SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia,
maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen-patogen yang dapat mempengaruhi
pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis
umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang , obstruksi aliran
udara berlangsung secara reversibel, dan bronkuspasme. Dari tahun ke tahun prevalensi
penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14
tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003
menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia
mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma
diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di
Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus
yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3%
penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang
mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas
sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan
rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami
oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di
USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi
dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat
sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan
pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.
2. Rumusan Masalah
a. Menjelaskan tentang pengertian asma
b. Menjabarkan tentang anatomi fisiologi sistem pernafasan
c. Menjelaskan klasifikasi asma
d. Menjabarkan tentang etiologi asma
e. Menyebutkan manifestasi klinik dari asma
f. menjabarkan tentang patofisiologi
g. Menjelaskan penatalaksaan
h. Menyebutkan komplikasi asma
i. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma
j. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma
3. Manfaat
 Manfaat bagi penulis :
Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang penyakit asma dan penyusunan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan asma.
 Manfaat bagi Pembaca :
- Pembaca dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan diri.
- Pembaca dapat mencegah sejak dini penyakit asma.
- pembaca dapat mengetahui masalah gangguan penyakit asma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asma
 Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan
bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar
saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI).
 Asthma Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan
peningkatan respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi:
psikologis, otonom, infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy
Holloway Medical, Surgical Nursing Care Plan).
 Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan
dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Anatomi fisologi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang mengantarkan udara
luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar
udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing, laring, bronkus dan bronkioulus
yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
a. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel-partikel yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat di dalam hidung,
sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior di dalam saluran pernafasan
bagian bawah.
b. Pharing
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher.
Hubungan pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga
mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus fausium lubang esophagus.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening. Perkumpulan getah bening dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah
tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tengkorak)
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian:
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.
3. Bagian bawah skali dinamakan laringofaring.
c. Laring
Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot pita suara.
Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh
lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke atas glotis menutup.
Alat ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus
sehingga kalau ada benda asing masuk sampai di luar glotis maka laring mempunyai fungsi
batuk yang membantu benda dan sekret dari saluran inspirasi bagian bawah.
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang yang fungsinya untuk mempertahankan oagar trakea tatap
terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, jurusan silia ini
bergerak jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir halus yang
turut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
e. Bronkus
Dari trakea udara masuk ke dalam bronkus. Bronkus memiliki percabangan yaitu bronkus
utama kiri dan kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki syaraf yang menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak
simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar yang arahnya hampir vertikal, sebalinya
bronkus ini lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi
bronkus lobaris dan kemudian segmentalis. Percabangan ini berjalan terus dan menjadi
bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
f. Bronkiolus
Saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorik,
duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis, alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya
oleh dinding septus atau septum.
Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu inspirasi dan
mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi.
Peredaran Darah Paru-Paru
Paru-paru mendapat dua sumber suplai darah yaitu dari arteri bronkialis (berasal dari aorta
thorakhalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus) dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sitemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme paru.
Vena bronkialis besar bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah
ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah ke vena
pulmonalis. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan jantung mengalirkan darah
vena campuran ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah,
darah yang teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena pulmonalis,
yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh.
Proses pernafasan dipengaruhi oleh:
 Ventilasi : pergerakan mekanik udara dari dan paru-paru.
 Perfusi : distribusi oksigen oleh darah keseluruh pembuluh darah di paru-paru.
 difusi : pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
C. Klasifikasi asma
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan
emfisiema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang aling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non alergik.
D. Etiologi
Asma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma
tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada
patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya
alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asthma
 Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
 Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
- ngestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada
asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
F. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya
sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta
meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan
penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan
gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti
eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien
dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak
jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan
asma.
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :
1. Abenis (Beta)
Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial, meningkatkan gerakan siliarism,
menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi dari
kortikosteroid. Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol
2. Methil Santik
Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan
gerakan mukus, dan meningkatkan kontraksi diafragma. Contoh: Aminofilin, Theofilin
3. Anti Cholinergik
Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi
 dan methil santin karena penyakit jantung. Contoh: Atrofin
4. Kortikosteroid
Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan
bronkokonstriktor. Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason
5. Inhibitor Sel Mast
Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral dari pengobatan asma yang berfungsi
mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik.
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg
atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
H. Komplikasi
 Efisema
 Atelektasis
 Bronkiektasis
 Bronkopneumonia
 Status asmatikus
 Kegagalan jantung
 Kegagalan pernafasan
 Pnemu thoraks
 Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup
memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental.
Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk
melakukan ventilasi.
 Kematian
I. Pemeriksaan Lab/ Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara
dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN GANGGUAN ASMA
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang
Tgl MRS : 10 April 2008
Dx Medis : Asma bronkial, susp gastritis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Z
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang
Hub dg ps : Suami
c. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : sesak nafas
 Riwayat penyakit sekarang : Pasien datanng jam 15.00 dengan keluhan sesak nafas
mulai tadi siang, mual, muntah 2 kali dan perut sakit ulu hati
 Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah obname kurang lebih satu tahun
yang lalu dengan penyakit yang sama
 Riwayat penyakit keluarga/keturunan : Pasien mengatakan orang tua pernah sakit
asma dan hipertensi
d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
 Survei Primer
a. Airway (A) :
Bunyi ronchi basah dan wheezing
b. Breathing (B) :
Nafas spontan, RR: 22kali/menit, ada retraksi dada
c. Circulation (C) :
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 156 x/m, Suhu : 36,4 oC, Saturasi 93% dan akral dingin
 Survei Sekunder
a. Tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 156x/menit
Suhu : 36,4 o C
RR : 22 x/m
b. Kesadaran
Composmentis, GCS : E=4, M=6, V=5
c. Keadaan umum
Sadar, sesak nafas dan lemas
d. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Bentuk mesochepale, tak ada lesi, bersih
2. Rambut : Warna kehitama, tak rontok bersih
3. Mata : Kongtiva anemis, sclera anikterik, pupil isokor
4. Hidung : bersih, panjang O2 masker 8 liter / menit
5. Telinga : Bersih, tak ada hematom/ perdarahan, serumen kental
6. Mulut : bersih, tak ada lesi, tak ada perdarahan
7. Gigi : Lengkap, terdapat caries gigi dan bersih
8. Thorax : Pergerakan simetris, bunyi sonor, auskultasi ada ronchi basah, dan
weezhing
9. Abdomen :
I : simetris, tak ada pembesaran
A : peristaltik 25 x/menit
P : nyeri tekan pada ulu hati dan epigastrik skala 5 (0-10)
P : bunyi hipertimpani
10. Kulit : Pucat bersih, tak ada lesi
11. Genetalia : Bersih, tak ada phimosis
12. Extremitas ROM penuh, aktif tanpa bantuan, capillary refill time < 3 detik
e. Pola Kesehatan Fungsional
No Pola Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan jika sakit selalu
berobat ke dokter pasien mengatakan akan tetap berobat sampai sembuh,
badan enak
2. Pola nutrisi dan metabolisme Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (nasi,
sayur, lauk, minum teh) Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang.
Pasien dari tadi siang belum makan hanya minum hangat.
3. Pola eliminasi Pasien mengatakan BAB 1x ssehari dan BAK 7-8x/hr Sejak
tadi siang Bak 1x
4. Pola aktivitas dan latihan keluarga mengatakan pasien aktif bekerja ibu rumah
tangga, mengurus anak keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau
dibawa bekerja tambah sesek
5. Pola istirahat dan tidur keluarga mengatakan tidur biasanya 6-7 jam/ hari, tak
ada gangguan tidur
6. Pola persepsi dan konsep diri keluarga mengatakan yakin penyakitnya akan
segera sembuh
7. Pola hubungan dan peran keluarga mengatakan hubungan keluarga selalu
harmonis, selama di UGD anak dan adik menunggui
8. Pola reproduksi seksual Pasien mengatakan mempunyai anak 4 orang, sudah
besar-besar
9. Pola perssepsi kognitif Pasien mengatakan memang penyakitnya kadang
kamuh-kambuhan dan segera akan sembuh, tapi kok yang sekarang ada mual-
mualnya
10. Pola penganggulangan stress pasien mengatakan apabila ada masalah penting
yang menganggu pikiran saya kan cerita sama anak dan suami jadi lega
11. Pola nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan Tuhan akan menyembuhkan
penyakit saya dan saya akan berusaha berobat
f. Data Penunjang
1. GDS = 131 mg/dl
2. SaO2 = 96%
3. Therapi obat
a. Sesdent = papaferin 1 ml
b. Zantidine 1 ampul oplos 20cc dengan NaCl
2. Analisa Data
Nama : Ny. S No RM : 11001233
Umur : 32 tahun
Dx Medis : Asma bronkial
Ruang : UGD
No tgl/wkt Data Fokus Etiologi problem
 10 april 2008 DS : Pasien mengatakan sesak nafas dan mempunyai riwayat peyakit
asma
DO : Pasien sesak, RR : 22x/menit, bunyi ronchi basah, wheezing. Nadi : 156 x/m,
SaO2 : 96 % , TD : 110/70 mmHg, tak batuk peningkatan sekresi dan bronchospasme
Gangguan jalam nafas.
 10 april 2008 DS : Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang, ulu hati nyeri
sepert diremes-remes dengan skala 5 (0-10)
DO : Pasien muntah, wajah tampak tegang, turgor kulit elastis, Nadi : 156 x/m, TD :
110/70 mmHg , S : 36,4 OC Peningkatan asam lambung Gangguan rasa nyaman
nyeri( epigastrik)
 10 april 2008 DS : Keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau dibawa aktivitas
tambah sesak
DO : Pasien tampak membatasi aktivitas, kulit pucat Nadi : 156 x/m, SaO2 : 96%,
TD : 110/70 mmHg ketidak seibangan suplai oksigen dengan kebutuhan Intoleransi
aktifitas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru
3. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Diagnosa keperawatan 1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan : jalan nafas kembali efektif
Kriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan
sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan
umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafas
R/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat).
b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi.
R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan
selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi
memanjang di banding inspirasi.
c. Kaji posisi klien yang aman,
R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keefektifan memperbaiki upaya batuk.
e. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.
f. Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
g. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi).
h. R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa.
Diagnosa Keperawatan 2
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru.
