SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
STIKES TMS.corp
Selasa, 05 Juni 2012
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
 Martini Aprilia

(1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi

 Noviyanti

(1026010051)

 Nita wulandari

(1026010022)

 Okta Dwi P.

(1026010004)

 Okky A.

(10260100

 Neksiy

(1026010045)

 Pesi Nomelisa

(1026010039)

 Yaumul Hafish

(1026010048)

)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
denga Obstruksi Saluran Napas.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya
kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Bengkulu,

Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................
1
1.2. Tujuan.............................................................................................
2

i
ii
1.3. Manfaat...........................................................................................

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi...................................................................................................
3
2.1.2. Etiologi...................................................................................................
3
2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit...............................................
4
2.1.4. Patofisiologi................................................................................
6
2.1.5. WOC (Web Of Causa)...............................................................
8
2.1.6. Manifestasi Klinis.......................................................................
9
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang..............................................................
10
2.1.8. Penatalaksanaan..........................................................................
11
2.1.9. Komplikasi..................................................................................
16
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap......................................................
17
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................
20
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................
21
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)
3.1... Pengkajian Lengkap.....................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................
3.3. NCP (Nursing Care Planning).......................................................
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

28
31
32
37

44
44

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja
tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki
kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992,
yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia,
hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk
menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan)
dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian
Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang
bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung
dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan
agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau
partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga
dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan
napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek
proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan
lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan
total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk
dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara
menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran
Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai
percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas,
sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita
mengalami gangguan pernapasan.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada
saluran pernapasan bagian atas.

2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
Virus Epstein Barr
Faktor rass
Letak geografis
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan
tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
Faktor genetik
3. Polip hidung
Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan
gerakan tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Abses Peritonsil (Quinsy)
Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
treptsococcus pyogenes.
Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi,
hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang
timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada
kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering.
Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang
dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan
drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka
nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal
Bedah, 2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode
nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad,
2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.

2. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa
rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung,
paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, 1999)

B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada
astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring
dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran
pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini
berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik
didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson)
Stadium I

: Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum

ada stridor.
Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai
tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman
Somantri,2008:140)

2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh.
Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih
sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada
dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan
jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga
pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase
ke jaringan / organ tubuh lain.
3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan
terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam
rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan
kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf
pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan
rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersinbersin dan terjadinya iritasi di hidung.

B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara
(glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa
larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil
akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus
kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).

2.1.6. Manifestasi Klinik
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat.
Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi
ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia
trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.

3. Polip Hidung
Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
Dapat terjadi hiposmig / anosmia
Bersin
Iritasi di hidung
Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
B. Obstruksi Laring
Hipersalivasi
Suara sengau
Kadang-kadang sulit membuka mulut
Pembengkakan
Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
Palatum mole pembengkakan
Teraba fruktuasi
Tonsil bengkak

Abses Peritonsil (Quinsy)
Demam tinggi
Leukositosis
Nyeri tenggorokan
Otalgia
Nyeri menelan
Muntah
Mulut berbau
Hiperemis

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.
Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan
dinding posterior nasofaring.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi
kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.
2. Polip Hidung
Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip
Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.

3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole
tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan
terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan
terdorong ke arah tengah, depan dan bawah.

2.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan
tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang
mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk
mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung
yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat
insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari
tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa
kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat.
Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan
mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau
septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555)
1. Tumor hidung
Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Radio terapi
Dilakukan diseksi leher
Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.
Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari
Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg
tiap 5-7 hari.
Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar.
Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk
mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera
mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit
pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan
diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi
dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada
paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong
keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat
dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme
perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga
menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam
paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan
diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam
dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing
akan terlempar keluar.

Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan
denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi
muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri
didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara
dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar.
b. Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan „life saving‟ untuk mengatasi sumbatan jalan napas
dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat.
Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah
tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari
tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.
c. Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut
dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan
cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
3. Abses peritonsial (Quinsy)
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :
Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)
Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah
terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :
 Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus
faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak
masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % /
anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.
 Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin /
larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
5. Berikan dukungan pada pasien.
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.

Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak
saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka
yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari
saluran napas

1.1.9. Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi
nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk
dan gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
Abses parafaringeal
Abses retrofaringeal dan edema larings
Dehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
Mediastinitis
Trambus sinus kavernosus
Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
 Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
 Hemoragi
 Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)

2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien
ejala :

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak,
nyeri dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai
sesak napas dan adanya edema pada laring.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.

6. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :

Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.

Tanda :

Frekuensi pernapasan meningkat.

Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala :

Riwayat adanya hipertensi.

Tanda :

Kenaikan tekanan darah meningkat.

Penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda :

Ansietas, depresi, marah dan menolak

Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
nda :

nda :

5. Makanan/cairan
Gejala :

Kesulitan menelan.

Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala :

Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.

Tanda :

Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala :

Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .

Tanda :

Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi

gerakan).

8. Pernafasan
Gejala :

Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.

Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9. Keamanan
Gejala :

Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau

radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda :

Massa/pembesaran nodul.
10.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :

Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.

Tanda :

DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman
:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

12. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
1. Leukosit: 16000/mm3
2. Hb

: 11 gr/dl

3. Trombosit: 265.000/mm3
4. protein total

: 5,85 gr/dl

Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada
gambaran erosi tulang.
13. Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam
saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang
berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas.

2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)

No.

Diagnosa

Tujuan

Kriteria

Keperawatan
1.

Intervensi

Rasional

Hasil

Ansietas

Setelah

dilakukan

KH:

berhubungan

intervensi

dengan adanya

3x24

ancaman

diharapkan

kematian.

ada lagi perasaan

atau menurun

cemas

sampai tingkat

bahwa

perasaannya

ketidak

seimbangan

yang dapat

normal dan dorong

oksigen

yang

ditangani.

mengekspresikan

mengancam) normal

perasaan.

dapat

selama  Melaporkan
jam
tidak

takut atau
ansietas hilang

 Penampilan
rileks dan

Mandiri:
 Catat derajat ansietas Pemahaman bahwa

dan
takut. perasaan
(dimana
Imformasikan
berdasarkan
situasi
pasien/orang terdekat sters
ditambah

membantu

pasien meningkatkan
istirahat atau

beberapa

tidur dengan

control emosi.

tepat.



Jelaskan
penyakit

proses

dan

prosedur

dalam

tingkat

Menghilangkan
ansietas

karena

ketidaktahuan

kemampuan

pasien

perasaan

untuk

dan

menurunkan

takut

dan

tentang

menangani informasi.

pribadi.

Kaji situasi saat ini

dini penjelasan perlu

dan tindakan

yang

diulang dengan sering

untuk

dan singkat karena

memahami

diambil

keamanan
Pada

pasien

mengatasi masalah.

fase

mengalami

penurunan

lingkup

perhatian.
 Tinggal dengan pasien
atau

membuat

perjanjian

untuk

menunggu

Membantu

dalam

menurunkan ansietas

dengan

seseorang



selama

yang

berhubungan

dengan

penolakkan

adanya dispnea berat/

serangan akut.

perasaan


mau

pingsan.
Berikan

tindakan

kenyamanan
Pijatan

mis.

punggung,



Alat
menurunkan

perubahan posisi

dan

untuk
stress

perhatian

langsung

tak
untuk

meningkatkan
relaksasi

dan

kemampuan koping.
 Bantu pasien untuk
 Memberikan pasien

mengidentifikasi
perilaku
mis.

membantu,

Posisi

tindakan mengontrol

yang

untukmenurunkan

nyaman,

focus

ansietas

bernapas,

teknik

relaksasi.

ketegangan otot.

dan
 Dukung pasien atau
orang terdekat dalam
menerima

realita,

situasi,
rencana

 Mekanisme koping

khususnya
untuk

dan partisipasi dalam
program pengobatan

periode
penyembuhan

mungkin
yang

meningkatkan belajar

lama. Libatkan pasien

pasien

dalam perencana dan
partisipasi

untuk

menerima hasil yang

dalam

diharapkan

dari

penyakit

perawatan.

dan

meningkatkan
 Kembangkan program

beberapa rasa control.

aktivitas dalam batas
kemampuan fisik



Memberikan
kesehatan
membentuk



Waspadai
perilaku
control

untuk

dengan perasaan.

atau

kardiopulmonal, mis
memburuknya

takikardia.

energy

diluar

peningkatan disfungsi

dispnea

untuk

 Pengembangan dalam
kapasitas
dalam

dan

ansietas
memerlukan

evaluasi lanjut dan
kemungkinan
intervensi

dengan

obat antiansietas.

