Dokumen tersebut membahas tentang kontribusi budaya dalam media massa, termasuk bagaimana media massa memproduksi dan mengkonsumsi budaya massal, serta peran penting media dalam merepresentasikan simbol dan makna kepada masyarakat. Dokumen tersebut juga membandingkan pengaruh Hollywood dan Hallyuwood dalam industri hiburan global.
1. KONTRIBUSI BUDAYA DALAM
MEDIA MASSA
SUMBER
Eric W. Rothenbuhler. 2005. Media Anthropology
Dominic Strinati, 2004. An Introduction to Theories of Popular Culture
2. MEDIA STUDIES/CULTURAL STUDIES
• Media Studies atau lebih dikenal dengan cultural studies
merupakan budaya yang dikaji secara “politis” dan budaya
yang dipahami sebagai teks dalam praktik kehidupan sehari-
hari.
• Dalam Cultural Studies, kita akan mengenal bagaimana
budaya dapat diproduksi dan dikonsumsi secara massal,
bagaimana budaya menjadi ladang bisnis yang menggiurkan,
dan bagaimana budaya dapat memberikan keuntungan besar
bagi “pencipta” budaya tersebut.
• Dalam Cultural Studies, media massa memainkan peran
penting dalam merepresentasikan simbol, makna, dan teks ke
dalam mindset khalayak.
3. CASE STUDY
Disadari atau tidak “plastic surgery”
sudah menjadi bagian dari budaya yang
dibesarkan oleh media massa.
Saat ini, mitos wanita cantik sudah
bergeser yang sebelumnya wanita
cantik itu adalah wanita yang terlihat
natural dan alami, sekarang berubah
menjadi wanita cantik seperti layaknya
boneka barbie.
Wanita didunia seakan berlomba-
lomba menjadi wanita tercantik dengan
melakukan berbagai permak diwajahnya
agar terlihat sempurna.
MITOS WANITA CANTIK A LA
KOREA SAAT INI
4. PRODUKSI DAN KONSUMSI
BUDAYA MASSA
• Produksi Budaya Massa merupakan suatu penciptaan budaya
secara massal atau banyak.
• Diciptakan secara massal karena adanya permintaan yang
tinggi hingga produk dibuat sedemikian agar layak
dikonsumsi.
• Adanya sistem kapitalisme dalam proses produksi budaya
massa dimana logika yang dibangun bukan lagi bagaimana
memproduksi barang secara massal dengan ongkos produksi
seminimal mungkin. Tapi, bergeser menjadi logika konsumsi,
yakni bagaimana sebuah produk bisa terjual semaksimal
mungkin dan menghasilkan untung sebesar-besarnya.
5. FROM HOLLYWOOD…
Industri hiburan Hollywood berdiri pada tahun 1900an, yang
dimulai dengan berdirinya hotel pertama di Hollywood hingga
studio film pertama yang berdiri pada tahun 1912 dengan nama
Nestor Studio.
Nama Hollywood menjadi besar dan menjadi Ikon negara Amerika
tidak terlepas dari adanya politisasi produksi budaya oleh swasta
dengan logika kapitalis.
Film-film Hollywood diproduksi secara terus menerus kemudian
dipasarkan ke seluruh dunia, hingga Hollywood menjadi
trendsetter dunia dan menjadi the last destination bagi aktor-
aktor budaya.
7. …TO HALLYUWOOD
Istilah Hallyuwood sudah sering dipublikasikan dalam media
massa, karena sebenarnya istilah ini dicetuskan oleh sebuah
media massa di China yang dijadikan sebagai simbol untuk
industri hiburan Korea Selatan.
Hallyu sendiri dapat berarti gelombang yang kemudian
diartikan suatu pengaruh gelombang budaya Korea dinegara
lain.
Gelombang budaya Korea—diakui atau tidak—sudah tidak
bisa dipungkiri lagi. Meskipun Hollywood masih menjadi
tujuan akhir, tapi Hallyuwood diprediksi akan menjadi
kompetitor dimasa yang akan datang
8. • Pemerintah Korea Selatan sebenarnya sudah lama merencanakan invasi
budayanya ke seluruh dunia melalui bisnis hiburan. Keseriusan
pemerintah ini direalisasikan dengan mengirim generasi muda, dosen,
dan pengusaha untuk belajar, penelitian, dan “mencuri ilmu” di
Amerika, khususnya Hollywood yang kemudian dijadikan Role Model
industri hiburan Korea.
• Hasilnya, melalui produksi budaya secara massal, Korea bisa menjadi
negara yang maju di Asia, bahkan mengalahkan Jepang yang lebih dulu
muncul.
• Korea sebenarnya lebih beruntung, karena terbantu oleh media-media
sosial yang menjamur saat ini. Hanya dengan media Youtube, mereka
sudah bisa melakukan promosi budaya.
9. RITUAL DAN MITOS MEDIA MASSA
Ritual dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus. Dalam konteks Antropologi, hal-hal yang
bersifat ritual wajib dilakukan, sedangkan dalam konteks media
massa hanya “perlu” untuk dilakukan.
Mitos dapat diartikan sebagai kepercayaan masyarakat pada
legenda atau cerita rakyat. Dalam konteks media massa, mitos
dapat diartikan sebagai bentuk pesan atau perkataan yang harus
diyakini kebenarannya. Mengapa?
1. Media massa bertutur tentang cara hidup yang sesungguhnya
2. Informasi yang disampaikan ‘membabi buta’
3. Isu-isu bersifat sederhana, yaitu tentang baik dan buruk
4. Alur Informasi bebas