SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG
Week IX
ARBITRASE (1)
A. Pengertian dan Karakteristik Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin), arbitrage (Belanda/Prancis), arbitration
(Inggris) dan scidspruch (Germany), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu
menurut kebijaksanaan atau perdamaian melalui arbiter atau wasit.
Dalam literatur, dijumpai banyak definisi arbitrase, antara lain:
1. Frank and Edna Elkoury: arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau sederhana yang
dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah
yang netral sesuai dengan pilihan mereka dimana keputusan mereka berdasarkan dalil-dalil
dalam perkara tersebut. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut
secara final dan mengikat.
2. Subekti: arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau
para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau mentaati
keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau tunjuk
tersebut.
3. Pasal 1 angka 1 UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (UU Nomor 30 Tahun 1999): arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar peradilan umum yang didasrkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Dan masih banyak pengertian arbitrase yang lain, yang jika disimpulkan akan tampak
sebagai berikut, bahwa arbitrase adalah:
1. Cara penyelesaian sengketa secara privat atau di luar pengadilan
2. Atas dasar perjanjian tertulis dari para pihak
3. Untuk mengantisipasi sengketa yang mungkin terjadi atau yang sudah terjadi
4. Dengan melibatkan pihak ketiga (arbiter atau wasit) yang berwenang mengambil sebuah
keputusan
5. Sifat putusannya adalah final dan mengikat.
Arbitrase di Indonesia telah diakomodasi secara jelas dan kuat dalam UU Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
B. Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase
Beberapa keunggulan arbitrase antara lain:
1. Dijamin kerahasiaan sengketa paa pihak
2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal procedural dan administrative
3. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan,
pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur
dan adil.
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta
proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase
5. Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata
cara prosedur sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.
Beberapa kelemahan arbitrase antara lain:
1. Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam,maupun masyarakat
bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri. Sebagai contoh masyarakat masih
2.
3.
4.
5.

banyak yang belum mengetahui keberadaan dan kiprah dari lembaga-lembaga seperti
BANI, BASYARNAS DAN P3BI.
Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga enggan memasukkan
perkaranya kepada lembaga-lembaga arbitrase. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya perkara
yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga abitrase yang ada.
Lembaga arbitrase dan ADR tidak mempunyai daya paksa dan kewenangan melakukan
eksekusi putusannya.
Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yag dicapai dalam
arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik dengan
teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan, gugatan pembatalan dan sebagainya.
Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme ekstra judicial
arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis seperti kejujuran dan kewajaran.