2.

Bersihan jalan

Setelah

dilakukan

napas tidkefektif

intervensi

berhubungan

3x

dengan

diharapka bersihan

terdapatnya

jalan

benda asing

kembali

dalam saluran

efektif,Mempunyai

pernapasan yang

jalan

nenyebabkan

paten,Dapat

sumbatan

mengeluarkan

selama

24

sekret
efektif,Irama

jam

napas

napas

secara
dan

KH:

Mandiri :
 Kaji dan document
Mempertahankan

Meningkatkan
asikan keefektifan
jalan napas paten pemberian oksigen,
keefektifan
upaya
pengobatan yang
kepatenan jalan
penapasan
dan
diresepkan dan kaji
napas dengan
kecenderungan pada
pembersihan secret.
gas darah arteri
bunyi napas
 Auskultasi bagian
bersih atau jelas
dada anterior dan
posterior untuk
Mengeluarkan
mengetahui adanya
atau
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan 
Memberikan
membersihkan
adanya bunyi
informasi
tentang
sumbatan dan
tambahan
 Tentukan kebutuhan
aliran udara melalui
bebas aspirasi
pengisapan oral dan
frekuensi
dalam

napas

Menujukkan

atau trakea

trakeobronkial

rentang

perilaku untuk

adanya

normal,Mempunyai

memperbaiki/

adanya

fungsi paru dalam

atau

 Pantau status oksigen
mempertahankan pasien dan status
hemodinamik
jalan napas

(tingkat Mean
Arterial Pressure dan
bersih dalam
irama jantung) segera
tingkat
sebelum, selama dan
setelah pengisapan
kemampuan/
 Catat tipe dan jumlah
situasi.
sekret yang
dikumpulkan.
-tidak ada bunyi

cairan,obstuksi

batas
normal,Mampu
mendiskripsikan
rencana
perawatan
rumah

untuk
di

atau

dan
tidak

mukosa.
Penghisapan
harus

tidak

rutin,dan

lamanya

harus

dibatasi

untuk

menurunkan

bahaya

hipoksia

napas tambahan
-tidak ada


Memaksimalkan
Perubahan irama  Jelaskan kepada
status
penghisapan
keluarga pengunaan
dan frekuensi
peralatan pendukung
oksigen
dengan benar
pernpasan.
(misalnya oksigen,
-tidak ada
pengisapan,
spirometer, inhaler).
Sianosis
 Informasikan kepada
-Tidak Sulit
pasien dan keluarga  Kuning/hijau,sputum
bahwa merokok
bersuara
berbau
purulen
merupakan kegiatan
- bunyi napas
yang dilarang di
menunjukkan infeksi;
dalam ruang
normal
sputum kental,lengket
perawatan.
-tidak gelisah
 Instruksikan kepada
diduga dehidrasi
pasien dan keluarga
lagi
dalam rencana
-Tidak ada
perawatan di rumah
(misal pengobatan,
sputum
hidrasi, nebulisasi,
- TTV dalam peralatan, drainase
batas normal :
postural, tanda dan
TD:
120/80 gejala komplikasi)
mmHg
 Instruksikan kepada
ND: 60-100 x/i
pasien tentang batuk
RR: 16 -24 x/i
efektif dan teknik
S :37 oC
napas dalam untuk
memudahkan
keluarnya sekresi
 Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan pada
sputum seperti:
warna, karakter,
jumlah dan bau
 Ajarkan pada pasien
atau keluarga
bagaimana cara
melakukan
pengisapan sesuai
3.

denan kebutuhan.
KOLABORASI
 Konsultasikan dengan
dokter atau ahli
pernapasan tentang
kebutuhan untuk
perkusi dan atau alat
pendukung
 Berikan oksigen yang
telah dihumidifikasi
sesuai protap
 Bantu dengan
memberikan aerosol,
nebulizer dan
perawatan paru lain
sesuai kebijakan
institusi
 Beritahu dokter
ketika analisa gas
darah arteri abnormal

Mandiri:

Kerusakan

Setelah dilakukan

Menyatakan

komunikasi

intervensi

kebutuhan dalam Kaji instruksi/ atau

pendidikan

verbal

keperawatan

cara yang efektif

diskusikan praoperasi

waktu takut terhadap

berhubungan

selama 3x24 jam

Mengidentufikasi

mengapa bicara dan

pembedahan

dengan

diharapka

atau

bernapas

terganggu,

berlalu

pengangkatan

kerusakan

merencanakan

gunakan

gambaran

kmunikasi verbal

pilihan metode

anatomic atau model

dapat diatasi

berbiara yang

untuk

tepat setelah

penjelasan

laring

dan

terhadap edema

sembuh



pada

sudah

membantu

Tentukan
pasien

Menguatkan

apakah

mempunyai

gangguan komunikasi
lain
 Adanya masalah lain
akan
 Berikan cara-cara yang
cepat
untuk

dan

kntinu

mempengaruhi

rencana untuk pian
komunikasi

memanggil

perawat
 Pasien memerlukan
keyakinan

bahwa

perawat waspada dan
akan

berespons

terhadap

panggilan.

Kepercayaan

dan

harga diri diberikan
bila

perawat

cukup


Atur

untuk

sebelumnya

tanda-tanda

cepat

perhatian
hadir

pada

waktu daripada bila di

untuk

mendapatkan bantuan

yang

panggil pasien
 Dapat menurunkan
ansietas

pasien

tentang

ketidak

mampuan
 Berikan pilihan cara
komunikasi

untuk

berbicara

yang

tepat bagi kebutuhan

 Kemungkinan pasien

pasien

untuk

menyatakan

kebutuhan/ masalah
 Berikan waktu yang
cukup

untuk

 Kehilangan bicara dan

komunikasi

stress

mengganggu

komunikasi

dan

mnyebabkan frustasi
dan

hambatan

ekspresi,

khususnya

bila perawat terlihat
terlalu

sibuk

atau

bekerjalah d
 Mengkomunikasikan
 Berikan komunikasi

masalah

non- verbal

dan

memenuhi kebutuhan
kontak dengan orang
lain

 Dorong komunikasi
terus-menerus dengan
dunia luar



Mempertahankan
kontak dengan pola
hidup

normal

dan

melanjutkan
komunikasi melaluai
cara lain
 Beri tahu kehilangan 
bicara

sementara

Memeberikan
dorongan dan harapan

setelah laringektomi

untuk

masa

depan

sebagian

dan/

dengan

memikirkan

tergantung

pada

pilihan

arti

tersedianya alat bantu

komunikasi

dan

suara

bicara tersedia dan
mungkin

 Ingatkan pasien untuk
tidak bersuara sampai 
dokter member izin


Atur

pertemuan

dengan

orang

lain

yang

mempunyai

Meningkatkan
penyembuhan

pita

suara dan membatasi
potensial

disfungsi

pita permanen

pengalaman prosedur  Memberikan model
ini dengan cepat

peran, meningkatkan

Kolaborasi :

motivasi
pemecahan

untuk
masalah

danmempelajari cara
Konsul dengan
anggota tim

baru

untuk

berkomunikasi

kesehatan yang tepat/
terapi/ agen

Kemampuan untu

rehabilitasi

menggunakan pilihan
suara dan metode
suara sangat
bervariasi, tergantung
pada luasnya
prosedur
pembedahan, usia
pasien, status emosi,
dan motvasi untuk
kembali kehidup
aktif, waktu
rehabilitasi dapat
memanjang dan
memrlukan sejumlah
agen atau sumber
untuk menyediakan
atau mendukung
proses belajar.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
 Nama

: Tn. R

 Umur

: 35 tahun

 Suku/ Bangsa
 Status Perkawinan
 Agama

: serawai
: kawin
: islam

 Pendidikan

: SMA

 Pekerjaan

: petani

 Alamat

: jln. Kapuas raya, bengkulu
 Tanggal Masuk RS

: 04 mei 2012

 Tanggal Pengkajian

: 06 mei 2012

 Catatan Kedatangan








: Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )

Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :
Nama/ Umur
: Ny. B
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Lingkar Barat
Sumber Informasi
: Pasien, keluarga terdekat, status pasien
No.Telepon
: (0736)20871

2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib
dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan
berbicara dan menelan.

2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
 Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke
rumah sakit.
 Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.
 Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terusmenerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.
 Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung
bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit
pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix).

2. Riwayat kesehatan dahulu
 Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.
 Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .

3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti
dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.

