MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
HASIL WAWANCARA.docx
1. Pengetahuan
Hasil wawancara menunjukkan pada umumnya informan mendapatkan informan/pengetahuan
tentang penyakit paruparu dari petugas kesehatan. Umumnya informan menyatakan tanda-tanda
TB paru adalah panas dingin, batuk terus menerus disertai dahak dan muntah darah, sesak nafas,
badan menjadi kurus , dan mudah capek, dada ngentak, nafsu makan kurang, lemas, punggung
terasa sakit dan sering keluar keringat pada waktu tidur malam hari. Ada salah seorang informan
yang berpendapat berbeda yaitu:
"Walaupun dia sudah positif terkena penyakit paru-paru / sudah muntah darah
badan tidak merasa sakit. Bahkan ada yang tidak tahu tanda-tanda penyakit TB"
Mengenai penyebab TB paru menurut sebagian besar informan karena sering bergadang, merokok,
minum alkohol, banyak ikiran, kurang tidur, kecapean kerja, polusi udara, makanan, penyakit asma,habis
sakit typhus dan bahkan ada diantara mereka yang mengatakan akibat dari kehamilan,
banyak minum es dan makan sambal. Sebagian informan berpendapat bahwa TB ditularkan oleh penderita
kepada orang lain saat bicara, sering bersama-sama dengan penderita, saat makan
bersama menggunakan alat makan yang sama ( piring, sendok dan gelas), merokok bersama,tidur bersama
dengan penderita. Ada yang mengatakan:
"Di dalam keluarga alat makan minum harus dipisahkan karena takut tertular"
Ketika ditanyakan kepada sejumlah infonnan mengenai akibat penyakit TB paru yang dideritanya,
sebagian besar mengatakan bahwa TB paru sangat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menurunkan
produktivitas kerja. Gangguan yang umumnya dirasakan penderita adalah sesak nafas,badan lemas , panas
dingin, mudah capek. Salah seorang informan mengatakan:
“Malu kalau saya diketahui orang lain sakit paru-paru sebab pekerjaan saya adalah pedagang
gorengan"
2. Menurut sebagian besar informan menyatakan bahwa penyakit paru-paru atau TB paru yang dideritanya
bukan menjadi suatu masalah di daerah dimana informan bertempat tinggal karena mereka beralasan masih
merasakan hidup biasa saja. Hanya seorang informan mengatakan bahwa penyakit TB paru menjadi suatu
masalah.
Warga masyarakat di sekitar penderita pun tidak mengetahui mengenai penyakit yang diderita
informan begitu juga dengan kasus penyakit paru-paru tidak terlalu banyak yang diketahui oleh masyarakat
di lingkungan tempat tinggalnya. Penderita TB mengatakan bahwa penyakit TB paru umumnya dapat
disembuhkan jika makan obat melakukan olah raga secara teratur.
Sikap dan motivasi terhadaptb paru Ada sejumlah informan mengatakan mereka kaget,sedih, malu
dan dihantui rasa takut setelah mendengar bahwa yang diderita tidak akan sembuh dan akan cepat mati.
Ada juga informan yang mengatakan bahwa penyakit yang dia alami sama dengan orangtuanya yaitu ; paru-
paru. Namun ada salah seorang informan menganggap TB paru biasa saja sebagaimana
dikatakan :
" Saya merasa biasa saja sakit TB paru, tidak malu dengan tetangga, atau
keluarga".
Sebagian besar informan mengatakan tidak ada kesulitan bergaul
dengan teman-teman:
"Saya berani bercampurminutnan seperti minumkopi dengan gelas yang sama dengan anggota
keluarga lainnya atau teman".
Mereka mengatakan tidak ada perubahan sikap saat bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
Mereka tetap mempunyai banyak teman dimana teman mereka tersebut tidak takut tertular penyakit TB
paru, selanjutnya sejumlah informan mengatakan selama menjalani pengobatan oleh petugas kesehatan
belum pernah dikatakan mengalami gangguan paru-paru, petugas hanya menyuruh rontgen, namun hal ini
3. belum pernah dilakukan karena tidak punya uang. Ada beberapa informan mengatakan takut akan
menularkan penyakitnya kepada orang lain maka mengurangi atau menghindari bergaul dilingkungannya.
Mereka tidak merasa rendah diri atau malu, karena mereka berpikiran bahwa penyakit yang
dideritanya saat ini akan dapat disembuhkan apabila melakukan pengobatan yang baik dan teratur.
