3. Suatu jenis akad (perjanjian) untuk
mengakhiri perlawanan (perselisihan)
antara dua orang yang berlawanan
Secara Syariah
Artinya memutus pertengkaran
atau perselisihan
Secara Hafiah
01
02
4. Mushalih adalah masing-masing pihak yang
mengadakan perdamaian dalam islam.
Mushalih ‘anhu adalah objek yang diperselisihkan
oleh para pihak.
Mushalih ‘alaihi adalah perbuatan yang dilakukan
oleh salah satu pihak terhadap pihak lain untuk
mengakhiri pertengkaran.
Mushalih, Mushalih ‘anhu, & Mushalih ‘alaihi
03
5. Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min
berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika
salah satu dari kedua golongan berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali,
kepada perintah Allah, jika golongan itu kembali, maka
damaikanlah antara keduanya dan berlaku adilah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat adil.
(Q.S. AL-Hujurat :9)
6. IBRA
Membebaskan debitor dari sebagian kewajibannya
Penggantian dengan yang lain:
1. Menghibahkan (shulhu hibah)
2. Menjual (shulhu bay)
3. Menyewakan (shulhu ijarah) sebagian barang yang
dituntut oleh penggugat
MUFADHAH
7. Tahkim adalah menjadikan seseorang
sebagai pencegah suatu sengketa
Secara Etimologis
“Pengangkatan seorang atau lebih sebagai juru damai
(hakam) antara pihak-pihak yang bersengketa untuk
menyelesaikan perkara yang mereka perselisihkan secara
damai."
Dalam istilah sekarang tahkim diterjemahkan
sebagai arbitrase dan orang yang bertindak sebagai
wasitnya disebut arbiter atau hakam.
8. Q.S. An Nisa (35)
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimkanlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan...”
“Kaum muslimin sangat terikat dengan perjanjiannya,
kecualai persyaratan (perjanjian) yang mengharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram”
HR Tarmizi
9. Menetapkan hukum syara’ pada suatu
peristiwa atau sengketa untuk
menyelesaikannya secara adil dan
mengikat.
Secara Istilah
Artinya memutuskan atau
menetapkan.
Secara Bahasa
01
02
10. Qadha adalah lembaga resmi pemerintahan
untuk melaksanakan fungsi yudikatif yang
berwenang menyelesaikan perkara perdata
dan pidana.
Orang yang berwenang untuk menyelesaikan
perkara pada pengadilan -> qadhi (hakim)
Kekuasaan qadhi tidak dibatasi oleh pihak yang
berrtikai
Keputusan qadhi ini mengikat kedua belah pihak
11. Lorem ipsum
1. Di luar pengadilan (Non Litigasi)
a. Musyawarah/Negosiasi
b. Mediasi -> Mediasi Perbankan
c. Arbitrase -> BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional)
2. Di dalam pengadilan (Non Litigasi
dan Litigasi)
a. Mediasi di pengadilan agama
b. Pengadilan agama
12. CIRI-CIRI NEGOSIASI MEDIASI PENGADILAN ARBITRASE
Tingkat
formalitas
Tidak formal Tidak formal
Sangat formal,
terikat hukum
acara
Agak formal
Sifat proses Mufakat
Mufakat
para pihak
Pertikaian alat
bukti, argumen
Pertikaian,
alat buti,
argumen
Pihak ketiga
netral
Tidak ada Mediator
Hakim yang
tidak dipilih
oleh para pihak
Arbiter yang
dipilih para
pihak
Publikasi Tertutup Tertutup Terbuka Tertutup
Hasil akhir kesepakatan kesepakatan
Putusan dan
penetapan
Putusan
13. Dapat dilakukan di:
1. Di luar pengadilan
2. Di dalam pengadilan
1. UU 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan pilihan
penyelesaian sengketa pasal 6
2. PBI No.10/1/PBI/2008 tentang perubahan Bank
Indonesia No.8/5/PBI/2006 tentang mediasi
perbankan
3. PERMA No.1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di
pengadilan
Dasar Hukum
14. Mediator adalah pihak yang tidak
memihak dalam membantu
pelaksanaan mediasi.
“Proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator
untuk membentu para pihak yang bersengketa guna
mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan
sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh
permasalahan yang disengketakan”
15. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah kesepakan melalui
musyawarah.
Berdasarkan UU No. 30 tahun 1999
“Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.”
16. BASYARNAS berdiri secara otonom dan independen
sebagai salah satu instrument hukum yang
menyelesaikan perselisihan antara pihak, baik yang
datang dari dalam lingkungan syari’ah maupun
pihak lain yang memerlukannya.
BASYARNAS saat didirikan bernama Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) tanggal 21
Oktober 1993, berbadan hukum yayasan.
17. Penyelesaian melalui BASYARNAS dapat
dilakukan bila terjadi kesepakatan dan
dicantumkan dalam akad sejak awal
sebelum terjadi sengketa (pactum
compromittendo) atau dibuat ketika
terjadi sengketa (akta kompromis).
18. Menurut UU No.3 tahun 2006 pasal 49
Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama islam di bidang:
Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,
infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
20. •Meliputi semua
perkara dibidang
sengketa ekonomi
syariah (Pasal 49
UU No. 3 tahun
2006)
1
•Meliputii sengketa
antar lembaga
ekonomi syariah
dengan pihak non
islam
2 •Tidak menjangkau
klausula arbitrase
(Pasal 58-60 UU No.
48 tahun 2009
tentang kekuasaan
kehakiman)
3
21. UU No. 21 tahun 2008 pasal 55 tentang
perbankan syariah
1. Penyelesaian sengketa perbankan syariah
dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan agama.
2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan
penyelesaian sengketa selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa
dilaukan sesuai dengan isi akad
3. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah
22. Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya sebgai
berikut:
1. Musyawarah
2. Mediasi perbankan
3. Melalui basyarnas
4. Melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan
umum