3.Pola fungsi kesehatan (Gordon):
1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun
Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.
Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut.
2). Pola nutrisi dan metabolisme
Diet / suplemen khusus : Instruksi diet sebelumnya : Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun
Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan
Gigi : tidak lengkap
Jumlah minum/24 jam : normal
Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.
Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya

3.Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : sedikit
Warna : kuning terang
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : normal
Warna : kuning kecoklatan
4.Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0= mandiri
1=dengan alat bantu
2=dibantu orang lain

3= dibantu orang lain & peralatan
4=ketergantungan/tidak mampu

Kegiatan/aktivitas

0

Makan/minum



Mandi



Berpakaian

1



Toileting
Mobilisasi dtmpat tidur




2

3

4
Berpindah



Berjalan



Menaiki tangga



Berbelanja



Memasak



Pemeliharaan rumah



Alat bantu : tongkat
Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas

5.Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 5 jam / malam
Waktu : dari jam 8 – 1 malam
Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas
6.Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sering emosi
Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0
Penglihatan : normal
7.Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas
sehari-hari
8.Pola peran hubungan :
Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ),
keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan
biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah
sakit.
9.Pola seksual dan reproduksi
Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun
10.Pola koping dan toleransi stress
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil
11.Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim.
4.Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum

: klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien

tampak gelisah
 TTV

:

o TD

: 130/90 mmHg

o ND

: 120x/i

o S

: 37,5

 BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
 TB : 170
 Sistem integumen(kulit)

: turgor kulit buruk

 Kuku

: pucat

 Hidung

: pernapasan cuping hidung

 Mulut

: mukosa bibir kering dan pucat

 Laring
: takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring

Pemeriksaan penunjang
 Hasil foto rontgen

: menunjukkan pembesaran jarinan pada laring

 Pemeriksaan sputum

: ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus

 Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o Leukosit: 16000/mm3
o Hb

: 11 gr/dl

o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
Analisa data
Nama kilen

: Tn. R

Ruang Rawat

: Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu

Diagnose medic :
NO.
1.

DATA

ETIOLOGI

DS:


Klien

Terdapatnya penumpukan Bersihan jalan napas
mengatakan

batuk sekret pada saluran napas.

berdahak dan sesak napas
 Klien mengatakan nyeri pada
daerah tenggorokan
DO:
klien tampak lemah, klien
tampak

MASALAH

kesulitan

bernapas

dan klien tampak gelisah
TTV:
TD

: 130/90 mmHg

ND

: 120x/i

S

: 37,5
Penapasan

cuping

hidung
Takipnea
pernapasan dangkal

tidak efektif
2.

DS:

Adanya

lesi

 klien mengatakan rasa nyeri tenggorokan.

pada Kerusakan komunikasi
verbal

pada tenggorok


klien

mengatakan

adanya

kesulitan menelan
 klien mengatakan kesulitan
berbicara
DO:
 adanya bakteri streptococcus
beta hemolyticus
 adanya edema pada laring
 adanya pembesaran jaringan
pada daerah laring

DS:

3.

Kesulitan menelan, rasa Pola nutrisi kurang dari

 pasien mengatakan lemah


pasien

tidak nyaman

mengatakan

menghabiskan makan

¼

porsi

setiap kali makan (pagi, siang.
Sore)
 kesulitan menelan
 rasa tidak nyaman
DO:
 Berat badan pasien turun 3 kg
dari 60 kg menjadi 57 kg
 Pasien tampak lemah
 Pembekakan pada laring

kebutuhan tubuh
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus.
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.

a Medik

3.3. NCP (Nursing Care Planning)
: Tn. R
: RSUD M. Yunus Bengkulu
: Obtruksi Saluran Napas
No.
Diagnosa
Tujuan

Kriteria

Keperawatan
1

Bersihan

jalan

napas tidak efektif
berhubungan
dengan terdapatnya
benda asing dalam
saluran pernapasan
yang menyebabkan
sumbatan

Intervensi

Rasional

Hasil
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 1x 24
jam diharapka
bersihan jalan
napas kembali
efektif,
Mempunyai
jalan
napas
paten,
Dapat
mengeluarkan
sekret
secara
efektif,
Irama
dan
frekuensi napas
dalam rentang
normal,
Mempunyai
fungsi
paru
dalam
batas
normal,
Mampu
mendiskripsikan
rencana untuk
perawatan
di
rumah

 Kaji dan
Meningkatkan
document asikan
 Mempertahankan
keefektifan upaya
keefektifan
jalan napas
pemberian
penapasan
dan
oksigen,
paten.
pembersihan
pengobatan yang
 Kepatenan jalan
diresepkan dan
secret.
kaji
napas dengan
kecenderungan
bunyi napas
pada gas darah
arteri
bersih atau jelas.
 Auskultasi bagian 
Memberikan
 Mengeluarkan
dada anterior dan
informasi tentang
posterior untuk
atau
mengetahui
aliran
udara
membersihkan
adanya penurunan
melalui
atau tidak adanya
sumbatan dan
ventilasi dan
trakeobronkial dan
bebas aspirasi.
adanya bunyi
adanya atau tidak
tambahan
 Menujukkan
adanya
perilaku untuk
 Tentukan
cairan,obstuksi
kebutuhan
memperbaiki/
pengisapan oral
mukosa.
atau
dan atau trakea.
 Penghisapan tidak
mempertahankan
harus
rutin,dan
jalan napas
lamanya
harus
bersih dalam
 Pantau status
dibatasi
untuk
oksigen pasien
tingkat
menurunkan
dan status
kemampuan/
hemodinamik
bahaya hipoksia
(tingkat Mean
situasi.
Arterial Pressure
dan irama
KH:
 TTV dalam batas

jantung) segera

Memaksimalkan
sebelum, selama
normal :
status penghisapan
dan setelah
TD:
120/80 pengisapan
oksigen
mmHg
 Catat tipe dan
ND: 60-100 x/i
jumlah sekret
RR: 16 -24 x/i
yang
S :37 oC
dikumpulkan.
 Jelaskan kepada 
keluarga
Kuning/hijau,sputu
pengunaan
peralatan
m berbau purulen
pendukung
menunjukkan
dengan benar
(misalnya
infeksi;
sputum
oksigen,
kental,lengket
pengisapan,
spirometer,
diduga dehidrasi
inhaler).
 Informasikan
kepada pasien dan
keluarga bahwa
merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di dalam
ruang perawatan.
 Instruksikan
kepada pasien dan
keluarga dalam
rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase postural,
tanda dan gejala
komplikasi)
 Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan teknik
napas dalam
untuk
memudahkan
keluarnya sekresi
 Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan pada
sputum seperti:
warna, karakter,
jumlah dan bau
 Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana cara
melakukan
pengisapan sesuai
denan kebutuhan.
KOLABORASI
 Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang kebutuhan
untuk perkusi dan
atau alat
pendukung
 Berikan oksigen
yang telah
dihumidifikasi
sesuai protap
 Bantu dengan
memberikan
aerosol, nebulizer
dan perawatan
paru lain sesuai
kebijakan institusi
 Beritahu dokter
ketika analisa gas
darah arteri
abnormal

Menyatakan
kebutuhan dalam
cara yang efektif
Mengidentufikasi
atau
merencanakan
pilihan metode
berbiara yang
tepat setelah
sembuh


Mandiri:

Setelah
dilakukan
intervensi
selama
3x24
jam diharapkan
gangguan
komunikasi
verbal teratasi
2.

pendidikan

 Kaji instruksi/ atau
diskusikan

mengapa

komunikasi

bernapas

terganggu,

berhubungan

gambaran
verbal

anatomic

waktu

takut

pembedahan sudah
bicara

gunakan
Kerusakan

pada

terhadap

praoperasi

dan

Menguatkan

atau

berlalu
dengan

model

untuk

pengangkatan

membantu

laring dan terhadap

penjelasan
 Tentukan apakah

edema.

