PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
ASUHAN NIFAS
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 JAM POSTPARTUM
TERHADAP NY.L UMUR 22 TAHUN P2A0 DI KLINIK
BERSALIN IBI DELIMA KENCANA JL.SRI
KRISNA NO.87 SAWAH BREBES
TANJUNG KARANG TIMUR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
ANISSA DWI JAYANTI
201207133
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 JAM POSTPARTUM
TERHADAP NY.L UMUR 22 TAHUN P2A0 DI KLINIK
BERSALIN IBI DELIMA KENCANA JL.SRI
KRISNA NO.87 SAWAH BREBES
TANJUNG KARANG TIMUR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
ANISSA DWI JAYANTI
201207133
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
i
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Dipolama III Kebidanan Adila pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 10 juli 2015
Penguji I Penguji II
Ahmad Dahro, S.Sos, M.I.P Septi Ristiyana, S.ST
NIK. 2006071016 NIK. 2015021067
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.P.H
NIK. 2011041008
ii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 JAM POSTPARTUM
TERHADAP NY.L UMUR 22 TAHUN P2A0 DI KLINIK
BERSALIN IBI DELIMA KENCANA JL.SRI
KRISNA NO.87 SAWAH BREBES
TANJUNG KARANG TIMUR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Anissa Dwi Jayanti, Shilvia Anggraini,S.ST, M.KES, Nopa Utari, S.ST
INTISARI
KTI Ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dimana Masa nifas
(puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Tujuan penulisan ini diharapkan penulis
mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan pada ibu nifas 2 jam Postpartum terhadap Ny.L umur 22 tahun P2A0 di
Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Bandar Lampung tahun 2015
Metode penelitian pada study kasus ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsitentang suatu keadaan secara
objektif. Subjek penelitian terhadap ibu nifas normal, objek penelitian yaitu Ny.L umur 22 Tahun
P2A0 2 Jam Postpartum, tempat di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana.
Simpulan hasil penelitian adalah penulis telah melakukan asuhan sesuai dengan 7 langkah
varney. Saran utama yaitu diharapkan asuhan yang diberikan dapat menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi ibu nifas normal dalam mencegah tejadinya perdarahan seta komplikasi pada ibu
nifas.
Kata Kunci : Masa Nifas, 2 jam postpartum
Referensi : 12 referensi (2005-2012)
Jumlah halaman : 107 halaman
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Anissa Dwi Jayanti
NIM : 201207133
Tempat/tanggal lahir : Muara Enim, 06 Desember 1994
Alamat : Jl.Swadaya sukaraja IV, kec. Gedong tataan,
Kab.pesawaran, Lampung
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Biografi
1. TK Negeri Pembina Muara Enim, tahun 1998-2000
2. SDN 2 Sukaraja, Gedong tataan, tahun 2000-2006
3. SMPN 1 Gedong tataan, tahun 2006-2009
4. SMAN 1 Gedong tataan, tahun 2009-2012
5. Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung, tahun 2012-sekarang
iv
6. 6
MOTTO
Jadikan diri anda sebagai orang yang mampu terlihat hebat di depan
mata orang lain dan jangan jadikan diri anda sebagai orang yang tidak
mampu di depan mata orang lain.
(Anissa Dwi Jayanti )
v
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah AWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
1. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
semangat, do’a, serta kasih saying yang selalu motivasi terbesar khususnya
untuk Ayahku (Alm) Suyanto dan Ibuku Suryana, serta Kakak an Adikku.
Terima kasih atas segala do’a yang tak henti-hentinya dalam diriku.
2. Terimakasih untuk pembimbing Akademik yang selalu sabar dalam
membimbing
3. Terimakasih untuk Almamaterku AKBID ADILA Bandar Lampung yang
menjadi tempatku dalam menimba ilmu tiga tahun ini
4. Serta teman-temanku Angkatan ke-Tujuh AKBID ADILA, terimakasih
untuk waktu yang berarti selama ini yang selalu mengisi hari-hariku. Segala
canda, tawa, tangis serta cerita akan abadi dalam hati
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini
vi
8. 8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 Jam Postpartum Terhadap Ny.L
Umur 22 Tahun P2A0 di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna
No.87 Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung Tahun
2015”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Dr.Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Bidan Haryanti, Amd.Keb sebagai pemilik BPM tempat penulis mengambil
penelitian
3. Ibu Shilvia Anggraini, S.ST, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
4. Ibu Nopa Utari, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
5. Seluruh Dosen dan Staf Akedemi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii
INTISARI ………………………………………………………………. iii
CURRICULUM VITAE ………………………………………………. iv
MOTTO ………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN ……………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………... 4
1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………… 4
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………... 4
1.4 Ruang Lingkup ……………………………………………….. 6
1.5 Manfaat Penulisan …………………………………………….. 6
1.6 Metode dan Teknik Memperoleh Data ……………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 11
2.1 Tinjauan Teori Medis …………………………………………. 11
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan …………………………… 35
2.3 Teori Landasan Hukum Kebidanan …………………………... 56
BAB III TINJAUAN KASUS ………………………………………….. 61
1.1 Tinjauan Kasus ……………………………………………….. 61
1.2 Mtriks …………………………………………………………. 72
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………….. 72
4.1 Pengkajian …………………………………………………….. 72
4.2 Interprestasi Data ……………………………………………… 88
4.3 Diagnosa Potensial …………………………………………….. 91
4.4 Antisipasi Masalah danTindakan Segera ……………………… 92
4.5 Perencanaan ……………………………………………………. 92
4.6 Pelaksanaan ……………………………………………………. 94
4.7 Evaluasi ………………………………………………………... 97
BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 99
5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 99
5.2 Saran …………………………………………………………… 101
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
viii
10. 10
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Involusi uterus ………………………………………………… 20
Tabel. 3.1. Matriks …………………………………………………………72
ix
11. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Permohonan Pengambilan Data
Lampiran 2 : Surat Balasan Pengambilan Data seta Melakukan Asuhan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar Konsul
x
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadarn perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu
melahirkan dan masa nifas (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
AKI yang dihasilkan dari SDKI dan AKRT hanya menggambarkan data
nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut
Provinsi (karena memerlukan sampel dan biaya yang sangat besar). Angka
kematian ibu pada saat ini baru diperoleh dari survey-survey terbatas. AKI
selama tahun 1997-2007 cenderung menurut dimana dari 370 per 100.000
kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007
(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun
2012 sebesar 115,8 per kelahiran hidup, namun angka ini tidak dapat
dipergunakan karena angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibu yang
ada di populasi (data hanya dari fasilitas saja). Sehingga tetap mempergunakan
data dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun
sekali. 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar 59,78% terjadi pada saat
persalinan dan 70,95% terjadi pada usian 20-34 tahun. Penyebaba kasus
kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan,
13. 2
eklampsia, infeksi dan lain-lain (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2012).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) setelah itu
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.1).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian pada masa nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya di sebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pascapersalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatkan persediaan
darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu (Siti Saleha, 2009;h.95).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau purpurium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, samapai
enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, et All, 2009;h.1).
