SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BADAN LEGISLASI DPR RI
MARET 2011
URGENSI KEBERADAAN ORMAS
 Pemenuhan kebutuhan sosial
 Sarana berserikat, berkumpul

dan

kebebasan

berpendapat.
 Partisipasi masyarakat
 Pengoganisasian masyarakat
 Pengkaderan dan memperkuat identitas kebangsaan
 Penyalur aspirasi
 Pemberdayaan masyarakat (profesi/non profesi)
 Penyediaan jasa dan pelayanan
 Pelembagaan kontrol masyarakat
ORMAS DALAM LINTASAN
SEJARAH

 Kesadaran berserikat dan berkumpul telah tumbuh

sejak sebelum kemerdekaan.
 Lahir berbagai Organisasi seperti Budi Utomo (1908);
Syarikat Dagang Islam (1911); Muhammdiyah (1912);
Jong Java, jong Celebes, jong Ambon dll (1918);
Nahdlatul Ulama (1926); Indonesia Muda (1931); dll
 Menumbuhkan benih-benih nasionalisme
 Memperkuat persatuan dan kesatuan
 Mampu memberdayakan masyarakat
 Sarana perjuangan kemerdekaan
 Tonggak kebangkitan nasional
PENGATURAN ORMAS DALAM HUKUM
POSITIF
 Diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang

Organisasi Kemasyarakatan; dan PP Nomor 18 Tahun
1985 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1985 tentang Keormasan.
 Masuk dalam Paket Undang-Undang Politik;
 Terdapat peraturan perundang-undangan lain yang
terkait seperti Staatsblad 1870-64 tentang Perkumpulan,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
jo. UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan UU
Nomor 16 tahun 2001 ttg Yayasan, Undang-undang
Nomor 40/2009 tentang Kepemudaan dll.
IDENTIFIKASI KELEMAHAN UU
ORMAS (UU 5/1985)
 Paradigma penyusunannya masih dengan pola pikir

sentralistis.
 Tidak sesuai lagi dengan model pemerintahan
desentralistis
 Terdapat sejumlah kekosongan hukum dalam pengaturan
Ormas.
 Tidak mampu menciptakan tertib hukum secara optimal.
 Tidak harmonis dengan undang-undang lain;
 Struktur dan teknis penyusunan belum mengacu pada
tehnis penyusunan undang-undang yang berlaku (UU
Nomor 10 Tahun 2004).
ARAH PERUBAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Memperkuat jaminan hak berserikat dan berkumpul
bagi warga negara.
Penguatan sumber kader dan integrasi bangsa.
Penguatan partisipasi masyarakat.
Pemberdayaan dan Penguatan Ormas.
Transparansi dan akuntabiitas Ormas.
Membangun relasi intra/antar/ Ormas yang sehat.
Kemandirian dan profesionalisme.
Penyediaan mekanisme Penyelesaian konflik
kelembagaan.
Menciptakan tertib hukum dalam bidang Ormas.
DASAR PERTIMBANGAN PERUBAHAN UU
ORMAS

 Filosofis: Hak berserikat dan berkumpul dalam rangka partisipasi

masyarakat dalam mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara
 Sosiologis: Ormas telah memberikan sumbangan yang besar dalam
melahirkan negara kesatuan dan upaya pencapaian kemerdekaan.
Selain itu, dinamika mayarakat mengakibatkan pertumbuhan dan
relasi antarOrmas semakin kompleks.
 Yuridis: undang-undang yang berlaku sebagai turunan Pasal 28
UUD 1945 tidak sesuai lagi kebutuhan hukum dalam masyarakat.
 Berdasarkan Keputusan DPR Nomor /DPR RI/I/2010-2011 tentang
Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas
Tahun 2011, Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan terdaftar dalam nomor urut 29 (duapuluh
sembilan) dengan Naskah Akademik dan Rancangan UndangUndangnya disiapkan oleh Badan Legislasi.
DASAR HUKUM
Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), dan Pasal

28E ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
POKOK PIKIRAN RUU ORGANISASI
MASYARAKAT
I.