Demikian ditambahkan oleh beberapa informan. Tetapi apa yang diucapkan itu tidak sesuai dengan yang
dilakukan. Hasil pengamatan di lapangan saat melakukan wawancara kepada penderita tutup mulut pada
waktu batuk tidak dilakukan sama sekali.
Perilaku terhadap pencarian pelayanan kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan yang informan pilih ketika mereka mengetahui dirinya menderita TB
paru, sebagian informan mengatakan mencari tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan rontgen di Rumah Sakit. Berbagai alasan yang disampaikan informan antara lain ; bosan
minum obat karena tidak langsung sembuh, terkadang merasa enak badan obatpun tidak diminum, dan
berobat apabila batuk saja. Selain itu pergantian petugaspun berpengaruh terhadap kebijakan disetiap
Puskesmas seperti jadwal pengambilan obat bisa berubah dari sebelumnya, bahkan mereka
mengatakan jadwal bisa lebih sering ke Puskesmas, pada hal diketahui bukan mereka adalah masyarakat
ekonomi lemah, karena untuk ongkos untuk ke Puskesmas sangat sulit hal ini seperti yang dikatakan oleh
salah seorang informan :
"Jangankan ongkos, makan saja keluarga susah"
Informan lain mengatakan:
"Saya tidak langsung mencari pengobatan tapi menunggu sampai bulan sakit baru mencari
pengobatan".
4. Mereka sering mereka berpindahpindah tempat pelayanan kesehatan sehingga berpengaruh
terhadap ketidak teraturnya mereka minum obat. Selain itu mereka tidak menghabiskan obat saat
badannya dirasakan sudah agak sehat. Kendala lain adalah adanya masalah di keluarga seperti masalah
keuangan dan lainlain, sehingga berdampak pada terganggunya mereka dalam menyelesaikan pengobatan
sampai tuntas.
Sebagian besar informan mengatakan akan mencari pelayanan kesehatan untuk melanjutkan
pengobatan terhadap penyakit TB paru. Mereka akan mengunjungi kembali Puskesmas sebagai tujuan
utama.
Namun selama menjalankan pengobatan yang dilakukan di puskesmas maupun di tempat lain
misalnya praktek dokter, yaitu mereka merasa terlalu lama program pengobatannya sampai 6 bulan, hal ini
membuat mereka bosan berobat lalu terkadang ada perasaan sudah agak enak badannya jadi minum obat
tidak diteruskan.
Alasan lain puskesmas terlalu lama antri, malas minum obat/ tidak teratur karena tidak
ada perubahan dari penyakit yang dideritanya. Demikian mereka mengatakan keluhannya dan
pengalamannya.
Salah seorang informan mengatakan:
"Malas minuet obat karena obatnya terlalu besar,bahkan informan tidak akan mencari pelayanan
pengobatan lagi/putus asa pada hal informan masih berumur 19 tahun pada saat wawancara" .
Beberapa informan sudah pernah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan pada saat berkunjung
ke Puskesmas dan diantara mereka dibekali buku-buku panduan yang berhubungan dengan penyakit TB
paru walaupun demikian. Salah satu informan mengatakan
"Kegiatan penyuluhan itu tidak terkordinirdengan baik apa itu di Desa maupun ditempat lain".
5. Sebagian informan mengatakan sama sekali belum pernah mendapatkan penyuluhan TB paru.
Beberapa informan lainnya mengatakan pengobatan TB paru di Puskesmas ada yang tidak bayar (gratis)
karena ada bantuan dari pemerintah berupa Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Sebagian lagi ada
yang harus bayar saat berobat di Puskesmas dengan biaya yang bervariasi.
Menurut beberapa informasi sebenarnya mereka tidak keberatan apa'aila mereka punya uang ,
namun masih ada biaya lain yang membebani mereka seperti biaya transport yang dikeluarkan untuk
berkunjung ke Puskesmas.
Faktor lain yang menghambat pengobatan penderita karena kemiskinan dan
perilaku mereka sehari-hari yang menganggap penyakit TB paru sebagai
penyakit biasa karena tidak ada kejadian yang luar biasa. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk berobat
ditunjang oleh pendidikan dan rendah keadaan sosial ekonomi keluarga yang kurang sangat berpengaruh
6. Pengetahuan
Hasil wawancara mengindikasikan pada lazimnya informan menemukan
informan/pengetahuan mengenai penyakit paruparu dari petugas kesehatan.
Umumnya informan mengaku tanda-tanda TB paru ialah panas dingin, batuk terus
menerus disertai dahak dan muntah darah, sesak nafas, badan menjadi kurus
, dan gampang capek, dada ngentak, nafsu santap kurang, lemas, punggung
terasa sakit dan sering keringat pada waktu istirahat malam hari. Ada salah
seorang informan yang berpendapat bertolak belakang yaitu:
"Walaupun dia telah positif terpapar penyakit paru-paru / telah muntah darah
badan tidak merasa sakit. Bahkan terdapat yang tidak tahu firasat* penyakit
TB"
Mengenai penyebab TB paru menurut keterangan dari sebagian besar
informan sebab sering bergadang, merokok, minum alkohol, tidak sedikit
ikiran, tidak cukup tidur, kecapean kerja, polusi udara, makanan, penyakit
asma, berakhir sakit typhus dan bahkan terdapat diantara mereka yang
mengatakan dampak dari kehamilan,
banyak minum es dan santap sambal. Sebagian informan berasumsi bahwa TB
ditularkan oleh penderita untuk orang lain ketika bicara, tidak jarang
bersama-sama dengan penderita, ketika makan
bersama memakai alat santap yang sama ( piring, sendok dan gelas), mengisap
rokok bersama, tidur bareng dengan penderita. Ada yang mengatakan:
"Di dalam family alat santap minum mesti diceraikan karena fobia tertular"
Ketika ditanyakan untuk sejumlah infonnan mengenai dampak penyakit TB paru
yang dideritanya, beberapa besar menuliskan bahwa TB paru paling mengganggu
kegiatan sehari-hari dan menurunkan produktivitas kerja. Gangguan yang
umumnya dialami penderita ialah sesak nafas, badan lemas , panas dingin,
gampang capek. Salah seorang informan mengatakan:
7. “Malu bila saya diketahui orang beda sakit paru-paru sebab kegiatan saya
ialah pedagang gorengan"
Berdasarkan keterangan dari sebagian besar informan mengaku bahwa penyakit
paru-paru atau TB paru yang dideritanya bukan menjadi sebuah masalah di
wilayah dimana informan berlokasi tinggal sebab mereka berdalih masih
menikmati hidup biasa saja. Hanya seorang informan menuliskan bahwa penyakit
TB paru menjadi sebuah masalah.
Warga masyarakat di dekat penderita juga tidak mengetahui tentang penyakit
yang diderita informan begitu pun dengan permasalahan penyakit paru-paru
tidak terlalutidak sedikit yang diketahui oleh masyarakat di lingkungan
lokasi tinggalnya. Penderita TB menuliskan bahwa penyakit TB paru lazimnya
dapat disembuhkan andai makan obat mengerjakan olah raga secara teratur.
Sikap dan semangat terhadap tb paru Ada sebanyak informan menuliskan mereka
kaget, sedih, malu dan dihantui rasa takut sesudah mendengar bahwa yang
diderita tidakbakal sembuh dan bakal cepat mati. Ada pun informan yang
menuliskan bahwa penyakit yang dia alami sama dengan orangtuanya yakni ;
paru-paru. Namun terdapat salah seorang informan memandang TB paru biasa
saja sebagaimana
dikatakan :
" Saya merasa biasa saja sakit TB paru, tidak malu dengan tetangga, atau
keluarga".
Sebagian besar informan menuliskan tidak ada kendala bergaul
dengan teman-teman:
"Saya berani bercampur minutnan laksana minum kopi dengan gelas yang sama
dengan anggota family lainnya atau teman".
Mereka menuliskan tidak ada evolusi sikap ketika bergaul di lingkungan
lokasi tinggalnya. Mereka tetap mempunyai tidak sedikit teman dimana rekan
mereka itu tidak fobia tertular penyakit TB paru, selanjutnya sebanyak
informan menuliskan selama menjalani penyembuhan oleh petugas kesehatan
belum pernah disebutkan mengalami gangguan paru-paru, petugas melulu
menyuruh rontgen, tetapi hal ini belum pernah dilaksanakan karena tidak
punya uang. Ada sejumlah informan menuliskan takut bakal menularkan
8. penyakitnya untuk orang beda maka meminimalisir atau menghindari bergaul
dilingkungannya.
Mereka tidak merasa rendah diri atau malu, sebab mereka berpikiran bahwa
penyakit yang dideritanya ketika ini bakal dapat disembuhkan bilamana
melakukan penyembuhan yang baik dan teratur. Demikian ditambahkan oleh
sejumlah informan. Tetapi apa yang dibacakan itu tidak cocok dengan yang
dilakukan. Hasil pemantauan di lapangan saat mengerjakan wawancara untuk
penderita tutup mulut pada masa-masa batuk tidak dilaksanakan sama sekali.
Perilaku terhadap penelusuran pelayanan kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan yang informan pilih saat mereka memahami dirinya
menderita TB paru, beberapa informan mengatakan menggali tempat pelayanan
kesehatan yang mempunyai kemudahan pemeriksaan rontgen di Rumah Sakit.
Berbagai dalil yang dikatakan informan antara beda ; jenuh minum obat sebab
tidak langsung sembuh, terkadang merasa enak badan obatpun tidak diminum,
dan berobat bilamana batuk saja. Selain tersebut pergantian petugaspun
dominan terhadap kepandaian disetiap
Puskesmas laksana jadwal pemungutan obat dapat berubah dari sebelumnya,
bahkan mereka menuliskan jadwal dapat lebih tidak jarang ke Puskesmas, pada
urusan diketahui bukan mereka ialah masyarakat ekonomi lemah, sebab untuk
biaya untuk ke Puskesmas paling sulit urusan ini laksana yang disebutkan
oleh salah seorang informan :
"Jangankan ongkos, santap saja family susah"
Informan beda mengatakan:
"Saya tidak langsung menggali pengobatan tapi menantikan sampai bulan sakit
barumenggali pengobatan".
Mereka tidak jarang mereka berpindahpindah lokasi pelayanan
kesehatan sehingga dominan terhadap ketidak teraturnya mereka minum obat.
Selain tersebut mereka tidak menguras obat saat badannya dialami sudah agak
sehat. Kendala lain ialah adanya masalah di keluarga laksana masalah
finansial dan lainlain, sehingga dominan pada terganggunya mereka dalam
menuntaskan pengobatan sampai tuntas.
9. Sebagian besar informan menuliskan akan menggali pelayanan kesehatan guna
melanjutkan penyembuhan terhadap penyakit TB paru. Mereka akan mendatangi
kembali Puskesmas sebagai destinasi utama.
Namun sekitar menjalankan penyembuhan yang dilaksanakan di puskesmas
maupun dilokasi lain contohnya praktek dokter, yakni mereka merasa terlampau
lama program pengobatannya hingga 6 bulan, urusan ini menciptakan mereka
jenuh berobatkemudian terkadang terdapat perasaan telah agak enak badannya
jadi minum obat tidak diteruskan.
Alasan beda puskesmas terlampau lama antri, malas minum obat/ tidak teratur
sebab tidak
ada evolusi dari penyakit yang dideritanya. Demikian mereka menuliskan
keluhannya dan pengalamannya.
Salah seorang informan mengatakan:
"Malas minuet obat sebab obatnya terlampau besar, bahkan informan tidak
akanmenggali pelayanan penyembuhan lagi/putus harapan pada urusan informan
masih berumur 19 tahun pada ketika wawancara" .
Beberapa informan telah pernah mendapat keterangan dari tenaga kesehatan
pada saatberangjangsana ke Puskesmas dan diantara mereka dibekali buku-buku
petunjuk yangbersangkutan dengan penyakit TB paru walaupun demikian. Salah
satu informan mengatakan
"Kegiatan penyuluhan tersebut tidak terkordinir dengan baik apa tersebut di
Desa maupun ditempat lain".
Sebagian informan menuliskan sama sekali belum pernah menemukan penyuluhan
TB paru. Beberapa informan lainnya menuliskan pengobatan TB paru di
Puskesmas terdapat yang tidak bayar (gratis) sebab ada pertolongan dari
pemerintah berupa Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Sebagian lagi
terdapat yang mesti bayar ketika berobat di Puskesmas dengan ongkos yang
bervariasi.
Menurut sejumlah informasi sebetulnya mereka tidak keberatan apa'aila mereka
punya duit , tetapi masih ada ongkos lain yang memberi beban pada mereka
seperti ongkos transport yang dikeluarkan untuk berangjangsana ke Puskesmas.
Faktor beda yang menghambat penyembuhan penderita sebab kemiskinan dan
10. perilaku mereka keseharian yang memandang penyakit TB paru sebagai
penyakit biasa sebab tidak terdapat kejadian yang luar biasa. Di samping
itu, kesadaran masyarakat guna berobat ditunjang oleh edukasi dan rendah
suasana sosial ekonomi family yang tidak cukup sangat berpengaruh