SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
KUMPULANASKEP
Jumat, 05 Agustus 2011
Akep BPH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut, merupakan upaya seluruh potensi bangsa baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
Agar upaya usaha kesehatan yang dilaksanakan dapat berdaya guna dan berhasil guna
khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka perlu disusun rencana
strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014. Renstra dinas
kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat visi, misi,
tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan.
Sebagai mana visi Indonesia sehat 2014, Dinas Kesehatan Kabun Ciamis memiliki visi
dengan tema : “Mewujukan Masyarakat Ciamis Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Tahun 2014”
yang mengandung makna bahwa masyarakat Ciamis yang ada di Ujung Timur Provinsi Jawa
Barat memiliki jiwa menumbuhkan kemandirian di bidang kesehatan sehingga akan tercapai
suatu kondisi yang sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi dalam rentang waktu 5 tahun ke depan, di mulai dari tahun
2009 sampai dengan 2014 (Dinkes Kab. Ciamis).
Untuk mewujudkan visi sebagaimana tersebut diatas, maka misi yang diemban Dinas
Kesehatan Kabupaten Ciamis dalam rangka mewujudkan visi dan misi sebagai di atas adalah :
a. Meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan yang bermutu
b. Meningkatkan sumberdaya kesehatan yang merata, memadai serta mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Memberdayakan masyarakat melalui Promosi Kesehatan
d. Mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan
Salah satu unit pelayanan kesehatan di Wilayah kerja Dinkes Kabupaten Ciamis adalah
RSUD Ciamis, yang melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
melakukan asuhan keperawatan dan dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan,
asuhan keperawatan yang logis, sistematis dan teratur. RSUD Ciamis juga memiliki visi dan misi
diantaranya :
1. Visi
“Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis Menjadi Rumah sakit yang profesional,
mandiri, dan berdaya saing yang diminati masyarakat”
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut RSUD kelas C Kabupaten Ciamis mempunyai 3 misi yaitu :
a. Menerapkan mutu pelayanan standar yang memuaskan pelanggan,
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prosfesional dan terjangkau
c. Mewujudkan kemandirian rumah sakit dengan prinsip otonomi dalam pengelolaan keuangan dan
SDM.
Pelaksanaan proses keperawatan selalu berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan
dasar manusia salah satunya yaitu kebutuhan eliminasi yang normal, merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologis yang paling dasar dalam keperawatan. Tim keperawatan diharapkan dapat
merawat berbagai penyakit yang di derita masyarakat dianataranya adalah, penyakit sistem
kardiovaskuler, sistem integumen, sistem neurologi dan sistem perkemihan. Salah satu penyakit
yang diderita masyarakat, yaitu sistem pekemihan yang merupakan suatu tatanan yang terdiri
dari ginjal, ureter, vesicourinaria, dan uretra yang menyelenggarakan serangkaian tujuan
diantaranya untuk keseimbangan elektrolit tubuh. Penyakit sistem pekemihan, diantaranya
adalah gagal ginjal, sindrom nefrotik, BPH, dan urolithiasis (Nefrolithiasis Uretrolithiasis dan
Vesicolithiasis) (Rumoharbo, 2000).
Benigna merupakan salah satu penyakit sistem pekemihan dimana benigna prostat
hiperthropi adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars
prostatika dan menyebabkan terhamabatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Purnomo, 2000).
Kondisi benigna postat hperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya
sebagai peran perawat.
Data penyakit bedah terbanyak di RSUD Ciamis Triwulan I (Januari – Maret) dan
Triwulan II (April-Juni) 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data 15 Besar Kasus Penyakit Bedah
Di RSUD Ciamis Triluan I (Januari – Maret) dan
Triwulan II (April-Juni) 2011
No Nama Penyakit
Jumlah Penderita Kasus
Penyakit Bedah (Triwulan
I dan Triwulan II) 2011
Persentase
(%)
1 Tumor jinak lunak
(TJL)
36 13,77
2 HIL 32 12,21
3 BPH 29 11,07
4 Abces 27 10,31
5 Katarak 23 8,78
6 App 20 7,63
7 Hernia 19 7,25
8 Ulcus DM 16 6,11
9 Uretro litiasis 13 4,96
10 CKR (Cidra Kepala
Ringan)
12 4,58
11 Hemoroid 10 3,82
12 Illeus Obstruktif 9 3,44
13 CA Mamae 7 2,67
14 HI 6 2,29
15 Trauma Capitis 3 1,15
Jumlah Total 262 100
Sumber : Medical Record RSUD Ciamis
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari seluruh klien yang mengalami gangguan benigna
mencapai urutan ke 3 sebanyak 29 orang dengan presentase 11,07% dari 15 kasus penyakit
bedah yang ada di RSUD Ciamis pada tahun 2011. Mengingat kondisi tersebut diperlukan
perhatian dan penanganan yang intensif terhadap penyakit BPH (Benigna Prostat Hiperthropi)
karena dapat menimbulkan dampak terhadap kebutuhan manusia diantaranya rasa nyaman nyeri,
pola nutrisi, imobilisasi dan penurunan volume cairan.
Prostat penempatan kelenjar aksesori pada pria : tebalnya + 2 cm dan panjangnya + 3 cm
dengan lebarnya + 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan
ditembus dibagian posterior oleh 2 buah duktus ejakulatoris (Grenserr, 2001).
Dampak Begina Porstat Hiperthropy terhadap KDM diantaranya gangguan pada eliminasi
adalah :
1. Retensi urine berulang (berat), yaitu retensi urine yang gagal dengan pemasangan cateter urine
sedikitnya 1 kali.
2. Infeksi saluran kencing berulang
3. Gross hematuria berulang
4. Batu buli-buli
5. Insufisiensi ginjal
6. Divertikula buli-buli
(http//:www.go.id)
Peran perawat dalam meberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan : benigna postat hyperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya
sebagai perawat.
Hasil pengkajian pre dan post Operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy di
Ruang Bougenvill pada tanggal 25-29 Juli 2011 penulis menemukan data sebagai berikut, pre
operasi BPH yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan dengan obstruksi disaluran ureter,
cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas di karenakan
akan di operasi, depisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan
pola eliminasi urine behubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyeri
berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan
adanya jalan untuk invasi bakteri.
Berdasarkan hal tersebut penulis teratarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
disusun dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Postrat
Hiperthropy (BPH) di Ruang Bougenvil RSUD Ciamis”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan : Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy dengan melalui
tahap proses keperawatan dan mendokumentasikannya dalam bentuk karya tulis.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan secara komporhensif pada kasus pre dan post operasi
Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH), maka penulis mampu :
a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH) secara komprehensif, menganalisa data.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH).
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pre dan post operasi
Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH).
d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan kasus pre dan post operasi Prostatectomy : benigna
prostat hyperthropy (BPH).
f. Melakukan pendokumentasian pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat
hyperthropy (BPH).
C. Metode Penelaahan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang memberikan gambaran nyata
dalam asuhan keperawatan yang diberikan, sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan
melalui : (1) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan klien, keluarga
dan tim kesehatan lain sebagai data subjektif yang berhubungan dengan masalah kesehatan lain,
(2) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang tingkat
kesehatan klien, (3) Pemeriksaan fisik dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ujung
kaki dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, (4) Studi Dokumenter, yaitu
pengumpulan data yang didapat dari buku status perkembangan klien selama di RSUD Ciamis,
(5) Studi Kepustakaan, yaitu studi melalui literatur dengan melihat dari buku sumber yang
berkaitan dengan kasus yang diambil dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
D. Sistematika Penulisan
Dalam sistem penulisan ini, penulis memberikan gambaran secara umum mengenai uraian
pembuatan karya tulis. Adapun sistem penulisannya sebagai beirkut :
BAB I : PENDAHULUAN
Memberikan informasi mengenai karya tulis yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penelaahan, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Konsep dasar dan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan meliputi pengertian, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, phatway, manajemen medik dan dampak terhadap kebutuhan
dasar manusia. Asuhan keperawatan pada klien Benigna Prostat Hyperthorpy yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencnaan, implementasi dan evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINAJAUAN KASUS
Merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan :
Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prosta Hytperthropy yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan.
B. PEMBAHASAN
Berisi tentang kesenjangan dan kesamaan yang ditemukan antara pendekatan teoritis dengan
pelaksanaan pada kasus Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prostat Hyperthoropy
(BPH)
BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Merupakan bagian akhir yang berisi tentang kejadian yang digambarkan dalam karya tulis ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat yang
disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glanduler interstitial, sehingga sebenarnya lebih tepat
disebut hyperplasia atau abdomen prostat, namun istilah hyperthropy ini sudah umum di pakai
(Rumah Orbo, 2000 :70).
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai deratajat obstruksi
uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilyn, E.D, 2000 : 671).
Tindakan bedah untuk menangani kasus benigna prostat hyperthropy disebut dengan
istilah prostataektomy yaitu tindakan reseksi bedah bagian prostat yang memeotong uretra untuk
memperbaiki aliran urine dan menghilangkan retensi urinaria akut (Doengeos, 2000 : 679).
2. Anatomi
Gambar 1 Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hampir sama dengan horse chestnut. Kelenjar
ini mengelilingi bagian utama uretra. Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih, di belakang
simfisis pubis, dna di depan rektum. Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari
sejumlah kelenjar tubulat dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus didalam kapsul
(John Gibson, 2003 : 335).
3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketehaui namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan, ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
a. Dhydro testosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron pada proses penuaan pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
c. Interaksi stroma-epitel, peningkatan epidermal gorwht atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati, estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sel stem, sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Rumahorbo, 2000 : 70)
4. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bleadder), didalam mempersempit saluran uretra
prostatika dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan-tekanan
intravesikal, sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan
buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Perubahan struktur pada
buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau lower urinary
tract symton / LUTS (Basuki, 2000 : 76).
Pada fase-fase awal dari prostat hyperplasia, komplensasi oleh muskulus desklusor
berhasil dengan sempurna, artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Lama
kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola kualitas miksi berubah,
kekuatan seta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga
tersisihlah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir. Seringkali prostat hiperpalesia
menambah kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan peningkatan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang di sertai timbulnya hernia dan hemoroid.
Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot destrusor memompa
urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran
fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)
Gambar 2
Patway Pre Dan Post Operasi Benigna Prostat Hyperthropy
5. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hypertheropy disebut sebagai
syndroma protatisme, syndroma protatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala obstruktif
- Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrusor, buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan
tekanan intravesikal guna mengatasi daya tekanan dalam uretra prostatika.
- Intermiency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidak mampuan
otot destruktor dalam mempertahankan tekanan intravesikal sampai berakhirnya miksi.
- Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada air kencing.
- Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrusor memerlukan waktu untuk
dapat melampaui tekanan di uretra.
- Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala iritasi
- Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
- Frekuency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(noeturia) dan pada siang hari.
- Disturia yaitu nyeri pada waktu kencing.
6. Derajat Benigna Prostat Hyperthropy
Benigna prostat hyperthropy terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
a. Derajat I, keluhan protatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa urine kurang 50 cc,
pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
b. Derajat II, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia, bertambah berat, panas badan
tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa
urine 50-100 cc dan beratnya 40 gram.
c. Derajat III, gangguan lebih berat dari derajat II, batas tak teraba, sisa urine lebih 100 cc,
penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
d. Derajat IV, inkontinesia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ginjal seperti gagal
ginjal, hydroneprosis.
7. Dampak Kebutuhan Manusia Yang Muncul Pada klien Pre Operasi Prostatektomi :
Benigna Prostat Hyperthropy (BPH)
Benigna Prostat Hypertophy selalu terjadi pada orang tua, namun terdapat dampak
kebutuhan manusia yang muncul pada klien pre operasi prostatektomi : benigna prostat
hypertrophy akan tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu
:
8. Peroes Keperawatan Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy
9. Pemeriksaan Fisik
a. Perhatian khusus pada abdomen : defisiensi, nutrisi, edema, pruritus, Echymosis menunjukkan
renal insufsiensi dari obstruksi yang lama.
b. Distensi kandung kemih
c. Insepeksi : penonjolan pada daerah supra pubik, retensi urine.
d. Palpasi : akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan klien ingin buang air kecil,
retensi urine.
e. Perkusi : redup, residual urine.
f. Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan aanya penyebab lain mislanya stenose meatus, striktur
uretra, baut uretra/ kemosis.
g. Pemeriksaan rectal tocuher (colok dubur), posisi knee chest
Syarat : buli-buli kosong/ dikosongkan
Tujuan : menentukan konsitensi prostat, menentukan besar prostat.
10. Pemeriksan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi ditunjukan untuk
a. Menentukan volume Beningna Prostat Hyperthropy
b. Menentukan derajat dsifungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan benigna prostat hyperthropy,
diantaranya ada beberapa pemeriksaan radiologi yaitu:
- Intra Vena Pyclografi (IVP) : gambaran trebakulasi buli, residual urine postat, miksi, dipertikal
buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonojol disertai urolitiasis
Tanda BPH : impresi prostat, hockey stick ureter
- BOF : untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
- Retrografi dan voiding cys houretrografi : untuk melihat ada tidaknya refleks vesiko ureter /
striktur uretra.
- USG : untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran prostat
jinak/ganas.
- Pemeriksaan endoskopi
- Pemeriksaan uroflowmetri, berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan
obstruksi leher buli-buli :
 Q max : > 15 ml/detik, non obstruksi
 10-15 ml/detik, borderline
 < 10 ml/detik, obstruktif.
- Pemeriksaan laborat
 Urinalisis (tes glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na/K, Protein/Albumin, PH
dan Urnie Kultur).
 RFT, Evaluasi fungsi renal
11. Penatalaksanaan
a. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan
klien.
b. Medikamentosa
Terapi ini, di indikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disetai
penyulit. Obat yang digunakan berasal dari : phitroterapi (misal : hipoksis, rosperi, serenoa
repens, Dll) gelombang alfa blocker, dang golongan supresor androen.
c. Pembedahan
1) Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a) Klien yang mengalami retensi urine akut atau pernah retensi urine akut.
b) Klien dengan residual urine > 100 ml
c) Klien dengan penyulit
d) Terapi medikamentosa tidak berhasil
e) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif
2) Pembedahan dapat dilakukan dengan
a) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90-95%)
b) Retropubic atau ekstravecikal prostatetctomy
c) Perianal prostatectomy
d) Supara pubic atau transvecikal prostatectomy
d. Alternatif lain (misalnya : kryoterapi, hipertermia, termotrapi, terapi ultrasonik).