KETENTUAN UMUM
Memuat pengertian/definisi yang digunakan dalam
Rancangan Undang-Undang ini, seperti definisi
tentang
Organisasi
Masyarakat,
Organisasi
Masyarakat Asing, AD, ART, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Menteri.
II. ASAS, CIRI, DAN SIFAT
Bab ini memuat tentang asas yang mendasari
pendirian Ormas, yaitu Pancasila atau asas lain
yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
UUD Tahun 1945. Kemudian Ormas dapat
mencantumkan ciri tertentu dari Ormas yang
tidak bertentangan dengan Peraturan perundangundangan. Selanjutnya juga ditegaskan tentang
sifat Ormas yang independen, mandiri, nirlaba,
bukan lembaga pemerintah, dan tidak berafiliasi
pada partai politik.
III. TUJUAN DAN FUNGSI
Tujuan didirikannya Organisasi Masyarakat: untuk
meningkatkan
keberdayaan
masyarakat,
mengembangkan kehidupan yang demokratis dan
harmoni,
meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan nasional, menjaga kelestarian
nilai budaya, sumber daya alam, dan lingkungan
hidup, serta keutuhan sistem sosial kemasyarakatan.
Fungsi Organisasi Masyarakat di antaranya sebagai
wadah berkumpul dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, melakukan pendidikan politik, serta
melakukan upaya penguatan masyarakat sipil.
IV. BENTUK ORGANISASI MASYARAKAT

Bentuk Ormas dibedakan berdasarkan Ormas
yang menghimpun organisasi-organisasi lain
yang sejenis (federasi) atau Ormas tunggal,
Ormas berdasarkan ruang lingkup kegiatan dan
wilayah kerjanya, dan Ormas berdasarkan
status berbadan hukum atau tidak berbadan
hukum, memiliki massa atau tidak, dan
terstruktur di tingkat nasional ke bawah atau
tidak.
V. PENDIRIAN ORGANISASI MASYARAKAT
Bab ini mengatur tentang syarat dan ketentuan
dalam pendirian Ormas sesuai dengan jenis dan
bentuknya. Kemudian mengenai tata cara dan
prosedur pendirian yang meliputi: ketentuan
pendaftaran,
perijinan,
kewenangan
pejabat/lembaga yang memberi ijin, dan limitasi
waktu yang dibutuhkan untuk pendaftaran atau
perijinan. Di samping itu diatur keharusan bahwa
Ormas didirikan atas dasar kesamaan tujuan dan
kepentingan Ormas sendiri dan tidak terkait atau
menjadi underbouw partai politik.
VI. HAK DAN
KEWAJIBAN

