Modul ini membahas tentang pengertian makalah dan panduan penulisan makalah ilmiah dalam bidang kesehatan. Modul ini menjelaskan bahwa makalah merupakan karya tulis ilmiah yang berisi gagasan penulis tentang suatu topik, dan memberikan panduan sistematika penulisan makalah yang meliputi judul, abstrak, pendahuluan, tinjauan teori, metode, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran. Modul ini bertujuan untuk
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3 Uraian Materi
1. Pengertian Makalah
Makalah merupakan salah satu bentuk tulisan ilmiah yang berisikan
gagasan penulis tentang suatu topik bahasan ilmiah. Makalah juga merupakan
karya tulisan ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang
lingkup suatu perkuliahan. Makalah dapat merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan suatu perkuliahan.
2. Karakteristik makalah
Suatu makalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan hasil kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan suatu
kegiatan lapangan sesuai dengan cakupan permasalahan suatu
perkuliahan.
b. Mendemonstrasikan pemahaman mahasiswa tentang permasalahan
teoretik yang dikaji atau kemampuan mahasiswa dalam menerapkan suatu
prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan.
c. Menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber
yang digunakan.
d. Mendomenstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi
dalam satu kesatuan sistesis yang utuh.
3. Jenis makalah
Makalah dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu makalah biasa dan
makalah posisi. Makalah posisi adalah makalah yang dibuat berdasarkan posisi
si pembuat makalah, misal orang diminta menulis makalah dalam posisinya
sebagai Gubernur, menteri, ilmuwan dan sebagainya. Sedangkan yang kita
pelajari dalam modul ini adalah makalah biasa, yaitu makalah yang dibuat
oleh mahasiwa dalam proses belajar mengajar.
2. 4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4. Panduan Penulisan Makalah
a. Ketentuan Umum
Mahasiswa yang akan membuat makalah harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1) Telah membuat kontrak pesetujuan pembuatan makalah dengan dosen
pembimbing dari Poltekkes setempat. Kontrak persetujuan dibuat
sebelum mata kuliah bahasa Indonesia dimulai.
2) Telah membuat beberapa masalah/kasus yang akan diajukan.
3) Telah menyelesaikan semua pelajaran teori bahasa Indonesia.
4) Telah menentukan siapa yang akan memberikan penilaian pada waktu
presentasi makalah.
b. Prosedur Pengajuan Pembuatan Makalah
Mahasiswa mengajukan permohonan untuk membuat makalah kepada
dosen pembimbing dari Poltekkes setempat setelah teori pelajaran bahasa
Indonesia selesai, dan menyerahkan beberapa masalah/kasus (boleh
penelitian atau nonpenelitian/konseptual). Selanjutnya dosen pembimbing
bersama mahasiswa, menentukan satu masalah/kasus yang akan dibahas
dalam makalah. Setelah menyelesaikan makalah dengan bimbingan dosen,
makalah di presentasikan dalam sebuah seminar (di kelas)
c. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa Indonesia dalam menulis makalah ilmiah harus
memenuhi kriteria bahasa baku yang diperlihatkan dalam penggunaan
ejaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahasa ini
adalah sebagai berikut.
1) Kalimat tidak terlalu panjang tetapi lengkap dan mudah dipahami
pembaca.
2) Ketetapan bahasa merupakan kejelian dalam memilih kata-kata untuk
menyusun kalimat dan alinea yang tidak tumpang tindih.
3) Kelugasan dimaksud sebagai kecermatan dalam menyusun kalimat
3. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
atau alinea yang padat, tegas, dan jelas. Penjelasan suatu masalah atau
pernyataan tidak berulang-ulang.
4) Kelengkapan unsur dimaksudkan lengkap unsur-unsur tata bahasa dan
kuasa bahasa yang diperlukan untuk menjaga agar tidak menimbulkan
salah penafsiran dalam membacanya. Jadi, sebuah kalimat minimal
jelas susunan subjek, predikat, dan objek.
5) Penulisan bahasa Indonesia yang baik selalu berpedoman kepada
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), yang dirujuk pada
buku resmi penerbitan Balai pustaka. Dalam penulisan karya ilmiah,
prinsip-prinsip efisiensi perlu diperhatikan. Penggunaan bahasa akan
menggambarkan wawasan dan tingkat penalaran penulisnya.
5. Sistematika Penulisan Makalah Ilmiah
Secara umum sistematika Makalah Ilmiah terdiri dari: (1) Judul (halaman
judul), (2) Kata Pengantar, (3) Daftar isi, (4) Abstrak, (5) Pendahuluan, (6)
Tinjauan Teori, (7) Kerangka Konsep, (8) Metode Penelitian, (9) Gambaran
Kasus, (10) Hasil dan Pembahasan, (11) Penutup, (12) Daftar pustaka, dan (13)
Lampiran (jika ada)
a. Judul
Judul hendaknya dinyatakan secara singkat tetapi cukup jelas
menggambarkan tema pokok dengan memperhatikan batasan kualitatif,
kuantitatif, dan sasaran. Jumlah kata yang digunakan sebagai judul tidak
melebihi 20 kata.
b. RUANG LINGKUP: Ruang Lingkup berkisar seputar dunia kesehatan
(umum).
c. Kata Pengantar
Kata pengantar berisi tentang sekilas latar belakang penulisan,
ungkapan harapan penulis, ucapan terima kasih, dan sebagainya.
d. Daftar isi
4. 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Daftar isi memuat daftar judul dan sub-(sub) judul beserta halamannya.
Fungsinya memudahkan pembaca mencari bagian yang akan dibacanya.
e. Abstrak
Abstrak memuat penjelasan secara ringkas mengenai latar belakang,
masalah, tujuan, metode penelitian, hasil-hasil utama, kesimpulan dan
saran. Abstrak harus ditulis dengan padat dan singkat, dalam satu alinea,
sebanyak-banyaknya antara 150-200 kata, dan diketik berjarak satu spasi
f. Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan
masalah dan tujuan. Dalam bagian ini perlu dikemukakan pentingnya
masalah atau topik makalah dibahas sehingga menimbulkan masalah. Pada
akhir pendahuluan dikemukakan tujuan penulisan. Tujuan mengarah pada
kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya dalam menulis makalah atau
memberi informasi mengenai hal-hal yang disampaikan dalam makalah.
- LATAR BELAKANG : Setiap masalah/kasus yang diajukan untuk
makalah harus mempunyai latar belakang masalah (aktual) yang
diduga atau yang memang memerlukan pemecahan. Latar belakang
timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas dengan sejauh mungkin
didukung oleh data atau penalaran yang mantap. Kejelasan latar
belakang timbulnya masalah akan memudahkan perumusan masalah
- PERUMUSAN MASALAH : Masalah yang akan dicari pemecahannya
melalui penelitian/konseptual yang diajukan, hendaknya dirumuskan
dalam bentuk deklaratif atau dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan
yang tegas dan jelas guna menambah ketajaman perumusan. Pada
prinsipnya masalah yang akan dicari pemecahannya harus cukup
terbatas ruang lingkupnya agar dapat dimungkinkan pengambilan
kesimpulannya yang definitif.
Pengertian yang terbatas itu hendaknya ditetapkan dengan berorientasi
kepada prospek kegunaannya secara operasional. Bila kegunaan
operasionalnya hanya dapat dicapai melalui perumusan-perumusan
masalah yang agak luas (tidak terlalu terbatas), hendaknya orientasi
perumusannya diarahkan kepada bisa tidaknya penelitian dengan
masalah yang seluas itu dilaksanakan. Uraian perumusan masalah tidak
5. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
dalam bentuk kalimat pertanyaan.
- TUJUAN DAN MANFAAT: Hasil utama makalah adalah data atau
informasi yang berhasil disusun melalui kegiatan penelitian/konseptual.
Uraikan dengan singkat mengenai tujuan dari makalah. Makalah dapat
bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan,
atau mendapatkan/menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan,
atau membuat suatu prototip.
g. Tinjauan Pustaka dan Dasar teori
Tinjauan pustaka berisi kutipan (langsung atau tidak langsung)
mengenai teori – teori yang relevan dengan topik makalah dan kajian atas
penelitian terdahulu yang serupa. Pada makalah bidang ilmu tertentu,
kajian makalah tercakup di dalam bagian pendahuluan.
- Menggunakan literatur terbaru, relevan, dan valid, misalnya jurnal
ilmiah nasional, buku-buku minimal 5 tahun terakhir. Uraikan dengan
jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan yang mendasari
penelitian/non penelitian yang akan dilakukan. Uraian dalam tinjauan
pustaka ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau
konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Kerangka pemikiran
harus utuh untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti. Semua
literatur yang dirujuk harus tercantum dalam daftar pustaka.
h. Metodologi (kalau ada = melakukan penelitian)
Apabila makalah merupakan hasil penelitian di lapangan, diperlukan
bagian metode untuk menjelaskan prosedur pelaksanaan penelitian.