14. 3
Tujuan asuhan masa nifas yaitu untuk mendeteksi adanya perdarahan masa
nifas, menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan skrining secara
komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan
pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, serta memberikan
konseling mengenai KB
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.2-3).
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta
untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi
antara lain 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu
setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.4-5).
Berdasarkan prasurvey tanggal 02 April 2015 datang ke Klinik Bersalin IBI
Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur,
terdapat ibu postpartum 2 jam Ny.L umur 22 Tahun P2A0 saat dilakukan
pengkajian didapat hasil bahwa ibu sudah pulang saat 6 jam postpartum.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 jam Postpartum Terhadap Ny.L umur 22 Tahun
P2A0 di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl. Sri Krisna No.87 Sawah
Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung tahun 2015”.
15. 4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Karya Tulis
Ilmiah ini adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 2 jam
Postpartum terhadap Ny.L umur 22 tahun P2A0 di Klinik Bersalin IBI
Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur,
Bandar Lampung tahun 2015?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada ibu
nifas 2 jam Postpartum terhadap Ny.L umur 22 tahun P2A0 di Klinik
Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah Brebes,
Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1.3.2.1 Dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas 2 jam postpartum
khususnya pada Ny.L umur 22 tahun P2A0 di Klinik
Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah
Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung tahun
2015.
1.3.2.2 Dapat melakukan interprestasi data ibu nifas 2 jam
postpartum khususnya pada Ny.L umur 22 tahun P2A0 di
16. 5
Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87
Sawah Brebes, Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas 2 jam
postpartum khususnya pada Ny.L umur 22 tahun P2A0 di
Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87
Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung
tahun2012.
1.3.2.4 Dapat melakukan tindakan antisipasi pada ibu nifas 2 jam
postpartum khususnya pada Ny.L umur 22 tahun P2A0 di
Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krina No.87
Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2.5 Dapat merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan pada
ibu nifas 2 jam postpartum khususnya pada Ny.L umur 22
tahun P2A0 di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri
Krisna No.87 Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan pada ibu nifas 2 jam postpartum khususnya
pada Ny.L umur 22 tahun P2A0 di Klinik Bersalin IBI
Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah brebes, Tanjung
Karang Timur, Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.7 Dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas 2 jam postpartum khususnya pada
17. 6
Ny.L umur 22 tahun P2A0 di Klinik Bersalin IBI Delima
Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah brebes, Tanjung Karang
Timur, Bandar Lampung tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dari karya tulis ilmiah ini adalah Ny.L umur 22 tahun
P2A0 2 jam postpartum di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri
Krisna No.87 Sawah brebes, Tanjung Karang, Bandar Lampung tahun
2015.
1.4.2 Tempat Penelitian
Dilaksanakan di Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Jl.Sri Krisna
No.87 Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung tahun
2015.
1.4.3 Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada tanggal 02 April 2015, di Klinik Bersalin IBI
Delima Kencana, Jl.Sri Krisna No.87 Sawah brebes, tanjung karang
timur, Bandar Lampung tahun 2015.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan, dan sebagai
dokumentasi, serta dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
18. 7
mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
penatalaksanaan asuhan masa nifas.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian agar dapat
mengoptimalkan serta meningkatkan pelayanan sehingga dapat
memberi pelayanan yang berkualitas terhadap klien.
1.5.3 Bagi Klien
Setelah diberikannya asuhan klien dapat mengerti serta dapat
menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi Ny.L untuk
mendeteksi secara dini komplikasi mengenai masa nifas.
1.5.4 Bagi penulis
Dapat melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif serta menetapkan rencana asuhan kebidanan yang akan
diberikan, dan memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan terhadap ibu nifas khusunya pada ibu postpartum 2 jam.
1.5.5 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan, serta dapat
dijadikan sebagai bahan percontohan dalam pembuatan karya tulis
ilmiah selanjutnya.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi penelitian
Penulisan Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif adalah
suatu metode yang dapat dilakukan terhadap sekumpulan objek yang
19. 8
biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu dan dapat
digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut
(Prof Dr Soekidjo Notoatmodjo, 2012; h.35).
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut :
1.6.2.1 Data Primer
Data primer merupakan sumber daya yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)
data primer dapat berupa opini, subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
benda (fisik), kejadian atau kegatan dan hasl pengujian
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keteranagan atau informasi sevara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Prof Dr Soekidjo Notoatmodjo, 2012; h.139).
20. 9
Wawancara dilakukan dengan auto anamnesa yaitu
anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung
jadi, data yang diperolah adalah data primer karena
langsung dari sumbernya
(Ari Sulistyawati, 2009; h.111).
a. Pengkajian Fisik
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai
bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau
tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari system
pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan
cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran,
yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi
(Robert Prihardjo, 2006; h.2-3).
1.6.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak.
a. Studi Pustaka
Adalah semua bentuk bahan pustaka yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu
penelitian, yang tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dari berbagai disiplin ilmu yang berupa buku-
buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal
dan sebagainya
21. 10
(Prof Dr Soekidjo Notoadmodjo, 2005; h.63).
b. Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah
tanggung jawab instant resmi, misalnya laporan, statistic,
catatan di dalam kartu klinik dan sebagainya
(Prof Dr Soekidjo Notoadmodjo, 2005; h.62).
22. 11
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerpurium
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai samapai alat-
alat kandungan kembali seperti prahamil
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Siti Saleha, 2009;h.4).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minngu
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
23. 12
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009;h.1).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau purpurium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,
samapai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, et All, 2009;h.1).
2.1.2 Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas
Prinsip asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas dan menyusui
harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat.
Jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas
meliputi hal-hal sebagai berikut :
2.1.2.1 Peningkatan kesehatan fisik dan psikologi.
2.1.2.2 Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik
maupun psikis.
2.1.2.3 Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik.
2.1.2.4 Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi
keluarga dan budaya khusus.
2.1.2.5 Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu.
24. 13
2.1.2.6 Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
2.1.2.7 Imunisasi ibu terhadap tetanus
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.1).
2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
2.1.3.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik.
2.1.3.2 Melaksanakan skirining secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
2.1.3.3 Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan
dengan: gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya,
perawatan bayi sehat dan KB (keluarga berencana).
2.1.3.4 Memberikan pelayanan KB (keluarga berencana)
(Suherni, et All, 2009;h.1-2).
2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Masa Nifas
2.1.4.1 Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan
komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6
hari, 2 minggu dan 6 minggu.
2.1.4.2 Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga.
2.1.4.3 Membuat kebijakan perencanaan kesehatan dan
administrator.
25. 14
Asuhan masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya (Suherni, et All, 2009;h.2).
2.1.5 Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut.
2.1.5.1 Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal
lainnya.
2.1.5.2 Puerpurium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lainnya sekitar 6-8 minggu.
2.1.5.3 Puerpurium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.4).
2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijkaan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-
masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut.
2.1.6.1 Asuhan Masa Nifas 6-8 jam Setelah Persalinan
26. 15
2.1.6.1.1 Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
2.1.6.1.2 Mendeteksi dan merawat peyebab lain perdarahan
dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
2.1.6.1.3 Memberikan konseling kepada ibu atau salah
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Dengan cara melakukan masase fundus uteri segera
setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik).
