SlideShare a Scribd company logo
1 of 168
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S
UMUR 20TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN10 MINGGU
2 HARI DENGANHIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : RATNA JUWITA
NIM : 201207112
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S
UMUR 20TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU
2 HARI DENGANHIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
NAMA : RATNA JUWITA
NIM : 201207112
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh TIM penguji ujian akhir program pendidikan
Diploma III kebidanan adila pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 3 juli 2015
Penguji I penguji II
Ninik Masturiyah, S.ST, M.Kes Ratnawati, S.ST
NIK. 201501143 NIK. 11210043
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
iii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S
UMUR 20 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU
2 HARI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Ratna Juwita, Meryana Cevestin, SKM.MM, Septi Ristiyana, S.ST
INTISARI
KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum. Menurut dataMenurut WHO tahun 2012 sekitar 800
perempuan meninggal akibat kejadian kematian ibu maternal paling banyak
adalah sewaktu bersalin sebesar 49.5%, kematian waktu hamil 26%, pada waktu
nifas 24% (dinkes 2011) dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang.
Kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah pedesaan dan di
antara masyarakat miskin. Kematian ibu adalah sangat tinggi. Sekitar 800
perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait
diseluruh dunia setiap hari. Pada tahun 2010, 287 000 perempuan meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Metode penelitian menggunakan
metode deskriptif, subjek penelitian Ny. S umur 20 tahun hamil 10 minggu 2 hari
dengan hipermesis gravidarum. Obyek yang diambil dalam study kasus ini adalah
1 orang yaitu Ny. S G1P0A0 Umur 20 tahun Hamil 10 Minggu 2 hari dengan
Hiperemesis Gravidarum tingkat 1 di PKM Rawat Inap Kota Karang Bandar
lampung Tahun 2015”. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S umur 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari terdapat kesenjangan nadi dan pola
istirahat. Kesimpulan hasil study kasus ini menunjukan Ny. S telah mengetahui
mengenai keluhan yang dirasakan, mengetahui bagaimana cara mengurangi
Hiperemesis Gravidarum Tingkat I yang dialami dan apa saja dampak dari
Hiperemesis Gravidarum yang dialami apabila tidak ditangani seperti akan
mengakibatkan Abortus dan BBLR. Saran utama yang ditujukan untuk lahan
praktik agar lebih dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian pada ibu hamil dan ibu
bersalin akibat komplikasi yang tidak tertangani.
Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum tingkat 1
Kepustakaan : 19 Refrensi ( 2005-2015)
Jumlah halaman : 151
iv
5
CURICULUM VITAE
Nama : Ratna Juwita
Nim : 2012070112
TTL : Bandar Lampung, 11 Agustus 1994
Alamat : Jl. Cut Nyak Dien Gg. Hidayat No.57 Kec. Tanjung Karang
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII ( tujuh )
Biografi : - SD Kartika II-5 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2006
- MTsN 1 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2009
- SMA Perintis 1 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2012
- Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dari tahun 2012
hingga sekarang
v
6
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran
untuk saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Semua yang telah saya capai….
Tak lepas dari segala perjuangan, kerja keras dan Do’a”…..
Dengan segala kerendahan hati saya persembahkan karya kecilku yang sederhana
ini untuk orang-orang yang saya sayangi..
1. Saya persembahkan cinta dan sayang kepada Orang tua saya Ibu Siti Aminah
dan Ayah Musa Shaleh yang telah menjadi motivasi dan tiada henti
memberikan dukungan, nasehat dan do'anya buat saya.
2. Terimakasih yang tak terhingga buat pembimbing yang tak pernah lelah dan
sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada saya yaitu Ibu Meryana
Cevestin, SKM.MM selaku Pembimbing I Karya Tulis Ilmiah dan Septi
Ristiyana, S.ST selaku Pembimbing II Karya Tulis Ilmiah Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung.
3. Terimakasih kepada Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
4. Terimakasih juga saya persembahkan kepada para sahabat yang senantiasa
menjadi penyemangat dan menemani saya disetiap hari.
5. Teruntuk teman-teman angkatan saya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu
yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka
selama kuliah, terimakasih banyak. Mari kita lanjutkan perjuangan kita di luar
sana Be Professional Midwife, mengabdi kepada masyarakat. Jaga nama baik
almamater dan buat harum nama kampus kita. Saat yang saya rindukan saat
berkumpul dengan kalian semua di kelas. Bangga menjadi angkatan VII
(2012).
Saya belajar, saya tegar, dan saya bersabar hingga saya berhasil. Terimakasih
untuk Semua .
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkanrahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikanKaryaTulisIlmiahini yang
berjudul“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny. S Umur 20
Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 10Minggu 2 Hari Dengan Hiperemesis
Gravidarum tingkat 1 di PKMKota KarangBandar Lampung Tahun 2015.”
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
yaitu:
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. MeryanaCevestin, SKM.MM selaku Pembimbing I Karya Tulis
IlmiahAkademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
3. SeptiRistiyana, S.ST selaku Pembimbing II Karya Tulis IlmiahAkademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung
4. dr.Hj. Susi Kania, M.Kes selaku kepala PKM Kota KarangBandar
Lampung
5. Seluruh staf Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
besifat membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis,
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................i
HALAMAN JUDUL...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii
INTI SARI...................................................................................................iv
CURICULUM VITAE................................................................................v
MOTTO ..........................................................................................vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................4
1.4 Ruang Lingkup........................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................7
1.6 Metode danTeknikMemperoleh Data..........................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis.............................................................10
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan...................................65
2.3 Teori Landasan HukumKebidanan .........................................92
viii
9
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .............................................................................95
3.2 Matriks ..................................................................................105
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar ....................................................... 119
4.2 Interpretasi Data Dasar........................................................... 131
4.3 Diagnosa Potensial................................................................. 133
4.4 Tindakan Segera .................................................................... 134
4.5 Perencanaan........................................................................... 135
4.6 Pelaksanaan ........................................................................... 138
4.7 Evaluasi ................................................................................. 144
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................ 147
5.2 Saran...................................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Peneliitian
Lampiran 2 : JadwalPenelitian
Lampiran 3 : SAPdan leaflet
Lampiran 4 :LembarKonsul
Lampiran 5 : Dokumentasi
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1TFU menurut penambahan perminggu............................................15
Table 2.2 bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan .....................................16
Tabel 2.3 Komponen pertambahan berat badan ibu selama hamil..................25
Tabel 2.3 ketidaknyamanan masa hamil dan cara mengatasinya ...............39
Tabel 3.1Riwayat kehamilan, persalinan, infas dan KB yang lalu.............................95
Tabel 3.2Matriks ..........................................................................................105
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness,
dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang
sering terjadi pada umur kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan
kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi masing-masing individu.
Meskipun kondisi ini biasanya berhenti pada trimester pertama namun
gejalanya dapat menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan,
penurunan berat badan, serta ketidakseimbangan elektrolit.
(Runiari, 2010; h.2)
Menurut WHO tahun 2012 sekitar 800 perempuan meninggal akibat kejadian
kematian ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar 49.5%,
kematian waktu hamil 26%, pada waktu nifas 24% (dinkes 2011) dari seluruh
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Kematian ibu lebih tinggi pada
wanita yang tinggal di daerah pedesaan dan di antara masyarakat miskin.
Kematian ibu adalah sangat tinggi. Sekitar 800 perempuan meninggal akibat
komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari.
Pada tahun 2010, 287 000 perempuan meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan. (WHO, 2012)
2
Berdasarkan data SDKI tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI)
tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini
jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu.
Fakta melonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang
sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 102 per 100 ribu pada
2015 sesuai dengan target MDGs. Data SDKI, 2007 menunjukkan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi Se-ASEAN. Jumlahnya mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih dituntut bekerja keras
menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development Goal
(MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015.
(SDKI, 2015)
Berdasarkan Ditjen Bina Gizi dan KIA, kemenkes RI, 2014 cakupan K1 dan
K4 yang secara umum mengalami kenaikan tersebut menunjukan semakin
baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Cakupan K1 selalau mengalami
peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana angkanya mengalami penurunan
dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25% pada tahun 2013. Hal ini
sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dari 80,26% pada tahun 2007 menjadi 86,04% pada 2008,
namun setelah itu mengalami penurunan menjadi 84,54% ditahun berikutnya,
kemudian setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4 kembali menuurun
pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya.
(Depkes, 2013)
3
Hipremesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada
ibu hamil. Istilah hiperemsis gravidarum dengan gangguan metabolik yang
bermakna karena mual dan muntah. Penderita hiperemesis gravidarum
biasanya dirawat di rumah sakit. Hiperemesis gravidarum sering disertai
dengan dehidrasi (kehilangan berat badan ≥ 5%), gangguan elektrolit, dan
ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi.
(Feryanto, 2012; h. 39)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksis juga tidak ditemukan
kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak,
jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sering terjadi pada primigravida, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolisme akibat hamil serta resistensi yang
menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik
alergi, faktor psikologik, molahidatidosa, faktor adaptasi dan hormon.
(Rukiyah, 2014; h.118)
Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan
pasca-persalian, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan kelebihan
makanan karena beranggapan pemenuhan makan untuk dua orang akan
4
berakibat kegemukan, pre-eklampsi, janin teralu besar, dan sebagainya.
(Sulistyawati, 2011; h. 107)
Hasil survey di Puskesmas Rawat Inap Kota Karang jumlah ibu hamil dari
bulan Maret-April 2015 terdapat 157 ibu hamil yang melakukan kunjungan
ANC terdapat 20 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dan 5
diantaranya mengalami emesis gravidarum (16%).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul
mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny.S umur 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat 1 di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015”
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ibu hamil terhadap Ny.
S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat 1 di Puskesmas Kota Karang Bandar
Lampung tahun 2015?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum.
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan kepada Ny. S umur 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang sesuai dengan standar
5
yang berlaku dan dengan pendekatan manajemen kebidanan tahun
2015.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Dapat melakukan pengkajian data dasar terhadap Ny. S umur
20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.2 Dapat menentukan interpretasi data terhadap Ny. S umur 20
tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Dapat menentukan masalah potensial Ny. S umur 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi terhadap
Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan terhadap
Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015.
6
1.3.2.6 Dapat melaksanakan tindakan sesuai perencanaan Ny. S umur
20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.7 Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap
Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Ny. S umur 20 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I.
1.4.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Karang Bandar
Lampung.
1.4.3 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan sejak tanggal 07 April-18 April 2015.
7
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian studi kasus ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.5.1 Institusi pendidikan
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir
jenjang pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung dan sebagai bahan acuan/pedoman untuk penulisan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.
1.5.2 Lahan praktek
Dapat dijadikan gambaran informasi sehingga dapat meningkatkan
manajemen asuhan kebidanan terhadap ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum.
1.5.3 Bagi pasien
Dapat meningkatkan pengetahun pasien tentang hiperemesis
gravidarum dan bagaimana penanganannya sehingga resiko terjadinya
hiperemesis gravidarum dapat berkurang.
1.5.4 Bagi penulis
Penulis dapat mempraktekkan ilmu yang didapat sewaktu kuliah dan
memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I.
8
1.6 Metode dan Teknik Memperoleh Data.
1.6.1 Metodologi penelitian
Dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskriptif yang dapat
didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang
terkait dengan kesehatan kelompok penduduk atau orang yang tinggal
dalam komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2012; h.35)
1.6.2 Tehnik memperoleh data ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1.6.2.1 Data primer
Data primer adalah data yang di dapat oleh peneliti secara
langsung, untuk mendapatkan data primer ini peneliti
menggunakan cara yaitu:
Auto anamnesa.
Auto anamnesa adalah anamnesa yang dilakukan kepada
pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer,
karena langsung dari sumbernya. (Sulistyawati, 2011; h. 166)
1.6.2.2 Data Sekunder
1. Studi pustaka
Adalah dari buku-buku, laporan-laporan penelitian,
majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya kita dapat
memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori,
9
generilisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh
berbagai ahli. (Notoatmodjo, 2005; h.63)
2. Studi dokumentasi
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah
tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik,
catatan-catatan didalam kartu klinik dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2005; h.62)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Kehamilan
2.1.1.1 Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu minggu ke-28 hingga ke-40).
(Prawirohardjo, 2012; h. 213)
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan
1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan
ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, serta sosial ibu dan bayi.
11
3. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa
kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan, dan persalinan dengan selamat
baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
eksklusif berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang secara normal
(Sulistyawati, 2011; h. 4)
2.1.1.3 Standar Asuhan Kehamilan
1. Kunjungan ante-natal care (ANC) minimal :
1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)
2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27
minggu)
3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40
minggu). (Sulistyawati, 2011; h. 4)
12
2. Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal
dari 25 standar pelayanan kebidanan seperti berikut ini:
1) Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil:
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memeberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu
dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal.
3) Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
13
4) Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan, dan atau rujukan, semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada
Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
6) Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih
dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, di samping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba
terjadi keadaan gawat darurat.
(Kuswanti, 2014; h. 9-12)
3. Pelayanan standar
Pelayanan Standar Minimal Asuhan Kehamilan adalah 7T:
1) Timbang Berat Badan
2) Ukur Tekanan Darah
14
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
5) Pemberian Tablet Besi (minimal 90 tablet selama
kehamilan)
6) Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)
7) Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan
(Hani dkk, 2011; h.9-12)
4. Sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria
menjadi 14T, yakni:
1) Timbang berat badan dan tingggi badan
2) Tekanan darah
3) Pengukuran tinggi fundus uteri
4) Pemberian tabet tambah darah (tablet Fe)
5) Pemberian imunisasi TT
6) Pemeriksaan Hb
7) Pemeriksaan protein urin
8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
9) Pemeriksaan urine reduksi
10) Perawatan payudara
11) Senam ibu hamil
12) Pemberian obat malaria
13) Pemberian kapsul minyak beryodium
15
14) Temu wicara
(Walyani, 2015; h. 80-83)
2.1.2 Perubahan Anatomi, Fisiologi Dan Psikologi Ibu Hamil
2.1.2.1 System Reproduksi
1. Uterus
1) Ukuran pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus
adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari
4.000cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya
akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos
rahim, serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan
endometrium menjadi desidua. Jika penambahan ukuran
TFU per tiga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
(Sulistyawati, 2011; h.59)
Tabel 2.1 TFU menurut penambahan per minggu
Usia kehamilan
(minggu)
Tinggi fundus uteri (TFU)
12 3 jari diatas simpisis
16 Pertengahan pusat – simpisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari dibawah pusat-prosesus xiphoideus
40 Pertengahan pusat dan prosesus xipoideus.
Sumber : Sulistyawati, 2011; h. 60
16
2) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram
menjadi 1.000 gram pada akhir bulan. (Sulistyawati,
2011; h. 60)
Table 2.2 bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan
Usia kehamilan Bentuk dan konsistensi uterus
Bulan pertama Seperti buah alpukat, istmus rahim menjadi
hitropi dan bertambah panjang, sehingga bila
diraba terasa lebih lunak keadaan ini disebut
tanda hegar
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
5 bulan Rahim teraba seperti cairan ketuban
Sumber : Sulistyawati, 2011; h. 60)
3) Posisi rahim dalam kehamilan
Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi
dan retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan rahim tetap
berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai
memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya
dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim
biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan
atau kiri. (Sulistyawati, 2011; h. 60)
17
4) Serviks
Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak,
kondisi ini yang disebut dengan tanda goodell.
Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid,
dan ini disebut dengan tanda chadwick.
(Sulistyawati, 2011; h. 61)
2. Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan
mengambil alih esterogen dan progesteron.
(Sulistyawati, 2011; h. 61)
3. Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi
pada vagina dan vulva sehingga pada bagian terlihat lebih
merah atau kebiruan tanda ini disebut dengan tanda
chadwick. (Sulistyawati, 2011; h. 61)
2.1.2.2 Payudara
Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami
banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir.
18
Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu sebagai
berikut:
1. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan
berat.
2. Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli
3. Bayangan vena-vena lebih membiru
4. Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu
5. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum)
berwarna kuning. (Sulistyawati, 2011; h. 65)
2.1.2.3 Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling puting susu,
sedangkan diperut bawah bagian tengah biasanya tampak garis
gelap, yaitu spider angioma (pembuluh darah kecil yang
memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, dan
biasanya di atas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil
yang berdinding tipis sering kali tampak di tungkai bawah.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit,
sehingga menimbulkan striae gravidarum/ striae lividae. Bila
terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan
19
gemeli, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut
pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai
linea nigra. Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah
berkeringat. (Sulistyawati, 2011; h. 65)
2.1.2.4 Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat karena gerakan otot didalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn)
dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih
lama berada didalam lambung dan karena relaksasi sfingter di
kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung
mengalir kembali ke kerongkongan.
Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika
sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan
membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit.
(Sulistyawati, 2011; h.63).
20
2.1.2.5 Sistem Endokrin
Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone
(FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan
berpindah ke permukaan ovarium dimana ia dilepaskan.
Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang
oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan
estrogen merangsang proliferasi dari desidua (lapisan dalam
uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan
terjadi. Plasenta, yang terbentuk secara sempurna dan
berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan
mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi
estrogen dan progesteron. (Sulistywati, 2011; h. 66)
2.1.2.6 Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50%
atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar).
21
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika
berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin
menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering
merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk
berbaring/ tidur.
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih
besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring
mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa
darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah
jantung. (Sulistyawati, 2011; h. 63)
2.1.2.7 Sistem Pencernaan
Peningkatan produksi estrogen dan progesteron selama
kehamilan mempengaruhi saluran pencernaan ibu. Beberapa
perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan selama
kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan gingivitis dan
penurunan sekresi asam hidroklorida lambung. Kadar
estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan
vaskularitas selektif dan proliferasi jaringan ikat
(gingivitis) sehingga gusi mudah berdarah.
22
2. Peningkatan kadar progesteron menyebabkan tonus dan
motilitas otot polos saluran pencernaan menurun.
Penurunan tersebut mengakibatkan nyeri ulu hati (heart
burn), konstipasi, peningkatan waktu pngosongan dan
pengentalan empedu. Regurgitasi esofagus, peningkatan
waktu pengosongan lambung, dan peristalsis balik
akibatnya mengalami nyeri ulu hati (heart burn). Absorpsi
air di usus besar meningkat sehingga terjadi konstipasi.
Selain itu, perlambatan usus, makanan kurang serat dan
cairan, distensi abdomen, serta pergeseran usus akibat
kompresi dapat meningkatkan konstipasi. Konstipasi yang
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hemoroid, yaitu
varices vena direktum dan anus. Peningkatan waktu
pengosngan dan pengentalan empedu dapat menyebabkan
pembentukan batu empedu selama kehamilan.
3. Morning sickness atau mual yang disertai muntah pada ibu
hamil yang terjadi pada awal sampai minggu ke-16
kehamilan. Penyebab morning sickness belum diketahui,
tetapi perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar
HCG dalam darah diduga menyebabkan morning sickness.
Pada trimester kedua kehamilan, nausea dan muntah
(vomitus) lebih jarang dan nafsu makan meningkat.
(Kamariyah dkk, 2014; h.35-36)
23
2.1.2.8 Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi
istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut per menit
pada kehamilan. Karena diafragma semakin naik terus selama
kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sementara pada
waktu yang sama organ ini agak berputar pada sumbu
panjangnya. Akibatnya apeks jantung digerakkan agak ke
lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil normal, dan
membesarnya ukuran bayangan jantung ditemukan pada
radiograf, luasnya perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh
ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen, dan
komfigurasi abdomen dan toraks.
(Rukiyah dan yulianti, 2009; h.50).
2.1.2.9 Sistem Respirasi
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen
menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga
ekspansi rongga dada meningkat. Panjang paru-paru berkurang
karena rahim membesar. Peningkatan vaskularisasi juga terjadi
pada traktus pernapasan atas sebagai respons terhadap
peningkatan kadar estrogen. Selama kehamilan, perubahan
24
pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan ambang
karbon dioksida. Progesteron dan estrogen diduga
menyebabkan peningkatan sensitivitas pusat pernapasan
terhadap karbon dioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil
akan kebutuhan napas meningkat. Beberapa wanita mengeluh
mengalami dispnea saat istirahat.
Merokok pada kehamilan menurunkan jumlah oksigen ke
janin. Hal ini disebabkan oleh karbon monoksida yang
dihasilkan oleh asap rokok melintasi plasenta dan berkaitan
dengan hemoglobin untuk menghasilkan karboksi hemoglobin,
yang menurunkan ketersediaan jumlah area pengikat untuk
pengangkutan oksigen. Merokok pada kehamilan telah
behubungan dengan aborsi spontan dan persalinan preterm.
Janin berisiko mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin
yang menyebabkan berat badan lahir rendah.
Peningkatan laju metabolisme basal terjadi akibat peningkatan
kebutuhan oksigen di unit janin-plasenta-uterus serta
peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja
jantung ibu. Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas
kelenjar keringat membantu melepaskan kelebihan panas yang
timbul akibat peningkatan metabolisme selama hamil. Pada
kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa lemah
dan letih setelah melakukan aktivitas ringan. Perasaan lemah
25
dan letih sebagian dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas
metabolik. (Kamariyah dkk, 2014; h. 32-33)
2.1.2.10 Perubahan berat badan.
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut
tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh
(IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat
dua.
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status
gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan.
Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikkan berat
badannya lebih dari 1 kg/bulan.
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan :
1. 4 kg pada kehamilan trimester I
2. 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III
3. Totalnya sekitar 15 -16 kg selama hamil.
Tabel 2.3Komponen pertambahan berat badan ibu selama hamil
Komponen Jumlah (dalam kg)
Jaringan ekstrauterine 1
Janin 3- 3,8
Cairan amnion 1
Plasenta 1-1,1
Payudara 0,5 – 2
Tambahan darah 2 – 2,5
Tambahan cairan jaringan 1,5 – 2,5
Tambahan jaringan lemak 2 – 2,5
Total 11,5 – 16
Sumber : Sulistyawati, 2011;h. 68-69
26
2.1.3 Perubahan Psikologi
2.1.3.1 Perubahan psikologis Trimester I (periode penyusaian)
1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya
2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan
kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak
hamil saja
3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar
hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama
5. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan
rahasia seorang ibu yamg mungkin akan diberitahukannya
kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakannya
6. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada
tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan
(Sulistyawati, 2011; h. 76)
2.1.3.2 Perubahan psikologis Trimester II (Periode kesehatan
yang baik)
1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar
hormone yang tinggi
2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
27
3. Merasakan gerakan anak
4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
5. Libido meningkat
6. Menuntut perhatian dan cinta
7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan
bagian dari dirinya
8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya
atau pada orang yang lain menjadi ibu
9. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan,
kelahiran dan persiapan untuk peran baru.
2.1.3.3 Perubahan psikologis Trimester III (Periode penantian
dengan penuh kewaspadaan)
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,
aneh dan tidak menarik
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat
waktu
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada
saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya
4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak
normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatirannya
5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
28
6. Merasa kehilangan perhatian
7. Perasaan mudah terluka (sensitive)
8. Libido menurun
(Sulistyawati, 2011; h. 77)
2.1.4 Kebutuhan fisik ibu hamil
2.1.4.1 Kebutuhan fisik ibu hamil akan oksigen
Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan
system pernapasan pada masa kehamilan.
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai
respon tubuh terhadap akcelerasi metabolisme rate perlu
untuk menambah masa jaringan pada payudara, hasil
konsepsi dan masa uterus dll. Akibat:
1. Terjadi perubahan anatomi paru, diameter thorak
meningkat + 2 cm langkaran dada akan meningkat 5-7
cm, sudut costa + 68° sebelum kehamilan menjadi
103° pada kehamilan trimester ketiga.
2. Fungsi pulmonary
1) Wanita hamil bernapas lebih dalam (karena
meningkatnya tidal volume, jumlah pertukaran gas
pada setiap kali nafas).
2) Meningkatnya volume tidal rspiratory dihubungkan
dengan respiratory rate normal akibat dari
29
meningkatnya volume respiratory kira-kira 26%
per-menit. Hal ini yang menyebabkan menurunnya
konsentrasi CO2 de alveoli.
3) Perubahan pusat de respiratory ini akibat dari
menurunnya ambang CO2, progesteron dan
oestrogen diduga bertanggung jawab terhadap
meningkatnya sensitivitas pada pusat persyarafan.
3. BMR
Meningkat 15% - 20%, vasodilatasi periper dan
akselerasi aktifitas kelenjar keringat membantu
menghilangkan panas yang berlebihan dan dihasilkan
dari peningkatan metabolisme selama kehamilan.
(Rukiyah dan Yulianti, 2009; h. 102-103)
2.1.4.2 Diet makanan
Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,
IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca-persalian, sepsis
puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan kelebihan makanan
karena beranggapan pemenuhan makan untuk dua orang akan
berakibat kegemukan, pre-eklampsi, janin teralu besar, dan
sebagainya. (Sulistyawati, 2011; h. 107)
30
2.1.4.3 Kebutuhan nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang mengandung
nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang
mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori per hari, ibu hamil harusnya mengonsumsi yang
mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu
seimbang). (walyani, 2015: h. 94)
Ibu hamil harus menyediakan nutrisi yang penting bagi
pertumbuhan anak dan dirinya sendiri. Ini berarti dia perlu
makan untuk 2 orang, sesuai dan seimbang. Kehamilan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan protein. Jika calon ibu
tidak memperhatikan makanan yang menyediakan lebih
banyak protein, dia mungkin tidak mendapatkan protein yang
cukup. Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Kegunaaan makanan
tersebut adalah:
1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu
sendiri.
3. Guna mengadakan cadangan untuk persiapan laktasi
31
Caranya:
1. Ibu harus makan teratur 3 x sehari
2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan yang bergizi
yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buah-buahan serta susu 1 gelas setiap harinya.
3. Pergunakan aneka ragam makanan yang ada
4. Pilihlah, belilah macam bahan makanan yang segar
Kebutuhan nutrisi wanita hamil banyak mendapat perhatian
dari berbagai komite di sejumlah negara. Calon ibu
sebaiknya makan diet yang seimbang, menyediakan
perawatan yang mencukupi, memeriksakan kandungan
haemoglobin dalam darah dan memperoleh resep tablet
mengandung garam besi.
Karena ibu mengandung bayinya yang sama-sama
memerlukan makanan yang cukup, ibu hamil harus makan
dalam porsi yang cukup namun perlu diwaspadai adanya
kenaikan berat badan yang berlebihan.
1. Kebutuhan energi
1) TM I : Penambahan energi 180 kkal/hari
2) TM II : Penambahan 300 kkal/hari
2. Sumber protein
1) Berfungsi membentuk jaringan tubuh yang
menyusun struktur organ seperti tulang dan otot.
32
2) Dibutuhkan juga untuk tumbuh kembang janin agar
berlangsung optimal.
3) Pembentukan sel darah merah dalam tubuh janin.
4) Kebutuhan protein bertambah 17 gram lebih
banyak.
5) Bahan pangan sumber protein yang dikonsumsi
sebaiknya 2/3 berupa bahan pangan tinggi
kandungan gizinya.
3. Sumber lemak
1) Merupakan sumber energi yang vital untuk
pertumbuhan jaringan plasenta dan janin.
2) Lemak disimpan sebagai cadangan tenaga:
persalinan dan postpartum.
3) Membantu proses pembentukan ASI.
4) Asam lemak tak jenuh: omega 3 dan omega 6
merupakan asam lemak esensial yang penting
untuk proses tumbuh kembang sel syaraf dan sel
untuk janin.
4. Sumber karbohidrat
1) Merupakan sumber tambahan energi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin selama dalam kandungan.
2) TM I : untuk pembentukan sel darah merah
33
3) TM II dan III : persiapan tenaga ibu dalam proses
persalinan.
5. Sumber vitamin
1) Vitamin A
(1) Berperan dalam pergantian sel baru pada
semua jaringan tubuh dan sel saraf,
pembentukan tulang, gigi, mencegah cacat
bawaan, sistem kekebalan tubuh ibu hamil.
(2) Kira-kira 300 RE/ hari dari sebelum hamil.
2) Vitamin B : B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3
(Niasin), B6 (Piridoksin), B9 (Asam folat), B12
(Kobalamin).
3) Vitamin C
(1) Berfungsi penyerapan Fe: mencegah anemia.
(2) Memperkuat pembuluh darah: mencegah
perdarahan.
(3) Mengurangi sakit saat bekerja (50%)
mengaktifkan kerja sel darah putih.
(4) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
(5) Ibu hamil dianjurkan menambah asupan
vitamin C 10 mg/hari.
34
4) Vitamin D
(1) Diperlukan untuk penyerapan kalsium.
(2) Vitamin D dapat diperoleh dari pancaran sinar
matahari.
5) Vitamin E
(1) Kebutuhan ibu hamil 15 mg (22,5 IU)/ hari
(2) Berfungsi untuk menjaga struktur dan fungsi
komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin,
membantu pembentukan sel darah merah,
sebagai anti oksidan: melindungi sel tubuh
dari kerusakan.
6. Sumber mineral
1) Kalsium: untuk pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg
sehari.
2) Seng.
3) Yodium.
4) Zat besi: pemberian tablet Fe secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah
merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet Fe
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg),
minimal 90 tablet selama kehamilan. Tablet Fe
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi
35
karena mengandung tannin atau pitat yang
mnghambat penyerapan zat besi.
5) Serat.
(Jannah, 2011; h. 145-149)
7. Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang
kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil.
Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal
makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah,
sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan
heme. Jika kekurangan asam folat maka ibu dapat
menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare,
depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi
ini terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka pada
ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta, dan
kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida).
Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat
adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau (bayam,
asparagus), dan kacang-kacangan (kacang kering,
kacang kedelai).
(Sulistyawati, 2011; h. 109)
36
2.1.4.4 Senam hamil
Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah,
nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan
tidur menjadi lebih nyenyak. Bidan hendaknya menyarankan
agar ibu hamil melakukan masing-masing gerakan sebanyak
dua kali pada awal latihan dan dilanjutkan dengan kecepatan
dan frekuensi menurut kemampuan dan kehendak mereka
sendiri minimal lima kali tiap gerakan.
