SlideShare a Scribd company logo
1
Breastfeeding-father. Secara sederhana adalah paduan pola pikir dan tindakan seorang ayah yang
mendukung proses menyusui dari istri (ibu) ke anaknya. Bukan label, julukan, apalagi pangkat yang bisa
dicapai dengan requirement-set tertentu, karena penerapannya bisa sangat relatif, bahkan sulit
dirumuskan.
Pakar holistik, Reza Gunawan, pernah menyampaikan kepada kami suatu ilustrasi yang menarik, dan
bisa dikaitkan dengan hal ini. Ia menyatakan, “Siklus kehidupan di mulai dari bersatunya energi feminin
dan maskulin, dalam bentuk hubungan seks. Proses itu berlanjut pada kehamilan, lalu persalinan,
menyusui, dan menjadi orangtua. Satu bagian dari proses tersebut tidak bisa terputus, karena
menentukan kualitas mata rantai berikutnya.”
Penjelasan Reza itu menjadi modal pertama untuk menetapkan pola pikir kita sebagai ayah yang sudah
berkomitmen menjalani kehidupan berkeluarga. Artinya, kita siap menghadapi setiap prosesnya dengan
sadar. Saat menjalani hubungan seks, kita belajar untuk beraksi secara maksimal; terus meningkatkan
kualitas relasi seksual dengan istri.
Ketika istri memasuki masa kehamilan, kita pun relatif paham untuk menjadi suami siaga. Kita mengisi
kepala dengan pengetahuan, dan curiosity saat berhadapan dengan dokter kandungan, demi kelancaran
dan kesempurnaan bayi yang berada di dalam kandungan istri.
Masa persalinan, kebanyakan dari kita sudah tangkas menghadapi situasi menegangkan ini. Begadang
mendampingi istri di salah satu momen terpenting ini seperti perkara mudah, karena kita sudah terlatih
untuk bertoleransi dengan kemampuan fisik, melalui pekerjaan, hingga pertandingan sepakbola.
Berikutnya, menyusui pun, sebetulnya tak sulit buat seorang ayah terlibat penuh dalam prosesnya.
Bahkan, seorang laki-laki tidak perlu dilatih untuk menjadi ayah yang pro ASI. Ia hanya perlu sadar,
bahwa ini adalah konsekuensi logis yang terbaik untuk istri dan anaknya, seperti saat menjalani tahapan-
tahapan sebelumnya. Saat hal ini terjadi, seorang ayah akan mendorong seluruh kualitas kelaki-
lakiannya untuk beradaptasi, menaklukkan situasi, dan (otomatis) memberikan kontribusi.
Pada tahap berkontribusi, ia akan dengan sadar memberi dukungan kepada istri, mendengarkan
keluhannya dan menghiburnya, menjadi partner yang bersedia mengurangi beban berat seorang ibu
yang menyusui, dengan berpartisipasi pada kegiatan yang bisa dilakukannya. Entah menggendong si
anak, menyerdawakan setelah menyusui, memandikan anak, membuat makanan pendamping ASI, dan
lainnya.
Keterlibatan suami, adanya pasangan di samping istri, yang membantunya mengatasi kelelahan fisik,
cenderung membuat istri senang. Apalagi jika suami jadi lebih sering melakukan hal-hal yang membuat
istri senang, dengan cara hubungan mereka; karena koneksi setiap pasangan itu khas. Rasa senang istri,
akan berdampak sangat positif pada kelancaran proses menyusui. Dan pada titik ini, kesiapan sepasang
suami-istri diuji untuk menjadi orang tua.
Ketika seorang laki-laki melewati setiap bagian di atas, ia sudah bertindak. Mungkin ada yang menyadari
LEMBAR BACAAN 2A:
BREASTFEEDING FATHER; APA MAKSUDNYA
2
sejak awal, tapi banyak juga menjalaninya saja tanpa memikirkan how-to-nya. Ada yang menjalaninya
dengan baik dari pertama, tak sedikit pula yang catch-up di tengah prosesnya. Both way, jika seorang
ayah meyakini di alam pikirannya bahwa menyusui adalah proses yang tidak bisa di-skip dan ASI adalah
yang terbaik untuk keluarganya; dan dia memberikan kontribusi nyata dengan caranya. There no
possible way, that he is not a breastfeeding-father.
Syarief Hidayatullah
Co-Founder AyahASI Indonesia
Artikel ini ditulis atas kerjasama @ID_AyahASI dengan MommiesDaily dalam rangka World Breastfeeding Week
dan Pekan ASI Nasional tahun 2012. Artikel asli dapat ditemukan di
http://mommiesdaily.com/2012/08/06/id_ayahasi-breastfeeding-father-apa-maksudnya/
1
Tidak ada rumus baku untuk sukses menjadi Ayah ASI. Setiap ayah punya gaya masing-masing dan setiap
pasangan memiliki ‘bahasa’ yang khas. Para Ayah ASI, berbagi kepada pembaca Ayahbunda bagaimana
cara mereka menyukseskan pemberian ASI untuk buah hati tercinta.
 Menjadi ‘cheerleader’ untuk istri saat menyusui. Ini akan membuatnya lebih rileks dan ASI pun
menjadi lebih lancar. Saat ibu senang, hormon prolaktin dan oksitosin yang penting untuk produksi
ASI akan bekerja lebih baik. Berikan pesan singkat berisi kata-kata mesra di siang hari, kejutan kecil
ataupun sekadar memandikan anak tanpa disuruh. Semua itu bisa memberikan ibu kebahagiaan
tersendiri.
 Menjadi juru bicara dan pelindung. Disinilah ayah berperan menjadi ‘benteng’ pertahanan bunda
dari ‘serangan’ mitos-mitos. Carilah informasi sebanyak-banyaknya kepada ahlinya. Bergabunglah
dengan kelompok pendukung ASI. Jika istri bekerja, jangan sungkan bicara dengan atasannya agar
istri diberikan waktu, kalau perlu tempat khusus, untuk memompa ASI. Biarkan semua orang tahu
istri kita sedang menyusui.
 Menjadi manajer yang baik. Proses menyusui akan lebih mudah dengan mengatur persediaan ASI
perahan (ASIP). Anda bisa memulai mengaturnya dengan membuat daftar apa saja yang diperlukan
untuk menyimpan ASI, diantaranya mencari stok botol dan memberikan label tanggal ASI masuk
freezer. Temani istri saat sedang memompa di malam hari dan selalu ingatkan istri untuk memompa
ASI. Ayah adalah manajer logistik ASIP.
 Menjadi orangtua yang sebenarnya. Tugas ayah bukan sekedar pengambil keputusan atau pencari
nafkah. Namun juga harus terlibat total dalam urusan rumah tangga. Mulai dari mengurusi anak
hingga belanja keperluan keluarga. Bayangkan ibu menyusui harus bertahan kurang lebih 15 menit
di posisi yang sama selama 2-3 jam sekali. Proses yang cukup melelahkan ini butuh seorang super
ayah yang ikut intervensi urusan rumah.
 Be a Google! Jangan hanya istri yang cari tahu informasi tentang ASI. Alangkah baiknya jika Ayah
juga bisa menjadi sumber informasi. Buatlah daftar pertanyaan dari istri di pagi hari sebelum
berangkat ke kantor, dan ketika pulang ke rumah, sudah siap dengan segudang jawaban. Diskusikan
dengan istri jawaban-jawaban itu.
 Tidak egois. Prioritas seorang suami adalah keluarganya, bukan pekerjaan apalagi hobi. Dan tugas
suami tidak selesai ketika sejumlah uang ditransfer ke rekening istri. Tugas seorang ayah juga tidak
selesai hanya ketika membelikan mainan pada anak atau mengajaknya jalan-jalan ke mall. Jadilah
bagian dari keluarga dengan seutuhnya, bukan sekadar ATM berjalan.
 Bijaksana. Tahan emosi saat menghadapi lingkungan yang terlalu fleksibel soal ASI. Cari dan beri
pemahaman dengan cara yang tepat, santai dan bijaksana pada orangtua, mertua, dll. Tempelkan
kertas-kertas berisi informasi tentang ASI di kulkas, jadi secara tidak langsung mereka juga bisa
membacanya. Letakkan buku-buku tentang ASI di tempat yang mudah terlihat agar mereka bisa ikut
membacanya.
 Beri motivasi, bukan paksaan. Kadang istri bisa menjadi emosional, merasa lelah, lalu ingin berhenti
menyusui. Dalam kondisi seperti ini, jadilah pendengar yang baik, pahami kesulitan istri, ajak
istirahat sejenak dan nikmati waktu romantis berdua. Terus yakinkan ia bahwa ASI adalah yang
LEMBAR BACAAN 2B:
MENYUSUI ALA AYAH ASI
2
terbaik untuk buah hati. Bisikan kata-kata lembut seperti “Baby, don’t give up. I’m with you” sambil
tersenyum.
 Lepaskan beban. Jangan menjadikan dukungan terhadap proses menyusui sebagai beban.
Mendampingi istri menyusui adalah bagian dari kewajiban alamiah seorang suami sekaligus
tanggung jawab ayah pada anaknya. Belajarlah bersama-sama dengan istri.
 Berbagi. Jangan menutup diri dan buka jaringan pergaulan serta informasi seluas-luasnya. Sharing
membuat Anda semakin memahami persoalan, dan belajar lebih banyak tentang suatu hal dengan
dimensi dan perspektif beragam. Semakin banyak informasi, semakin memudahkan Anda
mengambil langkah yang tepat.
A Rahmat Hidayat
Co-Founder AyahASI Indonesia
Artikel ini ditulis untuk Majalah Ayahbunda. Artikel asli dapat ditemukan di https://www.ayahbunda.co.id/bayi-
tips/menyusui-ala-ayah-asi-
1
Pentingnya Pemberian ASI bagi Bayi/Anak
 Menyelamatkan jiwa bayi.
 Secara sempurna memenuhi kebutuhan bayi.
 Merupakan keseluruhan makanan bagi bayi, dan memenuhi seluruh kebutuhan bayi untuk 6 (enam)
bulan pertama.
 Membantu pertumbuhan dan perkembangan yang memadai, dengan demikian mencegah anak
pendek atau Stunting.
 Senantiasa bersih.
 Berisi antibodi yang melindungi bayi dari penyakit, terutama dari penyakit diare dan infeksi saluran
pernafasan.
 Selalu siap dan dalam suhu yang tepat
 Mudah ditelan. Zat gizinya bisa diserap dengan baik.
 Berisi cukup air untuk kebutuhan bayi.
 Membantu perkembangan rahang dan gigi; menghisap dapat mengembangkan struktur muka dan
rahang.
 Seringnya terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi menyebabkan timbulnya ikatan, psikomotor yang
lebih baik, perkembangan afektif dan sosial bayi
 Bayi memperoleh manfaat dari kolostrum, yang dapat melindunginya dari penyakit (Kolostrum
adalah ASI pertama berwarna kuning atau keemasan yang diterima bayi di beberapa hari pertama
kehidupannya. ASI ini memiliki konsentrasi gizi yang tinggi dan dapat melindungi diri dari penyakit.
Kolostrum jumlahnya sedikit. Kolostrum bertindak sebagai laksatif, yang membersihkan perut bayi).
 Manfaat jangka panjang–mengurangi risiko kegemukan dan diabetes.
Pentingnya Pemberian ASI bagi Ibu
 Pemberian ASI 98% lebih efektif sebagai metode kontrasepsi selama 6 bulan pertama jika ibu
memberikan ASI eksklusif, siang dan malam, jika masa menstruasinya belum kembali.
 Mendekatkan bayi ke payudara segera setelah lahir akan memudahkan pelepasan plasenta karena
isapan bayi itu akan mendorong kontraksi uterine.
 Pemberian ASI mengurangi risiko pendarahan setelah melahirkan.
 Bila bayi segera disusukan setelah lahir, itu akan merangsang produksi air susu.
 Menyusui dengan segera dan sering dilakukan akan mencegah pembengkakan payudara
(engorgement).
 Pemberian ASI mengurangi beban kerja ibu (ibu tidak perlu menghabiskan waktu pergi membeli
susu formula, merebus air, mengumpulkan bahan bakar, menyiapkan susu).
 ASI tersedia setiap saat, selalu bersih, bergizi dan dengan suhu yang tepat.
 Pemberian ASI itu irit/ekonomis: susu formula mahal, dan anak yang tidak disusui atau
mendapatkan susu campuran akan mudah sakit, yang menyebabkan biaya untuk pengobatan.
LEMBAR BACAAN 2C:
PENTINGNYA PEMBERIAN ASI BAYI BAYI/ANAK, IBU, KELUARGA,
MASYARAKAT/BANGSA DAN RISIKO PEMBERIAN PASI
2
 Pemberian ASI menciptakan ikatan antara ibu dan bayi.
 Pemberian ASI mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Pentingnya Pemberian ASI bagi Keluarga
 Ibu dan anak-anaknya lebih sehat.
 Tidak ada biaya untuk berobat karena penyakit yang disebabkan oleh pemberian susu lain.
 Tidak ada biaya untuk membeli susu formula, kayu bakar atau bahan bakar lain untuk merebus air,
susu formula dan peralatan.
 Kelahiran bisa dijarangkan bila ibu memberikan ASI eksklusif dalam enam bulan pertama, siang dan
malam, dan jika masa menstruasinya belum kembali.
 Hemat waktu karena tidak perlu ada waktu untuk membeli dan menyiapkan susu lain, mengambil
air dan kayu bakar, dan tidak perlu melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengobatan medis.
Pentingnya Pemberian ASI bagi Masyarakat/Bangsa
 Bayi yang sehat akan menjadikan bangsa yang sehat.
 Ada penghematan dalam pemberian pelayanan kesehatan karena jumlah anak yang sakit berkurang,
sehingga pengeluaran pun menurun.
 Meningkatkan harapan hidup anak karena pemberian ASI mengurangi angka kematian bayi.
 Melindungi lingkungan (pohon-pohon tidak digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu
dan peralatan, dan tidak ada limbah dari kaleng dan kardus susu formula). Air susu ibu adalah
sumber daya alam yang terbarukan.
 Tidak perlu mengimpor susu dan peralatan untuk menyiapkan susu tersebut sehingga menghemat
uang yang bisa digunakan untuk hal lain.
Risiko Pemberian Makanan Pengganti ASI (PASI)
Catatan: semakin muda usia bayi, semakin besar risikonya.
 Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak mendapatkan ASI berisiko kematian 14 kali lebih
besar dari bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan).
 Susu formula tidak memiliki antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit; tubuh ibu membuat
air susu dengan antibodi yang melindungi dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/anak.
 Tidak mendapatkan zat antibodi pertama dari kolostrum.
 Kesulitan untuk mencerna susu formula (susu formula sulit dicerna oleh bayi): ini sama sekali
bukanlah makanan yang sempurna bagi bayi.
 Sering mengalami diare, lebih sering sakit dan lebih parah penyakitnya (anak usia kurang dari enam
bulan yang diberi makanan campuran- mendapatkan makanan, susu formula dan air terkontaminasi,
berisiko lebih tinggi terkena diare).
 Sering mengalami infeksi saluran pernafasan.
 Berisiko lebih besar untuk mengalami kurang gizi, terutama bagi bayi.
 Besar kemungkinan akan mengalami kurang gizi: keluarga mungkin tidak mampu membeli susu
formula.
 Kurang berkembang: pertumbuhan terganggu, berat badan kurang, menjadi pendek (Stunting),
buang air karena penyakit menular seperti diare dan pneumonia.
3
 Ikatan yang kurang baik antara ibu dan anak, dan bayi kurang memiliki rasa percaya diri
 Nilai rendah untuk tes intelegensi dan mengalami kesulitan lebih banyak di sekolah.
 Kemungkinan akan menjadi kelebihan berat badan
 Berisiko lebih besar terkena penyakit pada hati/liver, diabetes, kanker, asma, dan kerusakan gigi di
kemudian hari.
Risiko Pemberian Makanan Campuran
(bayi yang diberi ASI dan makanan lain selain ASI dalam enam bulan pertama)
 Memiliki risiko kematian lebih tinggi.
 Menjadi lebih sering sakit dan sakitnya seringkali cukup serius, terutama diare: karena susu dan air
yang terkontaminasi
 Kemungkinan besar akan mengalami kurang gizi/gizi buruk: bubur tidak memiliki cukup gizi, susu
formula sering encer, dan keduanya tidak bisa menggantikan ASI yang bergizi
 Tidak mendapatkan banyak ASI karena tidak sering disusui dan dengan demikian produksi susu ibu
pun menjadi berkurang
 Kemungkinan akan mudah terinfeksi virus HIV dibandingkan anak yang diberi ASI eksklusif, karena
usus mereka sudah dirusak oleh cairan dan makanan lain dan dengan demikian memungkinkan virus
HIV mudah menyerang tubuhnya.
Diambil dari Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
1
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui anatomi payudara dan
bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui
yang pada akhirnya dapat menyusui secara eksklusif.
Anatomi payudara
Areola
Aerola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat kelenjar-
kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga
kesehatan kulit di sekitar areola.
Alveoli
Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin mempengaruhi sel
alveoli untuk menghasilkan ASI.
Duktus laktiferus
Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus
laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI)
LEMBAR BACAAN 3A
CARA KERJA PAYUDARA
2
Sinus laktiferus / ampula
Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar areola yang
berfungsi untuk menyimpan ASI.
Jaringan lemak dan penyangga
Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya ukuran
payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat
menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos, yang akan berkontraksi
dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi.
Air susu ibu dan hormon prolaktin
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar payudara sehingga
merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke
peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI)
menghasilkan ASI.
Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat
merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang,
bayi mengambil ASI yang sudah ada.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI.
Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang
bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara
akan berhenti menghasilkan ASI.
Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu
mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk
menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda
kehamilan.
Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila
ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke
payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar
dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau
ibunya.
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan
mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi
menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk
mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap
menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.
3
Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini
membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri.
Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin
Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi (meningkatkan) produksi hormon oksitosin :
1. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.
2. Celotehan atau tangisan bayi
3. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau
disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan
membantu pekerjaan rumah tangga
4. Pijat bayi
Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin
1. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung
2. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk tubuhnya, meniggalkan bayi
karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
3. Rasa sakit terutama saat menyusui
Keberhasilan menyusui
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa
langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama,
antara lain :
1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam pertama (inisiasi
dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan
mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat
itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar,
atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir
dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai
merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan
merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak ada makanan
atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena akan menghambat
keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,
menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan melepaskan puting
dengan sendirinya.
4
Keterampilan menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan
menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang
baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang
kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi
badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi
badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung
menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu
dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan
secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala
bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya.
Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah
yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada
payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.
Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut:
1. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
2. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
3. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan
lengan bayi dan leher bayi
4. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
5. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
6. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
7. Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku
Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :
1. Leher bayi terputar dan cenderung kedepan
2. Badan bayi menjauh badan ibu
3. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu
4. Hanya leher dan kepala tersanggah
5. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi
6. C-hold tetap dipertahankan
Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara ?
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara kedalam
mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras
jaringan payudara sehingga membentuk puting buatan/ DOT yang bentuknya lebih panjang dari puting
susu. Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ DOT. Hal ini dapat kita lihat
5
saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif
tercapai bila bayi menghisap dengan hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak
hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan.
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik
1. Dagu menyentuh payudara
2. Mulut terbuka lebar
3. Bibir bawah terputar keluar
4. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
5. Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu
6. Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan
payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak
puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan
bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering.
Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :
1. Dagu tidak menempel pada payudara
2. Mulut bayi tidak terbuka lebar- Bibir mencucu/ monyong
3. Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah
4. Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat
5. Terasa sakit pada putting
Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui
1. Bayi datang dari arah bawah payudara
2. Hidung bayi berhadapan dengan puting susu
3. Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan)
4. Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi
5. Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada tulangnya, diantara uvula
(tekak) dengan pangkal lidah yang lembut
6. Puting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang terbentuk dari jaringan payudara
Cara bayi mengeluarkan ASI
1. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman melalui sedotan
2. Bayi mengisap untuk membentuk dot dari jaringan payudara
3. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan gudang ASI ke langit-langit
sehingga ASI terperah keluar gudang masuk kedalam mulut
4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot buatan ke atas langit-langit
5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi mudah memeras ASI
6
Berapa lama sebaiknya bayi menyusu ?
Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit,
walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu
berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada
masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses
menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada
satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat diberikan pada
payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan
ASI.
Berapa sering bayi menyusu dalam sehari ?
Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam.
Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang.
Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui
pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama
pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak
perlu menyetopnya.
Bagaimana menilai kecukupan ASI?
ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar
Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak pekat dan bau tidak menyengat
Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia 2 minggu
Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu
Kesimpulan
Sejak awal kelahiran, bayi hanya diberikan ASI dan selanjutnya disusui sesering mungkin tanpa dibatasi.
Bayi dapat mengukur sendiri kemampuan dan kebutuhan cairan yang diperlukan. Kita hanya perlu
meluangkan waktu dan memberi kesempatan padanya untuk mendapat yang terbaik yang ia butuhkan.
Sumber : Buku Bedah ASI IDAI
Penulis : Utami Roesli dan Elizabeth Yohmi
1
Sumber : Buku Bedah ASI IDAI
Penulis : Utami Roesli dan Elizabeth Yohm
Agar payudara dapat memproduksi ASI, payudara membutuhkan satu hormon yaitu Hormon Prolaktin,
dibutuhkan untuk memulai, mempertahankan dan melanjutkan produksi ASI.Produksi hormon prolaktin
ketika ibu sedang hamil tidak membuat sel-sel ASI dapat memproduksi ASI, karena ditahan oleh hormon
progesteron. Setelah melahirkan, progesteron pada ibu menurun, sehingga prolaktin dapat bekerja.
Inilah yang membuat produksi ASI meningkat setelah melahirkan.
Prolaktin diproduksi oleh rangsangan sensorik dari puting ketika bayi menyusu pada payudara,
rangsangan tersebut dikirim ke otak, untuk kemudian kelenjar pituitari bagian depan pada dasar otak
mengeluarkan prolaktin yang masuk menuju payudara agar sel-sel pembuat ASI dapat memproduksi ASI.
Prolaktin akan berada di payudara sekitar 45 menit setelah proses menyusui, sehingga hormon ini
menyiapkan produksi ASI untuk menyusui berikutnya, sedangkan untuk penyusuan saat ini bayi
mengambil ASI dari persediaan ASI dalam payudara yang disimpan dalam alveoli dan saluran ASI
(ductus)
Produksi prolaktin disesuaikan dengan seberapa sering bayi menyusu, bila bayi kurang menyusu maka
jumlahnya pun menurun, dan dampaknya payudara menghasilkan ASI lebih sedikit, terutama pada satu
sampai dua bulan pertama setelah persalinan, ketika produksi ASI menyesuaikan dengan kebutuhan
bayi.
LEMBAR BACAAN 3B
HORMON PROLAKTIN DAN OKSITOSIN
2
Beberapa hal khusus tentang hormon prolaktin adalah:
Hormon prolaktin lebih banyak diproduksi di malam hari; karena itu menyusui terutama di malam hari
membantu menjaga pasokan ASI.
Prolaktin membuat ibu merasa nyaman, dan kadang mengantuk; karena itu ibu biasanya beristirahat
dengan baik meski ia menyusui di malam hari.
Prolaktin menekan produksi hormon gonadotrophin atau GnRH, yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
hormon yang menstimulasi ovulasi. Karena itu menyusui dapat membantu menunda kehamilan baru (KB
alamiah).
Sumber: http://menyusui.info/menyusui/tips/107-bagaimana-asi-diproduksi-hormon-prolaktin/
Ketika ASI sudah diproduksi di dalam alveoli, ASI belum dapat dikeluarkan melalui saluran ASI dan
puting, bayi akan mengeluarkan ASI ketika alveoli diperah oleh otot-ototnya dan keluar melalui saluran
ASI menuju puting, untuk itu payudara membutuhkan 1 hormon lain untuk mengeluarkan ASI dari
alveoli ke saluran ASI, hormon ini disebut Oksitosin.Hormon ini diproduksi ketika bayi menyusu,
rangsangan sensorik menyusui membuat otak –melalui kelenjar pituitari bagian belakang- mengirim
hormon oksitosin agar otot alveoli berkontraksi untuk mengeluarkan ASI menuju saluran. Makanya
hormon ini disebut hormon pengaliran ASI atau lebih keren disebut ‘let-down reflex’ (LDR).
Hormon ini diproduksi lebih cepat dari pada hormon prolaktin. Hormon ini membuat ASI mengalir untuk
bayi menyusu saat ini atau ketika proses menyusui berlangsung. Oksitosin membuat rahim ibu
berkontraksi sesudah persalinan. Kontraksi ini membantu mengurangi perdarahan, namun kadang
3
menyebabkan nyeri rahim dan keluarnya darah selama menyusui pada beberapa hari pertama,
beberapa ibu bahkan merasakan nyeri yang sangat hebat.
Perasaan yang positif, misalnya perasaan senang dan puas terhadap bayinya, atau memikirkan bayinya
dengan penuh kasih, dan merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya, dapat
membantu refleks oksitosin bekerja dan ASInya mengalir. Sensasi-sensasi seperti menggendong,
menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya menangis, juga dapat membantu refleks
oksitosin.
Sebaliknya perasaan negatif, misalnya kesakitan, khawatir atau ragu-ragu bahwa ia tidak punya cukup
ASI, dapat menghambat refleks oksitosin dan menghambat ASI mengalir. Stress akut dalam keadaan
darurat juga dapat menghambat refleks. Payudara tampak seperti berhenti memproduksi ASI. Padahal,
payudara tetap memproduksi ASI, tetapi tidak dapat mengalir keluar, sehingga bayi sulit untuk
mendapatkannya. Untung efek ini biasanya sementara, dan dapat kembali seperti semula. Ibu
membutuhkan dukungan dan kenyamanan untuk membantunya merasa tenang. Apabila bayinya tetap
menyusu, ASInya akan mengalir kembali.
Sehingga hormon oksitosin kadang disebut “hormon cinta” karena hal-hal positif dapat membantu
hormon ini aktif dan bekerja dengan baik, sehingga ASI pun keluar dengan lancar, dan sebaliknya. Inilah
salah satu sebab kenapa menyusui meningkatkan bonding dan kedekatan pada bayi.
Bagaimana mengetahui hormon oksitosin kita aktif? Biasanya ketika hormon ini aktif, ibu akan
merasakan beberapa sensasi:
 Sensasi diperas atau gelenyar di dalam payudara sesaat sebelum atau selama ia menyusui bayinya.
 ASI mengalir keluar dari payudaranya saat ia memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya
menangis.
 ASI menetes pada payudaranya yang lain, ketika bayinya menyusu.
 ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan yang halus, jika bayi melepaskan payudara selama
menyusu.
 Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah, selama menyusui di
minggu pertama.
 lsapan yang lambat dalam dan tegukan oleh bayi, menunjukkan ASI mengalir ke dalam mulutnya.
 Rasa haus
 Sebagian ibu merasakan sensasi-sensasi diatas tetapi sebagian lagi tidak merasakan, ketiadaan
sensasi tadi tidak merupakan indikator bahwa oksitosin kita tidak aktif atau ASI tidak keluar.
Sumber: Modul Pelatihan Konseling Menyusui 40 Jam WHO-UNICEF
1
Payudara Penuh dan Ukuran Payudara
Ibu dalam kondisi darurat sering menjadi kawatir kalau payudaranya tidak penuh atau kencang.
Pengecilan payudara dapat terjadi bersama dengan penurunan berat badan, karena payudara
kehilangan sebagian lemak yang memberikan bentuk yang penuh. Tetapi, alveoli terus membuat