Apabila uterus berkontraksi tapi perdarahan terus
berlangsung, periksa apakah perineum, vagina dan
serviks mengalami laserasi jahit atau segera rujuk
(Ari Sulistiyawati dan Esti Nugraheny, 2010;h.169).
2.1.6.1.4 Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
Berikan ASI pada bayi segera setelah bayi lahi
selama 1 jam penuh, dan berikan ASI sesering
mungkin setiap 2-3 jam sampaibayi berusia 6 bulan
(Vivian Nanny Lian Dewi dan Tri Sunarsih,
2011;h.27).
2.1.6.1.5 Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
Dengan cara melakukan Rawat Gabung dan
Bonding Attachment pada ibu dan bayinya.
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya daam satu
27. 16
ruangan, kamr, atau suatu tempat secara bersama-
sama dan tidak dipsahkan selama 24 jam penuh
dalam seharinya
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih,
2011;h.18).
Attachment adalah proses penggabungan
berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya. Bonding
berapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu
dan adalah masa sensitive pada menit pertama dan
be ayah ini akan menentukan tumbuh kembang
anak menjadi optimal. Menurut Kannel dan Kalus
(1998) menyatakan bahwa bounding attachment
dapat didefinisikan sebagai hubungan unik antara
dua orang yang sifatnya spesifik dan bertahan
seiring berjalannya waktu
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.63-64).
2.1.6.1.6 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
Dengan cara:
1. Bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan
dan dibungkus dengan kain kering kemudian
28. 17
diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
2. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi
stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan
lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa
dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan
tetap menggunakan air hangat.
3. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru
lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan
panas, yaitu melalui radiasi, evaporasi,
konduksi, dan konveksi
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih,
2011;h.3-4).
2.1.6.2 6 hari setelah persalinan.
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
pendarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
29. 18
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi dan talipusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
2.1.6.3 2 minggu setelah persalinan.
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim.
2.1.6.4 6 minggu setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.4-5).
2.1.7 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
2.1.7.1 Perubahan Sistem Reproduksi.
1. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan.proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut.
a. Iskemia miometrium.
30. 19
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah penegluaran plasenta
membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
b. Autolysis.
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang tejadi di dalam otot uterus.
c. Efek oksitosin.
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus.
Tabel. 2.1.
Involusi uterus
Involusi
Tinggi
fundus uteri
Berat
uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta
(cm)
Keadaan serviks
Bayi
Lahir
Setinggi
pusat
1000
Uri Lahir 2 jari di
bawah pusat
750 12,5 Lembek
Satu
Minggu
Pertengahan
pusat-
simfisis
500 7,5 Beberapa hari
setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jari.
Dua
Minggu
Tak teraba
diatas
simfisis
350 3-4
Enam
Minggu
Bertambah
kecil
50-60 1-2
Delapan
Minggu
Sebesar
normal
30
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.55-57).
31. 20
2. Pengerutan Rahim (involusi).
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan
luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya
(tinggi fundus uteri).
a. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan
berat 1000 gram.
b. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
c. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat 500 gram.
d. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram.
e. Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram
(Ari Sulistyawati, 2009;h.74).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi didalam otot uteri.
32. 21
b. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi
sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen
yang menyertai pelepasan plasenta.
c. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segara setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu
proses homeostatis (Ari Sulistyawati, 2009;h.75).
3. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea di bedakan menjadi 4
jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari
keempat masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
33. 22
Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum.
Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel
selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
post partum (Ari Sulistyawati, 2009;h.76).
2.1.7.2 Perubahan pada servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk
ini disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara corvus dan servik
berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi
sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara
perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk
ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki
34. 23
2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah
menutup kembali.
1. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara barangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
2. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh takanan bayi yang
bergerak maju, pada post natal hari ke 5 perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil
(Ari Sulistyawati, 2009;h.77-78).
2.1.7.3 Perubahan sistem pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami penekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali
35. 24
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,
dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
(Ari Sulistyawati, 2009;h.78).
2.1.7.4 Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasma sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam
jumlah besar akan di hasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “dieresis” ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009;h.78-79).
2.1.7.5 Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligament-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-
angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament
rotundum mengendur, sehingga uterus dapat diatasi dengan
latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi
lordosis kembali secara perlahan-lahan
(Siti Saleha, 2009;h.59).
36. 25
2.1.7.6 Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormone plasenta
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
2. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase
konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga
dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
estrogen dan progesterone.
4. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga prolaktin yang juga sedang maningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan
ASI (Ari Sulistyawati, 2009;h.80).
37. 26
2.1.7.7 Perubahan Tanda-Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika
wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara,
baik peningkatan tekanan darah systole maupun diastole
dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan. Fungsi pernafasan kembali pada
fungsi saat wanita tidak hamil yaitu pada bulan keenam
setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma
menurun, aksis jantung kembali normal, serta implus dan
EKG kembali normal.
1. Suhu badan
Satu hari(24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan
normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-
3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalis, atau system lain
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.60).
38. 27
2. Nadi dan pernafasan
a. Nadi
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih.
b. Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.138).
3. Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan
pada kasus normal tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan
(Ai Yeyeh Rukiyah, et All, 2011;h.69).
2.1.7.8 Perubahan Hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih
sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit
akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama
masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih
bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000 - 30.000 tanpa
39. 28
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit
pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau
lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal. Titik
2% tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan 500 ml
darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih
1.500 ml dalam jumlah keseluruhan selama kelahiran dan
masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien
ini kira-kira 200-500 ml hilang selama masa persalinan, 500-
800 ml hilang selama minggu pertama post partum, dan
terakhir 500 ml selama sisa masa nifas
(Siti Saleha, 2009;h.61-62).
2.1.8 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa
down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi
seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota kaluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
40. 29
2.1.8.1 Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketregantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan
berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Gangguan psikologi yang mungkin dirasakan ibu pada fase
adalah sebagai berikut.
1. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang
diinginkan tentang bayinya, misalkan: jenis kelamin
tertentu, warna kulit, dan sebagainya.
2. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik
yang dialami ibu misalnya rasa mule akibat dari kontraksi
rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan
sebagainya.
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa
membantu.
2.1.8.2 Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara
3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
41. 30
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang
sangat sensitive sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan ibu.
2.1.8.3 Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuikan diri, merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.65-66).
2.1.9 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
2.1.9.1 Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa
nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena
berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan
dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari
kebutuhan biasa
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.97)
2.1.9.2 Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
42. 31
membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah
adanya trombosit).
Keuntungan lain dari ambulasi dini sebagai berikut.
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu
merawat/memelihara anaknya.
4. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal.
5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau
luka di perut.
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.73).
2.1.9.4 Eliminasi
1. Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil
sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:
a. Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
dengan klien.
b. Mengompres air hangat di atas simpisis.
43. 32
2. Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar.
Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa buang besar
maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat.
Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak,
makanan cukup serat, olahraga
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.73-74).