C. Obyek Sengketa Arbitrase
Adapun objek pemeriksaan arbitrase adalah memeriksa sengketa keperdataan, tetapi
tidak semua sengekta keperdataan dapat diselesaikan melalui arbitrase, seperti tercantum dalam
Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 1999, yaitu “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”.
Penjelasannya tidak memberikan apa yang termasuk dalam bidang perdagangan, akan
tetapi jika dihubungkan dengan penjelasan Pasal 66, termasuk ruang lingkup perdagangan
adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang:
1. Perniagaan
2. Perbankan
3. Keuangan
4. Penanaman Modal
5. Industri
6. HAKI
Selanjutnya Pasal 5 ayat (2) menyebutkan “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan
melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat
diadakan perdamaian”.
D. Bentuk-bentuk Arbitrase
Pada dasarnya bentuk arbitrase ada 2 jenis, yaitu arbitrase ad hoc (volunteer) dan
arbitrase institusional (permanent). Perbedaan antara kedua bentuk arbitrase ini adalah:
1. Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak terkoordinasi oleh suatu lembaga, sedangkan
arbitrase institusional adalah suatu arbitrase yang dikoordinasikan oleh suatu lembaga.
2. Arbitrase ad hoc dibentuk secara khusus atau bersifat insidentil untuk memeriksa dan
memutus perselisihan sengketa tertentu dalam jangka waktu tertentu pula, setelah
memutus sengketa, berakhir pula arbitrase ad hoc ini. Arbitrase institusional adalah
arbitrase yang melembaga dan bersifat permanent sehingga tidak berakhir setelah
memutus sengketa.
3. Arbitrasi ad hoc tidak terkait dengan salah satu badan arbitrase sehingga tidak memiliki
aturan tata cara tersendiri, baik mengenai pengangkatan arbiternya maupun tata cara
pemeriksaan sengketa, sedangkan arbitrase institusional memiliki prosedur dan tata cara
pengangkatan arbiter dan tata cara pemeriksaan.
4. Arbitrase ad hoc dilakukan setelah sengketa terjadi sedangka arbitrase institusional pada
umumnya dipilih oleh para pihak sebeum sengketa terjadi, yang dituangkan dalam
perjanjian arbitrase.
Di Indonesia saat ini terdapat 3 lembaga arbitrase, yaitu:
1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
BANI didirikan pada tanggal 3 Desember 1977, diprakarsai oleh Kamar Dagang dan
Industri Indonesia (KADIN) guna menyelesaikan sengketa-sengketa perdata, baik
soal-soal perdagangan, industri dan keuangan yang bersifat nasional maupun
internasional.
2. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
Sebelum bernama BASYARNAS pada tahun 2003, dulunya bernama Badan Arbitrase
Muamalat Indonesia (BAMUI). Pendirian BAMUI diprakarsai Majelis Ulama Indoensia
(MUI) pada tanggal 21 Oktober 1993, yang mempunyai tujuan yang sama pula untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi dalam hubungan perdagangan,
industri, keuangan, jasa dan lainnya, terutama yang berdasarkan pada syariat Islam.
3. P3BI (Panitia Penyelesaian Perselisihan Bisnis Indonesia)
P3BI didirikan tahun 1996 oleh kalangan bisnis dan dunia usaha dalam rangka
menyelesaikan sengketa bisnis yang terjadi diantara mereka.
Selain itu dikenal pula arbitrase yang berskala internasional seperti Court of Arbitration of
the International Chambers of Commerce (ICC), The International Centre of Settlement of
Investment Disputes (ICSID) dan The United Nations Commission on International Trade Law
(UNCITRAL).
E. Perjanjian Arbitrase
Penggunan arbitrase mensyaratkan dibuatnya perjanjian tertulis terlebih dahulu dari para
pihak yang bersengketa (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 30 Tahun 1999). Pasal 1 angka 3
menyebutkan “Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau
suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa”.
Dari rumusan Pasal 1 angka 3 ini dapat disimpulkan kalau perjanjian arbitrase timbul
karena adanya suatu kesepakatan berupa:
1. Klausula arbitrase yan tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa (pactum de compromittendo)-Pasal 7 dan 8 UU Nomor 30 Tahun
1999.
2. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah timbul sengketa
(acta compromise)-Pasal 9 UU Nomor 30 Tahun 1999.
F. Penunjukan dan Pengangkatan Arbiter
Arbiter sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 UU Nomor 30 Tahun 1999
adalah “Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau
yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”.
Mengenai persyaratan arbiter diatur dalam Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 1999
yang meyebutkan “Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus memenuhi syarat:
a. cakap melakukan tindakan hukum;
b. berumur paling rendah 35 tahun;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua
dengan salah satu pihak bersengketa;
d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase; dan
e. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun”.
Dalam ayat (2) nya disebutkan “Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya
tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter”

Catatan: semua materi dalam bab ini disarikan dari buku “Penyelesaian Sengketa Bisnis” penulis
Bambang Sutiyoso, SH.M.Hum., 2006, Citra Media, Yogyakarta, hlm 99-120.

MP7™

More Related Content

What's hot

Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Taufik Budi Permana
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Negosiasi dan mediasi
Negosiasi dan mediasi Negosiasi dan mediasi
Negosiasi dan mediasi Frans Dione
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaLeks&Co
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalPerbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalRizal Fahmi
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugatNasria Ika
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatNakano
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdatasuiggetsu
 
Perjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptxPerjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptxRIDHOYANSAH
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Perjanjian pinjam meminjam glc
Perjanjian pinjam meminjam  glcPerjanjian pinjam meminjam  glc
Perjanjian pinjam meminjam glcGLC
 
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009Dedy Wiranto
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 

What's hot (20)

Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Bumn
BumnBumn
Bumn
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Negosiasi dan mediasi
Negosiasi dan mediasi Negosiasi dan mediasi
Negosiasi dan mediasi
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasionalPerbedaan hukum laut internasional dan nasional
Perbedaan hukum laut internasional dan nasional
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugat
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
 
Perjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptxPerjanjian Penitipan.pptx
Perjanjian Penitipan.pptx
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Perjanjian pinjam meminjam glc
Perjanjian pinjam meminjam  glcPerjanjian pinjam meminjam  glc
Perjanjian pinjam meminjam glc
 
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009
Perbedaan Pendidikan Konservasi UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Hukum jaminan
Hukum jaminanHukum jaminan
Hukum jaminan
 
Hukum Jaminan
Hukum JaminanHukum Jaminan
Hukum Jaminan
 

Similar to Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa dagang

2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...
2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...
2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...lenianggr
 
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisEtika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisRatnawaty_RMG
 
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilanAlternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilanWawan Goendoel
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018febrysaragih
 
Alternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketaAlternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketadionteguhpratomo
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptxdeltarahyudaputra
 
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASE
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASEHUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASE
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASEAnggie Rakita
 
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikMateri negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikyoseelita2
 
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptMateri-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptAhmadNailulAuthor
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxpakpentung
 
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Hayyu Safitri
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanafahrunrz
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketahandy watung
 

Similar to Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa dagang (20)

Arbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptxArbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptx
 
2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...
2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...
2, hbl, Leni anggraeni, Hapzi Ali, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Resol...
 
MATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.pptMATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.ppt
 
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisEtika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
 
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilanAlternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan
Alternatif penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan
 
Adr1
Adr1Adr1
Adr1
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,FORUM 2,UNIVERSITAS MERCU BUANA,2018
 
Alternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketaAlternatif penyelesaian sengketa
Alternatif penyelesaian sengketa
 
pengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrasepengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrase
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
 
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASE
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASEHUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASE
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL - ARBITRASE
 
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikMateri negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
 
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptMateri-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
 
MATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptxMATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptx
 
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
Tugas 1. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa atau res...
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
 
Ppt sengketa
Ppt sengketa Ppt sengketa
Ppt sengketa
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
 

More from ardinmarL

Tipologi dan paradigma perencanaan
Tipologi dan paradigma perencanaanTipologi dan paradigma perencanaan
Tipologi dan paradigma perencanaanardinmarL
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategisardinmarL
 
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunan
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunanPermasalahan design program dalam perencanaan pembangunan
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunanardinmarL
 
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerah
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerahParadigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerah
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerahardinmarL
 
Indikator kinerja daerah
Indikator kinerja daerahIndikator kinerja daerah
Indikator kinerja daerahardinmarL
 
Identifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisIdentifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisardinmarL
 
Manling fisip
Manling fisipManling fisip
Manling fisipardinmarL
 
Fisip manajemen lingkungan2
Fisip manajemen lingkungan2Fisip manajemen lingkungan2
Fisip manajemen lingkungan2ardinmarL
 
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsi
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsiPAK - Nilai dan prinsip anti korupsi
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsiardinmarL
 
Ekologi manusia
Ekologi manusiaEkologi manusia
Ekologi manusiaardinmarL
 
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010ardinmarL
 
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganBagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganardinmarL
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publikardinmarL
 
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP Undip
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP UndipMasalah dominan otonomi daerah - FISIP Undip
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP UndipardinmarL
 
Grand design otda uu 32 - FISIP Undip
Grand design otda uu 32 - FISIP UndipGrand design otda uu 32 - FISIP Undip
Grand design otda uu 32 - FISIP UndipardinmarL
 
Apbd - FISIP Undip
Apbd - FISIP UndipApbd - FISIP Undip
Apbd - FISIP UndipardinmarL
 
Apbn - FISIP Undip
Apbn - FISIP UndipApbn - FISIP Undip
Apbn - FISIP UndipardinmarL
 
Masalah ekonomi - FISIP Undip
Masalah ekonomi - FISIP UndipMasalah ekonomi - FISIP Undip
Masalah ekonomi - FISIP UndipardinmarL
 
Uang dan bank - FISIP Undip
Uang dan bank - FISIP UndipUang dan bank - FISIP Undip
Uang dan bank - FISIP UndipardinmarL
 
pengembangan sdm - FISIP Undip
pengembangan sdm - FISIP Undippengembangan sdm - FISIP Undip
pengembangan sdm - FISIP UndipardinmarL
 

More from ardinmarL (20)

Tipologi dan paradigma perencanaan
Tipologi dan paradigma perencanaanTipologi dan paradigma perencanaan
Tipologi dan paradigma perencanaan
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategis
 
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunan
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunanPermasalahan design program dalam perencanaan pembangunan
Permasalahan design program dalam perencanaan pembangunan
 
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerah
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerahParadigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerah
Paradigma perencanaan pembangunan_di_era_otonomi_daerah
 
Indikator kinerja daerah
Indikator kinerja daerahIndikator kinerja daerah
Indikator kinerja daerah
 
Identifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisIdentifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategis
 
Manling fisip
Manling fisipManling fisip
Manling fisip
 
Fisip manajemen lingkungan2
Fisip manajemen lingkungan2Fisip manajemen lingkungan2
Fisip manajemen lingkungan2
 
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsi
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsiPAK - Nilai dan prinsip anti korupsi
PAK - Nilai dan prinsip anti korupsi
 
Ekologi manusia
Ekologi manusiaEkologi manusia
Ekologi manusia
 
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010
PAK - pengertian dan prinsip anti korupsi 2010
 
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkunganBagaimana posisi manusia dalam lingkungan
Bagaimana posisi manusia dalam lingkungan
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publik
 
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP Undip
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP UndipMasalah dominan otonomi daerah - FISIP Undip
Masalah dominan otonomi daerah - FISIP Undip
 
Grand design otda uu 32 - FISIP Undip
Grand design otda uu 32 - FISIP UndipGrand design otda uu 32 - FISIP Undip
Grand design otda uu 32 - FISIP Undip
 
Apbd - FISIP Undip
Apbd - FISIP UndipApbd - FISIP Undip
Apbd - FISIP Undip
 
Apbn - FISIP Undip
Apbn - FISIP UndipApbn - FISIP Undip
Apbn - FISIP Undip
 
Masalah ekonomi - FISIP Undip
Masalah ekonomi - FISIP UndipMasalah ekonomi - FISIP Undip
Masalah ekonomi - FISIP Undip
 
Uang dan bank - FISIP Undip
Uang dan bank - FISIP UndipUang dan bank - FISIP Undip
Uang dan bank - FISIP Undip
 
pengembangan sdm - FISIP Undip
pengembangan sdm - FISIP Undippengembangan sdm - FISIP Undip
pengembangan sdm - FISIP Undip
 

Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa dagang

  • 1. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Week IX ARBITRASE (1) A. Pengertian dan Karakteristik Arbitrase Istilah arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin), arbitrage (Belanda/Prancis), arbitration (Inggris) dan scidspruch (Germany), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau perdamaian melalui arbiter atau wasit. Dalam literatur, dijumpai banyak definisi arbitrase, antara lain: 1. Frank and Edna Elkoury: arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau sederhana yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka dimana keputusan mereka berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat. 2. Subekti: arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau tunjuk tersebut. 3. Pasal 1 angka 1 UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Nomor 30 Tahun 1999): arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasrkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Dan masih banyak pengertian arbitrase yang lain, yang jika disimpulkan akan tampak sebagai berikut, bahwa arbitrase adalah: 1. Cara penyelesaian sengketa secara privat atau di luar pengadilan 2. Atas dasar perjanjian tertulis dari para pihak 3. Untuk mengantisipasi sengketa yang mungkin terjadi atau yang sudah terjadi 4. Dengan melibatkan pihak ketiga (arbiter atau wasit) yang berwenang mengambil sebuah keputusan 5. Sifat putusannya adalah final dan mengikat. Arbitrase di Indonesia telah diakomodasi secara jelas dan kuat dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. B. Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase Beberapa keunggulan arbitrase antara lain: 1. Dijamin kerahasiaan sengketa paa pihak 2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal procedural dan administrative 3. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil. 4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase 5. Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara prosedur sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan. Beberapa kelemahan arbitrase antara lain: 1. Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam,maupun masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri. Sebagai contoh masyarakat masih
  • 2. 2. 3. 4. 5. banyak yang belum mengetahui keberadaan dan kiprah dari lembaga-lembaga seperti BANI, BASYARNAS DAN P3BI. Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga enggan memasukkan perkaranya kepada lembaga-lembaga arbitrase. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga abitrase yang ada. Lembaga arbitrase dan ADR tidak mempunyai daya paksa dan kewenangan melakukan eksekusi putusannya. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yag dicapai dalam arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik dengan teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan, gugatan pembatalan dan sebagainya. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme ekstra judicial arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis seperti kejujuran dan kewajaran. C. Obyek Sengketa Arbitrase Adapun objek pemeriksaan arbitrase adalah memeriksa sengketa keperdataan, tetapi tidak semua sengekta keperdataan dapat diselesaikan melalui arbitrase, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 1999, yaitu “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”. Penjelasannya tidak memberikan apa yang termasuk dalam bidang perdagangan, akan tetapi jika dihubungkan dengan penjelasan Pasal 66, termasuk ruang lingkup perdagangan adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang: 1. Perniagaan 2. Perbankan 3. Keuangan 4. Penanaman Modal 5. Industri 6. HAKI Selanjutnya Pasal 5 ayat (2) menyebutkan “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian”. D. Bentuk-bentuk Arbitrase Pada dasarnya bentuk arbitrase ada 2 jenis, yaitu arbitrase ad hoc (volunteer) dan arbitrase institusional (permanent). Perbedaan antara kedua bentuk arbitrase ini adalah: 1. Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak terkoordinasi oleh suatu lembaga, sedangkan arbitrase institusional adalah suatu arbitrase yang dikoordinasikan oleh suatu lembaga. 2. Arbitrase ad hoc dibentuk secara khusus atau bersifat insidentil untuk memeriksa dan memutus perselisihan sengketa tertentu dalam jangka waktu tertentu pula, setelah memutus sengketa, berakhir pula arbitrase ad hoc ini. Arbitrase institusional adalah arbitrase yang melembaga dan bersifat permanent sehingga tidak berakhir setelah memutus sengketa. 3. Arbitrasi ad hoc tidak terkait dengan salah satu badan arbitrase sehingga tidak memiliki aturan tata cara tersendiri, baik mengenai pengangkatan arbiternya maupun tata cara pemeriksaan sengketa, sedangkan arbitrase institusional memiliki prosedur dan tata cara pengangkatan arbiter dan tata cara pemeriksaan.
  • 3. 4. Arbitrase ad hoc dilakukan setelah sengketa terjadi sedangka arbitrase institusional pada umumnya dipilih oleh para pihak sebeum sengketa terjadi, yang dituangkan dalam perjanjian arbitrase. Di Indonesia saat ini terdapat 3 lembaga arbitrase, yaitu: 1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) BANI didirikan pada tanggal 3 Desember 1977, diprakarsai oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) guna menyelesaikan sengketa-sengketa perdata, baik soal-soal perdagangan, industri dan keuangan yang bersifat nasional maupun internasional. 2. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Sebelum bernama BASYARNAS pada tahun 2003, dulunya bernama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Pendirian BAMUI diprakarsai Majelis Ulama Indoensia (MUI) pada tanggal 21 Oktober 1993, yang mempunyai tujuan yang sama pula untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lainnya, terutama yang berdasarkan pada syariat Islam. 3. P3BI (Panitia Penyelesaian Perselisihan Bisnis Indonesia) P3BI didirikan tahun 1996 oleh kalangan bisnis dan dunia usaha dalam rangka menyelesaikan sengketa bisnis yang terjadi diantara mereka. Selain itu dikenal pula arbitrase yang berskala internasional seperti Court of Arbitration of the International Chambers of Commerce (ICC), The International Centre of Settlement of Investment Disputes (ICSID) dan The United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL). E. Perjanjian Arbitrase Penggunan arbitrase mensyaratkan dibuatnya perjanjian tertulis terlebih dahulu dari para pihak yang bersengketa (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 30 Tahun 1999). Pasal 1 angka 3 menyebutkan “Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa”. Dari rumusan Pasal 1 angka 3 ini dapat disimpulkan kalau perjanjian arbitrase timbul karena adanya suatu kesepakatan berupa: 1. Klausula arbitrase yan tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa (pactum de compromittendo)-Pasal 7 dan 8 UU Nomor 30 Tahun 1999. 2. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah timbul sengketa (acta compromise)-Pasal 9 UU Nomor 30 Tahun 1999. F. Penunjukan dan Pengangkatan Arbiter Arbiter sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 UU Nomor 30 Tahun 1999 adalah “Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”. Mengenai persyaratan arbiter diatur dalam Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 1999 yang meyebutkan “Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus memenuhi syarat: a. cakap melakukan tindakan hukum; b. berumur paling rendah 35 tahun; c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa;
  • 4. d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase; dan e. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun”. Dalam ayat (2) nya disebutkan “Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter” Catatan: semua materi dalam bab ini disarikan dari buku “Penyelesaian Sengketa Bisnis” penulis Bambang Sutiyoso, SH.M.Hum., 2006, Citra Media, Yogyakarta, hlm 99-120. MP7™