Bab ini mengatur tentang hak Ormas untuk
mengurus organisasi secara berdaulat, mandiri, dan
terbuka; memperoleh bantuan pemerintah untuk
meningkatkan fungsi dan tujuan organisasi;
mempertahankan hak hidup sesuai tujuan organisasi
dan peraturan perundang-undangan; dan melakukan
kerjasama dengan Ormas lain, pemerintah, swasta,
dan Omas Asing.
Kewajiban Organisasi Masyarakat di antaranya:
melakukan kegiatan organisasi sesuai tujuan Ormas;
memelihara kearifan lokal dan memberikan
kemanfaatan bagi masyarakat; menjaga keutuhan
NKRI, mendukung tercapainya tujuan pembangunan
nasional; dan melakukan pengelolaan keuangan
secara transparan dan akuntabel.
VII. ORGANISASI DAN
KEDUDUKAN
Bab ini mengatur tentang struktur atau hierarkhi
Ormas dan tempat kedudukannya dari tingkat
pusat yang berkedudukan di ibukota negara,
tingkat provinsi yang berkedudukan di ibukota
provinsi,
tingkat
kabupaten/kota
yang
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, di
tingkat
kecamatan,
hingga
di
tingkat
desa/kelurahan.
Diadiatur pula agar Ormas memiliki kantor atau
sekretariat organisasi.
VIII. KEANGGOTAAN
Bab ini mengatur tentang syarat sebagai anggota
Ormas; sifat keanggotaan yang sukarela, terbuka,
setara, dan partisipatif; serta diatur juga mengenai
mekanisme perekrutan dan pemberhentian
anggota.
Selanjutnya diatur hak dan kewajiban setiap
anggota Ormas.
IX. KEPENGURUSAN DAN KEPUTUSAN ORGANISASI
Bab ini mengatur tentang bentuk, susunan, dan
komposisi kepengurusan Ormas dari tingkat pusat
sampai tingkat desa/kelurahan; mekanisme pemilihan
atau pergantian kepengurusan dan periodesasinya;
mekanisme permusyawaratan dan pengambilan
keputusan dalam organisasi.
X. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA
Ormas harus memiliki AD/ART yang memuat
sekurang-kurangnya tentang: pendiri dan tanggal
Ormas didirikan, asas, visi misi, nama dan lambang
organisasi, tujuan dan fungsi, tempat kedudukan,
kepengurusan, mekanisme permusyawaratan, dan
keuangan, pengawasan internal dan mekanisme
penyelesaian konflik lembaga.
Kemudian diatur juga tentang tata cara perubahan
dan pengesahan AD/ART. AD/ART menjadi
peraturan Organisasi yang mengikat dan berlaku
efektif.
XI. KEUANGAN
Bab ini mengatur tentang sumber keuangan
Ormas, baik yang berasal dari iuran anggota,
sumbangan yang sah menurut peraturan
perundang-undangan, bantuan dari pemerintah
(APBN) atau pemerintah daerah (APBD), dan
bantuan lain dari lembaga asing (luar negeri).
Selanjutnya, diatur tentang mekanisme
pengelolaan keuangan organisasi dan tanggung
jawab pelaporan keuangan organisasi yang
transparan dan akuntabel.
XII. PEMBERDAYAAN ORGANISASI
MASYARAKAT
Bab ini mengatur tentang peranan pemerintah dan
pemerintah daerah memberikan bantuan materiil
maupun teknis kepada Ormas; melibatkan Ormas
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;
mengembangkan
komunikasi
terbuka
dan
berkesinambungan; serta memnagun data base
Ormas.
Di samping itu untuk mendorong kemandirian dan
diatur tentang dimungkikan Ormas mendirikan
Badan Usaha untuk kelangsunagn dan mencapai
tujuan organisasi.
XIII. ORGANISASI MASYARAKAT ASING
Bab ini mengatur tentang dimungkinkannya
keterlibatan
organisasi
masyarakat
asing
melakukan kegiatan di Indonesia, ketentuan atau
larangan yang harus dipatuhi, seperti: dilarang
melakukan spionase, merongrong kedaulatan dan
kesatuan NKRI, berkantor di dalam kantor
lembaga negara, mencampuri kebijakan Negara.
Dalam pelaksanaan kegiatan
diatur pula
mengenai
mekanisme
keterlibatan
dan
kerjasamanya dengan Ormas lokal maupun
pemerintah/pemerintah daerah.
XIV. PENGAWASAN
Untuk menjaga kredibilitas dan pencapaian visi dan
misinya setiap Ormas didorong memiliki mekanisme
pengawasan internal yang kuat dan efektif.
Dalam rangka pengawasan, dimungkikan masyarakat
dapat mengajukan keberatan apabila terdapat Ormas
yang mengganggu ketertiban dengan mengajukan kepada
pemerintah/pemerintah daerah.
Pemerintah/Pemerintah daerah membentuk Tim untuk
memverfikasi dan mencari penyelesain derngan
pendekatan persuasi, mediasi, rekonsiliasi atau arbritase;
pemerintah atau pemerintah daerah dapat mengajukan
permohonan ke pengadilan (Mahkamah Konstitusi)
dalam rangka pembekuan atau pembubaran Ormas.
XV. LARANGAN
Bab ini mengatur hal-hal yang tidak boleh
dilakukan oleh Ormas maupun organisasi
masyarakat asing. Larangan antara lain melakukan
kegiatan yang bertentangan dengan Pancasila dan
UUD Tahun 1945, menganggu ketertiban umum
dan keutuhan NKRI, memaksakan kehendak,
menodai keyakinan agama, dan melakukan
kekerasan atas kelompok lain, serta melakukan
kegiatan yang melanggar peraturan perundangundangan.
XVI. PENYELESAIAN SENGKETA ORGANISASI
Bab ini mengatur tentang penyelesaian sengketa
organisasi yang harus diselesaikan dengan
musyawarah untuk mufakat. Apabila penyelesaian
secara mufakat tidak tercapai, diupayakan
penyelesaian melalui mediasi atau arbitrase.
Selanjutnya, jika penyelesaian secara mediasi atau
arbitrase tidak tercapai ditempuh upaya hukum
melalui pengadilan.
XVII. SANKSI
Bab ini mengatur tentang sanksi administrasi
yang dapat berupa teguran, denda/ganti
kerugian, dan pembekuan atau pembubaran
terhadap Ormas yang melanggar, serta ketentuan
pidana terhadap setiap orang yang melakukan
kekerasan dan menganggu ketertiban umum.
Demikian juga sanksi kepada pejabat yang
menyalagunakan
kekuasaannya
sehingga
mengganggu masyarakat dalam mewujudkan hak
kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
XVIII. KETENTUAN PENUTUP
Bab ini mengatur tentang pencabutan peraturan
perundang-undangan yang ada sebelumnya dan
pemberlakuan Undang-undang ini.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Partai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politikPartai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politik
yantolaris
 