ASI selama bayinya menyusu dengan efektif.
Perbedaan payudara sangat besar dalam ukuran dan bentuk, tapi ini tidak mempengaruhi
produksi ASI. Semua bentuk payudara dapat memproduksi ASI baik menonjol dan bulat, panjang
dan menggantung, besar dan gemuk atau kecil dan rata.
 kalau ibu tidak khawatir, jangan bicarakan tentang payudara penuh dan ukuran payudaranya.
 kalau ibu khawatir tentang payudara penuh, jelaskan (secara baik tanpa mengkritik) bahwa
payudara penuh dan ukuran payudara kebanyakan karena lemak. Yakinkan ibu bahwa payudaranya
akan memproduksi ASI dengan sempurna selama bayinya menyusu.
 puji ibu karena menyusui dan katakan pada ibu bahwa ASInya adalah makanan yang paling tepat
untuk bayinya.
Kondisi Puting
Ibu (dan tenaga kesehatan) sering khawatir dengan bentuk puting.
Mereka bisa percaya bahwa kesulitan melakukan pelekatan karena puting datar atau terbenam
(puting yang masuk ke dalam). Tapi hampir semua kesulitan biasanya karena teknik menyusui
yang buruk.
Penting untuk di ingat bahwa ketika bayi menyusu, puting dan jaringan dibawah areola melentur
untuk membentuk dot panjang di dalam mulut bayi. Puting hanyalah bagian kecil dari dot ini, dan
ukurannya tidak penting, kalau jaringan payudara lentur. Kebanyakan puting jadi lembut dan lebih
lentur pada saat melahirkan.
Puting Datar
Banyak puting kelihatan sangat pendek atau datar tapi kalau lentur tidak akan menimbulkan
kesulitan.
Untuk mencegah masalah yang dapat timbul :
 Biarkan bayi menyusu segera setelah lahir
 Bantu ibu pada saat menyusui dini.
 Pastikan bayi menyusu payudara, bukan puting, karena bentuk puting tidak penting jika bayinya
melekat dengan baik.
 Perhatikan dengan seksama teknik posisi dan pelekatan bayi pada payudara.
LEMBAR BACAAN 4A
PERMASALAHAN UMUM MENYUSUI
2
Tidak perlu mempersiapkan puting selama hamil karena tidak efektif.
Saran tambahan :
 Berikan bantuan yang lebih dalam pelekatan. Pastikan bahwa, ketika ibu meletakkan bayi ke
payudara, ibu ;
 mengarahkan dagu bayi dibawah putingnya, sehingga lidah bayi berada di tepat dibawah aerola
 sentuh dengan lembut mulut bayi untuk mendorong bayi membuka mulut dengan lebar agar
dapat memasukkan puting dan jaringan payudara dibelakangnya (tapi jangan tarik mulutnya
agar terbuka)
 Hindari penggunaan sambungan puting (Nipple Shields) (puting buatan yang menutupi putting ibu)
karena mengurangi jumlah asupan ASI dan biasanya tidak membantu.
1
Salah satu cara ayah mendukung ibu adalah dengan menggendong bayi. Menggendong selain bisa
membantu menenangkan bayi, juga menguatkan ikatan ayah-anak. saat menggendong, ayah bisa
bercerita pada bayi, bernyanyi (dengan lagu lembut), mengaji dll. Suara ayah bisa membuat bayi tenang.
Ada berbagai posisi menggendong yang ayah bisa lakukan, seperti ditimang di tangan atau di dada ayah.
Pastikan saja tangan kita menyangga dari mulai pantat, tulang punggung hingga kepala bayi. Jika ditimang,
posisikan bayi disangga penuh oleh lengan ayah. Jika posisi didekap di dada, telapak tangan bisa di pantat
dan leher bayi. Pastikan juga bayi bisa bernafas dengan baik dengan memiringkan kepala bayi.
Ayah juga bisa menggunakan alat bantu menggendong seperti kain jarik, gendongan pabrikan, baby wrap
dll. jika menggunakan ini, ada beberapa tips yang bisa ayah perhatikan
1. Pastikan gendongan kuat dan nyaman untuk bayi
2. Penggendong dan bayi bisa saling melihat. Selain penggendong bisa memastikan kondisi bayi,
penggendong dan bisa melakukan “eye contact” yang membuat ikatan semakin kuat.
3. Posisi kepala bayi cukup dekat untuk kita cium/kecup
4. Pastikan bayi bisa bernafas dengan baik dengan memposisikan kepala bayi
5. Pastika gendongan bisa menyangga tubuh bayi dengan baik.
Dalam menggendong juga ada istilah posisi pantat dan paha bayi membentuk huruf M agar mendukung
perkembangan tulang pinggul bayi. Bayi digendong dengan posisi tegak, posisi kaki bayi dalam gendongan
membentuk huruf M. Bagian bawah gendongan menyokong seluruh paha bawah, bokong, hingga di
bawah lutut bayi (knee to knee). Posisi lutut bayi sedikit lebih tinggi dari bokong nya.
Ayah juga perlu belajar bagaimana menggendong untuk membuat sendawa setelah bayi menyusu. Ayah
bisa menggendong bayi dan meletakkan kepala bayi di pundak ayah. Lalu ayah bisa menepuk-nepuk
ringan punggung bayi hingga bayi bersendawa.
Dalam menggendong kita juga perlu memperhatikan saat mengangkat bayi dan kemudian menaruh bayi
kembali di tempat tidurnya. Kita perlu menyangga tubuhnya dari mulai pantat hingga kepalanya dengan
baik. Kita perlu mengangkat dan meletakkannya dengan lembut agar bayi tidak terkena shaken baby
syndrome. Shaken baby syndrome ialah guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina
dan perdarahan otak akibat bayi diayun terlalu keras.
LEMBAR BACAAN 5A
MENGGENDONG
2
Cara Aman Memegang Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir bisa merasa sangat rapuh saat Anda menggendongnya untuk pertama kalinya. Tapi
Anda tidak perlu khawatir jika mengikuti salah satu dari empat pegangan sederhana ini.
 Cradle Hold
Ditulis oleh: Dave Burton
http://www.quicktipsfornewdads.com/blog/4-ways-to-safely-hold-your-newborn-baby/
Letakkan kepala bayi di lekukan lengan
Anda. Gunakan lengan Anda yang
satunya untuk mendukung bagian
bawah bayi. Catatan: Bayi baru lahir
sering suka tidur dalam posisi ini.
3
1
Pada zaman di mana para orangtua lebih banyak dikejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, mungkin
bercerita dan mendongeng sudah tidak menjadi tradisi di rumah. Namun, seharusnya pekerjaan tidak
menghentikan tradisi baik yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelum kita. Jadi, sebelum terlambat,
simak 3 alasan penting berikut agar Ayah Ibu kembali bercerita pada anak!
Bercerita melejitkan imajinasi anak
Di Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics sempat mengeluarkan kebijakan agar tempat
pengasuhan anak sebaiknya mempromosikan literasi kepada anak, sedini mungkin. Hal ini termasuk
mendorong para orangtua untuk membacakan cerita pada anak. Bahkan, menurut survei yang dilakukan
oleh Scholastic, banyak orangtua yang berhenti bercerita pada anak saat anak sudah bisa membaca buku.
Padahal, anak masih ingin mendengarkan orangtuanya bercerita, terlepas dari kemampuan membaca
mereka.
Agustus lalu, jurnal Pediatrics merilis hasil penelitian tentang aktivasi otak saat anak mendengarkan
orangtuanya membacakan buku cerita pada mereka. Dr. John Hutton, penulis utama sekaligus peneliti
yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengungkapkan bahwa saat anak mendengarkan cerita, bagian
otak yang memproses aspek visual akan aktif, bahkan ketika anak tidak melihat gambar apapun. Apa
penyebabnya? Jawabannya terletak pada imajinasi anak.
Seperti dilansir dari New York Times, Dr. John Hutton menukas, “Saat anak mendengarkan cerita, mereka
membayangkannya dalam benak mereka. Ini membantu mereka memahami bagaimana bentuk benda-
benda, dan dapat mempermudah anak membaca buku tak bergambar.” Inilah alasan pertama pentingnya
bercerita pada anak, yakni melejitkan imajinasi mereka. Hal ini bahkan tidak bisa tergantikan oleh televisi
maupun video, meskipun menampilkan cerita yang sama. Tayangan justru tidak memberi kesempatan
anak untuk berimajinasi.
Anak belajar lebih banyak kosakata
Alasan kedua pentingnya bercerita pada anak adalah ragam kosakata yang digunakan. Bercerita tentu saja
berbeda dengan percakapan sehari-hari, karena seringkali bercerita mengandung kegiatan yang tidak
anak lakukan atau lihat di rumah maupun lingkungan sekitar. Hasil penelitian Psychological Science
misalnya, mengungkapkan bahwa buku cerita anak populer mengandung banyak kosakata unik yang bisa
anak kenal, pahami, dan bayangkan.
LEMBAR BACAAN 5B
BERCERITA
2
Seperti dikutip dari New York Times, Jessica Sontag, asisten peneliti psikolog di University of California
sekaligus penulis utama hasil penelitian tersebut berpendapat, “Buku cerita mengandung ragam kosakata
yang lebih banyak ketimbang percakapan anak. Ini mengindikasikan bahwa anak-anak yang mendengar
cerita, mengenal lebih banyak kosakata ketimbang mereka yang tidak dibacakan atau mendengar cerita.”
Nah, bayangkan jika sedari dini anak sudah mengembangkan bagian otak yang berkaitan dengan aspek
visual dan bahasa. Daya imajinasi anak diperkuat dan kemampuan anak membaca di kemudian hari lebih
meningkat ketimbang anak-anak yang tidak mendengarkan cerita. Tentu saja, siapa lagi yang bercerita
pada anak kalau bukan kita, orangtuanya?
Tidak kalah penting: membangun ikatan anak dan orangtua
Alasan yang tidak kalah penting dalam bercerita pada anak, tentu saja adalah membangun ikatan anak
dan orangtuanya. Ayah Ibu mungkin hanya memiliki sedikit waktu bersama anak di rumah karena
kesibukan pekerjaan, namun bukan berarti waktu yang sedikit tersebut tidak dapat digunakan. Nah, ini
kesempatan Anda untuk mempraktikkan bercerita pada anak, selagi mempererat hubungan Ayah Ibu
dengan anak.
Bagian lain dari hasil survei Scholastic menyatakan bahwa dari 83% anak yang suka dibacakan cerita, 63%
anak menjelaskan kegiatan tersebut sebagai quality time, atau waktu spesial bersama orangtuanya.
Dikutip dari Guardian, seorang anak 11 tahun yang mengikuti survei tersebut berujar, “Rasanya sangat
hangat dan membangkitkan semangat.”
Orangtua mana yang tidak ingin melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, imajinatif, dan
suka membaca, sekaligus memiliki hubungan yang dekat dengan ayah ibunya? Tentu Anda mau juga,
bukan? Kuncinya ada di tangan Anda, yakni dengan menyempatkan diri bercerita pada anak. Mau dengan
atau tanpa buku, mendongeng atau cerita masa kecil Ayah Ibu, berceritalah. Yuk bercerita, sebelum
terlambat.
Sumber: http://temantakita.com/3-alasan-pentingnya-orangtua-bercerita-pada-anak/
8 CARA MENDONGENG BUAT BALITA
Mendongeng yang baik adalah saat anak menyimak kata demi kata yang Anda ucapkan dengan antusias.
Ini bisa dilihat dari ekspresi wajahnya yang berubah-ubah karena terhanyut dengan cerita yang Anda
bawakan. Agar sukses mendongeng cobalah ini.
3
1. Baca atau siapkan cerita pilihan Anda dengan seksama dan visualisasikan di kepala Anda. Ini akan
membuat Anda bisa mengekspresikan dan memilih mimik yang sesuai dan jelas yang membuat anak
antusias mendengarkan.
2. Pahami dan ingat alur cerita secara umum; bagaimana awal, apa persoalan yang dihadapi tokoh
utama dan bagaimana penyelesaiannya. Pemahaman yang baik akan membuat Anda bisa berimajinasi
untuk membuatalur cerita lebih seru. Bahkan, Anda bisa mengurangi atau memberi tambahan cerita.
3. Bila masih belum percaya diri, mendongenglah di depan cermin dengan kata-kata Anda sendiri. Bisa
juga Anda belajar cara mendongeng di youtube.
4. Kembangkan improvisasi dengan bebas berimajinasi dan kreativitas Anda sendiri sesuai alur cerita.
Coba gunakan alat peraga, seperti boneka, gambar atau jari.
5. Pelajarilah frase berulang dan berima, variasikan volume suara dan karakter suara, gunakan mimik
wajah dan gerak tubuh secara ekspresif.
6. Pastikan Anda memersiapkan cara memulai dan mengakhiri cerita dengan baik. Saat memulai,buatlah
kalimat yang menarik misalnya, “Dulu sekali di sebuah atas awan …” ucapkan kalimat itu dengan
menengadahkantangandan kepala ke atas. Sedangkanuntuk mengakhiri ucapkan,“Akhirnya,burung
bertemu kembali dengan anaknya yang hilang…” Rentangkan kedua tangan, pancarkan senyum di
wajah dan peluk anak.
7. Saat mendongeng, jaga kontak mata dengan anak dan setelah selesai bercerita, tanya pendapatnya
tentang tokoh di cerita tersebut. Dengan itu Anda bisa tahu apakah anak menyimak cerita Anda atau
tidak.
8. Libatkan anak dalam mendongeng. Misalnya Anda seusai Anda menyelesaikan beberapa kalimat,
minta anak meneruskan cerita. Begitu terus. Boleh juga Anda meminta anak untuk menyimpulkan
cerita. Bisa jadi Anda ternganga mendengarnya, lho. (Tim ayahbunda/IAH)
Sumber: https://www.ayahbunda.co.id/balita-tips/8-cara-mendongeng-buat-balita
1
KETRAMPILAN 1: MENGGUNAKAN KOMUNIKASI NON-VERBAL
 Sejajarkan posisi kepala dengan istri
 Fokus dan penuh perhatian
 Hindari halangan
 Berikan waktu
 Berikan sentuhan
KETRAMPILAN 2: PERTANYAAN TERBUKA
 Pertanyaan terbuka seringkali menunjukkan bahwa kita tertarik dengan pembicaraan dan
memancing istri untuk menjelaskan secara detail
 Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan “Bagaimana, Apa, Kapan, Di mana, Kenapa dan Siapa”.
Contoh: “Kamu perah ASI di mana?”
 Pertanyaan tertutup seringkali kurang membantu, karena istri hanya bisa menjawab “YA dan TIDAK”
saja.
 Pertanyaan tertutup biasanya dimulai dengan “Apakah kamu, Bukannya kamu, Bener ga sih”.
Contoh: “Bukannya kamu tadi udah makan sayur katuk?”
 Jika pertanyaan tertutup diajukan, seringkali kita tidak mendapatkan akar masalahnya
 Dengan pertanyaan tertutup biasanya kita tidak bisa menggali lebih banyak obrolan dan akan sibuk
kembali dengan kesibukan masing-masing
KETRAMPILAN 3: TUNJUKKAN MINAT DENGAN TANGGAPAN DAN GESTUR
 Jika kita ingin istri lebih banyak berbicara, kita harus menunjukkan bahwa kita beneran mendengar
dan tertarik dengan isi pembicaraannya.
 Beberapa hal penting untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan dan tertarik adalah dengan
Gestur (berhadapan dengan istri, menangguk dan memberikan senyuman) dan Tanggapan
Sederhana (Ooh, Mmm, Duh..)
KETRAMPILAN 4: REFLEKSIKAN PERNYATAAN
 Salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita mendengar dan tertarik dengan pembicaraan dan
memancing lebih banyak cerita adalah dengan merefleksikan kembali pernyataan istri.
 Contohnya, jika istri mengatakan: “padahal posisi menyusui aku udah nyaman bener loh, biasanya
kan dia nyusuin dengan tenang, ini malah gerak-gerak terus ga bisa diem”. Kita bisa merefleksikan
kembali pernyataan istri dengan begini: “Padahal udah duduk nyaman yah, kenapa dia ga bisa diem
beb?”
KETRAMPILAN 5: EMPATI – TUNJUKKAN BAHWA KITA MENGERTI PERMASALAHANNYA
 Empati merupakan ketrampilan yang tidak mudah dilakukan.
 Bila ibu mengatakan sesuatu yang menunjukkan perasaannya, akan berguna sekali jika kita berespon
dengan cara yang menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang ia ungkapkan, dan bahwa kita
memahami perasaannya dari sudut pandangnya.
Contohnya, jika istri mengatakan:
“Si baby sering banget minta disusui, aku jadi capek banget!”
LEMBAR BACAAN 6A
KETRAMPILAN MENDENGAR
2
Kita berespon terhadap apa yang ia rasakan, mungkin seperti ini:
“Kamu capek banget yah, seberapa sering minta nenennya?”
 Butir kunci: Empati berbeda dengan simpati. Jika bersimpati, kita mengasihani seseorang, tapi
melihatnya dari sudut pandang KITA.
 Jika bersimpati, mungkin kita mengatakan: “Oh, aku mengerti perasaan kamu. Walau aku enggak
punya pengalaman menyusui, tapi bisa bayangin sih gimana capeknya!” Respon seperti ini
