3. Kerajaan Sunda
Setelah Kerajaan Tarumanegara
runtuh pada abad ke-7, di wilayah
Jawa Barat yang umumnya dikenal
dengan nama Sunda terdapat satu
kerajaan yang bercorak hindu, yaitu
Kerajaan Sunda atau Kerajaan
Pajajaran.
4. a. Sejarah Kerajaan Sunda
Nama Sunda muncul pada Prasasti Sang Hyang
Tapak yang berangka tahun 952 Saka (1030 M).
Prasasti itu ditemukan di Pancalikan dan
Bantarmuncang, di tepi Sungai Citatih (Cibadak,
Sukabumi) dan memakai tulisan huruf Kawi dan
Bahasa Jawa Kuno.
5. b. Kehidupan Politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di
Kawali (Ciamis) setelah perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu
Kencana sedangkan keratonnya disebut Surawisesa. Ketika diangkat
sebagai raja, Wastu Kencana masih kecil sehingga pemerintahannya
untuk sementara dipegang oleh pamannya, yaitu Hyang Bunisora,
sampai tahun 1371.
Setelah berusia 23 tahun, Wastu Kencana memegang tampuk
pemerintahan secara langsung. Ia mempunya prinsip bahwa negara
akan jaya dalam perang jika rakyat berada dalam kesejahteraan dan
penguasa selalu berbuat kebajikan. Raja berikutnya adalah Tohaan
(1475-1482). Ia kemudian digantikan oleh Sang Ratu Jayadewata (1482-
1421). Berita lain tentang Kerajaan Sunda adalah dari catatan bangsa
Portugis yang banyak berhubungan dengan Pajajaran, khususnya
hubungan dengan kegiatan perdagangan.
6. Struktur birokrasi Kerajaan Sunda
2.
Putra mahkota yang
akan menggantikan
kedudukan raja.
1.
Raja sebagai penguasa
tertinggi yang
berkedudukan di
tingkat pusat.
7. Dalam mengurus daerah-daerah yang luas.
Raja daerah bertindak sebagai raja yang
merdeka, tetapi mereka tetap mengakui Raja
Subda yang bertahta di Pakuan Pajajaran atau
Dayo sebagai junjungan mereka. Dalam hal
yang langsung berhubungan dengan
perdagangan, raja diwakili oleh para
syahbadar yang bertindak atas nama Raja
Sunda di daerah yang mereka kuasai masing-
masing
Peta wilayah Kerajaan Sunda
8. Menurut berita Portugis, pada tahun 1512 dan 1521, Raja Samiam dari
Kerajaan Sunda (Pajajaran) telah memimpin perutusan ke Malaka untuk minta
bantuan portugis, pada tahun 1522, seorang utusan portugis bernama Hendrik
de Leme telah berkunjung ke Sunda. Pada masa pemerintahan Raja Samiam atau
Prabu Surawisesa (1521-1535) pelabuhan terbesar Kerajaan Sunda jatuh ke
tangan pasukan islam pata tahun 1527. peristiwa itu menyebabkan terputusnya
hubungan antara Kerajaan Sunda dan Portugis sehingga melemahkan
pertahanan Kerajaan Sunda. Akibatnya, satu demi satu pelabuhan-pelabuhan
Kerajaan Sunda jatuh ke tangan pasukan Islam.
Raja Sunda berikutnya adalah Prabu Ratu Dewata (1535-1543). Pada masa
pemerintahannya terjadi serangan dari kelompok islam yang di pimpin oleh
Maulana Hasanuddin dan Maulana Yusuf dari Banten. Sejak tahun 1543-1551
yang menjadi Raja Sunda adalah Sang Ratu Saksi.karena ia raja yang kejam dan
suka berfoya-foya, ia kemudian digantikan oleh Tohan di Majaya yang juga
gemar berfoya-foya dan mabuk-mabukan. Akhirnya pada masa Raja Sunda yang
terakhir (Raja Nusiya Mulya) Kerajaan Sunda jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
9. c. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
1
2
3
Berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis (pelukis), pande mas,
pande wesi (pande besi), kumbang gending (penabuh atau
pembuat gamelan), pahuma (peladang), dan penyawah
Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara,yaitu
mantri,bayangkara (penjaga keamanan),prajurit (tentara) , nu
nangganan (nama jabatan dibawah mangkubumi).
Kelompok rohani dan cendikiawan yang terdiri dari
memen,paraguna mengetahui berbagai macam cerita
pantun,paratanda mengetahui tngkat dan kehidupan keagamaan,
dan Brahmana mengetahui berbagai mantera.
10. d. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan sunda hidup dari hasil pertanian, terutama perladangan. Kemudian
bidang perdagangan telah maju didukung sebagai tempat perdagangan
dengan daerah lain yaitu, Pontang, Cigede, Kalapa, dan Cimanuk. Ke enam
bandar itu di singgahi perahu dagang dari luar negeri, terutama dari Cina.
Penduduk pesisir Kerajaan Sunda sendiri telah biasa berlayar dan berdagang
sampai ke Sumatra, Palembang, Lawe, Tanjungpura, Malaka, Makassar, Jawa,
dan Madura. Barang barang dagangannya berupa makanan dan lada. Selain
itu, jenis jenis bahan pakaian yang didatangkan dari kambay (india) dan
diduga ada perdagangan budak. Alat tukar yang dipergunakan yaitu uang
cina. Mata uang yang beredar di k. sunda disebut ceitis,Calais,uang
emas,dan tumdaya.