2.1.6.5 Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi
sendiri dikamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah
puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan perineum
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.106).
2.1.6.6 Istirahat
Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat mnyediakan
waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam
7-8 jam (Suherni et All, 2009;h.104)
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan pada ibu untuk kembali
pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta
untuk tidur siang untuk beristirahat selama bayi tidur. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara
lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan,
44. 33
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.107-
108).
2.1.6.7 Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah
sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
partum. Hasrat seksual pada bulan pertama baik
kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan
menurun
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.108).
2.1.6.8 Latihan senam nifas
Senam yang pertama paling baik, paling aman untuk
memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera
lakukan senam kegel pada hari pertama post partum bila
memang memungkinkan
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.108).
2.1.6.9 Keluarga berencana
1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
45. 34
2. Biasanya ibu postpartum tidak akan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki,
oleh karena aminore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untuk mencegah terjadiny kehamilan.
3. Sebelum menggunakan KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu pada ibu, meliputi :
a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta
metodenya.
b. Kelebihan dan keuntungan.
c. Efek samping.
d. Bagaimana memakai metode itu.
e. Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk
wanita pasca persalinan yang menyusu.
Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu
atau pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut
bekerja dengan baik
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.114-
115).
46. 35
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.130).
Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada
masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.130).
2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
2.2.1.1 Data subjektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b. Umur
47. 36
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikis belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektual, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
e. Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
48. 37
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.131-132).
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.132).
3. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan tersebut dapat bidan gunakan
sebagai peringatan akan adanya penyulit masa nifas.
Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa nifas
yang melibatkan seluruh system dalam tubuh akan
mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
bidan ketahui, yaitu apakah pasien pernah atau sedang
menderita penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes
mellitus, ginjal, hipertensi/hipotensi, atau hepatitis
(Ari Sulistyawati, 2009;h.113-114).
4. Riwayat perkawinan
Yang diper dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelasakan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.133).
49. 38
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lau.
Beberapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses prsalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.133-134).
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lam, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.134).
7. Kehidupan social budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien, khususnya pada masa nifas misalnya pada
keniasaan pantang makan
50. 39
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.134).
8. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selam masa nifas sementara ia
menyesuaikan diei menjadi seorang ibu
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 20010;h.134-
135).
9. Data penegetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.136).
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
simbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat.gizi ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI
berhasil baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, srta
kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya,
51. 40
yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.
1). Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional
dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan
lebih tinggi selama menyusui dibandingkan
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan
oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.
Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640
kal/hari untuk bulan pertama dan 510 kal/hari
selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan
jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika
menyusui.
2). Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas
kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini
hanya 16% dari tambahan 500 kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan untuk
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh
dari hewani dan nabati. Protein hewani antara
52. 41
lain telur, daging. Ikan. Udang, krang, susu dan
keju. Sementara itu, protein nabati banyak
terkandung dalam tahu, tempe, kacang-
kacangan, dan lain-lain.
3). Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi
adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan
minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih,
susu dan vitamin. Digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolism di dalam tubuh. Sumber
zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua
jenis sayur dan buah-buahan segar.
4). Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
5). Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih,
2011;h.71-72).
53. 42
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi
ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup
dapat mempercepat penyembuhan
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.136).
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
(Retnan Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.137).
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
54. 43
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering,
apakah kesulitan, degan bantuan atau sendiri, apakah
ibu pusing ketika melakukan ambulasi
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.136-137).
f. Hubungan seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil
dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,
maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri kapan saja ibu siap
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.77).
2.2.1.2 Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, bidan
harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang
bidan lakukan secara berurutan.
55. 44
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1. Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan
akan bidan laporkan dengan kriteria :
a. Baik
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Ari Sulistyawati, 2009;h.121-122).
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengajian derajat kesadarn pasien
dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
(Ari Sulistyawati, 2009;h.122).
56. 45
3. Tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya
tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan (Ai Yeyeh Rukiyah, et Alldkk, 2011;h.69).
b. Nadi dan Pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah
partus, dan dapat terjadi brakikardi, bila terdapat
takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita (Siti Saleha, 2009;h.61).
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.139).
c. Suhu
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada
57. 46
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu tidak
turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalis, atau system lain
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.60).
4. Kepala
a. Rambut : warna, kebersihan, mudah rontok atau
tidak.
b. Telinga : kebersihan, gangguan pendengaran.
c. Mata : konjungtiva, sclera, kebersihan, kelainan,
gangguan penglihatan.
d. Hidung : kebersihan, polip, alergi debu.
e. Mulut :
1). Bibir : warna, lembab, kering, atau pecah-pecah.
2). Lidah : warna, kebersihan.
3). Gigi : kebersihan, karies.
5. Leher : pembersaran kelenjar limfe, parotitis.
6. Dada : bentuk, simetris/tidak.
a. Payudara :
Adanya pembesaran, puting susu (menonjil/mendatar,
adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI/Kolostrum
sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau
benjolan abnormal (Suherni et All, 2009;h.120).
58. 47
b. Denyut jantung
c. Gangguan pernafasan (auskultasi)
7. Perut :
a. TFU
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu
periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut ,
kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi ) yakni:
periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus
(Ai Yeyeh Rukiyah, et All, 2011;h.99).
Perubahan ini dapat di ketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU –nya
(tinggi fundus uteri).
Pada saat bayi lahir , fundus uteri setinggi pusat
dengan berat 1000 gram
Pada ahir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
Pada 1 minggu post partum,TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram.
Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram.
Pada 6 minggu post partum , fundus uteri mengecil
(tak teraba) dengan berat 50 gram
(Ari Sulistyawati, 2009;h74).
59. 48
b. Kandung Kemih
kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap
keadaan kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan
kandung kemih jangan diabaikan karena jika kontraksi
terhambat oleh kandung kemih yang penuh bisa
berakibat keluar darah yang cukup banyak
(Ai Yeyeh Rukiyah, et All, 2011;h.100).
8. Ekstremitas
a. Atas : gangguan/kelainan, bentuk.
b. Bawah : bentuk, odema, varices.
9. Genetalia : kebersihan, pengeluaran
pervaginam, keadaan luka jahitan,
tanda-tanda infeksi vagina.
10. Anus : haemoroid, kebersihan
11. Data penunjang : kadar Hb, Hmt(Haematokrit),
Kadar leukosit, golongan darah.
(Ari Sulistyawati, 2009;h.121-
125).
2.2.2 Interpretasi Data Dasar
Menidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diiterprestasikan
60. 49
menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose
tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana
asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
2.2.2.1 Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang barkaitan engan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur,
keterangan ibu tentang keluhannya.
2. Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan berkontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2.2.2.2 Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
1. Data subjektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien.
2. Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
61. 50
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.141-
142).
2.2.2.3 Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya
(Ari Sulistyawati, 2009;h.229).
2.2.3 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.142).
2.2.4 Antisipasi masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.143).
2.2.5 Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus
62. 51
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori
yang up to date, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien
(Ari Sulistyawati, 2009;h.133).
Asuhan 2 jam setelah persalinan :
Beritahu kondisi ibu saat ini.
