SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
PENGUAT DAYA PUSH PULL
DAN COMPLEMENTER
PENGUAT DAYA
Secara etimologi, penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih
kuat. Dalam bidang elektronika yang dimaksud dengan penguatan yaitu
memperkuat amplitude dari suatu sinyal. Terdapat dua tipe penguatan
utama, yaitu :
• Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal
masukan.
• Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.
• Penguat daya yaitu kombinasi dari penguat tegangan dan penguat arus.
Meskipun pada kenyataannya semua penguat adalah penguat daya
karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya daya kecuali jika
impedansinya tak terhingga.
RANGKAIAN PENGUAT
Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang
diterima beban dengan daya yang diberikan oleh catu daya. Rangkaian penguat,
terutama untuk sinyal besar, dibedakan menjadi:
• Kelas A
• Kelas B
• Kelas AB
• Kelas C
• Kelas D
• Kelas E
• Kelas F
• Kelas G
• Kelas H
• Kelas T
PENGUAT KELAS A
Penguat kelas A merupakan penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari
tegangan VCC penguat. Agar penguat kelas A dapat bekerja atau berfungsi
sebagai mana mestinya, maka penguat kelas A memerlukan bias awal yang
menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal
ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun
dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.
PENGUAT KELAS A
• Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi
tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan
tegangan bias yang tepat, maka kita akan mendapatkan titik kerja
transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat.
• Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena
mempunyai distorsi yang kecil.
PENGUAT KELAS B
Penguat kelas B merupakan penguat yang prinsip kerjanya berdasarkan
tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada
dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat
kelas B berada dalam kondisi OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input
dengan level diatas 0.6 Volt (batas tegangan bias transistor).
PENGUAT KELAS B
Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada
sinyal input. Namun dengan adanya batasan tegangan 0.6 Volt maka
penguat kelas B tidak akan bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6 Volt. Hal
ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu
cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
PENGUAT KELAS AB
• Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan
penguat kelas B. Penguat kelas AB diperoleh dengan menggeser sedikit titik
kerja transistor sehingga distorsi cross over dapat diminimalkan. Titik kerja
transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada sedikit diatasnya.
• Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efisiensi dan fidelitas
penguat. Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan
sebagai penguat audio.
PENGUAT KELAS C
• Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di
daerah cut-off transistor. Perbedaan antara penguat kelas B dan penguat
kelas C adalah pada penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk
bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor
(sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk
menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal
saja.
• Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah
frekuensi kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat
kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering
ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja
penguat. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang tinggi sampai 100 %
namun dengan fidelitas yang rendah.
PENGUAT KELAS D
• Kelebihan dari penguat kelas D terletak pada efisiensinya, dalam keadaan
ideal efisiensi dari penguat kelas D bisa mencapai 100%. Akan tetapi pada
kenyataannya nilai efisiensi tersebut turun hingga nilai 90-95%. Hal ini
disebabkan oleh ketidak idealan komponen yang digunakan dan juga
proses konversi dari PWM menjadi gelombang sinusoidal pada bagian akhir
dari penguat kelas D. Efisiensi 90-95% ini bisa didapatkan karena proses
penguatan sinyal hanya dilakukan pada sinyal-sinyal tertentu sesuai
kebutuhan.
• Power amplifier kelas D cocok digunakan sebagai power amplifier untuk
audio dengan sistem low tone seperti halnya power untuk subwoofer,