Makalah lembaga negara
Makalah lembaga negaraMakalah lembaga negara
Makalah lembaga negara
bruh97
 
Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011
jeumpa-aceh
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpol
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpolUndang2 no 2 thn 99 ttg parpol
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpol
MiLram Kaiya
 
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatanUu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
Jamhur Ilmi
 

What's hot (20)

Konsep good governance
Konsep good governanceKonsep good governance
Konsep good governance
 
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKSUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
 
Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4
 
Partai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politikPartai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politik
 
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul HudaPkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Pengantar hukum
Pengantar hukumPengantar hukum
Pengantar hukum
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Infrastruktur Politik
Infrastruktur PolitikInfrastruktur Politik
Infrastruktur Politik
 
Makalah lembaga negara
Makalah lembaga negaraMakalah lembaga negara
Makalah lembaga negara
 
Softskill 11
Softskill 11Softskill 11
Softskill 11
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011Pengertian yayasan ja 011
Pengertian yayasan ja 011
 
Tugas pkn kelas X Farmasi
Tugas pkn kelas X FarmasiTugas pkn kelas X Farmasi
Tugas pkn kelas X Farmasi
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Sistem penyelenggaraan pemerintah negara (2)
Sistem penyelenggaraan pemerintah negara (2)Sistem penyelenggaraan pemerintah negara (2)
Sistem penyelenggaraan pemerintah negara (2)
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance han
 
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpol
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpolUndang2 no 2 thn 99 ttg parpol
Undang2 no 2 thn 99 ttg parpol
 
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatanUu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
Uu nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
 

Similar to Presentasi ruu-ormas-17-maret-2011-oke

Essay HTN Organisasi Masyarakat
Essay HTN Organisasi MasyarakatEssay HTN Organisasi Masyarakat
Essay HTN Organisasi Masyarakat
Viera Amelia
 
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
ELSAM
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Yohannes Halawa
 

Similar to Presentasi ruu-ormas-17-maret-2011-oke (20)

Masyarakat madani
Masyarakat madaniMasyarakat madani
Masyarakat madani
 
KEWENANGAN_LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA_MENURU.pptx
KEWENANGAN_LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA_MENURU.pptxKEWENANGAN_LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA_MENURU.pptx
KEWENANGAN_LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA_MENURU.pptx
 
Essay HTN Organisasi Masyarakat
Essay HTN Organisasi MasyarakatEssay HTN Organisasi Masyarakat
Essay HTN Organisasi Masyarakat
 
versi panjang.pptx
versi panjang.pptxversi panjang.pptx
versi panjang.pptx
 
Implementasi politik
Implementasi politikImplementasi politik
Implementasi politik
 
Asp
AspAsp
Asp
 
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
Presentasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia - ELSAM 2013
 
Ham
HamHam
Ham
 
negara hukum dan ham
negara hukum dan hamnegara hukum dan ham
negara hukum dan ham
 
Makalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartaiMakalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartai
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUMTEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
han.pdf
han.pdfhan.pdf
han.pdf
 
16392936.ppt
16392936.ppt16392936.ppt
16392936.ppt
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Masa Order Baru
Masa Order BaruMasa Order Baru
Masa Order Baru
 

Recently uploaded

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

Presentasi ruu-ormas-17-maret-2011-oke

  • 1. BADAN LEGISLASI DPR RI MARET 2011
  • 2. URGENSI KEBERADAAN ORMAS  Pemenuhan kebutuhan sosial  Sarana berserikat, berkumpul dan kebebasan berpendapat.  Partisipasi masyarakat  Pengoganisasian masyarakat  Pengkaderan dan memperkuat identitas kebangsaan  Penyalur aspirasi  Pemberdayaan masyarakat (profesi/non profesi)  Penyediaan jasa dan pelayanan  Pelembagaan kontrol masyarakat
  • 3. ORMAS DALAM LINTASAN SEJARAH  Kesadaran berserikat dan berkumpul telah tumbuh sejak sebelum kemerdekaan.  Lahir berbagai Organisasi seperti Budi Utomo (1908); Syarikat Dagang Islam (1911); Muhammdiyah (1912); Jong Java, jong Celebes, jong Ambon dll (1918); Nahdlatul Ulama (1926); Indonesia Muda (1931); dll  Menumbuhkan benih-benih nasionalisme  Memperkuat persatuan dan kesatuan  Mampu memberdayakan masyarakat  Sarana perjuangan kemerdekaan  Tonggak kebangkitan nasional
  • 4. PENGATURAN ORMAS DALAM HUKUM POSITIF  Diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; dan PP Nomor 18 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Keormasan.  Masuk dalam Paket Undang-Undang Politik;  Terdapat peraturan perundang-undangan lain yang terkait seperti Staatsblad 1870-64 tentang Perkumpulan, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan jo. UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan UU Nomor 16 tahun 2001 ttg Yayasan, Undang-undang Nomor 40/2009 tentang Kepemudaan dll.
  • 5. IDENTIFIKASI KELEMAHAN UU ORMAS (UU 5/1985)  Paradigma penyusunannya masih dengan pola pikir sentralistis.  Tidak sesuai lagi dengan model pemerintahan desentralistis  Terdapat sejumlah kekosongan hukum dalam pengaturan Ormas.  Tidak mampu menciptakan tertib hukum secara optimal.  Tidak harmonis dengan undang-undang lain;  Struktur dan teknis penyusunan belum mengacu pada tehnis penyusunan undang-undang yang berlaku (UU Nomor 10 Tahun 2004).
  • 6. ARAH PERUBAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Memperkuat jaminan hak berserikat dan berkumpul bagi warga negara. Penguatan sumber kader dan integrasi bangsa. Penguatan partisipasi masyarakat. Pemberdayaan dan Penguatan Ormas. Transparansi dan akuntabiitas Ormas. Membangun relasi intra/antar/ Ormas yang sehat. Kemandirian dan profesionalisme. Penyediaan mekanisme Penyelesaian konflik kelembagaan. Menciptakan tertib hukum dalam bidang Ormas.
  • 7. DASAR PERTIMBANGAN PERUBAHAN UU ORMAS  Filosofis: Hak berserikat dan berkumpul dalam rangka partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara  Sosiologis: Ormas telah memberikan sumbangan yang besar dalam melahirkan negara kesatuan dan upaya pencapaian kemerdekaan. Selain itu, dinamika mayarakat mengakibatkan pertumbuhan dan relasi antarOrmas semakin kompleks.  Yuridis: undang-undang yang berlaku sebagai turunan Pasal 28 UUD 1945 tidak sesuai lagi kebutuhan hukum dalam masyarakat.  Berdasarkan Keputusan DPR Nomor /DPR RI/I/2010-2011 tentang Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2011, Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan terdaftar dalam nomor urut 29 (duapuluh sembilan) dengan Naskah Akademik dan Rancangan UndangUndangnya disiapkan oleh Badan Legislasi.
  • 8. DASAR HUKUM Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • 9. POKOK PIKIRAN RUU ORGANISASI MASYARAKAT I. KETENTUAN UMUM Memuat pengertian/definisi yang digunakan dalam Rancangan Undang-Undang ini, seperti definisi tentang Organisasi Masyarakat, Organisasi Masyarakat Asing, AD, ART, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Menteri.