(Sulistyawati, 2011; h. 111)
2.1.4.5 Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon
progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos,
salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh
pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air
putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.
Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong
dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah
37
mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar
agar tidak terjadi konstipasi. (Sulistyawati, 2011; h. 119)
2.1.4.6 Kebutuhan fisik ibu hamil akan personal hygiene
Selama kehamilan PH vagina menjadi asam berubah dari 4-3
menjadi 6,5 akibatnya vagina mudah terkena infeksi. Stimulus
Oestrogen menyebabkan adanya flour Albus (keputihan).
Peningkatan vaskularisasi di perifer mengakibatkan wanita
hamil sering berkeringat. Uterus yang membesar menekan
kandung kemih, mengakibatkan keinginan wanita hamil sering
berkemih. Mandi teratur mencegah iritasi vagina tehnik
pencucian perianal dari depan ke belakang.
(Rukiyah dan Yulianti, 2009; h. 104)
2.1.4.7 Kebutuhan fisik ibu hamil akan seksual
Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis
dapat mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual
sehingga meningkatkan hubungan intercourse sebaiknya
ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan
mengakibatkan menurunnya pola seksualitas, anjuran yang
diberikan yaitu jangan melakukan hubungan intercourse
sesudah buang air kecil. (Rukiyah dan Yulianti, 2009; h.106)
38
2.1.4.8 Perawatan payudara
Perawatan payudara selama kehamilan adalah persiapan
penting untuk menyusui. Bersihkan area payudara dengan
menggunakan waslap bersih dan air hangat. Menggosok puting
dengan handuk mandi atau menggulungnya antara ibu jari
dengan jari telunjuk pada akhir trimester kehamilan dapat
merangsang otot-otot uterus melalui pelepasan oksitosin dari
kelenjar hipofisis. Gunakan beha yang dapat menyangga
payudara dan berbahan katun agar dapat menyerap keringat.
(Kamariyah dkk, 2014; h. 72)
2.1.4.9 Pekerjaan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang di
jalaninya tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk ibu hamil
sangat di anjurkan sesering mungkin. Seorang wanita hamil
disarankan untuk menghentikan aktivitasnya apabila
merasakan gangguan dalam kehamilan. Pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas berat, berdiri dalam waktu yang lama,
pekerjaan dalam industri mesin, atau pekerjaan yang memiliki
efek samping lingkungan. (Sulistyawati, 2011; h.127).
39
2.1.5 Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasi
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu
yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun
psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan
mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis
namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan.
Tabel 2.3 ketidaknyamanan masa hamil dan cara mengatasinya
No Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Sering buang air kecil
Trimester I dan II
Penjelasan mengenai sebab terjadinya. Kosongkan saat ada
dorongan untuk kencing. Perbanyak minum pada siang
hari. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia,
kecuali jika nokturia sangat mengganggu tidur di malam
hari. Batasi minum kopi, teh, dan soda. Jelaskan tentang
bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi tidur,
yaitu dengan berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan
untuk mencegah diuresis.
2. Striae gravidarum.
Tampak jelas pada bulan ke
6-7
Gunakan emolien topikal atau antipruritik jika ada
indikasinya. Gunakan baju longgar yang dapat menopang
payudara dan abdomen.
3. Haemoroid
Timbul trimester II dan III
Hindari konstipasi. Makan-makanan yang berserat dan
banyak minum. Gunakan kompres es atau air hangat.
Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap selesai
BAB.
4. Kelelahan/ Faigue.
Pada trimester I
Yakinkan bahwa ini normal pada awal kehamilan. Dorong
ibu untuk sering beristirahat. Hindari istirahat yang
berlebihan.
5. Keputihan
Terjadi di trimester I, II, atau
III
Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari. Memakai
pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan
sayur.
6. Keringat bertambah.
Secara perlahan terus
Pakailah pakaian yang tipis dan longgar. Tingkatkan
asupan cairan. Mandi secara teratur.
40
meningkat sampai akhir
kehamilan.
7. Sembelit.
Trimester II dan III
Tingkatkan diet asupan cairan. Buah prem atau jus prem.
Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut
kosong. Istirahat cukup. Senam hamil. Membiasakan
buang air besar secara teratur. Buang air besar segera
setelah ada dorongan.
8. Kram pada kaki.
Setelah usia kehamilan 24
minggu
Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi).
Latihan dorso fleksi pada kaki dan meregangkan otot yang
terkena. Gunakan penghangat untuk otot.
9. Mengidam (pica)
Trimester I
Tidak perlu dikhawatirkan selama diet memenuhi
kebutuhannya. Jelaskan tentang bahaya makanan yang
tidak bisa diterima, mencakup gizi yang diperlukan serta
memuaskan rasa mengidam atau kesukaan menurut kultur.
10. Napas sesak.
Trimester II dan III
Jelaskan penyebab fisiologisnya. Dorong agar secara
sengaja mengatur laju dan dalamnya pernapasan pada
kecepatan normal yang terjadi.
11. Nyeri ligamentum rotundum
Trimester II dan III
Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri. Tekuk lutut
ke arah abdomen. Mandi air hangat. Gunakan bantalan
pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak
terdapat kontra indikasi. Gunakan sebuah bantal untuk
menopang uterus dan bantal lainnya letakkan diantara lutut
sewaktu dalam posisi berbaring miring.
12. Berdebar-debar (palpitasi
jantung)
Mulai akhir trimester I
Jelaskan bahwa hal ini normal pada kehamilan.
13. Panas perut (heartburn).
Mulai bertambah sejak
trimester II dan bertambah
semakin lamanya kehamilan.
Hilang pada waktu
persalinan.
Makan sedikit-sedikit tetapi sering. Hindari makan
berlemak dan berbumbu tajam. Hindari rokok, asap rokok,
alkohol, dan cokelat. Hindari berbaring setelah makan.
Hindari minum air putih saat makan. Kunyah permen
karet. Tidur dengan kaki ditinggikan.
14. Perut kembung
Trimester II dan III
Hindari makan yang mengandung gas. Mengunyah
makanan secara sempurna. Lakukan senam secara teratur.
Pertahankan saat buang air besar yang teratur.
15. Pusing/ sinkop Bangun secara perlahan dari posisi istirahat. Hindari
41
Trimester II dan III berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan
sesak. Hindari berbaring dalam posisi terlentang.
16. Mual dan muntah
Trimester I
Hindari bau atau faktor penyebabnya. Makan biskuit
kering atau roti bakar sesaat sebelum bangun dari tempat
tidur di pagi hari. Makan sedikit tapi sering. Duduk tegak
setiap kali selesai makan. Hindari makanan yang
berminyak dan berbumbu. Makan-makanan kering di
antara waktu makan. Minum minuman berkarbonat.
Bangun dari tidur secara perlahan. Hindari menggosok gigi
setelah makan. Minum teh herbal. Istirahat sesuai
kebutuhan.
17. Sakit punggung atas dan
bawah.
Trimester II dan III
Gunakan posisi tubuh yang baik. Gunakan bra yang
menopang dengan ukuran yang tepat. Gunakan kasur yang
keras. Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan
punggung.
18. Varices pada kaki
Trimester II dan III
Tinggikan kaki sewaktu berbaring. Jaga agar kaki tidak
bersilangan. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
Senam untuk melancarkan peredaran darah. Hindari
pakaian atau korset yang ketat.
(Sulistyawati, 2011; h. 123-127)
2.1.6 Mendiagnosis Kehamilan
2.1.6.1 Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat/ dirasa/ diraba, juga
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin
(1) Di dengar dengan stetoskop monoral Laennec
(2) Di catat dan didengar alat Doppler
(3) Di catat dengan feto eloktrokardiogram
(4) Di lihat pada Ultrasonografi (USG)
42
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
2. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan (presumptive)
1) Amenore
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele
yaitu TTP (hari pertama HT + 7) dan (HT + 3).
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Oleh karena sering
terjadi pada pagi hari, maka disebut morning sicknes.
Bila mual dan muntah terlalu sering disebut
hiperemesis.
3) Mengidam (ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan/ minuman tertentu
terutama pada bulan-bulan triwulan pertama; tidak
tahan suatu bau-bauan.
4) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan
padat bisa pingsan.
43
5) Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan
kemudian nafsu makan timbul kembali.
6) Lelah (fatigue).
7) Payudara
Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri
disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar
Montgomery terlihat lebih membesar.
8) Miksi
Miksi/ BAK sering terjadi karena kandung kemih
tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin.
9) Konstipasi/ obstipasi
Konstipasi terjadi karena tonus otot-otot usus menurun
oleh pengaruh hormon steroid.
10) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum),
areola payudara, leher, dan dinding perut (linea
nigra=grisea).
44
11) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari pupil
gusi.
12) Pemekaran vena-vena (varices).
Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada
kaki, betis, dan vulva. Keadaan ini biasanya dijumpai
pada triwulan akhir
3. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk
besar dan konstipasi dari rahim.
3) Tanda Hegar
Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu
adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak
dari bagian yang lain.
4) Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina
menjadi kebiru-biruan.
5) Tanda Piscaseck
Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus
karena embrio biasanya terletak disebelah atas,
dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.
6) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang
(Braxton Hicks)
45
7) Teraba Ballotement
8) Reaksi kehamilan positif
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 111-114)
2.1.6.2 Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi pada Ibu dan Janin
Selama Masa Kehamilan
1. Kehamilan Muda
1) Perdarahan per vagina
(1) Abortus
a. Abortus imminens
Sering juga disebut dengan keguguran
membakat dan akan terjadi jika ditemukan
perdarahan pada kehamilan muda, namun
pada tes kehamilan masih menunjukkan hasil
yang positif.
b. Abortus insipiens (keguguran sedang
berlangsung)
Abortus insipiens terjadi apabila ditemukan
adanya perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan membukanya ostium uteri dan
terabanya selaput ketuban.
c. Abortus habitualis (keguguran berulang)
46
Pasien termasuk dalam abortus tipe ini jika
telah mengalami keguguran berturut-turut
selama lebih dari tiga kali.
d. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
Tanda pasien dalam abortus tipe ini adalah
jika terjadi perdarahan per vagina disertai
pengeluaran janin tanpa pengeluaran desidua
atau plasenta. Gejala yang menyertai adalah
amenore, sakit perut karena kontraksi,
perdarahan yang keluar bisa banyak atau
sedikit. Pada pemeriksaan dalam ditemukan
ostium yang terbuka dan kadang masih teraba
jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil
dari usia kehamilannya.
e. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien
dengan perdarahan per vagina disertai dengan
pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan
desidua) sehingga rahim dalam keadaan
kosong.
47
(2) Kehamilan Mola
Disebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot
korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk
neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).
(3) Kehamilan ektopik
Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan
dengan hasil kosepsi tidak berada di dalam
endometrium uterus.
Keadaan ini akan meningkat menjadi kehamilan
ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan
lebih dari 10 minggu. Sebagian besar KET terjadi
pada kehamilan yang terletak di tuba.
2) Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah
berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan
kehidupan.
48
2. Kehamilan Lanjut
1) Perdarahan per Vagina
(1) Plasenta previa
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
jalan lahir.
(2) Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas sebagian atau seluruhnya
sebelum jalan lahir, biasanya dihitung sejak usia
kehamilan lebih dari 28 minggu.
2) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisaa terjadi selama kehamilan, dan
sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan
masalah serius adalah sakit kepala yang hebat yang
menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Kadang-
kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu
mungkin merasa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre-eklamsi.
49
3) Penglihatan kabur
Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman
penglihatan ibu dapat berubah selama proses
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual yang
mendadak, misalnya pandangan yang kabur atau
berbayang secara mendadak. Perubahan penglihatan
ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat
dan mungkin merupakan gejala dari pre-eklamsi.
4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami
bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul
pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat
dengan meninggikan kaki. Bengkak bisa menunjukan
adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat
merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-
eklamsi.
5) Keluar cairan per vagina
Harus dapat dibedakan antara urine dengan air
ketuban. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau
50
amis, dan warna putih keruh, berarti yang keluar
adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan,
hati-hati akan adanya persalinan preterm dan
komplikasi infeksi intrapartum.
6) Gerakan janin tidak terasa
Kesejahteraan janin dapat dketahui dari keaktifan
gerakannya. Minimal adalah 10 kali dalam 24 jam.
Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya
gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin
sampai kematian janin.
7) Nyeri perut yang hebat
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan
adalah bukan his seperti pada persalinan. Pada
kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat,
tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan
tanda-tanda syok yang membuat keadaan umum ibu
makin lama makin memburuk, dan disertai perdarahan
yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita
harus waspada akan kemungkinan terjadinya solusio
plasenta.
(Sulistyawati, 2011; h. 149-162)
51
2.1.7 Emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum dalam
kehamilan
2.1.7.1 Pengertian
Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang
disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan
menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena
terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan
dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta.
Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis
gravidarum. (Manuaba, 2010; h. 227)
Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil
dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat
penenang dan anti-muntah. Akan tetapi, sebagian kecil
wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang
berkelanjutan sehingga mengganggu khidupan sehari-hari
dan menyebabkan kekurangan cairan dan terganggunya
keseimbangan elektrolit. (Manuaba, 2010; h. 229)
Hiperemesis gsravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita
hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan
segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu
sangat turun, turgor kulit kurang diurase kurang dan timbul
aseton dalam air kencing, tubuh sangat lemas, muka pucat,
52
dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifitas
sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h.118).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada
awal kehamilan sampai kehamilan 20 minggu. Keluhan
muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis,
pielititis, dan sebagainya. (Prawirohardjo, 2012; h.815)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan kekurangan nutrisi. (Runiari, 2010; h.8).
2.1.7.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini belum diketahui
secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan
oleh faktor toksik juga kelainan tidak ditemukan kelainan
biokimia, perubahan-perubahan yang anatomik yang terjadi
pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh
53
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh
karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai
berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah
primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda.
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon
memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut
hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor
organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada
penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat meyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
54
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada wanita hamil yang
kekurangan darah lebih sering terjadi hiperpigmentasi
gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil muda dengan anemia.
Wanita primigravida dan overdistensi rahim pada hamil
ganda dan hamil mola hidatidosa, jumlah hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h.119).
6. Selain faktor psikologik faktor budaya juga dapat menjadi
pemicu terjadinya hiperemesis gravidarum. Tiran (2004)
menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal
penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan
yang akan dikonsumsi. Penelitian lain mengenai pengaruh
budaya terhadap hiperemesis gravidarum dilakukan juga
oleh Rabinerson (2000). Hasil penelitiannya menemukan
bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat
pada wanita yang mengalami pembatasan dalam inteke
nutrisi (contohnya pada wanita yang menjalankan puasa).
(Runiari, 2010; h. 10)
55
2.1.7.3 Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar,
dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.
Muntah yang terus-menerus tanpa pengobatan dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis
gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat
pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang
menyertai hamil harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan
dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tukak
lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga
kemungkinan hamil yang disertai penyakit.
(Manuaba, 2010; h.230).