mengarahkan perhatian kepada kita, dan tidak membuat istri merasa bahwa kita memahaminya.
 Akan bermanfaat pula jika kita berempati terhadap perasaan positif ibu. Empati tak sekedar
menunjukkan bahwa kita mengerti perasaan negatif ibu.
 Terkadang, ketika kita mendiskusikan perasaan ibu, mungkin ia akan bersikap emosional, misalnya
menangis, dan kita perlu bersiap untuk memberi dukungan emosional kepadanya.
KETRAMPILAN 6: HINDARI KATA-KATA YANG MENGHAKIMI
 ‘Kata-kata yang menghakimi’ adalah kata-kata seperti: benar, salah, baik, buruk, bagus, cukup,
tepat. Jika menggunakan kata-kata yang menghakimi ketika bicara dengan ibu mengenai kegiatan
menyusui, terutama saat mengajukan pertanyaan, kita bisa membuat ibu merasa dirinya salah, atau
ada yang salah dengan bayinya.
Contoh: Jangan mengatakan: “Si baby tidurnya cukup ga?” Sebagai gantinya, katakan: “Eh gimana si
baby bobo?”
1
Bencana dapat menyebabkan dampak yang besar bagi masyarakat yang mengalaminya. Mereka harus
mengungsi atau pindah ke tempat lain, tinggal berdesak-desakan, kelaparan, kekurangan air bersih,
sanitasi kurang baik, dan beban kerja sistem pelayanan kesehatan yang sangat tinggi. Keadaan tersebut
meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak kecil. Dalam situasi tersebut, bayi yang tidak
disusui mempunyai risiko tinggi terkena penyakit. Selain itu tidak adanya dukungan, sumber makanan,
dan pengetahuan akan bagaimana cara pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat,
ikut berkontribusi meningkatkan risiko timbulnya penyakit
Dalam keadaan bencana atau situasi darurat perlindungan yang diberikan oleh air susu ibu (ASI) menjadi
sangat penting karena merupakan langkah cepat dan tepat yang dapat menyelamatkan jiwa bayi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidakdisusui dan hidup di daerah yang rawan
penyakit dan lingkungan tidak higienis mempunyai risiko antara 6-25 kali lebih tinggi untuk meninggal
karena diare, dibanding anak yang disusui. Menyusui bayi secara eksklusif sangat menguntungkan, karena
aman dan produksinya terjamin, serta tidak terpajan air yang terkontaminasi kuman dan parasit yang
dapat menyebabkan penyakit.
Langkah-langkah yang tepat diperlukan agar pemberian ASI atau proses menyusui tetap terjaga dan
berkelanjutan, serta bayi dan anak mendapat asupan makanan dengan optimal. Rasa aman dan hangat
yang didapatkan dengan menyusui merupakan hal penting bagi ibu dan bayinya dalam situasi kacau yang
ditimbulkan suatu bencana. Risiko yang disebabkan oleh pemberian makan dengan botol dan susu
formula meningkat secara dramatis pada keadaan ini, karena higiene yang buruk, populasi padat
penduduk, dan terbatasnya air dan sumber energi. ASI dapat merupakan satusatunya jenis makanan bayi
dan anak yang aman dan masih dapat terus tersedia.
Menepis mitos
Pada keadaan gempa berkembang beberapa pendapat umum di masyarakat, antara lain:
 Dalam keadaan stres, -- ibu tidak dapat menyusui
 Ibu yang malnutrisi tidak dapat memproduksi cukup ASI
 ASI yang sudah berhenti tidak dapat diusahakan untuk diproduksi kembali
 Promosi menyusui secara umum sudah cukup sering dilakukan
 Pemberian makanan/ minuman pengganti ASI (susu formula dan/ atau cairan lainnya) merupakan
tindakan yang diperlukan pada keadaan bencana.
Pendapat-pendapat tersebut hanya merupakan mitos, karena sebenarnya Ibu dapat menyusui dengan
baik dalam keadaan stres. Pengeluaran ASI dipengaruhi suatu refleks yang dinamakan letdown reflex yang
memang dipengaruhi oleh stres, tetapi tidak demikian halnya dengan produksi ASI. Kedua proses ini
dipengaruhi oleh 2 hormon yang berbeda. Cara mengatasi kurangnya pengeluaran ASI adalah dengan
meningkatkan hisapan bayi pada payudara, sehingga meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin.
Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui mempunyai respons yang rendah terhadap stres Jadi,
membantu ibu untuk memulai atau meneruskan menyusui dapat membantu mereka mengurangi stres
yang dialaminya.
LEMBAR BACAAN 7A
MENYUSUI PADA KONDISI BENCANA
2
Ibu malnutrisi dapat menghasilkan cukup ASI
Pada umumnya ibu dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya dan sangat jarang ditemukan ibu
yang tidak memproduksi ASI secara cukup. Oleh karena itu, sangat perlu dibedakan produksi ASI yang
memang kurang atau hanya persepsi saja bahwa produksi ASI kurang. Produksi ASI relatif tidak
terpengaruh jumlah dan kualitasnya, kecuali pada ibu yang mengalami malnutrisi berat. Keadaan ini hanya
ditemukan pada 1% ibu. Bila ibu malnutrisi, yang menderita atau mengalami malnutrisi adalah ibunya
bukan bayinya, sehingga yang memerlukan bantuan adalah ibunya. Cara yang tepat untuk mengatasi hal
ini adalah dengan memberi makan ibunya, bukan bayinya. Ibu akan lebih tahan terhadap bahaya
kumankuman yang menyebabkan penyakit. Dengan memberi makan ibu, ibu dan anaknya tertolong tanpa
membahayakan siapapun. Pemberian suplemen atau formula pada bayi dapat menurunkan produksi ASI,
karena hisapan bayi pada payudara akan berkurang. Cara tepat mengatasi kurangnya produksi ASI adalah
dengan meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga makin sering bayi menghisap payudara.
Ibu yang sudah tidak menyusui dapat memproduksi ASI kembali
Ibu yang telah berhenti menyusui dapat mengeluarkan dan memproduksi ASI kembali, yang disebut
sebagai relaktasi. Relaktasi ini dapat diusahakan dengan merangsang puting dan pengeluaran ASI.
Rangsanganputing didapatkanmelalui hisapanbayi atauanak yang lebihbesar, atau memerahASI dengan
tangan dan/ atau pompa. Proses ini biasanya memerlukan waktu, dapat beberapa hari atau bahkan
beberapa minggu. Ibu sangat memerlukan dukungan moril, selainitu asupan makanan dan air yang cukup,
serta dilindungi dari kondisi stres. Bayinya tentu saja memerlukan asupan makanan dengan cara yang
paling tidak membahayakannya sampai ASI diproduksi kembali.
Ibu menyusui memerlukan bantuan khusus
Berdasarkan pengalaman di lapangan pada berbagai program pengembangan masyarakat, diketahui
bahwa sebagian besar praktisi kesehatan mempunyai pengetahuan yang kurang tentang manajemen
laktasi. Pengalaman ini dijumpai pula pada program-program di keadaan bencana. Dalam situasi bencana,
ibu mengalami situasi yang buruk dan berisiko tinggi mengalami masalah dalam menyusui. Ibu
memerlukan bantuan, bukan hanya dukungan moril. Lembaga bantuan bencana dan tenaga di lapangan
memerlukan latihan mengenai bagaimana ASI diproduksi dan cara melakukan konseling ibu menyusui
agar dapat menolong mereka secara optimal. Pada situasi tertentu bahkan diperlukan orang yang ahli
dalam bidang laktasi seperti konselor laktasi. Masalah yang paling sering ditemukan adalah persepsi
bahwa produksi ASI kurang, yang makin dipicu oleh stress karena keadaan bencananya sendiri. Perilaku
yang mendukung menyusui serta konseling untuk mengatasi trauma menjadi perhatian utama pada
keadaan ini. Hal-hal yang menghalangi pemberian makan yang optimal, seperti memberikan suplemen
makanan untuk bayi kurang dari 6 bulan dan penggunaan botol untuk pemberian cairan rehidrasi oral
sebaiknya dihindari. Sukses menyusui akan menyebabkan kembalinya dan meningkatnya rasa percaya diri
ibu, dan hal ini penting untuk mengembalikan kemampuannya dalam merawat dirinya sendiri dan
keluarganya.
Pengganti ASI (susu formula) tidak selalu diperlukan
Memberikan pengganti ASI pada bayi dan anak kecil yang ditemukan pada keadaan bencana merupakan
tindakan yang sangat berisiko. Tindakan tersebut sebaiknya dilakukan hanya dengan pertimbangan
matang dan kesadaran penuh akan masalahmasalah yang dapat ditimbulkannya. Pengganti ASI
seharusnya:
 Dibatasi pemakaiannya pada situasi tertentu saja dalam keadaan bencana
 Diyakini akan tersedia terus selama waktu bencana
 Disertai dengan perawatan kesehatan tambahan, air, sumber energi, dan tata laksana diare
3
 Mencakup pula rencana untuk memantapkan kembali pemberian makan yang optimal di luar
situasi bencana
Petunjuk ini sebaiknya disebarluaskan dan dipatuhi oleh semua pihak yang bekerja pada situasi bencana.
Cara pemberian makan bayi dan anak saat bencana
Berdasarkan hal- hal yang disebutkan sebelumnya, maka cara pemberian makan optimal pada bayi dan
anak saat keadaan bencana, adalah sebagai berikut:
 Inisiasi menyusu dini, yang dilakukan dalam 1 jam pertama kelahiran
 Posisi dan pelekatan yang efektif saat menyusui
 Pemberian makan yang sering dan sesuai kebutuhan sampai bayi berusia 6 bulan
 Menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan
 Terus menyusui setelah mulai memberi makanan pendamping ASI di usia 6 bulan
 Terus menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
 Meningkatkan frekuensi menyusui dan tetap memberi makan selama sakit
 Meningkatkan frekuensi menyusui setelah sembuh dari sakit untuk mempercepat proses
penyembuhan dan kejar tumbuh.
Langkah-langkah praktis saat bencana
Situasi saat bencana biasanya membingungkan dan kacau balau. Sangatlah penting dilakukan penilaian
untuk menentukan siapa yang memerlukan apa sebagai langkah awal. Untuk melindungi dan mendukung
menyusui langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan bayi yang menyusu atau yang
seharusnya menyusu dan selanjutnya mencatat bayi-bayi yang terpisah dari ibunya sementara waktu atau
selamanya (piatu). Selanjutnya akan didapatkan 3 kelompok: pertama, bayi yang hanya memerlukan
dukungan untuk menyusu; kedua bayi yang memerlukan pertolongan lebih intensif, seperti relaktasi, dan
ketiga, bayi yang memerlukan makanan pengganti ASI dan ditata laksana dan dipantau dengan seksama.
Dukungan menyusui
Dukungan menyusui diberikan pada ibu yang mempunyai anak, atau ibu yang tidak mempunyai anak
(terpisah dari anaknya) dan mau menjadi ibu susuan pada bayi yang terpisah dari ibunya, dan proses
menyusui pada ibu-ibu tersebut masih berjalan dengan baik. Meskipun menyusui masih berjalan dengan
baik dan pada pemeriksaan didapatkan ibu dan bayinya sehat, bukan berarti ibuibu ini tidak memerlukan
bantuan atau dukungan. Saat bencana ibu-ibu ini rentan untuk mengalami masalah selama menyusui,
antara lain: tidak percaya diri dan merasa ASInya kurang, merasa ASInya kurang baik lagi mutunya, karena
si ibu sendiri kurang makan, dan meminta makanan pengganti ASI untuk tambahan menyusui, pelekatan
buruk. Selain itu dapat pula ditemukan cara pemberian makanan yang tidak sesuai usia, misalnya pada
bayi berusia di bawah 6 bulan sudah diberikan makanan atau minuman selain ASI atau menyusui kurang
dari 8 kali sehari; pada bayi usia 6-12 bulan tidak diberi makanan pendamping atau makan kurang dari 3
kali sehari.
Dukungan atau bantuan menyusui yang dapat diberikan adalah berupa bantuan menyusui dasar dan
lanjut. Bantuan dasar menyusui meliputi:
Memastikan bayi menyusu dengan dengan efektif
 Membangun rasa percaya diri ibu dan membantu ASInya agar mengalir
 Meningkatkan produksi ASI
4
 Mendorong ibu untuk memberi makan sesuai usia anaknya.
Dukungan di atas merupakan bantuan dasar, namun dukungan tersebut tidak meyelesaikan semua
masalah menyusui. Beberapa ibu memerlukan tingkat perawatan lebih lanjut dan ketrampilan tambahan,
seperti:
 Cara memerah ASI dengan tangan.
 Bagaimana menggunakan alat bantu menyusui dan teknik alat bantu menyusui lainnya.
 Metoda perawatan kangguru
 Perawatan pemulihan pada kasus ibu yang mengalami trauma.
Stres tidak menghalangi ibu untuk memproduksi ASI. Namun ibu yang mengalami trauma dan depresi
mempunyai kesulitan untuk merespons bayi mereka, merasa tidak pasti ASI nya keluar dan lancar, dan
kehilangan percaya diri. Perawatan ditujukan untuk memulihkan keseimbangan mental ibu. Dukungan
yang diberikan pada mereka diusahakan semaksimal mungkin sampai pendekatan agama dan kebudayaan
ibu, dan membantu agar mau menyusui kembali.
Carapendekatannya dilakukandenganberbicarapada ibudan keluarganya,danmencari orang yang dekat
dengan ibu untuk mendampingi sehingga ibu merasa nyaman. Sedapat mungkin bayi tetap dipertahankan
kontak kulit dengan ibu, dan diharapkan ibu tenang dan mau menerima keberadaan anaknya. Bantuan
dasar menyusui tetap diberikan agar ibu memulai menyusui kembali. Memang pada beberapa kasus di
awal dukungan diperlukan pemberian susu formula dengan cangkir, bahkan pada kasus yang berat dapat
dipertimbangkan penggunaan obat penenang yang aman bagi menyusui untuk sementara waktu.
Pertolongan lanjut menyusui diberikan pada bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi yang terlihat kurus, berat
badan rendah, bayi yang menolak menyusui, ibu yang malnutrisi, dan ibu yang mengalami trauma, krisis
emosinal atau menolak bayinya. Selain itu pertolongan lanjut juga diperlukan pada beberapa kondisi
payudara.
Dukungan relaktasi
Dukungan ini diberikan pada ibu yang mempunyai anak, tapi proses menyusuinya terhenti atau
berkurang, atau ibu yang sebelumnya tidak menyusui namun kemudian memutuskan untuk menyusui
kembali anaknya atau sebagai ibu susuan.
Pemberian bantuan makanan pengganti ASI saat bencana
Dari uraian di atas dapat dimengerti mengapa menyusui di saat bencana atau situasi darurat sangat
dianjurkan, karena pemberian makanan pengganti ASI yang aman mempunyai konsekuensi yang berat
dan cukup rumit untuk dilakukan dalam situasi darurat atau bencana. Pemberian makanan pengganti ASI
dapat meningkatkan risiko diare, kekurangan gizi, bahkan kematian pada bayi dan anak. Oleh karena itu
berbagai badan dunia, seperti WABA (World Alliance for Breastfeeding Action), UNICEF, WHO, ENN
(Emergency Nutrition Network) juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi
tentang pemberian makan pada bayi dan anak di saat bencana atau keadaan darurat.
Pada tanggal 7 Januari 2005 IDAI bersama-sama dengan WHO dan UNICEF mengeluarkan pernyataan
bersama tentang rekomendasi pemberian makanan bayi pada situasi darurat. Dalam pernyataan tersebut
disebutkan bahwa: Distribusi maupun penggunaan makanan pengganti ASI yang didapat dari sumbangan
para donor harus dimonitor oleh tenaga terlatih.
5
Kesimpulan
Pemberian ASI di saat bencana menjadi penting, karena dapat melindungi bayi dari serangan penyakit.
Pemberian makan pengganti ASI yang aman dalam situasi ini sangat sulit dan rumit untuk dilakukan,
karena higiene sanitasi yang buruk, juga ketidaktersediaan air bersih yang cukup. Oleh karena itu
menyusui diusahakan semaksimal mungkin bahkan bagi ibu-ibu yang sebelumnya tidak menyusui atau
telah berhenti menyusui dapat diusahakan untuk menyusui kembali (relaktasi). Bagi sebagian ibu yang
tidak mungkin menyusui kembali perlu diberi informasi tentang cara pemberian makanan pengganti ASI
yang aman. Berbagai bantuan makanan pengganti ASI di saat bencana perlu mendapat pengawasan
tenaga terlatih untuk menghindari risiko.
Sumber: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui-dalam-keadaan-bencana
02 Bahan Bacaan Peserta Modul AyahASI-Agustus2020.pdf

More Related Content

Similar to 02 Bahan Bacaan Peserta Modul AyahASI-Agustus2020.pdf

Pemberian ASI PPT ok.pptx
Pemberian ASI PPT ok.pptxPemberian ASI PPT ok.pptx
Pemberian ASI PPT ok.pptx
MuhammadALFarisiSutr
 
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.pptADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
AyuarifiaNingsih1
 
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Limanak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
Nodd Nittong
 
Adaptasi psikologis masa nifas
Adaptasi psikologis masa nifasAdaptasi psikologis masa nifas
Adaptasi psikologis masa nifasganesa2
 
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptxPPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
mutya11
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
pjj_kemenkes
 
Sap asi ekslusif delna
Sap asi ekslusif delnaSap asi ekslusif delna
Sap asi ekslusif delnaMJM Networks
 
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptxDeteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
WulanWijaya5
 
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
ssusera37e89
 
Happy - Understanding & Caring for Newborn
Happy - Understanding & Caring for NewbornHappy - Understanding & Caring for Newborn
Happy - Understanding & Caring for Newborn
Muhammad Yusuf
 
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGAKEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
DwiNormaR
 
Rawat gabung
Rawat gabungRawat gabung
Rawat gabung
Asih Astuti
 
Asi formula
Asi   formulaAsi   formula
Asi formula
YR Widadaprayitna
 
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
Re Mo
 
Panduan peserta edit kemenkes december (final)
Panduan peserta edit kemenkes december (final)Panduan peserta edit kemenkes december (final)
Panduan peserta edit kemenkes december (final)
Laurencus Butsi Siagian
 
Cara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang BenarCara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang Benarpowerpoint2910
 
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.pptPersiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
LinaMarlina83
 
Proposal paket happy moms rs x
Proposal paket happy moms rs x Proposal paket happy moms rs x
Proposal paket happy moms rs x
yudhithindramaharani
 

Similar to 02 Bahan Bacaan Peserta Modul AyahASI-Agustus2020.pdf (20)

Pemberian ASI PPT ok.pptx
Pemberian ASI PPT ok.pptxPemberian ASI PPT ok.pptx
Pemberian ASI PPT ok.pptx
 
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.pptADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
ADAPTASI_PSIKOLOGIS_PADA_KEHAMILAN.ppt
 
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Limanak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
anak alami - persembahan dari bumi sehat - oleh Ibu Robin Lim
 
Adaptasi psikologis masa nifas
Adaptasi psikologis masa nifasAdaptasi psikologis masa nifas
Adaptasi psikologis masa nifas
 
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptxPPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
PPT PERAN AYAH DLM STUNTING.pptx
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Sap asi ekslusif delna
Sap asi ekslusif delnaSap asi ekslusif delna
Sap asi ekslusif delna
 
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptxDeteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
Deteksi dini gang. psikolog pd persalinan.pptx
 
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
media KIE ASI eksklusif 2006666666666666
 
Happy - Understanding & Caring for Newborn
Happy - Understanding & Caring for NewbornHappy - Understanding & Caring for Newborn
Happy - Understanding & Caring for Newborn
 
Sap asi ekslusif
Sap asi ekslusifSap asi ekslusif
Sap asi ekslusif
 
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGAKEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
KEBUTUHAN PSIKIS BUMILPADA TRIMESTER SATU, DUA DAN JUGA TIGA
 
Sap asi ekslusif
Sap asi ekslusif Sap asi ekslusif
Sap asi ekslusif
 
Rawat gabung
Rawat gabungRawat gabung
Rawat gabung
 
Asi formula
Asi   formulaAsi   formula
Asi formula
 
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
283588587-Membangun-Kepercayaan-Diri-Dan-Memberi-Dukungan-Kepada-Ibu.pptx
 
Panduan peserta edit kemenkes december (final)
Panduan peserta edit kemenkes december (final)Panduan peserta edit kemenkes december (final)
Panduan peserta edit kemenkes december (final)
 
Cara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang BenarCara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang Benar
 
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.pptPersiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
Persiapan menjadi orang tuaaaaaaaaaa.ppt
 
Proposal paket happy moms rs x
Proposal paket happy moms rs x Proposal paket happy moms rs x
Proposal paket happy moms rs x
 

Recently uploaded

2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
PratiwiZikri
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIAMATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
ratih402596
 
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptxPERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
AndrikIrfani
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (8)

2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIAMATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
 
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptxPERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 

02 Bahan Bacaan Peserta Modul AyahASI-Agustus2020.pdf

  • 1.
  • 2. 1 Breastfeeding-father. Secara sederhana adalah paduan pola pikir dan tindakan seorang ayah yang mendukung proses menyusui dari istri (ibu) ke anaknya. Bukan label, julukan, apalagi pangkat yang bisa dicapai dengan requirement-set tertentu, karena penerapannya bisa sangat relatif, bahkan sulit dirumuskan. Pakar holistik, Reza Gunawan, pernah menyampaikan kepada kami suatu ilustrasi yang menarik, dan bisa dikaitkan dengan hal ini. Ia menyatakan, “Siklus kehidupan di mulai dari bersatunya energi feminin dan maskulin, dalam bentuk hubungan seks. Proses itu berlanjut pada kehamilan, lalu persalinan, menyusui, dan menjadi orangtua. Satu bagian dari proses tersebut tidak bisa terputus, karena menentukan kualitas mata rantai berikutnya.” Penjelasan Reza itu menjadi modal pertama untuk menetapkan pola pikir kita sebagai ayah yang sudah berkomitmen menjalani kehidupan berkeluarga. Artinya, kita siap menghadapi setiap prosesnya dengan sadar. Saat menjalani hubungan seks, kita belajar untuk beraksi secara maksimal; terus meningkatkan kualitas relasi seksual dengan istri. Ketika istri memasuki masa kehamilan, kita pun relatif paham untuk menjadi suami siaga. Kita mengisi kepala dengan pengetahuan, dan curiosity saat berhadapan dengan dokter kandungan, demi kelancaran dan kesempurnaan bayi yang berada di dalam kandungan istri. Masa persalinan, kebanyakan dari kita sudah tangkas menghadapi situasi menegangkan ini. Begadang mendampingi istri di salah satu momen terpenting ini seperti perkara mudah, karena kita sudah terlatih untuk bertoleransi dengan kemampuan fisik, melalui pekerjaan, hingga pertandingan sepakbola. Berikutnya, menyusui pun, sebetulnya tak sulit buat seorang ayah terlibat penuh dalam prosesnya. Bahkan, seorang laki-laki tidak perlu dilatih untuk menjadi ayah yang pro ASI. Ia hanya perlu sadar, bahwa ini adalah konsekuensi logis yang terbaik untuk istri dan anaknya, seperti saat menjalani tahapan- tahapan sebelumnya. Saat hal ini terjadi, seorang ayah akan mendorong seluruh kualitas kelaki- lakiannya untuk beradaptasi, menaklukkan situasi, dan (otomatis) memberikan kontribusi. Pada tahap berkontribusi, ia akan dengan sadar memberi dukungan kepada istri, mendengarkan keluhannya dan menghiburnya, menjadi partner yang bersedia mengurangi beban berat seorang ibu yang menyusui, dengan berpartisipasi pada kegiatan yang bisa dilakukannya. Entah menggendong si anak, menyerdawakan setelah menyusui, memandikan anak, membuat makanan pendamping ASI, dan lainnya. Keterlibatan suami, adanya pasangan di samping istri, yang membantunya mengatasi kelelahan fisik, cenderung membuat istri senang. Apalagi jika suami jadi lebih sering melakukan hal-hal yang membuat istri senang, dengan cara hubungan mereka; karena koneksi setiap pasangan itu khas. Rasa senang istri, akan berdampak sangat positif pada kelancaran proses menyusui. Dan pada titik ini, kesiapan sepasang suami-istri diuji untuk menjadi orang tua. Ketika seorang laki-laki melewati setiap bagian di atas, ia sudah bertindak. Mungkin ada yang menyadari LEMBAR BACAAN 2A: BREASTFEEDING FATHER; APA MAKSUDNYA
  • 3. 2 sejak awal, tapi banyak juga menjalaninya saja tanpa memikirkan how-to-nya. Ada yang menjalaninya dengan baik dari pertama, tak sedikit pula yang catch-up di tengah prosesnya. Both way, jika seorang ayah meyakini di alam pikirannya bahwa menyusui adalah proses yang tidak bisa di-skip dan ASI adalah yang terbaik untuk keluarganya; dan dia memberikan kontribusi nyata dengan caranya. There no possible way, that he is not a breastfeeding-father. Syarief Hidayatullah Co-Founder AyahASI Indonesia Artikel ini ditulis atas kerjasama @ID_AyahASI dengan MommiesDaily dalam rangka World Breastfeeding Week dan Pekan ASI Nasional tahun 2012. Artikel asli dapat ditemukan di http://mommiesdaily.com/2012/08/06/id_ayahasi-breastfeeding-father-apa-maksudnya/
  • 4. 1 Tidak ada rumus baku untuk sukses menjadi Ayah ASI. Setiap ayah punya gaya masing-masing dan setiap pasangan memiliki ‘bahasa’ yang khas. Para Ayah ASI, berbagi kepada pembaca Ayahbunda bagaimana cara mereka menyukseskan pemberian ASI untuk buah hati tercinta.  Menjadi ‘cheerleader’ untuk istri saat menyusui. Ini akan membuatnya lebih rileks dan ASI pun menjadi lebih lancar. Saat ibu senang, hormon prolaktin dan oksitosin yang penting untuk produksi ASI akan bekerja lebih baik. Berikan pesan singkat berisi kata-kata mesra di siang hari, kejutan kecil ataupun sekadar memandikan anak tanpa disuruh. Semua itu bisa memberikan ibu kebahagiaan tersendiri.  Menjadi juru bicara dan pelindung. Disinilah ayah berperan menjadi ‘benteng’ pertahanan bunda dari ‘serangan’ mitos-mitos. Carilah informasi sebanyak-banyaknya kepada ahlinya. Bergabunglah dengan kelompok pendukung ASI. Jika istri bekerja, jangan sungkan bicara dengan atasannya agar istri diberikan waktu, kalau perlu tempat khusus, untuk memompa ASI. Biarkan semua orang tahu istri kita sedang menyusui.  Menjadi manajer yang baik. Proses menyusui akan lebih mudah dengan mengatur persediaan ASI perahan (ASIP). Anda bisa memulai mengaturnya dengan membuat daftar apa saja yang diperlukan untuk menyimpan ASI, diantaranya mencari stok botol dan memberikan label tanggal ASI masuk freezer. Temani istri saat sedang memompa di malam hari dan selalu ingatkan istri untuk memompa ASI. Ayah adalah manajer logistik ASIP.  Menjadi orangtua yang sebenarnya. Tugas ayah bukan sekedar pengambil keputusan atau pencari nafkah. Namun juga harus terlibat total dalam urusan rumah tangga. Mulai dari mengurusi anak hingga belanja keperluan keluarga. Bayangkan ibu menyusui harus bertahan kurang lebih 15 menit di posisi yang sama selama 2-3 jam sekali. Proses yang cukup melelahkan ini butuh seorang super ayah yang ikut intervensi urusan rumah.  Be a Google! Jangan hanya istri yang cari tahu informasi tentang ASI. Alangkah baiknya jika Ayah juga bisa menjadi sumber informasi. Buatlah daftar pertanyaan dari istri di pagi hari sebelum berangkat ke kantor, dan ketika pulang ke rumah, sudah siap dengan segudang jawaban. Diskusikan dengan istri jawaban-jawaban itu.  Tidak egois. Prioritas seorang suami adalah keluarganya, bukan pekerjaan apalagi hobi. Dan tugas suami tidak selesai ketika sejumlah uang ditransfer ke rekening istri. Tugas seorang ayah juga tidak selesai hanya ketika membelikan mainan pada anak atau mengajaknya jalan-jalan ke mall. Jadilah bagian dari keluarga dengan seutuhnya, bukan sekadar ATM berjalan.  Bijaksana. Tahan emosi saat menghadapi lingkungan yang terlalu fleksibel soal ASI. Cari dan beri pemahaman dengan cara yang tepat, santai dan bijaksana pada orangtua, mertua, dll. Tempelkan kertas-kertas berisi informasi tentang ASI di kulkas, jadi secara tidak langsung mereka juga bisa membacanya. Letakkan buku-buku tentang ASI di tempat yang mudah terlihat agar mereka bisa ikut membacanya.  Beri motivasi, bukan paksaan. Kadang istri bisa menjadi emosional, merasa lelah, lalu ingin berhenti menyusui. Dalam kondisi seperti ini, jadilah pendengar yang baik, pahami kesulitan istri, ajak istirahat sejenak dan nikmati waktu romantis berdua. Terus yakinkan ia bahwa ASI adalah yang LEMBAR BACAAN 2B: MENYUSUI ALA AYAH ASI
  • 5. 2 terbaik untuk buah hati. Bisikan kata-kata lembut seperti “Baby, don’t give up. I’m with you” sambil tersenyum.  Lepaskan beban. Jangan menjadikan dukungan terhadap proses menyusui sebagai beban. Mendampingi istri menyusui adalah bagian dari kewajiban alamiah seorang suami sekaligus tanggung jawab ayah pada anaknya. Belajarlah bersama-sama dengan istri.  Berbagi. Jangan menutup diri dan buka jaringan pergaulan serta informasi seluas-luasnya. Sharing membuat Anda semakin memahami persoalan, dan belajar lebih banyak tentang suatu hal dengan dimensi dan perspektif beragam. Semakin banyak informasi, semakin memudahkan Anda mengambil langkah yang tepat. A Rahmat Hidayat Co-Founder AyahASI Indonesia Artikel ini ditulis untuk Majalah Ayahbunda. Artikel asli dapat ditemukan di https://www.ayahbunda.co.id/bayi- tips/menyusui-ala-ayah-asi-
  • 6. 1 Pentingnya Pemberian ASI bagi Bayi/Anak  Menyelamatkan jiwa bayi.  Secara sempurna memenuhi kebutuhan bayi.  Merupakan keseluruhan makanan bagi bayi, dan memenuhi seluruh kebutuhan bayi untuk 6 (enam) bulan pertama.  Membantu pertumbuhan dan perkembangan yang memadai, dengan demikian mencegah anak pendek atau Stunting.  Senantiasa bersih.  Berisi antibodi yang melindungi bayi dari penyakit, terutama dari penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan.  Selalu siap dan dalam suhu yang tepat  Mudah ditelan. Zat gizinya bisa diserap dengan baik.  Berisi cukup air untuk kebutuhan bayi.  Membantu perkembangan rahang dan gigi; menghisap dapat mengembangkan struktur muka dan rahang.  Seringnya terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi menyebabkan timbulnya ikatan, psikomotor yang lebih baik, perkembangan afektif dan sosial bayi  Bayi memperoleh manfaat dari kolostrum, yang dapat melindunginya dari penyakit (Kolostrum adalah ASI pertama berwarna kuning atau keemasan yang diterima bayi di beberapa hari pertama kehidupannya. ASI ini memiliki konsentrasi gizi yang tinggi dan dapat melindungi diri dari penyakit. Kolostrum jumlahnya sedikit. Kolostrum bertindak sebagai laksatif, yang membersihkan perut bayi).  Manfaat jangka panjang–mengurangi risiko kegemukan dan diabetes. Pentingnya Pemberian ASI bagi Ibu  Pemberian ASI 98% lebih efektif sebagai metode kontrasepsi selama 6 bulan pertama jika ibu memberikan ASI eksklusif, siang dan malam, jika masa menstruasinya belum kembali.  Mendekatkan bayi ke payudara segera setelah lahir akan memudahkan pelepasan plasenta karena isapan bayi itu akan mendorong kontraksi uterine.  Pemberian ASI mengurangi risiko pendarahan setelah melahirkan.  Bila bayi segera disusukan setelah lahir, itu akan merangsang produksi air susu.  Menyusui dengan segera dan sering dilakukan akan mencegah pembengkakan payudara (engorgement).  Pemberian ASI mengurangi beban kerja ibu (ibu tidak perlu menghabiskan waktu pergi membeli susu formula, merebus air, mengumpulkan bahan bakar, menyiapkan susu).  ASI tersedia setiap saat, selalu bersih, bergizi dan dengan suhu yang tepat.  Pemberian ASI itu irit/ekonomis: susu formula mahal, dan anak yang tidak disusui atau mendapatkan susu campuran akan mudah sakit, yang menyebabkan biaya untuk pengobatan. LEMBAR BACAAN 2C: PENTINGNYA PEMBERIAN ASI BAYI BAYI/ANAK, IBU, KELUARGA, MASYARAKAT/BANGSA DAN RISIKO PEMBERIAN PASI
  • 7. 2  Pemberian ASI menciptakan ikatan antara ibu dan bayi.  Pemberian ASI mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim. Pentingnya Pemberian ASI bagi Keluarga  Ibu dan anak-anaknya lebih sehat.  Tidak ada biaya untuk berobat karena penyakit yang disebabkan oleh pemberian susu lain.  Tidak ada biaya untuk membeli susu formula, kayu bakar atau bahan bakar lain untuk merebus air, susu formula dan peralatan.  Kelahiran bisa dijarangkan bila ibu memberikan ASI eksklusif dalam enam bulan pertama, siang dan malam, dan jika masa menstruasinya belum kembali.  Hemat waktu karena tidak perlu ada waktu untuk membeli dan menyiapkan susu lain, mengambil air dan kayu bakar, dan tidak perlu melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengobatan medis. Pentingnya Pemberian ASI bagi Masyarakat/Bangsa  Bayi yang sehat akan menjadikan bangsa yang sehat.  Ada penghematan dalam pemberian pelayanan kesehatan karena jumlah anak yang sakit berkurang, sehingga pengeluaran pun menurun.  Meningkatkan harapan hidup anak karena pemberian ASI mengurangi angka kematian bayi.  Melindungi lingkungan (pohon-pohon tidak digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatan, dan tidak ada limbah dari kaleng dan kardus susu formula). Air susu ibu adalah sumber daya alam yang terbarukan.  Tidak perlu mengimpor susu dan peralatan untuk menyiapkan susu tersebut sehingga menghemat uang yang bisa digunakan untuk hal lain. Risiko Pemberian Makanan Pengganti ASI (PASI) Catatan: semakin muda usia bayi, semakin besar risikonya.  Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak mendapatkan ASI berisiko kematian 14 kali lebih besar dari bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan).  Susu formula tidak memiliki antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit; tubuh ibu membuat air susu dengan antibodi yang melindungi dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/anak.  Tidak mendapatkan zat antibodi pertama dari kolostrum.  Kesulitan untuk mencerna susu formula (susu formula sulit dicerna oleh bayi): ini sama sekali bukanlah makanan yang sempurna bagi bayi.  Sering mengalami diare, lebih sering sakit dan lebih parah penyakitnya (anak usia kurang dari enam bulan yang diberi makanan campuran- mendapatkan makanan, susu formula dan air terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena diare).  Sering mengalami infeksi saluran pernafasan.  Berisiko lebih besar untuk mengalami kurang gizi, terutama bagi bayi.  Besar kemungkinan akan mengalami kurang gizi: keluarga mungkin tidak mampu membeli susu formula.  Kurang berkembang: pertumbuhan terganggu, berat badan kurang, menjadi pendek (Stunting), buang air karena penyakit menular seperti diare dan pneumonia.
  • 8. 3  Ikatan yang kurang baik antara ibu dan anak, dan bayi kurang memiliki rasa percaya diri  Nilai rendah untuk tes intelegensi dan mengalami kesulitan lebih banyak di sekolah.  Kemungkinan akan menjadi kelebihan berat badan  Berisiko lebih besar terkena penyakit pada hati/liver, diabetes, kanker, asma, dan kerusakan gigi di kemudian hari. Risiko Pemberian Makanan Campuran (bayi yang diberi ASI dan makanan lain selain ASI dalam enam bulan pertama)  Memiliki risiko kematian lebih tinggi.  Menjadi lebih sering sakit dan sakitnya seringkali cukup serius, terutama diare: karena susu dan air yang terkontaminasi  Kemungkinan besar akan mengalami kurang gizi/gizi buruk: bubur tidak memiliki cukup gizi, susu formula sering encer, dan keduanya tidak bisa menggantikan ASI yang bergizi  Tidak mendapatkan banyak ASI karena tidak sering disusui dan dengan demikian produksi susu ibu pun menjadi berkurang  Kemungkinan akan mudah terinfeksi virus HIV dibandingkan anak yang diberi ASI eksklusif, karena usus mereka sudah dirusak oleh cairan dan makanan lain dan dengan demikian memungkinkan virus HIV mudah menyerang tubuhnya. Diambil dari Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
  • 9. 1 Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat menyusui secara eksklusif. Anatomi payudara Areola Aerola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat kelenjar- kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar areola. Alveoli Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI. Duktus laktiferus Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI) LEMBAR BACAAN 3A CARA KERJA PAYUDARA
  • 10. 2 Sinus laktiferus / ampula Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI. Jaringan lemak dan penyangga Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos, yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi. Air susu ibu dan hormon prolaktin Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada. Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamilan. Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex) Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.
  • 11. 3 Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri. Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi (meningkatkan) produksi hormon oksitosin : 1. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya. 2. Celotehan atau tangisan bayi 3. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu pekerjaan rumah tangga 4. Pijat bayi Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin 1. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung 2. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. 3. Rasa sakit terutama saat menyusui Keberhasilan menyusui Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain : 1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi. 2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi 3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya.
  • 12. 4 Keterampilan menyusui Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring. Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi. Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut: 1. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast) 2. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest) 3. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi 4. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik 5. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi 6. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi 7. Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut : 1. Leher bayi terputar dan cenderung kedepan 2. Badan bayi menjauh badan ibu 3. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu 4. Hanya leher dan kepala tersanggah 5. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi 6. C-hold tetap dipertahankan Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara ? Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk puting buatan/ DOT yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ DOT. Hal ini dapat kita lihat
  • 13. 5 saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan. Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik 1. Dagu menyentuh payudara 2. Mulut terbuka lebar 3. Bibir bawah terputar keluar 4. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah 5. Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu 6. Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering. Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik : 1. Dagu tidak menempel pada payudara 2. Mulut bayi tidak terbuka lebar- Bibir mencucu/ monyong 3. Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah 4. Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat 5. Terasa sakit pada putting Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui 1. Bayi datang dari arah bawah payudara 2. Hidung bayi berhadapan dengan puting susu 3. Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan) 4. Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi 5. Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut 6. Puting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang terbentuk dari jaringan payudara Cara bayi mengeluarkan ASI 1. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman melalui sedotan 2. Bayi mengisap untuk membentuk dot dari jaringan payudara 3. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang masuk kedalam mulut 4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot buatan ke atas langit-langit 5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi mudah memeras ASI
