Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Obat-obat yang bekerja pada saluran pencernaan dibahas, termasuk yang bekerja pada mulut, lambung, dan usus besar. Jenis obat seperti stimulan nafsu makan, antidiare, emetik, dan antasida dijelaskan beserta contoh dan mekanisme kerjanya.
2. OBAT YANG BEKERJA PADA
SALURAN PENCERNAAN
I. OBAT YANG BEKERJA PADA MULUT, OESOPHAGUS DAN
PHARING
1.Stimulasi appetite : meningkatkan nafsu makan
Contoh : - Vit B komplek
- anabolik steroid
- kortiko steroid
- nux vomica
- gentian
- diazepam
2.Anoreksigenik
Contoh : - amfetamin
- dietil propion penghambat nafsu makan dengan bekerja
- Fenmetrazin mengganggu metabolisme lemak dan KH
3. 3.Sialagago/ stimulasi saliva
• Bekerja dengan jalan meningkatkan volume dan
keenceran saliva, umumnya berasal dari tanaman,
menstimulasi rasa dan menyebabkan fase cephalic
digesti.
Contoh : - nux vomica
- gentian
- cinchona : meningkatkan volume dan
keenceran saliva
- guassia : digunakan untuk
pengobatan hipoptialismus
4.Anti sialagago
• Obat ini biasanya untuk menurunkan kelebihan saliva
yang diakibatkan oleh anestesi inhalasi
contoh: atropin
glikopirolat
4. 5.Antiseptik Buccopharingeal
Contoh :- Sodium perborat biasanya berbentuk cair
berfungsi
- fenol sebagai pencuci mulut,
mengontrol
- hexitidin pertumbuhan bakteri untuk
- dibromo dropamid pengobatan ginggivitis dan
stomatitis
5. II. OBAT YANG BEKERJA PADA LAMBUNG
A. STOMATIKA
Meningkatkan aktivitas (motilitas) dan sekresi lambung
Contoh :- agen muskarinik pada reseptor kolinergik lambung
-Antagonis dopamin (metochlopramide HCl), juga berfungsi
sebagai antiemetika lokal dan pusat.
- garam alkali (karbonat dan bikarbonat) sekresi dan vasodilatasi
- histamin (pentagastrin) sekresi
B. ANTISTOMATIKA
Menurunkan aktivitas dan sekresi lambung
Contoh : - anti muskarinik/parasimpatolitik (atropin)
- senyawa adrenergik
- spasmodik gastrium (morfin, codein)
- antagonis reseptor H2 (cimetidine, ranitidine)
menurunkan sekresi
6. C. PELAPIS MUKOSA LAMBUNG
1. Demulsansia : senyawa dengan masa molekul besar dan larut air.
Contoh : - gliserol, gliserin
- gum (acacia, tragacanth)
- protein hewani
- minyak tumbuhan
- selulosa
mekanisme kerja : melapisi dan mencegah iritasi pada membrana
mukosa sal. pencernaan bagian atas, melapisi dan melindungi sel di
bawahnya dari iritan.
2. Adsorbensia
Contoh : - Kaolin (alumunium silikat)
- Bentonit
- norit (activated carcoal)
- pektin ( senyawa karbohidrat)
bekerja dengan jalan melapisi mukosa dan mengabsorbsi toxin
bakteri dan bahan kimia lain untuk dikeluarkan dari sal. G.I. Untuk
terapi diare, ulserasi kolitis dan keracunan.
7. 3. Adstringensia
Contoh : acidum tanicum/ asam tanat
Mineral ( garam bismuth, alumunium)
Melapisi dengan jalan mempresipitasikan protein dan menciutkan
selaput/ kelenjar lendir mukosa. Untuk terapi diare dan luka bakar (luar)
Adstringensia: presipitasi pada permukaan usus lapisan pelindung
Menurunkan peristaltik
Menunda transmisi isi usus
8. D. KARMINATIVA
Obat yang dapat meningkatkan pengeluaran gas dari lambung
( via eruktasi ). Umumnya berupa minyak volatil yang mudah
diekskresikan lewat paru-paru, ginjal, dan kulit.
Contoh :
- terpentin - ginger
- pipermin - camphor
- serbuk anisi - menthol
mekanisme kerja : pada iritasi mukosa GI, merelaksasikan
spingter kardia sehingga gas keluar.
Aplikasi pada timpani dan bloat ( hwn besar ) dan kolik.
9. • Contoh karminativa di pasaran:
Anti bloat : dimetikon
Bloat remedy : dimetikon dan suspensi silika
Neometeoryl : trigliserida polioksietilen
Therabloat : poloxalene
Tympasol : formaldehid dan as. kresol sulfonat
Dimetil polioksan
Monensin
10. E. Antasida
• Yaitu obat yang menetralisir dan mengikat asam lambung
yang berlebihan.
Berdasarkan sifat farmakologi dibagi atas :
a. antasida sistemik
Antasida yang diabsorbsi dari saluran pencernaan
sehingga mengganggu keseimbangan asam basa cairan
tubuh dan mengakibatkan metabolik alkalosis. Contoh:
NaHCO3. Kerjanya cepat meningkatkan pH lambung dan
menghasilkan banyak gas CO2. Penggunaan yang
berulang dapat mengakibatkan metabolik alkalosis
sistemik, urin alkalin dan gangguan ginjal.
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
11. b. Antasida non sistemik
Kerjanya lokal , tidak dapat diabsorbsi dan tidak menyebabkan
metabolik alkalosis.
Contoh :
1.kalsium karbonat.
Antasida yang kuat dan murah.Proses penetralan asam
kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida.
CaCO2 + HCl CaCl2 + H2O + CO2
Efek samping : hiperkalsemia
2.Alumunium hidroksida
Al(OH)3 + 3 HCl Al Cl3 + 3 H2O
Daya menetralkan as lambung lambat , efek kerja lama
Bereaksi dengan fosfat Al fosfat sukar diabsorbsi
Ion Al bereaksi dengan protein adstringensia
Al juga berefek sebagai demulsansia dan adsorbensia
Efek samping : osteomalasia
Gangguan abs. vitamin + tetrasiklin
12. 3. Magnesium Hidroksida
Mg (OH)2 + HCl Mg Cl2 + H2O
Kelarutannya lama sehingga lama menetralisir as.
lambung Mg(OH)2 menyebabkan pelunakan
tinja/efek katartika karena Mg tidak
terabsorbsi dan menahan air. Dikombinasi
dengan alumunium hidroksida.
Penggunaan Antasida
Pd. Hewan lambung tunggal ulserasi
peptikum
Pd. Ruminansia acidosis
13. EMETIKA
Vomiting/emesis : kejadian refleks yang mengakibatkan
pergerakan lambung, diawali rasa mual(nausea), diikuti
kontraksi pilorus, diikuti dgn pembukaan spingter kardia
dan pengeluaran isi lambung.
Emesis tidak biasa terjadi pada kuda, ruminansia dan
tikus. Bila sampai tjd muntah maka indikasi suatu
penyakit serius.
Emesis biasa pada anjing dan kucing (carnivora) karena
pertumbuhan dan perkembangan pusat muntah di otak
sangat baik.
14. Sumber emesis
Pusat
1. stimulasi pusat muntah oleh thalamus, korteks,
hipothalamus oleh sensasi sakit dan takut
2. aktivitas yang tinggi pada sistem retikuler
3. obat dan toksin
4. kenaikan tekanan intra kranial
5. tumor pada pusat muntah
6. epilepsi
7. hiperkalsemia
Perifer
11. Makanan dan benda asing
12. Adanya iritasi dan infeksi lokal
15. emetika: obat yang menyebabkan muntah
• emetika sentral
• emetika lokal/ emetika iritan
emetika sentral : menstimulasi pusat muntah
contoh :
1. apomorfin hidroklorid
-alkaloid derivat morfin
-agonis dopamin (pd. pusat muntah dan CRTZ)
-muntah terjadi setelah 2,3 menit pemberian
-untuk terapi keracunan
-dapat menyebabkan depresi
16. 2. xylazin
- efektif pada hewan kecil (anjing dan kucing,
dosis1-3 mg/kg bb)
- memiliki efek sedasi
3. prostaglandin
4. glikosida jantung
17. emetika lokal : menginduksi muntah dengan
mengiritasi epitel mukosa esofagus, faring
dan lambung
• natrium klorida
• natrium karbonat
• Cu SO4
• kalium tartat
• ipecacuanha (emetin, chepalin)
18. antiemetika : obat yang menekan pusat muntah
antiemetika sentral
2. metochlopramid HCl
- baik pada anjing dan kucing (oral/parenteral)
- menyebabkan pengosongan lambung
- tidak memiliki efek sedatif.
- untuk terapi muntah akibat blood-borne mediators
- dosis tinggi metochlopramid+dexamethazone utk
mengatasi muntah akibat kemoterapi kanker (mns)
2. Gol fenotiazine (promethazine, promazine, acepromazine)
- efek sedatif, blokade muntah via CRTZ
19. - efektif untuk muntah krn motion sickness
- baik untuk transportasi (anj dan kcng)
3. Gol. Butyrophenon (haloperidol, droperidol)
- sbg transquilizer, efek antiemetika kuat,
- aksi antidopaminergik
4. Difenhidramin (antihistamin)
5. hyoscine (antikolinergik)
20. 6. Antagonis serotonin.
- hambat aksi serotonin di CRTZ
- cyproheptadine, juga memiliki aktivitas
antikolinergik dan antihistaminergik
- ondansetron, antiemetik yang sangat poten,
untuk emesis krn kemoterapi (pengobatan
kanker)
21. Antiemetika perifer
1. Protektan
Kaolin, pectin, garam bismuth,demulsen dan
antasida memiliki efek protektif thd mukosa
lambung
2. Antikolinergik
menghambat reseptor muskarinik dan
transmisi kolinergik perifer. Termasuk obat ini
adalah glikopirolat, metscopolamine,
propantheline dan isopropamid.
23. • Diare : kenaikan motilitas usus dan sekresi
cairan/elektrolit, menyebabkan frekwensi
defekasi meningkat. Secara fisiologis diare
merupakan proses pengeluaran cairan dan zat-
zat yang tidak berguna.
• Motilitas/gerakan usus merupakan proses yang
kompleks dan interaksi antara faktor hormonal,
faktor miogenik dan neurogenik.
• Etiologi diare :
- toksin bakteri ( E. Coli, Staphylococcus, sp.)
- virus
- cacing
- bahan kimia/racun
- alergi, dll
24. Motilitas dapat meningkat karena pengaruh
kenaikan cairan dalam lumen dan sekresi
elektrolit.
Secara patofisiologi diare terjadi karena :
-hipersekresi
-malabsorbsi
26. Salmonelosis (S. typhymurium).
Lesi mukosa disertai inflamasi yang berat.
Sekresi juga dapat dipicu oleh hormon secretin,
glukagon dan PGE1 serta VIP(vasoactive
internal peptide), menyebabkan feses lebih
encer
27. Diare malabsorbsi
Terjadi kerusakan mukosa usus akibat
infeksi virus (rotavirus, coronavirus &
cryptosporidia). Terjadi pengurangan
area absorbsi dan jumlah enzim digesti.
28. Pengobatan diare
Terapi cairan/fluid therapy
Penggantian cairan lewat oral merupakan cara paling efektif.
Cairan mengandung glukosa dan asam amino paling baik
krn absorbsi bersifat aktif. Co-transport as. amino dan
glukosa dengan sodium tidak dipengaruhi oleh E.Coli atau
toksin cholera.
oral rehydration
increased absorption
secretion continues initially
diarrhoea reduced
dehydration corrected
29. hilangnya elektrolit dapat diganti dengan cairan
mengandung ion K, HCO3 dan Na
Terapi antikolinergik
-Agen parasimpatolitik atau antimuskarinik
mengurangi aktivitas sekresi antispasmodik/
spasmolitik).