 Adanya masalah
lain

pasien

akan

mempengaruhi

mempunyai

rencana untuk pian

gangguan

komunikasi

komunikasi lain


memerlukan

 Berikan cara-cara

keyakinan

yang cepat dan
kntinu

Pasien

perawat

untuk

bahwa
waspada

dan

memanggil

akan

berespons terhadap

perawat

panggilan.
Kepercayaan

dan

harga

diri

diberikan

bila

perawat
cukup

yang
perhatian

untuk hadir pada
waktu
bila

daripada
di

panggil

pasien
 Dapat menurunkan
ansietas

tanda-tanda untuk

.



ketidak

mampuan

mendapatkan
bantuan cepat

pasien

tentang

 Atur sebelumnya

berbicara


Kemungkinan
pasien

Berikan
cara

pilihan

komunikasi

yang tepat bagi

untuk

untuk

menyatakan
kebutuhan/
masalah

kebutuhan pasien

Menunjukkan
pemahaman
pentingnya
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
dan keeshatan



 Kehilangan bicara
Berikan

waktu

yang cukup untuk
komunikasi

dan

stress

mengganggu
komunikasi
mnyebabkan

dan
umum
Menunjukkan
peningkatan
berat badan
proggresif
mencapai tujuan
dengan nilai
laboraturium
normal dan
penyembuhan
jaringan seuai
waktunya

frustasi

dan

hambatan ekspresi,
khususnya
perawat

bila
terlihat

terlalu sibuk atau



Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x 24
jam diharapkan
kebutuhan
nutrisi
dapat
dipnuhi

Mandiri

Makan

dimulai

hanya

usus

setelah

bunyi

Auskultasi bunyi

usus

membaik pembed

 Selang di masukan
pada pembedahan

Pertahankan
3

dan

selang makan
Kebutuhan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kesulitan
menelan

biasanya

di

jahit

Awasi masukkan

Memberikan
informasi

berat badan sesuai

sehubumgan

indikasi

dengan kebutuhan
nutrisi

dn

kefektifan terapi

 Ajarkan pasien 
makan sendiri

Membantu
meningkatkan
keberhasilan
nutrisi



belajar
dengan

Mulai
makan

kecil

dan

ditingkatkan
sesuai toleransi
 Dorong pasien bila



Kandungan
makanan

dapat

mengakibatkan
ketidak
toleransiian

belajar menelan

 Membantu pasien
 Kembangkan dan

mengatasi frustasi
dan
keamanan
dalam
masalah
menelan

dorong
lingkungan yang
nyaman

untuk



Meningkatkan
sosialisasi
dan
memaksimalkan
kenyamanan
pasien
bila
kesakitan makan
menyebabkan
malu



Meningkatkan
pemahaman
kebutuhan individu
dan
pentingnya
nutrisi
pada
penyembuhan dan
proses
penyembuhan

makan

 Bantu pasien atau
orang

terdekat

mengembangkan
keseimbangan
nutrisi

pada

rencana

makan

dirumah
Kolaborasi
 Konsul dengan
ahli

gizi

dukungan
nutrisi

atau
tim
sesuai

indikasi


Berikan

diet  Berguna dalam
identifikasi
nutrisi seimbang
kebutuhan
nutri
individu
untuk
meningkatkan

Awasi penyembuhan dan
regenerasi jaringan
pemeriksaan

Macam-macam
laboraturium
jenis dapat dibuat
untuk
tambahan
atau batasan factor
tertentu
seperti
lemak dan gulaan.

Indicator
penggunaan nutrisi
sesuai fungsi org
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP
No Hari/tgl
1.

jumat, 6
mei
2012

Dx kep
Bersihan jalan

Implementasi

Evaluasi

Pukul 08. 00 wib
Pukul 10. 00 wib
Mandiri:
S=
napas
tidak
 Klien mengatakan batuk berdahak berkurang
Mencatat hasil pengkajian
efektif
dan kefektifan pemberian
dan tidak lagi sesak napas
oksigen, dan gas darah arteri.
berhubungan

Hasil : gas darah dan oksigen Klien mengatakan tidak nyeri lagi pada
dengan
efektif.
daerah tenggorokan
 Mencatat adanya bunyi nafas ,
penumpukan
O:
misalnya mengi, krekels dan
sekret
pada ronki.
 klien tampak bergairah,
Hasil : Bunyi napas mengi.  klien tampak tidak kesulitan bernapas
saluran
 Memberikan oksigen sesuai
pernapasan
kebutuhan pasien melalui  klien tampak tidak gelisah lagi
oral.
 tidak ada pernapasan cuping hidung
Hasil : Pasien mau
 Takipnea tidak ada
diberikanoksigen melalui
oral.
 pernapasan normal
 Membantu tindakan untuk
 Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit
memperbaiki keefektifan
/nyeri pada dada.
upaya batuk.
 Klien tidak kesulitan bernapas.
Hasil : Pasien dapat batuk
 Tidak ada pucat
efektif.
 Tanda tanda vital dalam batas normal
 Mempertahankan polusi
TD: 120/80 mmHg
lingkungan dari debu dan
ND: 90x/menit
asap rokok.
RR: 20x/menit
Hasil : Lingkungan kondusif.
S :37 oC
 Mengajarkan pasien untuk
A=
latihan pernapasan abdomen
 Masalah teratasi
atau bibir.
 Batuk berdahak berkurang, napas normal,
Hasil : Pasien mau latihan
nyeri dada tidak ada lagi, dan TTV dalam
pernapasan abdomen.
batas normal.
 Mengajarkanpasien untuk
P=
melakukan teknik napas
Intervensi di hentikan.
dalam.
Hasil : Pasien dapat
melakukan tehnik napas
dalam.
 Mengukur TTV.
Hasil :
TD: 120/80 mmHg
ND: 90x/menit
RR: 20x/menit
S :37 oC
KOLABORASI
 Memberikan obat sesuai
indikasi yang dianjurkan
dokter.
Hasil : Obat efektif.
 Melakukan pemasangan
nebuliser ultranik atau
humidifier aerosol ruangan.
Hasil : Pasien mau
menggunakan nebulizer
ultranik.
2

sabtu, 7
mei
2012

Kerusakan
komunikasi

Pukul 12. 00 wib
Mandiri:

Memberikan

verbal

tentang kondisi yang dialami

dengan adanya
pada

tenggorokan

tenggorok.

pasien agar pasien dapat


berhubungan

lesi

Pukul 16. 00 wib
S:
penjelesan Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada


Klien mengatakan tidak ada kesulitan

mengerti apa yang sedang

menelan.

dialaminya.
Hasil

:

Pasien

 Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara
mengerti

lagi.

keadaanya saat ini.
 Melakukan pemeriksaan untuk
O:
mengetahui apakah pasien Tidak ada bakteri streptococcus beta

memiliki
gangguan hemolyticus.
komunikasi lainnya.

 Tidak ada edema pada laring.
Hasil : Pasien tidak memiliki Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah

gangguan komunikasi lain.
laring.
 Mengajarkan pasien cara-cara  TTV dalam batas normal
untuk memanggil perawat TD: 120/80mmHg
RR:22x/i
dengan cepat.
ND:90x/i
Hasil : Pasien mengerti cara S: 37C
memanggil perawat dengan

A:
 Masalah teratasi
 Tidak ada lagi sakit dan nyeri pada Laring,
 Membantu pasien untuk
tidak ada batuk, klien rileks, TTV dalam
memilih cara komunikasi batas normal.
cepat.

yang tepat sesuai kebutuhan
pasien.
Hasil : Pasien dapat memilih
cara komunikasi yang tepat

P:
Intervensi di hentikan.
sesuai kebutuhannya.
 Berikan kesempatan kepada
pasien untuk berbicara agar
pasien merasa dihargai oleh
perawat

dengan

berkomunikasi dengan baik
dan memberikan cukup waktu
untuk berkomunikasi.
Hasil : Pasien lebih percaya
diri dalam berkomunikasi.

3

minggu,
8 mei
2012

Kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kesulitan
menelan.

Pukul 09. 00 wib
Mandiri

Pukul 13. 00 wib
S:

Mencatat derajat kesulitan Pasien mengatakan tidak lemah lagi.

menelan dan nilai bunyi usus Pasien mengatakan menghabiskan makan 1
porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore).

pasien.
Hasil

:


tidak Pasien tidak kesulitan menelan lagi.

Pasien


kesulitan Pasien merasa nyaman.

mempunyai

O:

menelan dan bunyi usus.


Memberikan makan secara Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg.
rutin


mencukupi Pasien tampak segar.

untuk

kebutuhan pasien.
Hasil

:

Nutrisi

 Tidak ada pembekakan pada laring.
pasien

terpenuhi.
Menimbang

berat

badan

A:
 Masalah teratasi .
P:
intervensi di hentikan.
pasien .
Hasil : Berat badan pasien
kembali normal.


Membantu

pasien

untuk

makan sendiri.
Hasil : Pasien dapat makan
sendiri.
 Mengajarkan

pasien

cara

untuk menelan yang baik.
Hasil : Pasien dapat menelan
dengan baik.
Kolaborasi
 Mengonsulkan dengan ahli
gizi atau dukungan tim nutrisi
sesuai indikasi. Hasil : Pasien
mendapatkan gizi yang baik
sesuai

dengan

kebutuhan

tubuhnya.


Memberikan

diet

nutrisi

seimbang.
Hasil : BB pasien normal.


Mengawasi

pemeriksaan

laboraturium.
Hasil

:

kesalahan
pemeriksaan.