Tujuan : pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekpansi dada paru mengembang.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter
pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.
R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas.
Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi.
e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk.
R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernafas.
f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya:
nebulezer.
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban
membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum.
Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien
menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva )
R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makanan
R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan
kperawatan.
c. Timbang BB dan TB
R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien .
e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan.
R/ air hangat dapat mengurangi mual.
f. Kolaborasi dengan tim gizi.
R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai
indikasi.
Diagnosa Keperawtan 4
Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra
mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.
Intervensi :
a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan,
kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.
R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau
bantal.
d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.
Diagnosa Keperawatan 5
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah.
Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari
asma, komplikasi dari asma.
Intervensi :
a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan
kesembuhan.
R/informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah
berlebihan.
b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan vrbal.
R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau
mengikuti program medik.
c. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas.
R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya
d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi.
e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya:
istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
4. Perencanaan
Perencanaan disusun bersama pasien dan keluarga disesuaikan dengan gangguan yang
terjadi. Perencanaan lebih ditekankan mengobservasi tanda-tanda vital terutama pernafasan.
Membantu anak mendapatkan posisi tidur yang nyaman guna lebih meningkatkan
pengembangan paru, melatih nafas dan batuk efektif, membantu anak dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya, dan memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan, serta
memberikan informasi kepada keluarga guna pencegahan terhadap serangan asma.
5. Imlementasi
Semua rencana keperawatan yang disusun dapat dilaksanakan dari implementasi
dilaksanakan dalam bentuk observasi, tindakan keperawatan dan penyuluhan pada pasien
dan keluarga.
6. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi berdasarkan masalah
yang muncul pada pasien: ketidakefektifan jalan nafas sudah teratasi karena anak tidak
mengeluh sesak lagi. Batuk agak berkurang, therapi oksigen sudah dihentikan dan pernafasan
21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi karena anakmengatakan dapat bernafas lega.
Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena anak sudah tidak sulit bernafas, infus Dextrosa 5%
sudah di aff, anak dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti mandi, makan minum, serta
buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran
nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik
berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap
rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi :
Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala :
Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala:
1. Serangan asma akut ringan,
2. Serangan asma akut sedang,:
3. Serangan asma akut berat,
2. Saran
Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit
asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan
lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
 Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates ,
2000
 Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.
Jakarta , EGC, 2002
 Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997
 Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001
 Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunikasi terapeutik. Dalam makalah ini
kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguam Asma” yang sangat
berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Safariah Amd.kep selaku guru mata
pelajaran Komunikasi Terapeutik yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah asuhan keperawatan ini hingga kami mampu
menyelesaikannya. Untuk selanjutnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang cara penyusunan asuhan keperawatan bagi kami sendiri dan
juga bagi siswa-siswi Smks Kesehatan Karya Persada Muna, khususnya bagi siswa-siswi
jurusan keperawatan.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga makalah yang kami susun ini
berguna bagi kita semua. Amin-amin yarabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Raha
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
3. MANFAAT.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. PENGERTIAN ASMA................................................................................. 3
B. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................3
C. KLASIFIKASI ASMA................................................................................. 6
D. ETIOLOGI ASMA...................................................................................... 6
E. MANIFESTASI KLINIK........................................................................... 8
F. PATOFISIOLOGI....................................................................................... 9
G. PENATALAKSANAAN........................................................................... 9
H. KOMPLIKASI...............................................................................................10
I. PEMERIKSAAN LAB/PENUNJANG....................................................... 11
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN...............................................................................................12
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................. 15
3. PERENCANAAN....................................................................................... 15
4. IMPLEMENTASI....................................................................................... 20
5. EVALUASI................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN............................................................................................. 21
2. SARAN....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22
TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”
DENGAN GANGGUAN ASMA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. ZULFIA
2. ASNARTI
3. NURSIA
SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA
KABUPATEN MUNA
2014
TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”
DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. SITTI WULAN PURNAMA WAHDA SYAM
2. MUSTIKA SARI
3. ROSLI
4. DARMITA
SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA
KABUPATEN MUNA
2014