- atropin, hyoscine
30. Terapi Antimikrobia
Pemilihan antimikrobia berdasarkan:
4. Spektrum aktivitas
5. Sifat absorbsinya
Absorbsi buruk lebih disukai, mis : gol.
Aminoglikosida (neomisin, streptomisin,dsb).
Jika ada ggg sistemik maka menggunakan obat
yg terdistribusi pada lumen dan sirkulasi
(oxytetrasiklin, amoxycillin dan sulfonamid-
trimethoprim)
32. Terapi derivat morfin
Opium dan alkaloid memiliki aktv. konstipasi, baik untuk
diare nonspesifik.
4. Menurunkan motilitas dan gerakan isi lumen.
5. Menghambat sekresi, shg scr tdk langsung menstimuli
absorbsi.
Tinctura morfin (komb. Kaolin, kons. morfin <5%)
Codein fosfat (15-30 mg/bid)
Diphenoxylate ( komb dgn atropin)
Loperamide. Durasi lama, aktivitas antisekretori.
Terapi lain :
Chlorpromazin: efek sedatif + hambat calmodulin
Clonidin (alfa 2 adrenergik agonist) antagonis sekresi toksin
cholera
Aspirin : hambat sekresi enterotoksin
33. Obat – obat yang bekerja pada usus
• Laksativa dan Katartika
obat yang menyebabkan peningkatan aktivitas usus shg
menyebabkan kenaikan frekwensi defekasi,peningkatan
volume dan konsistensi feses.
laksativa : feses lembek, berbentuk
katartika : feses cair
laxativa hanya menyebabkan peningkatan cairan shg
feses menjadi lebih lembek, tidak memiliki efek katarsis.
katartika menyebabkan peningkatan peristaltik karena
reflek myenteric pada otot polos visceral,stimulasi
reseptor kolinergik dan sistem sy. parasimpatik.
34. Emollient laxative/lubricant laxative
Tidak diabsorbsi, tidak berubah bentuk
- minyak mineral(liquid paraffin)
- surfactan anionik (dioctyl sodiumsulfosuccinata, dioctyl
calcium sulfosuccinate)
Simple bulk laxative
menyebabkan peningkatan volume, distensi dan kontraksi
- metil selulosa
- sodium karboksimetilselulosa
- psyllium seed, wheat bran dan prune (jenis buah)
35. Katartika osmotik (saline purgativa)
- Umumnya berbntk. garam yang tidak / sedikit diabsorbsi
- Menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lumen, dan
menarik air sehingga melunakkan feses.
- Contoh : ● garam Mg sulfat(larutan 6%), Mg hidroksida,
Mg sitrat, Mg oksida, Sodium fosfat, sod. Sulfat,
sod. Klorida.
● manitol, sorbitol (gula alkohol)
Mg sulfat : purgative/katartika : 0,24-0,48kg (sapi)
60-120g (domba)
laksativa : 30-60g (kuda)
: 60-120g ( sapi)
36. Katartika iritan
- menyebabkan stimulasi pada mukosa gastrointestinal,
menginisiasi refleks myienteric lokal dan peristaltik.
- Aktivasi sekretori menyebabkan akumulasi air di dalam
lumen
- Iritasi dapat menyebabkan kolik dan superpurgativa
Contoh : castor oil, vegetable oil
hidrolisis oleh lipase pankreas dalam usus halus
menghasilkan garam-garam Na dan K membebaskan
asam-asam lemak (spt sabun iritan)
37. Enema
Sejumlah cairan atau supositoria yang dimasukkan rektum
untuk merangsang defekasi. Merupakan cara yang
mudah dan efektif untuk mengatasi konstipasi.
Contoh : sabun anionik ringan, larutan NaCl isotonis /
hipertonis, sorbitol, gliserol, mineral oil, olive oil dan
surfaktan. Pemberian biasa dengan air hangat.
Menimbulkan efek distensi dan sedikit iritasi menyebabkan
stimulasi cairan ke dalam kolon dan rektum. Cairan akan
melunakkan feses dan membantu mengeluaran feses.