Prosedur tersebut diuraikan secara rinci, siapa subjek atau responden
penelitian, kapan waktu dan dimana penelitoan dilakukan, serta bagaimana
mengumpulkan dan menganalisis datanya.
i. Hasil dan Pembahasan
Bagian ini merupakan inti dari makalah. Hasil atau temuan dapat
dikemukakan dalam bagian tersendiri, terpisah dari pembahasan. Hasil
berisi jawaban atas masalah-masalah penelitian. Untuk memperkuat
pembahasan (analisis) digunakan teori, data, pandangan ahli, dan hasil
penelitian terdahulu.
6. 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
j. Simpulan
Bagian ini menyatakan simpulan dari permasalahan. Simpulan dapat
dilengkapi dengan saran yang terkait dengan hasil penelitian
k. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah
dirujuk dalam tubuh tulisan. Setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah
harus ada dalam daftar pustaka, demikian juga sebaliknya setiap pustaka
yang ada dalam daftar pustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh tulisan.
6. FORMAT PENULISAN
Format penulisan makalah ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Karya ilmiah disusun di atas kertas A4 (80 gram) dibuat dalam 2 kolom
dengan susunan margin kiri 3 cm, margin kanan 1,5 cm, margin atas dan
bawah 2,5 cm dan jarak antar baris tulisan adalan 0,5 spasi kecuali untuk
judul dan abstrak. Nomor halaman berada di tengah bawah tiap halaman.
1) Huruf yang digunakan Times New Roman dengan font 12 atau Arial
dengan font 11.
2) Jumlah maksimum halaman karya ilmiah adalah 20 halaman (tidak
termasuk halaman judul, dan lampiran).
b. Spasi (Jarak antar baris)
(1) Jarak antar baris adalah dua spasi
(2) Jarak antara penunjuk bab (misalnya BAB I) dengan tajuk bab (misalnya
PENDAHULUAN) adalah dua spasi
(3) Jarak antara tajuk bab (Judul bab) dengan teks pertama isi naskah atau
antara tajuk bab dengan tajuk sub bab adalah empat spasi
(4) Jarak antara tajuk sub bab (Judul bab) dengan baris pertama teks isi
naskah adalah dua spasi
7. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
(5) Tiap alinea teks isi naskah diketik menjorok ke dalam (ke kanan) sejauh
lima ketukan
(6) Jarak antara baris akhir teks ini dengan tajuk sub berikutnya adalah
empat spasi
(7) Jarak antara teks dengan tabel, gambar, grafik, atau diagram adalah
tiga spasi
(8) Alinea baru diketik menjorok ke dalam (ke kanan) sejauh lima ketukan
dari pias (marjin) kiri teks isi naskah; jarak antara alinea adalah dua
spasi
(9) Petunjuk bab dan tajuk bab selalu diketik pada halaman baru
c. PENOMORAN BAB, ANAK BAB, DAN PARAGRAF
1). Penomoran bab menggunakan angka Romawi kapital di tengah halaman
(misalnya BAB I)
2). Penomoran sub bab menggunakan angka Arab diketik pada pinggir
sebelah kiri (misalnya A, B dst)
3). Penomoran anak sub bab disesuaikan dengan nomor bab (misalnya 1, 2
..... a, b ...... !), 2) ....... a) ....., b) ......., (1) , (2) ..... (a)........ (b) ..... dst)
d. PENOMORAN HALAMAN
(1) Halaman Bagian Awal
• Penomoran pada bagian awal , mulai dari halaman Judul dalam
(halaman sesudah sampul luar) sampai dengan halaman Daftar
Lampiran, menggunakan angka Romawi kecil (misalnya i, ii, dst)
• Halaman Judul tidak diberi nomor urut halaman, tetapi diperhitungkan
sebagai halaman i dan halaman ii (nomor halaman ini tidak diketik)
• Nomor halaman diketik pada pias (marjin) atas sebelah kanan dengan
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10
jarak tiga spasi dari pias (marjin) atas (baris pertama teks pada halaman
itu), dan angka terakhir nomor halaman lurus dengan pias (marjin)
kanan teks
(2) Halaman Bagian Inti
• Penomoran mulai dari BAB I (PENDAHULUAN) sampai dengan BAB
V (SIMPULAN DAN SARAN) menggunakan angka Arab (1,2 dst.) dan
diletakkan pada pias (marjin) kanan dengan jarak tiga spasi dari pias
(marjin) atas (baris pertama teks pada halaman itu) serta angka terakhir
nomor halaman lurus dengan pias (marjin) kanan teks
• Pada tiap halaman yang bertajuk, nomor halaman mulai dari BAB I
(PENDAHULUAN) sampai dengan BAB V (SIMPULAN DAN SARAN)
diketik pada pias (marjin) bawah persis di tengah-tengah dengan jarak
tiga spasi dari pias (marjin) bawah teks
(3) Halaman Bagian Akhir • Halaman DAFTAR PUSTAKA tidak diberikan
nomor
e. PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
(1) Pengarang tunggal :
Goldschmidt, W. 1992. The Human Career The Self in Symbolic World.
Cambridge: Black Well.
(2) Pengarang bersama :
Corcoran, K. & Fischer,J. 1987. Measures for Clinical Practice : a Source
Book. New York : The Free Press.
(3) Redaksi atau Suntingan :
Koentjaraningrat (red). 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia.
(4) Terjemahan :
Scott,J.C. 2000. Senjatanya Orang-orang Yang Kalah. Terjemahan A. Rahman
9. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Zainuddin, Sayogyo dan Mien Joehaar. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
(5) Bab dalam buku :
Fleishman, I.A. 1973. Twenty Years of Consideration and Structure. Dalam
Fleishman, I.A. & Hunt,J.G. (penyunting). “Current Development in the Study
of Leadership” Selected Reading, hlm. 1-37. Carbondale : Southern Illinois
University Press.
(6) Jurnal :
Persoon, G.A. 2002. Isolated Islanders of Indigenous People : the Political
Discourse and its Effects on Siberut (Mentawai Archipelago, West-
Sumatra). Antropologi Indonesia 68 : 25-39.
(7) Rujukan Elektronik :
Boon, J. (tanpa tahun). Anthropology of Religion. Melalui <http://www.
indiana.edu/~wanthro/ religion.htm> [10/5/03] Kawasaki, Jodee L., and
Matt R. Raveb. 1995. “Computer-Administered Surveys in Extension”.
Journal of Extension 33(June). E-Journal on-line. Melalui http://www.joe.
org/june33/95.html [06/17/00]
7. Penyajian
Presentasi atau pemaparan makalah akan dipimpin oleh dosen
pembimbing dan akan dihadiri oleh pembimbing dari lahan (tempat bekerja)
beserta mahasiswa. Kehadiran mahasiswa untuk mengikuti seminar akan
dimasukkan kedalam berita acara kehadiran.
8. Penilaian
Mutu dari makalah adalah merupakan tanggung jawab mahasiswa dan
dosen pembimbing. Adapun hal-hal yang menjadi kriteria penilaian adalah
sebagai berikut : Materi (makalah), penyajian, dan diskusi (penguasaan dan
sikap). Penilaian diberikan dengan kualifikasi sangat baik, baik dan cukup
(skala nilai 1-4). Dapat dilihat pada Contoh Penilaian Makalah dan Seminar di
bawah ini.
10. 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ..............
JURUSAN KEPERAWATAN.
PENILAIAN MAKALAH DAN SEMINAR
MATA AJAR : ..............................................
TOPIK : ..............................................
HARI/TANGGAL : ..............................................
NAMA : ..............................................
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2 3 4
I MAKALAH :
1. Sistematika
2. Kelengkapan isi khususnya keperawatan
3. Menggambarkan rasionalisasi/penalaran
4. Kejelasan keseluruhan materi
5. Sumber yang digunakan
II PRESENTASI :
1. Ketepatan waktu (20 menit)
2. Kejelasan penyajian (intisari materi)
3. Efektifitas alat bantu
III TANYA JAWAB/DISKUSI/MASUKAN (40 MENIT)
1. Ketepatan menjawab
2. Kemampuan argumentasi
3. Kemampuan mengorganisasi dalam diskusi
4. Penampilan profesional dalam tanya jawab
Jumlah
Nilai Keseluruhan
11. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Jumlah NIlai
Nilai = ---------------- x 4 = ....
48
Jakarta, ………………….
Peserta didik Pembimbing
( ……………………….) ( ........................... )
12. 14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Prosedur Pembimbingan
Penyelesaian makalah melalui tahap persiapan, pelaksanaan, dan presentasi.
a. Tahapan persiapan
1). Mahasiswa diwajibkan membuat 3 buah masalah penelitian/konseptual
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas sebagai perawat.
Pada tahapan persiapan, mahasiswa dianjurkan untuk melakukan konsultasi
atau diskusi dengan dosen pembimbing atau orang yang ditunjuk yang
memiliki keahlian dalam bidang kajian yang diteliti. Tujuannya adalah
untuk memantapkan topik, permasalahan serta metodologi penelitian
yang direncanakan (kalau ada).
Catatan : pada saat mencari masalah penelitian, mahasiswa dianjurkan
untuk konsultasi dengan dosen pembimbing yang dapat membantunya
mempertajam rumusan masalah hingga menjadi rancangan lengkap.
2). Setelah masalah penelitian disetujui dosen pembimbingnya, mahasiswa
diperbolehkan untuk mulai mencari materi-materi (buku, jurnal, dll) yang
ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.
3). Mulai memuat Pendahuluan, tinjauan teori, metodologi penelitian,
kuesioner, dan seterusnya.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian dan Bimbingan
Setelah Surat untuk pengambilan data ditempat penelitian diperoleh, maka
mahasiswa yang bersangkutan mulai bekerja di bawah bimbingan pembimbing
yang telah ditunjuk. Apabila seorang mahasiswa berkeberatan atas seorang
pembimbing, yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pengganti
pembimbing kepada ketua jurusan/program studi.
Berdasarkan kesepakatan antara pembimbing dengan mahasiswa yang
dibimbingnya, kegiatan penelitian dilaksanakan selama proses penelitian yang
kemudian dilanjutkan dengan proses penulisan. Konsultasi mahasiswa kepada
pembimbing harus dilakukan secara teratur sesuai perjanjian.
Setiap hasil penelitian dan penulisan diajukan pada pertemuan antara kedua
pembimbing dengan mahasiswa yang dibimbing. Proses bimbingan ini
13. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
terekam dalam buku bimbingan.
c. Tahap Penyelesaian Akhir
Berdasarkan penilaian pembimbing bahwa penulisan sudah memenuhi
persyaratan suatu makalah, maka presentasi (seminar) untuk yang bersangkutan
dapat dilaksanakan (sesuai dengan kalender akademik).
Persyaratan Pembimbing
Dosen pembimbing penulisan makalah ditetapkan sebagai berikut:
a. Pembimbing memiliki pengalaman menulis karya ilmiah yang setara dengan
skripsi atau tesis
b. Pembimbing memiliki keahlian yang relevan dengan masalah/topik yang
ditulis oleh mahasiswa yang dibimbingnya.
Tugas Pembimbing
a. Pembimbing bertugas:
1). Memberikan arahan tentang rumusan akhir usul penelitian, sistematika
dan materi makalah.
2). Menelaah dan memberikan rekomendasi tentang prosedur pengumpulan
data yang akan digunakan.
3). Memberikan persetujuan akhir terhadap naskah makalah yang akan
dipresentasikan.
14. 16
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4. Langkah-langkah kegiatan.
a. Identifikasi dan Perumusan Topik/Judul Karya Ilmiah/Karya Tulis
Ilmiah
Setiap penulis pemula akan mengatakan bahwa dirinya mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasi dan merumuskan judul/topik dari artikel
ilmiah yang akan ditulis. Bahkan lebih jauh lagi dikemukakan bahwa
sangat sulit untuk mendapatkan topik/judul artikel yang akan ditulis.
Keadaan yang demikian ini adalah wajar sebagaimana yang dikatakan oleh
orang bijak bahwa setiap permulaan itu memang sulit (every beginning is
difficult). Atau, pepatah yang dikenal dalam lingkup bahasa Indonesia yang
mengatakan: “bisa karena biasa”. Oleh karena itu, sebagai seorang tenaga
perawat (fungsional) tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa “saya tidak
bisa menulis”, tetapi lebih bijaksana apabila mengatakan bahwa “kalau
orang lain bisa, saya tentunya juga bisa”.
Ada 2 cara untuk merumuskan judul atau topik dari artikel ilmiah yang
akan ditulis, yaitu:
1) Dapat berupa/berbentuk pertanyaan (question), dan
2) Dapat juga dalam bentuk pernyataan (statement).
Masing-masing cara ini tentunya dapat dicoba oleh setiap penulis
pemula. Tidak ada maksud untuk mengatakan atau menekankan untuk
menerapkan cara yang pertama atau yang kedua karena dipandang lebih
mudah. Seorang penulis dapat saja suatu ketika memilih cara yang pertama
dan pada ketika yang lain justru memilih cara yang kedua.
1). Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pertanyaan
Perumusan judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis dapat juga
berbentuk pertanyaan (question), sehingga seseorang akan terdorong/
tergugah untuk mencari jawabannya. Manakala seseorang sudah berupaya
untuk mencari jawaban atas pertanyaan, berarti berbagai sumber akan
dicari/digali guna mendapatkan jawaban. Dengan demikian, setidak-tidaknya,
pada tahap awal, yang bersangkutan telah mulai menstimulasi
15. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
pikirannya unuk memberikan jawaban. Tentunya, seseorang tidak akan
berpuas hati apabila hanya mengandalkan buah pikirannya sendiri. Dirinya
justru akan lebih tergugah lagi untuk mengetahui bagaimana pendapat/
pemikiran dari orang lain.
Sama halnya seorang anak kecil. Di saat dia melihat atau mengamati
sesuatu yang belum diketahuinya, maka ia akan bertanya kepada orang
yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, misalnya seorang anak kecil
melihat perut ibunya yang membesar (hamil) akan bertanya: “Mama, perut
mama kok besar?” atau “Mengapa perut mama besar, perut aku kok kecil?”.
Contoh lainnya adalah apabila seorang anak kecil yang telah berupaya
mencari mainan mobil-mobilannya tetapi tidak menemukannya, maka ia
akan bertanya: “Siapa ya yang melihat mainan mobil-mobilanku?”. Seorang
anak akan berhenti bertanya manakala jawaban yang dibutuhkannya telah
diperoleh. Tentu sangat berbeda dengan sikap orang dewasa. Dapat saja
jawaban yang diperoleh justru dipertanyakan kembali melalui pertanyaan:
“Mengapa jawabannya kog seperti begitu ya?”.
Dalam proses mencari judul/topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis,
janganlah terlalu bersusah payah memikirkannya. Cobalah berpaling
kepada anak kecil yang suka bertanya tentang yang ada di sekitarnya yang
belum atau tidak dipahaminya. Sebagai analoginya, usahakanlah barang
sejenak untuk mengamati berbagai keadaan yang terjadi di lingkungan
pekerjaan atau produk yang telah dihasilkan oleh institusi tempat bekerja,
dan kemudian cobalah ajukan serangkaian pertanyaan. Tuliskanlah satu
demi satu pertanyaan-pertanyaan yang teridentifikasi. Setelah semua
pertanyaan dituliskan, cobalah pelajari kembali semua pertanyaan dan
pilihlah beberapa di antaranya yang menarik perhatian dan kemudian
cobalah kembangkan pemikiran yang berkaitan dengan pertanyaan yang
dipilih. Dalam proses penulisan dapat saja judul/topik yang telah dipilih
tersebut mengalami penyempurnaan atau bahkan mengalami perubahan,
tidak lagi berupa pertanyaan tetapi telah menjadi pernyataan. Artinya,
penulisan artikel dapat dikerjakan dengan berpegang pada judul/ topik
artikel yang sekalipun mungkin masih bersifat sementara. Janganlah
berhenti mengolah alam pikiran hanya karena judul/topik artikel yang
belum final sifatnya.
16. 18
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2) Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pernyataan
Perumusan judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis dapat juga
berbentuk pernyataan (statement). Ada ungkapan yang mengatakan
bahwa semakin banyak yang diketahui seseorang, maka semakin banyak
yang tidak diketahuinya. Pegawai yang telah bekerja di Puskesmas
dalam jangka waktu yang lama (pegawai senior) pastilah mengetahui
banyak hal mengenai ke-Puskesmas-an. Pada saat yang bersamaan juga
pastilah banyak tentang ke-Puskesmas-an yang kemungkinan tidak atau
belum diketahui oleh pegawai senior yang bersangkutan. Keadaan yang
sedemikian inilah yang mendorong setiap pegawai untuk terus mencari
informasi atau mengikuti perkembangan yang terjadi. Secara singkat,
dapat dikatakan bahwa seorang pegawai baik PNS atau bukan haruslah
terus-menerus meng-“update” dirinya agar tidak tertinggal.
Salah satu cara untuk mempermudah seseorang mengemukakan
pendapat atau pemikirannya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan.
Dengan adanya pertanyaan, Dari serangkaian program atau rencana kerja
yang telah dilaksanakan institusi tempat bekerja dapat dipilih salah satu
di antaranya untuk dijadikan sebagai judul/topik makalah yang akan
ditulis. Sudah barang tentu program yang akan dipilih adalah program
yang dinilai menarik dan sekaligus juga tentunya dipahami. Kemudian,
cobalah telaah ulang konsep judul/topik yang ada dan bilamana perlu
dapat disempurnakan kembali perumusannya.
Berangkat dari pemahaman yang terbatas, seseorang dapat memulai
kegiatan penulisan artikel ilmiah. Dalam kondisi yang demikian ini dapatlah
dipastikan bahwa penulis makalah pastilah mengalami ketidakpuasan
karena keterbatasan informasi yang dimiliki sehingga tergugah untuk
menggali atau mencari lebih banyak lagi informasi, misalnya, bertanya
kepada pegawai yang senior yang menangani topik yang akan diteliti.
Atau mencari berbagai sumber lainnya, baik yang berupa dokumen
tercetak maupun melalui akses internet. Pada tahap ini, sebenarnya, yang
bersangkutan telah mulai masuk ke dalam proses penulisan artikel ilmiah.