  • 10. II. ASAS, CIRI, DAN SIFAT Bab ini memuat tentang asas yang mendasari pendirian Ormas, yaitu Pancasila atau asas lain yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Kemudian Ormas dapat mencantumkan ciri tertentu dari Ormas yang tidak bertentangan dengan Peraturan perundangundangan. Selanjutnya juga ditegaskan tentang sifat Ormas yang independen, mandiri, nirlaba, bukan lembaga pemerintah, dan tidak berafiliasi pada partai politik.
  • 11. III. TUJUAN DAN FUNGSI Tujuan didirikannya Organisasi Masyarakat: untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat, mengembangkan kehidupan yang demokratis dan harmoni, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional, menjaga kelestarian nilai budaya, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, serta keutuhan sistem sosial kemasyarakatan. Fungsi Organisasi Masyarakat di antaranya sebagai wadah berkumpul dan menyalurkan aspirasi masyarakat, melakukan pendidikan politik, serta melakukan upaya penguatan masyarakat sipil.
  • 12. IV. BENTUK ORGANISASI MASYARAKAT Bentuk Ormas dibedakan berdasarkan Ormas yang menghimpun organisasi-organisasi lain yang sejenis (federasi) atau Ormas tunggal, Ormas berdasarkan ruang lingkup kegiatan dan wilayah kerjanya, dan Ormas berdasarkan status berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, memiliki massa atau tidak, dan terstruktur di tingkat nasional ke bawah atau tidak.
  • 13. V. PENDIRIAN ORGANISASI MASYARAKAT Bab ini mengatur tentang syarat dan ketentuan dalam pendirian Ormas sesuai dengan jenis dan bentuknya. Kemudian mengenai tata cara dan prosedur pendirian yang meliputi: ketentuan pendaftaran, perijinan, kewenangan pejabat/lembaga yang memberi ijin, dan limitasi waktu yang dibutuhkan untuk pendaftaran atau perijinan. Di samping itu diatur keharusan bahwa Ormas didirikan atas dasar kesamaan tujuan dan kepentingan Ormas sendiri dan tidak terkait atau menjadi underbouw partai politik.
  • 14. VI. HAK DAN KEWAJIBAN Bab ini mengatur tentang hak Ormas untuk mengurus organisasi secara berdaulat, mandiri, dan terbuka; memperoleh bantuan pemerintah untuk meningkatkan fungsi dan tujuan organisasi; mempertahankan hak hidup sesuai tujuan organisasi dan peraturan perundang-undangan; dan melakukan kerjasama dengan Ormas lain, pemerintah, swasta, dan Omas Asing. Kewajiban Organisasi Masyarakat di antaranya: melakukan kegiatan organisasi sesuai tujuan Ormas; memelihara kearifan lokal dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat; menjaga keutuhan NKRI, mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional; dan melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel.
  • 15. VII. ORGANISASI DAN KEDUDUKAN Bab ini mengatur tentang struktur atau hierarkhi Ormas dan tempat kedudukannya dari tingkat pusat yang berkedudukan di ibukota negara, tingkat provinsi yang berkedudukan di ibukota provinsi, tingkat kabupaten/kota yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, di tingkat kecamatan, hingga di tingkat desa/kelurahan. Diadiatur pula agar Ormas memiliki kantor atau sekretariat organisasi.
  • 16. VIII. KEANGGOTAAN Bab ini mengatur tentang syarat sebagai anggota Ormas; sifat keanggotaan yang sukarela, terbuka, setara, dan partisipatif; serta diatur juga mengenai mekanisme perekrutan dan pemberhentian anggota. Selanjutnya diatur hak dan kewajiban setiap anggota Ormas.
  • 17. IX. KEPENGURUSAN DAN KEPUTUSAN ORGANISASI Bab ini mengatur tentang bentuk, susunan, dan komposisi kepengurusan Ormas dari tingkat pusat sampai tingkat desa/kelurahan; mekanisme pemilihan atau pergantian kepengurusan dan periodesasinya; mekanisme permusyawaratan dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