B. Diagnosa dan Perencanaan Benigna Prostat Hyperthropy (BPH)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut
1. Pre oprasi
a. Obstruksi akut/ kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesarabn prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara
adekuat
1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi
2) Kriteria hasil :
o Berkemih dalam jumlah yang cukup
o Tidak teraba sistensi kandung kemih
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.1
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 1
No Interverensi Rasional
1. Dorong klien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Meminimalensikan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung
kemih
2. Observasi aliran urine perhatikan
ukuran dan kekuatan pancaran
urine
Untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta
jumlah setiap kali berkemih
Retensi urine meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung
Peningkatan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal, kandung
kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi
(antispamodik)
Mengurangi spasme kandung kemih
dan mempercepat penyembuhan
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli-buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal
infeksi urinaria.
1) Tujuan : nyeri hilang/ terkontrol
2) Kriteria hasil :
o Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol
o Menunjukkan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu
o Tampak rileks, tidur/istirahat dengan tepat
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.2
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 2
No Interverensi Rasional
1. Dorong klien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Meminimalensikan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung
kemih
2. Observasi aliran urine perhatikan
ukuran dan kekuatan pancaran
urine
Untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta
jumlah setiap kali berkemih
Retensi urine meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung
Peningkatan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal, kandung
kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi
(antispamodik)
Mengurangi spasme kandung kemih
dan mempercepat penyembuhan
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
c. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis
1) Tujuan : keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara
2) Kriteria hasil :
o Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil, nadi priver, teraba,
pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluarnya urine tepat.
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.3
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 3
No Interverensi Rasional
1. Awasi keluaran tiap jam bila
diindikasikan. Perhatikan
keluaran 100-200 ml
Diuresis yang cepat dapat mengurangi
volume total karena ketidak cukupan
jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal
2. Pantau masukan dan keluaran
cairan
Indikator keseimbangan cairan dan
kebutuhan penggantian
3. Awasi tanda-tanda vital,
perhatikan peningkatan nadi dan
pernafasan, penurunan tekanan
darah, diaforesis, pucat
Deteksi dini terhadap hipovelemik
sistemik
4. Tingkatkan tirah baring dengan
kepala lebih tinggi
Menurunkan kerja jantung memudahkan
hemeostatis sirkulasi
5. Kolaborasi dalam memantau
pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi, contoh : Hb/Ht, jumlah
sel darah merah, pemeriksaan
koagulasi, jumlah trombosit
Berguna dalam evaluasi kehilangan darah
/ kebutuhan penggantian. Serta dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi
misalnya penurunan faktorpembekuan
darah
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan/menghadapi prosedur bedah
1) Tujuan : Klien tampak rileks
2) Kriteria hasil :
o Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
o Menunjukan rentang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.4
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 4
No Interverensi Rasional
1. Dampingi klien dan bina
hubungan saling percaya
Menunjukan perhatian dan keinginan
untuk membantu
2. Memberikan informasi tentang
prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Membantu klien dalam memahami tujuan
dari suatu tindakan
3. Dorong klien atau orang terdekat
untuk menyatakan masalah atau
perasaan
Memberikan kesempatan pada klien dan
solusi pemecahan masalah
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
e. Resiko tinggi infeksi
Infeksi berhubungan dengan prosedur inpasif : alat selama pembedahan, kateter irigasi kandung
kemih sering.
1) Tujuan : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Kriteria hasil :
o Klien tidak mengalami infeksi
o Dapat mencapai waktu penyembuhan
o Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shcok
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.5
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 5
No Interverensi Rasional
1. Pertahankan sitem kateter steril,
berikan perawatan kateter
dengan steril
Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi
2. Anjurkan intake cairan yang
cukup (2500-3000) sehingga
dapat menurunkan potensial
infeksi
Meningkatkan output urine sehingga
resiko terjadi ISK dikurangi dan
mempertahankan bakteri ke kandung
kemih
3. Pertahankan posisi urobag
dibawah
Menghindari reflek balik urine yang
dapat memasukan bakteri ke kandung
kemih
4. Observasi tanda-tanda vital,
laporkan tanda-tanda shock dan
demam
Mencegah sebelum terjadi shock
5. Observasi urine : warna, jumlah,
bau.
Mengidentifikasi adanya infeksi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
memberi obat antibiotik
Untuk mencegah infeksi dan membantu
proses penyembuhan
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
f. Resiko tinggi Perdarahan berhubugnan dengan tindakan pembedahan
1) Tujuan : tidak terjadi perdarahan
2) Kriteria hasil :
o Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan
o Tanda-tanda vital dalam batas normal
o Urin lancar lewat kateter
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.6
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 6
No Interverensi Rasional
1. Jelaskan pada klien tentang
sebab terjadi perdarahan setelah
Menurunkan kecemasan klien
mengetahui tanda-tanda perdarahan
pembedahan dan tanda-tanda
perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika
terdeteksi gumpalan dalam
saluran kateter
Gumpalan dapat menyumbat kateter,
menyebabkan peregangan dan perdarahan
kandung kemih
3. Sediakan diet makanan tinggi
serat dan memberi obat untuk
memudahkan defekasi
Dengan peningkatan tekanan pada fosa
prostatik yang akan mengendapkan
perdarahan
4. Mencegah pemakaian
termometer rektal, pemeriksaan
rektal atau huknah, untuk
sekurang-kurangnya satu minggu
Dapat menimbulkan perdarahan prostat
5. Pantau traksi kateter : catat
waktutraksi dipasang dan kapan
traksi di lepas
Traksi kateter menyebabkan
pengembangan balon ke sisi fosa
prostatik, menurunkan perdarahan.
Umumnya di lepas 3-6 jam setelah
pembedahan
6. Observasi : tanda-tanda vital tiap
4 jam, masukan dan keluaran
warna urine
Deteksi awal terhadap komplikasi,
dengan intervensi yang tepat mencegah
kerysakan jaringan yang permanen
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
g. Resiko tinggi seksual berhubungan dengan ketakuan akan impoten akibat dari TUR-P
1) Tujuan : Fungsi seksual dapat dipertahankan
2) Kriteria hasil :
o Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun
o Klien menyatakan pemahaman situasi individual
o Klien menunjukan keterampilan pemewcahan masalah
o Klien mengerti tentang TUT-P pada seksual
3) Rencana tindakan :
Tabel 2.7
Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 7
No Interverensi Rasional
1. Bri kesempatan pada klien untuk
memperbincangkan tentang
pengaryh TUR-P terhadap
seksual
Untuk mengetahui masalah klien
2. Jelaskan tentang : kemungkinan
kembali ketingkat tinggi seperti
semula dan kejadian ejakulasi
retrogad (air kemih seperti susu)
Kurang pengetahuan dapat
membangkitkan cemas dan berdampak
disfungsi seksual
3. Mencegah hubungan seksual 3-4
minggu setelah operasi
Bisa terjadi perdarahan dan
ketidaknyamanan
4. Dorong klien untuk menanyakan
kedokter selama di rawat di
rumah sakit dan kunjungan
lanjutan
Untuk mengklarifikasi kekhawatiran dan
memberikan akses kepada klien
penjelasan yang spesifik.
Sumber : (Doengoes, 2001 : 418)
2. Implementasi
Implementasi yaitu pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Nasrul Effendy, 1995 : 40).
3. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan rencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya (Effendy, 1995 : 460).
Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif yaitu dilihat
langsung setelah tindakan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah dilihat setelah adanya
rentang waktu perawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
: Tn. I
: 70 Tahun
min : Laki-laki
: Islam
: SD
: Wiraswasta
a : Sunda/Indonesia
ital : Kawin
asuk RS : 23 Juli 2011
Rec : 241391
mar : Bougenville / III
Medis : Pre dan Post Operasi Prostatomy (BPH)
ngkajian : 25 Juli 2011
: Karangsari RT. 04/11 Maleber – Ciamis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 32 Tahun
Alamat : Karangsari Rt.04/11 Maleber Ciamis
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien nyeri BAK
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sebelum masuk Rumah Sakit + 3 minggu mengeluh nyeri susah BAK dan klien datang ke
IGD RSUD Ciamis tanggal 23 Juli 2011, dengan keluhan nyeri BAK rasa sakit yang menusuk,
pada saat dikaji tanggal 25 Juli 2011 klien diperiksa dengan dilakukannya palpasi di daerah
abdomen bagian bawah Dan klien masih nyeri BAK
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit, klien baru pertama dirawat dan belum
pernah menderita penyakit berat atau keturunan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit berat ataupun keturunan.
c. Keadaan Umum
1) Penampilan Umum : Klien tampak Lemah
2) Kesadaran :
- Kwalitas : Compos mentis
- Kwantitas : E = 4 M = 5 V = 6
- Fungsi Kortikal (orientasi) : Klien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dapat membedakan
waktu dan tempat.
3) Berat Badan/Tinggi Badan :
- Berat Badan Seblum Sakit : 50 kg
- Berat Badan Saat Sakit : 45 kg
- Tinggi Badan : + 165 cm
4) Tanda-tanda Vital
T = 150/80 mm Hg R = 20x/menit
P = 82x/menit S = 360C
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Neurologik
(a) Kesadaran : Composmentis
(b) Kepala dan Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut pendek, warna rambu hitam bercampur dengan uban, kulit kepala
kotor.
(c) Mata
Konjungtiva ananemis, sklera an ikterik, pupil isulus, bentuk bulat, reflek pupil terhadap cahaya
baik, tidak ada keluhan.
(d) Telinga
Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada cerumen dikedua telinga kanan dan kiri.
(e) Hidung
Bentuk simetris, penciuman baik, dapat membedakan bau/aroma, tidak ada keluhan.
2) Tes Fungsi Neurvus cranial, motorik dan sensorik
(a) Nervus I Olfactory
Penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bisa membedakan bau yang lain.
(b) Nervus II Optik
Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas konjungtiva ananemis sklera anikterik pupil
isokor.
(c) Nervus III Oculomotorik :
Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas
(d) Nervus IV Trochlear :
Klien dapat menggerakkan matanya ke atas dan kebawah
(e) Nervus V Trigeminus :
Klien dapat menutup rahang dan mengunyah
(f) Nervus VI Abdusen :
Klien dapat melihat atau menggerakkan mata kesamping
(g) Nervus VII Faisal :
Otot wajah baik, dahi dapat digerakkan ke atas kebawah
(h) Nervus VIII Akustik
Klien dapat mendengar getaran garputala dengan jelas ditandai dengan menjawab pertanyaan
perawat
(i) Nervus IX Glaspharingeal :
Klien dapat menelan makanan dengan baik.
(j) Nervus X Vagus :
Klien dapat menggerakkan kepala dan bahu
(k) Nervus XI Asesoris :
Gerakan kepala dan bahu baik, dapat digerakkan ke segala arah dan tidak ada gangguan.
(l) Nervus XII Hipoglosus : Lidah klien dapat digerakkan kesegala arah.
3) Sistem Pernapasan
(a) Dada
Bentuk simetris, pola nafas teratur, frekuensi nafas 20x / menit, bunyi nafas reguler, tidak ada
keluhan.
(f) Pola Pernafasan
Pola nafas teratur 20x/menit
(g) Bunyi Pernapasan
Tidak terdengar wezzhing, bunyi paru vesikuler.
4) Sistem Kardiovaskuler
(a) Peninggian JVP tidak ada
(b) Irama jantung normal, bunyi jantung leguer, vena jugalaris tidak mengalami peningkatan.
5) Sistem Gastrointestinal
(a) Mulut dan Kerongkongan
Keadaan mulut bersih, tidak ada lesi, gigi putih bersih
(b) Abdomen
Bentuk datar, simetris, bising usus 9x/menit, pada saat palpasi tidak ada pembesaran ada nyeri
tekan pada supra pubik.
(c) Hati
Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa
(d) Anus
Tidak ada odema, tidak ada keluhan
6) Sistem Perkemihan
(a) Ginjal
Pada saat palpasi, ginjal tidak teraba, nyeri tidak ada
(b) Kandung kemih
Tidak ada rasa nyeri
(c) Pola urinaria
Frekuensi 4x/hari, warna kuning jernih.
(d) Terpasang drain kateter
7) Sistem muskuloskeletal
(a) Ekstrimitas atas
Bentuk simetris, jari tangan lengkap, tidak ada atropi otot dan kaku sendi.
(b) Ekstrimitas bawah
5
5
5
5
Kaki kanan dan kiri tidak terdapat luka dan kelainan tidak ada variasi nilai kekuatan otot :
Kekuatan otot : 5
Klien dapat menggerakkan ekstremitas tanpa adanya hambatan
8) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
9) Sistem genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan, BAK tidak normal, adanya nyeri saat BAK
dan terpasang drain kateter.
e. Pola Aktivitas
Tabel 3.1
Data Activity Daily Living (ADL)
No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi dan Cairan
Nutrisi :
(a) Jenis
(b) Frekuensi
(c) Tambahan
(d) Pantangan
(e) Keluhan
Nasi lauk pauk, sayur
mayur, buah-buahan 3x
sehari dengan porsi
Sedang dan habis
Buah-buahan dan Kue
Tidak ada
Tidak ada
Nasi, tanpa kalori, tanpa
protein, 3x sehari
dengan porsi
Sedang dan habis
Buah-buahan dan Kue
Tidak ada
Tidak ada
Cairan :
(a) Jenis
(b) Frekuensi
(c) Jumlah
(d) Keluhan
Air putih
+ 5-6x sehari
+ 2000 cc/hari
Tidak ada
Air putih
+ 4-5x sehari
+ 1500 cc/hari
Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
(a) Warna
(b) Frekuensi
(c) Konsistensi
(d) Gangguan
Kuning khas
1x sehari
Lembek
Tidak ada
Kuning khas
1x sehari
Lembek
Tidak ada
BAK
(a) Warna Kuning jernih Kuning jernih
(b) Frekuensi
(c) Jumlah
Tidak tentu
+ 1500 cc/hari
Tidak tentu dan
terpasang DC
+ 1000 cc/hari
3 Istirahat dan Tidur
(a) Kualitas
(b) Kuantitas
Malam
Siang
Nyenyak
8-9 jam
1-2 jam
Kurang nyenyak
6-7 jam
1 jam
4 Personal Hygiene
(a) Mandi
(b) Cuci rambut
(c) Goso Gigi
(d) Ganti pakaian
(e) Gunting kuku
2x sehari pakai sabun
2x sehari
2x sehari
2x sehari
1x seminggu
1x diseka
1x selama dirawat
1x selama dirawat
1x selama dirawat
1x selama dirawa
f. Data Penunjang
1) Data Sosial
Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit, dengan perawat, dokter dan
klien/keluarga lainnya dalam 1 ruangan klien dirawat.
2) Data Ekonomi
Klien merupakan keluarga kurang mampu, terbukti klien di rawat di ruang kamar III dengan
pembayaran menggunakan pasien umum.
3) Data Spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a untuk kesembuhannya.
4) Data Psikologis
Ekspresi wajah klien tampak cemas, sering bertanya tentang kondisinya sekarang dan tentang
kesembuhannya, emosi klien stabil.
g. Konsep Diri
1) Body Image
Klien mengatakan belum pernah sakit, sampai dirawat di RS tapi sekarang klien dirawat di RS.
2) Harga Diri
Klien merasa tidak berguna, karena sekarang dirawat dan tidak bisa menafkahi keluarganya.
3) Ideal Diri
Klien mengharapkan setelah sembuh akan beraktifitas lagi sebagaimana mestinya.
4) Identitas Diri
Klien menyadari siapa dirinya dan kondisi keluarganya.
5) Kecemasan
Klien merasa khawatir menghadapi operasi
- Ekspresi wajah tidak ceria
- Bertanya tentang tindakan operasi
h. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 23 Juli 2011 Pre Operasi
No Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal
1 Hematologi Analizer
Hemoglobin (HGB)
Jml. Leukosit (WBC)
Hematokrit (HCT)
Jml. Trombosit (PCT)
Laju Endap Darah (LED)
13,0 g/d
4,4 10^3/ul
38,1%
261 10^3/ul
21 mm/jam
14-18
Dws 5,0 -10,0
40-50
150-350
<15
2 Kimia Klinik
Gula darah swaktu (GDS)
Ureum
Kreatinin
Korestrol total
S6OT (ASAT)
S6PT (ALAT)
104 mg/dl
26 mg/dl
0,9 mg/dl
163 mg/dl
28 u/L/37^OC
12 u/L/37^OC
70-120
10-50
0,5-1,1
<200
10-34
9-46
3) Urine Rutine Pre Operasi
Pemeriksaan Hasil Normal
- Warna urine
- Kekeruhan
- Keasaman pH
- Berat jenis BJ
- Protein
- Reduksi
- Urobilonogen
- Bilirubin
- Nitrit
- Leukosit
- Eritrosit
- Sel epitel
- Silinder
Merah
Jernih
9,0
< = 1,005
(++)
(-)
2,4 eu/dl
(-)
(-)
(1,2)
(6,8)
(1,2)
-
Kuning muda
Kuning agak Tua
Asam 5,5-7,0
1,005-1030
-
-
-
-
-
-
< 6 / LPB
< 3 / LPB
/ LPB
-
i. Terapi mulai diberikan tanggal 26-07-2011
1) Kalnex : berfungsi sebagai penghenti perdarahan
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
2) Terpacef : berfungsi sebagai anti biotik
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
3) Vit. K : berfunsi sebagai pembekuan darah
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena)
4) Katro : berfunsi sebagai anti nyeri
Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Intra Muscular (Im)
5) Infus RL : brfungsi sebagai cairan elektrolit
Dosis : 20 gtt/menit, cara pemberian : Parental (Intra vena)
Tabel 3.3
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 26 Juli 2011 Post Operasi
No Pemeriksaan
Hematologi
Hasil Nilai Normal
1
Hemoglobin 12.5 gr % 12-16 %
2
Leukosit
10.9 gr %
4.0-10.0 10^2 /ul Dewasa
3
Trombosit
390 gr %
140-400 10^3 /ul
4
Hematokrit
40 gr %
p. 35-45 % L. 40-50 %
2. Analisis Data
Tabel 3.4
Analisa Data Pre dan Post operasi
No Data Penyebab Masalah
1 DS :
- Klien meringis menahan
sakit
- Klien terlihat
memegang daerah perut
yang terasa sakit
DO :
- Klien sakit saat BAK
dengan skala 3 dari 0-5
- Klien mengatakan nyeri
pada bagian uretra
Adanya nyeri kelenjar prostat