Tidak

terjadi
dalam
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan
bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya
adalah :
A. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
2) Karsinoma Nasofaring
3) Polip Hidung
B. Obstruksi Laring
1. Sumbatan Total Laring
2. Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat
Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
 Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
 Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

More Related Content

What's hot

Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dadaAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dadapjj_kemenkes
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Fhyter DrifacHy DrimeTana
 
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanulepjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAmee Hidayat
 
Nopita sarii panjaitan asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...
Nopita sarii panjaitan  asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...Nopita sarii panjaitan  asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...
Nopita sarii panjaitan asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...Universitas Katolik Musi Charitas
 

What's hot (15)

Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dadaAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
 
Askep ispa
Askep ispaAskep ispa
Askep ispa
 
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal KanuleProsedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
Prosedur Pemberian Oksigen Via Nasal Kanule
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNAAskep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
 
Kb2
Kb2Kb2
Kb2
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
 
Css
CssCss
Css
 
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Systema digestivus
Systema  digestivusSystema  digestivus
Systema digestivus
 
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNAIndry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Nopita sarii panjaitan asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...
Nopita sarii panjaitan  asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...Nopita sarii panjaitan  asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...
Nopita sarii panjaitan asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem respir...
 

Viewers also liked

SaptaIDC portfolio_010116
SaptaIDC portfolio_010116SaptaIDC portfolio_010116
SaptaIDC portfolio_010116Archana Belani
 
Cultural Minister
Cultural MinisterCultural Minister
Cultural Ministerkalajain123
 
Embedded training
Embedded trainingEmbedded training
Embedded trainingsowmiya437
 
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...iosrjce
 
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting development
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting developmentAshok Kumar Facilitating women farmers for lasting development
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting developmentDevelopment Futures
 
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflict
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed ConflictThe Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflict
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflictrmcpu
 
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engine
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion EngineAnalysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engine
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engineiosrjce
 

Viewers also liked (19)

SaptaIDC portfolio_010116
SaptaIDC portfolio_010116SaptaIDC portfolio_010116
SaptaIDC portfolio_010116
 
Cultural Minister
Cultural MinisterCultural Minister
Cultural Minister
 
Embedded training
Embedded trainingEmbedded training
Embedded training
 
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...
The Relationship between the Factors That Cause Road Damage and Its Effect on...
 
TOP FOOD EXEC AWARD
TOP FOOD EXEC AWARDTOP FOOD EXEC AWARD
TOP FOOD EXEC AWARD
 
55750-FLIER
55750-FLIER55750-FLIER
55750-FLIER
 
Evaluacionticpower
EvaluacionticpowerEvaluacionticpower
Evaluacionticpower
 
Daftar pustaka AKPER PEMKAB MUNA
Daftar pustaka AKPER PEMKAB MUNADaftar pustaka AKPER PEMKAB MUNA
Daftar pustaka AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kompleks imun pa saad AKPER PEMKAB MUNA
Kompleks imun pa saad AKPER PEMKAB MUNAKompleks imun pa saad AKPER PEMKAB MUNA
Kompleks imun pa saad AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNAAskep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
 
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting development
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting developmentAshok Kumar Facilitating women farmers for lasting development
Ashok Kumar Facilitating women farmers for lasting development
 
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNAIndry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
 
ARMEC JET COOLING TOWER Latest CATALOG
ARMEC JET COOLING TOWER Latest CATALOGARMEC JET COOLING TOWER Latest CATALOG
ARMEC JET COOLING TOWER Latest CATALOG
 
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflict
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed ConflictThe Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflict
The Role of the Military Component in Child Protection in Armed Conflict
 
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engine
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion EngineAnalysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engine
Analysis And Review Of Six Stroke Internal Combustion Engine
 
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNADian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNAAsuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
 
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNAKep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
 

Similar to OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

Similar to OBSTRUKSI SALURAN NAPAS (20)

Makalah anak kritis gagal nafas ok
Makalah anak kritis   gagal nafas okMakalah anak kritis   gagal nafas ok
Makalah anak kritis gagal nafas ok
 
askep lansia pernapasan.pptx
askep lansia pernapasan.pptxaskep lansia pernapasan.pptx
askep lansia pernapasan.pptx
 
Bab i..
Bab i..Bab i..
Bab i..
 
Diare pada bayi
Diare pada bayiDiare pada bayi
Diare pada bayi
 
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Diet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cernaDiet pada penyakit saluran cerna
Diet pada penyakit saluran cerna
 
Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8
 
Atelektasis iii
Atelektasis iiiAtelektasis iii
Atelektasis iii
 
Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Modul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan okModul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan ok
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
Bab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'spsBab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'sps
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
270079031-Leaflet-P3k.doc
270079031-Leaflet-P3k.doc270079031-Leaflet-P3k.doc
270079031-Leaflet-P3k.doc
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