2.1.7.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
56
berlangsung berbulan-bulan. (Rukiyah dan yulianti, 2014;
h.120)
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual
dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit. Belum
jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian
kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama,
disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita penyakit lambung dengan
gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis
gravidarum yang lebih berat.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121)
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbulnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirtik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang. Natrium
dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemo konsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121)
57
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbulnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalsium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi
muntah–muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(Sindrom Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121)
2.1.7.5 Tanda dan gejala
Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing,
terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan
berumur 4 bulan. (Manuaba, 2010; h. 227)
Sedangkan hiperemesis gravidarum berdasarkan berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan
tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan
58
suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata
cekung.
2. Tingkatan II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik,
mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemo
konsentrasi, oligo uria, dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul
seperti nistagmus diplopia, dan perubahan mental;
keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini
juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.
(Runiari, 2010; h.13)
59
2.1.7.6 Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan pada emesis gravidarum:
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil
muda yang selalu dapat disertai emesis gravidarum. Emesis
gravidarum akan berangsur-angsur berkurang sampai umur
kehamilan 4 bulan.
2. Dinasihatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat
tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju
susunan saraf pusat.
3. Nasihat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi
lebih sering.
4. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit
pada emesis gravidarum:
a. Vitamin yang diperlukan (vitamin B kompleks,
mediamer B6 sebagai vitamin dan antimuntah).
b. Pengobatan (sedatif ringan (luminal 3 × 30 mg
(barbiturat), valium), antimual-muntah (stimel,
primperan, emetrol, dan lainnya).
c. Nasihat pengobatan (banyak minum air atau minuman
lain, hindari minuman atau makanan yang asam untuk
mengurangi iritasi lambung.
d. Nasihat kontrol antenatal (pemeriksaan hamil lebih
sering, segera datang bila terjadi keadaan abnormal).
60
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum
dimulai dengan:
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan
dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang
teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan yang banyak
mengandung gula.
2. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala
tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa
61
yang sering diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang
dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot serta
meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin,
2007). Antihistaminika juga dianjurkan pada keadaan lebih
berat diberikan antimimetik seperti disklomin
hidrokhloride, avomin.
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan
peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang
boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar
dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini. Bantuan yang positif dalam mengatasi
permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup
signifikan memberikan kemajuan keadaan umum.
62
5. Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari
makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk
menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak
dalam pemberian makan dan minum. Diet pada
hiperemesis bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur
memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat,
diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari
kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu < 10% dari
kebutuhan energi total, protein sedang, yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total, makanan diberikan dalam bentuk
kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan mudah dicerna,
tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan sering
dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima,
pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan
malam, makanan secara berangsur ditingkatkan dalam
porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
gizi pasien. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air
putih atau jus agar tidak dehidrasi serta meghindari
63
minuman yang mengandung kafein dan karbonat seperti
kopi dan minuman yang bersoda.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 124)
Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu;
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat
III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan
zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan
muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian
minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan
ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A
dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan
penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium.
64
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II,
dan III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah
segar dan sari buah, minuman botol ringan, sirup,
kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Sedangkan
makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang
umumnya merangsang saluran pencernaan dan
berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung
alkohol, kopi dan yang mengandung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan penyedap rasa) juga tidak
dianjurkan.
5) Diet pada ibu yang mengalami hiperemesis terkadang
melihat kondisi si ibu dan tingkatan hiperemesisnya,
konsep saat ini dianjurkan pada ibu adalah makanlah
apa yang ibu suka, bukan makan sedikit-sedikit tapi
sering juga jangan dipaksakan ibu memakan apa yang
saat ini membuat mual karena diet tersebut tidak akan
berhasil malah akan memperparah kondisinya.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h.124-125)
2.1.7.7 Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin,
seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehinga keadaan
fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan
65
gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai
dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang. Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di
awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika
sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum,
maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR,
Prematur hingga terjadi abortus.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h.128-129)
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
66
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambiln suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara
sistematis dan siklik. (Soepardan, 2007; h. 96).
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Data Subjektif
Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai
berikut:
1) Auto anamnesis
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien
langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer,
karena langsung dari sumbernya.
67
2) Allo anamnesis
Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan
pada keadaan darurat ketika pasien tidak
memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat. (Sulistyawati, 2011; h. 166)
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan data
anamnesis terdiri dari beberapa kelompok penting
sebagai berikut:
(1) Identitas pasien
a. Nama istri/ suami
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b. Umur
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20-35 tahun. Untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan.
68
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d. Suku
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mngetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g. Alamat rumah
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-132)
69
(2) Keluhan utama
Menurut teori keluhan utama pada hiperemesis
gravidarum tingkat I adalah muntah terus-menerus
yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak
ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 kali per
menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai
peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang,
lidah kering, dan mata cekung.
(Runiari, 2010; h. 13)
(3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang
sedang ia derita sekarang. Tanyakan bagaimana
urutan kronologis dari tanda-tanda dan
klasifikasi dari setiap tanda penyakit tersebut.
Hal ini diperlukan untuk menentukan bagaimaa
asuhan berikutya. Misalnya klien mengatakan
bahaya sedang menderita penyakit Diabetes
Millitus, maka bidan harus terlatih memberikan
asuhan kehamilan klien dengan Diabetes
Millitus.
70
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang
pernah diderita klien. Apabila klien pernah
menderita penyakit keturunan, maka ada
kemungkinan janin yang ada dalam
kandungannya tersebut beresiko menderita
penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
a) Penyakit menular
Tanyakan kepada klien apakah mempunyai
keluarga yang saat ini sedang menderita
penyakit menular.
b) Penyakit keturunan/ genetik
Tanyakan kepada klien apakah mempunyai
penyakit keturunan.
(Walyani, 2015; h. 126-127)
(4) Riwayat obstetric
a. Riwayat Haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya.
71
a) Menarche
Usia wanita pertama haid bervariasi, 12-16
tahun. Hal ini dipengaruhi oleh keturunan,
keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum.
b) Siklus
Siklus haid terhitung mulai hari pertama
haid hingga hari pertama haid berikutnya.
siklus haid perlu ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien mempunyai
kelainan siklus haid atau tidak. Siklus
normal haid biasanya adalah 28 hari.
c) Volume
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut
dalam sehari. Apabila darahnya terlalu
berlebih, itu berarti telah menunjukkan
gejala kelainan banyaknya haid.
(Walyani, 2015; h. 120)
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan
yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
72
kepala sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak. (Sulistyawati, 2011; h.167)
(5) Riwayat ginekolgi
Infertilitas, infeksi vagina, penyakit menular
seksual, servisitis kronis, endometritis, infeksi
panggul, pap smear abnormal, bedah ginekologi,
dan lain-lain. (Hani dkk, 2011; h. 89)
(6) Pola kebutuhan Sehari-hari
a. Pola makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita
mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita
bisa menggali dari pasien tentang makanan yang
disukai dan yang tidak disukai, seberapa banyak
dan sering ia mengonsumsinya, sehingga jika
kita peroleh data yang tidak sesuai dengan
standar pemenuhan, maka kita dapat
memberikan klarifikasi dalam pemberian
pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil.
Beberapa hal yang perlu kita tanyakan pada
pasien berkaitan dengan pola makan adalah
sebagai berikut.
73
a) Menu
Ini dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi
ibu hamil. Jika pengaturan menu makan yang
dilakukan oleh pasien kurang seimbang
sehingga ada kemungkinan beberapa
komponen gizi tidak akan terpenuhi, maka
bidan dapat memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyususnan menu
seimbang bagi ibu.
Kita dapat menanyakan pada pasien tentang
apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi,
sayur, lauk, buah, makanan selingan, dan
lain-lain.
b) Frekuensi
Data ini akan memberi petunjuk bagi kita
tentang seberapa banyak asupan makanan
yang dikonsumsi ibu.
c) Jumlah per hari
Data ini memberikan volume atau seberapa
banyak makanan yang ibu makan dalam
waktu satu kali makan. Untuk mendapatkan
gambaran total makanan yang ibu makan,
74
bidan dapat mengalikannya dengan frekuensi
makan dalam sehari.
d) Pantangan
Ini juga penting untuk kita kaji karena ada
kemungkinan pasien berpantang makanan
justru pada makanan yang sangat mendukung
pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan,
atau telur.
b. Pola minum
Kita juga harus dapat memperoleh data dari
kebiasaan pasien dalam memenuhi kebutuhan
cairannya. Apalagi dalam masa hamil asupan
cairan yang cukup sangat dibutuhkan. Hal-hal
yang perlu kita tanyakan kepada pasien tentang
pola minum adaah sebagai berikut:
a) Frekuensi
Kita dapat tanyakan pada pasien berapa kali
ia minum dalam sehari, dan dalam sekali
minum menghabiskan berapa gelas.
b) Jumlah per hari
Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak
ibu minum dalam sekali waktu minum akan
75
didapatkan jumlah asupan cairan dalam
sehari.
c) Jenis minuman
Kadang pasien mengonsumsi minuman yang
sebenarnya kurang baik untuk kesehatannya.
(Sulistyawati, 2011; h. 169-170)
(7) Pola eliminasi
Hal yang perlu ditanyakan, apakah ibu sebelum dan
selama hamil BAK maupun BAB ada keluhan, ada
gangguan, frekuensi, konsistensi jumlah ada darah
atau tidak.
a. Berkaitan dengan adaptasi gastrointerstinal
sehingga menurunkan tonus otot dan motiliti
lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat
makanan peristaltik usus lebih lambat sehingga
menyebabkan obstipasi.
b. Penekanan kandung kemih karena pengaruh
hormon estrogen dan progesteron sehingga
menyebabkan sering BAK
c. Terjadi pengeluaran keringat.
(Rukiyah dan yulianti, 2009; h.105-106)
76
(8) Pola tidur dan istirahat
a. Tidur siang
Kebiasaan tidur siang perlu ditanyakan karena
tidur siang menguntungkan dan baik untuk
kesehatan. Apabila ternyata klien tidak terbiasa
tidur siang, anjurkan klien untuk mencoba dan
membiasakannya.
b. Tidur malam
Pola tidur malam perlu ditanyakan karena wanita
hamil tidak boleh kurang tidur, apalagi tidur
malam, jangan kurang dari 8 jam. Tidur malam
merupakan waktu dimana proses pertumbuhan
janin berlangsung. Apabila ternyata klien
mempunyai pola tidur malam yang tidak
mencapai 8 jam, anjurkan klien untuk mencoba
dan membiasakan tidur malam dengan pola 8
jam.
(Walyani, 2015; h. 133-134)
(9) Personal higiene
Data ini perlu kita kaji karena bagaimananya juga
hal ini akan mempengaruhi kesehatan pasien dan
bayinya. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam
77
perawatan kebersihan diri diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Mandi
Kita dapat menanyakan kepada pasien berapa
kali ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya
(jam berapa mandi pagi dan sore)
b. Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli
dengan kebersihan rambutnya karena mereka
beranggapan keramas tidak begitu berpengaruh
terhadap kesehatan. Jika kita menemukan pasien
yang seperti ini, maka kita harus memberikan
pengertian kepadanya bahwa keramas harus
selalu dilakukan ketika rambut kotor karena
bagian kepala yang kotor merupakan tempat
yang mudah menjadi sumber infeksi.
c. Ganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali dalam sehari,
sedangkan celana dalam minimal dua kali.
d. Kebersihan kuku
Kuku ibu hamil harus selalu dalam keadaan
pendek dan bersih. (Sulistyawati, 2011; h. 171)
78
(10) Aktivitas seksual
Walaupun ini adalah hal yang cukup privasi bagi
pasien, namun bidan harus menggali data dari
kebiasaan ini, karena terjadi beberapa kasus
keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup
mengganggu pasien namun ia tidak tahu ke mana
harus berkonsultasi. Dengan teknik yang senyaman
mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan aktivitas seksual, melalui
pertanyaan berikut ini:
a. Frekuensi
Kita tanyakan berapa kali melakukan hubungan
seksual dalam semiggu.
b. Gangguan
Kita tanyakan apakah pasien mengalami
gangguan ketika melakukan hubngan seksual,
misalnya nyeri saat berhubungan, adanya
ketidakpuasan dengan suami, kurangnya
keinginan untuk melakukan hubungan, dan lain
sebagainya. (Sulistyawati, 2011; h. 171-172)
(11) Pola aktivitas
Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien. Beri
anjuran kepada klien untuk menghindari
79
mengangkat beban berat, kelelahan, latihan yang
berlebihan dan olah raga berat. Anjurkan klien
untuk melakukan senam hamil. Aktivitas harus
dibatasi bila didapatkan penyulit karena dapat
mengakibatkan persalinan prematur, KPD, dan
sebagainya. (Walyani, 2015; h. 132)
2. Data Objektif
Melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasiyang dilakukan
secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya
sebagai berikut :
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria
sebagai berikut :
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan.
80
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respons yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien
sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari compos mentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam
keadaan sadar). (Sulistyawati, 2011; h.175)
3) Tinggi Badan
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer
atau tongkat pengukur. (Tambunan, 2012; h.9)
4) Berat Badan
Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan
untuk menghitung hubungan antara tinggi dan berat,
serta menilai tingkat kegemukan.
(Tambunan, 2012; h.9).
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan
adalah: 4 kg pada kehamilan di TM I. 0,5 kg/ minggu
81
pada kehamilan TM II sampai TM III. Totalnya sekitar
15-16 kg selama kehamilan. (Sulistyawati, 2011;
h.69). Penambahan berat badan 6,5 kg sampai 16,5 kg
(Manuaba, 2010; h.95).
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan
status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau
setiap bulan. Jika terdapat kelambatan dalam
penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra-uteri
(Intra-Uterin Growth Retardation-IUGR).
(Sulistyawati, 2011; h.68)
5) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I
penderita akan mengalami tekanan darah sistol
menurun. (Runiari, 2010; h. 13)
(2) Nadi
Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I
akan terjadi peningkatan nadi hingga 100x/menit
(Runiari, 2010; h. 13)
82
(3) Pernafasan
Pernapasan merupakan aspek yang penting pada
pengkajian fisik. Fungsi sistem pernapasan yang
utama adalah mempertahankan pertukaran oksigen
dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan
serta mengatur keseimbangan asam basa
(kestabilan konsentrasi ion hidrogen pada tubuh).
(Priharjo, 2007; h. 81).
(4) Suhu
Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I
dapat disertai peningkatan suhu tubuh (Runiari,
2010; h. 13)
6) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut: warna, kebersihan, mudah
rontok atau tidak.
Muka : Terdapat odema atau tidak,
kebersihan muka dan nyeri tekan
atau tidak
Mata : Konjungtiva, sklera, kebersihan,
kelainan, gangguan penglihatan
Telinga : Bentuk, kebersihan telinga dan
nyeri tekan pada telinga
83
Hidung : Kebersihan, polip, dan alergi debu
Mulut : (Bibir: warna, integritas jaringan),
lidah: warna, kebersihan), (gigi:
kebersihan, karies, ganggan pada
mulut)
Leher : Bentuk kulit, pembesaran kelenjar
limfe
Dada : Bentuk, simetris/ tidak
Payudara : Bentuk, hiperpigmentasi, nyeri,
kolostrum, keadaan puting,
kebersihan.
Perut : Bentuk, bekas luka operasi, nyeri
tekan, nyeri ketuk, bising usus
Palpasi Leopold
Leopold 1 : a. Pemeriksaan menghadap ke arah
wajah ibu hamil.
b. Menentukan tinggi fundus uteri,
bagian janin dalam fundus, dan
konsistensi fundus
Leopold 2 : a. Menentukan batas samping rahim
kanan-kiri
b. Menentukan letak punggung janin
c. Pada letak lintang, tentukan dimana
84
kepala janin
Leopold 3 : a. Menentukan bagian terbawah janin
b. Apakah bagian terbawah janin
sudah masuk atau masih goyang
Leopold 4 : a. Pemeriksaan menghadap ke kaki
ibu hamil
b. Juga menentukan bagian terbawah
janin dan berapa jauh janin sudah
masuk pintu atas panggul.
(Manuaba, 2010; h.118-119)
Auskultasi : Denyut jantung janin (DJJ) sepusat
atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang lebih tinggi
(sejajar atau lebih tinggi dari pusat.
(Rukiyah dan yulianti, 2014; h.240)
Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk
Genital : Kebersihan, pengeluaran per vagina,
tanda-tanda infeksi vagina
Anus : Haemoroid dan kebersihan
Ekstermitas : Atas (gangguan/ kelainan, bentuk)
Bawah (bentuk, udema, varices)
85
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb,
golongan darah, protein urin), pemeriksaan USG, Non
stress test (NST). (Kuswanti, 2014; h. 142)
2.2.2.2 Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal
dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data
dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta.
Dalam langkah kedua ini bidan membagi interpretasi data
dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Diagnosis kebidanan/ nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain:
1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).
Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama
kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
2) Usia kehamilan dalam minggu
3) Keadaan janin
86
4) Normal atau tidak normal
2. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi
tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap
diagnosisnya.
3. Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya.
(Sulistyawati, 2011; h.177-180).
2.2.2.3 Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial dan
Antisipasi Penangannya).
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang
sudah dididentikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/ masalah
potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman.
87
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak
terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
(Soepardan, 2008; h.99-100)
2.2.2.4 Langkah IV (Menetapkan Perlunya Konsultasi dan
Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya
konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
(Soepardan, 2008; h.100-101).
88
2.2.2.5 Langkah V ( Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh)
Dalam melakukan asuhan kebidanan perlu suatu perencanaan
yang baik. Perencanaan meliputi pengembangan strategi disain
untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnosis kebidanan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi. Secara tradisional
rencana kebidanan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan
tangan yang berisi tentang cara menyelesaikan masalah tujuan
dan intervensi. Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas,
rencana asuhan kebidanan pada klien dengan hiperemesis
gravidarum adalah sebagai berikut :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Berikan keyakinan bahwa mual muntah adalah hal yang
fisiologis
3. Anjurkan ibu untuk tidak langsung bangun di pagi hari
4. Anjurkan ibu untuk menghindari makanan yang
berminyak, berlemak dan pedas
5. Anjurkan ibu untuk diet Hiperemesis gravidarum tingkat I
6. Anjurkan ibu istirahat cukup
7. Anjurkan ibu untuk banyak minum air putih
8. Anjurkan ibu untuk terus meminum terapi obat yang
diberikan oleh bidan
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
89
10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
(Rukiyah dan Yulianti, 2014; hal. 130-131)
2.2.2.6 Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan
Efisien dan Aman)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan yang lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Dalam situasi ketika bidan berkonsultasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama
yang menyeluruh tersebut. (Soepardan, 2008; h. 102)
Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, pelaksanaan
asuhan kebidanan pada klien dengan hiperemesis gravidarum
adalah sebagai berikut :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
kurang baik, TD: 90/60 mmHg, nadi 94 x/i, suhu 36,8°C,
pernapasan22x/i, BB sekarang 38 kg, BB sebelum hamil
44 kg, penurunan 6 kg, TB 150 cm. Pemeriksaan
penunjang Hb 10 gr %, urine
90
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan suatu proses yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
3. Menganjurkan ibu di pagi hari sewaktu bangun tidur
jangan langsung terburu-buru bangun cobalah duduk
dahulu dan baru perlahan berdiri bangun, bila merasa mual
bangun tidur pagi makanlah snak atau biskuit sebelum
mencoba untuk berdiri.
4. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang
berminyak, berlemak dan pedas seperti makanan yang
digoreng, rujak, makanan bersantan karena dapat
memperburuk rasa mual.
5. Menganjurkan ibu untuk diet Hiperemesis gravidarum
tingkat I yaitu makanan hanya berupa roti kering dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-
zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan
selama beberapa hari.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur
siang ± 1-2 jam, malam ± 8 jam dan menganjurkan ibu
untuk tidak terlalu banyak fikiran.
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita
Kti ratna juwita

More Related Content

What's hot (19)

Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti noviyanti putri
Kti noviyanti putriKti noviyanti putri
Kti noviyanti putri
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti warini
Kti wariniKti warini
Kti warini
 
Kti dwi fransiska
Kti dwi fransiskaKti dwi fransiska
Kti dwi fransiska
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti lulu ilma wiani
Kti lulu ilma wianiKti lulu ilma wiani
Kti lulu ilma wiani
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitriKti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitri
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti mera putri
Kti mera putriKti mera putri
Kti mera putri
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 
Kti anissa dwi jayanti
Kti anissa dwi jayantiKti anissa dwi jayanti
Kti anissa dwi jayanti
 
Kti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhanKti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhan
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti efta mayasari
Kti efta mayasariKti efta mayasari
Kti efta mayasari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 

Similar to Kti ratna juwita (20)

Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti rika agustina
Kti rika agustinaKti rika agustina
Kti rika agustina
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Kti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini agulyKti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini aguly
 
Kti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini agulyKti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini aguly
 
Kti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini agulyKti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini aguly
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti nurul amalia
Kti nurul amaliaKti nurul amalia
Kti nurul amalia
 
Kti tati lindasari
Kti tati lindasariKti tati lindasari
Kti tati lindasari
 
Kti leni widyawati
Kti leni widyawatiKti leni widyawati
Kti leni widyawati
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 

Kti ratna juwita

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S UMUR 20TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN10 MINGGU 2 HARI DENGANHIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH NAMA : RATNA JUWITA NIM : 201207112 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S UMUR 20TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 2 HARI DENGANHIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan NAMA : RATNA JUWITA NIM : 201207112 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 ii
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh TIM penguji ujian akhir program pendidikan Diploma III kebidanan adila pada: Hari : Jum’at Tanggal : 3 juli 2015 Penguji I penguji II Ninik Masturiyah, S.ST, M.Kes Ratnawati, S.ST NIK. 201501143 NIK. 11210043 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 iii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY. S UMUR 20 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 2 HARI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI PKM KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Ratna Juwita, Meryana Cevestin, SKM.MM, Septi Ristiyana, S.ST INTISARI KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum. Menurut dataMenurut WHO tahun 2012 sekitar 800 perempuan meninggal akibat kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar 49.5%, kematian waktu hamil 26%, pada waktu nifas 24% (dinkes 2011) dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah pedesaan dan di antara masyarakat miskin. Kematian ibu adalah sangat tinggi. Sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari. Pada tahun 2010, 287 000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, subjek penelitian Ny. S umur 20 tahun hamil 10 minggu 2 hari dengan hipermesis gravidarum. Obyek yang diambil dalam study kasus ini adalah 1 orang yaitu Ny. S G1P0A0 Umur 20 tahun Hamil 10 Minggu 2 hari dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat 1 di PKM Rawat Inap Kota Karang Bandar lampung Tahun 2015”. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari terdapat kesenjangan nadi dan pola istirahat. Kesimpulan hasil study kasus ini menunjukan Ny. S telah mengetahui mengenai keluhan yang dirasakan, mengetahui bagaimana cara mengurangi Hiperemesis Gravidarum Tingkat I yang dialami dan apa saja dampak dari Hiperemesis Gravidarum yang dialami apabila tidak ditangani seperti akan mengakibatkan Abortus dan BBLR. Saran utama yang ditujukan untuk lahan praktik agar lebih dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian pada ibu hamil dan ibu bersalin akibat komplikasi yang tidak tertangani. Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum tingkat 1 Kepustakaan : 19 Refrensi ( 2005-2015) Jumlah halaman : 151 iv
  • 5. 5 CURICULUM VITAE Nama : Ratna Juwita Nim : 2012070112 TTL : Bandar Lampung, 11 Agustus 1994 Alamat : Jl. Cut Nyak Dien Gg. Hidayat No.57 Kec. Tanjung Karang Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII ( tujuh ) Biografi : - SD Kartika II-5 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2006 - MTsN 1 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2009 - SMA Perintis 1 Bandar Lampung telah Lulus Tahun 2012 - Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dari tahun 2012 hingga sekarang v
  • 6. 6 PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Semua yang telah saya capai…. Tak lepas dari segala perjuangan, kerja keras dan Do’a”….. Dengan segala kerendahan hati saya persembahkan karya kecilku yang sederhana ini untuk orang-orang yang saya sayangi.. 1. Saya persembahkan cinta dan sayang kepada Orang tua saya Ibu Siti Aminah dan Ayah Musa Shaleh yang telah menjadi motivasi dan tiada henti memberikan dukungan, nasehat dan do'anya buat saya. 2. Terimakasih yang tak terhingga buat pembimbing yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada saya yaitu Ibu Meryana Cevestin, SKM.MM selaku Pembimbing I Karya Tulis Ilmiah dan Septi Ristiyana, S.ST selaku Pembimbing II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 3. Terimakasih kepada Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 4. Terimakasih juga saya persembahkan kepada para sahabat yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani saya disetiap hari. 5. Teruntuk teman-teman angkatan saya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. Mari kita lanjutkan perjuangan kita di luar sana Be Professional Midwife, mengabdi kepada masyarakat. Jaga nama baik almamater dan buat harum nama kampus kita. Saat yang saya rindukan saat berkumpul dengan kalian semua di kelas. Bangga menjadi angkatan VII (2012). Saya belajar, saya tegar, dan saya bersabar hingga saya berhasil. Terimakasih untuk Semua . vi
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkanrahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikanKaryaTulisIlmiahini yang berjudul“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny. S Umur 20 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 10Minggu 2 Hari Dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat 1 di PKMKota KarangBandar Lampung Tahun 2015.” Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yaitu: 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. MeryanaCevestin, SKM.MM selaku Pembimbing I Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 3. SeptiRistiyana, S.ST selaku Pembimbing II Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 4. dr.Hj. Susi Kania, M.Kes selaku kepala PKM Kota KarangBandar Lampung 5. Seluruh staf Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Bandar Lampung, April 2015 Penulis, vii
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL................................................................................i HALAMAN JUDUL...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii INTI SARI...................................................................................................iv CURICULUM VITAE................................................................................v MOTTO ..........................................................................................vi PERSEMBAHAN .......................................................................................vii KATA PENGANTAR.................................................................................viii DAFTAR ISI...............................................................................................ix DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................4 1.4 Ruang Lingkup........................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian......................................................................7 1.6 Metode danTeknikMemperoleh Data..........................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis.............................................................10 2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan...................................65 2.3 Teori Landasan HukumKebidanan .........................................92 viii
  • 9. 9 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian .............................................................................95 3.2 Matriks ..................................................................................105 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dasar ....................................................... 119 4.2 Interpretasi Data Dasar........................................................... 131 4.3 Diagnosa Potensial................................................................. 133 4.4 Tindakan Segera .................................................................... 134 4.5 Perencanaan........................................................................... 135 4.6 Pelaksanaan ........................................................................... 138 4.7 Evaluasi ................................................................................. 144 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan............................................................................ 147 5.2 Saran...................................................................................... 149 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 10. 10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Peneliitian Lampiran 2 : JadwalPenelitian Lampiran 3 : SAPdan leaflet Lampiran 4 :LembarKonsul Lampiran 5 : Dokumentasi x
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1TFU menurut penambahan perminggu............................................15 Table 2.2 bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan .....................................16 Tabel 2.3 Komponen pertambahan berat badan ibu selama hamil..................25 Tabel 2.3 ketidaknyamanan masa hamil dan cara mengatasinya ...............39 Tabel 3.1Riwayat kehamilan, persalinan, infas dan KB yang lalu.............................95 Tabel 3.2Matriks ..........................................................................................105 xi
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada umur kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Meskipun kondisi ini biasanya berhenti pada trimester pertama namun gejalanya dapat menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan, serta ketidakseimbangan elektrolit. (Runiari, 2010; h.2) Menurut WHO tahun 2012 sekitar 800 perempuan meninggal akibat kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar 49.5%, kematian waktu hamil 26%, pada waktu nifas 24% (dinkes 2011) dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah pedesaan dan di antara masyarakat miskin. Kematian ibu adalah sangat tinggi. Sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari. Pada tahun 2010, 287 000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. (WHO, 2012)
  • 13. 2 Berdasarkan data SDKI tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Fakta melonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 102 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Data SDKI, 2007 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi Se-ASEAN. Jumlahnya mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development Goal (MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015. (SDKI, 2015) Berdasarkan Ditjen Bina Gizi dan KIA, kemenkes RI, 2014 cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami kenaikan tersebut menunjukan semakin baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Cakupan K1 selalau mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25% pada tahun 2013. Hal ini sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 80,26% pada tahun 2007 menjadi 86,04% pada 2008, namun setelah itu mengalami penurunan menjadi 84,54% ditahun berikutnya, kemudian setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4 kembali menuurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya. (Depkes, 2013)
  • 14. 3 Hipremesis gravidarum adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Istilah hiperemsis gravidarum dengan gangguan metabolik yang bermakna karena mual dan muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya dirawat di rumah sakit. Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi (kehilangan berat badan ≥ 5%), gangguan elektrolit, dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. (Feryanto, 2012; h. 39) Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksis juga tidak ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sering terjadi pada primigravida, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolisme akibat hamil serta resistensi yang menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik alergi, faktor psikologik, molahidatidosa, faktor adaptasi dan hormon. (Rukiyah, 2014; h.118) Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca-persalian, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan kelebihan makanan karena beranggapan pemenuhan makan untuk dua orang akan
  • 15. 4 berakibat kegemukan, pre-eklampsi, janin teralu besar, dan sebagainya. (Sulistyawati, 2011; h. 107) Hasil survey di Puskesmas Rawat Inap Kota Karang jumlah ibu hamil dari bulan Maret-April 2015 terdapat 157 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC terdapat 20 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dan 5 diantaranya mengalami emesis gravidarum (16%). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny.S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1 di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015” 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ibu hamil terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1 di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan kepada Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang sesuai dengan standar
  • 16. 5 yang berlaku dan dengan pendekatan manajemen kebidanan tahun 2015. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Dapat melakukan pengkajian data dasar terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.2 Dapat menentukan interpretasi data terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Dapat menentukan masalah potensial Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.5 Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015.
  • 17. 6 1.3.2.6 Dapat melaksanakan tindakan sesuai perencanaan Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.7 Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Ny. S umur 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 2 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. 1.4.2 Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung. 1.4.3 Waktu penelitian Penelitian dilakukan sejak tanggal 07 April-18 April 2015.
  • 18. 7 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian studi kasus ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.5.1 Institusi pendidikan Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dan sebagai bahan acuan/pedoman untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya. 1.5.2 Lahan praktek Dapat dijadikan gambaran informasi sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. 1.5.3 Bagi pasien Dapat meningkatkan pengetahun pasien tentang hiperemesis gravidarum dan bagaimana penanganannya sehingga resiko terjadinya hiperemesis gravidarum dapat berkurang. 1.5.4 Bagi penulis Penulis dapat mempraktekkan ilmu yang didapat sewaktu kuliah dan memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I.
  • 19. 8 1.6 Metode dan Teknik Memperoleh Data. 1.6.1 Metodologi penelitian Dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan kelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2012; h.35) 1.6.2 Tehnik memperoleh data ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.6.2.1 Data primer Data primer adalah data yang di dapat oleh peneliti secara langsung, untuk mendapatkan data primer ini peneliti menggunakan cara yaitu: Auto anamnesa. Auto anamnesa adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. (Sulistyawati, 2011; h. 166) 1.6.2.2 Data Sekunder 1. Studi pustaka Adalah dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori,
  • 20. 9 generilisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. (Notoatmodjo, 2005; h.63) 2. Studi dokumentasi Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan didalam kartu klinik dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2005; h.62)
  • 21. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Pengertian Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo, 2012; h. 213) 2.1.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan 1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan bayi.
  • 22. 11 3. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan. 4. Mempersiapkan kehamilan, dan persalinan dengan selamat baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal. 6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Sulistyawati, 2011; h. 4) 2.1.1.3 Standar Asuhan Kehamilan 1. Kunjungan ante-natal care (ANC) minimal : 1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu) 2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu) 3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu). (Sulistyawati, 2011; h. 4)
  • 23. 12 2. Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal dari 25 standar pelayanan kebidanan seperti berikut ini: 1) Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil: Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memeberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur. 2) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. 3) Standar 5: Palpasi Abdominal Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
  • 24. 13 4) Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan atau rujukan, semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. 6) Standar 8: Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. (Kuswanti, 2014; h. 9-12) 3. Pelayanan standar Pelayanan Standar Minimal Asuhan Kehamilan adalah 7T: 1) Timbang Berat Badan 2) Ukur Tekanan Darah
  • 25. 14 3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) 4) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 5) Pemberian Tablet Besi (minimal 90 tablet selama kehamilan) 6) Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual) 7) Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan (Hani dkk, 2011; h.9-12) 4. Sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni: 1) Timbang berat badan dan tingggi badan 2) Tekanan darah 3) Pengukuran tinggi fundus uteri 4) Pemberian tabet tambah darah (tablet Fe) 5) Pemberian imunisasi TT 6) Pemeriksaan Hb 7) Pemeriksaan protein urin 8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL 9) Pemeriksaan urine reduksi 10) Perawatan payudara 11) Senam ibu hamil 12) Pemberian obat malaria 13) Pemberian kapsul minyak beryodium
  • 26. 15 14) Temu wicara (Walyani, 2015; h. 80-83) 2.1.2 Perubahan Anatomi, Fisiologi Dan Psikologi Ibu Hamil 2.1.2.1 System Reproduksi 1. Uterus 1) Ukuran pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua. Jika penambahan ukuran TFU per tiga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. (Sulistyawati, 2011; h.59) Tabel 2.1 TFU menurut penambahan per minggu Usia kehamilan (minggu) Tinggi fundus uteri (TFU) 12 3 jari diatas simpisis 16 Pertengahan pusat – simpisis 20 3 jari dibawah pusat 24 Setinggi pusat 28 3 jari diatas pusat 32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px) 36 3 jari dibawah pusat-prosesus xiphoideus 40 Pertengahan pusat dan prosesus xipoideus. Sumber : Sulistyawati, 2011; h. 60
  • 27. 16 2) Berat Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan. (Sulistyawati, 2011; h. 60) Table 2.2 bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan Usia kehamilan Bentuk dan konsistensi uterus Bulan pertama Seperti buah alpukat, istmus rahim menjadi hitropi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak keadaan ini disebut tanda hegar 2 bulan Sebesar telur bebek 3 bulan Sebesar telur angsa 4 bulan Berbentuk bulat 5 bulan Rahim teraba seperti cairan ketuban Sumber : Sulistyawati, 2011; h. 60) 3) Posisi rahim dalam kehamilan Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi dan retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. (Sulistyawati, 2011; h. 60)
  • 28. 17 4) Serviks Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda chadwick. (Sulistyawati, 2011; h. 61) 2. Ovarium Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih esterogen dan progesteron. (Sulistyawati, 2011; h. 61) 3. Vagina dan vulva Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva sehingga pada bagian terlihat lebih merah atau kebiruan tanda ini disebut dengan tanda chadwick. (Sulistyawati, 2011; h. 61) 2.1.2.2 Payudara Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir.
  • 29. 18 Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu sebagai berikut: 1. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat. 2. Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli 3. Bayangan vena-vena lebih membiru 4. Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu 5. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning. (Sulistyawati, 2011; h. 65) 2.1.2.3 Kulit Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling puting susu, sedangkan diperut bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, dan biasanya di atas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering kali tampak di tungkai bawah. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum/ striae lividae. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan
  • 30. 19 gemeli, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat. (Sulistyawati, 2011; h. 65) 2.1.2.4 Sistem Gastrointestinal Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot didalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada didalam lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit. (Sulistyawati, 2011; h.63).
  • 31. 20 2.1.2.5 Sistem Endokrin Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium dimana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan estrogen merangsang proliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron. (Sulistywati, 2011; h. 66) 2.1.2.6 Sistem Urinaria Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).
  • 32. 21 Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/ tidur. Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung. (Sulistyawati, 2011; h. 63) 2.1.2.7 Sistem Pencernaan Peningkatan produksi estrogen dan progesteron selama kehamilan mempengaruhi saluran pencernaan ibu. Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan selama kehamilan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan gingivitis dan penurunan sekresi asam hidroklorida lambung. Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan vaskularitas selektif dan proliferasi jaringan ikat (gingivitis) sehingga gusi mudah berdarah.
  • 33. 22 2. Peningkatan kadar progesteron menyebabkan tonus dan motilitas otot polos saluran pencernaan menurun. Penurunan tersebut mengakibatkan nyeri ulu hati (heart burn), konstipasi, peningkatan waktu pngosongan dan pengentalan empedu. Regurgitasi esofagus, peningkatan waktu pengosongan lambung, dan peristalsis balik akibatnya mengalami nyeri ulu hati (heart burn). Absorpsi air di usus besar meningkat sehingga terjadi konstipasi. Selain itu, perlambatan usus, makanan kurang serat dan cairan, distensi abdomen, serta pergeseran usus akibat kompresi dapat meningkatkan konstipasi. Konstipasi yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hemoroid, yaitu varices vena direktum dan anus. Peningkatan waktu pengosngan dan pengentalan empedu dapat menyebabkan pembentukan batu empedu selama kehamilan. 3. Morning sickness atau mual yang disertai muntah pada ibu hamil yang terjadi pada awal sampai minggu ke-16 kehamilan. Penyebab morning sickness belum diketahui, tetapi perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar HCG dalam darah diduga menyebabkan morning sickness. Pada trimester kedua kehamilan, nausea dan muntah (vomitus) lebih jarang dan nafsu makan meningkat. (Kamariyah dkk, 2014; h.35-36)
  • 34. 23 2.1.2.8 Sistem Kardiovaskuler Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut per menit pada kehamilan. Karena diafragma semakin naik terus selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sementara pada waktu yang sama organ ini agak berputar pada sumbu panjangnya. Akibatnya apeks jantung digerakkan agak ke lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil normal, dan membesarnya ukuran bayangan jantung ditemukan pada radiograf, luasnya perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen, dan komfigurasi abdomen dan toraks. (Rukiyah dan yulianti, 2009; h.50). 2.1.2.9 Sistem Respirasi Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Panjang paru-paru berkurang karena rahim membesar. Peningkatan vaskularisasi juga terjadi pada traktus pernapasan atas sebagai respons terhadap peningkatan kadar estrogen. Selama kehamilan, perubahan
  • 35. 24 pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan ambang karbon dioksida. Progesteron dan estrogen diduga menyebabkan peningkatan sensitivitas pusat pernapasan terhadap karbon dioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat. Beberapa wanita mengeluh mengalami dispnea saat istirahat. Merokok pada kehamilan menurunkan jumlah oksigen ke janin. Hal ini disebabkan oleh karbon monoksida yang dihasilkan oleh asap rokok melintasi plasenta dan berkaitan dengan hemoglobin untuk menghasilkan karboksi hemoglobin, yang menurunkan ketersediaan jumlah area pengikat untuk pengangkutan oksigen. Merokok pada kehamilan telah behubungan dengan aborsi spontan dan persalinan preterm. Janin berisiko mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin yang menyebabkan berat badan lahir rendah. Peningkatan laju metabolisme basal terjadi akibat peningkatan kebutuhan oksigen di unit janin-plasenta-uterus serta peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu. Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas kelenjar keringat membantu melepaskan kelebihan panas yang timbul akibat peningkatan metabolisme selama hamil. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan. Perasaan lemah
  • 36. 25 dan letih sebagian dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas metabolik. (Kamariyah dkk, 2014; h. 32-33) 2.1.2.10 Perubahan berat badan. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua. Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikkan berat badannya lebih dari 1 kg/bulan. Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan : 1. 4 kg pada kehamilan trimester I 2. 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III 3. Totalnya sekitar 15 -16 kg selama hamil. Tabel 2.3Komponen pertambahan berat badan ibu selama hamil Komponen Jumlah (dalam kg) Jaringan ekstrauterine 1 Janin 3- 3,8 Cairan amnion 1 Plasenta 1-1,1 Payudara 0,5 – 2 Tambahan darah 2 – 2,5 Tambahan cairan jaringan 1,5 – 2,5 Tambahan jaringan lemak 2 – 2,5 Total 11,5 – 16 Sumber : Sulistyawati, 2011;h. 68-69
  • 37. 26 2.1.3 Perubahan Psikologi 2.1.3.1 Perubahan psikologis Trimester I (periode penyusaian) 1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya 2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja 3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya 4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama 5. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yamg mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakannya 6. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan (Sulistyawati, 2011; h. 76) 2.1.3.2 Perubahan psikologis Trimester II (Periode kesehatan yang baik) 1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi 2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
  • 38. 27 3. Merasakan gerakan anak 4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran 5. Libido meningkat 6. Menuntut perhatian dan cinta 7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya 8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang yang lain menjadi ibu 9. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru. 2.1.3.3 Perubahan psikologis Trimester III (Periode penantian dengan penuh kewaspadaan) 1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik 2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu 3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya 4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya 5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
  • 39. 28 6. Merasa kehilangan perhatian 7. Perasaan mudah terluka (sensitive) 8. Libido menurun (Sulistyawati, 2011; h. 77) 2.1.4 Kebutuhan fisik ibu hamil 2.1.4.1 Kebutuhan fisik ibu hamil akan oksigen Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan system pernapasan pada masa kehamilan. Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon tubuh terhadap akcelerasi metabolisme rate perlu untuk menambah masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan masa uterus dll. Akibat: 1. Terjadi perubahan anatomi paru, diameter thorak meningkat + 2 cm langkaran dada akan meningkat 5-7 cm, sudut costa + 68° sebelum kehamilan menjadi 103° pada kehamilan trimester ketiga. 2. Fungsi pulmonary 1) Wanita hamil bernapas lebih dalam (karena meningkatnya tidal volume, jumlah pertukaran gas pada setiap kali nafas). 2) Meningkatnya volume tidal rspiratory dihubungkan dengan respiratory rate normal akibat dari
  • 40. 29 meningkatnya volume respiratory kira-kira 26% per-menit. Hal ini yang menyebabkan menurunnya konsentrasi CO2 de alveoli. 3) Perubahan pusat de respiratory ini akibat dari menurunnya ambang CO2, progesteron dan oestrogen diduga bertanggung jawab terhadap meningkatnya sensitivitas pada pusat persyarafan. 3. BMR Meningkat 15% - 20%, vasodilatasi periper dan akselerasi aktifitas kelenjar keringat membantu menghilangkan panas yang berlebihan dan dihasilkan dari peningkatan metabolisme selama kehamilan. (Rukiyah dan Yulianti, 2009; h. 102-103) 2.1.4.2 Diet makanan Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca-persalian, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan kelebihan makanan karena beranggapan pemenuhan makan untuk dua orang akan berakibat kegemukan, pre-eklampsi, janin teralu besar, dan sebagainya. (Sulistyawati, 2011; h. 107)
  • 41. 30 2.1.4.3 Kebutuhan nutrisi Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harusnya mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang). (walyani, 2015: h. 94) Ibu hamil harus menyediakan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan anak dan dirinya sendiri. Ini berarti dia perlu makan untuk 2 orang, sesuai dan seimbang. Kehamilan meningkatkan kebutuhan tubuh akan protein. Jika calon ibu tidak memperhatikan makanan yang menyediakan lebih banyak protein, dia mungkin tidak mendapatkan protein yang cukup. Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Kegunaaan makanan tersebut adalah: 1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan 2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri. 3. Guna mengadakan cadangan untuk persiapan laktasi
  • 42. 31 Caranya: 1. Ibu harus makan teratur 3 x sehari 2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan yang bergizi yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan serta susu 1 gelas setiap harinya. 3. Pergunakan aneka ragam makanan yang ada 4. Pilihlah, belilah macam bahan makanan yang segar Kebutuhan nutrisi wanita hamil banyak mendapat perhatian dari berbagai komite di sejumlah negara. Calon ibu sebaiknya makan diet yang seimbang, menyediakan perawatan yang mencukupi, memeriksakan kandungan haemoglobin dalam darah dan memperoleh resep tablet mengandung garam besi. Karena ibu mengandung bayinya yang sama-sama memerlukan makanan yang cukup, ibu hamil harus makan dalam porsi yang cukup namun perlu diwaspadai adanya kenaikan berat badan yang berlebihan. 1. Kebutuhan energi 1) TM I : Penambahan energi 180 kkal/hari 2) TM II : Penambahan 300 kkal/hari 2. Sumber protein 1) Berfungsi membentuk jaringan tubuh yang menyusun struktur organ seperti tulang dan otot.
  • 43. 32 2) Dibutuhkan juga untuk tumbuh kembang janin agar berlangsung optimal. 3) Pembentukan sel darah merah dalam tubuh janin. 4) Kebutuhan protein bertambah 17 gram lebih banyak. 5) Bahan pangan sumber protein yang dikonsumsi sebaiknya 2/3 berupa bahan pangan tinggi kandungan gizinya. 3. Sumber lemak 1) Merupakan sumber energi yang vital untuk pertumbuhan jaringan plasenta dan janin. 2) Lemak disimpan sebagai cadangan tenaga: persalinan dan postpartum. 3) Membantu proses pembentukan ASI. 4) Asam lemak tak jenuh: omega 3 dan omega 6 merupakan asam lemak esensial yang penting untuk proses tumbuh kembang sel syaraf dan sel untuk janin. 4. Sumber karbohidrat 1) Merupakan sumber tambahan energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan. 2) TM I : untuk pembentukan sel darah merah
  • 44. 33 3) TM II dan III : persiapan tenaga ibu dalam proses persalinan. 5. Sumber vitamin 1) Vitamin A (1) Berperan dalam pergantian sel baru pada semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang, gigi, mencegah cacat bawaan, sistem kekebalan tubuh ibu hamil. (2) Kira-kira 300 RE/ hari dari sebelum hamil. 2) Vitamin B : B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B6 (Piridoksin), B9 (Asam folat), B12 (Kobalamin). 3) Vitamin C (1) Berfungsi penyerapan Fe: mencegah anemia. (2) Memperkuat pembuluh darah: mencegah perdarahan. (3) Mengurangi sakit saat bekerja (50%) mengaktifkan kerja sel darah putih. (4) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. (5) Ibu hamil dianjurkan menambah asupan vitamin C 10 mg/hari.
  • 45. 34 4) Vitamin D (1) Diperlukan untuk penyerapan kalsium. (2) Vitamin D dapat diperoleh dari pancaran sinar matahari. 5) Vitamin E (1) Kebutuhan ibu hamil 15 mg (22,5 IU)/ hari (2) Berfungsi untuk menjaga struktur dan fungsi komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu pembentukan sel darah merah, sebagai anti oksidan: melindungi sel tubuh dari kerusakan. 6. Sumber mineral 1) Kalsium: untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari. 2) Seng. 3) Yodium. 4) Zat besi: pemberian tablet Fe secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama kehamilan. Tablet Fe sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi
  • 46. 35 karena mengandung tannin atau pitat yang mnghambat penyerapan zat besi. 5) Serat. (Jannah, 2011; h. 145-149) 7. Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Jika kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau (bayam, asparagus), dan kacang-kacangan (kacang kering, kacang kedelai). (Sulistyawati, 2011; h. 109)
  • 47. 36 2.1.4.4 Senam hamil Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak. Bidan hendaknya menyarankan agar ibu hamil melakukan masing-masing gerakan sebanyak dua kali pada awal latihan dan dilanjutkan dengan kecepatan dan frekuensi menurut kemampuan dan kehendak mereka sendiri minimal lima kali tiap gerakan. (Sulistyawati, 2011; h. 111) 2.1.4.5 Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah
  • 48. 37 mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi. (Sulistyawati, 2011; h. 119) 2.1.4.6 Kebutuhan fisik ibu hamil akan personal hygiene Selama kehamilan PH vagina menjadi asam berubah dari 4-3 menjadi 6,5 akibatnya vagina mudah terkena infeksi. Stimulus Oestrogen menyebabkan adanya flour Albus (keputihan). Peningkatan vaskularisasi di perifer mengakibatkan wanita hamil sering berkeringat. Uterus yang membesar menekan kandung kemih, mengakibatkan keinginan wanita hamil sering berkemih. Mandi teratur mencegah iritasi vagina tehnik pencucian perianal dari depan ke belakang. (Rukiyah dan Yulianti, 2009; h. 104) 2.1.4.7 Kebutuhan fisik ibu hamil akan seksual Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis dapat mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual sehingga meningkatkan hubungan intercourse sebaiknya ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan mengakibatkan menurunnya pola seksualitas, anjuran yang diberikan yaitu jangan melakukan hubungan intercourse sesudah buang air kecil. (Rukiyah dan Yulianti, 2009; h.106)
  • 49. 38 2.1.4.8 Perawatan payudara Perawatan payudara selama kehamilan adalah persiapan penting untuk menyusui. Bersihkan area payudara dengan menggunakan waslap bersih dan air hangat. Menggosok puting dengan handuk mandi atau menggulungnya antara ibu jari dengan jari telunjuk pada akhir trimester kehamilan dapat merangsang otot-otot uterus melalui pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis. Gunakan beha yang dapat menyangga payudara dan berbahan katun agar dapat menyerap keringat. (Kamariyah dkk, 2014; h. 72) 2.1.4.9 Pekerjaan Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang di jalaninya tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk ibu hamil sangat di anjurkan sesering mungkin. Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya apabila merasakan gangguan dalam kehamilan. Pekerjaan yang membutuhkan aktivitas berat, berdiri dalam waktu yang lama, pekerjaan dalam industri mesin, atau pekerjaan yang memiliki efek samping lingkungan. (Sulistyawati, 2011; h.127).
  • 50. 39 2.1.5 Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasi Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Tabel 2.3 ketidaknyamanan masa hamil dan cara mengatasinya No Ketidaknyamanan Cara mengatasi 1. Sering buang air kecil Trimester I dan II Penjelasan mengenai sebab terjadinya. Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing. Perbanyak minum pada siang hari. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika nokturia sangat mengganggu tidur di malam hari. Batasi minum kopi, teh, dan soda. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu dengan berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah diuresis. 2. Striae gravidarum. Tampak jelas pada bulan ke 6-7 Gunakan emolien topikal atau antipruritik jika ada indikasinya. Gunakan baju longgar yang dapat menopang payudara dan abdomen. 3. Haemoroid Timbul trimester II dan III Hindari konstipasi. Makan-makanan yang berserat dan banyak minum. Gunakan kompres es atau air hangat. Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap selesai BAB. 4. Kelelahan/ Faigue. Pada trimester I Yakinkan bahwa ini normal pada awal kehamilan. Dorong ibu untuk sering beristirahat. Hindari istirahat yang berlebihan. 5. Keputihan Terjadi di trimester I, II, atau III Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur. 6. Keringat bertambah. Secara perlahan terus Pakailah pakaian yang tipis dan longgar. Tingkatkan asupan cairan. Mandi secara teratur.
  • 51. 40 meningkat sampai akhir kehamilan. 7. Sembelit. Trimester II dan III Tingkatkan diet asupan cairan. Buah prem atau jus prem. Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut kosong. Istirahat cukup. Senam hamil. Membiasakan buang air besar secara teratur. Buang air besar segera setelah ada dorongan. 8. Kram pada kaki. Setelah usia kehamilan 24 minggu Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi). Latihan dorso fleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena. Gunakan penghangat untuk otot. 9. Mengidam (pica) Trimester I Tidak perlu dikhawatirkan selama diet memenuhi kebutuhannya. Jelaskan tentang bahaya makanan yang tidak bisa diterima, mencakup gizi yang diperlukan serta memuaskan rasa mengidam atau kesukaan menurut kultur. 10. Napas sesak. Trimester II dan III Jelaskan penyebab fisiologisnya. Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernapasan pada kecepatan normal yang terjadi. 11. Nyeri ligamentum rotundum Trimester II dan III Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri. Tekuk lutut ke arah abdomen. Mandi air hangat. Gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak terdapat kontra indikasi. Gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan diantara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring. 12. Berdebar-debar (palpitasi jantung) Mulai akhir trimester I Jelaskan bahwa hal ini normal pada kehamilan. 13. Panas perut (heartburn). Mulai bertambah sejak trimester II dan bertambah semakin lamanya kehamilan. Hilang pada waktu persalinan. Makan sedikit-sedikit tetapi sering. Hindari makan berlemak dan berbumbu tajam. Hindari rokok, asap rokok, alkohol, dan cokelat. Hindari berbaring setelah makan. Hindari minum air putih saat makan. Kunyah permen karet. Tidur dengan kaki ditinggikan. 14. Perut kembung Trimester II dan III Hindari makan yang mengandung gas. Mengunyah makanan secara sempurna. Lakukan senam secara teratur. Pertahankan saat buang air besar yang teratur. 15. Pusing/ sinkop Bangun secara perlahan dari posisi istirahat. Hindari
  • 52. 41 Trimester II dan III berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan sesak. Hindari berbaring dalam posisi terlentang. 16. Mual dan muntah Trimester I Hindari bau atau faktor penyebabnya. Makan biskuit kering atau roti bakar sesaat sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari. Makan sedikit tapi sering. Duduk tegak setiap kali selesai makan. Hindari makanan yang berminyak dan berbumbu. Makan-makanan kering di antara waktu makan. Minum minuman berkarbonat. Bangun dari tidur secara perlahan. Hindari menggosok gigi setelah makan. Minum teh herbal. Istirahat sesuai kebutuhan. 17. Sakit punggung atas dan bawah. Trimester II dan III Gunakan posisi tubuh yang baik. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat. Gunakan kasur yang keras. Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung. 18. Varices pada kaki Trimester II dan III Tinggikan kaki sewaktu berbaring. Jaga agar kaki tidak bersilangan. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama. Senam untuk melancarkan peredaran darah. Hindari pakaian atau korset yang ketat. (Sulistyawati, 2011; h. 123-127) 2.1.6 Mendiagnosis Kehamilan 2.1.6.1 Tanda dan Gejala Kehamilan 1. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin yang dapat dilihat/ dirasa/ diraba, juga bagian-bagian janin. 2) Denyut jantung janin (1) Di dengar dengan stetoskop monoral Laennec (2) Di catat dan didengar alat Doppler (3) Di catat dengan feto eloktrokardiogram (4) Di lihat pada Ultrasonografi (USG)
  • 53. 42 3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen 2. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan (presumptive) 1) Amenore Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele yaitu TTP (hari pertama HT + 7) dan (HT + 3). 2) Mual dan muntah (nausea and vomiting) Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Oleh karena sering terjadi pada pagi hari, maka disebut morning sicknes. Bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis. 3) Mengidam (ingin makanan khusus) Ibu hamil sering meminta makanan/ minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama; tidak tahan suatu bau-bauan. 4) Pingsan Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
  • 54. 43 5) Tidak ada selera makan (anoreksia) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian nafsu makan timbul kembali. 6) Lelah (fatigue). 7) Payudara Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar. 8) Miksi Miksi/ BAK sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. 9) Konstipasi/ obstipasi Konstipasi terjadi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid. 10) Pigmentasi kulit Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra=grisea).
  • 55. 44 11) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari pupil gusi. 12) Pemekaran vena-vena (varices). Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva. Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir 3. Tanda-tanda kemungkinan hamil 1) Perut membesar 2) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk besar dan konstipasi dari rahim. 3) Tanda Hegar Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain. 4) Tanda Chadwick Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi kebiru-biruan. 5) Tanda Piscaseck Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris. 6) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (Braxton Hicks)
  • 56. 45 7) Teraba Ballotement 8) Reaksi kehamilan positif (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 111-114) 2.1.6.2 Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi pada Ibu dan Janin Selama Masa Kehamilan 1. Kehamilan Muda 1) Perdarahan per vagina (1) Abortus a. Abortus imminens Sering juga disebut dengan keguguran membakat dan akan terjadi jika ditemukan perdarahan pada kehamilan muda, namun pada tes kehamilan masih menunjukkan hasil yang positif. b. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) Abortus insipiens terjadi apabila ditemukan adanya perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan membukanya ostium uteri dan terabanya selaput ketuban. c. Abortus habitualis (keguguran berulang)
  • 57. 46 Pasien termasuk dalam abortus tipe ini jika telah mengalami keguguran berturut-turut selama lebih dari tiga kali. d. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) Tanda pasien dalam abortus tipe ini adalah jika terjadi perdarahan per vagina disertai pengeluaran janin tanpa pengeluaran desidua atau plasenta. Gejala yang menyertai adalah amenore, sakit perut karena kontraksi, perdarahan yang keluar bisa banyak atau sedikit. Pada pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan kadang masih teraba jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil dari usia kehamilannya. e. Abortus kompletus (keguguran lengkap) Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien dengan perdarahan per vagina disertai dengan pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim dalam keadaan kosong.
  • 58. 47 (2) Kehamilan Mola Disebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma trofoblas yang jinak (benigna). (3) Kehamilan ektopik Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan dengan hasil kosepsi tidak berada di dalam endometrium uterus. Keadaan ini akan meningkat menjadi kehamilan ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu. Sebagian besar KET terjadi pada kehamilan yang terletak di tuba. 2) Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan.
  • 59. 48 2. Kehamilan Lanjut 1) Perdarahan per Vagina (1) Plasenta previa Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. (2) Solusio plasenta Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas sebagian atau seluruhnya sebelum jalan lahir, biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28 minggu. 2) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala bisaa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan masalah serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Kadang- kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.
  • 60. 49 3) Penglihatan kabur Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama proses kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre-eklamsi. 4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre- eklamsi. 5) Keluar cairan per vagina Harus dapat dibedakan antara urine dengan air ketuban. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau
  • 61. 50 amis, dan warna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum. 6) Gerakan janin tidak terasa Kesejahteraan janin dapat dketahui dari keaktifan gerakannya. Minimal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin. 7) Nyeri perut yang hebat Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti pada persalinan. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk, dan disertai perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus waspada akan kemungkinan terjadinya solusio plasenta. (Sulistyawati, 2011; h. 149-162)
  • 62. 51 2.1.7 Emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum dalam kehamilan 2.1.7.1 Pengertian Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. (Manuaba, 2010; h. 227) Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti-muntah. Akan tetapi, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu khidupan sehari-hari dan menyebabkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. (Manuaba, 2010; h. 229) Hiperemesis gsravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang diurase kurang dan timbul aseton dalam air kencing, tubuh sangat lemas, muka pucat,
  • 63. 52 dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.118). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya. (Prawirohardjo, 2012; h.815) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. (Runiari, 2010; h.8). 2.1.7.2 Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga kelainan tidak ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan yang anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh
  • 64. 53 kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut: 1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. 2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. 3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. 4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat meyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
  • 65. 54 sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperpigmentasi gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil muda dengan anemia. Wanita primigravida dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.119). 6. Selain faktor psikologik faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya hiperemesis gravidarum. Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Penelitian lain mengenai pengaruh budaya terhadap hiperemesis gravidarum dilakukan juga oleh Rabinerson (2000). Hasil penelitiannya menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada wanita yang mengalami pembatasan dalam inteke nutrisi (contohnya pada wanita yang menjalankan puasa). (Runiari, 2010; h. 10)
  • 66. 55 2.1.7.3 Diagnosis Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit. (Manuaba, 2010; h.230). 2.1.7.4 Patofisiologi Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
  • 67. 56 berlangsung berbulan-bulan. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.120) Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita penyakit lambung dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121) Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbulnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirtik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemo konsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121)
  • 68. 57 Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbulnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalsium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah–muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 121) 2.1.7.5 Tanda dan gejala Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan. (Manuaba, 2010; h. 227) Sedangkan hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan, yaitu: 1. Tingkatan I Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan
  • 69. 58 suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung. 2. Tingkatan II Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemo konsentrasi, oligo uria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine. 3. Tingkatan III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus diplopia, dan perubahan mental; keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina. (Runiari, 2010; h.13)
  • 70. 59 2.1.7.6 Penatalaksanaan Penanganan yang dapat dilakukan pada emesis gravidarum: 1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang selalu dapat disertai emesis gravidarum. Emesis gravidarum akan berangsur-angsur berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan. 2. Dinasihatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat. 3. Nasihat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering. 4. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis gravidarum: a. Vitamin yang diperlukan (vitamin B kompleks, mediamer B6 sebagai vitamin dan antimuntah). b. Pengobatan (sedatif ringan (luminal 3 × 30 mg (barbiturat), valium), antimual-muntah (stimel, primperan, emetrol, dan lainnya). c. Nasihat pengobatan (banyak minum air atau minuman lain, hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung. d. Nasihat kontrol antenatal (pemeriksaan hamil lebih sering, segera datang bila terjadi keadaan abnormal).
  • 71. 60 Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dimulai dengan: 1. Pencegahan Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan yang banyak mengandung gula. 2. Obat-obatan Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa
  • 72. 61 yang sering diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin, 2007). Antihistaminika juga dianjurkan pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin hidrokhloride, avomin. 3. Isolasi Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 4. Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan umum.
  • 73. 62 5. Diet Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada hiperemesis bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total, protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan sering dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam, makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih atau jus agar tidak dehidrasi serta meghindari
  • 74. 63 minuman yang mengandung kafein dan karbonat seperti kopi dan minuman yang bersoda. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h. 124) Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu; 1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah- buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. 2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. 3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
  • 75. 64 4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah segar dan sari buah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan penyedap rasa) juga tidak dianjurkan. 5) Diet pada ibu yang mengalami hiperemesis terkadang melihat kondisi si ibu dan tingkatan hiperemesisnya, konsep saat ini dianjurkan pada ibu adalah makanlah apa yang ibu suka, bukan makan sedikit-sedikit tapi sering juga jangan dipaksakan ibu memakan apa yang saat ini membuat mual karena diet tersebut tidak akan berhasil malah akan memperparah kondisinya. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.124-125) 2.1.7.7 Komplikasi Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehinga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan
  • 76. 65 gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga terjadi abortus. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.128-129) 2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
  • 77. 66 dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. (Soepardan, 2007; h. 96). 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney 2.2.2.1 Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 1. Data Subjektif Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut: 1) Auto anamnesis Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya.
  • 78. 67 2) Allo anamnesis Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2011; h. 166) Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan data anamnesis terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut: (1) Identitas pasien a. Nama istri/ suami Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan.
  • 79. 68 c. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Suku Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. e. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mngetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g. Alamat rumah Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-132)
  • 80. 69 (2) Keluhan utama Menurut teori keluhan utama pada hiperemesis gravidarum tingkat I adalah muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung. (Runiari, 2010; h. 13) (3) Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Tanyakan kepada klien penyakit apa yang sedang ia derita sekarang. Tanyakan bagaimana urutan kronologis dari tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda penyakit tersebut. Hal ini diperlukan untuk menentukan bagaimaa asuhan berikutya. Misalnya klien mengatakan bahaya sedang menderita penyakit Diabetes Millitus, maka bidan harus terlatih memberikan asuhan kehamilan klien dengan Diabetes Millitus.
  • 81. 70 b. Riwayat kesehatan yang lalu Tanyakan kepada klien penyakit apa yang pernah diderita klien. Apabila klien pernah menderita penyakit keturunan, maka ada kemungkinan janin yang ada dalam kandungannya tersebut beresiko menderita penyakit yang sama. c. Riwayat kesehatan keluarga a) Penyakit menular Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga yang saat ini sedang menderita penyakit menular. b) Penyakit keturunan/ genetik Tanyakan kepada klien apakah mempunyai penyakit keturunan. (Walyani, 2015; h. 126-127) (4) Riwayat obstetric a. Riwayat Haid Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
  • 82. 71 a) Menarche Usia wanita pertama haid bervariasi, 12-16 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum. b) Siklus Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya. siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien mempunyai kelainan siklus haid atau tidak. Siklus normal haid biasanya adalah 28 hari. c) Volume Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukkan gejala kelainan banyaknya haid. (Walyani, 2015; h. 120) d) Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
  • 83. 72 kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. (Sulistyawati, 2011; h.167) (5) Riwayat ginekolgi Infertilitas, infeksi vagina, penyakit menular seksual, servisitis kronis, endometritis, infeksi panggul, pap smear abnormal, bedah ginekologi, dan lain-lain. (Hani dkk, 2011; h. 89) (6) Pola kebutuhan Sehari-hari a. Pola makan Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita bisa menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak disukai, seberapa banyak dan sering ia mengonsumsinya, sehingga jika kita peroleh data yang tidak sesuai dengan standar pemenuhan, maka kita dapat memberikan klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil. Beberapa hal yang perlu kita tanyakan pada pasien berkaitan dengan pola makan adalah sebagai berikut.
  • 84. 73 a) Menu Ini dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi ibu hamil. Jika pengaturan menu makan yang dilakukan oleh pasien kurang seimbang sehingga ada kemungkinan beberapa komponen gizi tidak akan terpenuhi, maka bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyususnan menu seimbang bagi ibu. Kita dapat menanyakan pada pasien tentang apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan, dan lain-lain. b) Frekuensi Data ini akan memberi petunjuk bagi kita tentang seberapa banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu. c) Jumlah per hari Data ini memberikan volume atau seberapa banyak makanan yang ibu makan dalam waktu satu kali makan. Untuk mendapatkan gambaran total makanan yang ibu makan,
  • 85. 74 bidan dapat mengalikannya dengan frekuensi makan dalam sehari. d) Pantangan Ini juga penting untuk kita kaji karena ada kemungkinan pasien berpantang makanan justru pada makanan yang sangat mendukung pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan, atau telur. b. Pola minum Kita juga harus dapat memperoleh data dari kebiasaan pasien dalam memenuhi kebutuhan cairannya. Apalagi dalam masa hamil asupan cairan yang cukup sangat dibutuhkan. Hal-hal yang perlu kita tanyakan kepada pasien tentang pola minum adaah sebagai berikut: a) Frekuensi Kita dapat tanyakan pada pasien berapa kali ia minum dalam sehari, dan dalam sekali minum menghabiskan berapa gelas. b) Jumlah per hari Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak ibu minum dalam sekali waktu minum akan
  • 86. 75 didapatkan jumlah asupan cairan dalam sehari. c) Jenis minuman Kadang pasien mengonsumsi minuman yang sebenarnya kurang baik untuk kesehatannya. (Sulistyawati, 2011; h. 169-170) (7) Pola eliminasi Hal yang perlu ditanyakan, apakah ibu sebelum dan selama hamil BAK maupun BAB ada keluhan, ada gangguan, frekuensi, konsistensi jumlah ada darah atau tidak. a. Berkaitan dengan adaptasi gastrointerstinal sehingga menurunkan tonus otot dan motiliti lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat makanan peristaltik usus lebih lambat sehingga menyebabkan obstipasi. b. Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering BAK c. Terjadi pengeluaran keringat. (Rukiyah dan yulianti, 2009; h.105-106)
  • 87. 76 (8) Pola tidur dan istirahat a. Tidur siang Kebiasaan tidur siang perlu ditanyakan karena tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Apabila ternyata klien tidak terbiasa tidur siang, anjurkan klien untuk mencoba dan membiasakannya. b. Tidur malam Pola tidur malam perlu ditanyakan karena wanita hamil tidak boleh kurang tidur, apalagi tidur malam, jangan kurang dari 8 jam. Tidur malam merupakan waktu dimana proses pertumbuhan janin berlangsung. Apabila ternyata klien mempunyai pola tidur malam yang tidak mencapai 8 jam, anjurkan klien untuk mencoba dan membiasakan tidur malam dengan pola 8 jam. (Walyani, 2015; h. 133-134) (9) Personal higiene Data ini perlu kita kaji karena bagaimananya juga hal ini akan mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam
  • 88. 77 perawatan kebersihan diri diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mandi Kita dapat menanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya (jam berapa mandi pagi dan sore) b. Keramas Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli dengan kebersihan rambutnya karena mereka beranggapan keramas tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan. Jika kita menemukan pasien yang seperti ini, maka kita harus memberikan pengertian kepadanya bahwa keramas harus selalu dilakukan ketika rambut kotor karena bagian kepala yang kotor merupakan tempat yang mudah menjadi sumber infeksi. c. Ganti baju dan celana dalam Ganti baju minimal sekali dalam sehari, sedangkan celana dalam minimal dua kali. d. Kebersihan kuku Kuku ibu hamil harus selalu dalam keadaan pendek dan bersih. (Sulistyawati, 2011; h. 171)
  • 89. 78 (10) Aktivitas seksual Walaupun ini adalah hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini, karena terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup mengganggu pasien namun ia tidak tahu ke mana harus berkonsultasi. Dengan teknik yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual, melalui pertanyaan berikut ini: a. Frekuensi Kita tanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual dalam semiggu. b. Gangguan Kita tanyakan apakah pasien mengalami gangguan ketika melakukan hubngan seksual, misalnya nyeri saat berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami, kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan, dan lain sebagainya. (Sulistyawati, 2011; h. 171-172) (11) Pola aktivitas Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien. Beri anjuran kepada klien untuk menghindari
  • 90. 79 mengangkat beban berat, kelelahan, latihan yang berlebihan dan olah raga berat. Anjurkan klien untuk melakukan senam hamil. Aktivitas harus dibatasi bila didapatkan penyulit karena dapat mengakibatkan persalinan prematur, KPD, dan sebagainya. (Walyani, 2015; h. 132) 2. Data Objektif Melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasiyang dilakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut : 1) Keadaan Umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria sebagai berikut : (1) Baik Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
  • 91. 80 (2) Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri. 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2011; h.175) 3) Tinggi Badan Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. (Tambunan, 2012; h.9) 4) Berat Badan Berat badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan berat, serta menilai tingkat kegemukan. (Tambunan, 2012; h.9). Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah: 4 kg pada kehamilan di TM I. 0,5 kg/ minggu
  • 92. 81 pada kehamilan TM II sampai TM III. Totalnya sekitar 15-16 kg selama kehamilan. (Sulistyawati, 2011; h.69). Penambahan berat badan 6,5 kg sampai 16,5 kg (Manuaba, 2010; h.95). Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra-uteri (Intra-Uterin Growth Retardation-IUGR). (Sulistyawati, 2011; h.68) 5) Tanda-tanda vital (1) Tekanan darah Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I penderita akan mengalami tekanan darah sistol menurun. (Runiari, 2010; h. 13) (2) Nadi Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I akan terjadi peningkatan nadi hingga 100x/menit (Runiari, 2010; h. 13)
  • 93. 82 (3) Pernafasan Pernapasan merupakan aspek yang penting pada pengkajian fisik. Fungsi sistem pernapasan yang utama adalah mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta mengatur keseimbangan asam basa (kestabilan konsentrasi ion hidrogen pada tubuh). (Priharjo, 2007; h. 81). (4) Suhu Pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I dapat disertai peningkatan suhu tubuh (Runiari, 2010; h. 13) 6) Pemeriksaan fisik Kepala : Rambut: warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. Muka : Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka dan nyeri tekan atau tidak Mata : Konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan, gangguan penglihatan Telinga : Bentuk, kebersihan telinga dan nyeri tekan pada telinga
  • 94. 83 Hidung : Kebersihan, polip, dan alergi debu Mulut : (Bibir: warna, integritas jaringan), lidah: warna, kebersihan), (gigi: kebersihan, karies, ganggan pada mulut) Leher : Bentuk kulit, pembesaran kelenjar limfe Dada : Bentuk, simetris/ tidak Payudara : Bentuk, hiperpigmentasi, nyeri, kolostrum, keadaan puting, kebersihan. Perut : Bentuk, bekas luka operasi, nyeri tekan, nyeri ketuk, bising usus Palpasi Leopold Leopold 1 : a. Pemeriksaan menghadap ke arah wajah ibu hamil. b. Menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam fundus, dan konsistensi fundus Leopold 2 : a. Menentukan batas samping rahim kanan-kiri b. Menentukan letak punggung janin c. Pada letak lintang, tentukan dimana
  • 95. 84 kepala janin Leopold 3 : a. Menentukan bagian terbawah janin b. Apakah bagian terbawah janin sudah masuk atau masih goyang Leopold 4 : a. Pemeriksaan menghadap ke kaki ibu hamil b. Juga menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul. (Manuaba, 2010; h.118-119) Auskultasi : Denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat. (Rukiyah dan yulianti, 2014; h.240) Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk Genital : Kebersihan, pengeluaran per vagina, tanda-tanda infeksi vagina Anus : Haemoroid dan kebersihan Ekstermitas : Atas (gangguan/ kelainan, bentuk) Bawah (bentuk, udema, varices)
  • 96. 85 Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, golongan darah, protein urin), pemeriksaan USG, Non stress test (NST). (Kuswanti, 2014; h. 142) 2.2.2.2 Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Dalam langkah kedua ini bidan membagi interpretasi data dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Diagnosis kebidanan/ nomenklatur Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain: 1) Paritas Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan). Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih). 2) Usia kehamilan dalam minggu 3) Keadaan janin
  • 97. 86 4) Normal atau tidak normal 2. Masalah Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya. 3. Kebutuhan pasien Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. (Sulistyawati, 2011; h.177-180). 2.2.2.3 Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial dan Antisipasi Penangannya). Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah dididentikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
  • 98. 87 Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis. (Soepardan, 2008; h.99-100) 2.2.2.4 Langkah IV (Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan. (Soepardan, 2008; h.100-101).
  • 99. 88 2.2.2.5 Langkah V ( Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh) Dalam melakukan asuhan kebidanan perlu suatu perencanaan yang baik. Perencanaan meliputi pengembangan strategi disain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah- masalah yang diidentifikasi pada diagnosis kebidanan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Secara tradisional rencana kebidanan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan yang berisi tentang cara menyelesaikan masalah tujuan dan intervensi. Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, rencana asuhan kebidanan pada klien dengan hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut : 1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan 2. Berikan keyakinan bahwa mual muntah adalah hal yang fisiologis 3. Anjurkan ibu untuk tidak langsung bangun di pagi hari 4. Anjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berminyak, berlemak dan pedas 5. Anjurkan ibu untuk diet Hiperemesis gravidarum tingkat I 6. Anjurkan ibu istirahat cukup 7. Anjurkan ibu untuk banyak minum air putih 8. Anjurkan ibu untuk terus meminum terapi obat yang diberikan oleh bidan 9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
  • 100. 89 10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan (Rukiyah dan Yulianti, 2014; hal. 130-131) 2.2.2.6 Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ketika bidan berkonsultasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. (Soepardan, 2008; h. 102) Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu kurang baik, TD: 90/60 mmHg, nadi 94 x/i, suhu 36,8°C, pernapasan22x/i, BB sekarang 38 kg, BB sebelum hamil 44 kg, penurunan 6 kg, TB 150 cm. Pemeriksaan penunjang Hb 10 gr %, urine
  • 101. 90 2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan suatu proses yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. 3. Menganjurkan ibu di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru bangun cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun, bila merasa mual bangun tidur pagi makanlah snak atau biskuit sebelum mencoba untuk berdiri. 4. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berminyak, berlemak dan pedas seperti makanan yang digoreng, rujak, makanan bersantan karena dapat memperburuk rasa mual. 5. Menganjurkan ibu untuk diet Hiperemesis gravidarum tingkat I yaitu makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat- zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. 6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur siang ± 1-2 jam, malam ± 8 jam dan menganjurkan ibu untuk tidak terlalu banyak fikiran.