Terpasangnya kateter

Lecet pada uretra

Diterima oleh reseptor nyeri

Nyeri dipersepsikan
Gangguan rasa
nyaman nyeri
2 DS :
- Ekspresi klien tidak
cerita
- Klien bertanya tentang
tindakan operasi
DO :
- Klien merasa khawatir
menghadapi operasi
- Klien mengeluh cemas
akan kesehatannya
dikarenakan akan
operasi
Ancaman perubahan status
kesehatan

Stressor psikologis

Pola koping in efektif

Cemas
Gangguan rasa
aman cemas
3 DS : Mengakibatkan penurunan pola Defisit
No Data Penyebab Masalah
- Rambut dan kepala klie
terdapat ketombe/kotor
- Ada cerumen di telinga
kanan dan kiri
- Kuku panjang
- Gigi kotor
DO :
- Klien mengatakan dan
mengaku belum keramas
tidak menggosok gigi,
tidak membersihkan
telinga
hidup sehat (PHBS)

Penurunan motivasi diri

Kurangnya tindakan dalam
merawat diri

Defisit Perawatan Diri
Perawatan Diri
4 DS :
- Luka masih basah
- Luka tampak merah
DO :
- Klien mengatakan luka
masih tampak panas
- Klien mengatakan urine
keluar dari jatihan dan
draine
Tindakan operasi

Terputusnya continuitas jaringan

Adanya jalan untuk muasi
bakteri melalui luka operasi dan
drainase

Perawatan tidak adekuat
Resiko Infeksi
5 DS :
- Klien terlihat
pembekuan darah pada
selang DC
- Klien terlihat BAK
menggunakan DC
DO :
- Klien mengatakan tidak
bisa BAK normal
- Urine keluar dari lubang
jahitan operasi dan DC
- Dokter mengatakan
terjadi perdarahan
Tindakan prostatektomy

Perdarahan

Kurangnya mengontrol dari
tenaga medis, terhadap
perdarahan di dalam vesika
urinaria

Terjadi bendungan darah
didalam vesika urinaria post
BPH
Perubahan
pola eliminasi
BAK
6 DS :
- Adanya luka operasi
pada abdomen bagian
bawah + 10 cm
sebanyak 8 jahitan
- Klien tampak menahan
nyeri saat dipalpasi
DO :
- Klien mengatakan selalu
Post BPH

Terputusnya Countinuitas
Jaringan

Serabut saraf perifer
menghentikan rongga nyeri

Diterima oleh reseptor nyeri
Nyeri
No Data Penyebab Masalah
nyeri saat merubah
posisi