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

fisioterapi dada dan nebulezer
fisioterapi dada dan nebulezerfisioterapi dada dan nebulezer
fisioterapi dada dan nebulezer
 
Proposal kuliah pakar 2012
Proposal kuliah pakar 2012Proposal kuliah pakar 2012
Proposal kuliah pakar 2012
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Askep ventilasi mekanik
Askep  ventilasi mekanikAskep  ventilasi mekanik
Askep ventilasi mekanik
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologiMakalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Askep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paruAskep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paru
 
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
 
PPT MMD rumpa.pptx
PPT MMD rumpa.pptxPPT MMD rumpa.pptx
PPT MMD rumpa.pptx
 
Memakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APDMemakai dan Melepaskan APD
Memakai dan Melepaskan APD
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANLAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 

Viewers also liked (9)

Makalah pernapasan
Makalah pernapasanMakalah pernapasan
Makalah pernapasan
 
Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8
 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
 
Asma Akut
Asma AkutAsma Akut
Asma Akut
 
Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.Makalah anatomi sistem respirasi.
Makalah anatomi sistem respirasi.
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam
 
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAAnatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
 
Proses Penuaan
Proses PenuaanProses Penuaan
Proses Penuaan
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 

Similar to ini menggunakan kata kunci "Asma" dan "Sistem Pernafasan

Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaSujana Pkm
 
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNAAnatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Sistem pernapasan manusia
Sistem pernapasan manusiaSistem pernapasan manusia
Sistem pernapasan manusiakhuzaima
 
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)Nia Logaritma
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Ferdiana Agustin
 
Anatomi fisiologi sistem pernafasan
Anatomi fisiologi sistem pernafasanAnatomi fisiologi sistem pernafasan
Anatomi fisiologi sistem pernafasansriintanyulianingsih
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
Yang betul
Yang betulYang betul
Yang betulmoharifw
 
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaPrinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaOperator Warnet Vast Raha
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)pjj_kemenkes
 