  • 1. STIKES TMS.corp Selasa, 05 Juni 2012 OBSTRUKSI SALURAN NAPAS MAKALAH SISTEM RESPIRASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS DISUSUN OLEH KELOMPOK 5  Martini Aprilia (1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi  Noviyanti (1026010051)  Nita wulandari (1026010022)  Okta Dwi P. (1026010004)  Okky A. (10260100  Neksiy (1026010045)  Pesi Nomelisa (1026010039)  Yaumul Hafish (1026010048) ) DOSEN PEMBIMBING: Ns.Agus Supriyadi,S.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien denga Obstruksi Saluran Napas. Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Bengkulu, Mei 2012 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang................................................................................ 1 1.2. Tujuan............................................................................................. 2 i ii
  • 3. 1.3. Manfaat........................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Dasar Teori 2.1.1. Definisi................................................................................................... 3 2.1.2. Etiologi................................................................................................... 3 2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 4 2.1.4. Patofisiologi................................................................................ 6 2.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 8 2.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 9 2.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 10 2.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 11 2.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16 2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 20 2.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21 BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif) 3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 3.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan..................................................................................... 4.2 Saran............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA 28 31 32 37 44 44 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
  • 4. seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan. Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien. Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung dalam aktivitas apapun. Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”. Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses. Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas. Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
  • 5. Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas. 1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas. 2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi. 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1.3. Manfaat 1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu. 2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Dasar Teori 2.1.1. Definisi Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika) Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai percabangan trakea).(www.klikdokter.com) Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan. (http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan). Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. 2.1.2. Etiologi
  • 6. A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung Idiopatik (belum diketahui) 2. Karsinoma Nasofaring Virus Epstein Barr Faktor rass Letak geografis Jenis kelamin : laki-laki > wanita Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu). Faktor genetik 3. Polip hidung Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung B. Obstruksi Laring Radang akut dan kronis Benda asing Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan gerakan tangan yang kasar. Tumor ganas atau jinak Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral Abses Peritonsil (Quinsy) Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan treptsococcus pyogenes. Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 2.1.3. Klasifikasi Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari: A. Obstruksi Nasal Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan
  • 7. drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554) Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) Obstruksi pada nasal meliputi: 1. Tumor hidung Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000) Ada 2 jenis tumor, yaitu: Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal. Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma. 2. Karsinoma Nasofaring Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 3. Polip Hidung Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) B. Obstruksi Laring Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) Penyakit obstruksi laring, yaitu : Sumbatan Total Laring Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138) Abses peritonsil (Quinsy)
  • 8. Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) STADIUM PENYAKIT Sumbatan Partial Laring Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson) Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum ada stridor. Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar. Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah. Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman Somantri,2008:140) 2.1.4. Patofisiologi A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000) 2. Karsinoma Nasofaring Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
  • 9. 3. Polip Hidung Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersinbersin dan terjadinya iritasi di hidung. B. Obstruksi Laring Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian. Abses Peritonial (Quinsy) Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis). 2.1.6. Manifestasi Klinik A. Obstruksi Nasal 1. Tumor Hidung Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
  • 10. invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas. 2. Karsinoma Nasofaring Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung. Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga. Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak. Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher. 3. Polip Hidung Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea. Dapat terjadi hiposmig / anosmia Bersin Iritasi di hidung Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus. Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar. Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah. B. Obstruksi Laring Hipersalivasi Suara sengau Kadang-kadang sulit membuka mulut Pembengkakan Nyeri tekan pada kelenjar submandibular Palatum mole pembengkakan Teraba fruktuasi Tonsil bengkak Abses Peritonsil (Quinsy) Demam tinggi Leukositosis Nyeri tenggorokan
  • 11. Otalgia Nyeri menelan Muntah Mulut berbau Hiperemis 2.1.7. Pemeriksaan Penunjang A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung dan karsinoma Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring. Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan dinding posterior nasofaring. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor. 2. Polip Hidung Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat. Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang. 3. Abses Peritonsil Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan bawah. 2.1.8. Penatalaksanaan A. Penatalaksanaan Medis
  • 12. 1. Obstrusi Nasal Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal. Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555) 1. Tumor hidung Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif. Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas. 2. Karsinoma Nasofaring Radio terapi Dilakukan diseksi leher Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus. Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum. 3. Polip hidung Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari. Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah Dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal. Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555) 2.Obstruksi Laring Sumbatan Total Laring
  • 13. Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan : a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver) Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000) Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak. Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar. Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar. b. Krikotirotomi Krikotirotomi adalah tindakan „life saving‟ untuk mengatasi sumbatan jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
  • 14. kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul. c. Laringoskopi Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138) 3. Abses peritonsial (Quinsy) Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan : Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll) Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg) Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :  Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.  Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 % Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah : 1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler. 2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. 3. Berikan makanan dalam bentuk lunak. 4. Ciptakan lingkungan yang konduktif. 5. Berikan dukungan pada pasien. 6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik. Terapi Radiasi Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
  • 15. mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor. Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari saluran napas 1.1.9. Komplikasi A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring. 2. Karsinoma Nasofaring Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati. 3. Polip Hidung Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah. B. Obstruksi Larings Abses Peritonsial (Quinsy) Abses parafaringeal Abses retrofaringeal dan edema larings Dehidrasi perdarahan Aspirasi paru Mediastinitis Trambus sinus kavernosus Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999) Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:  Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)  Hemoragi  Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559) 2.2. KONSEP DASAR ASKEP 2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap 1. Identitas Klien
  • 16. ejala : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian. 2. Keluhan Utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring. 4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD) Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. 5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma. 6. Data Dasar Pengkajian Pasien 1. Aktivitas/istirahat Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat. Perubahan irama pernapasan. Takipnea. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya hipertensi. Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat. Penampilan kemerahan, atau pucat. 3. Integritas ego Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak Menyangkal. 4. Eliminasi Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
  • 17. nda : nda : 5. Makanan/cairan Gejala : Kesulitan menelan. Kesulitan menelan, mudah tersedak. Bengkak, luka. (malnutrisi) 6. Neurosensori Gejala : Diplopia (penglihatan ganda) Ketulian. Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara. Kesulitan menelan. Ketulian konduksi. Kerusakan membranmukosa. 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) . Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). 8. Pernafasan Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat. Riwayat penggunaan berlebihan suara. Riwayat penyakit paru kronis. Batuk dengan/tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Sputum dengan darah, hemoptisis . Dispnea. 9. Keamanan Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi. Perubahan penglihatan/pendengaran. Tanda : Massa/pembesaran nodul.
  • 18. 10. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol. Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari. 11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah. 12. Pemeriksaan Penunjang : Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring. Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus. Pemeriksaan darah rutin didapatkan: 1. Leukosit: 16000/mm3 2. Hb : 11 gr/dl 3. Trombosit: 265.000/mm3 4. protein total : 5,85 gr/dl Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang. 13. Prioritas keperawatan Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative. Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan. 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
  • 19. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan . 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema. 4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas. 2.2.3. NCP (Nursing Care Planning) No. Diagnosa Tujuan Kriteria Keperawatan 1. Intervensi Rasional Hasil Ansietas Setelah dilakukan KH: berhubungan intervensi dengan adanya 3x24 ancaman diharapkan kematian. ada lagi perasaan atau menurun cemas sampai tingkat bahwa perasaannya ketidak seimbangan yang dapat normal dan dorong oksigen yang ditangani. mengekspresikan mengancam) normal perasaan. dapat selama  Melaporkan jam tidak takut atau ansietas hilang  Penampilan rileks dan Mandiri:  Catat derajat ansietas Pemahaman bahwa  dan takut. perasaan (dimana Imformasikan berdasarkan situasi pasien/orang terdekat sters ditambah membantu pasien meningkatkan
  • 20. istirahat atau beberapa tidur dengan control emosi. tepat.  Jelaskan penyakit proses  dan prosedur dalam tingkat Menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan kemampuan pasien perasaan untuk dan menurunkan takut dan tentang menangani informasi. pribadi. Kaji situasi saat ini dini penjelasan perlu dan tindakan yang diulang dengan sering untuk dan singkat karena memahami diambil keamanan Pada pasien mengatasi masalah. fase mengalami penurunan lingkup perhatian.  Tinggal dengan pasien atau membuat perjanjian untuk menunggu Membantu dalam menurunkan ansietas dengan seseorang  selama yang berhubungan dengan penolakkan adanya dispnea berat/ serangan akut. perasaan  mau pingsan. Berikan tindakan kenyamanan Pijatan mis. punggung,  Alat menurunkan perubahan posisi dan untuk stress perhatian langsung tak untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.  Bantu pasien untuk  Memberikan pasien mengidentifikasi perilaku mis. membantu, Posisi tindakan mengontrol yang untukmenurunkan nyaman, focus ansietas bernapas, teknik relaksasi. ketegangan otot. dan
  • 21.  Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita, situasi, rencana  Mekanisme koping khususnya untuk dan partisipasi dalam program pengobatan periode penyembuhan mungkin yang meningkatkan belajar lama. Libatkan pasien pasien dalam perencana dan partisipasi untuk menerima hasil yang dalam diharapkan dari penyakit perawatan. dan meningkatkan  Kembangkan program beberapa rasa control. aktivitas dalam batas kemampuan fisik  Memberikan kesehatan membentuk  Waspadai perilaku control untuk dengan perasaan. atau kardiopulmonal, mis memburuknya takikardia. energy diluar peningkatan disfungsi dispnea untuk  Pengembangan dalam kapasitas dalam dan ansietas memerlukan evaluasi lanjut dan kemungkinan intervensi dengan obat antiansietas. 2. Bersihan jalan Setelah dilakukan napas tidkefektif intervensi berhubungan 3x dengan diharapka bersihan terdapatnya jalan benda asing kembali dalam saluran efektif,Mempunyai pernapasan yang jalan nenyebabkan paten,Dapat sumbatan mengeluarkan selama 24 sekret efektif,Irama jam napas napas secara dan KH: Mandiri :  Kaji dan document Mempertahankan  Meningkatkan asikan keefektifan jalan napas paten pemberian oksigen, keefektifan upaya pengobatan yang kepatenan jalan penapasan dan diresepkan dan kaji napas dengan kecenderungan pada pembersihan secret. gas darah arteri bunyi napas  Auskultasi bagian bersih atau jelas dada anterior dan posterior untuk Mengeluarkan mengetahui adanya atau penurunan atau tidak adanya ventilasi dan  Memberikan membersihkan adanya bunyi informasi tentang sumbatan dan tambahan  Tentukan kebutuhan aliran udara melalui bebas aspirasi pengisapan oral dan
  • 22. frekuensi dalam napas Menujukkan atau trakea trakeobronkial rentang perilaku untuk adanya normal,Mempunyai memperbaiki/ adanya fungsi paru dalam atau  Pantau status oksigen mempertahankan pasien dan status hemodinamik jalan napas  (tingkat Mean Arterial Pressure dan bersih dalam irama jantung) segera tingkat sebelum, selama dan setelah pengisapan kemampuan/  Catat tipe dan jumlah situasi. sekret yang dikumpulkan. -tidak ada bunyi cairan,obstuksi batas normal,Mampu mendiskripsikan rencana perawatan rumah untuk di atau dan tidak mukosa. Penghisapan harus tidak rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia napas tambahan -tidak ada  Memaksimalkan Perubahan irama  Jelaskan kepada status penghisapan keluarga pengunaan dan frekuensi peralatan pendukung oksigen dengan benar pernpasan. (misalnya oksigen, -tidak ada pengisapan, spirometer, inhaler). Sianosis  Informasikan kepada -Tidak Sulit pasien dan keluarga  Kuning/hijau,sputum bahwa merokok bersuara berbau purulen merupakan kegiatan - bunyi napas yang dilarang di menunjukkan infeksi; dalam ruang normal sputum kental,lengket perawatan. -tidak gelisah  Instruksikan kepada diduga dehidrasi pasien dan keluarga lagi dalam rencana -Tidak ada perawatan di rumah (misal pengobatan, sputum hidrasi, nebulisasi, - TTV dalam peralatan, drainase batas normal : postural, tanda dan TD: 120/80 gejala komplikasi) mmHg  Instruksikan kepada ND: 60-100 x/i pasien tentang batuk RR: 16 -24 x/i efektif dan teknik S :37 oC napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai
  • 23. 3. denan kebutuhan. KOLABORASI  Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung  Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal  Mandiri: Kerusakan Setelah dilakukan Menyatakan komunikasi intervensi kebutuhan dalam Kaji instruksi/ atau pendidikan verbal keperawatan cara yang efektif diskusikan praoperasi waktu takut terhadap berhubungan selama 3x24 jam Mengidentufikasi mengapa bicara dan pembedahan dengan diharapka atau bernapas terganggu, berlalu pengangkatan kerusakan merencanakan gunakan gambaran kmunikasi verbal pilihan metode anatomic atau model dapat diatasi berbiara yang untuk tepat setelah penjelasan laring dan terhadap edema sembuh  pada sudah membantu Tentukan pasien Menguatkan apakah mempunyai gangguan komunikasi lain  Adanya masalah lain akan  Berikan cara-cara yang cepat untuk dan kntinu mempengaruhi rencana untuk pian komunikasi memanggil perawat  Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespons terhadap panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan
  • 24. bila perawat cukup  Atur untuk sebelumnya tanda-tanda cepat perhatian hadir pada waktu daripada bila di untuk mendapatkan bantuan yang panggil pasien  Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidak mampuan  Berikan pilihan cara komunikasi untuk berbicara yang tepat bagi kebutuhan  Kemungkinan pasien pasien untuk menyatakan kebutuhan/ masalah  Berikan waktu yang cukup untuk  Kehilangan bicara dan komunikasi stress mengganggu komunikasi dan mnyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerjalah d  Mengkomunikasikan  Berikan komunikasi masalah non- verbal dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain  Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar  Mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi melaluai cara lain
  • 25.  Beri tahu kehilangan  bicara sementara Memeberikan dorongan dan harapan setelah laringektomi untuk masa depan sebagian dan/ dengan memikirkan tergantung pada pilihan arti tersedianya alat bantu komunikasi dan suara bicara tersedia dan mungkin  Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai  dokter member izin  Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen pengalaman prosedur  Memberikan model ini dengan cepat peran, meningkatkan Kolaborasi : motivasi pemecahan untuk masalah danmempelajari cara Konsul dengan anggota tim baru untuk berkomunikasi kesehatan yang tepat/ terapi/ agen Kemampuan untu rehabilitasi menggunakan pilihan suara dan metode suara sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, status emosi, dan motvasi untuk kembali kehidup aktif, waktu rehabilitasi dapat memanjang dan memrlukan sejumlah agen atau sumber untuk menyediakan atau mendukung
  • 26. proses belajar. BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian Lengkap 1. Biodata/data biografi:  Nama : Tn. R  Umur : 35 tahun  Suku/ Bangsa  Status Perkawinan  Agama : serawai : kawin : islam  Pendidikan : SMA  Pekerjaan : petani  Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu
  • 27.  Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012  Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012  Catatan Kedatangan       : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( ) Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi : Nama/ Umur : Ny. B Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Lingkar Barat Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien No.Telepon : (0736)20871 2. Riwayat kesehatan/keperawatan 1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit: Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan berbicara dan menelan. 2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)  Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit.  Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.  Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terusmenerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.  Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.  Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix). 2. Riwayat kesehatan dahulu  Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.  Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas . 3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
  • 28. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya. 3.Pola fungsi kesehatan (Gordon): 1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan. Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu. Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut. 2). Pola nutrisi dan metabolisme Diet / suplemen khusus : Instruksi diet sebelumnya : Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual. Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan Gigi : tidak lengkap Jumlah minum/24 jam : normal Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil. Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya 3.Pola eliminasi Buang air besar (BAB) : Frekuensi : sedikit Warna : kuning terang Buang air kecil (BAK) : Frekuensi : normal Warna : kuning kecoklatan 4.Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri : 0= mandiri 1=dengan alat bantu 2=dibantu orang lain 3= dibantu orang lain & peralatan 4=ketergantungan/tidak mampu Kegiatan/aktivitas 0 Makan/minum  Mandi  Berpakaian 1  Toileting Mobilisasi dtmpat tidur   2 3 4
  • 29. Berpindah  Berjalan  Menaiki tangga  Berbelanja  Memasak  Pemeliharaan rumah  Alat bantu : tongkat Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas 5.Pola istirahat dan tidur Lama tidur : 5 jam / malam Waktu : dari jam 8 – 1 malam Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas 6.Pola kognitif dan persepsi Status mental : sering emosi Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( ) Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( ) Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( ) Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( ) Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0 Penglihatan : normal 7.Persepsi diri dan konsep diri Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas sehari-hari 8.Pola peran hubungan : Pekerjaan : petani Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ), keluarga tinggal berjauhan ( ) Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah sakit. 9.Pola seksual dan reproduksi Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun 10.Pola koping dan toleransi stress Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
  • 30. Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil 11.Keyakinan dan kepercayaan Agama : islam Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. 4.Pemeriksaan fisik :  Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah  TTV : o TD : 130/90 mmHg o ND : 120x/i o S : 37,5  BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)  TB : 170  Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk  Kuku : pucat  Hidung : pernapasan cuping hidung  Mulut : mukosa bibir kering dan pucat  Laring : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring Pemeriksaan penunjang  Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring  Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus  Pemeriksaan darah rutin didapatkan: o Leukosit: 16000/mm3 o Hb : 11 gr/dl o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