  • 14. 6 Berapa lama sebaiknya bayi menyusu ? Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI. Berapa sering bayi menyusu dalam sehari ? Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya. Bagaimana menilai kecukupan ASI? ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak pekat dan bau tidak menyengat Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia 2 minggu Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu Kesimpulan Sejak awal kelahiran, bayi hanya diberikan ASI dan selanjutnya disusui sesering mungkin tanpa dibatasi. Bayi dapat mengukur sendiri kemampuan dan kebutuhan cairan yang diperlukan. Kita hanya perlu meluangkan waktu dan memberi kesempatan padanya untuk mendapat yang terbaik yang ia butuhkan. Sumber : Buku Bedah ASI IDAI Penulis : Utami Roesli dan Elizabeth Yohmi
  • 15. 1 Sumber : Buku Bedah ASI IDAI Penulis : Utami Roesli dan Elizabeth Yohm Agar payudara dapat memproduksi ASI, payudara membutuhkan satu hormon yaitu Hormon Prolaktin, dibutuhkan untuk memulai, mempertahankan dan melanjutkan produksi ASI.Produksi hormon prolaktin ketika ibu sedang hamil tidak membuat sel-sel ASI dapat memproduksi ASI, karena ditahan oleh hormon progesteron. Setelah melahirkan, progesteron pada ibu menurun, sehingga prolaktin dapat bekerja. Inilah yang membuat produksi ASI meningkat setelah melahirkan. Prolaktin diproduksi oleh rangsangan sensorik dari puting ketika bayi menyusu pada payudara, rangsangan tersebut dikirim ke otak, untuk kemudian kelenjar pituitari bagian depan pada dasar otak mengeluarkan prolaktin yang masuk menuju payudara agar sel-sel pembuat ASI dapat memproduksi ASI. Prolaktin akan berada di payudara sekitar 45 menit setelah proses menyusui, sehingga hormon ini menyiapkan produksi ASI untuk menyusui berikutnya, sedangkan untuk penyusuan saat ini bayi mengambil ASI dari persediaan ASI dalam payudara yang disimpan dalam alveoli dan saluran ASI (ductus) Produksi prolaktin disesuaikan dengan seberapa sering bayi menyusu, bila bayi kurang menyusu maka jumlahnya pun menurun, dan dampaknya payudara menghasilkan ASI lebih sedikit, terutama pada satu sampai dua bulan pertama setelah persalinan, ketika produksi ASI menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. LEMBAR BACAAN 3B HORMON PROLAKTIN DAN OKSITOSIN
  • 16. 2 Beberapa hal khusus tentang hormon prolaktin adalah: Hormon prolaktin lebih banyak diproduksi di malam hari; karena itu menyusui terutama di malam hari membantu menjaga pasokan ASI. Prolaktin membuat ibu merasa nyaman, dan kadang mengantuk; karena itu ibu biasanya beristirahat dengan baik meski ia menyusui di malam hari. Prolaktin menekan produksi hormon gonadotrophin atau GnRH, yang dibutuhkan untuk mengeluarkan hormon yang menstimulasi ovulasi. Karena itu menyusui dapat membantu menunda kehamilan baru (KB alamiah). Sumber: http://menyusui.info/menyusui/tips/107-bagaimana-asi-diproduksi-hormon-prolaktin/ Ketika ASI sudah diproduksi di dalam alveoli, ASI belum dapat dikeluarkan melalui saluran ASI dan puting, bayi akan mengeluarkan ASI ketika alveoli diperah oleh otot-ototnya dan keluar melalui saluran ASI menuju puting, untuk itu payudara membutuhkan 1 hormon lain untuk mengeluarkan ASI dari alveoli ke saluran ASI, hormon ini disebut Oksitosin.Hormon ini diproduksi ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik menyusui membuat otak –melalui kelenjar pituitari bagian belakang- mengirim hormon oksitosin agar otot alveoli berkontraksi untuk mengeluarkan ASI menuju saluran. Makanya hormon ini disebut hormon pengaliran ASI atau lebih keren disebut ‘let-down reflex’ (LDR). Hormon ini diproduksi lebih cepat dari pada hormon prolaktin. Hormon ini membuat ASI mengalir untuk bayi menyusu saat ini atau ketika proses menyusui berlangsung. Oksitosin membuat rahim ibu berkontraksi sesudah persalinan. Kontraksi ini membantu mengurangi perdarahan, namun kadang
  • 17. 3 menyebabkan nyeri rahim dan keluarnya darah selama menyusui pada beberapa hari pertama, beberapa ibu bahkan merasakan nyeri yang sangat hebat. Perasaan yang positif, misalnya perasaan senang dan puas terhadap bayinya, atau memikirkan bayinya dengan penuh kasih, dan merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya, dapat membantu refleks oksitosin bekerja dan ASInya mengalir. Sensasi-sensasi seperti menggendong, menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya menangis, juga dapat membantu refleks oksitosin. Sebaliknya perasaan negatif, misalnya kesakitan, khawatir atau ragu-ragu bahwa ia tidak punya cukup ASI, dapat menghambat refleks oksitosin dan menghambat ASI mengalir. Stress akut dalam keadaan darurat juga dapat menghambat refleks. Payudara tampak seperti berhenti memproduksi ASI. Padahal, payudara tetap memproduksi ASI, tetapi tidak dapat mengalir keluar, sehingga bayi sulit untuk mendapatkannya. Untung efek ini biasanya sementara, dan dapat kembali seperti semula. Ibu membutuhkan dukungan dan kenyamanan untuk membantunya merasa tenang. Apabila bayinya tetap menyusu, ASInya akan mengalir kembali. Sehingga hormon oksitosin kadang disebut “hormon cinta” karena hal-hal positif dapat membantu hormon ini aktif dan bekerja dengan baik, sehingga ASI pun keluar dengan lancar, dan sebaliknya. Inilah salah satu sebab kenapa menyusui meningkatkan bonding dan kedekatan pada bayi. Bagaimana mengetahui hormon oksitosin kita aktif? Biasanya ketika hormon ini aktif, ibu akan merasakan beberapa sensasi:  Sensasi diperas atau gelenyar di dalam payudara sesaat sebelum atau selama ia menyusui bayinya.  ASI mengalir keluar dari payudaranya saat ia memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.  ASI menetes pada payudaranya yang lain, ketika bayinya menyusu.  ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan yang halus, jika bayi melepaskan payudara selama menyusu.  Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah, selama menyusui di minggu pertama.  lsapan yang lambat dalam dan tegukan oleh bayi, menunjukkan ASI mengalir ke dalam mulutnya.  Rasa haus  Sebagian ibu merasakan sensasi-sensasi diatas tetapi sebagian lagi tidak merasakan, ketiadaan sensasi tadi tidak merupakan indikator bahwa oksitosin kita tidak aktif atau ASI tidak keluar. Sumber: Modul Pelatihan Konseling Menyusui 40 Jam WHO-UNICEF
  • 18. 1 Payudara Penuh dan Ukuran Payudara Ibu dalam kondisi darurat sering menjadi kawatir kalau payudaranya tidak penuh atau kencang. Pengecilan payudara dapat terjadi bersama dengan penurunan berat badan, karena payudara kehilangan sebagian lemak yang memberikan bentuk yang penuh. Tetapi, alveoli terus membuat ASI selama bayinya menyusu dengan efektif. Perbedaan payudara sangat besar dalam ukuran dan bentuk, tapi ini tidak mempengaruhi produksi ASI. Semua bentuk payudara dapat memproduksi ASI baik menonjol dan bulat, panjang dan menggantung, besar dan gemuk atau kecil dan rata.  kalau ibu tidak khawatir, jangan bicarakan tentang payudara penuh dan ukuran payudaranya.  kalau ibu khawatir tentang payudara penuh, jelaskan (secara baik tanpa mengkritik) bahwa payudara penuh dan ukuran payudara kebanyakan karena lemak. Yakinkan ibu bahwa payudaranya akan memproduksi ASI dengan sempurna selama bayinya menyusu.  puji ibu karena menyusui dan katakan pada ibu bahwa ASInya adalah makanan yang paling tepat untuk bayinya. Kondisi Puting Ibu (dan tenaga kesehatan) sering khawatir dengan bentuk puting. Mereka bisa percaya bahwa kesulitan melakukan pelekatan karena puting datar atau terbenam (puting yang masuk ke dalam). Tapi hampir semua kesulitan biasanya karena teknik menyusui yang buruk. Penting untuk di ingat bahwa ketika bayi menyusu, puting dan jaringan dibawah areola melentur untuk membentuk dot panjang di dalam mulut bayi. Puting hanyalah bagian kecil dari dot ini, dan ukurannya tidak penting, kalau jaringan payudara lentur. Kebanyakan puting jadi lembut dan lebih lentur pada saat melahirkan. Puting Datar Banyak puting kelihatan sangat pendek atau datar tapi kalau lentur tidak akan menimbulkan kesulitan. Untuk mencegah masalah yang dapat timbul :  Biarkan bayi menyusu segera setelah lahir  Bantu ibu pada saat menyusui dini.  Pastikan bayi menyusu payudara, bukan puting, karena bentuk puting tidak penting jika bayinya melekat dengan baik.  Perhatikan dengan seksama teknik posisi dan pelekatan bayi pada payudara. LEMBAR BACAAN 4A PERMASALAHAN UMUM MENYUSUI
  • 19. 2 Tidak perlu mempersiapkan puting selama hamil karena tidak efektif. Saran tambahan :  Berikan bantuan yang lebih dalam pelekatan. Pastikan bahwa, ketika ibu meletakkan bayi ke payudara, ibu ;  mengarahkan dagu bayi dibawah putingnya, sehingga lidah bayi berada di tepat dibawah aerola  sentuh dengan lembut mulut bayi untuk mendorong bayi membuka mulut dengan lebar agar dapat memasukkan puting dan jaringan payudara dibelakangnya (tapi jangan tarik mulutnya agar terbuka)  Hindari penggunaan sambungan puting (Nipple Shields) (puting buatan yang menutupi putting ibu) karena mengurangi jumlah asupan ASI dan biasanya tidak membantu.
  • 20. 1 Salah satu cara ayah mendukung ibu adalah dengan menggendong bayi. Menggendong selain bisa membantu menenangkan bayi, juga menguatkan ikatan ayah-anak. saat menggendong, ayah bisa bercerita pada bayi, bernyanyi (dengan lagu lembut), mengaji dll. Suara ayah bisa membuat bayi tenang. Ada berbagai posisi menggendong yang ayah bisa lakukan, seperti ditimang di tangan atau di dada ayah. Pastikan saja tangan kita menyangga dari mulai pantat, tulang punggung hingga kepala bayi. Jika ditimang, posisikan bayi disangga penuh oleh lengan ayah. Jika posisi didekap di dada, telapak tangan bisa di pantat dan leher bayi. Pastikan juga bayi bisa bernafas dengan baik dengan memiringkan kepala bayi. Ayah juga bisa menggunakan alat bantu menggendong seperti kain jarik, gendongan pabrikan, baby wrap dll. jika menggunakan ini, ada beberapa tips yang bisa ayah perhatikan 1. Pastikan gendongan kuat dan nyaman untuk bayi 2. Penggendong dan bayi bisa saling melihat. Selain penggendong bisa memastikan kondisi bayi, penggendong dan bisa melakukan “eye contact” yang membuat ikatan semakin kuat. 3. Posisi kepala bayi cukup dekat untuk kita cium/kecup 4. Pastikan bayi bisa bernafas dengan baik dengan memposisikan kepala bayi 5. Pastika gendongan bisa menyangga tubuh bayi dengan baik. Dalam menggendong juga ada istilah posisi pantat dan paha bayi membentuk huruf M agar mendukung perkembangan tulang pinggul bayi. Bayi digendong dengan posisi tegak, posisi kaki bayi dalam gendongan membentuk huruf M. Bagian bawah gendongan menyokong seluruh paha bawah, bokong, hingga di bawah lutut bayi (knee to knee). Posisi lutut bayi sedikit lebih tinggi dari bokong nya. Ayah juga perlu belajar bagaimana menggendong untuk membuat sendawa setelah bayi menyusu. Ayah bisa menggendong bayi dan meletakkan kepala bayi di pundak ayah. Lalu ayah bisa menepuk-nepuk ringan punggung bayi hingga bayi bersendawa. Dalam menggendong kita juga perlu memperhatikan saat mengangkat bayi dan kemudian menaruh bayi kembali di tempat tidurnya. Kita perlu menyangga tubuhnya dari mulai pantat hingga kepalanya dengan baik. Kita perlu mengangkat dan meletakkannya dengan lembut agar bayi tidak terkena shaken baby syndrome. Shaken baby syndrome ialah guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak akibat bayi diayun terlalu keras. LEMBAR BACAAN 5A MENGGENDONG
  • 21. 2 Cara Aman Memegang Bayi Baru Lahir Bayi yang baru lahir bisa merasa sangat rapuh saat Anda menggendongnya untuk pertama kalinya. Tapi Anda tidak perlu khawatir jika mengikuti salah satu dari empat pegangan sederhana ini.  Cradle Hold Ditulis oleh: Dave Burton http://www.quicktipsfornewdads.com/blog/4-ways-to-safely-hold-your-newborn-baby/ Letakkan kepala bayi di lekukan lengan Anda. Gunakan lengan Anda yang satunya untuk mendukung bagian bawah bayi. Catatan: Bayi baru lahir sering suka tidur dalam posisi ini.
  • 22. 3
  • 23. 1 Pada zaman di mana para orangtua lebih banyak dikejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, mungkin bercerita dan mendongeng sudah tidak menjadi tradisi di rumah. Namun, seharusnya pekerjaan tidak menghentikan tradisi baik yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelum kita. Jadi, sebelum terlambat, simak 3 alasan penting berikut agar Ayah Ibu kembali bercerita pada anak! Bercerita melejitkan imajinasi anak Di Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics sempat mengeluarkan kebijakan agar tempat pengasuhan anak sebaiknya mempromosikan literasi kepada anak, sedini mungkin. Hal ini termasuk mendorong para orangtua untuk membacakan cerita pada anak. Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh Scholastic, banyak orangtua yang berhenti bercerita pada anak saat anak sudah bisa membaca buku. Padahal, anak masih ingin mendengarkan orangtuanya bercerita, terlepas dari kemampuan membaca mereka. Agustus lalu, jurnal Pediatrics merilis hasil penelitian tentang aktivasi otak saat anak mendengarkan orangtuanya membacakan buku cerita pada mereka. Dr. John Hutton, penulis utama sekaligus peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengungkapkan bahwa saat anak mendengarkan cerita, bagian otak yang memproses aspek visual akan aktif, bahkan ketika anak tidak melihat gambar apapun. Apa penyebabnya? Jawabannya terletak pada imajinasi anak. Seperti dilansir dari New York Times, Dr. John Hutton menukas, “Saat anak mendengarkan cerita, mereka membayangkannya dalam benak mereka. Ini membantu mereka memahami bagaimana bentuk benda- benda, dan dapat mempermudah anak membaca buku tak bergambar.” Inilah alasan pertama pentingnya bercerita pada anak, yakni melejitkan imajinasi mereka. Hal ini bahkan tidak bisa tergantikan oleh televisi maupun video, meskipun menampilkan cerita yang sama. Tayangan justru tidak memberi kesempatan anak untuk berimajinasi. Anak belajar lebih banyak kosakata Alasan kedua pentingnya bercerita pada anak adalah ragam kosakata yang digunakan. Bercerita tentu saja berbeda dengan percakapan sehari-hari, karena seringkali bercerita mengandung kegiatan yang tidak anak lakukan atau lihat di rumah maupun lingkungan sekitar. Hasil penelitian Psychological Science misalnya, mengungkapkan bahwa buku cerita anak populer mengandung banyak kosakata unik yang bisa anak kenal, pahami, dan bayangkan. LEMBAR BACAAN 5B BERCERITA
  • 24. 2 Seperti dikutip dari New York Times, Jessica Sontag, asisten peneliti psikolog di University of California sekaligus penulis utama hasil penelitian tersebut berpendapat, “Buku cerita mengandung ragam kosakata yang lebih banyak ketimbang percakapan anak. Ini mengindikasikan bahwa anak-anak yang mendengar cerita, mengenal lebih banyak kosakata ketimbang mereka yang tidak dibacakan atau mendengar cerita.” Nah, bayangkan jika sedari dini anak sudah mengembangkan bagian otak yang berkaitan dengan aspek visual dan bahasa. Daya imajinasi anak diperkuat dan kemampuan anak membaca di kemudian hari lebih meningkat ketimbang anak-anak yang tidak mendengarkan cerita. Tentu saja, siapa lagi yang bercerita pada anak kalau bukan kita, orangtuanya? Tidak kalah penting: membangun ikatan anak dan orangtua Alasan yang tidak kalah penting dalam bercerita pada anak, tentu saja adalah membangun ikatan anak dan orangtuanya. Ayah Ibu mungkin hanya memiliki sedikit waktu bersama anak di rumah karena kesibukan pekerjaan, namun bukan berarti waktu yang sedikit tersebut tidak dapat digunakan. Nah, ini kesempatan Anda untuk mempraktikkan bercerita pada anak, selagi mempererat hubungan Ayah Ibu dengan anak. Bagian lain dari hasil survei Scholastic menyatakan bahwa dari 83% anak yang suka dibacakan cerita, 63% anak menjelaskan kegiatan tersebut sebagai quality time, atau waktu spesial bersama orangtuanya. Dikutip dari Guardian, seorang anak 11 tahun yang mengikuti survei tersebut berujar, “Rasanya sangat hangat dan membangkitkan semangat.” Orangtua mana yang tidak ingin melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, imajinatif, dan suka membaca, sekaligus memiliki hubungan yang dekat dengan ayah ibunya? Tentu Anda mau juga, bukan? Kuncinya ada di tangan Anda, yakni dengan menyempatkan diri bercerita pada anak. Mau dengan atau tanpa buku, mendongeng atau cerita masa kecil Ayah Ibu, berceritalah. Yuk bercerita, sebelum terlambat. Sumber: http://temantakita.com/3-alasan-pentingnya-orangtua-bercerita-pada-anak/ 8 CARA MENDONGENG BUAT BALITA Mendongeng yang baik adalah saat anak menyimak kata demi kata yang Anda ucapkan dengan antusias. Ini bisa dilihat dari ekspresi wajahnya yang berubah-ubah karena terhanyut dengan cerita yang Anda bawakan. Agar sukses mendongeng cobalah ini.
  • 25. 3 1. Baca atau siapkan cerita pilihan Anda dengan seksama dan visualisasikan di kepala Anda. Ini akan membuat Anda bisa mengekspresikan dan memilih mimik yang sesuai dan jelas yang membuat anak antusias mendengarkan. 2. Pahami dan ingat alur cerita secara umum; bagaimana awal, apa persoalan yang dihadapi tokoh utama dan bagaimana penyelesaiannya. Pemahaman yang baik akan membuat Anda bisa berimajinasi untuk membuatalur cerita lebih seru. Bahkan, Anda bisa mengurangi atau memberi tambahan cerita. 3. Bila masih belum percaya diri, mendongenglah di depan cermin dengan kata-kata Anda sendiri. Bisa juga Anda belajar cara mendongeng di youtube. 4. Kembangkan improvisasi dengan bebas berimajinasi dan kreativitas Anda sendiri sesuai alur cerita. Coba gunakan alat peraga, seperti boneka, gambar atau jari. 5. Pelajarilah frase berulang dan berima, variasikan volume suara dan karakter suara, gunakan mimik wajah dan gerak tubuh secara ekspresif. 6. Pastikan Anda memersiapkan cara memulai dan mengakhiri cerita dengan baik. Saat memulai,buatlah kalimat yang menarik misalnya, “Dulu sekali di sebuah atas awan …” ucapkan kalimat itu dengan menengadahkantangandan kepala ke atas. Sedangkanuntuk mengakhiri ucapkan,“Akhirnya,burung bertemu kembali dengan anaknya yang hilang…” Rentangkan kedua tangan, pancarkan senyum di wajah dan peluk anak. 7. Saat mendongeng, jaga kontak mata dengan anak dan setelah selesai bercerita, tanya pendapatnya tentang tokoh di cerita tersebut. Dengan itu Anda bisa tahu apakah anak menyimak cerita Anda atau tidak. 8. Libatkan anak dalam mendongeng. Misalnya Anda seusai Anda menyelesaikan beberapa kalimat, minta anak meneruskan cerita. Begitu terus. Boleh juga Anda meminta anak untuk menyimpulkan cerita. Bisa jadi Anda ternganga mendengarnya, lho. (Tim ayahbunda/IAH) Sumber: https://www.ayahbunda.co.id/balita-tips/8-cara-mendongeng-buat-balita
  • 26. 1 KETRAMPILAN 1: MENGGUNAKAN KOMUNIKASI NON-VERBAL  Sejajarkan posisi kepala dengan istri  Fokus dan penuh perhatian  Hindari halangan  Berikan waktu  Berikan sentuhan KETRAMPILAN 2: PERTANYAAN TERBUKA  Pertanyaan terbuka seringkali menunjukkan bahwa kita tertarik dengan pembicaraan dan memancing istri untuk menjelaskan secara detail  Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan “Bagaimana, Apa, Kapan, Di mana, Kenapa dan Siapa”. Contoh: “Kamu perah ASI di mana?”  Pertanyaan tertutup seringkali kurang membantu, karena istri hanya bisa menjawab “YA dan TIDAK” saja.  Pertanyaan tertutup biasanya dimulai dengan “Apakah kamu, Bukannya kamu, Bener ga sih”. Contoh: “Bukannya kamu tadi udah makan sayur katuk?”  Jika pertanyaan tertutup diajukan, seringkali kita tidak mendapatkan akar masalahnya  Dengan pertanyaan tertutup biasanya kita tidak bisa menggali lebih banyak obrolan dan akan sibuk kembali dengan kesibukan masing-masing KETRAMPILAN 3: TUNJUKKAN MINAT DENGAN TANGGAPAN DAN GESTUR  Jika kita ingin istri lebih banyak berbicara, kita harus menunjukkan bahwa kita beneran mendengar dan tertarik dengan isi pembicaraannya.  Beberapa hal penting untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan dan tertarik adalah dengan Gestur (berhadapan dengan istri, menangguk dan memberikan senyuman) dan Tanggapan Sederhana (Ooh, Mmm, Duh..) KETRAMPILAN 4: REFLEKSIKAN PERNYATAAN  Salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita mendengar dan tertarik dengan pembicaraan dan memancing lebih banyak cerita adalah dengan merefleksikan kembali pernyataan istri.  Contohnya, jika istri mengatakan: “padahal posisi menyusui aku udah nyaman bener loh, biasanya kan dia nyusuin dengan tenang, ini malah gerak-gerak terus ga bisa diem”. Kita bisa merefleksikan kembali pernyataan istri dengan begini: “Padahal udah duduk nyaman yah, kenapa dia ga bisa diem beb?” KETRAMPILAN 5: EMPATI – TUNJUKKAN BAHWA KITA MENGERTI PERMASALAHANNYA  Empati merupakan ketrampilan yang tidak mudah dilakukan.  Bila ibu mengatakan sesuatu yang menunjukkan perasaannya, akan berguna sekali jika kita berespon dengan cara yang menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang ia ungkapkan, dan bahwa kita memahami perasaannya dari sudut pandangnya. Contohnya, jika istri mengatakan: “Si baby sering banget minta disusui, aku jadi capek banget!” LEMBAR BACAAN 6A KETRAMPILAN MENDENGAR
  • 27. 2 Kita berespon terhadap apa yang ia rasakan, mungkin seperti ini: “Kamu capek banget yah, seberapa sering minta nenennya?”  Butir kunci: Empati berbeda dengan simpati. Jika bersimpati, kita mengasihani seseorang, tapi melihatnya dari sudut pandang KITA.  Jika bersimpati, mungkin kita mengatakan: “Oh, aku mengerti perasaan kamu. Walau aku enggak punya pengalaman menyusui, tapi bisa bayangin sih gimana capeknya!” Respon seperti ini mengarahkan perhatian kepada kita, dan tidak membuat istri merasa bahwa kita memahaminya.  Akan bermanfaat pula jika kita berempati terhadap perasaan positif ibu. Empati tak sekedar menunjukkan bahwa kita mengerti perasaan negatif ibu.  Terkadang, ketika kita mendiskusikan perasaan ibu, mungkin ia akan bersikap emosional, misalnya menangis, dan kita perlu bersiap untuk memberi dukungan emosional kepadanya. KETRAMPILAN 6: HINDARI KATA-KATA YANG MENGHAKIMI  ‘Kata-kata yang menghakimi’ adalah kata-kata seperti: benar, salah, baik, buruk, bagus, cukup, tepat. Jika menggunakan kata-kata yang menghakimi ketika bicara dengan ibu mengenai kegiatan menyusui, terutama saat mengajukan pertanyaan, kita bisa membuat ibu merasa dirinya salah, atau ada yang salah dengan bayinya. Contoh: Jangan mengatakan: “Si baby tidurnya cukup ga?” Sebagai gantinya, katakan: “Eh gimana si baby bobo?”
  • 28. 1 Bencana dapat menyebabkan dampak yang besar bagi masyarakat yang mengalaminya. Mereka harus mengungsi atau pindah ke tempat lain, tinggal berdesak-desakan, kelaparan, kekurangan air bersih, sanitasi kurang baik, dan beban kerja sistem pelayanan kesehatan yang sangat tinggi. Keadaan tersebut meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak kecil. Dalam situasi tersebut, bayi yang tidak disusui mempunyai risiko tinggi terkena penyakit. Selain itu tidak adanya dukungan, sumber makanan, dan pengetahuan akan bagaimana cara pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat, ikut berkontribusi meningkatkan risiko timbulnya penyakit Dalam keadaan bencana atau situasi darurat perlindungan yang diberikan oleh air susu ibu (ASI) menjadi sangat penting karena merupakan langkah cepat dan tepat yang dapat menyelamatkan jiwa bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidakdisusui dan hidup di daerah yang rawan penyakit dan lingkungan tidak higienis mempunyai risiko antara 6-25 kali lebih tinggi untuk meninggal karena diare, dibanding anak yang disusui. Menyusui bayi secara eksklusif sangat menguntungkan, karena aman dan produksinya terjamin, serta tidak terpajan air yang terkontaminasi kuman dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit. Langkah-langkah yang tepat diperlukan agar pemberian ASI atau proses menyusui tetap terjaga dan berkelanjutan, serta bayi dan anak mendapat asupan makanan dengan optimal. Rasa aman dan hangat yang didapatkan dengan menyusui merupakan hal penting bagi ibu dan bayinya dalam situasi kacau yang ditimbulkan suatu bencana. Risiko yang disebabkan oleh pemberian makan dengan botol dan susu formula meningkat secara dramatis pada keadaan ini, karena higiene yang buruk, populasi padat penduduk, dan terbatasnya air dan sumber energi. ASI dapat merupakan satusatunya jenis makanan bayi dan anak yang aman dan masih dapat terus tersedia. Menepis mitos Pada keadaan gempa berkembang beberapa pendapat umum di masyarakat, antara lain:  Dalam keadaan stres, -- ibu tidak dapat menyusui  Ibu yang malnutrisi tidak dapat memproduksi cukup ASI  ASI yang sudah berhenti tidak dapat diusahakan untuk diproduksi kembali  Promosi menyusui secara umum sudah cukup sering dilakukan  Pemberian makanan/ minuman pengganti ASI (susu formula dan/ atau cairan lainnya) merupakan tindakan yang diperlukan pada keadaan bencana. Pendapat-pendapat tersebut hanya merupakan mitos, karena sebenarnya Ibu dapat menyusui dengan baik dalam keadaan stres. Pengeluaran ASI dipengaruhi suatu refleks yang dinamakan letdown reflex yang memang dipengaruhi oleh stres, tetapi tidak demikian halnya dengan produksi ASI. Kedua proses ini dipengaruhi oleh 2 hormon yang berbeda. Cara mengatasi kurangnya pengeluaran ASI adalah dengan meningkatkan hisapan bayi pada payudara, sehingga meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui mempunyai respons yang rendah terhadap stres Jadi, membantu ibu untuk memulai atau meneruskan menyusui dapat membantu mereka mengurangi stres yang dialaminya. LEMBAR BACAAN 7A MENYUSUI PADA KONDISI BENCANA
  • 29. 2 Ibu malnutrisi dapat menghasilkan cukup ASI Pada umumnya ibu dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya dan sangat jarang ditemukan ibu yang tidak memproduksi ASI secara cukup. Oleh karena itu, sangat perlu dibedakan produksi ASI yang memang kurang atau hanya persepsi saja bahwa produksi ASI kurang. Produksi ASI relatif tidak terpengaruh jumlah dan kualitasnya, kecuali pada ibu yang mengalami malnutrisi berat. Keadaan ini hanya ditemukan pada 1% ibu. Bila ibu malnutrisi, yang menderita atau mengalami malnutrisi adalah ibunya bukan bayinya, sehingga yang memerlukan bantuan adalah ibunya. Cara yang tepat untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberi makan ibunya, bukan bayinya. Ibu akan lebih tahan terhadap bahaya kumankuman yang menyebabkan penyakit. Dengan memberi makan ibu, ibu dan anaknya tertolong tanpa membahayakan siapapun. Pemberian suplemen atau formula pada bayi dapat menurunkan produksi ASI, karena hisapan bayi pada payudara akan berkurang. Cara tepat mengatasi kurangnya produksi ASI adalah dengan meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga makin sering bayi menghisap payudara. Ibu yang sudah tidak menyusui dapat memproduksi ASI kembali Ibu yang telah berhenti menyusui dapat mengeluarkan dan memproduksi ASI kembali, yang disebut sebagai relaktasi. Relaktasi ini dapat diusahakan dengan merangsang puting dan pengeluaran ASI. Rangsanganputing didapatkanmelalui hisapanbayi atauanak yang lebihbesar, atau memerahASI dengan tangan dan/ atau pompa. Proses ini biasanya memerlukan waktu, dapat beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Ibu sangat memerlukan dukungan moril, selainitu asupan makanan dan air yang cukup, serta dilindungi dari kondisi stres. Bayinya tentu saja memerlukan asupan makanan dengan cara yang paling tidak membahayakannya sampai ASI diproduksi kembali. Ibu menyusui memerlukan bantuan khusus Berdasarkan pengalaman di lapangan pada berbagai program pengembangan masyarakat, diketahui bahwa sebagian besar praktisi kesehatan mempunyai pengetahuan yang kurang tentang manajemen laktasi. Pengalaman ini dijumpai pula pada program-program di keadaan bencana. Dalam situasi bencana, ibu mengalami situasi yang buruk dan berisiko tinggi mengalami masalah dalam menyusui. Ibu memerlukan bantuan, bukan hanya dukungan moril. Lembaga bantuan bencana dan tenaga di lapangan memerlukan latihan mengenai bagaimana ASI diproduksi dan cara melakukan konseling ibu menyusui agar dapat menolong mereka secara optimal. Pada situasi tertentu bahkan diperlukan orang yang ahli dalam bidang laktasi seperti konselor laktasi. Masalah yang paling sering ditemukan adalah persepsi bahwa produksi ASI kurang, yang makin dipicu oleh stress karena keadaan bencananya sendiri. Perilaku yang mendukung menyusui serta konseling untuk mengatasi trauma menjadi perhatian utama pada keadaan ini. Hal-hal yang menghalangi pemberian makan yang optimal, seperti memberikan suplemen makanan untuk bayi kurang dari 6 bulan dan penggunaan botol untuk pemberian cairan rehidrasi oral sebaiknya dihindari. Sukses menyusui akan menyebabkan kembalinya dan meningkatnya rasa percaya diri ibu, dan hal ini penting untuk mengembalikan kemampuannya dalam merawat dirinya sendiri dan keluarganya. Pengganti ASI (susu formula) tidak selalu diperlukan Memberikan pengganti ASI pada bayi dan anak kecil yang ditemukan pada keadaan bencana merupakan tindakan yang sangat berisiko. Tindakan tersebut sebaiknya dilakukan hanya dengan pertimbangan matang dan kesadaran penuh akan masalahmasalah yang dapat ditimbulkannya. Pengganti ASI seharusnya:  Dibatasi pemakaiannya pada situasi tertentu saja dalam keadaan bencana  Diyakini akan tersedia terus selama waktu bencana  Disertai dengan perawatan kesehatan tambahan, air, sumber energi, dan tata laksana diare
  • 30. 3  Mencakup pula rencana untuk memantapkan kembali pemberian makan yang optimal di luar situasi bencana Petunjuk ini sebaiknya disebarluaskan dan dipatuhi oleh semua pihak yang bekerja pada situasi bencana. Cara pemberian makan bayi dan anak saat bencana Berdasarkan hal- hal yang disebutkan sebelumnya, maka cara pemberian makan optimal pada bayi dan anak saat keadaan bencana, adalah sebagai berikut:  Inisiasi menyusu dini, yang dilakukan dalam 1 jam pertama kelahiran  Posisi dan pelekatan yang efektif saat menyusui  Pemberian makan yang sering dan sesuai kebutuhan sampai bayi berusia 6 bulan  Menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan  Terus menyusui setelah mulai memberi makanan pendamping ASI di usia 6 bulan  Terus menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih  Meningkatkan frekuensi menyusui dan tetap memberi makan selama sakit  Meningkatkan frekuensi menyusui setelah sembuh dari sakit untuk mempercepat proses penyembuhan dan kejar tumbuh. Langkah-langkah praktis saat bencana Situasi saat bencana biasanya membingungkan dan kacau balau. Sangatlah penting dilakukan penilaian untuk menentukan siapa yang memerlukan apa sebagai langkah awal. Untuk melindungi dan mendukung menyusui langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan bayi yang menyusu atau yang seharusnya menyusu dan selanjutnya mencatat bayi-bayi yang terpisah dari ibunya sementara waktu atau selamanya (piatu). Selanjutnya akan didapatkan 3 kelompok: pertama, bayi yang hanya memerlukan dukungan untuk menyusu; kedua bayi yang memerlukan pertolongan lebih intensif, seperti relaktasi, dan ketiga, bayi yang memerlukan makanan pengganti ASI dan ditata laksana dan dipantau dengan seksama. Dukungan menyusui Dukungan menyusui diberikan pada ibu yang mempunyai anak, atau ibu yang tidak mempunyai anak (terpisah dari anaknya) dan mau menjadi ibu susuan pada bayi yang terpisah dari ibunya, dan proses menyusui pada ibu-ibu tersebut masih berjalan dengan baik. Meskipun menyusui masih berjalan dengan baik dan pada pemeriksaan didapatkan ibu dan bayinya sehat, bukan berarti ibuibu ini tidak memerlukan bantuan atau dukungan. Saat bencana ibu-ibu ini rentan untuk mengalami masalah selama menyusui, antara lain: tidak percaya diri dan merasa ASInya kurang, merasa ASInya kurang baik lagi mutunya, karena si ibu sendiri kurang makan, dan meminta makanan pengganti ASI untuk tambahan menyusui, pelekatan buruk. Selain itu dapat pula ditemukan cara pemberian makanan yang tidak sesuai usia, misalnya pada bayi berusia di bawah 6 bulan sudah diberikan makanan atau minuman selain ASI atau menyusui kurang dari 8 kali sehari; pada bayi usia 6-12 bulan tidak diberi makanan pendamping atau makan kurang dari 3 kali sehari. Dukungan atau bantuan menyusui yang dapat diberikan adalah berupa bantuan menyusui dasar dan lanjut. Bantuan dasar menyusui meliputi: Memastikan bayi menyusu dengan dengan efektif  Membangun rasa percaya diri ibu dan membantu ASInya agar mengalir  Meningkatkan produksi ASI
  • 31. 4  Mendorong ibu untuk memberi makan sesuai usia anaknya. Dukungan di atas merupakan bantuan dasar, namun dukungan tersebut tidak meyelesaikan semua masalah menyusui. Beberapa ibu memerlukan tingkat perawatan lebih lanjut dan ketrampilan tambahan, seperti:  Cara memerah ASI dengan tangan.  Bagaimana menggunakan alat bantu menyusui dan teknik alat bantu menyusui lainnya.  Metoda perawatan kangguru  Perawatan pemulihan pada kasus ibu yang mengalami trauma. Stres tidak menghalangi ibu untuk memproduksi ASI. Namun ibu yang mengalami trauma dan depresi mempunyai kesulitan untuk merespons bayi mereka, merasa tidak pasti ASI nya keluar dan lancar, dan kehilangan percaya diri. Perawatan ditujukan untuk memulihkan keseimbangan mental ibu. Dukungan yang diberikan pada mereka diusahakan semaksimal mungkin sampai pendekatan agama dan kebudayaan ibu, dan membantu agar mau menyusui kembali. Carapendekatannya dilakukandenganberbicarapada ibudan keluarganya,danmencari orang yang dekat dengan ibu untuk mendampingi sehingga ibu merasa nyaman. Sedapat mungkin bayi tetap dipertahankan kontak kulit dengan ibu, dan diharapkan ibu tenang dan mau menerima keberadaan anaknya. Bantuan dasar menyusui tetap diberikan agar ibu memulai menyusui kembali. Memang pada beberapa kasus di awal dukungan diperlukan pemberian susu formula dengan cangkir, bahkan pada kasus yang berat dapat dipertimbangkan penggunaan obat penenang yang aman bagi menyusui untuk sementara waktu. Pertolongan lanjut menyusui diberikan pada bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi yang terlihat kurus, berat badan rendah, bayi yang menolak menyusui, ibu yang malnutrisi, dan ibu yang mengalami trauma, krisis emosinal atau menolak bayinya. Selain itu pertolongan lanjut juga diperlukan pada beberapa kondisi payudara. Dukungan relaktasi Dukungan ini diberikan pada ibu yang mempunyai anak, tapi proses menyusuinya terhenti atau berkurang, atau ibu yang sebelumnya tidak menyusui namun kemudian memutuskan untuk menyusui kembali anaknya atau sebagai ibu susuan. Pemberian bantuan makanan pengganti ASI saat bencana Dari uraian di atas dapat dimengerti mengapa menyusui di saat bencana atau situasi darurat sangat dianjurkan, karena pemberian makanan pengganti ASI yang aman mempunyai konsekuensi yang berat dan cukup rumit untuk dilakukan dalam situasi darurat atau bencana. Pemberian makanan pengganti ASI dapat meningkatkan risiko diare, kekurangan gizi, bahkan kematian pada bayi dan anak. Oleh karena itu berbagai badan dunia, seperti WABA (World Alliance for Breastfeeding Action), UNICEF, WHO, ENN (Emergency Nutrition Network) juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi tentang pemberian makan pada bayi dan anak di saat bencana atau keadaan darurat. Pada tanggal 7 Januari 2005 IDAI bersama-sama dengan WHO dan UNICEF mengeluarkan pernyataan bersama tentang rekomendasi pemberian makanan bayi pada situasi darurat. Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa: Distribusi maupun penggunaan makanan pengganti ASI yang didapat dari sumbangan para donor harus dimonitor oleh tenaga terlatih.
  • 32. 5 Kesimpulan Pemberian ASI di saat bencana menjadi penting, karena dapat melindungi bayi dari serangan penyakit. Pemberian makan pengganti ASI yang aman dalam situasi ini sangat sulit dan rumit untuk dilakukan, karena higiene sanitasi yang buruk, juga ketidaktersediaan air bersih yang cukup. Oleh karena itu menyusui diusahakan semaksimal mungkin bahkan bagi ibu-ibu yang sebelumnya tidak menyusui atau telah berhenti menyusui dapat diusahakan untuk menyusui kembali (relaktasi). Bagi sebagian ibu yang tidak mungkin menyusui kembali perlu diberi informasi tentang cara pemberian makanan pengganti ASI yang aman. Berbagai bantuan makanan pengganti ASI di saat bencana perlu mendapat pengawasan tenaga terlatih untuk menghindari risiko. Sumber: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui-dalam-keadaan-bencana