Nyeri dipersepsikan
3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter
b) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan cemas dikarenakan akan
operasi
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri personal hygiene
d) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria
e) Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuiotas jaringan
f) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
4. Proses Keperawatan
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS
: 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec.
: 241391
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis
: Pre dan Post Operasi Prostatomy
Tabel 3.5
Proses Keperawatan
Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
25-07-2011
Jam 09.00
Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
obstruksi diseluran ureter
ditandai dengan :
DO :
- Klien meringis menahan
sakit
- Klien terlihat memegang
daerah perut yang terasa
sakit
DS :
- Klien mengeluh sakit saat
BAK dengan skala nyeri 3
dari 0-5
Tupan :
Setelah 2x pertemuan
klien mengerti dan
mampu mengatasi nyeri,
dengan relaksasi secara
mandiri
Tupen
Setelah 1x24 jam, nyeri
berkurang dengan kriteria
:
- Klien tidak mengeluh
nyeri
- Observasi keadaan umum
klien
- Kaji tingkat nyeri dengan
skala nyeri 1-5
- Relaksasi dan destraksi
- Kolaborasi pemberian
therapy
- Kolaborasi untuk tindakan
bedah
- Dengan mengobservasi ke
umum diharapkan dapat dik
tingkat perkembangan klien.
- Mengidentifikasi nyeri yang
diberikan sejauhmana
mempengaruhi aktivitas
25-07-2011
Jam 10.00
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan akan
operasi ditandai dengan:
DO :
- Klien tampak cemas
DS :
- Klien mengeluh cemas akan
kesehatannya dikarenakan
operasi
Tupan :
Setelah 1x24 jam cemas
hilang dan klien percaya
diri
Tupen
Dalam waktu 1x24 jam
cemas berkurang dengan
kriteria
- Klien mengerti tentang
penyakitnya
- Klien tampak tenang
- Klien tidak cemas lagi
- Berikan dukungan moril
kepada klien untuk
menambah ketenangan
- Kaji aplikasi prosedur dari
harapan masa depan
- Kaji tingkat pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
- Dengan memberikan duk
moril diharapkan akan mena
ketenangan klien dan keya
bahwa klien akan sembuh
- Memberikan dasar penget
dimana klien dapat mencer
pilihan informasi
- Dengan mengkaji t
pengetahuan klien te
penyakitnya
25-07-2011
Jam 10.30
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya
perawatan diri ditandai
dengan :
Tupan :
- Personal hygiene dapat
dipenuhi dengan bantuan
perawat dan keluarga
- Klien mampu melakukan
perawatan diri personal
- Observasi keadaan dari klien
- Libatkan keluarga dalam
perawatan diri klien secara
mandiri
- Mengidentifikasi kekur
dalam perawatan diri klien
- Meningkatkan keadaran klien
kebutuhan personal hygiene
- Meningkatkan keterl
keluarga dalam memudahkan
Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
DO :
- Rambut klien tampak kotor
- Gigi klien tampak kotor
DS :
- Klien mengaku belum
keramas serta gosok gigi
hygiene secara mandiri. tindakan terhadap klien.
26-07-2011
Jam 09.00
Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan
beku darah di dalam vesika
urinaria, ditandai dengan :
DO :
- Terlihat pembekuan darah
pada selang drainase
- Klien terlihat BAK dengan
menggunakan DC
DS :
- Klien mengatakan tidak bisa
BAK dengan normal
- Dokter menyatakan
terjadinya perdarahan
Tupan :
Klien bisa BAK dengan
normal
Tupen
Setelah 2x24 jam
dilakukan perawatan BAK
klien normal dengan
kriteria :
- Urine mengalir lancar
melalui kateter
- Bekuan darah bisa
menghilang secara
bertahap
- Intake dan output urine
dapat diketahui
- Anjurkan klien untuk banyak
minum 3000 ml sesuai
toleransi
- Catat intake dan output
cairan
- Lakukan spooling DC
- Mempertahankan hidrasi ad
dan perfusi ginjal untuk aliran
- Indikator keseimbangan caira
kebutuhan penggantian
- Membantu mempermudah
urine jika tejradi sumbatan
kandung kemih
26-07-2011
Jam 10.00
Nyeri berhubungandengan
countinuitas jaringan
ditandai dengan :
DO :
- Adanya luka operasi pada
abdomen bagian bawah + 10
cm sebanyak +8 jahitan
- Klien tampak menahan nyeri
saat dipalpasi
DS :
- Klien mengatakan selalu
nyeri saat merubah posisi
Tupan :
Luka operasi sembuh
sehingga rasa nyeri klien
hilang
Tupen :
Dalam waktu 2x24 jam
rasa nyeri klien berkurang
- Klien tidak meringis
kesakitan saat merubah
posisi
- Klien dapat mengetahui
teknik relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri
(merubah posisi, mika
miki dan menarik nafas
dalam)
Tupan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan dalam waktu
72 jam iritasi tidak terjadi
- Kaji tingkat nyeri dengan
skala 3 0-5
- Anjurkan teknik mengurangi
nyeri (mobilisasi, relaksasi
dan distraksi )
- Komunikasi yang informatif
dengan keluarga
- Kolaborasidengan dokter
dalam pemberian therapy
sesuai prosedur
(a) Kalnex 2x1/hari
(b) Terpacef 2x1 amp
(c) Vit K 2x1 amp
(d) Katro 2x1 amp
(e) Infus RL 20 gtt/menit
- Diharapkan dapat meng
sejauhmana tingkat nyeri
dirasakan klien.
- Dengan menganjurkan
mengurangi nyeri (mob
relaksasi dan distraksi) dihar
klien nyeri berkurang
- Komunikasi yang info
dengan keluarga
- Dengan memberikan therapi s
dengan prosedur diharapkan
nyeri, klien berkurang/hilang
26-07-2011
Jam 10.45
Resiko infeksi berhubungan
dengan adanya jalan untuk
Tupan :
Tanda-tanda infeksi
- Kaji tanda-tanda infeksi
dengan cara infeksi
- Untuk mengetahui adanya t
tanda infeksi pada daerah luka
Tanggal/
Jam
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
invasi bakteri, ditandai
dengan :
DO :
- Luka masih basah
- Luka tampak merah
DS :
- Klien mengatakan luka
terasa panas dan nyeri
- Klien mengatakan urine
keluar dari jahitan dan
drainase
hilang dan luka sembuh
Tupen
Setelah 2x24 jam tanda-
tanda infeksi berkurang
- Mikrosis tidak ada
- Klien tidak mengeluh
panas pada daerah luka
- Luka kering
- Observasi suhu tubuh setiap
4 jam sekali dan laporkan
bila suhu lebih dari 380
C
- Kolaborasi pemberian
therapi dan pemberian sesuai
prosedur
- Lakukan perawatan luka
dengan teknik antisep dan
antiseptik setiap 3x hari
operasi
- Untuk mengetahui gejala
terjadinya infeksi
- Diharapkan dapat memper
proses penyembuhan dan men
serta membunuh bakteri pen
infeksi melalui sirkulasi sis
yang kemudian dikirim ke d
luka operasi
- Diharapkan dapat mem
proses penyembuhan luka
mencegah kuman
berkembang biak pada daerah
sehingga akan memperberat k
luka.
5. Implementasi dan Evaluasi
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS
: 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec.
: 241391
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis
: Pre dan Post Operasi Prostatomy
Tabel 3.6
Impementasi dan Evaluasi
Tanggal/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Hasil/Respon Paraf
25-07-2011
Jam 09.00
DX I a. Mengobservasi TTV
T : 150/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 360
C
b. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 3 yaitu
nyeri dirasa pada saat merobah posisi
- Perubahan pola eliminasi urine
T : 130/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 360
C (Aji Haidir Rahma
25-07-2011
Jam 10.00
DX II a. Memberikan dukungan moril serta
mengalihkan perhatiannya kepada hal yang
lain sehingga rasa cemas berkurang
b. Mengkaji aplikasi prosedur dan
memberikan informasi tentang penyakit
klien
c. Memberikan penyuluhan terhadap klien
tentang penyakitnya dan memberikan
informasi yang jelas sehingga mengurangi
kecemasan klien
Rasa cemas klien teratasi dengan
kriteria :
- Klien mengerti tentang penyakitnya
- Klien tampak tenang
- Klien tidak cemas (Aji Haidir Rahma
25-07-2011
Jam 10.30
DX III a. Mengobservasi keadaan kebersihan klien
b. Menginformasikan pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene
c. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan
perawatan diri personal hyeine
- Klien mengaku sudah keramas
dengan dibantu perawat
- Klien mengakui sudah gosok gigi
dibantu perawat
- Klien sudah melakukan personal
hygiene dengan dibantu perawat
(Aji Haidir Rahma
26-07-2011
Jam 09.00
DX IV a. Menganjurkan klien untuk minum sebanyak
3.000 ml
b. Mencatat intake output
c. Spooling denganmenggunakan NaCl 10 cc
Eliminasi urine belum terpenuhi
ditandai dengan :
- Bekuan darah dalam vesika urinaria
masih ada
- Urine masih keluar melalui lubang
jahitan operasi dan bukan melalui
selang kateter
- Output urine tidak diketahui
(Aji Haidir Rahma
26-07-2011
Jam 10.00
DX V a. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 2 yaitu
nyeri saat merubah posisi
b. Mengkaji TTV
c. Menganjurkan dan menjelaskan teknik
mengurangi rasa nyeri yaitu :
- Mobilisasi (mika miki)
Nyeri klien berkurang ditandai dengan
:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
dengan skala nyeri 2, yaitu nyeri
dengan tidak nyaman
- Teknik distraksi dan relaksasi
(Aji Haidir Rahma
Tanggal/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Hasil/Respon Paraf
- Distraksi (mengobrol)
- Relaksasi (nafas dalam)
d. Memberikan terapi :
Ko
- Kalnex 2x1/hari
- Terpacef 2x1 amp
- Vit K 2x1 amp
- Infus RL 20 gtt/menit
dilaksanakan
26-07-2011
Jam 10.45
DX VI a. Mengkaji tanda-tanda infeksi daerah luka
b. Mengkaji TTV
c. Memberikan therapi antibiotik (terrpacef IV
2x1 amp)
d. Mengganti balutan dengan teknik antisep
dan antiseptik (instrumen steril)
Tanda-tanda infeksi masih ada,
ditandai dengan :
- Jaringan mikosis masih ada
- Klien masih mengeluh panas pada
daerah luka
- Klien mengatakan nyeri masih ada
dengan skala 3, yaitu nyeri apabila
merubah posisi
(Aji Haidir Rahma
6. Catatan Perkembangan
Nama : Tn. I Tanggal masuk RS : 23 Juli 2011
Umur : 70 Tahun No. Med. Rec : 241391
a Medis : Pre dan Post OperasiProstatomy
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
1 25-07-2011
Jam 09.30
DX I S :
O:
A:
P:
I:
E:
R
:
Klien mengatakan dapat BAK sedikit demi
sedikit disertai nyeri
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi output urine
Gangguan pola eliminasi teratasisebagian,
klien masih mengeluh nyeri dengan skala 3
0 1 2 3 4 5
Kaji kembali penyebab gangguan pola
eliminasi teratasisebagian
(Aji)
2 25-07-2011
Jam 10.00
DX II S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan dapat mengatasi rasa
cemasnya
Klien tidak cemas
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi rasa cemas klien
Klien dioperasi
Kaji kembali rasa cemas klien
(Aji)
3 25-07-2011
Jam 10.30
DX III S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan senang karena sudah
dilakukannya keramas dan gosok gigi
Klien terlihat segar
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi kembali kondisi, kebersihan
klien karena tanggal 26-07-2011 klien dioperasi
Defisit perawatan diri teratasisebagian
Kaji kembali personal hygiene karena sudah
dioperasi
50
(Aji)
4 26-07-2011
Jam 09.00
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
Klien mengatakan tampak sedikit semi sedikit
disertai nyeri
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi dilanjutkan
Mengobservasi output urine
(Aji)
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
E:
R:
Gangguan pola eliminasi teratasi, sebagian,
klien masih mengeluh nyeri skala 3
0 1 2 3 4 5
Kaji kembali penyebab gangguan pola
eliminasi teratasisebagian
5 26-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
-
-
Resiko terjadinya infeksi
ObservasiTTV
T = 120/80 mmHg
P = 82x/menit
R = 20x/menit
S = 360
C
Mengobservasi jumlah protein dalam urine
Jumlah protein dalam urine menurun
Intervensi lanjutkan
(Aji)
6 26-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien masih tampak meringis
Masalah teratasisebagian
Intervensi lanjutkan
- Mengobservasi keadaan umum klien, dengan
mengukur TTV
T = 120/80 mmHg
P = 82x/menit
R = 20x/menit
S = 360
C
- Kaji tingkat nyeri skala 3
0 1 2 3 4 5
Gangguan nyaman nyeri teratasisebagian
karena klien masih mengeluh nyeri dengan
skala 3
Kaji kembali penyebab klien masih mengeluh
nyeri, dengan skala 3
(Aji)
1 27-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
- Klien mengatakan urine masih keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
(Aji)
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
P :
I:
E:
R:
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
sesuai toleransi
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
Luka masih ada dan basah
Infeksi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 3620
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000
mg
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
(Aji)
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi (fistel urine) dengan skala nyeri 3 bila
ubah posisi
- Klien tampak tenang diam
- Terdapat luka operasi pada daerah perut
bawah +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi dan pada saat diganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan analgetik
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
(Aji)
1 28-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
- Klien mengatakan urine masih keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari luka jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan pola eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
E:
R:
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S:
O:
A:
I:
E:
R:
Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
Luka masih ada dan masih basah
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 360
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000
mg
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi
- Klien tampak banyak diam
- Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi dan pada saat diganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan analgetik Kaltro 2x1
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
1 29-07-2011
Jam 10..30
DX IV S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
- Klien mengatakan urine keluar dari luka
jahitan operasi dan drainase
- Klien mengatakan masih belum bisa BAK
dengan normal
- Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi
dan drainase
- Bekuan darah didalam vesika urinaria masih
ada
Perubahan pola eliminasi urine
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml
- Mencatat intake dan output cairan
- Melakukan spooling DC
Eliminasi urine belum terpenuhi
Observasikembali bendungan darah didalam
veika urinaria
2 27-07-2011
Jam 10.00
DX V S: Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada
daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila
ubah posisi
No
Tanggal/
Jam
No. Diagnosa
Keperawatan
Perkembangan Pasien Pelaksana
O:
A:
P:
I:
E:
R:
Luka masih ada dan masih basah
Infeksi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tanda-tanda infeksi
- Mengobservasi suhu 360
C
- Memberikan antibiotik terpacef 2x1 amp/iv
Tanda-tanda infeksi masih ada
Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka
3 27-07-2011
Jam 10.45
DX VI S:
O:
A:
P :
I:
E:
R:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi
- Klien tampak banyak diam
- Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan
- Klien tampak meringis kesakitan saat di
palpasi atau ganti balutan
Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah
posisi
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji tingkat nyeri
- Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan therapi analgetik
Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi)
Kaji tingkat nyeri
B. PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan praktek asuhan keperawatan secara langsung pada klien,
penulis memahami bahwa proses keperawatan tidak jauh berbeda dengan teori yang didapat.
Proses tersebut terdiri dari pengkajian, interverensi, implementasi, dan evaluasi. Tetapi disini
penulis mendapatkan kesenjangan yang muncul antara teori dan kenyataan di lapangan, untuk
itu dalam pembahasan ini penulis akan mencoba membahas beberapa kesenjangan yang
dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : Pre dan Post opoerasi Benigna Prostat Hiypertrophy (BPH). Adpun beberapa
kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan dapat penulis uraikan yaitu :
1. Pengkajian
Dalam tahap ini penulis mengkaji klien secara komperhensif yang meliputi aspek bio,
psiko, sosio dan spiritual. Data yang diperoleh penulis berasal dari klien, keluarga, catatan
status klien dan tim kesehatan lain (dokter dan perawat ruangan) dengan wawancara
langsung, observasi langsung dn pengkajian fisik.
Data hasil pengkajian pada klien pre dan post operasi BPH adalah klien meringis
menahan sakit, terlihat memegang perut yang terasa sakit, mengeluh sakit saat BAK dengan
skala nyeri 3 dari 0-5. Klien tampak cemas, klien mengeluh cemas akan kesehatannya
dikarenakan akan dioperasi, rambut klien tampak kotor, gigi klien tampak kotor, klien
mengaku belum keramas serta gosok gigi, terlihat pembekuan darah pada selang drinase,
klien terlihat BAK dengan menggunakan cateter, klien mengatakan tidak bisa BAK dengan
normal, dokter mengatakan terjadi perdarahan, adanya luka operasi pada abdomen bagian
bawah ± 10 cm sebanyak ± 8 jahitan, klien tampak menahan nyeri saat dipalpasi, klien
mengatakan selalu nyeri saat merubah posisi, luka masih basah, luka tampak merah, klien
mengatakan luka terasa panas dan nyeri, klien mengatakan urine keluar dari jahitan dan
drinase. Setelah dianalisa data-data tersebut sesuai dengan data tinjauan teoritis.
Namun dapat perbedaan antara tinjauan teoritis dan hasil pengkajian adalah masalah
yang timbul adalah Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas dikarenakan akan
operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri personal hygiene. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan bendunagan darah di dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya
continuitas jarinagan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
Interverensi yang dilakukan adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan
skala nyeri 1-5, relaksai dan distraksi, kloaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk
tindakan bedah, berikan dukungan moril kepada klien untuk menambah ketenangan klien,
kaji aplikasi prosedur dan harapan masa depan, kaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya, observasi keadaan diri klien, libatkan keluarga dalam perawatan diri klien
secara mandiri, anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai toleransi, catat intake
dan output cairan, kaji tingkat nyeri dengan sekala numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi
nyeri (mobilisasi, relaksasi, dan distraksi), komunikasi yang informatif dengan keluarga,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji
tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi, observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan
laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kloaborasi pemberian antibiotik dan pemberian sesuai
prosedur, lakukan perwatan luka dengan teknik antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari.
Masalah yang teratasi adalah defisit perawatan diri, resiko terjadinya infeksi,
sedangkan masalah yang masih teratasi sebagian adalah nyeri berhubungan dengan
terputusnya continuitas jaringan, dan cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diadnosa yang ditemukan penulis di lapangan pada klien pre dan post operasi Benigna
Prostat Hyipertrophy (BPH) yaiyu : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter,
cemas merhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan klien cemas
dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene sedanghkan pada post
operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di
dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jarinagan, resiko
infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
Sedangkan masalah yang ditemukan oleh penulis di lapangan pada klien pre dan post
operasi BPH adalah gangguan rasa nyeri, cemas, perubahan pola eliminasi, infeksi dan resiko
tinggi terhadap iritasi.
Penulis menyimpulkan diagnosa keperawatan yang timbul pada tinjauan kasus sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis, hal tersebut didukung oleh
refrensi yang memadai dan pengefektifan waktu dalam menganalisa data.
3. Perencanaan
Dalam perencanaan pada masalah keperawatan yang tidak muncul diantaranya
gangguan pola pernafasan, penurunan volume cairan, perubahan nutrisi, gangguan integritas
jaringan, retensi urine, dan perencanaan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Pen ulis tidak
menemukan hambatan, karena sikap koopratif klien, tanggapan positif dari keluarga,
sehingga tahapan-tahapan perencanaan dapat dipahami dan diterima klien serta keluarga juga
dukungan dari perawat ruangan yang memebrikan masukan dan saran terhadap penyusunan
perencanaan.
4. Pelaksanaan
Penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dalam perencanaan dengan cara kerjasama antara klien dan keluarga, perawat ruangan, dan
tim kesehatan lain. Sehingga penulis dapat pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini penulis menemukan beberapa hambatan dan kesulitan
diantaranya : pada saat perawatan luka, pengunjung kurang dibatasi. Adapun untuk
mengatasinya penulis mencoba membatasi pengunjung pada saat perawatan luka dan hanya
dua orang yang diperbolehkan untuk menemani klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang dilakukan
dengan mengacu pada tujuan yang terdapat pada perencanaan, dimana tahap ini berguna
untuk memulai kemajuan atau kemunduran kesehatan klien setelah dilakukan rencana asuhan
keperawatan. Dari asuhan keperawatan didapat klien dan keluarga sangat koopratif, sehingga
dapat berkolaborasi dalam pelaksanaan evaluasi yang disesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : pre dan post operasi benigna prostat hyipertrophy, ditemukan adanya masalah-
masalah baru yaitu pada hari ke-5 setelah operasi masalah yang timbul pada klien Tn. I
diantaranya nyeri perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan terputusnya
continuitas jaringan, dan resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi
bakteri. Dari ketiga masalah yang timbul tersebut, masalah yang belum teratasi yaitu nyeri
berhubungan dengan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam
vesika urinaria.
6. Pendokumentasian
Dalam pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi
BPH dalam bentuk karya tulis ilmiah, masalah yang dihadapi penulis adalah kurang
tersedianya literatur di perpustakaan sehingga penulis harus meminjam ke perpustakaan lain.
Adapun hal-hal yang mendukung di dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
diantaranya :
a. Dukungan dari perawat ruangan dan saran dari pembimbing yang sangat membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
b. Klien dan keluarga dapat diajak kerjasama sehingga lebih memudahkan untuk memberikan
asuhan keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN RKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : pre dan post operasi BPH, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari proses
keperawatan yang terdiri dari :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan secara komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual.
Pengkajian dilakukan menggunakan alat pemeriksaan fisik yang memadai untuk
mendapatkan data dan menemukan permasalahan klien, kerjasama dengan klien dan perawat
ruangan. Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki,
serta menggali informasi dari klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita oleh klien.
2. Diagnosa keperawatan pre operasi yang muncul pada Tn. I dengan gangguan sistem
perkemihan : akibat Benigna Prostat Hypertrophy, yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan
dengan obstruksi di saluran ureter, cemas berhubungsn dengan kurangnya pengetahuan
ditndai dengan klien cemas dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene.
Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan terputusnya
continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
3. Perncanaan dibuat terfokus pada tujuan dan berdasarkan analisa data yang telah didapat.
Intrverensi yang tersusun dari Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan pre dan post operasi
BPH adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 1-5,
relaksasi dan distraksi, kolaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk tindakan bedah.
Sedangkan post operasi BPH adalah anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai
toleransi, catat intake dan output cairan, lakukan spoeling DC, kaji tingkat nyeri dengan skala
numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi nyeri (mobilisasi, relaksasi dan distraksi),
komunikasi yang informatif dengan keluarga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi,
observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kolaborasi
pemberian anti biotik dan pemberian sesuai prosedur, lakukan perawatan luka dengan teknik
antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dilakukan berdasarkan rencana yang ditetapkan
melaui kerjasama dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan lain,
antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji tingkat nyeri, menganjurkan dan
melatih nafas dalam serta cara menahan nyeri, dan mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri,
memberikan obat analgetik, obsrvasi bising usus, melatih teknik mobilisasi, menganjurkan
klien untuk merubah posisi, memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik mobilisasi,
mengatur posisi tidur senyaman mungkin, menciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenangdengan merapihkan lingkungan tempat tidur dan membatasi pengunjung, memandikan
klien dengan cara diseka, menganjurkan kepada keluarga untuk memenuhi kebutuhan
personal hygiene klien setiap hari, mengkaji kecemasan klien, memberikan penjelasan
tentang faktor-faktor penyembuhan, mengkaji tanda-tanda infeksi disekitar luka, merawat
luka dan mengkompres luka dengan antiseptik, mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian therapy antibiotik.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana berguna untuk memilih
kemajuan atau kemunduran kesehatan klien, mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal, dan menentukan penyebab apabila tujuan tidak teratasi. Terdapat enam masalah
yang ditemukan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : pre dan post operasi BPH
diantaranya yaitu pada pre operasi BPH : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran
ureter, cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas
dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post
operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di
dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan trputusnya continuitas jaringan, resiko
infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Pada akhir evaluasi masalah
teratasi dengan data fisik : nyeri, klien terlihat tenang, temperatur 36º C, Pluse 83 x/menit,
respirasi 20 x/menit, spignomanometer 110/80 MmHg sesuai intruksi dokter dengan
melaksanakan catatan perkembangan sebanyak 3 x masalah yang teratasi adalah nyeri,
gangguan pola eliminasi dari ke enam masalah yang timbul, sebagian belum teratasi.
B. Rekomendasi
Upaya untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pelayanan keperawatan kepada
klien pre dan post operasi akibat Benigna Prostat Hypertrophy, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa pemikiran sebagai berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Khusus klien pre dan post operasi BPH, harus diperhatikan teknik steril untuk mencegah
infeksi nasokominal, maka pihak Rumah Sakit harus lebih melengkapi alat-alat atau
instrument untuk perawatan luka. Sehingga tujuan asuhan keperawatan yang optimal dapat
dicapai. Pelayanan khususnya dibidang perawatan sudah tertata dan berjalan dengan
fungsinya, serta diharapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan unggulan yang sejajar dengan
Rumah Sakit pendidikan lainnya di Indonesia.
2. Untuk Ruang Perawatan Bedah
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi BPH harus dilakukan
secara komperhensif dan mengambil data-data yang objektif.
b. Dalam melakukan tindakan keperawatan teknik septik dan antiseptik harus ditingkatkan serta
harus dioperhatikan.
3. Untuk klien dan Keluarga
Perlu ditingkatkan usaha dari klien dan keluarga untuk mempertahankan hasil yang telah
dicapai diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan peran serta dalam upaya pemeliharaan
kesehatan. Klien dan keluarga hendaknya memahami anjuran yang diberikan dan
melanjutkan perawatan selama di rumah serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
terdekat.
4. Untuk Intitusi Pendidikan
Kerjasama maupun komunikasi antar mahasiswa dengan dosen atau pembimbing telah
berjalan dengan baik. Akan tetapi mohon diperbanyak jenis dan jumlah literatur serta format
asuhan keperawatan bedah tentang gangguan sistem perkemihan khususnya mengenai
tindakan prostatectomy akibat Benigna Prostat Hypertrophy serta adanya alat yang dapat
digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan praktek.
Kaperawatan Medikal Bedah I
1.SISTEM PENCERNAAN 2.ASKEP KLIEN PRA, INTRA DAN PASCA OPERASI
Askep Persiapan pre operatif
A. PENDAHULAN
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan
fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
I. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara
umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135
– 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70
– 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam
jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran
(scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien
merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance
cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan nafas dalam
2. Latiihan batuk efektif
3. latihan gerak sendi
1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi
dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas
dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk
dan perut tidak boleh tegang.
• Letakkan tangan diatas perut
• Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat.
• Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
• Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
• Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
• Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
• Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
• Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk
dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
• Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
• Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
• Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi
dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan
pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih
cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan
optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan
secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses
penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan
merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko
lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi
organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada
orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan
untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air,
vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk
sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan
mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit
dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring
dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif.
Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan
juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak
terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau
juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin
yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang
mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-
obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama
terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-
masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko
pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka
sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari
asprirasi dengan pemasangan NGT.
II. PERSIAPAN PENUNJANG
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang
yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan
lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter
bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien
layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam
pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun
tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan
penunjang antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin),
elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10
malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP
(ppst prandial).
e. Dan lain-lain
PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan
mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan
dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini
dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
ASA grade Status Fisik Mortality (%)
I Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan herinia
ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat 0,05
II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang akan
dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan
diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi 0,4
III Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi
pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut. 4,5
IV Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat
diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard 25
V Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai
pilihan terakhir. Misal: penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar
rahim pecah. 50
INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang
sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari
dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua
tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali
pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko
apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor
seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan,
kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan
tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali
sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka
penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan
ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Berikut ini merupakan contoh form inform consent :
PERNYATAAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS/OPERASI
NAMA PASIEN : (L/P)
No. RM :
UNIT RAWAT :
Saya yang bertnda tangan di bawah ini :
Nama : ……………………….
Umur : ……………………….. tahun
Jenis kelamin : …………….
Alamat : ………………………
Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬ dari pasien yang bernama :
……………………………………………………………………………….
1. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU‫٭‬ bahwa pasien tersebut akan dilakukan tindakan
medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien.
2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resiko/komplikasi yang mungkin terjadi dari
tindakan medis/operasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila terjadi
sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik kedokteran
sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun
baik dokter maupun Rumah Sakit.
3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum dalam
kaitannya dengan tindakan medis/operasi tersebut. Saya juga mengerti dan memahami tujuan
dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu
diluar kemampuan dokter sebagai manusia ddan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga
terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter
maupu Rumah sakit.
Yogyakarta, ……………………2007
Mengetahui,
Saya yang menyatakan,
Dokter yang merawat, Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬
____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,
_____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
ulrep kadit gnay teroc ‫٭‬
III. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C.
Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih
cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi
sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan
takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan
yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara
lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit
yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-
gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
• Pengalaman operasi sebelumnya
• Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi
• Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
• Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.
• Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
• Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus
dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien
dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah
disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi
ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang
mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental
pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang
terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-
kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani
operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami
oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih
siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai
dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika
pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan
dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang
lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan
mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala
prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena
pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan
diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk
mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di
ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik
profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,
antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan
pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain
sesuai indikasi pasien.
C. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan
sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di
ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan
kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan
drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk)
steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan
zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
Kumpulan askep

More Related Content

What's hot

Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanAbdul Rochman
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasLSIM
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanChristian Paomey
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaowik15
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakwhenny
 
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanKokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanwidya lestari
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Al-Ikhlas14
 
Konsep keperawatan keluarga
Konsep keperawatan keluarga Konsep keperawatan keluarga
Konsep keperawatan keluarga pjj_kemenkes
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanAde Rahman
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 

What's hot (20)

Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Partus set
Partus setPartus set
Partus set
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Batasan Teknologi Informasi.ppt
Batasan Teknologi Informasi.pptBatasan Teknologi Informasi.ppt
Batasan Teknologi Informasi.ppt
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Mtbs
MtbsMtbs
Mtbs
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
ANC Berkualitas
ANC BerkualitasANC Berkualitas
ANC Berkualitas
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campak
 
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanKokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
4. metode pendokumentasian
4. metode pendokumentasian4. metode pendokumentasian
4. metode pendokumentasian
 
Konsep keperawatan keluarga
Konsep keperawatan keluarga Konsep keperawatan keluarga
Konsep keperawatan keluarga
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 

Viewers also liked

Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Anno Making
 
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...Operator Warnet Vast Raha
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeOperator Warnet Vast Raha
 
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialKb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (20)

Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
 
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
 
Askep ginekologi
Askep ginekologiAskep ginekologi
Askep ginekologi
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
Kti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata rahaKti jumhirah akbid paramata raha
Kti jumhirah akbid paramata raha
 
Liza
LizaLiza
Liza
 
70593200 nyeri-persalinan
70593200 nyeri-persalinan70593200 nyeri-persalinan
70593200 nyeri-persalinan
 
Luka bakar pyo
Luka bakar   pyoLuka bakar   pyo
Luka bakar pyo
 
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
 
Batu empedu
Batu empeduBatu empedu
Batu empedu
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
Kumpulan askep anton pre
Kumpulan askep anton preKumpulan askep anton pre
Kumpulan askep anton pre
 
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialKb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
 
Ards
ArdsArds
Ards
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Askep ards
Askep ardsAskep ards
Askep ards
 
Ceklist operasi bedah
Ceklist operasi bedahCeklist operasi bedah
Ceklist operasi bedah
 
Askep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasanAskep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasan
 

Similar to Kumpulan askep

KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan MasyarakatJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakatpjj_kemenkes
 
Alifia
AlifiaAlifia
Alifiajnnhh
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...Operator Warnet Vast Raha
 
pedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppipedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppiEka Siam
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBPJS Kesehatan RI
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsSii AQyuu
 
Makalah bu endah 2
Makalah bu endah 2Makalah bu endah 2
Makalah bu endah 2alicihuy
 

Similar to Kumpulan askep (20)

Bab 1 bhb
Bab 1 bhbBab 1 bhb
Bab 1 bhb
 
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan MasyarakatJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
 
Pawer point
Pawer pointPawer point
Pawer point
 
Alifia
AlifiaAlifia
Alifia
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
 
Kerangka acuan
Kerangka acuan Kerangka acuan
Kerangka acuan
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
pedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppipedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppi
 
puskesmas
puskesmaspuskesmas
puskesmas
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Laporan magang avisena multi kampus muna
Laporan magang avisena multi kampus munaLaporan magang avisena multi kampus muna
Laporan magang avisena multi kampus muna
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 
Phbs di institusi
Phbs di institusiPhbs di institusi
Phbs di institusi
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
 
Seri bpjs kesehatan skrining kesehatan
Seri bpjs kesehatan skrining kesehatanSeri bpjs kesehatan skrining kesehatan
Seri bpjs kesehatan skrining kesehatan
 
Sc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benarSc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benar
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
 
Makalah bu endah 2
Makalah bu endah 2Makalah bu endah 2
Makalah bu endah 2
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Kumpulan askep

  • 1. KUMPULANASKEP Jumat, 05 Agustus 2011 Akep BPH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut, merupakan upaya seluruh potensi bangsa baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Agar upaya usaha kesehatan yang dilaksanakan dapat berdaya guna dan berhasil guna khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka perlu disusun rencana strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014. Renstra dinas kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan. Sebagai mana visi Indonesia sehat 2014, Dinas Kesehatan Kabun Ciamis memiliki visi dengan tema : “Mewujukan Masyarakat Ciamis Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Tahun 2014” yang mengandung makna bahwa masyarakat Ciamis yang ada di Ujung Timur Provinsi Jawa Barat memiliki jiwa menumbuhkan kemandirian di bidang kesehatan sehingga akan tercapai suatu kondisi yang sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi dalam rentang waktu 5 tahun ke depan, di mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2014 (Dinkes Kab. Ciamis).
  • 2. Untuk mewujudkan visi sebagaimana tersebut diatas, maka misi yang diemban Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis dalam rangka mewujudkan visi dan misi sebagai di atas adalah : a. Meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan yang bermutu b. Meningkatkan sumberdaya kesehatan yang merata, memadai serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi c. Memberdayakan masyarakat melalui Promosi Kesehatan d. Mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan Salah satu unit pelayanan kesehatan di Wilayah kerja Dinkes Kabupaten Ciamis adalah RSUD Ciamis, yang melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan melakukan asuhan keperawatan dan dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan, asuhan keperawatan yang logis, sistematis dan teratur. RSUD Ciamis juga memiliki visi dan misi diantaranya : 1. Visi “Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis Menjadi Rumah sakit yang profesional, mandiri, dan berdaya saing yang diminati masyarakat” 2. Misi Untuk mencapai visi tersebut RSUD kelas C Kabupaten Ciamis mempunyai 3 misi yaitu : a. Menerapkan mutu pelayanan standar yang memuaskan pelanggan, b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prosfesional dan terjangkau c. Mewujudkan kemandirian rumah sakit dengan prinsip otonomi dalam pengelolaan keuangan dan SDM. Pelaksanaan proses keperawatan selalu berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia salah satunya yaitu kebutuhan eliminasi yang normal, merupakan bagian dari
  • 3. kebutuhan fisiologis yang paling dasar dalam keperawatan. Tim keperawatan diharapkan dapat merawat berbagai penyakit yang di derita masyarakat dianataranya adalah, penyakit sistem kardiovaskuler, sistem integumen, sistem neurologi dan sistem perkemihan. Salah satu penyakit yang diderita masyarakat, yaitu sistem pekemihan yang merupakan suatu tatanan yang terdiri dari ginjal, ureter, vesicourinaria, dan uretra yang menyelenggarakan serangkaian tujuan diantaranya untuk keseimbangan elektrolit tubuh. Penyakit sistem pekemihan, diantaranya adalah gagal ginjal, sindrom nefrotik, BPH, dan urolithiasis (Nefrolithiasis Uretrolithiasis dan Vesicolithiasis) (Rumoharbo, 2000). Benigna merupakan salah satu penyakit sistem pekemihan dimana benigna prostat hiperthropi adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhamabatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Purnomo, 2000). Kondisi benigna postat hperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagai peran perawat. Data penyakit bedah terbanyak di RSUD Ciamis Triwulan I (Januari – Maret) dan Triwulan II (April-Juni) 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data 15 Besar Kasus Penyakit Bedah Di RSUD Ciamis Triluan I (Januari – Maret) dan Triwulan II (April-Juni) 2011 No Nama Penyakit Jumlah Penderita Kasus Penyakit Bedah (Triwulan I dan Triwulan II) 2011 Persentase (%) 1 Tumor jinak lunak (TJL) 36 13,77 2 HIL 32 12,21 3 BPH 29 11,07
  • 4. 4 Abces 27 10,31 5 Katarak 23 8,78 6 App 20 7,63 7 Hernia 19 7,25 8 Ulcus DM 16 6,11 9 Uretro litiasis 13 4,96 10 CKR (Cidra Kepala Ringan) 12 4,58 11 Hemoroid 10 3,82 12 Illeus Obstruktif 9 3,44 13 CA Mamae 7 2,67 14 HI 6 2,29 15 Trauma Capitis 3 1,15 Jumlah Total 262 100 Sumber : Medical Record RSUD Ciamis Berdasarkan tabel di atas terlihat dari seluruh klien yang mengalami gangguan benigna mencapai urutan ke 3 sebanyak 29 orang dengan presentase 11,07% dari 15 kasus penyakit bedah yang ada di RSUD Ciamis pada tahun 2011. Mengingat kondisi tersebut diperlukan perhatian dan penanganan yang intensif terhadap penyakit BPH (Benigna Prostat Hiperthropi) karena dapat menimbulkan dampak terhadap kebutuhan manusia diantaranya rasa nyaman nyeri, pola nutrisi, imobilisasi dan penurunan volume cairan. Prostat penempatan kelenjar aksesori pada pria : tebalnya + 2 cm dan panjangnya + 3 cm dengan lebarnya + 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus dibagian posterior oleh 2 buah duktus ejakulatoris (Grenserr, 2001). Dampak Begina Porstat Hiperthropy terhadap KDM diantaranya gangguan pada eliminasi adalah : 1. Retensi urine berulang (berat), yaitu retensi urine yang gagal dengan pemasangan cateter urine sedikitnya 1 kali. 2. Infeksi saluran kencing berulang 3. Gross hematuria berulang
  • 5. 4. Batu buli-buli 5. Insufisiensi ginjal 6. Divertikula buli-buli (http//:www.go.id) Peran perawat dalam meberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : benigna postat hyperthropy sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya sebagai perawat. Hasil pengkajian pre dan post Operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy di Ruang Bougenvill pada tanggal 25-29 Juli 2011 penulis menemukan data sebagai berikut, pre operasi BPH yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan dengan obstruksi disaluran ureter, cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas di karenakan akan di operasi, depisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine behubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Berdasarkan hal tersebut penulis teratarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang disusun dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Postrat Hiperthropy (BPH) di Ruang Bougenvil RSUD Ciamis”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
  • 6. Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy dengan melalui tahap proses keperawatan dan mendokumentasikannya dalam bentuk karya tulis. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan keperawatan secara komporhensif pada kasus pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH), maka penulis mampu : a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH) secara komprehensif, menganalisa data. b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH). c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH). d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. e. Melakukan evaluasi pada klien dengan kasus pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH). f. Melakukan pendokumentasian pada klien pre dan post operasi Prostatectomy : benigna prostat hyperthropy (BPH). C. Metode Penelaahan Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang memberikan gambaran nyata
  • 7. dalam asuhan keperawatan yang diberikan, sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui : (1) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain sebagai data subjektif yang berhubungan dengan masalah kesehatan lain, (2) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang tingkat kesehatan klien, (3) Pemeriksaan fisik dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ujung kaki dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, (4) Studi Dokumenter, yaitu pengumpulan data yang didapat dari buku status perkembangan klien selama di RSUD Ciamis, (5) Studi Kepustakaan, yaitu studi melalui literatur dengan melihat dari buku sumber yang berkaitan dengan kasus yang diambil dalam pembuatan karya tulis ilmiah. D. Sistematika Penulisan Dalam sistem penulisan ini, penulis memberikan gambaran secara umum mengenai uraian pembuatan karya tulis. Adapun sistem penulisannya sebagai beirkut : BAB I : PENDAHULUAN Memberikan informasi mengenai karya tulis yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penelaahan, sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Konsep dasar dan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan meliputi pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, phatway, manajemen medik dan dampak terhadap kebutuhan dasar manusia. Asuhan keperawatan pada klien Benigna Prostat Hyperthorpy yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencnaan, implementasi dan evaluasi. BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. TINAJAUAN KASUS
  • 8. Merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prosta Hytperthropy yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan. B. PEMBAHASAN Berisi tentang kesenjangan dan kesamaan yang ditemukan antara pendekatan teoritis dengan pelaksanaan pada kasus Pre dan Post Operasi Prostatectomy : Benigna Prostat Hyperthoropy (BPH) BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Merupakan bagian akhir yang berisi tentang kejadian yang digambarkan dalam karya tulis ini. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Definisi Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glanduler interstitial, sehingga sebenarnya lebih tepat disebut hyperplasia atau abdomen prostat, namun istilah hyperthropy ini sudah umum di pakai (Rumah Orbo, 2000 :70). Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai deratajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilyn, E.D, 2000 : 671).
  • 9. Tindakan bedah untuk menangani kasus benigna prostat hyperthropy disebut dengan istilah prostataektomy yaitu tindakan reseksi bedah bagian prostat yang memeotong uretra untuk memperbaiki aliran urine dan menghilangkan retensi urinaria akut (Doengeos, 2000 : 679). 2. Anatomi Gambar 1 Kelenjar Prostat
  • 10. Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hampir sama dengan horse chestnut. Kelenjar ini mengelilingi bagian utama uretra. Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih, di belakang simfisis pubis, dna di depan rektum. Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari sejumlah kelenjar tubulat dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus didalam kapsul (John Gibson, 2003 : 335). 3. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketehaui namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan, ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain : a. Dhydro testosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi. b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
  • 11. c. Interaksi stroma-epitel, peningkatan epidermal gorwht atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel. d. Berkurangnya sel yang mati, estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. e. Teori sel stem, sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. (Rumahorbo, 2000 : 70) 4. Patofisiologi Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bleadder), didalam mempersempit saluran uretra prostatika dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan-tekanan intravesikal, sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau lower urinary tract symton / LUTS (Basuki, 2000 : 76). Pada fase-fase awal dari prostat hyperplasia, komplensasi oleh muskulus desklusor berhasil dengan sempurna, artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola kualitas miksi berubah, kekuatan seta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisihlah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir. Seringkali prostat hiperpalesia
  • 12. menambah kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan peningkatan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang di sertai timbulnya hernia dan hemoroid. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot destrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11) Gambar 2 Patway Pre Dan Post Operasi Benigna Prostat Hyperthropy
  • 13. 5. Tanda dan Gejala Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigna Prostat Hypertheropy disebut sebagai syndroma protatisme, syndroma protatisme dibagi menjadi dua yaitu : a. Gejala obstruktif - Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrusor, buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi daya tekanan dalam uretra prostatika. - Intermiency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidak mampuan otot destruktor dalam mempertahankan tekanan intravesikal sampai berakhirnya miksi. - Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada air kencing. - Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrusor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra. - Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
  • 14. b. Gejala iritasi - Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan. - Frekuency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (noeturia) dan pada siang hari. - Disturia yaitu nyeri pada waktu kencing. 6. Derajat Benigna Prostat Hyperthropy Benigna prostat hyperthropy terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya : a. Derajat I, keluhan protatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram. b. Derajat II, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia, bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya 40 gram. c. Derajat III, gangguan lebih berat dari derajat II, batas tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram. d. Derajat IV, inkontinesia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis. 7. Dampak Kebutuhan Manusia Yang Muncul Pada klien Pre Operasi Prostatektomi : Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) Benigna Prostat Hypertophy selalu terjadi pada orang tua, namun terdapat dampak kebutuhan manusia yang muncul pada klien pre operasi prostatektomi : benigna prostat
  • 15. hypertrophy akan tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu : 8. Peroes Keperawatan Pre Operasi Benigna Prostat Hyperthropy 9. Pemeriksaan Fisik a. Perhatian khusus pada abdomen : defisiensi, nutrisi, edema, pruritus, Echymosis menunjukkan renal insufsiensi dari obstruksi yang lama. b. Distensi kandung kemih c. Insepeksi : penonjolan pada daerah supra pubik, retensi urine. d. Palpasi : akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan klien ingin buang air kecil, retensi urine. e. Perkusi : redup, residual urine. f. Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan aanya penyebab lain mislanya stenose meatus, striktur uretra, baut uretra/ kemosis. g. Pemeriksaan rectal tocuher (colok dubur), posisi knee chest Syarat : buli-buli kosong/ dikosongkan Tujuan : menentukan konsitensi prostat, menentukan besar prostat. 10. Pemeriksan Radiologi Pada pemeriksaan radiologi ditunjukan untuk a. Menentukan volume Beningna Prostat Hyperthropy b. Menentukan derajat dsifungsi buli-buli dan volume residual urine
  • 16. c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan benigna prostat hyperthropy, diantaranya ada beberapa pemeriksaan radiologi yaitu: - Intra Vena Pyclografi (IVP) : gambaran trebakulasi buli, residual urine postat, miksi, dipertikal buli. Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonojol disertai urolitiasis Tanda BPH : impresi prostat, hockey stick ureter - BOF : untuk mengetahui adanya kelainan pada renal - Retrografi dan voiding cys houretrografi : untuk melihat ada tidaknya refleks vesiko ureter / striktur uretra. - USG : untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran prostat jinak/ganas. - Pemeriksaan endoskopi - Pemeriksaan uroflowmetri, berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli :  Q max : > 15 ml/detik, non obstruksi  10-15 ml/detik, borderline  < 10 ml/detik, obstruktif. - Pemeriksaan laborat  Urinalisis (tes glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na/K, Protein/Albumin, PH dan Urnie Kultur).  RFT, Evaluasi fungsi renal 11. Penatalaksanaan
  • 17. a. Observasi Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien. b. Medikamentosa Terapi ini, di indikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disetai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari : phitroterapi (misal : hipoksis, rosperi, serenoa repens, Dll) gelombang alfa blocker, dang golongan supresor androen. c. Pembedahan 1) Indikasi pembedahan pada BPH adalah : a) Klien yang mengalami retensi urine akut atau pernah retensi urine akut. b) Klien dengan residual urine > 100 ml c) Klien dengan penyulit d) Terapi medikamentosa tidak berhasil e) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif 2) Pembedahan dapat dilakukan dengan a) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90-95%) b) Retropubic atau ekstravecikal prostatetctomy c) Perianal prostatectomy d) Supara pubic atau transvecikal prostatectomy d. Alternatif lain (misalnya : kryoterapi, hipertermia, termotrapi, terapi ultrasonik). B. Diagnosa dan Perencanaan Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut
  • 18. 1. Pre oprasi a. Obstruksi akut/ kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesarabn prostat, dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat 1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi 2) Kriteria hasil : o Berkemih dalam jumlah yang cukup o Tidak teraba sistensi kandung kemih 3) Rencana tindakan : Tabel 2.1 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 1 No Interverensi Rasional 1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan Meminimalensikan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih 2. Observasi aliran urine perhatikan ukuran dan kekuatan pancaran urine Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi 3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal 4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung Peningkatan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal, kandung kemih dari pertumbuhan bakteri 5. Berikan obat sesuai indikasi (antispamodik) Mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan
  • 19. Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli-buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal infeksi urinaria. 1) Tujuan : nyeri hilang/ terkontrol 2) Kriteria hasil : o Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol o Menunjukkan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu o Tampak rileks, tidur/istirahat dengan tepat 3) Rencana tindakan : Tabel 2.2 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 2 No Interverensi Rasional 1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan Meminimalensikan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih 2. Observasi aliran urine perhatikan ukuran dan kekuatan pancaran urine Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi 3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal 4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung Peningkatan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal, kandung kemih dari pertumbuhan bakteri 5. Berikan obat sesuai indikasi (antispamodik) Mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) c. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis
  • 20. 1) Tujuan : keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara 2) Kriteria hasil : o Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil, nadi priver, teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluarnya urine tepat. 3) Rencana tindakan : Tabel 2.3 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 3 No Interverensi Rasional 1. Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml Diuresis yang cepat dapat mengurangi volume total karena ketidak cukupan jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal 2. Pantau masukan dan keluaran cairan Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantian 3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernafasan, penurunan tekanan darah, diaforesis, pucat Deteksi dini terhadap hipovelemik sistemik 4. Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi 5. Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh : Hb/Ht, jumlah sel darah merah, pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosit Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian. Serta dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktorpembekuan darah Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan/menghadapi prosedur bedah 1) Tujuan : Klien tampak rileks 2) Kriteria hasil :
  • 21. o Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi o Menunjukan rentang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut 3) Rencana tindakan : Tabel 2.4 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 4 No Interverensi Rasional 1. Dampingi klien dan bina hubungan saling percaya Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membantu 2. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan Membantu klien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan 3. Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan Memberikan kesempatan pada klien dan solusi pemecahan masalah Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) e. Resiko tinggi infeksi Infeksi berhubungan dengan prosedur inpasif : alat selama pembedahan, kateter irigasi kandung kemih sering. 1) Tujuan : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi 2) Kriteria hasil : o Klien tidak mengalami infeksi o Dapat mencapai waktu penyembuhan o Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shcok 3) Rencana tindakan : Tabel 2.5 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 5 No Interverensi Rasional
  • 22. 1. Pertahankan sitem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi 2. Anjurkan intake cairan yang cukup (2500-3000) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan bakteri ke kandung kemih 3. Pertahankan posisi urobag dibawah Menghindari reflek balik urine yang dapat memasukan bakteri ke kandung kemih 4. Observasi tanda-tanda vital, laporkan tanda-tanda shock dan demam Mencegah sebelum terjadi shock 5. Observasi urine : warna, jumlah, bau. Mengidentifikasi adanya infeksi 6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) f. Resiko tinggi Perdarahan berhubugnan dengan tindakan pembedahan 1) Tujuan : tidak terjadi perdarahan 2) Kriteria hasil : o Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan o Tanda-tanda vital dalam batas normal o Urin lancar lewat kateter 3) Rencana tindakan : Tabel 2.6 Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 6 No Interverensi Rasional 1. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah Menurunkan kecemasan klien mengetahui tanda-tanda perdarahan
  • 23. pembedahan dan tanda-tanda perdarahan 2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran kateter Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih 3. Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan 4. Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang-kurangnya satu minggu Dapat menimbulkan perdarahan prostat 5. Pantau traksi kateter : catat waktutraksi dipasang dan kapan traksi di lepas Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya di lepas 3-6 jam setelah pembedahan 6. Observasi : tanda-tanda vital tiap 4 jam, masukan dan keluaran warna urine Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerysakan jaringan yang permanen Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) g. Resiko tinggi seksual berhubungan dengan ketakuan akan impoten akibat dari TUR-P 1) Tujuan : Fungsi seksual dapat dipertahankan 2) Kriteria hasil : o Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun o Klien menyatakan pemahaman situasi individual o Klien menunjukan keterampilan pemewcahan masalah o Klien mengerti tentang TUT-P pada seksual 3) Rencana tindakan : Tabel 2.7
