1. LAPORAN FARMAKOLOGI
Oleh :
Ni Luh Kurniawati
P07120012110
1.3 Reguler
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
A. DEFINISI
2. Sebagian orang yang sehat sedikit memikirkan tentang fungsi pernapasan
mereka. Perubahan posisi yang sering, ambulansi, dan latihan fisik lainnya dapat
mempertahankan ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat. Akan tetapi, saat
seseorang sakit, fungsi pernapasan mungkin terhambat oleh beberapa alasan
sepertinyeri dan imobilitas.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia
atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali
bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah,Tarwoto 2006).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
a. Anatomi Pernapasan
1). Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di
belakang hidung eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang
kartilago sebelah bawah dan tulang hidung di sebelah atas
ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya
dengan membran mukosa. Rongga hidung memanjang
memanjang dari nostril pada bagian depan ke apertura posterior
hidung, yang keluar ke nasofaring bagian belakang.Septum
nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis
merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartigo,
biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang
lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding
Lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila,
palatum dan os sphenoid.Konka superior, Inferior dan media
3. (turbinasi hidung) merupakan tiga buah tulang yang
melengkung lembut melekat pada dinding lateral dan menonjol
ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh
membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada
tulang kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam
rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membran mukosa
yang berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga
hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha
superior.
2). Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid
atau tonsil faring terletk dalam langit-langit nasofaring . Fungsi
faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
3). Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan
tulang rawan yamg dilengkapi dengan otot, membrane,
jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas pintu masuk laring
membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan
piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid.
Fugsi laring sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem
pernapasan yang meliputi pusat khusus pengaturan bicara
dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang otak,
artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
4). Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh
selaput, terletak di antara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi
bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya
kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos,
4. mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-
balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
5). Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai
struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang
sama dengan trakea dan berjalan ke bawah kearah tumpuk
paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan
kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
6). Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang
berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis
dan pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic, dan
berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di
dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik
karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh
fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas
antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan
fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang
berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam
paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam
tubuh (ekspirasi)( Syafudin, 2011).
b. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi
dan difusi( Potter & Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
throak yang elastic dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan
yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi
adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi
5. kare.na adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih
negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Kepatenan ventilasi tergantung pada factor :
1) Bersihan jalan nafas
2) Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernapasan
3) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4) Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, eksternal interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut
serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di
kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah
sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang
lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membrane kapiler
alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
C. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor penyebab dari gangguan oksigenasi antara lain:
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
6. 2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
hipoksia. Hiperventilasi merupakan Hiperventilasi (hyperventilation)
adalah keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan yang
mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik. hiperventilasi
terjadi jika metabolisme tubuh terlampau tinggi sehingga mendesak
alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan. Hipoventilasi
merupakan suatu penurunan frekuensi ventilasi yang berkaitan dengan
metabolism atau kecepatan metabolism yang sedang berlangsung.
(Ignatavicius dkk, 1991). Hipoksia merupakan keadaan dimana kadar
oksigen menurun dalam jaringan.
3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang larut dalam plasma, jumlah haemoglobin, dan
kecenderungan haemoglobin untuk berikatan dengan oksigen
(Ahrens,1990).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi
2. Faktor perkembangan.
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur,
yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Pada
anak usia sekolah dan remaja risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok, sedangkan pada pada usia dewasa muda dan pertengahan
dipengaruhi diet yang tidak sehat , kurang aktivitas dan stress dapat
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. Pada dewasa tua
adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun dan ekspansi paru menurun.
3. Perilaku atau gaya hidup
7. a) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
b) Exercise : meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok : nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d) Substance abuse : menyebabkan intake nutrisi / Fe menurun
menyebabkan penurunan haemoglobin, alcohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
e) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat.
4. Perubahan – perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi :
a) Gangguan konduksi : distritmia (takhikardi/bradikardi)
b) Perubahan cardiac output : menurunnya cardiac output seperti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan
c) Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi,
regurgitasi darahuang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras
d) Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke myocardium.
E. BATASAN KARAKTERISTIK
1. Mayor
a) Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari
biasanya)
b) Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
c) Dispnea pada usahan napas
d) Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
e) Peningkatan laju metabolik
f) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
2. Minor
a) Ortopnea
b) Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
8. c) Pernafasan sukar / berhati-hati
d) Bunyi nafas abnormal
e) Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
f) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada
lutut, condong kedepan)
g) Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang
lama
h) Penurunan isi oksigen
i) Peningkatan kegelisahan
j) Ketakutan
k) Penurunan volume tidal
l) Peningkatan frekuensi jantung
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya cara pembersihan saluran napas
Definisi : kondisi dimana pasien tidak dapat membersihkan secret
sehingga menimbulkan obstruksi slauran pernapasan dalam rangka
mempertahankan saluran pernapasan.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Menurunnya energy dan kelelahan
b) Infeksi tracheobronchial
c) Gangguan kognitif dan persepsi
d) Trauma
e) Bedah thorax
2. Tidak efektifnya pola napas
Definisi : kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak
mampu karena adanya gangguan fungsi paru.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Obstruksi tracheal
b) Perdarahan aktif
c) Menurunnya ekspansi paru
9. d) Infeksi paru
e) Depresi pusat pernapasan
f) Kelemahan otot pernapasan
3. Menurunnya perfusi jaringan tubuh
Definisi : kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat
menurunnya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Vaskontriksi
b) Hipovolemia
c) Thrombosis vena
d) Menurunnya aliran darah
e) Edema
f) Perdarahan
g) Immobilisasi
4. Gangguan pertukaran gas
Definisi : suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan
pengiriman oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan
system vaskuler.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Penumpukan cairan dalam paru
b) Gangguan pasokan oksigen
c) Obstruksi saluran pernapasan
d) Bronkhospasme
e) Atelaktasis
f) Edema paru
g) Pembedahan paru
10. G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa : tidak efektifnya cara pembersihan jalan pernapasan
a) Sediakan alat suction dalam kondisi baik. Rasional : peralatan
dalam keadaan siap.
b) Monitor jumlah , bunyi napas, AGD, efek pengobatan brinkhial.