Sistem pernapasan-pada-manusia
Sistem pernapasan-pada-manusiaSistem pernapasan-pada-manusia
Sistem pernapasan-pada-manusiaNanchay Sylvia
 

Similar to ini menggunakan kata kunci "Asma" dan "Sistem Pernafasan (20)

Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asma
 
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
 
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNAAnatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisilogi pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp tbc blog
Lp tbc blogLp tbc blog
Lp tbc blog
 
Sistem pernapasan manusia
Sistem pernapasan manusiaSistem pernapasan manusia
Sistem pernapasan manusia
 
Emphysema paru
Emphysema paruEmphysema paru
Emphysema paru
 
Kliping penyakit sistem pernafasan
Kliping penyakit sistem pernafasanKliping penyakit sistem pernafasan
Kliping penyakit sistem pernafasan
 
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
 
Bab ii sementara
Bab ii sementaraBab ii sementara
Bab ii sementara
 
Anatomi fisiologi sistem pernafasan
Anatomi fisiologi sistem pernafasanAnatomi fisiologi sistem pernafasan
Anatomi fisiologi sistem pernafasan
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Sistem Respirasi Pada Manusia
Sistem Respirasi Pada Manusia Sistem Respirasi Pada Manusia
Sistem Respirasi Pada Manusia
 
Yang betul
Yang betulYang betul
Yang betul
 
Satuan acara penyuluhan Bronkitis
Satuan acara penyuluhan BronkitisSatuan acara penyuluhan Bronkitis
Satuan acara penyuluhan Bronkitis
 
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaPrinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Sistem pernapasan-pada-manusia
Sistem pernapasan-pada-manusiaSistem pernapasan-pada-manusia
Sistem pernapasan-pada-manusia
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

ini menggunakan kata kunci "Asma" dan "Sistem Pernafasan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen-patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang , obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan bronkuspasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika. Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.
  • 2. 2. Rumusan Masalah a. Menjelaskan tentang pengertian asma b. Menjabarkan tentang anatomi fisiologi sistem pernafasan c. Menjelaskan klasifikasi asma d. Menjabarkan tentang etiologi asma e. Menyebutkan manifestasi klinik dari asma f. menjabarkan tentang patofisiologi g. Menjelaskan penatalaksaan h. Menyebutkan komplikasi asma i. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma j. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma 3. Manfaat  Manfaat bagi penulis : Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang penyakit asma dan penyusunan asuhan keperawatan klien dengan gangguan asma.  Manfaat bagi Pembaca : - Pembaca dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan diri. - Pembaca dapat mencegah sejak dini penyakit asma. - pembaca dapat mengetahui masalah gangguan penyakit asma.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Asma  Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI).  Asthma Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan peningkatan respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi: psikologis, otonom, infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy Holloway Medical, Surgical Nursing Care Plan).  Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).  Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. B. Anatomi fisologi Sistem Pernafasan Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang mengantarkan udara luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing, laring, bronkus dan bronkioulus yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia. a. Hidung Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel-partikel yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat di dalam hidung,
  • 4. sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior di dalam saluran pernafasan bagian bawah. b. Pharing Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher. Hubungan pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus fausium lubang esophagus. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tengkorak) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian: 1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring. 2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring. 3. Bagian bawah skali dinamakan laringofaring. c. Laring Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot pita suara. Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke atas glotis menutup. Alat ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus sehingga kalau ada benda asing masuk sampai di luar glotis maka laring mempunyai fungsi batuk yang membantu benda dan sekret dari saluran inspirasi bagian bawah. d. Trakea Trakea disokong oleh cincin tulang yang fungsinya untuk mempertahankan oagar trakea tatap terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, jurusan silia ini bergerak jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir halus yang turut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.
  • 5. e. Bronkus Dari trakea udara masuk ke dalam bronkus. Bronkus memiliki percabangan yaitu bronkus utama kiri dan kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki syaraf yang menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar yang arahnya hampir vertikal, sebalinya bronkus ini lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian segmentalis. Percabangan ini berjalan terus dan menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. f. Bronkiolus Saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis, alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh dinding septus atau septum. Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi. Peredaran Darah Paru-Paru Paru-paru mendapat dua sumber suplai darah yaitu dari arteri bronkialis (berasal dari aorta thorakhalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus) dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sitemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme paru. Vena bronkialis besar bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah ke vena pulmonalis. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan jantung mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah, darah yang teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena pulmonalis, yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh. Proses pernafasan dipengaruhi oleh:  Ventilasi : pergerakan mekanik udara dari dan paru-paru.  Perfusi : distribusi oksigen oleh darah keseluruh pembuluh darah di paru-paru.
  • 6.  difusi : pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. C. Klasifikasi asma Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. 2. Instrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang aling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik. D. Etiologi Asma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma  Faktor predisposisi Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
  • 7. dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.  Faktor presipitasi Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : - Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi - ngestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan - Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
  • 8. Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh : 1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas. 2) Pembengkakan membran bronkus. 3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental. E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu : Tingkat I : a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. Tingkat II : a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. Tingkat III : a. Tanpa keluhan. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. Tingkat IV : a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
  • 9. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Tingkat V : a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi. F. Patofisiologi Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma. G. Penatalaksanaan Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale : a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma. c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.
  • 10. Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas : a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti : 1. Abenis (Beta) Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial, meningkatkan gerakan siliarism, menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid. Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol 2. Methil Santik Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus, dan meningkatkan kontraksi diafragma. Contoh: Aminofilin, Theofilin 3. Anti Cholinergik Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi  dan methil santin karena penyakit jantung. Contoh: Atrofin 4. Kortikosteroid Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason 5. Inhibitor Sel Mast Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral dari pengobatan asma yang berfungsi mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik. b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : 1) Oksigen 4-6 liter/menit. 2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan. 3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam. 4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat. H. Komplikasi  Efisema  Atelektasis  Bronkiektasis  Bronkopneumonia
  • 11.  Status asmatikus  Kegagalan jantung  Kegagalan pernafasan  Pnemu thoraks  Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi.  Kematian I. Pemeriksaan Lab/ Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang seperti : a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. b. Tes provokasi : 1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus. 2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri. 3) Tes provokasi bronkial seperti : Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata. 4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh. c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal. e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat. f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah. g. Pemeriksaan sputum.
  • 12. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN ASMA 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Nama : Ny. S Umur : 32 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang Tgl MRS : 10 April 2008 Dx Medis : Asma bronkial, susp gastritis b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. Z Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang Hub dg ps : Suami c. Riwayat Kesehatan  Keluhan utama : sesak nafas  Riwayat penyakit sekarang : Pasien datanng jam 15.00 dengan keluhan sesak nafas mulai tadi siang, mual, muntah 2 kali dan perut sakit ulu hati  Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah obname kurang lebih satu tahun yang lalu dengan penyakit yang sama  Riwayat penyakit keluarga/keturunan : Pasien mengatakan orang tua pernah sakit asma dan hipertensi d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik  Survei Primer a. Airway (A) :
  • 13. Bunyi ronchi basah dan wheezing b. Breathing (B) : Nafas spontan, RR: 22kali/menit, ada retraksi dada c. Circulation (C) : TD : 100/70 mmHg, Nadi : 156 x/m, Suhu : 36,4 oC, Saturasi 93% dan akral dingin  Survei Sekunder a. Tanda vital TD : 100/70 mmHg Nadi : 156x/menit Suhu : 36,4 o C RR : 22 x/m b. Kesadaran Composmentis, GCS : E=4, M=6, V=5 c. Keadaan umum Sadar, sesak nafas dan lemas d. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Bentuk mesochepale, tak ada lesi, bersih 2. Rambut : Warna kehitama, tak rontok bersih 3. Mata : Kongtiva anemis, sclera anikterik, pupil isokor 4. Hidung : bersih, panjang O2 masker 8 liter / menit 5. Telinga : Bersih, tak ada hematom/ perdarahan, serumen kental 6. Mulut : bersih, tak ada lesi, tak ada perdarahan 7. Gigi : Lengkap, terdapat caries gigi dan bersih 8. Thorax : Pergerakan simetris, bunyi sonor, auskultasi ada ronchi basah, dan weezhing 9. Abdomen : I : simetris, tak ada pembesaran A : peristaltik 25 x/menit P : nyeri tekan pada ulu hati dan epigastrik skala 5 (0-10) P : bunyi hipertimpani 10. Kulit : Pucat bersih, tak ada lesi 11. Genetalia : Bersih, tak ada phimosis 12. Extremitas ROM penuh, aktif tanpa bantuan, capillary refill time < 3 detik
  • 14. e. Pola Kesehatan Fungsional No Pola Sebelum sakit Sesudah sakit 1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke dokter pasien mengatakan akan tetap berobat sampai sembuh, badan enak 2. Pola nutrisi dan metabolisme Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (nasi, sayur, lauk, minum teh) Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang. Pasien dari tadi siang belum makan hanya minum hangat. 3. Pola eliminasi Pasien mengatakan BAB 1x ssehari dan BAK 7-8x/hr Sejak tadi siang Bak 1x 4. Pola aktivitas dan latihan keluarga mengatakan pasien aktif bekerja ibu rumah tangga, mengurus anak keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau dibawa bekerja tambah sesek 5. Pola istirahat dan tidur keluarga mengatakan tidur biasanya 6-7 jam/ hari, tak ada gangguan tidur 6. Pola persepsi dan konsep diri keluarga mengatakan yakin penyakitnya akan segera sembuh 7. Pola hubungan dan peran keluarga mengatakan hubungan keluarga selalu harmonis, selama di UGD anak dan adik menunggui 8. Pola reproduksi seksual Pasien mengatakan mempunyai anak 4 orang, sudah besar-besar 9. Pola perssepsi kognitif Pasien mengatakan memang penyakitnya kadang kamuh-kambuhan dan segera akan sembuh, tapi kok yang sekarang ada mual- mualnya 10. Pola penganggulangan stress pasien mengatakan apabila ada masalah penting yang menganggu pikiran saya kan cerita sama anak dan suami jadi lega 11. Pola nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan Tuhan akan menyembuhkan penyakit saya dan saya akan berusaha berobat f. Data Penunjang 1. GDS = 131 mg/dl 2. SaO2 = 96% 3. Therapi obat a. Sesdent = papaferin 1 ml b. Zantidine 1 ampul oplos 20cc dengan NaCl
  • 15. 2. Analisa Data Nama : Ny. S No RM : 11001233 Umur : 32 tahun Dx Medis : Asma bronkial Ruang : UGD No tgl/wkt Data Fokus Etiologi problem  10 april 2008 DS : Pasien mengatakan sesak nafas dan mempunyai riwayat peyakit asma DO : Pasien sesak, RR : 22x/menit, bunyi ronchi basah, wheezing. Nadi : 156 x/m, SaO2 : 96 % , TD : 110/70 mmHg, tak batuk peningkatan sekresi dan bronchospasme Gangguan jalam nafas.  10 april 2008 DS : Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang, ulu hati nyeri sepert diremes-remes dengan skala 5 (0-10) DO : Pasien muntah, wajah tampak tegang, turgor kulit elastis, Nadi : 156 x/m, TD : 110/70 mmHg , S : 36,4 OC Peningkatan asam lambung Gangguan rasa nyaman nyeri( epigastrik)  10 april 2008 DS : Keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau dibawa aktivitas tambah sesak DO : Pasien tampak membatasi aktivitas, kulit pucat Nadi : 156 x/m, SaO2 : 96%, TD : 110/70 mmHg ketidak seibangan suplai oksigen dengan kebutuhan Intoleransi aktifitas 3. Diagnosa Keperawatan 1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. 2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru 3. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik 5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
  • 16. Diagnosa keperawatan 1 Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. Tujuan : jalan nafas kembali efektif Kriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik. Intervensi : a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafas R/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat). b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi. R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi memanjang di banding inspirasi. c. Kaji posisi klien yang aman, R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk. e. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut. f. Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. g. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi). h. R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa. Diagnosa Keperawatan 2 Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru. Tujuan : pola nafas kembali efektif. Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekpansi dada paru mengembang. Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.
  • 17. R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas. Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada. b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi. R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas. c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan. d. Observasi pola batuk dan karakter sekret. R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi. e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk. R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas. f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya: nebulezer. R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum. Diagnosa Keperawatan 3 Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal. Intervensi : a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva ) R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya. b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makanan R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan kperawatan. c. Timbang BB dan TB R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi. d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering. R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien . e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan. R/ air hangat dapat mengurangi mual.
  • 18. f. Kolaborasi dengan tim gizi. R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai indikasi. Diagnosa Keperawtan 4 Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang. Intervensi : a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan, kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas. R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi. b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur. R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau bantal. d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2. e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.
  • 19. Diagnosa Keperawatan 5 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah. Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari asma, komplikasi dari asma. Intervensi : a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan kesembuhan. R/informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan vrbal. R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau mengikuti program medik. c. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas. R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan. R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi. e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya: istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik. R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen. 4. Perencanaan Perencanaan disusun bersama pasien dan keluarga disesuaikan dengan gangguan yang terjadi. Perencanaan lebih ditekankan mengobservasi tanda-tanda vital terutama pernafasan. Membantu anak mendapatkan posisi tidur yang nyaman guna lebih meningkatkan pengembangan paru, melatih nafas dan batuk efektif, membantu anak dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, dan memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan, serta memberikan informasi kepada keluarga guna pencegahan terhadap serangan asma.
  • 20. 5. Imlementasi Semua rencana keperawatan yang disusun dapat dilaksanakan dari implementasi dilaksanakan dalam bentuk observasi, tindakan keperawatan dan penyuluhan pada pasien dan keluarga. 6. Evaluasi Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi berdasarkan masalah yang muncul pada pasien: ketidakefektifan jalan nafas sudah teratasi karena anak tidak mengeluh sesak lagi. Batuk agak berkurang, therapi oksigen sudah dihentikan dan pernafasan 21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi karena anakmengatakan dapat bernafas lega. Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena anak sudah tidak sulit bernafas, infus Dextrosa 5% sudah di aff, anak dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti mandi, makan minum, serta buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.
  • 21. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi : Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala : Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat. Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala: 1. Serangan asma akut ringan, 2. Serangan asma akut sedang,: 3. Serangan asma akut berat, 2. Saran Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentang kesehatan.
  • 22. DAFTAR PUSTAKA  Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000  Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta , EGC, 2002  Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997  Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001  Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998
  • 23. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunikasi terapeutik. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguam Asma” yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Safariah Amd.kep selaku guru mata pelajaran Komunikasi Terapeutik yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah asuhan keperawatan ini hingga kami mampu menyelesaikannya. Untuk selanjutnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang cara penyusunan asuhan keperawatan bagi kami sendiri dan juga bagi siswa-siswi Smks Kesehatan Karya Persada Muna, khususnya bagi siswa-siswi jurusan keperawatan. Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua. Amin-amin yarabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Raha Penyusun
  • 24. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 1. LATAR BELAKANG................................................................................... 1 2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2 3. MANFAAT.................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3 A. PENGERTIAN ASMA................................................................................. 3 B. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................3 C. KLASIFIKASI ASMA................................................................................. 6 D. ETIOLOGI ASMA...................................................................................... 6 E. MANIFESTASI KLINIK........................................................................... 8 F. PATOFISIOLOGI....................................................................................... 9 G. PENATALAKSANAAN........................................................................... 9 H. KOMPLIKASI...............................................................................................10 I. PEMERIKSAAN LAB/PENUNJANG....................................................... 11 ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN...............................................................................................12 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................. 15 3. PERENCANAAN....................................................................................... 15 4. IMPLEMENTASI....................................................................................... 20 5. EVALUASI................................................................................................... 20 BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN............................................................................................. 21 2. SARAN....................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22
  • 25. TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S” DENGAN GANGGUAN ASMA DISUSUN OLEH : KELOMPOK III 1. ZULFIA 2. ASNARTI 3. NURSIA SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA KABUPATEN MUNA 2014
  • 26. TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S” DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI DISUSUN OLEH : KELOMPOK III 1. SITTI WULAN PURNAMA WAHDA SYAM 2. MUSTIKA SARI 3. ROSLI 4. DARMITA SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA KABUPATEN MUNA 2014