  • 24. Interverensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 7 No Interverensi Rasional 1. Bri kesempatan pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaryh TUR-P terhadap seksual Untuk mengetahui masalah klien 2. Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi retrogad (air kemih seperti susu) Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual 3. Mencegah hubungan seksual 3-4 minggu setelah operasi Bisa terjadi perdarahan dan ketidaknyamanan 4. Dorong klien untuk menanyakan kedokter selama di rawat di rumah sakit dan kunjungan lanjutan Untuk mengklarifikasi kekhawatiran dan memberikan akses kepada klien penjelasan yang spesifik. Sumber : (Doengoes, 2001 : 418) 2. Implementasi Implementasi yaitu pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nasrul Effendy, 1995 : 40). 3. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan rencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Effendy, 1995 : 460).
  • 25. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif yaitu dilihat langsung setelah tindakan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah dilihat setelah adanya rentang waktu perawatan. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian a. Identitas 1) Identitas Klien : Tn. I : 70 Tahun min : Laki-laki : Islam : SD : Wiraswasta a : Sunda/Indonesia ital : Kawin asuk RS : 23 Juli 2011 Rec : 241391 mar : Bougenville / III Medis : Pre dan Post Operasi Prostatomy (BPH) ngkajian : 25 Juli 2011 : Karangsari RT. 04/11 Maleber – Ciamis 2) Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. R Umur : 32 Tahun Alamat : Karangsari Rt.04/11 Maleber Ciamis Pekerjaan : IRT Hubungan dengan Klien : Anak Kandung b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Klien nyeri BAK 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien sebelum masuk Rumah Sakit + 3 minggu mengeluh nyeri susah BAK dan klien datang ke IGD RSUD Ciamis tanggal 23 Juli 2011, dengan keluhan nyeri BAK rasa sakit yang menusuk, pada saat dikaji tanggal 25 Juli 2011 klien diperiksa dengan dilakukannya palpasi di daerah abdomen bagian bawah Dan klien masih nyeri BAK 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit, klien baru pertama dirawat dan belum pernah menderita penyakit berat atau keturunan.
  • 26. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit berat ataupun keturunan. c. Keadaan Umum 1) Penampilan Umum : Klien tampak Lemah 2) Kesadaran : - Kwalitas : Compos mentis - Kwantitas : E = 4 M = 5 V = 6 - Fungsi Kortikal (orientasi) : Klien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dapat membedakan waktu dan tempat. 3) Berat Badan/Tinggi Badan : - Berat Badan Seblum Sakit : 50 kg - Berat Badan Saat Sakit : 45 kg - Tinggi Badan : + 165 cm 4) Tanda-tanda Vital T = 150/80 mm Hg R = 20x/menit P = 82x/menit S = 360C d. Pemeriksaan Fisik 1) Sistem Neurologik (a) Kesadaran : Composmentis (b) Kepala dan Rambut Bentuk kepala bulat, rambut pendek, warna rambu hitam bercampur dengan uban, kulit kepala kotor. (c) Mata Konjungtiva ananemis, sklera an ikterik, pupil isulus, bentuk bulat, reflek pupil terhadap cahaya baik, tidak ada keluhan. (d) Telinga Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada cerumen dikedua telinga kanan dan kiri. (e) Hidung Bentuk simetris, penciuman baik, dapat membedakan bau/aroma, tidak ada keluhan. 2) Tes Fungsi Neurvus cranial, motorik dan sensorik (a) Nervus I Olfactory Penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bisa membedakan bau yang lain. (b) Nervus II Optik Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas konjungtiva ananemis sklera anikterik pupil isokor. (c) Nervus III Oculomotorik : Penglihatan baik, klien dapat melihat dengan jelas (d) Nervus IV Trochlear : Klien dapat menggerakkan matanya ke atas dan kebawah (e) Nervus V Trigeminus : Klien dapat menutup rahang dan mengunyah (f) Nervus VI Abdusen :
  • 27. Klien dapat melihat atau menggerakkan mata kesamping (g) Nervus VII Faisal : Otot wajah baik, dahi dapat digerakkan ke atas kebawah (h) Nervus VIII Akustik Klien dapat mendengar getaran garputala dengan jelas ditandai dengan menjawab pertanyaan perawat (i) Nervus IX Glaspharingeal : Klien dapat menelan makanan dengan baik. (j) Nervus X Vagus : Klien dapat menggerakkan kepala dan bahu (k) Nervus XI Asesoris : Gerakan kepala dan bahu baik, dapat digerakkan ke segala arah dan tidak ada gangguan. (l) Nervus XII Hipoglosus : Lidah klien dapat digerakkan kesegala arah. 3) Sistem Pernapasan (a) Dada Bentuk simetris, pola nafas teratur, frekuensi nafas 20x / menit, bunyi nafas reguler, tidak ada keluhan. (f) Pola Pernafasan Pola nafas teratur 20x/menit (g) Bunyi Pernapasan Tidak terdengar wezzhing, bunyi paru vesikuler. 4) Sistem Kardiovaskuler (a) Peninggian JVP tidak ada (b) Irama jantung normal, bunyi jantung leguer, vena jugalaris tidak mengalami peningkatan. 5) Sistem Gastrointestinal (a) Mulut dan Kerongkongan Keadaan mulut bersih, tidak ada lesi, gigi putih bersih (b) Abdomen Bentuk datar, simetris, bising usus 9x/menit, pada saat palpasi tidak ada pembesaran ada nyeri tekan pada supra pubik. (c) Hati Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa (d) Anus Tidak ada odema, tidak ada keluhan 6) Sistem Perkemihan (a) Ginjal Pada saat palpasi, ginjal tidak teraba, nyeri tidak ada (b) Kandung kemih Tidak ada rasa nyeri (c) Pola urinaria Frekuensi 4x/hari, warna kuning jernih. (d) Terpasang drain kateter
  • 28. 7) Sistem muskuloskeletal (a) Ekstrimitas atas Bentuk simetris, jari tangan lengkap, tidak ada atropi otot dan kaku sendi. (b) Ekstrimitas bawah 5 5 5 5 Kaki kanan dan kiri tidak terdapat luka dan kelainan tidak ada variasi nilai kekuatan otot : Kekuatan otot : 5 Klien dapat menggerakkan ekstremitas tanpa adanya hambatan 8) Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid. 9) Sistem genetalia Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan, BAK tidak normal, adanya nyeri saat BAK dan terpasang drain kateter. e. Pola Aktivitas Tabel 3.1 Data Activity Daily Living (ADL) No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit 1 Nutrisi dan Cairan Nutrisi : (a) Jenis (b) Frekuensi (c) Tambahan (d) Pantangan (e) Keluhan Nasi lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan 3x sehari dengan porsi Sedang dan habis Buah-buahan dan Kue Tidak ada Tidak ada Nasi, tanpa kalori, tanpa protein, 3x sehari dengan porsi Sedang dan habis Buah-buahan dan Kue Tidak ada Tidak ada Cairan : (a) Jenis (b) Frekuensi (c) Jumlah (d) Keluhan Air putih + 5-6x sehari + 2000 cc/hari Tidak ada Air putih + 4-5x sehari + 1500 cc/hari Tidak ada 2 Eliminasi BAB (a) Warna (b) Frekuensi (c) Konsistensi (d) Gangguan Kuning khas 1x sehari Lembek Tidak ada Kuning khas 1x sehari Lembek Tidak ada BAK (a) Warna Kuning jernih Kuning jernih
  • 29. (b) Frekuensi (c) Jumlah Tidak tentu + 1500 cc/hari Tidak tentu dan terpasang DC + 1000 cc/hari 3 Istirahat dan Tidur (a) Kualitas (b) Kuantitas Malam Siang Nyenyak 8-9 jam 1-2 jam Kurang nyenyak 6-7 jam 1 jam 4 Personal Hygiene (a) Mandi (b) Cuci rambut (c) Goso Gigi (d) Ganti pakaian (e) Gunting kuku 2x sehari pakai sabun 2x sehari 2x sehari 2x sehari 1x seminggu 1x diseka 1x selama dirawat 1x selama dirawat 1x selama dirawat 1x selama dirawa f. Data Penunjang 1) Data Sosial Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit, dengan perawat, dokter dan klien/keluarga lainnya dalam 1 ruangan klien dirawat. 2) Data Ekonomi Klien merupakan keluarga kurang mampu, terbukti klien di rawat di ruang kamar III dengan pembayaran menggunakan pasien umum. 3) Data Spiritual Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a untuk kesembuhannya. 4) Data Psikologis Ekspresi wajah klien tampak cemas, sering bertanya tentang kondisinya sekarang dan tentang kesembuhannya, emosi klien stabil. g. Konsep Diri 1) Body Image Klien mengatakan belum pernah sakit, sampai dirawat di RS tapi sekarang klien dirawat di RS. 2) Harga Diri Klien merasa tidak berguna, karena sekarang dirawat dan tidak bisa menafkahi keluarganya. 3) Ideal Diri Klien mengharapkan setelah sembuh akan beraktifitas lagi sebagaimana mestinya. 4) Identitas Diri Klien menyadari siapa dirinya dan kondisi keluarganya. 5) Kecemasan Klien merasa khawatir menghadapi operasi - Ekspresi wajah tidak ceria - Bertanya tentang tindakan operasi h. Pemeriksaan Laboratorium Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 23 Juli 2011 Pre Operasi No Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal
  • 30. 1 Hematologi Analizer Hemoglobin (HGB) Jml. Leukosit (WBC) Hematokrit (HCT) Jml. Trombosit (PCT) Laju Endap Darah (LED) 13,0 g/d 4,4 10^3/ul 38,1% 261 10^3/ul 21 mm/jam 14-18 Dws 5,0 -10,0 40-50 150-350 <15 2 Kimia Klinik Gula darah swaktu (GDS) Ureum Kreatinin Korestrol total S6OT (ASAT) S6PT (ALAT) 104 mg/dl 26 mg/dl 0,9 mg/dl 163 mg/dl 28 u/L/37^OC 12 u/L/37^OC 70-120 10-50 0,5-1,1 <200 10-34 9-46 3) Urine Rutine Pre Operasi Pemeriksaan Hasil Normal - Warna urine - Kekeruhan - Keasaman pH - Berat jenis BJ - Protein - Reduksi - Urobilonogen - Bilirubin - Nitrit - Leukosit - Eritrosit - Sel epitel - Silinder Merah Jernih 9,0 < = 1,005 (++) (-) 2,4 eu/dl (-) (-) (1,2) (6,8) (1,2) - Kuning muda Kuning agak Tua Asam 5,5-7,0 1,005-1030 - - - - - - < 6 / LPB < 3 / LPB / LPB - i. Terapi mulai diberikan tanggal 26-07-2011 1) Kalnex : berfungsi sebagai penghenti perdarahan Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena) 2) Terpacef : berfungsi sebagai anti biotik Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena) 3) Vit. K : berfunsi sebagai pembekuan darah Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Parental (Intra vena) 4) Katro : berfunsi sebagai anti nyeri Dosis : 2x1 amp, cara pemberian : Intra Muscular (Im)
  • 31. 5) Infus RL : brfungsi sebagai cairan elektrolit Dosis : 20 gtt/menit, cara pemberian : Parental (Intra vena) Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 26 Juli 2011 Post Operasi No Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal 1 Hemoglobin 12.5 gr % 12-16 % 2 Leukosit 10.9 gr % 4.0-10.0 10^2 /ul Dewasa 3 Trombosit 390 gr % 140-400 10^3 /ul 4 Hematokrit 40 gr % p. 35-45 % L. 40-50 % 2. Analisis Data Tabel 3.4 Analisa Data Pre dan Post operasi No Data Penyebab Masalah 1 DS : - Klien meringis menahan sakit - Klien terlihat memegang daerah perut yang terasa sakit DO : - Klien sakit saat BAK dengan skala 3 dari 0-5 - Klien mengatakan nyeri pada bagian uretra Adanya nyeri kelenjar prostat  Terpasangnya kateter  Lecet pada uretra  Diterima oleh reseptor nyeri  Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman nyeri 2 DS : - Ekspresi klien tidak cerita - Klien bertanya tentang tindakan operasi DO : - Klien merasa khawatir menghadapi operasi - Klien mengeluh cemas akan kesehatannya dikarenakan akan operasi Ancaman perubahan status kesehatan  Stressor psikologis  Pola koping in efektif  Cemas Gangguan rasa aman cemas 3 DS : Mengakibatkan penurunan pola Defisit
  • 32. No Data Penyebab Masalah - Rambut dan kepala klie terdapat ketombe/kotor - Ada cerumen di telinga kanan dan kiri - Kuku panjang - Gigi kotor DO : - Klien mengatakan dan mengaku belum keramas tidak menggosok gigi, tidak membersihkan telinga hidup sehat (PHBS)  Penurunan motivasi diri  Kurangnya tindakan dalam merawat diri  Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri 4 DS : - Luka masih basah - Luka tampak merah DO : - Klien mengatakan luka masih tampak panas - Klien mengatakan urine keluar dari jatihan dan draine Tindakan operasi  Terputusnya continuitas jaringan  Adanya jalan untuk muasi bakteri melalui luka operasi dan drainase  Perawatan tidak adekuat Resiko Infeksi 5 DS : - Klien terlihat pembekuan darah pada selang DC - Klien terlihat BAK menggunakan DC DO : - Klien mengatakan tidak bisa BAK normal - Urine keluar dari lubang jahitan operasi dan DC - Dokter mengatakan terjadi perdarahan Tindakan prostatektomy  Perdarahan  Kurangnya mengontrol dari tenaga medis, terhadap perdarahan di dalam vesika urinaria  Terjadi bendungan darah didalam vesika urinaria post BPH Perubahan pola eliminasi BAK 6 DS : - Adanya luka operasi pada abdomen bagian bawah + 10 cm sebanyak 8 jahitan - Klien tampak menahan nyeri saat dipalpasi DO : - Klien mengatakan selalu Post BPH  Terputusnya Countinuitas Jaringan  Serabut saraf perifer menghentikan rongga nyeri  Diterima oleh reseptor nyeri Nyeri
  • 33. No Data Penyebab Masalah nyeri saat merubah posisi  Nyeri dipersepsikan 3. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter b) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan cemas dikarenakan akan operasi c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene d) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria e) Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuiotas jaringan f) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
  • 34. 4. Proses Keperawatan Nama : Tn. I Tanggal masuk RS : 23 Juli 2011 Umur : 70 Tahun No. Med. Rec. : 241391 Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis : Pre dan Post Operasi Prostatomy Tabel 3.5 Proses Keperawatan Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 25-07-2011 Jam 09.00 Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi diseluran ureter ditandai dengan : DO : - Klien meringis menahan sakit - Klien terlihat memegang daerah perut yang terasa sakit DS : - Klien mengeluh sakit saat BAK dengan skala nyeri 3 dari 0-5 Tupan : Setelah 2x pertemuan klien mengerti dan mampu mengatasi nyeri, dengan relaksasi secara mandiri Tupen Setelah 1x24 jam, nyeri berkurang dengan kriteria : - Klien tidak mengeluh nyeri - Observasi keadaan umum klien - Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 1-5 - Relaksasi dan destraksi - Kolaborasi pemberian therapy - Kolaborasi untuk tindakan bedah - Dengan mengobservasi ke umum diharapkan dapat dik tingkat perkembangan klien. - Mengidentifikasi nyeri yang diberikan sejauhmana mempengaruhi aktivitas 25-07-2011 Jam 10.00 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan akan operasi ditandai dengan: DO : - Klien tampak cemas DS : - Klien mengeluh cemas akan kesehatannya dikarenakan operasi Tupan : Setelah 1x24 jam cemas hilang dan klien percaya diri Tupen Dalam waktu 1x24 jam cemas berkurang dengan kriteria - Klien mengerti tentang penyakitnya - Klien tampak tenang - Klien tidak cemas lagi - Berikan dukungan moril kepada klien untuk menambah ketenangan - Kaji aplikasi prosedur dari harapan masa depan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya. - Dengan memberikan duk moril diharapkan akan mena ketenangan klien dan keya bahwa klien akan sembuh - Memberikan dasar penget dimana klien dapat mencer pilihan informasi - Dengan mengkaji t pengetahuan klien te penyakitnya 25-07-2011 Jam 10.30 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri ditandai dengan : Tupan : - Personal hygiene dapat dipenuhi dengan bantuan perawat dan keluarga - Klien mampu melakukan perawatan diri personal - Observasi keadaan dari klien - Libatkan keluarga dalam perawatan diri klien secara mandiri - Mengidentifikasi kekur dalam perawatan diri klien - Meningkatkan keadaran klien kebutuhan personal hygiene - Meningkatkan keterl keluarga dalam memudahkan
  • 35. Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional DO : - Rambut klien tampak kotor - Gigi klien tampak kotor DS : - Klien mengaku belum keramas serta gosok gigi hygiene secara mandiri. tindakan terhadap klien. 26-07-2011 Jam 09.00 Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan beku darah di dalam vesika urinaria, ditandai dengan : DO : - Terlihat pembekuan darah pada selang drainase - Klien terlihat BAK dengan menggunakan DC DS : - Klien mengatakan tidak bisa BAK dengan normal - Dokter menyatakan terjadinya perdarahan Tupan : Klien bisa BAK dengan normal Tupen Setelah 2x24 jam dilakukan perawatan BAK klien normal dengan kriteria : - Urine mengalir lancar melalui kateter - Bekuan darah bisa menghilang secara bertahap - Intake dan output urine dapat diketahui - Anjurkan klien untuk banyak minum 3000 ml sesuai toleransi - Catat intake dan output cairan - Lakukan spooling DC - Mempertahankan hidrasi ad dan perfusi ginjal untuk aliran - Indikator keseimbangan caira kebutuhan penggantian - Membantu mempermudah urine jika tejradi sumbatan kandung kemih 26-07-2011 Jam 10.00 Nyeri berhubungandengan countinuitas jaringan ditandai dengan : DO : - Adanya luka operasi pada abdomen bagian bawah + 10 cm sebanyak +8 jahitan - Klien tampak menahan nyeri saat dipalpasi DS : - Klien mengatakan selalu nyeri saat merubah posisi Tupan : Luka operasi sembuh sehingga rasa nyeri klien hilang Tupen : Dalam waktu 2x24 jam rasa nyeri klien berkurang - Klien tidak meringis kesakitan saat merubah posisi - Klien dapat mengetahui teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri (merubah posisi, mika miki dan menarik nafas dalam) Tupan Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 72 jam iritasi tidak terjadi - Kaji tingkat nyeri dengan skala 3 0-5 - Anjurkan teknik mengurangi nyeri (mobilisasi, relaksasi dan distraksi ) - Komunikasi yang informatif dengan keluarga - Kolaborasidengan dokter dalam pemberian therapy sesuai prosedur (a) Kalnex 2x1/hari (b) Terpacef 2x1 amp (c) Vit K 2x1 amp (d) Katro 2x1 amp (e) Infus RL 20 gtt/menit - Diharapkan dapat meng sejauhmana tingkat nyeri dirasakan klien. - Dengan menganjurkan mengurangi nyeri (mob relaksasi dan distraksi) dihar klien nyeri berkurang - Komunikasi yang info dengan keluarga - Dengan memberikan therapi s dengan prosedur diharapkan nyeri, klien berkurang/hilang 26-07-2011 Jam 10.45 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk Tupan : Tanda-tanda infeksi - Kaji tanda-tanda infeksi dengan cara infeksi - Untuk mengetahui adanya t tanda infeksi pada daerah luka
  • 36. Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional invasi bakteri, ditandai dengan : DO : - Luka masih basah - Luka tampak merah DS : - Klien mengatakan luka terasa panas dan nyeri - Klien mengatakan urine keluar dari jahitan dan drainase hilang dan luka sembuh Tupen Setelah 2x24 jam tanda- tanda infeksi berkurang - Mikrosis tidak ada - Klien tidak mengeluh panas pada daerah luka - Luka kering - Observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan laporkan bila suhu lebih dari 380 C - Kolaborasi pemberian therapi dan pemberian sesuai prosedur - Lakukan perawatan luka dengan teknik antisep dan antiseptik setiap 3x hari operasi - Untuk mengetahui gejala terjadinya infeksi - Diharapkan dapat memper proses penyembuhan dan men serta membunuh bakteri pen infeksi melalui sirkulasi sis yang kemudian dikirim ke d luka operasi - Diharapkan dapat mem proses penyembuhan luka mencegah kuman berkembang biak pada daerah sehingga akan memperberat k luka.
  • 37. 5. Implementasi dan Evaluasi Nama : Tn. I Tanggal masuk RS : 23 Juli 2011 Umur : 70 Tahun No. Med. Rec. : 241391 Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis : Pre dan Post Operasi Prostatomy Tabel 3.6 Impementasi dan Evaluasi Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Hasil/Respon Paraf 25-07-2011 Jam 09.00 DX I a. Mengobservasi TTV T : 150/80 mmHg P : 82x/menit R : 20x/menit S : 360 C b. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 3 yaitu nyeri dirasa pada saat merobah posisi - Perubahan pola eliminasi urine T : 130/80 mmHg P : 82x/menit R : 20x/menit S : 360 C (Aji Haidir Rahma 25-07-2011 Jam 10.00 DX II a. Memberikan dukungan moril serta mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lain sehingga rasa cemas berkurang b. Mengkaji aplikasi prosedur dan memberikan informasi tentang penyakit klien c. Memberikan penyuluhan terhadap klien tentang penyakitnya dan memberikan informasi yang jelas sehingga mengurangi kecemasan klien Rasa cemas klien teratasi dengan kriteria : - Klien mengerti tentang penyakitnya - Klien tampak tenang - Klien tidak cemas (Aji Haidir Rahma 25-07-2011 Jam 10.30 DX III a. Mengobservasi keadaan kebersihan klien b. Menginformasikan pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene c. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan perawatan diri personal hyeine - Klien mengaku sudah keramas dengan dibantu perawat - Klien mengakui sudah gosok gigi dibantu perawat - Klien sudah melakukan personal hygiene dengan dibantu perawat (Aji Haidir Rahma 26-07-2011 Jam 09.00 DX IV a. Menganjurkan klien untuk minum sebanyak 3.000 ml b. Mencatat intake output c. Spooling denganmenggunakan NaCl 10 cc Eliminasi urine belum terpenuhi ditandai dengan : - Bekuan darah dalam vesika urinaria masih ada - Urine masih keluar melalui lubang jahitan operasi dan bukan melalui selang kateter - Output urine tidak diketahui (Aji Haidir Rahma 26-07-2011 Jam 10.00 DX V a. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 2 yaitu nyeri saat merubah posisi b. Mengkaji TTV c. Menganjurkan dan menjelaskan teknik mengurangi rasa nyeri yaitu : - Mobilisasi (mika miki) Nyeri klien berkurang ditandai dengan : - Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 2, yaitu nyeri dengan tidak nyaman - Teknik distraksi dan relaksasi (Aji Haidir Rahma
  • 38. Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Hasil/Respon Paraf - Distraksi (mengobrol) - Relaksasi (nafas dalam) d. Memberikan terapi : Ko - Kalnex 2x1/hari - Terpacef 2x1 amp - Vit K 2x1 amp - Infus RL 20 gtt/menit dilaksanakan 26-07-2011 Jam 10.45 DX VI a. Mengkaji tanda-tanda infeksi daerah luka b. Mengkaji TTV c. Memberikan therapi antibiotik (terrpacef IV 2x1 amp) d. Mengganti balutan dengan teknik antisep dan antiseptik (instrumen steril) Tanda-tanda infeksi masih ada, ditandai dengan : - Jaringan mikosis masih ada - Klien masih mengeluh panas pada daerah luka - Klien mengatakan nyeri masih ada dengan skala 3, yaitu nyeri apabila merubah posisi (Aji Haidir Rahma
  • 39. 6. Catatan Perkembangan Nama : Tn. I Tanggal masuk RS : 23 Juli 2011 Umur : 70 Tahun No. Med. Rec : 241391 a Medis : Pre dan Post OperasiProstatomy No Tanggal/ Jam No. Diagnosa Keperawatan Perkembangan Pasien Pelaksana 1 25-07-2011 Jam 09.30 DX I S : O: A: P: I: E: R : Klien mengatakan dapat BAK sedikit demi sedikit disertai nyeri Klien masih tampak meringis Masalah teratasisebagian Intervensi dilanjutkan Mengobservasi output urine Gangguan pola eliminasi teratasisebagian, klien masih mengeluh nyeri dengan skala 3 0 1 2 3 4 5 Kaji kembali penyebab gangguan pola eliminasi teratasisebagian (Aji) 2 25-07-2011 Jam 10.00 DX II S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan dapat mengatasi rasa cemasnya Klien tidak cemas Masalah teratasisebagian Intervensi dilanjutkan Mengobservasi rasa cemas klien Klien dioperasi Kaji kembali rasa cemas klien (Aji) 3 25-07-2011 Jam 10.30 DX III S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan senang karena sudah dilakukannya keramas dan gosok gigi Klien terlihat segar Masalah teratasisebagian Intervensi dilanjutkan Mengobservasi kembali kondisi, kebersihan klien karena tanggal 26-07-2011 klien dioperasi Defisit perawatan diri teratasisebagian Kaji kembali personal hygiene karena sudah dioperasi 50 (Aji) 4 26-07-2011 Jam 09.00 DX IV S: O: A: P : I: Klien mengatakan tampak sedikit semi sedikit disertai nyeri Klien masih tampak meringis Masalah teratasisebagian Intervensi dilanjutkan Mengobservasi output urine (Aji)
  • 40. No Tanggal/ Jam No. Diagnosa Keperawatan Perkembangan Pasien Pelaksana E: R: Gangguan pola eliminasi teratasi, sebagian, klien masih mengeluh nyeri skala 3 0 1 2 3 4 5 Kaji kembali penyebab gangguan pola eliminasi teratasisebagian 5 26-07-2011 Jam 10.00 DX V S: O: A: P : I: E: R: - - Resiko terjadinya infeksi ObservasiTTV T = 120/80 mmHg P = 82x/menit R = 20x/menit S = 360 C Mengobservasi jumlah protein dalam urine Jumlah protein dalam urine menurun Intervensi lanjutkan (Aji) 6 26-07-2011 Jam 10.45 DX VI S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan nyeri berkurang Klien masih tampak meringis Masalah teratasisebagian Intervensi lanjutkan - Mengobservasi keadaan umum klien, dengan mengukur TTV T = 120/80 mmHg P = 82x/menit R = 20x/menit S = 360 C - Kaji tingkat nyeri skala 3 0 1 2 3 4 5 Gangguan nyaman nyeri teratasisebagian karena klien masih mengeluh nyeri dengan skala 3 Kaji kembali penyebab klien masih mengeluh nyeri, dengan skala 3 (Aji) 1 27-07-2011 Jam 10..30 DX IV S: O: A: - Klien mengatakan urine masih keluar dari luka jahitan operasi dan drainase - Klien mengatakan masih belum bisa BAK dengan normal - Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi dan drainase - Bekuan darah didalam vesika urinaria masih ada Perubahan eliminasi urine Lanjutkan intervensi (Aji)