karena keluaran sinyal audio untuk nada menegah (vokal) dan tinggi
(treble) pada penguat kelas D tidak bagus.
PENGUAT KELAS E
Seperti halnya penguat kelas C, penguat kelas E juga memerlukan rangkaian
resonansi LC dengan transistor yang hanya bekerja kurang dari setengah duty
cycle. Perbedaan antara penguat kelas C dengan penguat kelas E adalah
wilayah kerjanya. Penguat kelas C bekerja pada daerah aktif (linier).
Sedangkan penguat kelas E, bekerja sebagai switching seperti halnya
penguat kelas D. Biasanya transistor yang digunakan adalah transistor jenis
FET. Dengan digunakannya transistor jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini
menghasilkan output yang lebih efisien dan cocok untuk sistem yang
memerlukan drive arus besar namun dengan arus input yang sangat kecil.
Oleh karena efisiensinya yang baik, yakni bisa mencapai 100% dan juga
penguat kelas E dapat disederhanakan ke dalam sebuah chip IC, maka
penguat kelas E sering diterapakan pada peralatan transmisi mobile dengan
antena sebagai rangkaian resonansinya.
PENGUAT KELAS F
• Penguat kelas F merupakan hasil pengembangan dari penguat kelas E.
Susunan rangkaian penguat kelas F lebih kompleks jika dibandingkan
dengan penguat kelas E. Dalam kondisi ideal, penguat kelas E dan penguat
kelas F sama-sama memilik efisiensi 100%, namun saat kondisi ideal tersebut
tidak tercapai, efisiensi dari penguat kelas F lebih tinggi dibandingkan
dengan penguat kelas E.
• Penguat kelas F meningkatkan efisiensi dengan cara menghilangkan
komponen genap gelombang harmonik dari sinyal input untuk
menghasilkan sinyal kotak. Dengan didapatkannya sinyal kotak maka
transistor akan berada pada kondisi saturasi atau cut-off lebih lama dan
dapat menjalankan fungsinya sebagai switch dengan lebih baik.
PENGUAT KELAS G
Kelas G termasuk ke dalam kategori penguat analog. Tujuan dari penguat
kelas G adalah untuk meningkatkan efisiensi dari penguat kelas B/AB. Pada
kelas B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang sering dinotasikan
sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V dan –12V (atau ditulis dengan +/-
12volt). Pada penguat kelas G, tegangan supply disusun secara bertingkat
atau disebut dengan rail switching. Selain untuk meningkatkan efisiensi, tujuan
dari teknik penyusunan secara rail switching ini juga untuk mengurangi tingkat
disipasinya. Dengan menggunakan teknik rail switching ini, energi yang
terbuang dari tegangan keluaran transistor akan berkurang.
PENGUAT KELAS H
Pada dasarnya penguat kelas H merupakan pengembangan dari penguat
kelas G. Jika pada penguat kelas G menggunakan tegangan supply tetap
yang disusun secara bertingkat, maka pada penguat kelas H menggunakan
tegangan supply variable (dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan). Sehingga
tidak perlu lagi menggunakan metode rail switching. Hal inilah yang
menyebabkan efisiensi dari penguat kelas H lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penguat kelas G. Namun untuk penerapan dalam rangkaiannya pun
akan menjadi lebih kompleks dan rumit.
PENGUAT KELAS T
Penguat kelas T merupakan amplifier digital dengan menggunakan teknologi
yang disebut Digital Power Processing. Seperti halnya penguat kelas
D, penguat kelas T juga menggunakan konsep modulasi PWM dengan
switching transistor serta filter. Jika pada penguat kelas D, proses sebelumnya
adalah pengolahan dalam bentuk analog, maka pada penguat kelas
T, proses sebelumnya adalah pengolahan dengan memanipulasi bit-bit
digital. Dalam penguat kelas T terdapat audio prosesor dengan proses
umpanbalik yang juga digital untuk koreksi waktu tunda dan fasa. Akibat
prinsip kerjanya yang berada dalam proses digital, maka sinyal keluaran dari
penguat kelas T lebih tahan terhadap noise sehingga gelombang
keluarannya menjadi lebih jernih.
PERBEDAAN ANTAR PENGUAT
• Periode tegangan output dikuatkan
• Posisi titik kerja (Q-point)
• Efisiensi daya
• Gain tegangan
• Gain arus
RANGKAIAN PUSH-PULL
• Pada system penguatan, rangkaian penguat kelas A memiliki efisiensi yang
terbilang kecil, akan tetapi hasil penguatan kelas A hanya mengalami
sedikit distorsi sehingga hasil penguatan kelas A mengalami cacat sinyal
yang minim. Dalam rangka untuk mendapatkan efisiensi hasil penguatan
yang tinggi, maka dalam rangkaian push pull, pada umumnya digunakan
penguat kelas B dan kelas AB. Konfigurasi push pull memungkinkan
setengah periode sinyal positif dan setengah periode sinyal negatif muncul
di terminal output.
• Pada penguat kelas B, transistor akan aktif hanya bila tegangan AC
menyala, karena tegangan bias DC nya mendekati nol atau titik kerja
mendekati daerah cut off.
RANGKAIAN PUSH-PULL
Terdapat beberapa macam konfigurasi push pull yang bisa digunakan.
Diantaranya adalah dengan menggunakan transistor komplementer. Pada
konfigurasi ini, digunakan dua buah transistor yang berbeda (pnp dan npn).
Salah satu transistor akan aktif saat tegangan input AC bernilai positif
sehingga akan menguatkan sinyal setengah periode bernilai positif
sedangkan transistor kedua tidak aktif. Pada setengah periode berikutnya,
tegangan input AC bernilai negatif sehingga transistor pertama tidak aktif dan
transistor kedua aktif. Transistor kedua akan menguatkan setengah periode
tegangan input AC yang bernilai negatif. Maka, pada terminal output akan
didapatkan sinyal tegangan output yang gelombang penuh hasil penguatan
dari gelombang input.
RANGKAIAN PUSH-PULL
Cara kerja konfigurasi Push-Pull
Konfigurasi push pull dengan
transistor komplementer
RANGKAIAN PUSH-PULL
Dalam rangka mencegah terjadinya cacat silang (Cross Over
Distortion), maka digunakanlah penguat kelas AB, yaitu titik lengang berada
dekat dengan daerah cut-off, sehingga pada saat tegangan input masih
bernilai nol, sudah ada bias tegangan yang dapat menembus threshold
voltage transistor. Untuk itu, dapat digunakan dioda, karena dioda
mempunyai threshold voltage yang besarnya sama dengan threshold voltage
pada transistor. Pemasangan dioda memungkinkan keberadaan bias
tegangan yang dapat menembus nilai threshold voltage saat tegangan
inputnya masih bernilai nol.
RANGKAIAN PUSH-PULL
Crossover distortion Pengunaan dioda untuk menghasilkan
bias tegangan
RANGKAIAN PUSH-PULL
Transistor Q1 berfungsi untuk menguatkan tegangan sedangkan dioda
berfungsi untuk memberikan bias tegangan saat tegangan input AC
masih bernilai nol untuk mengurangi efek crossover distortion.
RANGKAIAN PUSH-PULL
Pada konfigurasi ini, nilai tegangan V input akan berbeda dengan tegangan
sumber function generator Vs karena ada drop tegangan. Percobaan
dilakukan beberapa kali dengan variasi tegangan output saat terpancung,
saat maksimum, dan untuk beberapa nilai peak to peak tertentu.
Rangkaian Penguat Daya dengan Hambatan Sumber Rs
KESIMPULAN
 Prinsip kerja push pull secara umum:
• Saat tegangan input AC bernilai positif untuk setengah periode gelombang yang
pertama, salah satu transistor aktif, dan penguatan terjadi sedangkan transistor
yang lain tidak aktif
• Saat tegangan input AC bernilai negatif untuk setengah periode gelombang
yang kedua, transistor yang tadinya tidak aktif menjadi aktif, sedangkan yang
tadinya aktif menjadi tidak aktif sehinnga dapat melengkapi sinyal gelombang
yang telah dikuatkan selama setengah periode pertama
 Sifat threshold voltage pada terminal basis-emitter transistor sering
mengakibatkan distorsi bentuk pada tegangan output yang disebut
crossover distortion, karena tegangan input harus menembus threshold
voltage terlebih dahulu sebelum transistor bisa bekerja.
KESIMPULAN
 Untuk mengurangi distorsi, bisa digunakan dioda yang mampu
memberikan voltage bias yang berlawanan polaritas dengan threshold
voltage transistor sehingga tegangan input AC tidak perlu melawan
tegangan transistor.
 Tegangan output dibatasi oleh sumber tegangan DC. Jika lebih
besar, maka tegangan output akan terpancung.
 Daya input adalah daya yang disuplai sumber tegangan DC untuk
mengaktifkan sifat transistor.
 Daya output adalah daya keluaran AC pada terminal output yang akan
digunakan.
 Efisiensi daya untuk penguat push pull tinggi, hingga mencapai hampir 50 %
pada hasil pengukuran dan 78,5 % secara teori.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...Beny Nugraha
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)FEmi1710
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Praktikum2-teorema boolean dan demorgan
Praktikum2-teorema boolean dan demorganPraktikum2-teorema boolean dan demorgan
Praktikum2-teorema boolean dan demorganAnarstn
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopAnarstn
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Fathan Hakim
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarRinanda S
 
Ii Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorIi Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorFauzi Nugroho
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemrajareski ekaputra
 
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3 informasi
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3   informasiDasar Telekomunikasi - Slide week 3   informasi
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3 informasiBeny Nugraha
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAhmad_Bagus
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Satria Wijaya
 

What's hot (20)

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Praktikum2-teorema boolean dan demorgan
Praktikum2-teorema boolean dan demorganPraktikum2-teorema boolean dan demorgan
Praktikum2-teorema boolean dan demorgan
 
Soal
Soal Soal
Soal
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip Flop
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasar
 
Ii Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorIi Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik Fasor
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistem
 
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3 informasi
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3   informasiDasar Telekomunikasi - Slide week 3   informasi
Dasar Telekomunikasi - Slide week 3 informasi
 
Buck Boost Converter
Buck Boost ConverterBuck Boost Converter
Buck Boost Converter
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistor
 
Tugas modulation AM, FM, dan PM
Tugas modulation AM, FM, dan PMTugas modulation AM, FM, dan PM
Tugas modulation AM, FM, dan PM
 
Sistem Komunikasi Digital
Sistem Komunikasi DigitalSistem Komunikasi Digital
Sistem Komunikasi Digital
 
8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan8 pengukuran tahanan
8 pengukuran tahanan
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
Fluks listrik, hukum gauss, dan teorema divergensi.
 
PCM (Pulse Code Modulation)
PCM (Pulse Code Modulation)PCM (Pulse Code Modulation)
PCM (Pulse Code Modulation)
 

Similar to Penguat daya push pull & complementer

PENGUAT DAYA KELAS C.pptx
PENGUAT DAYA KELAS C.pptxPENGUAT DAYA KELAS C.pptx
PENGUAT DAYA KELAS C.pptxssuser2be6d6
 
Penguat Transistor
Penguat TransistorPenguat Transistor
Penguat TransistorRyan Aryoko
 
Makalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cMakalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cSwary Ella
 
Memahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatMemahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatEko Supriyadi
 
Penguat transistor
Penguat  transistorPenguat  transistor
Penguat transistorAhmad_Bagus
 
Il agus sistem audio
Il agus sistem audioIl agus sistem audio
Il agus sistem audioagus saefudin
 
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 aBab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 asarahadhitia
 
Jenis jenis amplifier
Jenis jenis amplifierJenis jenis amplifier
Jenis jenis amplifierluxmus74
 
Memahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatMemahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatEko Supriyadi
 
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinb
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinbAchmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinb
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinbaaziizudin
 
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.ppt
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.pptUmpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.ppt
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.pptDafitOfficial
 

Similar to Penguat daya push pull & complementer (20)

PENGUAT DAYA KELAS C.pptx
PENGUAT DAYA KELAS C.pptxPENGUAT DAYA KELAS C.pptx
PENGUAT DAYA KELAS C.pptx
 
Penguat transistor
Penguat transistorPenguat transistor
Penguat transistor
 
Penguat Transistor
Penguat TransistorPenguat Transistor
Penguat Transistor
 
Makalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cMakalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas c
 
Makalah penguat rf.fixdocx
Makalah penguat rf.fixdocxMakalah penguat rf.fixdocx
Makalah penguat rf.fixdocx
 
Makalah fix
Makalah fixMakalah fix
Makalah fix
 
Memahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatMemahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguat
 
Penguat transistor
Penguat transistorPenguat transistor
Penguat transistor
 
Penguat transistor
Penguat  transistorPenguat  transistor
Penguat transistor
 
Analisis sinyal kecil
Analisis sinyal kecilAnalisis sinyal kecil
Analisis sinyal kecil
 
Il agus sistem audio
Il agus sistem audioIl agus sistem audio
Il agus sistem audio
 
01. PENGUAT SINYAL KECIL.pdf
01. PENGUAT SINYAL KECIL.pdf01. PENGUAT SINYAL KECIL.pdf
01. PENGUAT SINYAL KECIL.pdf
 
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 aBab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
 
Jenis jenis amplifier
Jenis jenis amplifierJenis jenis amplifier
Jenis jenis amplifier
 
Op amp
Op ampOp amp
Op amp
 
Penguat transistor
Penguat transistorPenguat transistor
Penguat transistor
 
Memahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguatMemahami kegunaan dan sifat penguat
Memahami kegunaan dan sifat penguat
 
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinb
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinbAchmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinb
Achmad aziizudin penguat transistor_teknikmesinb
 
Filter1.ppt
Filter1.pptFilter1.ppt
Filter1.ppt
 
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.ppt
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.pptUmpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.ppt
Umpan Balik (Feedback)_Rangkaian Elektronika.ppt
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

Penguat daya push pull & complementer

  • 1. PENGUAT DAYA PUSH PULL DAN COMPLEMENTER
  • 2. PENGUAT DAYA Secara etimologi, penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang elektronika yang dimaksud dengan penguatan yaitu memperkuat amplitude dari suatu sinyal. Terdapat dua tipe penguatan utama, yaitu : • Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan. • Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan. • Penguat daya yaitu kombinasi dari penguat tegangan dan penguat arus. Meskipun pada kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.
  • 3. RANGKAIAN PENGUAT Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban dengan daya yang diberikan oleh catu daya. Rangkaian penguat, terutama untuk sinyal besar, dibedakan menjadi: • Kelas A • Kelas B • Kelas AB • Kelas C • Kelas D • Kelas E • Kelas F • Kelas G • Kelas H • Kelas T
  • 4. PENGUAT KELAS A Penguat kelas A merupakan penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tegangan VCC penguat. Agar penguat kelas A dapat bekerja atau berfungsi sebagai mana mestinya, maka penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.
  • 5. PENGUAT KELAS A • Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang tepat, maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. • Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang kecil.
  • 6. PENGUAT KELAS B Penguat kelas B merupakan penguat yang prinsip kerjanya berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6 Volt (batas tegangan bias transistor).
  • 7. PENGUAT KELAS B Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada sinyal input. Namun dengan adanya batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak akan bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6 Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
  • 8. PENGUAT KELAS AB • Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B. Penguat kelas AB diperoleh dengan menggeser sedikit titik kerja transistor sehingga distorsi cross over dapat diminimalkan. Titik kerja transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada sedikit diatasnya. • Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efisiensi dan fidelitas penguat. Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio.
  • 9. PENGUAT KELAS C • Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di daerah cut-off transistor. Perbedaan antara penguat kelas B dan penguat kelas C adalah pada penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja. • Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.
  • 10. PENGUAT KELAS D • Kelebihan dari penguat kelas D terletak pada efisiensinya, dalam keadaan ideal efisiensi dari penguat kelas D bisa mencapai 100%. Akan tetapi pada kenyataannya nilai efisiensi tersebut turun hingga nilai 90-95%. Hal ini disebabkan oleh ketidak idealan komponen yang digunakan dan juga proses konversi dari PWM menjadi gelombang sinusoidal pada bagian akhir dari penguat kelas D. Efisiensi 90-95% ini bisa didapatkan karena proses penguatan sinyal hanya dilakukan pada sinyal-sinyal tertentu sesuai kebutuhan. • Power amplifier kelas D cocok digunakan sebagai power amplifier untuk audio dengan sistem low tone seperti halnya power untuk subwoofer, karena keluaran sinyal audio untuk nada menegah (vokal) dan tinggi (treble) pada penguat kelas D tidak bagus.
  • 11. PENGUAT KELAS E Seperti halnya penguat kelas C, penguat kelas E juga memerlukan rangkaian resonansi LC dengan transistor yang hanya bekerja kurang dari setengah duty cycle. Perbedaan antara penguat kelas C dengan penguat kelas E adalah wilayah kerjanya. Penguat kelas C bekerja pada daerah aktif (linier). Sedangkan penguat kelas E, bekerja sebagai switching seperti halnya penguat kelas D. Biasanya transistor yang digunakan adalah transistor jenis FET. Dengan digunakannya transistor jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini menghasilkan output yang lebih efisien dan cocok untuk sistem yang memerlukan drive arus besar namun dengan arus input yang sangat kecil. Oleh karena efisiensinya yang baik, yakni bisa mencapai 100% dan juga penguat kelas E dapat disederhanakan ke dalam sebuah chip IC, maka penguat kelas E sering diterapakan pada peralatan transmisi mobile dengan antena sebagai rangkaian resonansinya.
  • 12. PENGUAT KELAS F • Penguat kelas F merupakan hasil pengembangan dari penguat kelas E. Susunan rangkaian penguat kelas F lebih kompleks jika dibandingkan dengan penguat kelas E. Dalam kondisi ideal, penguat kelas E dan penguat kelas F sama-sama memilik efisiensi 100%, namun saat kondisi ideal tersebut tidak tercapai, efisiensi dari penguat kelas F lebih tinggi dibandingkan dengan penguat kelas E. • Penguat kelas F meningkatkan efisiensi dengan cara menghilangkan komponen genap gelombang harmonik dari sinyal input untuk menghasilkan sinyal kotak. Dengan didapatkannya sinyal kotak maka transistor akan berada pada kondisi saturasi atau cut-off lebih lama dan dapat menjalankan fungsinya sebagai switch dengan lebih baik.
  • 13. PENGUAT KELAS G Kelas G termasuk ke dalam kategori penguat analog. Tujuan dari penguat kelas G adalah untuk meningkatkan efisiensi dari penguat kelas B/AB. Pada kelas B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang sering dinotasikan sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V dan –12V (atau ditulis dengan +/- 12volt). Pada penguat kelas G, tegangan supply disusun secara bertingkat atau disebut dengan rail switching. Selain untuk meningkatkan efisiensi, tujuan dari teknik penyusunan secara rail switching ini juga untuk mengurangi tingkat disipasinya. Dengan menggunakan teknik rail switching ini, energi yang terbuang dari tegangan keluaran transistor akan berkurang.
  • 14. PENGUAT KELAS H Pada dasarnya penguat kelas H merupakan pengembangan dari penguat kelas G. Jika pada penguat kelas G menggunakan tegangan supply tetap yang disusun secara bertingkat, maka pada penguat kelas H menggunakan tegangan supply variable (dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan). Sehingga tidak perlu lagi menggunakan metode rail switching. Hal inilah yang menyebabkan efisiensi dari penguat kelas H lebih tinggi jika dibandingkan dengan penguat kelas G. Namun untuk penerapan dalam rangkaiannya pun akan menjadi lebih kompleks dan rumit.
  • 15. PENGUAT KELAS T Penguat kelas T merupakan amplifier digital dengan menggunakan teknologi yang disebut Digital Power Processing. Seperti halnya penguat kelas D, penguat kelas T juga menggunakan konsep modulasi PWM dengan switching transistor serta filter. Jika pada penguat kelas D, proses sebelumnya adalah pengolahan dalam bentuk analog, maka pada penguat kelas T, proses sebelumnya adalah pengolahan dengan memanipulasi bit-bit digital. Dalam penguat kelas T terdapat audio prosesor dengan proses umpanbalik yang juga digital untuk koreksi waktu tunda dan fasa. Akibat prinsip kerjanya yang berada dalam proses digital, maka sinyal keluaran dari penguat kelas T lebih tahan terhadap noise sehingga gelombang keluarannya menjadi lebih jernih.
  • 16. PERBEDAAN ANTAR PENGUAT • Periode tegangan output dikuatkan • Posisi titik kerja (Q-point) • Efisiensi daya • Gain tegangan • Gain arus
  • 17. RANGKAIAN PUSH-PULL • Pada system penguatan, rangkaian penguat kelas A memiliki efisiensi yang terbilang kecil, akan tetapi hasil penguatan kelas A hanya mengalami sedikit distorsi sehingga hasil penguatan kelas A mengalami cacat sinyal yang minim. Dalam rangka untuk mendapatkan efisiensi hasil penguatan yang tinggi, maka dalam rangkaian push pull, pada umumnya digunakan penguat kelas B dan kelas AB. Konfigurasi push pull memungkinkan setengah periode sinyal positif dan setengah periode sinyal negatif muncul di terminal output. • Pada penguat kelas B, transistor akan aktif hanya bila tegangan AC menyala, karena tegangan bias DC nya mendekati nol atau titik kerja mendekati daerah cut off.
  • 18. RANGKAIAN PUSH-PULL Terdapat beberapa macam konfigurasi push pull yang bisa digunakan. Diantaranya adalah dengan menggunakan transistor komplementer. Pada konfigurasi ini, digunakan dua buah transistor yang berbeda (pnp dan npn). Salah satu transistor akan aktif saat tegangan input AC bernilai positif sehingga akan menguatkan sinyal setengah periode bernilai positif sedangkan transistor kedua tidak aktif. Pada setengah periode berikutnya, tegangan input AC bernilai negatif sehingga transistor pertama tidak aktif dan transistor kedua aktif. Transistor kedua akan menguatkan setengah periode tegangan input AC yang bernilai negatif. Maka, pada terminal output akan didapatkan sinyal tegangan output yang gelombang penuh hasil penguatan dari gelombang input.
  • 19. RANGKAIAN PUSH-PULL Cara kerja konfigurasi Push-Pull Konfigurasi push pull dengan transistor komplementer
  • 20. RANGKAIAN PUSH-PULL Dalam rangka mencegah terjadinya cacat silang (Cross Over Distortion), maka digunakanlah penguat kelas AB, yaitu titik lengang berada dekat dengan daerah cut-off, sehingga pada saat tegangan input masih bernilai nol, sudah ada bias tegangan yang dapat menembus threshold voltage transistor. Untuk itu, dapat digunakan dioda, karena dioda mempunyai threshold voltage yang besarnya sama dengan threshold voltage pada transistor. Pemasangan dioda memungkinkan keberadaan bias tegangan yang dapat menembus nilai threshold voltage saat tegangan inputnya masih bernilai nol.
  • 21. RANGKAIAN PUSH-PULL Crossover distortion Pengunaan dioda untuk menghasilkan bias tegangan
  • 22. RANGKAIAN PUSH-PULL Transistor Q1 berfungsi untuk menguatkan tegangan sedangkan dioda berfungsi untuk memberikan bias tegangan saat tegangan input AC masih bernilai nol untuk mengurangi efek crossover distortion.
  • 23. RANGKAIAN PUSH-PULL Pada konfigurasi ini, nilai tegangan V input akan berbeda dengan tegangan sumber function generator Vs karena ada drop tegangan. Percobaan dilakukan beberapa kali dengan variasi tegangan output saat terpancung, saat maksimum, dan untuk beberapa nilai peak to peak tertentu. Rangkaian Penguat Daya dengan Hambatan Sumber Rs
  • 24. KESIMPULAN  Prinsip kerja push pull secara umum: • Saat tegangan input AC bernilai positif untuk setengah periode gelombang yang pertama, salah satu transistor aktif, dan penguatan terjadi sedangkan transistor yang lain tidak aktif • Saat tegangan input AC bernilai negatif untuk setengah periode gelombang yang kedua, transistor yang tadinya tidak aktif menjadi aktif, sedangkan yang tadinya aktif menjadi tidak aktif sehinnga dapat melengkapi sinyal gelombang yang telah dikuatkan selama setengah periode pertama  Sifat threshold voltage pada terminal basis-emitter transistor sering mengakibatkan distorsi bentuk pada tegangan output yang disebut crossover distortion, karena tegangan input harus menembus threshold voltage terlebih dahulu sebelum transistor bisa bekerja.
  • 25. KESIMPULAN  Untuk mengurangi distorsi, bisa digunakan dioda yang mampu memberikan voltage bias yang berlawanan polaritas dengan threshold voltage transistor sehingga tegangan input AC tidak perlu melawan tegangan transistor.  Tegangan output dibatasi oleh sumber tegangan DC. Jika lebih besar, maka tegangan output akan terpancung.  Daya input adalah daya yang disuplai sumber tegangan DC untuk mengaktifkan sifat transistor.  Daya output adalah daya keluaran AC pada terminal output yang akan digunakan.  Efisiensi daya untuk penguat push pull tinggi, hingga mencapai hampir 50 % pada hasil pengukuran dan 78,5 % secara teori.