Yang jelas, judul/topik makalah ilmiah yang akan ditulis sudah ada.
Cara lain adalah dengan mencoba menggali rumusan judul/topik
makalah ilmiah dari pikiran sendiri dan kemudian mengemasnya
dengan menggunakan bahasa sendiri. Dasar atau acuannya dapat saja
17. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
menggunakan modul 3 bahasa Indonesia yang Anda miliki.
b. Pertimbangan dalam Merumuskan Topik/Judul Artikel Ilmiah
1) Menulis sesuai dengan Spesialisasi
Sebagai seorang perawat baik yang bekerja di puskesmas, rumah
sakit, atau institusi kesehatan lain sejatinya memfokuskan diri dalam
menghasilkan karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah-masalah
kesehatan terutama masalah keperawatan yang Anda kelola setiap hari.
Mengapa?
Masing-masing institusi itu mempunyai masalah yang berbeda dan
juga berbeda penanganannya. Oleh karena itu, semua perawat haruslah
taat asas (konsisten) dan komit pada bidang spesialisasinya. Demikian juga
dengan karya ilmiah (dalam artian yang luas) yang akan dikembangkan/
ditulis haruslah fokus pada bidang spesialisasinya.
Bagaimana seandainya seorang perawat ingin menulis karya ilmiah
yang berada di luar bidang spesialisasinya? Apakah diperkenankan?
Tidak ada larangan bagi perawat untuk menghasilkan karya ilmiah
mengenai berbagai bidang yang diminati atau yang menarik perhatiannya
sekalipun di luar spesialisasinya. Kebebasan yang demikian ini terbuka luas
manakala memang perawat tersebut tidak membutuhkan angka kredit
(AK) dari karya ilmiah yang dihasilkannya. Apabila masih membutuhkan
AK untuk mengoptimalkan pengembangan kariernya, maka karya ilmiah
yang seyogianya diprioritaskan penulisannya adalah yang sesuai dengan
bidang spesialisasinya, yaitu kesehatan atau keperawatan.
Langkah berikutnya setelah memahami bidang spesialisasi adalah mulai
berlatih menulis beberapa pilihan topik/judul yang paling tidak memang
dinilai didukung oleh pengetahuan yang sejauh ini dimiliki/dikuasai.
Kemudian, masing-masing topik/judul yang telah diidentifikasi ini dikaji
mengenai fisibilitas (keberlangsungan) penulisannya dan pada akhirnya
dipilih salah satu di antaranya untuk ditentukan sebagai topik/judul artikel
yang akan ditulis.
18. 20
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2) Menulis sesuai dengan yang Diketahui/Dikuasai
Setelah memfokuskan diri pada bidang spesialisasi, maka langkah kedua
adalah “menukik” lebih spesifik lagi pada salah satu aspek dari bidang
spesialisasi yang memang benar-benar dipahami. Berangkat dari sesuatu
yang “benar-benar dipahami/dikuasai” mengandung pengertian bahwa
“sesuatu” itu pada dasarnya telah ada di dalam alam pikiran. Hanya saja
yang perlu dilakukan adalah “memanggil keluar dari alam pikiran sesuatu
yang telah dikuasai” tersebut dan kemudian menuliskannya.
Pada dasarnya, mengungkapkan apa yang telah ada di dalam alam pikiran
(sudah familiar) adalah jauh lebih mudah ketimbang mengungkapkan
sesuatu yang masih belum dikenal sama sekali atau kalaupun telah dikenal
tetapi masih bersifat “remang-remang”. Agar semakin banyak khasanah
yang diketahui/dikuasai, seseorang dituntut untuk banyak membaca.
Melalui keaktifan membaca secara teratur (terutama karya ilmiah yang
berupa buku, jurnal atau artikel ilmiah) setidak-tidaknya akan memperkaya
kosakata dan sekaligus juga akan membantu mempermudah dalam
mengungkapkan buah pikiran/gagasan, termasuk dalam merumuskannya
sebagai sebuah topik/judul tulisan. Bahkan tidak jarang terjadi bahwa
berbagai gagasan muncul setelah banyak membaca.
Tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang jarang membaca akan
mengalami kesulitan untuk menulis karya ilmiah. Sehubungan dengan
hal ini, maka kegiatan membaca haruslah menjadi kebutuhan sehari-hari
seorang perawat. Membaca haruslah diartikan sebagai pekerjaan bagi
seorang perawat. Akan lebih baik lagi apabila kebiasaan membaca diikuti
dengan membuat catatan-catatan penting mengenai apa yang telah
dibaca. Catatan-catatan penting ini akan sangat bermanfaat sewaktu yang
bersangkutan melakukan kegiatan menulis karya ilmiah.
3) Menulis sesuai dengan Spesialisasi dan yang Menantang
Ada tipe orang yang menyenangi tantangan. Artinya, seseorang cenderung
memilih topik/judul artikel yang akan ditulis yang justru sama sekali tidak
atau belum banyak dipahami sekalipun masih di bidang spesialisasinya.
Mengapa memilih topik yang belum dipahami? Inilah salah satu ciri khas
19. 21 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
orang yang menyenangi tantangan. Dengan pengetahuan minimal, yang
bersangkutan berjuang keras mengggali pengetahuan yang belum banyak
diketahuinya. Kegiatan yang demikian ini justru menantang bagi dirinya.
Secara psikologis, ada kepuasan/kebanggaan tersendiri yang dirasakan
apa-bila berhasil menulis suatu artikel yang berangkat dari pengetahuan
yang minimal.
Pegawai yang sudah terbiasa melaksanakan tugas atau pekerjaan yang
diberikan oleh atasan sekalipun belum banyak diketahuinya, maka pegawai
tipe yang demikian ini cenderung menyenangi tantangan. Di dalam diri
orang yang menyukai tantangan, tumbuh dan berkembang prinsip untuk
mempelajari berbagai hal yang belum diketahuinya. Dapat saja terjadi
bahwa melalui suatu diskusi, ada masalah yang belum terpecahkan
sehingga menggugah orang yang menyenangi tantangan untuk mencari
alternatif pemecahan masalahnya melalui penggalian berbagai sumber.
4) Penulisan abstrak
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa abstrak ditulis
dalam satu alinea dengan 150-200 kata menggunakan 1 spasi. Pada
dasarnya, abstrak merupakan rangkuman dari tulisan (artikel) yang ditulis.
Di dalam abstrak, dirumuskan apa yang menjadi fokus pembahasan,
alasan/rasional dari tulisan, tujuan dan manfaat dari tulisan. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih konkrit tentang rumusan abstrak,
berikut ini disajikan beberapa contoh abstrak dari jurnal ilmiah, baik yang
berdasarkan riset maupun pengkajian, baik yang perumusannya berupa
pernyataan maupun pertanyaan.
5) Penulisan Daftar Acuan/Pustaka Acuan
Seorang penulis makalah ilmiah menggunakan berbagai acuan sebagai
rujukan dalam proses penulisannya. Ada 2 cara penulisan acuan, yaitu
(1) di dalam uraian atau teks dan (2) di dalam Daftar Acuan. Penulisan
acuan di dalam uraian atau teks dapat dilakukan pada akhir pernyataan
(kutipan) atau sesudah nama nara sumber yang menulis acuan yang
dirujuk. Pada umumnya, apabila sumber informasi yang dijadikan rujukan
adalah media cetak (misalnya: buku teks, modul, atau dokumen cetak yang
dipublikasikan), maka cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama
belakang (family name) nara sumber, diikuti dengan tahun terbit rujukan
20. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
dan halaman dari tulisan yang dikutip (tulisan yang dirujuk dapat saja
terdapat pada satu halaman atau lebih), dituliskan di dalam tanda kurung.
Daftar Acuan, pada umumnya ditempatkan pada halaman terakhir dari karya
ilmiah, adalah kumpulan dari semua rujukan yang digunakan dalam penelitian
(termasuk pengkajian, penulis), sebagai referensi atau sumber informasi
dengan cara mengambil esensinya atau mengutip statemennya secara
lengkap di dalam penulisan karya ilmiah. Rujukan yang digunakan dapat saja
bersumber dari internet, buku, jurnal ilmiah, prosiding seminar/simposium,
surat kabar, media audiovisual, dan berbagai dokumen yang belum terbit.
Semua sumber informasi yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan
karya ilmiah haruslah dituliskan pada Daftar Acuan yang ditempatkan pada
halaman terakhir.
21. 23
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Contoh Makalah Ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa
TUGAS MPI
GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE OLEH MASYARAKAT RT 012
RW 03 KELURAHAN BANGKA KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
JAKARTA SELATAN
Dosen Pembimbing : Lindawati, S.K.M., M.Kes
Disusun
Kelompok IV A
1. Ace Trantika
2. Idah Chaidah
3. Nur Azizah
4. Nydia Andriani
5. Rani Hapsari W.
6. Rany Dwi A.
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I
JURUSAN KEPERAWATAN
JAKARTA
2007
22. 24 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia, diare menjadi penyebab umum kematian anak balita. Setiap
tahun lebih dari 1,5 juta manusia di dunia meninggal dunia akibat diare. Di
daerah barat bagian India, pasien diare melonjak tajam pasca banjir. Jumlah
pasien diare ini mencapai angka 11.684 orang.