  • 41. No Tanggal/ Jam No. Diagnosa Keperawatan Perkembangan Pasien Pelaksana P : I: E: R: - Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml sesuai toleransi - Mencatat intake dan output cairan - Melakukan spooling DC Eliminasi urine belum terpenuhi Observasikembali bendungan darah didalam veika urinaria 2 27-07-2011 Jam 10.00 DX V S: O: A: P : I: E: R: Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila ubah posisi Luka masih ada dan basah Infeksi Lanjutkan intervensi - Mengkaji tanda-tanda infeksi - Mengobservasi suhu 3620 C - Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000 mg Tanda-tanda infeksi masih ada Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka (Aji) 3 27-07-2011 Jam 10.45 DX VI S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi (fistel urine) dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi - Klien tampak tenang diam - Terdapat luka operasi pada daerah perut bawah +10 cm dan 8 jahitan - Klien tampak meringis kesakitan saat di palpasi dan pada saat diganti balutan Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah posisi Lanjutkan intervensi - Mengkaji tingkat nyeri - Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri - Memberikan analgetik Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi) Kaji tingkat nyeri (Aji) 1 28-07-2011 Jam 10..30 DX IV S: O: A: P : I: - Klien mengatakan urine masih keluar dari luka jahitan operasi dan drainase - Klien mengatakan masih belum bisa BAK dengan normal - Urine masih keluar dari luka jahitan operasi dan drainase - Bekuan darah didalam vesika urinaria masih ada Perubahan pola eliminasi urine Lanjutkan intervensi - Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml - Mencatat intake dan output cairan - Melakukan spooling DC
  • 42. No Tanggal/ Jam No. Diagnosa Keperawatan Perkembangan Pasien Pelaksana E: R: Eliminasi urine belum terpenuhi Observasikembali bendungan darah didalam veika urinaria 2 27-07-2011 Jam 10.00 DX V S: O: A: I: E: R: Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila ubah posisi Luka masih ada dan masih basah Lanjutkan intervensi - Mengkaji tanda-tanda infeksi - Mengobservasi suhu 360 C - Memberikan antibiotik terpacef 2x1/hari 1000 mg Tanda-tanda infeksi masih ada Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka 3 27-07-2011 Jam 10.45 DX VI S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi - Klien tampak banyak diam - Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan - Klien tampak meringis kesakitan saat di palpasi dan pada saat diganti balutan Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah posisi Lanjutkan intervensi - Mengkaji tingkat nyeri - Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri - Memberikan analgetik Kaltro 2x1 Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi) Kaji tingkat nyeri 1 29-07-2011 Jam 10..30 DX IV S: O: A: P : I: E: R: - Klien mengatakan urine keluar dari luka jahitan operasi dan drainase - Klien mengatakan masih belum bisa BAK dengan normal - Urine masih keluar dari lubang jahitan operasi dan drainase - Bekuan darah didalam vesika urinaria masih ada Perubahan pola eliminasi urine Lanjutkan intervensi - Menganjurkan klien banyak minum +3.000 ml - Mencatat intake dan output cairan - Melakukan spooling DC Eliminasi urine belum terpenuhi Observasikembali bendungan darah didalam veika urinaria 2 27-07-2011 Jam 10.00 DX V S: Klien masih mengeluh panas dan nyeri pada daerah luka, dengan skala 3, yaitu nyeri bila ubah posisi
  • 43. No Tanggal/ Jam No. Diagnosa Keperawatan Perkembangan Pasien Pelaksana O: A: P: I: E: R: Luka masih ada dan masih basah Infeksi Lanjutkan intervensi - Mengkaji tanda-tanda infeksi - Mengobservasi suhu 360 C - Memberikan antibiotik terpacef 2x1 amp/iv Tanda-tanda infeksi masih ada Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah luka 3 27-07-2011 Jam 10.45 DX VI S: O: A: P : I: E: R: Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi dengan skala nyeri 3 bila ubah posisi - Klien tampak banyak diam - Terdapat luka operasi +10 cm dan 8 jahitan - Klien tampak meringis kesakitan saat di palpasi atau ganti balutan Nyeri bertambah dengan skala 3, bila ubah posisi Lanjutkan intervensi - Mengkaji tingkat nyeri - Mengajarkan dan melatih mobilisasi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri - Memberikan therapi analgetik Nyeri berkurang skala nyeri 3 (bila ubah posisi) Kaji tingkat nyeri B. PEMBAHASAN Setelah melaksanakan praktek asuhan keperawatan secara langsung pada klien, penulis memahami bahwa proses keperawatan tidak jauh berbeda dengan teori yang didapat. Proses tersebut terdiri dari pengkajian, interverensi, implementasi, dan evaluasi. Tetapi disini penulis mendapatkan kesenjangan yang muncul antara teori dan kenyataan di lapangan, untuk itu dalam pembahasan ini penulis akan mencoba membahas beberapa kesenjangan yang dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : Pre dan Post opoerasi Benigna Prostat Hiypertrophy (BPH). Adpun beberapa kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan dapat penulis uraikan yaitu :
  • 44. 1. Pengkajian Dalam tahap ini penulis mengkaji klien secara komperhensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Data yang diperoleh penulis berasal dari klien, keluarga, catatan status klien dan tim kesehatan lain (dokter dan perawat ruangan) dengan wawancara langsung, observasi langsung dn pengkajian fisik. Data hasil pengkajian pada klien pre dan post operasi BPH adalah klien meringis menahan sakit, terlihat memegang perut yang terasa sakit, mengeluh sakit saat BAK dengan skala nyeri 3 dari 0-5. Klien tampak cemas, klien mengeluh cemas akan kesehatannya dikarenakan akan dioperasi, rambut klien tampak kotor, gigi klien tampak kotor, klien mengaku belum keramas serta gosok gigi, terlihat pembekuan darah pada selang drinase, klien terlihat BAK dengan menggunakan cateter, klien mengatakan tidak bisa BAK dengan normal, dokter mengatakan terjadi perdarahan, adanya luka operasi pada abdomen bagian bawah ± 10 cm sebanyak ± 8 jahitan, klien tampak menahan nyeri saat dipalpasi, klien mengatakan selalu nyeri saat merubah posisi, luka masih basah, luka tampak merah, klien mengatakan luka terasa panas dan nyeri, klien mengatakan urine keluar dari jahitan dan drinase. Setelah dianalisa data-data tersebut sesuai dengan data tinjauan teoritis. Namun dapat perbedaan antara tinjauan teoritis dan hasil pengkajian adalah masalah yang timbul adalah Nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas dikarenakan akan operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendunagan darah di dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jarinagan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Interverensi yang dilakukan adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 1-5, relaksai dan distraksi, kloaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk tindakan bedah, berikan dukungan moril kepada klien untuk menambah ketenangan klien, kaji aplikasi prosedur dan harapan masa depan, kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya, observasi keadaan diri klien, libatkan keluarga dalam perawatan diri klien secara mandiri, anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai toleransi, catat intake dan output cairan, kaji tingkat nyeri dengan sekala numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi nyeri (mobilisasi, relaksasi, dan distraksi), komunikasi yang informatif dengan keluarga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi, observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kloaborasi pemberian antibiotik dan pemberian sesuai prosedur, lakukan perwatan luka dengan teknik antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari. Masalah yang teratasi adalah defisit perawatan diri, resiko terjadinya infeksi, sedangkan masalah yang masih teratasi sebagian adalah nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, dan cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. 2. Diagnosa Keperawatan Diadnosa yang ditemukan penulis di lapangan pada klien pre dan post operasi Benigna Prostat Hyipertrophy (BPH) yaiyu : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas merhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan klien cemas dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene sedanghkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jarinagan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri.
  • 45. Sedangkan masalah yang ditemukan oleh penulis di lapangan pada klien pre dan post operasi BPH adalah gangguan rasa nyeri, cemas, perubahan pola eliminasi, infeksi dan resiko tinggi terhadap iritasi. Penulis menyimpulkan diagnosa keperawatan yang timbul pada tinjauan kasus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis, hal tersebut didukung oleh refrensi yang memadai dan pengefektifan waktu dalam menganalisa data. 3. Perencanaan Dalam perencanaan pada masalah keperawatan yang tidak muncul diantaranya gangguan pola pernafasan, penurunan volume cairan, perubahan nutrisi, gangguan integritas jaringan, retensi urine, dan perencanaan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Pen ulis tidak menemukan hambatan, karena sikap koopratif klien, tanggapan positif dari keluarga, sehingga tahapan-tahapan perencanaan dapat dipahami dan diterima klien serta keluarga juga dukungan dari perawat ruangan yang memebrikan masukan dan saran terhadap penyusunan perencanaan. 4. Pelaksanaan Penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dengan cara kerjasama antara klien dan keluarga, perawat ruangan, dan tim kesehatan lain. Sehingga penulis dapat pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Pada tahap pelaksanaan ini penulis menemukan beberapa hambatan dan kesulitan diantaranya : pada saat perawatan luka, pengunjung kurang dibatasi. Adapun untuk mengatasinya penulis mencoba membatasi pengunjung pada saat perawatan luka dan hanya dua orang yang diperbolehkan untuk menemani klien. 5. Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan yang terdapat pada perencanaan, dimana tahap ini berguna untuk memulai kemajuan atau kemunduran kesehatan klien setelah dilakukan rencana asuhan keperawatan. Dari asuhan keperawatan didapat klien dan keluarga sangat koopratif, sehingga dapat berkolaborasi dalam pelaksanaan evaluasi yang disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : pre dan post operasi benigna prostat hyipertrophy, ditemukan adanya masalah- masalah baru yaitu pada hari ke-5 setelah operasi masalah yang timbul pada klien Tn. I diantaranya nyeri perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, dan resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Dari ketiga masalah yang timbul tersebut, masalah yang belum teratasi yaitu nyeri berhubungan dengan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria. 6. Pendokumentasian Dalam pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi BPH dalam bentuk karya tulis ilmiah, masalah yang dihadapi penulis adalah kurang tersedianya literatur di perpustakaan sehingga penulis harus meminjam ke perpustakaan lain. Adapun hal-hal yang mendukung di dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini diantaranya :
  • 46. a. Dukungan dari perawat ruangan dan saran dari pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. b. Klien dan keluarga dapat diajak kerjasama sehingga lebih memudahkan untuk memberikan asuhan keperawatan. BAB IV KESIMPULAN DAN RKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : pre dan post operasi BPH, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1. Pengkajian dilakukan secara komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Pengkajian dilakukan menggunakan alat pemeriksaan fisik yang memadai untuk mendapatkan data dan menemukan permasalahan klien, kerjasama dengan klien dan perawat ruangan. Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki, serta menggali informasi dari klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita oleh klien. 2. Diagnosa keperawatan pre operasi yang muncul pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : akibat Benigna Prostat Hypertrophy, yaitu : klien sulit BAK, nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas berhubungsn dengan kurangnya pengetahuan ditndai dengan klien cemas dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. 3. Perncanaan dibuat terfokus pada tujuan dan berdasarkan analisa data yang telah didapat. Intrverensi yang tersusun dari Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan pre dan post operasi BPH adalah observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 1-5,
  • 47. relaksasi dan distraksi, kolaborasi pemberian therapy, kolaborasi untuk tindakan bedah. Sedangkan post operasi BPH adalah anjurkan klien untuk banyak minum 3.000 ml sesuai toleransi, catat intake dan output cairan, lakukan spoeling DC, kaji tingkat nyeri dengan skala numerik 0-5, anjurkan teknik mengurangi nyeri (mobilisasi, relaksasi dan distraksi), komunikasi yang informatif dengan keluarga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai prosedur (Kaltro 2 x 1 im), kaji tanda-tanda infeksi dengan cara inpeksi, observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali dan laporkan bila suhu lebih dari 38º C, kolaborasi pemberian anti biotik dan pemberian sesuai prosedur, lakukan perawatan luka dengan teknik antisep dan antiseptik setiap 3 x /hari. 4. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. I dilakukan berdasarkan rencana yang ditetapkan melaui kerjasama dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan lain, antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji tingkat nyeri, menganjurkan dan melatih nafas dalam serta cara menahan nyeri, dan mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri, memberikan obat analgetik, obsrvasi bising usus, melatih teknik mobilisasi, menganjurkan klien untuk merubah posisi, memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik mobilisasi, mengatur posisi tidur senyaman mungkin, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenangdengan merapihkan lingkungan tempat tidur dan membatasi pengunjung, memandikan klien dengan cara diseka, menganjurkan kepada keluarga untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene klien setiap hari, mengkaji kecemasan klien, memberikan penjelasan tentang faktor-faktor penyembuhan, mengkaji tanda-tanda infeksi disekitar luka, merawat luka dan mengkompres luka dengan antiseptik, mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian therapy antibiotik. 5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana berguna untuk memilih kemajuan atau kemunduran kesehatan klien, mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal, dan menentukan penyebab apabila tujuan tidak teratasi. Terdapat enam masalah
  • 48. yang ditemukan pada Tn. I dengan gangguan sistem perkemihan : pre dan post operasi BPH diantaranya yaitu pada pre operasi BPH : nyeri berhubungan dengan obstruksi di saluran ureter, cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien cemas dikarenakan akan di operasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri personal hygiene. Sedangkan pada post operasi BPH yaitu : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bendungan darah di dalam vesika urinaria, nyri berhubungan dengan trputusnya continuitas jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan untuk invasi bakteri. Pada akhir evaluasi masalah teratasi dengan data fisik : nyeri, klien terlihat tenang, temperatur 36º C, Pluse 83 x/menit, respirasi 20 x/menit, spignomanometer 110/80 MmHg sesuai intruksi dokter dengan melaksanakan catatan perkembangan sebanyak 3 x masalah yang teratasi adalah nyeri, gangguan pola eliminasi dari ke enam masalah yang timbul, sebagian belum teratasi. B. Rekomendasi Upaya untuk mewujudkan perbaikan dan peningkatan pelayanan keperawatan kepada klien pre dan post operasi akibat Benigna Prostat Hypertrophy, maka penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran sebagai berikut : 1. Untuk Rumah Sakit Khusus klien pre dan post operasi BPH, harus diperhatikan teknik steril untuk mencegah infeksi nasokominal, maka pihak Rumah Sakit harus lebih melengkapi alat-alat atau instrument untuk perawatan luka. Sehingga tujuan asuhan keperawatan yang optimal dapat dicapai. Pelayanan khususnya dibidang perawatan sudah tertata dan berjalan dengan fungsinya, serta diharapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan unggulan yang sejajar dengan Rumah Sakit pendidikan lainnya di Indonesia.
  • 49. 2. Untuk Ruang Perawatan Bedah a. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pre dan post operasi BPH harus dilakukan secara komperhensif dan mengambil data-data yang objektif. b. Dalam melakukan tindakan keperawatan teknik septik dan antiseptik harus ditingkatkan serta harus dioperhatikan. 3. Untuk klien dan Keluarga Perlu ditingkatkan usaha dari klien dan keluarga untuk mempertahankan hasil yang telah dicapai diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan peran serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan. Klien dan keluarga hendaknya memahami anjuran yang diberikan dan melanjutkan perawatan selama di rumah serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan terdekat. 4. Untuk Intitusi Pendidikan Kerjasama maupun komunikasi antar mahasiswa dengan dosen atau pembimbing telah berjalan dengan baik. Akan tetapi mohon diperbanyak jenis dan jumlah literatur serta format asuhan keperawatan bedah tentang gangguan sistem perkemihan khususnya mengenai tindakan prostatectomy akibat Benigna Prostat Hypertrophy serta adanya alat yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan praktek. Kaperawatan Medikal Bedah I 1.SISTEM PENCERNAAN 2.ASKEP KLIEN PRA, INTRA DAN PASCA OPERASI Askep Persiapan pre operatif A. PENDAHULAN Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan
  • 50. fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN I. Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu : a. Persiapan di unit perawatan b. Persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain : a. Status kesehatan fisik secara umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. b. Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. c. Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa. d. Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru- paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
  • 51. e. Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan. f. Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. g. Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan. h. Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain : 1. Latihan nafas dalam 2. Latiihan batuk efektif 3. latihan gerak sendi 1. Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : • Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. • Letakkan tangan diatas perut • Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. • Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. • Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
  • 52. • Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif. 2. Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : • Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. • Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) • Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. • Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. • Ulangi lagi sesuai kebutuhan. • Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk. 3. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi. Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain : 1. Usia Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ. 2. Nutrisi Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada
  • 53. orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes. 3. Penyakit Kronis Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi. 4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat- obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya. 5. Merokok Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. 6. Alkohol dan obat-obatan Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah- masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT. II. PERSIAPAN PENUNJANG Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan
  • 54. penunjang antara lain : a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll. b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial). e. Dan lain-lain PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA. ASA grade Status Fisik Mortality (%) I Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat 0,05 II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi 0,4 III Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut. 4,5 IV Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard 25 V Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir. Misal: penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar rahim pecah. 50 INFORM CONSENT Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko
  • 55. apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan. Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga. Berikut ini merupakan contoh form inform consent : PERNYATAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS/OPERASI NAMA PASIEN : (L/P) No. RM : UNIT RAWAT : Saya yang bertnda tangan di bawah ini : Nama : ………………………. Umur : ……………………….. tahun Jenis kelamin : ……………. Alamat : ……………………… Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬ dari pasien yang bernama : ………………………………………………………………………………. 1. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU‫٭‬ bahwa pasien tersebut akan dilakukan tindakan medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien. 2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resiko/komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan medis/operasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit. 3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum dalam kaitannya dengan tindakan medis/operasi tersebut. Saya juga mengerti dan memahami tujuan dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebagai manusia ddan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit. Yogyakarta, ……………………2007 Mengetahui, Saya yang menyatakan, Dokter yang merawat, Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬ ____________________________________________________ (tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap) Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga, _____________________________________________________ (tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap) ulrep kadit gnay teroc ‫٭‬
  • 56. III. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long) Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain: 1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. 2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : a. Takut nyeri setelah pembedahan b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image) c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti) d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit yang sama. e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi. g. Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan- gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system. Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : • Pengalaman operasi sebelumnya • Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi • Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang. • Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi. • Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi) • Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
  • 57. keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata- kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara: 1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien. 2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik 3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi. 4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. 5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien. C. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping. Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%. Prinsip tindakan drapping adalah: