Jika bayi/balita memiliki celah palatum, berikan perasan ASI dengan
menggunakan metodi pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok
atau cangkir)
7. Ketika bayi/balita makan dengan baik dan mengalami penambahan berat
badan, rujuk bayi ke rumah sakit tersier atau pusat spesialis, jika
memungkinkan untuk pembedahan guna memperbaiki celah tersebut.
24. KASUS
Seorang balita laki-laki berumur 1thn datang bersama dengan Ny. S (ibunda si
balita) ke RS Bumi Indonesia. Ny. S mengatakan bahwa beliau ingin
dilakukannya tindakan pembedahan untuk anaknya yang bernama anak E yang
telah mengalami adanya celah pada bibir saat sejak lahir. Tetapi Ibunda anak E
ragu dan merasa tidak rela/takut ketika dokter menawarkan tindakan
pembedahan pada saat begitu anak E lahir, karena menurut Ibunda anak E usia
anak E begitu masih merah (kecil sekali) untuk dilakukannya tahap
pembedahan. Ibunda anak E mengatakan sering mengkonsumsi jamu saat masa
kehamilan. Dan Ibunda E mengeluhkan bahwa "tidak selamanya anak saya
seperti ini, saya ingin anak saya normal seperti anak-anak yang lainnya juga"
dan ibunda E mengeluhkan bahwa pemberian nutrisi pada anak E sangat sulit
karena keadaan bibir anak E. Anak E juga sering menangis/rewel sebab
terkadang anak E juga mengalami kesulitan dalam menelan, ketidakjelasan
dalam berbicara untuk menjelaskan apa yang sedang Anak E inginkan. Pada
bibir bagian kiri anak E terlihat adanya celah yang jelas. RR: 36x/menit, nadi:
110x/menit, TD: 99/65 mmHg Suhu Tubuh: 36,80oC, lingkar perut 40 cm, BB:
7kg, TB: 73,9cm. Hasil pemeriksaan laboratorium: Leukosit 11.00mg/dL,
Eritrosit 3500 mg/dL, Trombosit 270.000 mg/dl, Hb: < 11 g/dL, Ht: 40, Kalium
4,8 mEq, Natrium 138 mEq. Dokter mengatakan akan menyetujui dilakukannya
tindakan pembedahan pada anak E apabila BB anak E telah mencukupi dan
anak E mampu mengkoping dirinya maka dari itu harus dilak. ukan pendekatan
dalam beberapa waktu
25. 1. Biodata Pasien:
PENGKAJIAN
Pasien
Nama : Anak E
Usia : 1 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Warna Kulit : Kuning Langsat
Pendidikan : -
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Keindahan No. 11 Bumi Manusia
Waktu/tgl masuk RS : 12.00 WIB/13 November 2014
2. Penanggung Jawab
Nama : Ibunda. S
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Status pernikahan : Menikah
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Keindahan No. 11 Bumi Manusia
Hubungan dengan klien : Ibunda Kandung
26. 1. Status Kesehatan Saat Ini
• Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
• Klien mengatakan bahwa klien (Ibunda Pasien) bahwa ketika "tidak
selamanya anak saya seperti ini, saya ingin anak saya normal seperti anak-anak
yang lainnya juga" dan ibunda E mengeluhkan bahwa pemberian
nutrisi pada anak E sangat sulit karena keadaan bibir anak E. Anak E juga
sering menangis/rewel, sulit berbicara untuk menjelaskan apa yang sedang
Anak E inginkan. Dan Ibunda. S mengkhawatirkan masa pertumbuhan dan
perkembangan anak E mengalami keterlambatan karena keadaan fisiknya
• Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien menyatakan bahwa Klien (Ibunda Pasien) beliau ingin dilakukannya
tindakan pembedahan untuk anaknya yang bernama anak E yang telah
mengalami adanya celah pada bibir saat sejak lahir
27. 2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu:
• Riwayat Kehamilan: pada masa kehamilan Ibunda E mengalami terpeleset di
kamar mandi saat Trimester II tetapi Ibunda E tidak mengalami pendarahan,
hanya mengalami nyeri sebab kaki terkilir dan Ibunda mengatakan bahwa
beliau langsung menenangkan rasa nyeri tersebut dengan jamu warung.
• Pemenuhan Nutrisi Saat Kehamilan: klien (Ibunda E) mengatakan bahwa
pada saat Trimester II juga mengalami masa ngidam/keinginan untuk
mengkonsumsi semur kepiting dan aneka makanan sea food. Klien
mengatakan tidak pernah melalaikan asupan nutrisi pada kehamilan
• Mengkonsumsi Obat-Obatan Saat Kehamilan: klien (Ibunda E) mengatakan
tidak berani mengkonsumsi sembarang obat. Tetapi klien mengkonsumsi
jamu warung ketika saat hamil kurang lebih 5kali. Klien juga mengatakan
tidak pernah mengkonsumsi alkohol atau merokok saat masa kehamilan.
28. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (mengkaji kondisi Anak E ketika baru lahir-sekarang):
• BB baru lahir: 2kg, BB sekarang: 7kg, Panjang baru lahir: 47cm, Tinggi badan
sekarang: 73,9cm
• Klien (Ibunda E) mengatakan bahwa seminggu yang lalu Anak E mengalami
sesak nafas dan kondisinya sangat menurun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
• Riwayat kelahiran: Ibunda anak E mengatakan bahwa pasca kelahiran
normal tidak dilakukannya operasi/cesarean.
• Riwayat keturunan: Ibunda anak E mengatakan tidak ada keturunan atau
keluarga yang mengalami kecacatan fisik seperti labiokisis/labiopalatoskisis
dan tidak mempunyai riwayat penyakit fisilis dalam keluarga. Tetapi Ibunda
anak E mengatakan bahwa ayah anak E mempunyai riwayat sesak nafas.
29. Pemeriksaan Kebutuhan Klien
1. Aktifitas dan latihan:
• Ibunda anak E mengatakan bahwa anak E ketika ingin melakukan
aktifitas/latihan masih butuh ditemani dan ditunggu sebab kondisi anak E
yang memang harus dilindungi dari segi apapun.
2. Tidur dan istirahat:
• Ibunda anak E mengatakan anak E mempunyai kualitas tidur yang baik
apabila tidak ada rasa nyeri pada telinga dan sesak nafas tidak kambuh.
3. Kenyamanan dan nyeri
• Ibunda anak E mengatakan anak E mengalami nyeri selama 15menit pada
telinga kiri anak E.
4. Nutrisi
• Ibunda anak E mengatakan anak E sulit menerima asupan nutrisi dari mulut
sebab kondisi anak E mengalami kecacatan. Maka dari itu Ibunda anak E
harus dibantu oleh alat makan yang tepat dalam memenuhi asupan nutrisi
untuk anak E.
5. Eliminasi fekal/bowel
• Ibunda anak E mengatakan jika anak E tidak mengalami kekambuhan/sulit
makan anak E BAB 2x sehari, feses berwarna kuning/normal. Namun,
apabila anak E sulit makan biasanya anak E tidak BAB selama sehari.
30. lanjutan
6. Eliminasi urin
• Anak E mempunyai frekuensi berkemih 300cc/hari
7. Sensori, persepsi, dan kognitif
• Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada
sensori, presepsi, dan kognitif.
8. Koping-toleransi stres
• Anak E masih membutuhkan dukungan untuk melakukan hal apapun dan
tetap membutuhkan pengawasan yang tepat. Anak E seorang anak yang
pendiam apabila penyakitnya tidak ada kekambuhan. Sedikit takut dengan
tindakan hospitalisasi.
9. Nilai-Kepercayaan
• Ibunda anak E mempercayai bahwa gangguan setelah dilakukannya
tindakan pembedahan akan membuat harga diri anak seperti anak yang
lainnya, hanya saja Ibunda anak E memilih usia yang tepat dalam
mengambil keputusan untuk dilakukannya tindakan pembedahan pada anak
E.
31. Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Keterangan :
0: mandiri,
1: Alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
32. Pengkajian Keluarga
1. Harga Diri atau Koping Dari Anak:
• Anak E dengan usia 1tahun masih membutuhkan dukungan dan pendekatan
yang tepat sekali, agar anak E tidak mengalami stressor ketika sesudah MRS
dan sesudah-sebelum dilakukannya tindakan operasi pembedahan
2. Harga Diri atau Koping Dari Orang Tua:
• Ibunda E mengatakan akan melakukan hal apapun demi anak E tetapi
membutukan waktu dan usia yang tepat.
3. Reaksi Orang Tua Sebelum dan Sesudah dilakukan Pembedahan:
• Kedua orang tua anak E sanggup menjalani apapun yang terjadi asalkan
anak E bisa senormal anak lainnya. Dan sanggup melakukan aktifitas demi
anak E setelah dilakukannya pembedahan.
4. Tingkat Pengetahuan Orang Tua:
• Ibunda anak E mengetahui bahwa hal ini harus di atasi dengan dilakukannya
tindakan pembedahan namun Ibunda anak E masih menunggu waktu dan
usia anak E yang tepat karena menurut Ibunda E beliau masih belum rela
apabila anak E langsung dilakukan tindakan pembedahan begitu kelahiran.
33. 1. Tanda-tanda Vital:
• S : 36,800 C
• RR : 36x/menit
• TB : 73,9 cm
• N : 36x/menit
• TD : 99/65 mmHg
2 Keadaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tangan
• Tidak ada.
b Kepala dan leher:
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : Normal
• Jenis rambut : Kriting
• Warna rambut : Hitam
• Kebersihan rambut : Lengket (kondisi belum keramas)
c Dada:
• Inspeksi : Normal (retrasi dinding dada tidak ada)
• Palpasi : Normal (ekspansi paru simetris)
• Perkusi : Tidak resonan pada kedua paru
• Auskultasi : Vesikuler
34. d. Mata:
Fungsi penglihatan : Normal
Ukuran pupil : Simetris
Konjuntiva : Merah Mudah
Lensa/iris : Normal
Oedema Palpebra : Tidak ada
Pupil : Miosis
Reflek cahaya : (-) tidak tahan pada
sinar
e. Telinga :
Fungsi pendengaran :
Normal
Fungsi keseimbangan : Baik
Kebersihan : Sedikit
kotor
Daun telinga : Simetris
(lebar)
Secret : Ada
Warna secret : Putih
f. Mulut, Gigi dan Bibir:
Membran mukosa : Labiokisis
Kebersihan mulut : Kotor
Keadaan gigi : Belum
Tumbuh
Tanda radang : Tidak ada
radang
Kesulitan menelan : Ada
Kesulitan mengunyah : Ada
g. Kulit:
Warna kulit : Kuning
langsat
Kelembaban : Kulit
lembab
Turgor kulit : Baik
Ada atau tidaknya edema : Tidak ada
Ektermitas Atas : Pergerakan
bebas
Ektermitas Bawah : Pergerakan
bebas