  • 31. Analisa data Nama kilen : Tn. R Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu Diagnose medic : NO. 1. DATA ETIOLOGI DS:  Klien Terdapatnya penumpukan Bersihan jalan napas mengatakan batuk sekret pada saluran napas. berdahak dan sesak napas  Klien mengatakan nyeri pada daerah tenggorokan DO: klien tampak lemah, klien tampak MASALAH kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah TTV: TD : 130/90 mmHg ND : 120x/i S : 37,5 Penapasan cuping hidung Takipnea pernapasan dangkal tidak efektif
  • 32. 2. DS: Adanya lesi  klien mengatakan rasa nyeri tenggorokan. pada Kerusakan komunikasi verbal pada tenggorok  klien mengatakan adanya kesulitan menelan  klien mengatakan kesulitan berbicara DO:  adanya bakteri streptococcus beta hemolyticus  adanya edema pada laring  adanya pembesaran jaringan pada daerah laring DS: 3. Kesulitan menelan, rasa Pola nutrisi kurang dari  pasien mengatakan lemah  pasien tidak nyaman mengatakan menghabiskan makan ¼ porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore)  kesulitan menelan  rasa tidak nyaman DO:  Berat badan pasien turun 3 kg dari 60 kg menjadi 57 kg  Pasien tampak lemah  Pembekakan pada laring kebutuhan tubuh
  • 33. 3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. a Medik 3.3. NCP (Nursing Care Planning) : Tn. R : RSUD M. Yunus Bengkulu : Obtruksi Saluran Napas No. Diagnosa Tujuan Kriteria Keperawatan 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan Intervensi Rasional Hasil Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif, Mempunyai jalan napas paten, Dapat mengeluarkan sekret secara efektif, Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, Mempunyai fungsi paru dalam batas normal, Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah  Kaji dan Meningkatkan document asikan  Mempertahankan keefektifan upaya keefektifan jalan napas pemberian penapasan dan oksigen, paten. pembersihan pengobatan yang  Kepatenan jalan diresepkan dan secret. kaji napas dengan kecenderungan bunyi napas pada gas darah arteri bersih atau jelas.  Auskultasi bagian  Memberikan  Mengeluarkan dada anterior dan informasi tentang posterior untuk atau mengetahui aliran udara membersihkan adanya penurunan melalui atau tidak adanya sumbatan dan ventilasi dan trakeobronkial dan bebas aspirasi. adanya bunyi adanya atau tidak tambahan  Menujukkan adanya perilaku untuk  Tentukan cairan,obstuksi kebutuhan memperbaiki/ pengisapan oral mukosa. atau dan atau trakea.  Penghisapan tidak mempertahankan harus rutin,dan jalan napas lamanya harus bersih dalam  Pantau status dibatasi untuk oksigen pasien tingkat menurunkan dan status kemampuan/ hemodinamik bahaya hipoksia (tingkat Mean situasi. Arterial Pressure dan irama KH:
  • 34.  TTV dalam batas jantung) segera  Memaksimalkan sebelum, selama normal : status penghisapan dan setelah TD: 120/80 pengisapan oksigen mmHg  Catat tipe dan ND: 60-100 x/i jumlah sekret RR: 16 -24 x/i yang S :37 oC dikumpulkan.  Jelaskan kepada  keluarga Kuning/hijau,sputu pengunaan peralatan m berbau purulen pendukung menunjukkan dengan benar (misalnya infeksi; sputum oksigen, kental,lengket pengisapan, spirometer, diduga dehidrasi inhaler).  Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.  Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)  Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan
  • 35. pengisapan sesuai denan kebutuhan. KOLABORASI  Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung  Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh  Mandiri: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan gangguan komunikasi verbal teratasi 2. pendidikan  Kaji instruksi/ atau diskusikan mengapa komunikasi bernapas terganggu, berhubungan gambaran verbal anatomic waktu takut pembedahan sudah bicara gunakan Kerusakan pada terhadap praoperasi dan Menguatkan atau berlalu
  • 36. dengan model untuk pengangkatan membantu laring dan terhadap penjelasan  Tentukan apakah edema.  Adanya masalah lain pasien akan mempengaruhi mempunyai rencana untuk pian gangguan komunikasi komunikasi lain  memerlukan  Berikan cara-cara keyakinan yang cepat dan kntinu Pasien perawat untuk bahwa waspada dan memanggil akan berespons terhadap perawat panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat cukup yang perhatian untuk hadir pada waktu bila daripada di panggil pasien  Dapat menurunkan ansietas tanda-tanda untuk .  ketidak mampuan mendapatkan bantuan cepat pasien tentang  Atur sebelumnya berbicara  Kemungkinan pasien Berikan cara pilihan komunikasi yang tepat bagi untuk untuk menyatakan kebutuhan/ masalah kebutuhan pasien Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan keeshatan   Kehilangan bicara Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi dan stress mengganggu komunikasi mnyebabkan dan
  • 37. umum Menunjukkan peningkatan berat badan proggresif mencapai tujuan dengan nilai laboraturium normal dan penyembuhan jaringan seuai waktunya frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya perawat bila terlihat terlalu sibuk atau  Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipnuhi Mandiri Makan dimulai hanya usus setelah bunyi Auskultasi bunyi usus membaik pembed  Selang di masukan pada pembedahan Pertahankan 3 dan selang makan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan biasanya di jahit  Awasi masukkan Memberikan informasi berat badan sesuai sehubumgan indikasi dengan kebutuhan nutrisi dn kefektifan terapi  Ajarkan pasien  makan sendiri Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi  belajar dengan Mulai makan kecil dan ditingkatkan sesuai toleransi  Dorong pasien bila  Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransiian belajar menelan  Membantu pasien
  • 38.  Kembangkan dan mengatasi frustasi dan keamanan dalam masalah menelan dorong lingkungan yang nyaman untuk  Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu  Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada penyembuhan dan proses penyembuhan makan  Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan keseimbangan nutrisi pada rencana makan dirumah Kolaborasi  Konsul dengan ahli gizi dukungan nutrisi atau tim sesuai indikasi  Berikan diet  Berguna dalam identifikasi nutrisi seimbang kebutuhan nutri individu untuk meningkatkan  Awasi penyembuhan dan regenerasi jaringan pemeriksaan  Macam-macam laboraturium jenis dapat dibuat untuk tambahan atau batasan factor tertentu seperti lemak dan gulaan.  Indicator penggunaan nutrisi sesuai fungsi org
  • 39. 3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP No Hari/tgl 1. jumat, 6 mei 2012 Dx kep Bersihan jalan Implementasi Evaluasi Pukul 08. 00 wib Pukul 10. 00 wib Mandiri: S= napas tidak  Klien mengatakan batuk berdahak berkurang Mencatat hasil pengkajian efektif dan kefektifan pemberian dan tidak lagi sesak napas oksigen, dan gas darah arteri. berhubungan  Hasil : gas darah dan oksigen Klien mengatakan tidak nyeri lagi pada dengan efektif. daerah tenggorokan  Mencatat adanya bunyi nafas , penumpukan O: misalnya mengi, krekels dan sekret pada ronki.  klien tampak bergairah, Hasil : Bunyi napas mengi.  klien tampak tidak kesulitan bernapas saluran  Memberikan oksigen sesuai pernapasan kebutuhan pasien melalui  klien tampak tidak gelisah lagi oral.  tidak ada pernapasan cuping hidung Hasil : Pasien mau  Takipnea tidak ada diberikanoksigen melalui oral.  pernapasan normal  Membantu tindakan untuk  Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit memperbaiki keefektifan /nyeri pada dada. upaya batuk.  Klien tidak kesulitan bernapas. Hasil : Pasien dapat batuk  Tidak ada pucat efektif.  Tanda tanda vital dalam batas normal  Mempertahankan polusi TD: 120/80 mmHg lingkungan dari debu dan ND: 90x/menit asap rokok. RR: 20x/menit Hasil : Lingkungan kondusif. S :37 oC  Mengajarkan pasien untuk A= latihan pernapasan abdomen  Masalah teratasi atau bibir.  Batuk berdahak berkurang, napas normal, Hasil : Pasien mau latihan nyeri dada tidak ada lagi, dan TTV dalam pernapasan abdomen. batas normal.  Mengajarkanpasien untuk P= melakukan teknik napas Intervensi di hentikan. dalam. Hasil : Pasien dapat melakukan tehnik napas dalam.
  • 40.  Mengukur TTV. Hasil : TD: 120/80 mmHg ND: 90x/menit RR: 20x/menit S :37 oC KOLABORASI  Memberikan obat sesuai indikasi yang dianjurkan dokter. Hasil : Obat efektif.  Melakukan pemasangan nebuliser ultranik atau humidifier aerosol ruangan. Hasil : Pasien mau menggunakan nebulizer ultranik. 2 sabtu, 7 mei 2012 Kerusakan komunikasi Pukul 12. 00 wib Mandiri:  Memberikan verbal tentang kondisi yang dialami dengan adanya pada tenggorokan tenggorok. pasien agar pasien dapat  berhubungan lesi Pukul 16. 00 wib S: penjelesan Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada  Klien mengatakan tidak ada kesulitan mengerti apa yang sedang menelan. dialaminya. Hasil : Pasien  Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara mengerti lagi. keadaanya saat ini.  Melakukan pemeriksaan untuk O: mengetahui apakah pasien Tidak ada bakteri streptococcus beta  memiliki gangguan hemolyticus. komunikasi lainnya.  Tidak ada edema pada laring. Hasil : Pasien tidak memiliki Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah  gangguan komunikasi lain. laring.  Mengajarkan pasien cara-cara  TTV dalam batas normal untuk memanggil perawat TD: 120/80mmHg RR:22x/i dengan cepat. ND:90x/i Hasil : Pasien mengerti cara S: 37C memanggil perawat dengan A:  Masalah teratasi  Tidak ada lagi sakit dan nyeri pada Laring,  Membantu pasien untuk tidak ada batuk, klien rileks, TTV dalam memilih cara komunikasi batas normal. cepat. yang tepat sesuai kebutuhan pasien. Hasil : Pasien dapat memilih cara komunikasi yang tepat P: Intervensi di hentikan.
  • 41. sesuai kebutuhannya.  Berikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara agar pasien merasa dihargai oleh perawat dengan berkomunikasi dengan baik dan memberikan cukup waktu untuk berkomunikasi. Hasil : Pasien lebih percaya diri dalam berkomunikasi. 3 minggu, 8 mei 2012 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. Pukul 09. 00 wib Mandiri Pukul 13. 00 wib S: Mencatat derajat kesulitan Pasien mengatakan tidak lemah lagi.  menelan dan nilai bunyi usus Pasien mengatakan menghabiskan makan 1 porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore). pasien. Hasil :  tidak Pasien tidak kesulitan menelan lagi. Pasien  kesulitan Pasien merasa nyaman. mempunyai O: menelan dan bunyi usus.  Memberikan makan secara Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg. rutin  mencukupi Pasien tampak segar. untuk kebutuhan pasien. Hasil : Nutrisi  Tidak ada pembekakan pada laring. pasien terpenuhi. Menimbang berat badan A:  Masalah teratasi . P: intervensi di hentikan.
  • 42. pasien . Hasil : Berat badan pasien kembali normal.  Membantu pasien untuk makan sendiri. Hasil : Pasien dapat makan sendiri.  Mengajarkan pasien cara untuk menelan yang baik. Hasil : Pasien dapat menelan dengan baik. Kolaborasi  Mengonsulkan dengan ahli gizi atau dukungan tim nutrisi sesuai indikasi. Hasil : Pasien mendapatkan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.  Memberikan diet nutrisi seimbang. Hasil : BB pasien normal.  Mengawasi pemeriksaan laboraturium. Hasil : kesalahan pemeriksaan. Tidak terjadi dalam
  • 43. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa : Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah : A. Obstruksi Nasal 1) Tumor hidung 2) Karsinoma Nasofaring 3) Polip Hidung B. Obstruksi Laring 1. Sumbatan Total Laring 2. Abses Peritonsial (Quinsy) Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. 4.2. Saran  Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.  Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
  • 44. DAFTAR PUSTAKA Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salembah Medika. Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/ http//www.klikdoter.com/2006/ Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta. Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta. Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta. Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta