TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Artis peran Oki Setiana Dewi (27) kembali menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak keduanya, Khadeejah Faatimah Abdullah. Pasalnya, jarak antara putri pertamanya, Maryam Nusaibah Abdullah dengan Khadeejah hanya satu tahun.
"Karena Oki waktu hamil pertama mengalami tulang diatas kemaluan yang bergeser. Jadi harus pakai kursi roda waktu melahirkan Maryam. Nah karena Maryam dan yang sekarang, Khadeejah jaraknya cuma setahun, jadi terpaksa harus caesar lagi," ujar Oki saat ditemui di Eka Hospital, BSD, Tangerang Selatan, Senin (17/1/2016).
"Jadi maryam waktu masih berusia empat bulan, Oki sudah hamil lagi. Dengan jarak begitu dekat, yang enggak memungkinkan untuk lahiran normal," imbuh dia.
Kondisi pemain Ketika Cinta Bertasbih ini juga diketahui jauh lebih lemas ketimbang proses kelahiran putri pertamanya.
"Pas Maryam, pakai kursi roda, tapi operasinya lancar. Bahkan bisa selfie di ruang operasi. Kalau yang ini satu hari sebelum operasi, saya masih shooting, kerjakan tesis. Kelihatannya sehat. Tapi pas masuk ruang operasi, Oki waktu mulai disuntik, itu hemoglobin rendah, dan lemas banget, kondisi Oki drop," ujarnya.
Kondisi Oki yang lemas sempat membuat sang suami Ory Vitrio Abdullah khawatir.
"Operasi yang kedua itu di dalam ada tujuh lapisan, ditarik juga karena agak keras. Dia bilang, 'Saya pusing bang'. Lihat Oki lemas, jadi antara senang dan kawatir juga sama kondisi Oki," ujar Ory.
Diberitakan sebelumnya, Oki melahirkan bayi perempuan pada Jumat (15/1/2016) lalu. Khadeejah lahir dengan berat 3 kilogram dan panjang 50 centimeter.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wanita dari remaja sampai usia sekitar empat puluh, menggunakan masa kehamilan untuk
beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan proses sosial dan kognitif
kompleks yang didasarkan pada naluri tetapi dipelajari (rubbin, affonso). Untuk menjadi seorang
ibu, seorang remaja harus beradaptasi dari perasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu yang
melakukan perawatan. Sebaliknya seorang dewasa harus mengubah kehidupan rutin yang dirasa
mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat diprediksi, yang diciptakan seorang bayi
(mercer 1981). Nulipara atau wanita tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak dan
multipara wanita yang memiliki anak menjadi wanita yang memiliki anak – anak. (lederman
1984). Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep
dirinya supaya ia siap menjadi orang tua begitu pula sama halnya dengan suami. Suami siap –
siap untuk menjadi seorang ayah. Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah
nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita yang merasa
khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia
kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal. Wanita hamil
secara ekstrim rentan. Dia takut mati baik dirinya maupun bayinya, ini membuat banyak wanita
lebih bergantung dan menuntut. Inilah waktu paling tepat untuk memberikan nasehat, seperti
mencari dukungan baru. Sebagai seorang bidan kita harus menyadari adanya perubahan-
perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberi dukungan dan memperhatikan
keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan- pertanyaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I?
2. 2. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II?
3. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I
2. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II
3. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III
3. BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN ADAPTASI PSIKOLOGI PADA IBU HAMIL
Ada beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan, hal ini
berkaitan dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses psikologi ini diidentifikasi
pada trimester kehamilan yang akan dibahas dibawah ini.
A. PERUBAHAN PERILAKU PADA IBU HAMIL
Kabar kehamilan akan memberikan kebahagiaan bagi pasangan yang mengharapkan
kehadiran sang buah hati. Kehadiran bayi mungil, lucu dan menggemaskan tentunya akan
membuat rumah anda semakin ceria, yang tadinya tidak ada jeritan dan tangisan sang buah hati,
tiba-tiba rumah anda ada keceeriaan tersendiri. Tak heran jika berbagi upaya dilakukan oleh
pasangan demi kehamilan dan kelahiran serta kehadiran sang buah hati yang didambakan.
Kehadiran sang buah hati akan semakin anda bersemangat dalam mengarungi bahtera kehidupan
dalam mengasuh dan mendidik titipan Illahi.
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini semua di
perngaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-
benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi nanti pada si ibu baik perubahan fisik dan
perilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat
pasangan jadi tidak harmonis.
1. Cenderung malas
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja, melainkan pengaruh
perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jadi tidak ada salahnya bila suami
menggantikan peran istri untuk beberapa waktu. Misalnya dengan menggantikannya
membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.
2. Lebih sensitive
Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-sedikit tersinggung lalu
marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan, hadapi saja dengan
santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya bakal hilang. Bukan apa-apa, bila
4. suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga
mempengaruhi pertumbuhan janinnya.
3. Minta perhatian lebih
Perilaku lain yang kerap “mengganggu” adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalu ingin
diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih, usahakan untuk menanyakan
keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan suami, walau sedikit, bisa memicu tumbuhnya rasa
aman yang baik untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegal-pegal dan
linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan
sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita
yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu
Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat sedikit saja,
istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin, selain perubahan hormonal, istri pun mulai
tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain.
Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana bahwa keterlambatannya
dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu,
ceritakan dengan terperinci aktivitas.
5. Akibat hormon progesterone
Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar karena produksi hormon
progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu.
Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan
hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormon yang terjadi tidak
selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal
ini, disebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis
dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk belajar
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat
mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.
Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari ibu yang tidak siap, umpamanya karena
kehamilannya tidak diinginkan, umumnya merasakan hal-hal yang lebih berat. Begitu pula
5. dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan merasa terganggu dengan
perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Seringkali ibu sangat gusar dengan perutnya
yang semakin gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar, rambut menjadi kusam, dan
sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu menjadi tidak stabil. Perubahan
psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan. Kala itu pula, ibu masih harus
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon yang terjadi. Lalu berangsur hilang di
trimester kedua dan ketiga karena ibu sudah bisa menyesuaikan dirinya.
B. WASPADAI PERUBAHAN BERLEBIHAN
Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan mengganggu
proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni saat perilaku
ibu sudah “keterlaluan”. Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai
jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres sehingga perilakunya bisa
“membahayakan” janin. Misalnya, kemalasan ibu sampai membuatnya masa bodoh dengan
kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah sering berubah menjadi amukan. kondisi
psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu.
Umpamanya, suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi
detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam
lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, gelisah,
pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan merugikan pertumbuhan janin karena si
kecil sudah dapat merasakan dan menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar
dirinya. Apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentukan organ
tubuh janin. Oleh karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul
di masa hamil, Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara positif, baik
ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negative.
1. Menyimak informasi seputar kehamilan
Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau
situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih
6. tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak
mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.
2. Kontrol teratur
Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan
tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter
atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu
kestabilan emosi.
3. Perhatian suami
Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa
saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih
nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
4. Jalin komunikasi
Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu kepada
suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan
psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh
terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam sendiri
tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas
Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak perubahan
psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di
luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.
6. Perhatikan kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis.
Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Hindari
mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung
zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.
7. Relaksasi
7. Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam
yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
C. PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN
Ada beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama ini berkaitan
dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses psikologi ini diidentifikasi pada
trimester kehamilan yang akan dibahas dibawah ini.
1. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester I
Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita
bahwa ia hamil.Trimester pertama juga sering merupakan masa kekhawatiran dari penantian.
Segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat
dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya
payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal
kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi
dan murung.
Kejadian gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan
pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang mendatangi klinik menderita
depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungannya.
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin.
Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini
seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Beberapa tahapan aktifitas penting seseorang menjadi ibu :
a. Taking on
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan
melakukan peran ibu.
b. Taking in
Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan.
8. c. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.
Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu
dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester pertama seorang ibu akan
selalu mencari tanda - tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena
perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya
kepada orang lain atau dirahasiakannya.
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya
tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya,
jika mereka multigravida, kecemasan berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak
wanita hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat menggangu. Mimpinya seringkali
tentang bayinya yang bisa diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan.
Bentuk motivasi:
1. Motivasi suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah adalah
timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan
keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah untuk
keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang mulai
hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria
yang hasrat seksualnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang
diperlihatkannya, seorang ayah dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual
keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami pada saat ini, bentuk
dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada :
a) Untuk saling berkomunikasi dari sejak awal
b) Menempatkan nilai – nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi orang tua.
2. Motivasi keluarga
9. Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain. Tapi mungkin bisa
menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada waktu itu wanita
memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat dominan baginya. Keluarga
dalam hal ini harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
Stress yang Terjadi Pada Kehamilan Trimester I
Ada 2 tipe stress yaitu yang negatif dan positif, kedua stress ini dapat mempengaruhi reaksi
individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Stress intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha
untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam
kehidupan sosialnya secara profesional. Stress ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti
rasa sakit,kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek
utama yaitu :
a) Stress di dalam individu
b) Stress yang disebakan oleh pihak lain
c) Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social
Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan
beradaptasi dengan kejadian kehamilannya.
Memperkuat Ikatan
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan pada seorang
ibu untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih penting dari yang
lainnya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya merupakan saat – saat
yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin baik akhirnya. Jadi, pada saat hidup
masih relatif normal, luangkan waktu untuk berdua, berbicara tentang perasaan pasangannya.
Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami istri, kegelisahan yang timbul karena
kondisi baru merupakan suatu yang normal.
Kehamilan dan Libido
Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada trimester pertama ini berbeda- beda.
Walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka
10. mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk
dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat
dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran.
Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.
Kehamilan dan Olahraga
Setelah hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada bukti
bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau melakukan
hubungan seks, dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal malformation (janin
yang cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat. Kebanyakan dokter melarang program
olahraga baru yang dimulai pada saat hamil, kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang
khusus untuk wanita hamil.
Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan
yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan
anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan
menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.
1. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester II
Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester
ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
a. Pembagian perubahan psikologis pada trimester II
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase yaitu prequickeckening (sebelum adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang
dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :
1) Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada trimester kedua, ibu hamil
mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalammya dengan ibunya yang telah terjadi
selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah
terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan
11. dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya,
namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya. Perasaan
menolak terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali
bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas
keibuannya.
Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari
penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang
ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang memberikan kasih saying kepada anak yang akan dilahirkannya.
2) Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil
akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu.
Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan,
terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan
pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran yang ia terima sebelum kehamilannya.
Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan
anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara
pada proses persalinan.
Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah
individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya. Pada
saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian utama adalah kesejahteraan
janin (kecuali beberapa suku yang menganut system patrilineal/matrilineal).
b. Menjaga agar ikatan tetap kuat
Ketika kehamilan telah terlihat, ibu dan pasangannya harus lebih sensitif terhadap pengaruh
kondisi ini pada mereka berdua. Ibu hamil sering merasa takut jika pasangannya mendapati
dirinya tidak menarik atau gendut, tapi masalah yang muncul lebih rumit lagi. Komunikasi
adalah kunci untuk menghadapi masalah ini. Tetap cara ini dapat digunakan bila ibu dan
pasangannya tetap terbuka dan memulainya sedini dan sesering mungkin. Bila salah satu tidak
membicarakan latar belakang masalah yang dirasakan, atau setelah berdiskusi justru merasa
12. depresi, saat itulah diperlukan penasihat kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat menolong
ibu dan pasangannya.
c. Menjaga kehamilan yang sehat
Ibu hamil mungkin merasa lebih baik pada trimester kedua, tapi bukan berarti bagian luar yang
berubah, bagian dalam tubuh pun mengalami perubahan sebagai respon terhadap kehamilan yang
terus berkembang. Beberapa perubahan dapat saja terasa mengganggu, namun ada juga
perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu hamil. Perubahan yang menyebabkan
ketidaknyamanan adalah keadaan yang normal bagi ibu hamil dan ibu harus diberikan pengertian
terhadap kondisi tersebut sehingga ia lebih merasa nyaman lagi. Beberapa perubahan yang
menyenangkan seperti rasa mual berkurang dibandingkan yang dialami selama trimester
pertama, energi bertambah dan peningkatan libido.
d. Reaksi orang-orang di sekitar ibu hamil
Tampaknya sang suami juga mengalami perubahan psikologis seiring perubahan yang dialami
istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami juga merasakan perubahan nafsu
makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala hingga kecemasan dan ketakutan dirasakan oleh
suami yang istrinya sedang hamil. Saat ini suami lebih aktif ikut menangani dalam kehamilan
istrinya dan turut merasakan tanggung jawab akan kelahiran bayinya.
Apabila di dalam keluarga terdapat anak sebelumnya, ia akan merasa bingung akan perubahan
yang dialami ibunya. Anak perlu diberikan pengertian secara sederhana tentang perubahan yang
terjadi dan hal yang akan dihadapi sehubungan dengan kehamilan. Ibu dari wanita hamil
tampaknya adalah orang yang sering mengambil peran yang cukup besar selama kehamilan. Ibu
hamil tampaknya merasa tergantung akan bantuan dari ibunya dalam menghadapi kehamilan dan
persiapan penerimaan bayi yang akan dilahirkan.
e. Berhubungan seks
Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk
mengatasi ketidaknyamanan yaitu suatu peningkatan libido yang pada trimester pertama
dihilangkan oleh rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon orang tua khawatir jika hubungan seks
dapat mempengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering diajukan adalah kemungkinan
bayi diciderai oleh penis, orgasme ibunya, atau ejakulasi.
13. Ibu hamil dan pasangannya perlu dijelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam
hubungan seks. Janin tidak akan terpengaruh karena berada di belakang serviks dan dilindungi
cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan seks selama trimester
kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan ibu dengan riwayat persalinan
prematur.
Selain itu meknisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan
kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun dengan
mengkreasi posisi yang menyenangkan maka masalah ini dapat diatasi.
Walaupun sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido
wanita meroket tinggi pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi
perubahan hormone selama hamil. Karena respon terhadap hormon berbeda, reaksi masing –
masing ibu hamil pun berbeda.
2. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat
itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu - waktu. Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau - kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
14. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan
bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester
ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai
menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki- laki atau perempuan ) dan akan
mirip siapa.
D. PERAN BIDAN DALAM PERSIAPAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL TRIMESTER I, II,
III
1. Mempelajari keadaan lingkungan penderita
Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan
dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan
pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah dalam
melakukan asuhan kebidanan.
2. Informasi dan pendidikan kesehatan
a. Mengurangi pengaruh yang negatif
Kecemasan dan ketakutan sering dipengaruhi oleh cerita – cerita yang menakutkan mengenai
kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya
pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut perlu diimbangi
dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisiologi kehamilan dan persalinan kepada penderita.
b. Memperkuat pengaruh yang positif
Misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan
mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.
c. Menganjurkan latihan – latihan fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot – otot dasar
panggul, melatih pernafasan, teknik mengedan yang baik dan latihan – latihan relaksasi.
3. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin
15. 4. Dilaksanakan dengan mengadakan orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat – alat
kebidanan dan tenaga kesehatan.
16. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I, pada kehamilan trimester II, pada
kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut :
Trimester I
Ibu :
Terbuka atau diam-diam
Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya
Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu
Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan
kehamilan
Perasaan gembira
Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
Menerima atau menolak perubahan fisik
Ayah :
Berbeda tergantung dari : usia, jumlah anak, interest terhadap anak, stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan
komunikasi
Toleransi terhadap kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Ayah dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan baru diluar rumah.
Trimester II
Ibu :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian
dari dirinya
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
17. Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil
Ayah :
Merasa senang dengan pergerakkan janin
Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya.
Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini ayah menghabiskan waktu diluar rumah
Bila berhasil, perhatian yang diberikan lebih besar lagi
Trimester III
Ibu :
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi
gangguan body image
Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak
menyenangi kondisinya
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap
kondisi bayi dan dirinya
Adanya perasaan tidak nyaman
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan
Menyibukan diri dalam persiapan menghadapi persalinan
Ayah :
Meningkatnya perhatian pada kehamilan istrinya
Meningkatnya tanggung jawab finansial
Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya
Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya
B. SARAN
Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan baik fisik maupun
psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi
terhadap proses kehamilan yang terjadi. dari itulah sebagai seorang calon bidan kita berusah
18. belajar semaksimal mungkin agar dapat mengenali sifat psikologi seorang ibu hamil pada
perjalan kehamilannya menuju partus. Semoga makalah ini menjadi referensi untuk mengenali
ibu hamil utamanya dalam bentuk adaptasi psikologinya dan bermanfaat untuk kita semua.
Aamiin…
19. DAFTAR PUSTAKA
Bobak, lowdernik, jensen, buku ajar keperawatan maternitas, jakarta : egc,
2004
Pusdikanakes – who – jhpiego, asuhan antenatal, jakarta, 2003
http://www.scribd.com/doc/14440500/PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-PADA-MASA-
KEHAMILAN
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/perubahan-perilaku-pada-ibu-hamil/
http://bidandesa.com/psikologi-pada-ibu-hamil.html