  • 18. X. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Ormas harus memiliki AD/ART yang memuat sekurang-kurangnya tentang: pendiri dan tanggal Ormas didirikan, asas, visi misi, nama dan lambang organisasi, tujuan dan fungsi, tempat kedudukan, kepengurusan, mekanisme permusyawaratan, dan keuangan, pengawasan internal dan mekanisme penyelesaian konflik lembaga. Kemudian diatur juga tentang tata cara perubahan dan pengesahan AD/ART. AD/ART menjadi peraturan Organisasi yang mengikat dan berlaku efektif.
  • 19. XI. KEUANGAN Bab ini mengatur tentang sumber keuangan Ormas, baik yang berasal dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut peraturan perundang-undangan, bantuan dari pemerintah (APBN) atau pemerintah daerah (APBD), dan bantuan lain dari lembaga asing (luar negeri). Selanjutnya, diatur tentang mekanisme pengelolaan keuangan organisasi dan tanggung jawab pelaporan keuangan organisasi yang transparan dan akuntabel.
  • 20. XII. PEMBERDAYAAN ORGANISASI MASYARAKAT Bab ini mengatur tentang peranan pemerintah dan pemerintah daerah memberikan bantuan materiil maupun teknis kepada Ormas; melibatkan Ormas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; mengembangkan komunikasi terbuka dan berkesinambungan; serta memnagun data base Ormas. Di samping itu untuk mendorong kemandirian dan diatur tentang dimungkikan Ormas mendirikan Badan Usaha untuk kelangsunagn dan mencapai tujuan organisasi.
  • 21. XIII. ORGANISASI MASYARAKAT ASING Bab ini mengatur tentang dimungkinkannya keterlibatan organisasi masyarakat asing melakukan kegiatan di Indonesia, ketentuan atau larangan yang harus dipatuhi, seperti: dilarang melakukan spionase, merongrong kedaulatan dan kesatuan NKRI, berkantor di dalam kantor lembaga negara, mencampuri kebijakan Negara. Dalam pelaksanaan kegiatan diatur pula mengenai mekanisme keterlibatan dan kerjasamanya dengan Ormas lokal maupun pemerintah/pemerintah daerah.
  • 22. XIV. PENGAWASAN Untuk menjaga kredibilitas dan pencapaian visi dan misinya setiap Ormas didorong memiliki mekanisme pengawasan internal yang kuat dan efektif. Dalam rangka pengawasan, dimungkikan masyarakat dapat mengajukan keberatan apabila terdapat Ormas yang mengganggu ketertiban dengan mengajukan kepada pemerintah/pemerintah daerah. Pemerintah/Pemerintah daerah membentuk Tim untuk memverfikasi dan mencari penyelesain derngan pendekatan persuasi, mediasi, rekonsiliasi atau arbritase; pemerintah atau pemerintah daerah dapat mengajukan permohonan ke pengadilan (Mahkamah Konstitusi) dalam rangka pembekuan atau pembubaran Ormas.
  • 23. XV. LARANGAN Bab ini mengatur hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Ormas maupun organisasi masyarakat asing. Larangan antara lain melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD Tahun 1945, menganggu ketertiban umum dan keutuhan NKRI, memaksakan kehendak, menodai keyakinan agama, dan melakukan kekerasan atas kelompok lain, serta melakukan kegiatan yang melanggar peraturan perundangundangan.
  • 24. XVI. PENYELESAIAN SENGKETA ORGANISASI Bab ini mengatur tentang penyelesaian sengketa organisasi yang harus diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat. Apabila penyelesaian secara mufakat tidak tercapai, diupayakan penyelesaian melalui mediasi atau arbitrase. Selanjutnya, jika penyelesaian secara mediasi atau arbitrase tidak tercapai ditempuh upaya hukum melalui pengadilan.
  • 25. XVII. SANKSI Bab ini mengatur tentang sanksi administrasi yang dapat berupa teguran, denda/ganti kerugian, dan pembekuan atau pembubaran terhadap Ormas yang melanggar, serta ketentuan pidana terhadap setiap orang yang melakukan kekerasan dan menganggu ketertiban umum. Demikian juga sanksi kepada pejabat yang menyalagunakan kekuasaannya sehingga mengganggu masyarakat dalam mewujudkan hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
  • 26. XVIII. KETENTUAN PENUTUP Bab ini mengatur tentang pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada sebelumnya dan pemberlakuan Undang-undang ini.