Total penderita diare di DKI Jakarta selama bulan Februari mencapai
4.482 orang. Bertambahnya pasien diare dialami oleh RSUD Budi Asih. Jumlah
pasien diare di rumah sakit tersebut mencapai 72 orang. Di antara mereka
ada yang dirawat di kasur tambahan. Ruang VIP juga dirombak agar bisa
menampung pasien korban banjir.
Penambahan pasien diare juga dialami oleh RSUD Koja sebanyak 180
orang dan sebanyak 4 orang meninggal dunia. Dari 4 pasien yang meninggal,
3 orang merupakan pasien balita dan seorang lagi orang dewasa. Melonjaknya
jumlah pasien, membuat rumah sakit mendirikan tenda dan menyiapkan
tempat tidur lipat. Membludaknya pasien diare juga terjadi di RSUD Tarakan.
Tercatat 148 orang harus dirawat inap. Sebanyak 123 pasien diantaranya
adalah anak – anak.
Begitu pula yang terjadi pada masyarakat di wilayah RT 012 RW 03
Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan yang
mengalami peningkatan jumlah penderita diare sebanyak 55 orang pada
Bulan Februari. Padahal sudah dilakukan penyuluhan kesehatan di wilayah
tersebut oleh Tim Kesehatan dari Puskesmas.
Untuk itu kami mengangkat masalah ini dalam makalah kami. Hal ini
ditujukan agar dapat terlihat gambaran perilaku dari masyarakat di wilayah
tersebut yang terkait dengan perilaku pencegahan diare.
B. Permasalahan
Dari laporan yang diterima dari petugas posyandu, didapatkan data
adanya peningkatan jumlah penderita diare di wilayah Rt. 012/03 Kelurahan
23. 25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Pada bulan Februari
sebanyak 30 orang menderita diare, wilayah tersebut terletak di pinggir kali.
Padahal petugas posyandu sudah melakukan penyuluhan tentang diare
kepada masyarakat setiap bulan sebanyak 1 kali. Terjadinya peningkatan
jumlah penderita diare sebanyak 30 orang selama periode bulan Februari di
wilayah tersebut.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan
diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor pendidikan dengan perilaku
pencegahan diare.
b. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan masyarakat dengan
perilaku pencegahan diare.
c. Mengetahui hubungan faktor pekerjaan kepala keluarga dengan
perilaku pencegahan diare.
d. Mengetahui hubungan faktor ketersediaan fasilitas dengan perilaku
pencegahan diare.
e. Mengetahui gubungan faktor budaya / kebiasaan masyarakat dengan
perilaku pencegahan diare.
D. Metode Penelitian
Penyusunan makalah ini menggunakan metode deskripsi. Makalah ini
juga menggunakan metode narasi dan argumentasi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
24. 26 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
B. Permasalahan
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Penyebab dan Faktor Risiko
C. Tanda dan Gejala
D. Penatalaksanaan
E. Pencegahan
F. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Diare
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Popuasi dan Sampel
C. Tempat dan Waktu
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Pengolahan Data
F. Analisa Data
G. Penyajian Data
BAB V GAMBARAN KASUS
25. 27 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Distribusi Frekuensi
2. Hubungan faktor – faktor yang berpengaruh dengan perilaku
pencegahan diare
B. Pembahasan
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
26. 28 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
a. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml/jam tinja) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat. (Arif Mansjoer. 2001: 501)
b. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.
(WHO.1980)
c. Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih bayak dari biasanya. (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak UI. 1985: 283)
d. Diare adalah defekasi (BAB) lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja. http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/
ikes_0304_diare.htm (16April2007)
e. Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses
yang tidak berbenuk (informed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari tiga kali dalam 24 jam. http://www.indomedia.com/intisari/1999/
april/b magg.htm (16April2007)
B. Penyebab dan Faktor Risiko
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
3. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobatter,
Aeromonas.
27. 29
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
- Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomielitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll.
- Investasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongiloides),
Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas
Hominis), jamur (Candida Albicans).
- Infeksi Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dsb. Keadan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
4. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorpsi Lemak.
c. Malabsorpsi Protein.
1. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
2. Faktor Psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI. 1985: 283)
C. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala diare :
1. Nausea dan muntah.
28. 30 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2. Nyeri perut sampai kejang perut.
3. Demam.
4. Pasien merasa haus dan lidah kering,
5. Tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, mata dan ubun – ubun cekung
(bayi).
6. Berat badan turun.
7. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernapasan lebih cepat dam dalam (pernapasan Kusmaul).
8. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat, (lebih dari
120x/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah,
muka pucat, ujung – ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
9. Kekurangan kalium akan menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan
tak segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut. (Arif
Mansjoer. 2000: 470)
D. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah penatalaksanaan diare :
1. Upaya Rehidrasi Oral (URO)
Diberikan cairan isotonik yang seimbang antara gula dan garamnya.
Campuran ini dinamakan Oral Rehydration Salt (ORS) atau dikenal sebagai
cairan rehidrasi oral (oralit).
Cairan rumah tangga dapat digantikan dengan air tajin, larutan
gula – garam, dan sup. Cairan ini diberikan sebagai pertolongan pertama
namun selanjutnya harus segera diberikan oralit karena cairan rumah
tangga tidak mengandung kalium.
29. 31
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2. Pemberian cairan melalui infus
Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah
kalium yang rendah bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada,
dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan
satu ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap NaCl isotonik. http://www.hc-sc.
gc.a-fnihb-ons-nursing-resources/pediatic.gidelines (14April2007)
E. Pencegahan
Berikut ini adalah pencegahan diare :
1. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB.
2. BAB di kakus, tidak di kali, pantai, sawah atau sembarang tempat.
3. Minum air dan makanan yang sudah dimasak.
4. Menutup makanan yang disajikan.
5. Makanan atau minuman yang dihidangkan panas – panas lebih aman
daripada makanan yang dihidangkan setelah dingin.
6. Mencuci buah dan sayuran terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
7. Makanan yang harus dihindari : daging yang mentah atau tidak diolah,
hidangan laut, ikan, susu dan keju yang belum diolah, daun selada dan
sayuran mentah.
8. Susu dapat diolah dengan cara direbus hingga mendidih dan dibiarkan
hingga dingin. http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0304_diare.htm (14
April 2007)
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Diare
1. Perilaku Kesehatan
30. 32 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus
→ Organisme → Respon sehingga teori Skinner disebut teori ”S-O-R”.
(Skiner, 1938). Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner, maka
perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat – sakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah dan
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah
kesehatan.
Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya
dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat
Mencakup perilaku – perilaku dalam mencegah atau menghindar
dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab
maslah kesehatan, dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya
kesehatan. Contoh : makan dengan gizi seimbang, olah raga teratur,
tidak merokok dan meminum minuman keras, menghindari gigitan
nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun
sebelum makan, dan sebagainya.
b. Perilaku orang yang sakit
Mencakup tindakan – tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila
sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan
atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Tempat
pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan, baik yang tradisional maupun modern atau profesional.
Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan,
dan membedakannya menjadi tiga, yaitu :
a. Perilaku sehat (healthy behavior)
31. 33 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, antara lain:
1) Makan dengan menu seimbang.
2) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.
3) Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan
narkoba.
4) Istirahat yang cukup.
5) Pengendalian atau manajemen stres.
6) Perilaku atau gaya hidup pisitif yang lain untuk kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan ataukegiatan
seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya
atau keluarganya untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi
masalah kesehatan yang lainnya. Beberapa tindakan atau peilaku yang
muncul pada saat oran sakit atau anaknya sakit antara lain :
1) Diam saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap
menjalankan kegiatan sehari-hari.
2) Mengambil tindakan dngan melakukan pengobata sendiri (self
treatmen atau self medication), pengobatan ini ada dua cara, yaitu:
cara tradisional (kerokan, minu jamu dan sebagainya) dan cara
modern, misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat
atau apotik.
3) Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar seperti fasilitas
pelayanan kesehatan yang dibedakan menjadi dua, yaitu : fasilitas
pelayanan tradisional (dukun, sinsei, dan paranormal) adan fasilitas
atau pelaanan kesehatan modern atau pofesional (puskesmas,
poliklinik, dokter atau bidan, rumah sakit, dan sebagainya).
32. 34
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
c. Perilaku peran orang sakit (the sick roll behavior)
Dari segi sosiologi orang yang sedang sakit mempunyai peran yang
mencakup hak dan kewajiban sebagai orang sakit. Menurut Becker hak
dan kewajiban orang sakit adalah merupakan perilaku peran orang
sakit yang antara lain :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahuin fasilitas kesehatan
yang tepat untuk memperoleh kesembuhan
3) Melakukan kewajiban sebagai pasien antara lain mematuhi naihat
dokter atau perawat untuk empercepat keembuhannya.
4) Tidak melakukan sesuatu yang merugaikan bagi proses
penyembuhan
5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya. (Notoatmodjo,
2005).
2. Pendidikan
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
dan sosial saja. Tetapi juga diukur dari tingkat pendidikan, masyarakat yang
berpendidikan rendah, biasanya memiliki tingkat pengetahuan yang rendah
pula mengenai pecegahan diare dan cenderung memiliki perilaku sakit.
http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0304_diare.hml (16April2007).
3. Pengetahuan
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, virus atau parasit. Diare
juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alergi
ataupun karena defisiensi. Bahaya diare adalah kematian, kematian lebih
mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk menyebabkan penderita tidak
merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi makanan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang. Keadaan gizi yang buruk akan
mempengaruhi lamanya diare dan komplikasinya. Sebenarnya yang paling
efektif untuk mengatasi diare adalah dengan menggunakan oralit.
33. 35 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Sebagian besar penyakit diare pada dasarnya timbul karena kurang
diperhatikannya faktor kebersihan, oleh karena itu perhatian terhadap
faktor kebersihan harus lebih diutamakan dan hal ini merupakan tindakan
preventif yang lebih buruk jika dibandingkan dengan tindakan kuratif.
Tingkat kesehatan keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor tingkat
pengetahuan dan sikap ibu terhadap kesehatan http//:www.jurnal.ui.ac.id/
pdf/2004/v01n01/Harianto010104.pdf (16April2007).
4. Pekerjaan Kepala Keluarga
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan
sosial saja. Tetapi juga diukur dari produktivitasnya, dalam arti mempunyai
penghasilan secara ekonomi (Notoatmodjo. 2003: 5).
Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menderita diare. Diare dapat dengan cepat menurun tingkat
gizi anak, karena kebiasaan ibu-ibu sewaktu anak diare menghentikan
pemberian ASI ataupun makanan lain semasa anak masih diare.
5. Ketersediaan Fasilitas
Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare
baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare
maupun air sungai. Agent penyebab diare sering dijumpai pada sumber-sumber
air yang sudah terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit,
air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang yang sehat bisa
membuat orang tersebut terpapar dengan agen penyebab diare. Salah
satu penyebab diare adalah kurangnya penyediaan air bersih.
Penyakit saluran pencernaan seperti diare karena air minum
yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan kurangnya fasilitas untuk
BAB yang memenuhi syarat kesehatan terutama bagi penduduk di
perkampungan kumuh. Kepadatan penduduk dan sosial ekonomi yang
rendah serta lingkungan yang kurang mendukung sering menimbulkan
wabah diare.http//:www.jurnal.ui.ac.id/pdf/2004/v01n01/Harianto010104
.pdf (16April2007).
34. 36
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6. Budaya Masyarakat
Faktor sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan, dan
kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif
terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif
misalnya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang
tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak
tepat.
Hal yang lain yang perlu diperhatikan adanya pandangan dalam
masyarakat bahwa untuk menanggulangi penyakit diare anak harus
dibiasakan puasa. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan
yang menyebabkan rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin
BAB. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang keadaan gizinya akan
menjadi lebih buruk akibat puasa. Kebiasaan dipuasakan lebih buruk
terhadap penderita. Untuk mengendalikan kehilangan energi dan protein
akibat puasa itu akan memerlukan waktu berhari-hari. Oleh karena itu,
pemberian makanan pada penderita harus tetap dilakukan. http//:www.
jurnal.ui.ac.id/pdf/2004/v01n01/Harianto010104.pdf (16April2007).
35. 37 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Predisposisi
1. Pendidikan
2. Pengetahuan Gambaran perilaku pencegahan
Faktor Pendukung diare oleh masyarakat RT 012/03
1. Pekerjaan kepala keluarga Kel. Bangka Kec. Mp. Prapatan
2. Ketersediaan fasilitas Jakarta Selaatan
Faktor Pendorong
Budaya/kebiasaan masyarakat
B. Definisi Operasional
No Variabel Terikat Definisi Operasional Pengukuran Skala
1
Perilaku Pence-gahan
Diare
Upaya masyarakat
dalam melakukan
pencegahan penyakit
diare
a. Mencuci tangan
sebelum makan
b. Minum air yang
dimasak
c. Tidak BAB di pinggir
kali
d. Tidak membuang
sampah di kali
e. Memasak makanan
sebelum dimakan
f. Menutup makanan
sebelum dimakan
ordinal
36. 38
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1. Perilaku Pencega-han
Diare
Upaya masyarakat
dalam melakukan
pencegahan penyakit
diare
g. Membersihkan sumur
setelah banjir
Perilaku Pencegahan
Diare : Bila jawaban (YA)
6 – 7
Bukan Perilaku
Pencegahan Diare : Bila
jawabaan (YA) 1– 5
No Variabel Bebas Definisi Operasional Pengukuran Skala
2
3
4.
Pendidikan
Pengetahuan
Pekerjaan kepala
keluarga
Pendidikan formal
terakhir (lulus)
Kemampuan klien
menjawab dengan
benar pertanyaan
tentang penyakit dan
penanggulangan
diare
Kegiatan rutin yang
dilakukan dalam
upaya mendapatkan
penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga
1. Pendidikan SD
2. Pendidikan SMP
3. Pendidikan SMU
4. Perguruan Tinggi
Melalui pengisian
kuesioner. Jawaban
dikategorikan
berdasarkan jumlah
jawaban yang benar,
- Baik : bila jawaban
benar 7-10 pertanyaan
- Sedang : bila jawaban
benar 4-7 pertanyaan
- Kurang : bila jawaban
benar 0-3 pertanyaan
1. Bekerja tetap
2. Buruh / tidak tetap
3. Tidak bekerja
ordinal
ordinal
ordinal
37. 39 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5.
6.
Ketersediaan
Fasilitas
Budaya
Tersedianya sarana
dan prasarana yang
menunjang kesehatan
masyarakat
Kebiasaan masyarakat
dalam upaya
mengatasi masalah
kesehatan
1. Sumber air bersih
YA bernilai 1
TIDAK bernilai 0
2. MCK
YA bernilai 1
TIDAK bernilai 0
3. Pelayanan PUSKESMAS
YA bernilai 1
TIDAK bernilai 0
4. Terdapatnya RS
YA bernilai 1
TIDAK bernilai 0
Tersedia fasilitas yang
mendukung perilku
pencegahan diare : bila
jumlah nilai 3 – 4
Tidak tersedia fasilitas
yang mendukung perilaku
pencegahan diare : bila
jumlah nilai 0 – 2
1. Kebiasaan bila sakit
• Berobat ke RS/klinik/
puskesmas (bernilai
• Berobat ke dukun/
minum ramuan
tradisional (bernilai 1)
• Tidak berobat
(bernilai 0)
Ordinal
Ordinal
38. 40
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2. Pantangan ketika sakit
• Tidak ada pantangan
(bernilai 3)
• Tidak boleh mandi
(bernilai 2)
• Tidak boleh
membersihkan rumah
(bernilai 1)
Kebudayaan yang
mendukung perilaku
pencegahan diare: jumlah
nilai 5 – 6
Kebudaayaan yang tidak
mendukung perilaku
pencegahan diare: jumlah
nilai < 5
39. 41 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk
mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan
diare di RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan
Jakarta Selatan. Dengan demikian pengukuran variabel bebas dan variabel
terikat dilakukan secara bersamaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalaam penelitian ini adalah masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan
Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan.
2. Sampel
a. Kriteria Sampel
Seluruh masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan
Mampang Prapatan Jakarta Selatan yang menderita diare.
b. Besar Sampel
Tiga puluh orang dari masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakata Selatan yang menderita diare.
C. Tempat dan Waktu
Tempat : RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta Selatan
Jl. Kemang Timur XI RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan
40. 42
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Waktu : Jumat, 30 Maret 2007
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer merupakan
data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang diajukan kepada masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut.
2. Cara Pengambilan Data
Sebelum melakukan pengambilan data, responden diberikan penjelasan
tentang maksud dan pengambilan data. Kuesioner diisi sendiri oleh
responden dan responden diberi kesempatan bertanya kepada peneliti.
E. Teknik Pengolahan Data
1. Seleksi Data
Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat menghasilkaan data
yang lebih akurat untuk pengolahan data selanjutnya. Kegiatan yang
dilakukan adalah memeriksa dan mengamati apakah semua pertanyaan
peneliti sudah terjawab, jawaban yang ada atau tertulis dapat terbaca
secara konsisten. Bila tidak, keusioner dikembalikan pada responden untuk
diperbaiki.
2. Pengelompokan Data
Proses pengumpulan data untuk kemudian diisi dalam tabel – tabel
distribusi.
3. Coding
Proses pemberian kode pada data yang akan dianalisis atau yang akan
41. 43 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
dimasukkan dalam pencatatan dengan jalan memberi kode – kode dalam
bentuk angka.
F. Analisa Data
Mengetahui gambaran karakteristik variabel penelitian dengan cara menyusun
tabel distribusi frekuensi. Variabel – variabel keseluruhan dari data yang
dikumpulkaan dianalisa berupa analisa univriat. Untuk penelitian ini di
persentasekan dengan rumus :
F / N x 100%
Keterangan :
F : Frekuensi Faktor
N : Jumlah Responden
G. Penyajian Data
1. Tekstular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat.
2. Tabular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel.
42. 44 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB V
GAMBARAN KASUS
Rt. 012 Rw. 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta
Selatan, dihuni oleh 448 jiwa. Klasifikasi penduduk laki –laki sebanyak 236 jiwa,
perempuan sebanyak 212 jiwa. Dan balita di wilayah tersebut sebanyak 35 jiwa,
dan lansia sebanyak 15 jiwa.
Wilayah tersebut berada di pinggiran kota Jakarta. Lokasi permukiman
penduduk di wilayah ini terdapat di pinggir kali dengan lebar kali kurang lebih
2 meter, dengan panjang tak terhingga. Kondisi kali terlihat kotor dengan air
berwarna hitam, pada kali tersebut pun banyak terdapat sampah dan feses,
aroma di sekitar kali tersebut sangat tidak sedap dan banyak berhinggapan lalat
di sekitarnya. Selain itu, di wilayah ini juga terdapat tempat pembuangan sampah
terakhir yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi kali. Sampah organik
dan non organik tercampur menjadi satu dan juga terlihat sangat kacau, serta
banyak genangan air di sekitar permukiman. Wilayah dengan luas kurang lebih 3
hm2 ini, memilki keadaan permukiman penduduk yang sangat padat. Jarak antara
rumah yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan penghijauan di wilayah
tersebut sangat minim. Dan wilayah ini merupakan wilayah banjir, seperti halnya
pada awal bulan Februari tahun 2007.
Sekitar 3 km dari wilayah Rt. 012 terdapat puskesmas dengan luas bangunan
kurang lebih 152, 885 m2, dengan jumlah petugas kesehatan sebanyak 10 orang
dengan klasifikasi Dokter Umum 1 orang, Dokter Gigi 2 orang, Bidan 2 orang,
Perawat 2 orang, Bagian Kesehatan Lingkungan 1 orang, Bagian Administrasi 1
orang, dan Cleaning Service 1 orang. Fasilitas yang terdapat di puskesmas ini
meliputi MTBS dan KIA, Poli Gigi, Farmasi, dan Laboratorium Mini. Di puskesmas
ini juga terdapat buku penanggulangan diare.
Petugas puskesmas di wilayah ini memberikan penyuluhan kepada warga
Kelurahan Bangka yang didalamnya termasuk warga Rt. 012 Rw. 03 sebanyak 1 kali
dalam 3 bulan dengan materi penyuluhan mengenai penghijauan, pencegahan flu
burung, diare dan DBD. Petugas penyuluhan ini meliputi kader PKK dan Puskesmas
pada masing – masing RW khususnya Rw. 03. Upaya penanganan oleh Puskesmas
bagi penderita diare selama ini adalah pengobatan secaraa dini, adanya posko
43. 45
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
kaporisasi dan lisolisasi bagi daerah yang terkena banjir, penyuluhan air bersih
serta pemberian suntikan anti diare.
Namun hal tersebut tidak menurunkan angka kejadian diare di wilayah
ini. Karena menurut data yang bersumber dari Puskesmas Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan, memperlihatkan jumlah peningkatan penderita
diare yang signifikan, terutama pasca bencana banjir bulaan Februari 2007. Berikut
ini adalah tabel jumlah penderita diare dari bulaan September sampaai bulan
Februari di Puskesmas Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Parpatan.
Tabel 1
JUMLAH PENDERITA DIARE
DI RT 012 RW 03 KELURAHAN BANGKA
KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin
Bulan
Perempuan Laki – laki Jumlah
September 6 19 25
Oktober 6 8 14
Nopember 9 12 21
Desember 17 13 30
Januari 22 16 38
Februari 30 25 55
Tabel 2
JUMLAH PENDERITA DIARE
DI RT 012 RW 03 KELURAHAN BANGKA
KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
BERDASARKAN USIA
Tahun 2007
Bulan
Umur
September Oktober Nopember Desember Januari Februari
1 – 12 bulan 3 1 3 5 1 5
1 – 4 tahun 6 2 7 10 12 22
5 – 9 tahun - 1 3 4 3 4
10 – 14 tahun - - - 6 2 1
44. 46 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
15 – 9 tahun 3 2 - 2 1 2
20 – 44 tahun 8 5 5 2 15 11
45 – 54 tahun 2 1 - 1 2 5
55 – 59 tahun 2 1 1 - 2 2
60 – 69 tahun 1 - 2 - - 2
> 70 tahun - - - - - 1
Jumlah 25 orang 14 orang 21 orang 30 orang 38 orang 55 orang
Sumber : Puskesmas Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan
45. 47
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Distribusi Frekuensi
Tabel 3
DISTRIBUSI FREKUENSI
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Perilaku Masyarakat Frekuensi Presentase
Yang melakukan perilaku pencegahan diare 28 93,3%
Yang tidak melakukan perilaku pencegahan diare 2 6,7%
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta Selatan sebanyak 93,3% (28 orang) melakukan perilaku
pencegahan diare.
Grafik 1
DISTRIBUSI FREKUENSI
PENDIDIKAN
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
SD
SMP
SMA
PERGURUAN TINGGI
Tahun 2007
46. 48 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Kepala keluarga yang berpendidikan SD sebanyak 12 orang atau
36,6%, SMP sebanyak 9 orang atau 33,3 %, SMA sebanyak 7 orang atau 23,3
%, Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang atau 0,7 %.
Grafik 2
DISTRIBUSI FREKUENSI
TINGKAT PENGETAHUAN
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan
30
25
20
15
10
5
0
BAIK
SEDANG
KURANG
Tahun 2007
Masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 28
orang atau 93,3%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 2 orang atau 6,7%,
dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan kurang atau 0%.
Grafik 3
DISTRIBUSI FREKUENSI
PEKERJAAN KEPALA KELUARGA
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
47. 49
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
TETAP
TIDAK TETAP
TIDAK
BEKERJA
Masyarakat yang mempunyai pekerjaan kepala keluarga tetap sebanyak
5 orang atau 16,6 %, pekerjaan kepala keluarga tidak tetap sebanyak 23 orang
atau 76,7%, dan kepala keluarga yang tidak bekerja sebanyak 2 orang atau
6,6 %.
Grafik 4
DISTRIBUSI FREKUENSI
KETERSEDIAAN FASILITAS YANG MENDUKUNG PERILAKU
PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tersedia
fasilitas
Tidak
tersedia
fasilitas
Tahun 2007
Masyarakat yang memiliki fasilitas pendukung perilaku pencegahan diare
sebanyak 14 orang atau 46,7 %, tidak memiliki fasilitas pendukung perilaku
pencegahan diare sebanyak 16 orang atau 53,3 %.
48. 50 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Tabel 8
DISTRIBUSI FREKUENSI
KEBUDAYAAN
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Kebudayaan Frekuensi
Kebudayaan yang mendukung perilaku
pencegahan diare
15
50 %
Kebudayaan yang tidak mendukung perilaku
pencegahan diare
15
50 %
Masyarakat yang memiliki kebudayaan pendukung perilaku pencegahan
diare sebanyak 15 orang atau 50 %, memiliki kebudayaan bukan pendukung
perilaku pencegahan diare sebanyak 15 orang atau 50 %.
2. Hubungan faktor – faktor yang berpengaruh dengan perilaku
pencegahan diare
Tabel 4
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan
Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Tingkat Pendidikan Jumlah Perilaku Pencegahan Diare
Ya Tidak
SD 12 11
91,7%
1
8,3%
49. 51
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
SMP 9 9
100%
-
0%
SMA 7 6
85,7%
1
14,3%
Perguruan Tinggi 2 2
100%
-
0%
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat RT
012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
tahun 2007 dengan semua tingkat pendidikan melakukan perilaku pencegahan
diare yaitu sebanyak 93,3% dengan klasifikaasi tingkat pendidikan SD yang
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 11 orang dari 12 orang
atau 91,7 %, SMP yang melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 9
orang dari 9 orang atau 100%, SMA yang melakukan perilaku pencegahan
diare sebanyak 6 orang dari 7 orang atau 85,7% dan Perguruan Tinggi yang
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 2 orang dari 2 orang atau
100%.
Tabel 5
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan
Tahun 2007
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
Perilaku Pencegahan Diare
YA TIDAK
Baik 28 26
91,7%
2
8,3%
Sedang 2 2
100%
-
0%
Kurang - -
0 %
-
0%
50. 52 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat RT
012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan rata - rata
dengan semua tingkat pengetahuan melakukan perilaku pencegahan diare
yaitu sebanyak 93,3% dengan klasifikaasi tingkat pengetahuan baik yang
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 26 orang dari 28 orang atau
91,7 %, tingkat pengetahuan sedang yang melakukan perilaku pencegahan
diare sebanyak 2 orang dari 2 orang atau 100%.
Tabel 6
HUBUNGAN PEKERJAAN KEPALA KELUARGA DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Pekerjaan Jumlah Perilaku Pencegahan Diare
YA TIDAK
Tetap 5
5
100%
0
0%
Tidak Tetap 23
21
91,3%
2
8,7%
Tidak Bekerja 2
2
100%
-
0%
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat RT
012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan dengan semua
tingkat pekerjaan kepala keluarga yang melakukan perilaku pencegahan
diare yaitu sebanyak 93,3% dengan klasifikasi tingkat pekerjaan tetap yang
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 5 orang dari 5 orang atau
100%, pekerjaan tidak tetap yang melakukan perilaku pencegahan diare
sebanyak 21 orang dari 23 orang atau 91,3 %, tidak memiliki pekerjaan yang
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 2 orang dari 2 orang atau
100%.
51. 53
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Tabel 6
HUBUNGAN KETERSEDIAAN FASILITAS DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Ketersediaan Fasilitas Jumlah Perilaku pencegahan diare
YA TIDAK
Tersedia fasilitas yang mendukung
perilaku pencegahan diare 14
13
92,8%
1
7,2%
Tidak tersedia fasilitas yang
mendukung perilaku pencegahan
diare
16
15
93,7%
1
6,3%
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat RT
012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan yang tersedia
fasilitas pendukung perilaku pencegahan diare dan yang melakukan perilaku
pencegahan diare yaitu sebanyak 13 orang dari 14 orang atau 92,8 %, dan
yang tidak tersedia fasilitas pendukung perilaku pencegahan diare tetapi
melakukan perilaku pencegahan diare sebanyak 15 orang atau 93,7 %.
Tabel 9
HUBUNGAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
Masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Tahun 2007
Kebudayaan Masyarakat Jumlah Perilaku pencegahan diare
YA TIDAK
Kebudayaan yang mendukung
perilaku pencegahan diare 15
14
93,3 %
2
0,7 %
Kebudayaan yang tidak
mendukung perilaku
pencegahan diare
15
15
100 %
-
0 %
52. 54 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat RT 012 RW
03 Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan yang memiliki kebudayaan
pendukung perilaku pencegahan diare dan yang melakukan perilaku pencegahan
diare yaitu sebanyak 14 orang dari 15 orang atau 93,3%, dan kebudayaan yang
tidak mendukung perilaku pencegahan tetapi melakukan perilaku pencegahan
diare yaitu sebanyak 15 orang dari 15 orang atau 100 %.
B. Pembahasan
1. Perilaku Pencegahan Diare
“Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat – sakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah dan
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah
kesehatan.” (Notoatmodjo. 2005: 43)
Perilaku adalah faktor utama penentu bagi kesehatan seseorang,
bagaimana seseorang bertindak atau berespon terhadap penyakit (stimulus).
Bagi seseorang yang memiliki perilaku sehat maka akan berdampak kesehatan
bagi dirinya. Karena perilaku sehat akan meningkatkan mutu kesehatan dan
daya tahan tubuh seseorang
Dalam hal ini masyarakat yang memiliki perilaku pencegahan diare
memiliki resiko yang lebih kecil untuk terserang penyakit diare. Seperti halnya
Masyarakat RT 12 RW 03 yang telah melakukan perilaku pencegahan diare,
namun masih banyak hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang terutama
terhadap penyakit diare selain perilaku sehat masyarakat.
2. Pendidikan
”Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
dan sosial saja. Tetapi juga diukur dari tingkat pendidikan, masyarakat yang
berpendidikan rendah, biasanya memiliki tingkat pengetahuan yang rendah
53. 55
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
pula mengenai pecegahan diare dan cenderung memiliki perilaku sakit.”
http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0304_diare.hml (16April2007).
3. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan diare juga
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan
diare. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, namun
bukan berarti masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perilaku pencegahan diare
karena masyarakat di wilayah RT 012 RW 03 Kelurahan Bangka Kecamatan
Mampang Prapatan Jakarta Selatan diberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan oleh tim kesehatan setempat.
4. Pekerjaan Kepala Keluarga
“Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan
sosial saja. Tetapi juga diukur dari produktivitasnya, dalam arti mempunyai
penghasilan secara ekonomi.” (Notoatmodjo. 2003: 5).
Pekerjaan kepala keluarga tidak berpengaruh secara langsung terhadap
perilaku pencegahan diare, namun pekerjaan kepala keluarga menentukan
tingakat ekonomi keluarga tersebut dalam hal ini terkait dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga
masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik akan dapat
memenuhi kebutuhan gizi secara optimal. Dengan terpenuhi kebutuhan gizi
tersebut maka status kesehatan seseorang akan meningkat dan mencegah
masuknya agen penyebab penyakit diare.
5. Ketersediaan Fasilitas
”Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik
melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun
air sungai. Agen penyebab diare sering dijumpai pada sumber-sumber air
yang sudah terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit, air yang sudah
54. 56 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
tercemar apabila digunakan oleh orang yang sehat bisa membuat orang
tersebut terpapar dengan agen penyebab diare.” http//:www.jurnal.ui.ac.id/
pdf/2004/v01n01/Harianto010104.pdf (16April2007)
Menurut apa yang disampaikan masyarakat RT 012 RW 03 Kelurahan
Bangka Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan bahwa mereka tidak
mendapatkan sumber air bersih terutama setelah banjir yang melanda wilayah
tersebut. Padahal sebelum banjir pun sumber air yang tersedia belum memenuhi
kriteria air bersih dan sehat untuk dikonsumsi, karena daerah resapan di
wilayah tersebut telah terkontaminasi dengan air kali yang tercemar sampah
dan kotoran – kotoran lainnya. Apalagi setelah banjir menenggelamkan rumah
mereka setinggi kurang lebih 2 meter diatas permukaan tanah. Mereka sama
sekali tidak bisa mendapatkan sumber air yang layak.
Masyarakat yang berekonomi baik dapat memenuhi kebutuhan air
bersih dengan membeli air mineral kemasan siap minum sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhannya tanpa ada pencemaran air. Sedangkan,
masyarakat yang berekonomi kurang tidak dapat berbuat lebih, mereka
terpaksa menggunakan air seadanya. Padahal mereka tahu bahwa air yang
mereka gunakan tidak memenuhi kriteria dalam kesehatan.
Hal inilah yang kami sorot sebagai masalah utama dalam adanya
peningkatan jumlah penderita diare di wilayah tersebut. Meskipun tidak
terlepas dari faktor – faktor lain yang juga terkait dengan perilaku pencegahan
diare.
6. Kebudayaan Masyarakat
”Faktor sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan, dan
kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif
terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif misalnya
membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak
dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat.” http//:www.
jurnal.ui.ac.id/pdf/2004/v01n01/Harianto010104.pdf (16April2007).
Kebudayaan atau kebiasaan masyarakat berpengaruh terhadap
peningkatan status kesehatan seseorang. Seperti halnya kebiasaan masyarakat
menyikapi keadaan ketika mereka sakit, tidak jarang masyarakat masih
55. 57
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
meyakini hal – hal tabu misalnya tidak boleh mandi ketika sakit. Padahal
hal tersebut sangat perlu dalam perawatan tubuh yang dapat memberikan
kesegaran dalam tubuh saat sakit. Hanya saja perawatan tubuh seperti apa
yang dapat dilakukan ketika sakit yang perlu diperhatikan.
56. 58 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan diare
faktor ketersediaan fasilitas air bersihlah yang menjadi masalah utama.
Masyarakat mengakui bahwa mereka tidak mendapatkan bantuan fasilitas
air bersih dari pemerintah, padahal seperti yang telah kita bahas tadi, bahwa
setelah bencana banjir melanda wilayah tersebut pada bulan Februari tahun
2007, sumber resapan air mereka telah tercemar oleh sisa-sisa limbah banjir,
seperti sampah, sisa-sisa puing rumah yang hanyut, dan sebagainya.
Faktor tersebut tidak menjadi faktor tunggal yang menjadi masalah
yang dapat mempengaruhi prilaku pencegahan diare. Namun, faktor lainnya
tidak memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku pencegahan diare, karena
faktor-faktor lain tersebut dapat mendukung satu sama lain. Seperti faktor
pendidikan yang rendah dapat didukung oleh program penyuluhan yang
diadakan oleh Tim Kesehatan Puskesmas setempat yang diadakan 1 kali dalam
3 bulan, sehingga mereka mendapat informasi yang jelas mengenai penyakit,
pencegahan, dan pengobatan yang tepat, terutama tentang penyakit yang
muncul setelah banjir.
B. Saran
1. Hendaknya pemerintah dapat menyediakan fasilitas air bersih bagi wilayah-wilayah
yang terkena musibah banjir.
2. Hendaknya perawat sebagai salah satu tim kesehatan dapat
mengoptimalkan fungsinya sebagai pemberi penyuluhan atau pendidikan
kesehatan terutama mengenai pencegahan penyakit yang muncul saat
setelah banjir, khususnya penyakit diare.
3. Hendaknya masyarakat dapat menyadari dan memahami akan pentingnya
perilaku pencegahan diare serta dapat melaksanakannya dengan baik.