Ajarkan pada ibu atau salah satu keluarga untuk mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
Jelaskan tentang keluhan yang dialami.
Anjurkan ibu untuk ambulasi dini.
Tanyakan kembali apakah ibu sudah memberikan ASI awal.
Lakukan pencegahan hipotermi.
Lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
Asuhan 6 jam setelah persalinan :
Beritahu kondisi ibu saat ini.
Evaluasi apakah ibu dan keluarga sudah mengerti bagaimana cara
pencegahan perdarahan karena atonia uteri.
Evaluasi tentang keluhan yang dilami.
Evaluasi apakah ibu melakukan pemberia ASI awal.
Pastikan kembali apakah pencegahan hipotermia sudah dilakukan.
Anjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi.
Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygiene.
Anjurkan pada ibu untuk menjaga istirahat tidurnya.
63. 52
Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.
2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau
anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggung jawab atas terlaksanya seluruh perencanaan.
Dalam situasi ketika bidan harus berkolaborasi dengan dokter,
misalkan karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksanya rencana asuhan bersama
tersebut (Ari Sulistyawati, 2009;h.143-144).
Asuhan 2 jam setelah persalinan :
1. Memberitahu ibu mengenai kondisi saat ini yaitu :
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :120/70mmHg
Pernafasan :24x/m
Nadi : 80x/m
Suhu : 36,5°C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Pengeluaran pervaginam : lochea rubra
Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
2. Mengajarkan ibu atau salah satu keluarga untuk mencegah
perdarahan karena atonia uteri dengan cara memasase perut ibu.
64. 53
3. Menjelaskan kepada ibu tentang rasa mulas yang dialami ibu saat
ini adalah hal yang normal, karena proses pulihnya rahim seperti
sebelum hamil.
4. Menganjurkan ibu untuk ambulasi dini seperti miring ke kiri,
miring ke kanan agar ibu terasa lebih rileks.
5. Menanyakan kembali apakah ibu sudah memberikan ASI awal,
dengan cara melihat ibu menyusi bayinya segera setelah lahir
6. Melakukan pencegahan hipotermi dengan cara meletakkan bayi
pada ruangan yang hangat, tubuh bayi dibungkus dengan kain
kering atau dibedong, dan menunda memandikan bayi sampai
tubuh bayi stabil.
7. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi, yaitu menempatkan bayi
dan ibu dalam satu ruangan.
Asuhan 6 jam setelah persalinan :
Memberitahu ibu mengenai kondisi saat ini yaitu :
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 120/70mmHg
Pernafasan : 24x/m
Nadi : 80x/m
Suhu : 36,5°C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Pengeluaran pervaginam : lochea rubra
65. 54
Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Mengevaluasi apakah iu dan keluarga sudah mengerti bagaimana
cara pencegahan perdarahan karena atonia uteri.
Mengevaluasi tentang keluhan yang dialami oleh ibu, apakah ibu
masih merasakan mulas pada perutnya atau tidak.
Mengevaluasi apakah ibu sudah melakukan pemberian ASI awal
pada bayinya.
Memastikan kembali apakah pencegahan hipotermia sudah
dilakukan dengan baik.
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan baik, dengan mengkonsumsi makan-makanan yang
mengandung gizi seimbang seperti makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, vitamin dan serat.
Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hyginenya
dengan baik, dengan cara menganjurkan ibu membersihkan alat
genetalianya.
Mengajurkan pada ibu untu tetap menjaga istirahat tidunta, yaitu 1-
2 jam pada siang hari dan 7-8 jam pada malam hari.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu
kemudian pada tanggal 08 April 2015 untuk memastikan involusi
uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau, menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan pendarahan abnormal,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
66. 55
tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberiakn, ulangi kembaliproses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 20010;h.147).
2.3 Teori Landasan Hukum Kebidanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan.
Kewenangan ini meliputi :
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
1. Ruang lingkup :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
67. 56
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan :
a. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II
b. Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
c. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan
promosi air susu (ASI) eksklusif
e. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum
f. Penyuluhan dan konseling
g. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
h. Pemberian surat keterangan kematian
i. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
1. Ruang lingkup :
a. Pelayanan bayi baru lahir
b. Pelayanan bayi
c. Pelayanan anak balita
d. Pelayanan anak pra sekolah
68. 57
2. Kewenangan
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini
(IMD), injeksi vitamin K1
b. Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
g. Pemberian konseling dan penyuluhan
h. Pemberian surat keterangan kelahiran
i. Pemberian surat keterangan kematian
2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas,
khusus bagi bidan yang menjalankan program
69. 58
pemerintahan mendapatkan kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat
kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah suoervisi
dokter)
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman
yang ditetapkan
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di
bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan
remaja, dan penyehatan lingkunga
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak
pra sekolah dan anak sekolah
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunits
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
h. Pensegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi
dan edukasi
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakam program
pemerintah
70. 59
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit,
asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan
anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,
merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat
dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan
untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau
keluruhan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga
diberikan kewenangan sementara untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal,
dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabuoaten/Kota. Kewenangan bidan untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171).
71. 60
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 JAM POSTPARTUM
TERHADAP NY.L UMUR 22 TAHUN P2A0 DI KLINIK
BERSALIN IBI DELIMA KENCANA JL.SRI
KRISNA NO.87 SAWAH BREBES
TANJUNG KARANG TIMUR
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
PENGKAJIAN
Tanggal : 2 april 2015
Jam : 12.10 WIB
Tempat : Klinik Bersalin IBI Delima Kencana
Nama Mahasiswa : Anissa Dwi Jayanti
NIM : 201207133
DATA SUBJEKTIF
I. IDENTITAS
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. L : Tn.K
Umur : 22 tahun : 33 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
72. 61
Pendidikan : SMP : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Buruh
Alamat: Jl.Romowijoyo, No.72 Sawah brebes, Bandar lampung.
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mules.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
73. 62
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 19 Tahun
Lamanya pernikahan : 3 Tahun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 14 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Lama : 4-6 Hari
4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
74. 63
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No.
Tahun
Persal
inan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong penyulit
Keadaan
nifas anak
1. 2012 BPS Aterm Partus
spontan
Bidan Tidak
ada
Baik Hidup,
sehat
2. 2015 Klinik
Bersalin
Aterm Partus
spontan
Bidan Tidak
ada
Baik Hidup,
sehat
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Partus spontan
Tanggal : 2 april 2015
Jam : 10.10 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Panjang badan : 48 cm
Berat badan : 2500 gram
Keadaan bayi : Hidup, sehat
d. Riwayat KB : Ibu mengatakan pernah menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur
dan laukpauk, serta minum susu 1 gelas per hari
75. 64
Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan,
dengan menu nasi, sayur sop, lauk pauk 1
potong ayam dan 1 potong tempe dan air putih
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAK : Ibu mengatakan BAK 5-7 kali per hari, dengan
warna jernih.
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum
melahirkan.
Selama nifas
BAK : Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 2 jam post
partum dengan menggunkan pispot.
BAB : Ibu mengatakan belum BAB.
c. Pola aktivitas
Selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, menyapu, mengepel, dan
mencuci.
Selama nifas : Ibu belum dapat beraktifas, hanya dapat
melakukan mobilisasi dini seperti miring ke
kanan dan ke kiri.
d. Pola istirahat
Selama hamil : Ibu tidur malam selama 6-8 jam dan tidur
siang selama 1-2 jam
76. 65
Selama nifas : Ibu belum istirahat tidur, karena masih dalam
keadaan 2 jam postpartum
e. Pola personal hygine
Selama hamil : Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali
dalam seminggu ganti pakaian setiap mandi
dan mengganti celana dalam 3x sehari atau
jika lembab.
Selama nifas : Ibu belum mengganti pembalutnya karena masih
dalam keadaan 2 jam postpartum.
f. Pola seksual
Selama hamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu
3x seminggu.
Selama nifas : Ibu tidak melakukan hubungan seksual
7. Psikososial
a) Tanggapan ibu terhadap dirinya :
Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal
b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya :
Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yang
normal
c) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :
Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.L
d) Pengambilan Keputusan :
Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah dalam
keluarga
77. 66
e) Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
DATA OBJEKTIF
Tanggal/ waktu: 2-4-2015/ 12.10 WIB
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Pernafasan : 24 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,50
c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a). Wajah
Oedema : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
b). Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
78. 67
c). Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
d). Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan
Lidah : Bersih
e). Payudara
Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri
Puting Susu : Menonjol, bersih
Simetris : Ya, antara kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak ada
f). Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Normal
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
g). Anogenital
Vulva : Warna merah kehitaman
Perenium : Tidak Ada luka hacting
79. 68
Pengeluaran Pervaginam: Lochea rubra
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
h). Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : Tidak dikaji
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan sekarang
Tempat Melahirkan : Klinik Bersalin IBI Delima Kencana, Sawah
brebes.
Penolong : Bidan Haryanti
Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam
Tanggal Persalinan : 2 april 2015
Komplikasi : Tidak ada
Lamanya persalinan
Kala 1 : 7 Jam 00 Menit
Kala II : 0 Jam 20 Menit
Kala III : 0 Jam 7 Menit
80. 69
Kala IV : 2 Jam 0 Menit +
Lama : 9 Jam 27 Menit
Ketuban pecah pukul : 09.50 WIB
Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 200cc / 100cc
Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin
Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol 500mg,
tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis 200.000 IU
Plasenta :
Lahir : Spontan
Insersia : Lateralis
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
Kelainan : Tidak ada
Perenium : Tidak ada laserasi
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 2-4-2015/10.10 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin :Laki-laki
Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
81. 70
TABEL.3.1
MATRIKS
Tgl/Jam Pengkajian
Interprestasi data
(diagnosa, masalah,
dan kebutuhan)
Dx
potensial/Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
Kamis,
02/04/2015
12.10 Wib.
DS :
- ibu mengatakan saat
ini perutnya masih
terasa mulas.
DO :
- KU : baik
Kesadaran
:composmentis,
- TTV
TD :120/70 mmHg,
RR : 24x/m,
N :80x/m
S :36,5°C
- Tfu : 2 jari dibawah
pusat
- Pengeluaran : lochea
rubra
DX :
Ny.L umur 22 tahun
P2A0 2 jam
postpartum
Dasar :
DS :
- Ny.L mngatakan
sudah melahirkan 2
kali dan belum
pernah keguguran.
- Ny.L mengatakan
melahirkan tanggal 2
April 2015, pukul
10.10 WIB
DO :
- KU : baik
Kesadaran
:composmentis,
- TTV
TD :120/70 mmHg,
RR : 24x/m,
N :80x/m
S :36,5°C
- Tfu : 2 jari dibawah
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu
mengenai kondisi
saat ini.
2. Ajarkan pada ibu
atau salah satu
keluarga untuk
mencegah
perdarahan
karena atonia
uteri.
3. Jelaskan pada ibu
1. Memberitahu ibu mengenai
kondisi saat ini yaitu :
- KU : baik
- kesadaran : composmentis
- TD :120/70mmHg
- RR :24x/m
- N : 80x/m
- S : 36,5°C
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Pengeluaran : lochea rubra
- Pemeriksaan fisik dalam
batas normal.
2. Mengajarkan ibu atau salah
satu keluarga untuk
mencegah perdarahan karena
atonia uteri dengan cara
memasase perut ibu
3. Menjelaskan pada ibu
1. Ibu sudah
mengetahui
mengenai
kondisinya saat ini.
2. Ibu sudah dapat
melakukan masase
sendiri pada
perutnya sesuai
yang diajarkan.
3. Ibu sudah
82. 71
pusat
Pengeluaran : lochea
rubra
- Masalah : tidak ada
- Kebutuhan : tidak
ada
tentang keluhan
yang dialami
4. Anjurkan ibu
untuk ambulasi
dini.
5. Tanyakan
kembali apakah
ibu sudah
memberikan ASI
awal.
6. Lakukan
pencegahan
hipotermia.
7. Lakukan rawat
gabung antara ibu
dan bayi.
tentang keluhan yang dialami
adalah hal yang normal,
karena proses pulihnya rahim
dalam keadaan sebelum
hamil.
4.Menganjurkan ibu untuk
ambulasi dini seperti miring
ke kiri, miring ke kanan agar
ibu terasa lebih rileks.
5.Menanyakan kembali
apakah ibu sudah
memberikan ASI awal,
dengan cara melihat ibu
menyusi bayinya segera
setelah lahir
6.Melakukan pencegahan
hipotermi dengan cara
meletakkan bayi pada
ruangan yang hangat, tubuh
bayi dibungkus dengan kain
kering atau dibedong dan
menunda memandikan bayi
sampai tubuh bayi stabil.
7. Melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayi, yaitu
menempatkan bayi dan ibu
dalam satu ruangan.
menegetahui
mengenai keluhan
yang dialami.
4. Ibu sudah dapat
melakukan ambulasi
dini seperti miring
ke kiri dan ke
kanan.
5. Ibu sudah
memberikan ASIawal
pada bayinya.
6. Pencegahan
hipotermia pada
bayi sudah
dilakukan dan bayi
tampak hangat.
7. Rawatgabungantara
ibudan bayinya sudah
dilakukan.
83. 72
Kamis,
02/04/2015
16.10 Wib
DS :
- ibu mengatakan saat
ini perutnya masih
terasa mulas.
DO :
- KU : baik
Kesadaran
:composmenti,
- TTV
TD :120/70 mmHg,
RR : 24x/m,
N :80x/m
S :36,5°C
- TFU : 2 jari dibawah
pusat
- Pengeluaran : lochea
rubra
DX :
Ny.L umur 22 Tahun
P2A0 6 jam
postpartum.
Dasar :
DS :
- Ny.L mngatakan
sudah melahirkan 2
kali dan belum
pernah keguguran.
- Ny.L mengatakan
melahirkan tanggal 2
April 2015, pukul
10.10 WIB
DO :
- KU : baik
Kesadaran
:composmentis,
- TTV
TD :120/70 mmHg,
RR : 24x/m,
N :80x/m
S :36,5°C
- Tfu : 2 jari dibawah
pusat
Pengeluaran : lochea
rubra
- Masalah : tidak ada
- Kebutuhan : tidak
ada
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kondisi
ibu saat ini.
2. Evaluasi apakah
ibu dan keluarga
sudah mengerti
bagaimana cara
pencegahan
perdarahan
karena atonia
uteri.
3. Evaluasi tentang
keluhan yang
dilami.
4. Evaluasi
apakah ibu sudah
melakukan
pemberian ASI.
5. Pastikan kembali
apakah
pencegahan
hipotermia sudah
dilakukan.
1. Memberitahu ibu
mengenai kondisi saat ini
yaitu :
- KU : baik
- kesadaran : composmentis
- TD :120/70mmHg
- RR :24x/m
- N : 80x/m
- S : 36,5°C
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Pengeluaran : lochea rubra
- Pemeriksaan fisik dalam
batas normal.
2.Mengevaluasi apakah iu dan
keluarga sudah mengerti
bagaimana cara pencegahan
perdarahan karena atonia
uteri.
3.Mengevaluasi tentang
keluhan yang dialami oleh
ibu, apakah ibu masih
merasakan mulas pada
perutnya atau tidak.
4.Mengevaluasi apakah ibu
sudah melakukan pemberian
ASI pada bayinya.
5.Memastikan kembali apakah
pencegahan hipotermia
sudah dilakukan dengan
baik.
1. Ibu sudah
mengetahui
kondisinya saat ini.
2. Ibu dan keluarga
sudah dapat
melakukan masase
sendiri sesuai yang
sudah di ajarkan.
3. Ibu masih
merasakan mulas
pada perutnya.
4. Ibu sudah
memberikan ASI
pada bayinya.
5. Pencegahan
hipotermi sudah
dilakukan dengan
baik dengan cara
meletakkan bayi
pada ruangan yang
84. 73
6. Anjurkan ibu
untuk tetap
memenuhi
kebutuhan nutrisi.
7. Anjurkan pada
ibu untuk tetap
menjaga personal
hygiene.
8. Anjurkan pada
ibu untuk tetap
menjaga istirahat
tidunya.
9. Anjurkan ibu
untuk melakukan
kunjungan ulang
6.Menganjurkan ibu untuk
tetap memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan baik,
dengan mengkonsumsi
makan-makanan yang
mengandung gizi seimbang
seperti makanan yang
mengandung karbohidrat,
protein, vitamin dan serat.
7.Menganjurkan pada ibu
untuk tetap menjaga
personal hyginenya dengan
baik, dengan cara
menganjurkan ibu
membersihkan alat
genetalianya.
8.Menganjurkan pada ibu
untuk tetap menjaga istirahat
tidurnya yaitu 1-2 jam pada
siang hari dan 7-8 jam pada
malam hari.
9.Menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
satu minggu kemudian pada
tanggal 08 April 2015 untuk
memastikan involusi uterus
berjalan normal, uterus
hangat, tubuh bayi
dibungkus dengan
kain kering, dan
menunda
memandikan bayi
samapi tubuh bayi
stabil.
6. Ibu akan memenuhi
kebutuhan
nutrisinya.
7. Ibu kan tetap
menjaga personal
hygienenya dengan
baik.
8. Ibu akan tetap
menjaga istirahat
tidurnya.
9. Ibu bersedia untuk
melakukan
kunjungan ulang.
85. 74
berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak
ada pendarahan abnormal,
tidak ada bau, menilai
adanya tanda-tanda demam,
infeksi, dan pendarahan
abnormal, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi dan tali
pusat, serta menjaga bayi
tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
86. 75
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas 2 jam Postpartum
Normal Terhadap Ny.L umur 22 tahun P2A0 didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas Data
Subjektif yaitu Ny.L umur 22 tahun P2A0 2 jam post partum didapatkan hasil
4.1.1 DATA SUBJEKTIF
4.1.1.1 Umur
a. Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikis belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h131)
b. Tinjauan kasus
Umur Ny.L umur 22 Tahun
87. 76
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus, karena umur Ny.L 22 tahun
4.1.1.2 Pendidikan
a. Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien ,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.132).
b. Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, Ny.L pendidikan terakhir
nya yaitu SMP.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus, karena ibu dapat memahami penjelasan
yang diberikan dan ibu sudah mempunyai pengalaman
sebelumnya mengenai nifas.
4.1.1.3 Keluhan Utama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas,misalnya pasien merasa
88. 77
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.32).
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke
dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.55).
b. Tinjauan kasus
Ny.L mengeluh terasa mulas pada perutnya.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjaun teori dan
tinjauan kasus karena Ny.L mengalami suatu hal yang
fisiologis yaitu proses kembalinya rahim kekeadaan
semula seperti sebelum hamil.
4.1.1.4 Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
1. Tinjauan Teori
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
simbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat.gizi ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI
berhasil baik, maka berat badan bayi akan
89. 78
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, srta
kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya,
yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.
1). Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional
dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan
lebih tinggi selama menyusui dibandingkan
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan
oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.
Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640
kal/hari untuk bulan pertama dan 510 kal/hari
selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan
jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika
menyusui.
2). Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas
kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini
hanya 16% dari tambahan 500 kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan untuk
90. 79
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh
dari hewani dan nabati. Protein hewani antara
lain telur, daging. Ikan. Udang, krang, susu dan
keju. Sementara itu, protein nabati banyak
terkandung dalam tahu, tempe, kacang-
kacangan, dan lain-lain.
3). Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi
adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan
minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih,
susu dan vitamin. Digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolism di dalam tubuh. Sumber
zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua
jenis sayur dan buah-buahan segar.
4). Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
5). Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI
91. 80
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih,
2011.h.71-72).
2. Tinjauan Kasus
Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan,
dengan menu nasi, sayur soup, lauk pauk 1 potong
ayam dan 1 potong tempe serta air putih.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak
terdapat kesenjangan karena Ny.L segera memenuhi
kebutuhan nutrisinya dan ibu tidak mempunyai
pantangan makanan.
4.1.1.5 Eliminasi
Defekasi:
a. Tinjauan Teori
Ibu di harapkan dapat BAB sekitar 3 hari setelah
persalinan
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.73).
b. Tinjauan Kasus
Ibu belum BAB.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan karena ibu dalam keadaan fisiologis
dimana ibu dalam keadaan 2 jam post partum
92. 81
berdasarkan teori normal ibu nifas mengalami defekasi
samapai hari ke 3 setelah persalinan.
Miksi :
a. Tinjauan Teori
Miksi normal apabila dapat BAK spontan setiap 3-4
jam
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;h.73).
b. Tinjauan Kasus
Ny. L sudah BAK 2 jam postpartum dengan
menggunakan pispot.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny.L telah BAK setelah 2 jam
postpatum yaitu pada pukul 12.10 Wib.
4.1.1.6 Istirahat
a. Tinajuan Teori
Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
mnyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2
jam dan malam 7-8 jam
(Suherni et All, 2009;h.104)
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan pada ibu untuk
93. 82
kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan serta untuk tidur siang untuk beristirahat selama
bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.107-108).
b. Tinjauan Kasus
Dari setelah melahirkan ibu belum istirahat tidur, karena
ibu baru 2 jam postpartum.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kensejangan, karena Ny.L baru 2 jam
postpartum.