Rasional : indikasi dasar kepatenan/ gangguan saluran
pernapasan.
c) Pertahankan intake cairan 3.000 ml/hari jika tidak ada kontra
indikasi. Rasional : membantu mengencerkan secret.
d) Terapi inhalasi dan latihan napas dalam serta batuk efektif.
Rasional : mengeluarkan secret.
e) Bantu oral hygine setiap 4 jam. Rasional : member rasa
nyaman.
f) Mobilisasi pasien setiap 2 jam. Rasional : mempertahankan
sirkulasi.
g) berikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alcohol,
menghindari alergan, latihan bernapas). Rasional : mencegah
komplikasi paru-paru.
2. Diagnosa : tidak efektifnya pola pernapasan.
a) Berikan oksigen sesuai program. Rasional : mempertahankan
oksigen arteri.
b) Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan,
batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD. Rasional :
mengetahui status pernapasan.
c) Laksanakan program pengobatan. Rasional : meningkatkan
pernapasan.
d) Posisi pasien fowler. Rasional : meningkatkan pengembangan
paru.
e) Bantu dala terapi inhalasi. Rasional : membantu pengeluaran
secret.
f) Alat-alat emergency disiapkan dalam kondisi baik. Rasional :
kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut.
11. g) Pendidikan kesehatan mengenai perubahan gaya hidup,
menghindari allergen, teknik bernapas, teknik relaksasi.
Rasional : perlu adaptasi baru dengan kondisi yang sekarang.
3. Diagnosa : menurunnya perfusi jaringan tubuh.
a) Monitor denyut jantung dan irama. Rasional : mengetahui
kelainan jantung.
b) Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP, edema, tingkat
kesadaran. Rasional : data dasar untuk mengetahui
perkembangan pasien.
c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit,
darah lengkap. Rasional : mengetahui KU pasien.
d) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan. Rasional :
mengurangi kecemasandan lebih kooperatif.
e) Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Rasional : meningkatkan
perfusi.
f) Ukur intake dan outtake cairan. Rasional : untuk mengetahui
kelebihan atau kekurangan.
g) Lakukan perawatan kulit seperti memberikan lotion. Rasional :
menghindari gangguan integritas kulit.
h) Hindari terjadinya palsava maneuver seperti mengedan,
menahan napas dan batuk tidak efektif. Rasional : untuk
mempertahankan pasokan oksigen.
i) Batasi pengunjung. Rasional : mengurangi stress dan energy
bicara.
j) Berikan pendidikan kesehatan seperti proses terapi, perubahan
gaya hidup, teknik relaksasi, program latihan, diet dan efek obat.
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya
kambuh dan komplikasi.
4. Diagnosa : gangguan pertukaran gas.
a) Monitor adanya nyeri, kesulitan bernapas, hasil lab, retraksi
sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan
12. oksigen, X-ray, tanda vital. Rasional : data dasar untuk
pengkajian lebih lanjut.
b) Jaga alat emergency dan pengobatan tetap tersedia seperti ambu
bag, ET tube, suction, oksigen. Rasional : persiapan emergency
terjadinya masalah akut pernapasan.
c) Suction jika ada indikasi. Rasional : meningkatkan pertukaran
gas.
d) Monitor intake dan outtake cairan. Rasional : menjaga
keseimbangan cairan.
e) Berikan terapi inhalasi. Rasional: melonggarkan saluran
pernapasan.
f) Berikan posisi fowler atau semi fowler. Rasional : mengurangi
kesulitan bernapas.
g) Batasi pengunjung. Rasional : mengurangi tingkat kecemasan.
h) Berikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak. Rasional :
menurunkan kebutuhan energy pencernaan.
i) Pendidikan kesehatan tentang napas dalam, latihan bernapas,
mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek merokok dan alcohol.
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien.
j) Jelaskan teknik suction pada keluarga pasien. Rasional : dapat
mengerjakan sendiri dirumah apabila memungkinkan.
H. KRITERIA EVALUASI
1. Diagnosa : tidak efektifnya cara pembersihan jalan napas
a) Saluran napas pasien menjadi bersih.
b) Pasien dapat mengeluarkan secret.
c) Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal.
2. Diagnosa : tidak efektifnya pola pernapasan
a) Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif.
b) Data objektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif.
c) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas (inspirasi dan
ekspirasi)
3. Diagnosa: menurunnya perfusi jaringan tubuh
13. a) Menurunnya insufisiensi jantung.
b) Suara pernapasan dalam keadaan normal.
4. Diagnosa : gangguan pertukaran gas
a) Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.
b) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran
gas seperti tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah.
14. DAFTAR PUSTAKA
1. Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
2. Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta
3. Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
4. Krisna, Pande. 2012. Laporan Pendahuluan Gangguan Oksigenasi.
Terdapat di http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/laporan-
pendahuluan-gangguan-oksigenasi.html diakses pada Minggu, 26 Mei
2013 pk 20.03 WITA
5. Raharja ,Danu Saputra. 2012. Konsep Dasar Okigenasi. Terdapat di
http://danumanyut.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-oksigenasi.html
diakses pada Minggu, 26 Mei 2013 pk 20.06 WITA
6. Utami, Ismaya Putri. 2011. Askep Oksigenasi. Terdapat di
http://www.scribd.com/doc/62147447/askep-oksigenasi diakses pada
Minggu, 26 Mei 2013 pk. 20.11 WITA