4.1.1.9 Personal hygiene
a. Tinjauan Teori
Untuk menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena masa pada masa nifas masih
menegluarkan lochea
94. 83
(Retna Nanny Lia Ambarwati dan Tri Wulandari,
2010;h.137).
b. Tinjauan Kasus
Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah melahirkan
dengan dibantu oleh bidan.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. L selalu menjaga
kebersihan diri nya dengan baik.
4.1.2 DATA OBJEKTIF
4.1.2.1 Pemeriksaan umum
a. Tinjauan Teori
1. Keadaan umum
Untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnose, bidan harus melakukan pengkajian data
objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara
berurutan (Ari Sulistyawati, 2009;h.121).
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan compos mentis
sampai dengan koma (Ari Sulistyawati, 2009;h.122).
95. 84
b. Tinjauan Kasus
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos mentis
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karna keadaan,dan kesadaran ibu dalam
keadaan baik.
4.1.2.2 Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
1. Tinjauan teori
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan
(Ai Yeyeh Rukiyah et All, 2011;h.69).
2. Tinjauan kasus
Tekanan darah : 120/70 mmHg
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna pada tekanan darah ibu
96. 85
tidak mengalami peningkatan atau penurunan
tekanan darah.
b. Nadi
1. Tinjauan teori
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit
setelah partus, dan dapat terjadi brakikardi, bila
terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada
vitium kordis pada penderita
(Siti Saleha, 2009;h.61).
2. Tinjauan kasus
Nadi : 80 x/menit
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. L nadi dalam
keadaan normal
c. Pernafasan
1. Tinjauan teori
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit
(Retna Eny Ambarwati dan Tri Wulandari,
2010;h.139).
2. Tinjauan kasus
Pernapasan: 24 x/menit
97. 86
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna Ny. L nadi dalam
keadaan normal
d. Suhu
1. Tinjauan teori
Satu hari(24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan
menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan
naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalis, atau system lain
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011;
h.60).
2. Tinjauan kasus
Suhu : 36,5 ºc
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena perubahan yang
98. 87
terjadi merupakan hal yang fisiologis yang terjadi
pada masa nifas.
4.1.2.3 Pemeriksaan fisik
a. Payudara
1. Tinjauan Teori
Adanya pembesaran, puting susu
(menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada
puting), ASI/Kolostrum sudah keluar, adakah
pembengkakan, radang atau benjolan abnormal
(Suherni et All, 2009;h.120).
2. Tinjauan Kasus
Bentuk payudara Ny. L simetris kiri dan kanan,
tidak terdapat benjolan, pembesaran normal dan
sudah ada pengeluaran kolostrum.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak
terdapat kesenjangan karena pada payudara sudah
mngeluarkan kolostrum.
b. Abdomen
1. Tinjauan Teori
a. TFU
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih
99. 88
dahulu periksa pandang warna perut,
pembesaran pada perut , kemudian lakukan
pemeriksaan raba ( palpasi ) yakni: periksa ada
tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus
(Ai Yeyeh Rukiyah et All, 2011;h.99).
Perubahan ini dapat di ketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana TFU –nya (tinggi fundus uteri).
Pada saat bayi lahir , fundus uteri setinggi
pusat dengan berat 1000 gram
Pada ahir kala III, TFU teraba 2 jari
dibawah pusat
Pada 1 minggu post partum,TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat
500 gram.
Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di
atas simpisis dengan berat 350 gram.
Pada 6 minggu post partum , fundus uteri
mengecil ( tak teraba ) dengan berat 50
gram (Sulistyawati,2009;h.74)
b. Kandung Kemih
kondisi kandung kemih sangat berpengaruh
terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga
100. 89
pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan
karena jika kontraksi terhambat oleh kandung
kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah
yang cukup banyak
(Ai Yeyeh Rukiyah et All, 2011;h.100).
2. Tinjauan Kasus
Pembesaran : Normal
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi Fundus uteri : 2 jari di bawah pusat
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjanga karena TFU Ny. L teraba 2 jari
di bawah pusat pada 2 jam setelah persalinan.
c. Anogenital
1. Tinjauan Teori
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali
101. 90
(Ari Sulistyawati, 2009;h.77).
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan
desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea di
bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya :
Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai
hari keempat masa postpartum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4
sampai hari ke-7 post partum.
Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan
karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
102. 91
Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel selaput lendir servik, dan serabut
jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum
(Ari Sulistyawati, 2009;h.76).
2. Tinjauan Kasus
Vulva :Berwarna merah kehitaman
:Tidak ada robekan perineum
Pengeluaran Pervaginam :Lochea rubra
3. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus karena pengeluaran lochea
normal pada 2 jam post partum yaitu lochea rubra.
4.2 Interpretasi Data
4.2.1 Diagnosa Kebidanan
4.2.1.1 Tinjauan Teori
Diagnosa dapat ditegakan yang berkaitan dengan primipara,
abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas, data dasar
meliputi :
103. 92
Data subjektif
Penyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan
ibu tentang keluhannya.
Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.141-
142).
4.2.1.2 Tinjauan Kasus
Diagnosa : Ny.L umur 22 tahun P2A0 2 jam
postpartum
Ds : - Ibu mengatakan ini persalinan yang
kedua, sudah pernah melahirkan satu
kali dan belum pernah keguguran.
Ibu mengatakan melahirkan pada
tanggal 02 April 2015
Do : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
4.2.1.3 Pembahasanan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena antara teori dan kasus sama dimana
104. 93
diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian dan data
– data ibu.
4.2.2 Masalah
4.2.2.1 Tinjauan teori
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.142).
4.2.2.2 Tinjauan kasus
Selama 2 jam post partum Ny. L mengeluh perutnya masih
mulas.
4.2.2.3 Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori karena terjadi
kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi lahir sehingga
ibu merasa mulas pada perutnya.
4.2.3 Kebutuhan
4.2.3.1 Tinjauan teori
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya
(Ari Sulistyawati, 2009;h.229).
4.2.3.2 Tinjauan kasus
Ny. L umur 22 tahun P2A0 2 jam post partum normal diberi
penjelasan tentang kondisi ibu saat ini dan pemantauan
perdarahan serta penjelasan rasa mulas yang dialami ibu.
105. 94
4.2.3.3 Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena peneliti melakukan
penanganan yaitu dengan pemberian konseling tentang
kondisi ibu saat ini dan pemantauan perdarahan serta
penjelasan rasa mulas yang dialami ibu, Dalam bagian ini
bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan
dan masalahnya.
4.3 Diagnosa potensial
4.3.1 Tinjauan teori
Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap hal tersebut benar-benar terjadi
(Retna Eny Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.142).
4.3.2 Tinjauan Kasus
Berdasarkan masalah atau diagnosis, tidak ada masalah potensial.
4.3.3 Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada data yang menunjang perlunya antisipasi
masalah potensial karena ibu tidak mempunyai masalah. hal ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus