Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian etika profesi, kode etik profesi, dan konflik kepentingan dalam profesi serta cara mengatasinya. Kode etik profesi berfungsi sebagai pedoman bagi pelaksana profesi dan sarana kontrol sosial, serta mencegah campur tangan pihak luar. Bentuk konflik kepentingan meliputi gratifikasi dan penyalahgunaan jabatan
Forum quiz be & gg minggu 14,waldy gagantika,hapzi ali, ethics and conflict of interests ,universitas mercubuana 2017
1. Pengertian Etika
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/ kebiasaan
yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak,
nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian
(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang
diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut professional,
sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengn profesinya.
Pengertian Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional.
Pengertian Kode Etik
kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode
etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional
2. Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik profesi:
a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana
profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan
profesi di lain instansi atau perusahaan.
Prinsip, Kebijakan serta Etika Profesi dari Procurement
Prinsip Procurement
1. Efektif
Segala pekerjaan yang bersangkutan dengan pengadaan barang & jasa haruslah dilakukan
dengan efektif, dimana semuanya harus sesuai dengan target yang telah ditetapkan. (efektif =
melakukan sesuatu yang benar)
2. Efisien
Kata efisien sering kita dengar, efisien ini memiliki arti bekerja “dengan” benar. Jadi segala
sesuatu pekerjaan pengadaan barang & jasa haruslah dikerjakan “dengan” benar, yaitu sesuai
dengan SOP dan ketentuan yang berlaku.
3. Kompetitif
Kompetitif bisa dilihat dari proses tendering, dimana pada saat proses tendering haruslah kita
transparan dalam pengumpulan dokumen-dokumen yang bersangkutan. Sehingga pemenang
tender haruslah supplier / organisasi yang benar-benar berkompeten.
3. Kebijakan Procurement
1. Melakukan proses pengadaan barang & jasa dengan efektif dan efisien sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan.
2. Melakukan pengadaan barang & jasa dengan system centralized procurement dimana
keseluruhan regulasi, intepretasi dan implementasi dijadikan satu panduan dalam pengadaan
barang dan jasa tersebut.
3. Melakukan proses pengadaan barang & jasa berdasarkan prinsip QCD (Quality, Cost dan
Delivery).
4. Memprioritaskan supplier distributor resmi (produsen), dalam rangka untuk meminimalisasi
cost.
5. Menciptakan iklim persaingan yang sehat, tertip serta terkendali dengan cara meningkatkan
transparansi dalam pelaksanaan pengadaan barang & jasa.
Etika Procurement
1. Menjunjung tinggi profesi pengadaan.
2. Melaksanakan prinsip pengadaan secara konsekuen dalam pengambilan keputusan secara
terbuka, transparan, efisien, efektif, tidak diskriminatif, persaingan sehatm akuntable dan
kredibel.
3. Melakukan kegiatan sesuai peratutan, kaidah, kompetensi dan kewenangan.
4. Melakukan tugas dab tanggung jawab secara profesional, tertib, patuh dan taat asas.
5. Menegakkan kehormatan, integritas, kejujuran dan martabat profesi pengadaan.
6. Menghindari konflik kepentingan.
7. Tidak melakukan dan tidak kompromi terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme.
8. Memegang teguh rahasia jabatan.
9. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest)
10. Mencegah dan menghindari praktik persaingan tidak sehat.
11. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah ditetapkan.
12. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan.
4. 13. Menghargai hak para pihak.
14. Tidak menerima, tidak memberi, tidak meminta, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan
untuk memberi imbalan atau menerima hadiah berupa apa saja kepada dan dari siapapun yang
diketahui dan patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang & jasa.
15. Tidak memalsukan dokumen atau menggunakan dokumen yang tidak sah.
16. menghindari loyalitas ganda.
17. Tidak melakukan inside trading (praktik kepentingan bisnis pribadi dalam perusahaan).
18. Meningkatkan pengetahuan pribadi.
Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
Salah satu faktor penyebab korupsi adalah adanya konflik kepentingan yang dilakukan oleh para
Penyelenggara, baik swasta maupun penyelenggara Negara. Pemahaman yang tidak seragam
mengenai konflik kepentingan menimbulkan penafsiran yang beragam dan berpengaruh terhadap
performa kinerja para Penyelenggara. Untuk itu maka disusunlah Panduan Penanganan
Konflik Kepentingan ini dengan maksud untuk:
• Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara swasta maupun negara untuk mengenal,
mengatasi dan menangani konflik kepentingan;
• Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi-situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja Penyelenggara swasta
maupun Negara yang bersangkutan;
• Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara swasta maupun negara.
Apa yang Dimaksud dengan Konflik Kepentingan?
Konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun negara yang
mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perundangundangan memiliki
atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya
sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.
5. Bentuk-bentuk Konflik Kepentingan
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh Penyelenggara
Swasta maupun negara antara lain adalah:
• Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah
atas suatu keputusan/jabatan;
• Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk kepentingan
pribadi/golongan;
• Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/ instansi dipergunakan untuk kepentingan
pribadi/golongan;
• Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/instansi/perusahaan yang memiliki hubungan
langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan
suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya;
• Situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun negara memberikan akses khusus
kepada pihak tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa mengikuti prosedur yang
seharusnya;
• Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya
pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
• Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana obyek tersebut
merupakan hasil dari si penilai;
• Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan
• Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan);
• Situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun negara menentukan sendiri besarnya
gaji/remunerasi;
• Moonlighting atau outside employment (bekerja lain diluar pekerjaan pokoknya);
• Situasi untuk menerima tawaran pembelian saham pihak masyarakat,
• Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang.
6. Sumber Penyebab Konflik Kepentingan
Sumber penyebab konflik kepentingan antara lain adalah:
1. Kekuasaan dan kewenangan Penyelenggara Swasta maupun negara yang diperoleh dari
prosedur maupun peraturan perundangundangan;
2. Perangkapan jabatan, yaitu seorang Penyelenggara Swasta maupun negara menduduki dua
atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya secara profesional,
independen dan akuntabel;
3. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh seorang Penyelenggara Swasta maupun
negara dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun
hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya;
4. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat,
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan Cuma-cuma dan fasilitas lainnya;
5. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan
pelaksanaan kewenangan penyelenggara swasta maupun negara yang disebabkan karena aturan,
struktur dan budaya organisasi yang ada;
6. kepentingan pribadi (Vested Interest), yaitu keinginan/kebutuhan seorang penyelenggara
swasta maupun negara mengenai suatu hal yang bersifat pribadi.
Cara Mengatasi dan menangani Konflik Berorganisasi
Mengatasi dan Menangani Konflik
Kemampuan untuk menghadapi dan menangani konflik adalah salah satu kunci sukses
manajerial dalam satu organisasi. Kapan saja kita berharap membuat perubahan, pasti ada
potensi terjadinya konflik. Lagipula, kita tidak hanya harus menangani situasi dimana konflik
antara diri kita sendiri dan satu atau lebih anggota staff lainnya, tetapi juga terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik atas diri kita atau, yang tersulit dari semuanya, untuk
meletakkan arah tujuan di antara ladang “perpolitikan” dimana dua dari pesaing kita atau atasan
kita terjebak dalam pergumulan ini.
Konflik, dalam arti sebenarnya, merupakan suatu perbedaan pendapat yang terjadi dari
kemungkinan dua atau lebih arah tujuan dan tindakan yang tidak hanya tidak dapat dihindari tapi
juga sebagai suatu hal yang patut diperhitungkan dalam hidup. Yang justru membantu
kemungkinan-kemungkinan yang berbeda yang sudah direncanakan sebagaimana mestinya, dan
kemungkinan tujuan tindakan lainnya yang mungkin diartikan secara umum dari beberapa
7. pilihan tindakan yang sudah diuji pada tahap awal sebelumnya atau bahkan sudah didiskusikan
terlebih dahulu dari beberapa tindakan alternatif yang sudah dikenal.
Kebanyakan konflik memiliki dua komponen yaitu rasional dan emosional, dan terletak di suatu
tempat di sepanjang dua gambaran antara konflik kepentingan di satu sisi dan bentrokan
kepribadian di sisi lain.
Contohnya, ketika seorang penjual rumah mencari harga tertinggi, sementara pembeli berharap
bisa membayar serendah mungkin.Ada juga gambaran konflik kepentingan antara atasan dan
karyawan tentang gaji. Dari kedua contoh kasus konflik di atas, adalah dari kedua belah pihak
untuk menyelesaikan konflik – sebaliknya, jika tidak, pihak pertama, pasti tidak akan tercapai
target penjualan yang diinginkan dan pasti juga tidak akan terjadi titik temu pada pihak kedua.
Agar dapat terjadi solusi negosiasi yang sesuai dan yang diinginkan, maka:
1. Mendengarkan dan memahami dari masing-masing kebutuhan (jangan buang-buang waktu
mengulang-ulang sudut pandang anda) – belajar untuk jujur – apa adanya.
2. Cari pertukaran; misalnya, adakah sesuatu yang bisa saya alihkan atau serahkan kepada
pihak lain yang artinya lebih pada pihak mereka daripada “memberatkan “(membebani )diri
sendiri?
3. Fokus pada isu dan kenyataan, serta hindari menilai konflik sebagai sesuatu yang terlalu
pribadi.
Namun, itu semua terlalu mudah bagi keinginan emosional untuk'mengalahkan perusak' pikiran
menyelinap masuk dan, setelah itu, mungkin juga menyebar dari satu pihak ke pihak yang lain.
Beberapa konflik berakar pada kepribadian para „kontestan', misalnya, seorangintrovert
(tertutup) mungkin membenci perilaku flamboyan seorang ekstrovert (terbuka); atau dua wakil
kepala perusahaan dengan gaya manajemen yang berbeda mungkin merasa sulit untuk bisa saling
bekerja sama.
Konflik bisa berubah menjadi kekuatan yang membahayakan dan merusak ketika “kejayaan”
seseorang dipertaruhkan untuk memperoleh hasil. Konflik semakin berkembang, semakin
„kejayaan(„kemenangan”) dipertaruhkan. Semakin pahit konflik terjadi semakin sulit untuk
mencapai suatu pemecahan(hasil).Pengambilan keputusan menjadi “cacat‟ karena tidak ada satu
pihak pun yang berani dan mau membuat satu konsesi karena takut( mungkin
“dibenarkan”)bahwa hal tersebut akan dimanfaatkan oleh pihak lain sebagai kemenangan dan
jembatan untuk kemajuan lebih lanjut.
Pada dasarnya ada sikap yang mungkin yang dapat dipakai oleh para pihak dalam setiap konflik
dalam hal ini, didasarkan pada perubahan dari apakah mereka percaya bahwa mereka dapat
menghindari konfrontasi, dan apakah mereka percaya bahwa mereka dapat mencapai
kesepakatan.
8. Sikap yang paling kondusif untuk menyelesaikan konflik, tentu saja, jika salah satu pihak
menyediakan waktu lebih mendalam pada pemecahan masalah, dan beberapa kompromi cepat,
atau memberi dan mengambil berbagai kemungkinan jawabannya.
Konflik harus diakui dan ditangani sedini mungkin. Jika Anda memiliki masalah dengan
seseorang, segera pergi untuk berbicara dengan dia, sebelum membangun kepahitan. Jika
kepahitan telah terjadi, anda perlu untuk memilih waktu terbaik; dan meluangkan waktu untuk
membuat segala sesuatu menjadi jelas bahwa Anda benar-benar berniat menyelesaikan konflik.
Beberapa teman dari kedua belah pihak mungkin diperlukan untuk bertindak sebagai
katalis(membantu/menengahi secara netral tanpa melibatkan diri terlalu dalam), untuk
meyakinkan kedua belah pihak bahwa niat tulus, dan atau bertindak sebagai „konsultan
proses'mediator.
Dalam konflik antara beberapa anggota staf, terutama mereka yang melapor kepada Anda,
pekerjaan Anda sebagai seorang manajer, mungkin saja untuk melangkah sebagai 'konsultan
proses', untuk mencoba memahami sudut pandang masing-masing individu dan untuk membawa
masing-masing menjadi suatu pernyataan 'pemecahan masalah' pikiran. Mengatur tahap
pertemuan untuk menyelesaikan konflik, prinsip-prinsip berikut bisa dijadikan acuan diskusi
seperti:
1. Setiap pihak saling berbicara satu dan lain, seterbuka mungkin tentang segala realitas-
kenyataan sesuai dengan permasalahan yang menjadi keprihatian dan perhatian mereka.
2. Meletakan tujuan, pandangan dan perasaan mereka, secara terus terang, tetapi tetap tenang,dan
hindarilah pengulangan yang merugikan.
3. Menempatkan konflik dalam konteks tujuan yang lebih tinggi demi kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
4. Lebih memfokuskan diri pada langkah tindak lanjut berikutnya dari pada kejadian-kejadian
yang sudah lewat.
5. Mendengarkan; menyimak dari setiap pihak; dari setiap sudut pandang secara seksama yang
mencari pengertian. Meyakinkan bahwa pemahaman mereka sudah benar.
6. Mencoba untuk menghindari tindakan menyerang atau bertahan.
7. Mencoba membangun ide masing-masing.
8. percaya itikad baik masing-masing dan mencoba untuk bertindak dengan itikad baik.
9. merencanakan beberapa tindakan yang jelas untuk mengikuti pembahasan, menentukan
siapa yang akan melakukan apa dan kapan.
9. 10. Menetapkan tanggal dan waktu untuk meninjau kemajuan dan mempertahankan ini dari
semua biaya ataupun resiko.
Sejumlah struktur yang berguna dapat digunakan untuk membantu individu atau kelompok untuk
mengatasi keengganan menempatkan konflik 'pada tempatnya'. struktur ini memiliki nilai ganda
seperti:
1. Memungkinkan perasaan yang kuat dan prasangka yang timbul untuk diungkapkan dalam
bentuk yang lebih bersahabat daripada kata yang diucapkan. Perasaan menjadi data faktual
(meskipun mungkin menyakitkan);
2. Dan, Menjaga keseimbangan, seperti apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka, apa yang
kita lakukan dan apa yang orang lain lakukan.
Menangani Konflik Organisasi
Konflik dan kegagalan(frustasi) sering menjadi pusat perhatian saat sekolah, perguruan tinggi
atau suatu departemen yang sedang berjalan. Setiap kasus konflik cenderung terjadi di setiap
bentuk organisasi, dan mereka bisa dianggap semakin kritis.
Seringkali tidak ada pendapat yang koheren tentang bagaimana sesuatu harus dilakukan – hanya
sikap negatif umum lainnya terhadap cara dimana hal-hal mesti dilakukan.
Hal ini bisa menjadi halangan bagi atasan, kepala departemen, dan timbul perasaan bahwa para
staff bekerja bukan untuk anda tetapi untuk melawan anda. Anda merasa salah paham karena
seseorang dan berusaha sendirian membuat organisasi bekerja sesuai keinginan anda. Anda
mungkin, benar, merasa perlu membawa kunci permasalahan kepada para staff guna menguji
cara dimana sekolah atau departemen beroperasi dan, dengan harapan, untuk mendapatkan
komitmen; suatu bentuk kesepakatan praktis. Masalahnya, adalah bahwa setiap pertemuan
tersebut dapat turun ke dalam kekacauan dengan semua argumen lama dan prasangka berlebihan.
Menyajikan sebuah struktur yang bisa membantu dalam penyaluran tinjauan ulang praktis
sekolah sebagai satu organisasi. Hal ini barangkali diubah agar sesuai dengan keadaan tertentu,
tetapi setiap perubahan yang dilakukan pasti selalu menyoroti isu-isu kontroversial. “Tinjauan
ulang sekolah‟ menggunakan beberapa teknik yang mungkin bermanfaat:
1. Teori “gap” - meminta orang untuk menyatakan pandangan ideal mereka dan
membandingkannya dengan persepsi mereka yang sebenarnya(.' gap 'antara keduanya adalah apa
yang kemudian harus dijembatani)
2. Mengkategorikan dan mengukur pandangan dari apa yang salah dengan memfokuskan
analisis struktur laporan - selalu, tentu saja, dengan kemungkinan merumuskan pernyataan
kelompok yang tidak sesuai persis dengan salah satu alternatif.
10. 3. Mengkonkritkan seputar pernyataan kasus – kasus yang ditangani .
Untuk beberapa tinjauan sekolah adalah:
1. Memeriksa secara transparan dimana sekolah dan para staff-nya beroperasi.
2. Diagnosa masalah dan peluang untuk peningkatan.
3. Hasil dari diagnosa masalah dan peluang yang terjadi, tetapkan sasaran tujuan untuk
perbaikan organisasi.
4. Setelah tinjauan kedua, sebagai tinjauan hasil akhir, uji dan evaluasi setiap kemajuan dan
pencapaian organisasi.
Merupakan tanggung jawab bagi tim atas seperti wakil atasan dan kepala-kepala departemen
untuk mengatur tahap-tahap peninjauan(evaluasi/review). Sedangkan anggota kelompok yang
lain, tanggung jawabnya terutama kepada kelompok-kelompok senior, dalam organisasi agar bisa
bebas mencetuskan ide-ide proses mereka sendiri.
Salah satu akibat dari cara ini adalah untuk menarik keluar suasana panas dari pembicaraan yang
timbul dan memungkinkan untuk mendudukkan masalah untuk dibuat serasional mungkin bisa
diterima oleh semua pihak. Pasti selalu ada kekhawatiran bahwa seseorang akan terluka melalui
proses ini, khususnya bagi atasan yang merasa bertanggung jawab atas seluruh proses review
yang berlangsung. Untuk alasan inilah pentingnya bahwa rapat-rapat review harus dilakukan
menyeluruh mulai dari tingkat yang paling atas dari suatu kelompok unit kerja, dengan itikad
baik, keinginan murni untuk memahami perasaan setiap orang.
Penting juga, mungkin untuk melibatkan banyak pihak- atau banyak orang – untuk review
semacam ini. Dua belah pihak adalah ideal. Sekali pihak ketiga atau lebih terlibat, penanganan
yang lebih besar mesti dilakukan agar masalah yang timbul tidakmeningkat ketingkat yang lebih
serius. Dalam rapat melibatkan atasan, wakil kepala dan kepala-kepala departemen, ada resiko
saling menyalahkan jika komunikasi gagal disampaikan secara tepat dan proporsional.
Mencegah Konflik yang Tidak Perlu.
Perilaku tertentu besar kemungkinannya memprovokasi tingkat konflik yang tidak perlu terjadi.
Untuk meminimalisasi(mengurangi)akibat yang mungkin bisa merusak karena konflik yang
terjadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Menjaga, mempertahankan sebanyak mungkin komunikasi dengan berbagai pihak yang
terlibat, dimana gagasan-gagasannya, kepentingan-kepentingannya atau perilaku-perilaku yang
timbul, yang bisa menjadi konflik bagi anda sendiri.
11. 2. Jangan menunda pembicaraan untuk menuntaskan masalah, dengan harapan bahwa hal itu
akan hilang dengan sendirinya – yang biasanya justru akan membuatnya menjadi bertambah
parah.
3. Menahan diri dari godaan untuk membicarakan orang dibelakang punggung mereka. Jangan
pernah mencoba membuat “sekelompok” pendapat sendiri. Bicarakanlah dengan pihak/orang
lain.
4. Jika anda melihat gejala atau tanda konflik antar departemen, coba untuk membuat proyek,
dari sumber-sumber yang netral dan peka, secara individu; diambil dari berbagai departemen
yang ada, yang bisa bekerja bersama-sama. Sebagai prinsip dasarnya, hal ini bagus dilakukan
untuk mencegah terciptanya batasan yang kaku antar departemen. Dimana ada kompetisi dari
sumber-sumber langka – akan jauh lebih membuahkan hasil jika bertanya antar departemen,
untuk mempertemukan, untuk memproses satu kebijakan dari kepala organisasi dan kepala
departemen daripada melanjutkan menggunakan cara-cara tradisional yang mengundang tuntutan
atau gugatan dari tiap departemen, dan demikian menutup tingkat perlawanan.
5. Hindari semua fenomena orientasi “menang-kalah‟, dan dari semua itu coba untuk melihat
dari semua sudut perselisihan, mengingat hampir semua staff hanya akan berperilaku negatif,
jika mereka sudah merasa terancam atau “diserang”.
6. Hindari pengaturan situasi konflik melalui struktur „hadiah”, dan jika mereka sudah berada
pada situasi seperti itu, ubahlah. jika dua guru melihat diri mereka sebagai yang bersaing
untukmendukung Anda, banyak upaya mereka mungkin diarahkan ke kegiatan 'politik' dan
mereka mungkin masing-masing menjadi bulan-bulanan waktu untuk 'memamerkan' diri mereka
di depan muka anda, daripadamemahami dengan tenang dengan pekerjaan mereka yang
sesungguhnya. Pastikan anda melihat hasil kerja yang baik dan benar, daripada sanjungan atau
sekedar „pamer‟muka.
Satu-satunya cara untuk menjadi manajer konflik yang efektif; dari berbagai pihak dan konflik
itu sendiri antara masing-masing staff, yang perlu dilatih dan dikembangkan sikap dan perilaku
tertentu yaitu kontrol diri dan praktek nyata.
Pertama, kita perlu belajar menghadapi segala tantangan situasi, mampu berkata “TIDAK”
ketika perbedaan pendapat muncul. Kita mesti bisa menunjukkan dengan cara , sikap, perilaku
kita sendiri bahwa kita terbuka dengan berbagai kemungkinan alasan, pembicaraan-pembicaraan
logis dan pemecahan masalah. Kedua, kita mesti bisa menyampaikan ide-ide kita dan perasaan-
perasaan kita dengan jelas, singkat, tenang, dan jujur. Ketiga, kita perlu membangun kemampuan
untuk mendengarkan, yang mencakup kemampuan menunjukkan kepada seseorang bahwa kita
mengerti/memahami apa yang sudah dikatakan, dengan “memainkannya kembali”. Kita juga
perlu belajar membangun kebiasaan bertanya daripada memberikan atau membuat pernyataan,
ingatlah bahwa seorang penjual produk atau penjual jasa yang sukses, adalah mereka yang lebih
banyak bertanya. Keempat, kita butuh kemampuan dalam mengevaluasi segala hal, segala aspe
12. permasalahan, mengerti/memahami tekanan yang timbul dari pihak lain, yang mungkin
„berputar-putar‟ diluar batas sudut pandang yang mungkin secara normal dapat kita ambil. Yang
terakhir, kita juga perlu belajar mengeluarkan pikiran; menumbuhkan tujuan bersama yang
seharusnya membantu tiap-tiap pihak diluar segala perbedaan yang ada diantara mereka, apakah
itu tentang metode yang digunakan untuk melihat pencapaian tujuan yang akan datang daripada
mempertahankan pertentangan-pertentangan yang sudah lewat
Daftar Pustaka
http://cyberlawncrime.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-fungsi.html
https://supplychainview.wordpress.com/2014/03/28/prinsip-kebijakan-serta-etika-profesi-
procurement/
http://dhikikurnia.blogspot.co.id/2013/07/memahami-apa-itu-konflik-kepentingan.html
http://christopambarita1983.blogspot.co.id/2013/02/cara-mengatasi-dan-menangani-konflik.html
13. Pengertian Etika Berdasarkan Bahasa
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti ―timbul dari
kebiasaan‖. Etika adalah cabang utama
Filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian
utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika),
danetika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika) (id.wikipedia.org).
Etika bisnis memiliki padanan kata yang bervariasi, yaitu (Bertens, 2000):
1. Bahasa Belanda>bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2. Bahasa Jerman>Unternehmensethik (etika usaha).
3. Bahasa Inggris>corporate ethics (etika korporasi).
Analisis Arti Etika
Untuk menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):
1. Etika sebagai Praktis
2. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
3. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
4. Etika sebagai Refleksi
5. Pemikiran moral, berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
6. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
7. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
8. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Perkembangan Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an
14. ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal
ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan
menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and
Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah
bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia.
Telah didirikanInternational Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada
25-28 Juli 1996 di Tokyo.
1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep ―pembangunan berkelanjutan‖
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10.Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
15. 11.Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Konsep Etika Bisnis
Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut
Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang
mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh
jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara,
melayani tamu dan pengaturan kantor.
Suatu perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut memiliki
pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi pekerjaannya. Agar
perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada masalah:
1. intern, misalnya masalah perburuhan
2. Ekstern, misalnya konsumen dan persaingan
3. Lingkungan, misalnya gangguan keamanan
Pada dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan mengatasi masalah di
atas yaitu:
1. Perusahaan tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
2. Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
3. Tidak lebih jelek dari yang lain
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang tercermin pada:
Visi
Misi
Tujuan
Pada budaya organisasi terdapat unsur
1. Memecahkan masalah baik internal maupun eksternal organisasi
2. Budaya tersebut dapat ditafsirkan secara mendalam
3. Mempunyai persepsi yang sama
4. Pemikiran yang sama
5. Perasaan yang sama
Fungsi dan Manfaat Budaya Perusahaan
1. Fungsi
menentukan maksud dan tujuan organisasi dengan fungsi tersebut organisasi akan
mengikat anggotanya.
16. 2. Manfaat
3. mampu memecahkan masalah intern
4. mampu memecahkan masalah ekstern
5. mampu memiliki daya saing
6. mampu hidup jangka panjang
Kunci Membangun Budaya Perusahaan
1. Memahami proses terbentuknya budaya perusahaan
2. Alamiah
3. Konseptual
sumber budaya perusahaan adalah
1. karakteristik pemimpin
2. jenis pekerjaan
3. cara memecahkan masalah
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perusahaan.
5. Nilai
6. Ideologi
7. Norma
III. Langkah-langkah membangun budaya perusahaan:
1. menemukan masalah dalam organisasi
2. menemukan opini yang berkembang
3. menganalisis opini dari:
– lingkup
– pemunculan
– kompetensi
– mutu
– kadar
4. Menentukan strategi
5. Membuat program
6. Merumuskan pesan yang dapat mengubah
– opini negatif menjadi positif
– opini positif menjadi lebih positif
17. 7. menciptakan opini baru yang positif tercermin pada:
(1) individul image
(2) unit image
(3)coorporate
1. Budaya perusahaan dapat dibagi menjadi:
2. Pertama : Produk
3. Kedua : Organisasi
– Perhatian pada karyawan (suasana, keejahteraan)
– Perhatian pada tata kerja
– Menyangkut pada sistem dan prosedur aturan-aturan kerja
– Perhatian pada sarana/peralatan
Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan
kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang
(individu) sebagai perilaku moral yang nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas
masalah ini :
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan
yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa
perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas
apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab
secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah
bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan
manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk
akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia
gagal mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki
kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus
secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya
dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap
organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar
moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara
moral.
Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya
18. Relativisme etis adalah teori bahwa karena masyarakat yang berbeda memiliki
keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah,
tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral
adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang
diterapkan atau harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua
masyarakat. Dalam penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar
moral yang berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada. Pandangan lain
dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu yang
harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus
berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif. Relativisme etis
mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang
berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral
kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
1. Jenis-jenis masalah yang dihadapi dalam Etika
2. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang
muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana
bisnis beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang
dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan
tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan
individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar
individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas
keputusan, tindakan dan karakter individual.
F. Ciri-ciri Bisnis yang Beretika
Ciri Bisnis yang BeretikaCiri-Ciri Bisnis yang beretika yaitu:
1. Tidak merugikan siapapun
2. Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada
3. Tidak melanggar hukum
4. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis
5. Mempunyai surat izin usaha
Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa
Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia.
19. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan
cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
Etika merupakan filsafat / pemikiran kritis dan rasional mengenal nilai dan norma moral
yg menentukan dan terwujud dalam sikap dan pada perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok.(sebuah ilmu : pengejawantahan secara kritis
ajaran moral yang dipakai).
Mengapa Etika Bisnis Diperlukan ?
1. Para Pelaku Bisnis dituntut Profesional
2. Persaingan semakin tinggi
3. Kepuasan konsumen faktor utama
4. Perusahaan dapat dipercaya dalam jangka panjang
5. Mencegah jangan sampai dikenakan sanksi-sanksi pemerintah pada akhirnya
mengambil keputusan.
Sikap Bisnis Ditunjukan Dalam Hal
-Intergrity : Bertindak jujur & benar
-Manner : Tidak Egois
-Personality : Kepribadian
-Aparance : Penampilan
-Consideration : Memahami sudut pandang lain dalam berfikir selama berbicara.
Etika Bisnis Dalam Penggunaan Hak Milik Intelektual :
1. Hak Cipta: Pencipta / penerima hak untuk mengumumkan ciptaannya.
2. Hak Paten: Negara ; penemuan teknologi
3. Hak Merek: Tanda , gambar, tulisan, pembeda barang & jasa.
Bisnis ; ―Business‖ ; Kegiatan Usaha.
Bisnis ; Kegiatan yang bertujuan mengutamakan keuntungan dengan memperhitungkan
rugi laba, mengutamakan What I Have To Get , Not What I have To Do.
Kegiatan Bisnis Di Kelompokan Dalam 3 Bidang :
1.Kegiatan Perdagangan : jual-beli
2.Bisnis dalam arti kegiatan industri
20. 3.Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan
dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati.
Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-
rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum —
sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan,
kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan,
menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan
citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-
aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral,
kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah
tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan
pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat,
maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.
Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis
dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis untuk
mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain
sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih
keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral.
Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat
dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak
perusahaan.
Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak
pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha
yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka berlomba membangun usaha
konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang
baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan
etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih
kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa
atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi.
Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam kinerja
keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar orientasi
21. strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari 21 perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap menyampaikan laporan
keuangannya (not avaliable).
Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena
dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka
kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja
keuangannya.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan
semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi,
keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk
memenangkan kompetisi.
‖Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan
fenomena yang sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus Ajinomoto.
Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember
2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes
tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang
merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang berasal
dari pankreas babi,‖.
Kasus lainnya, terjadi pada produk minuman berenergi Kratingdeng yang sebagian
produknya diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Minuman. ‖Oleh karena itu perilaku etis perlu dibudayakan melalui
proses internalisasi budaya secara top down agar perusahaan tetapsurvive dan dapat
meningkatkan kinerja keuangannya,‖.
Pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik secara
simultan sebesar 65%. Secara parsial pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika
terhadap orientasi strategik masing-masing sebesar 26,01% dan 32,49%. Hal ini
mengindikasikan bahwa komninasi penerapan etika dan budaya dapat meningkatkan
pengaruh terhadap orientasi strategik. ‖Hendaknya perusahaan membudayakan etika
bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Salah satu persyaratan bagi
penerapan orientasi strategik yang inovatif, proaktif, dan berani dalam mengambil risiko
adalah budaya perusahaan yang mendukung,‖.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang
diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena
mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan
secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan
dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang
diatur oleh tata cara undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku
salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah
22. ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan
sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi
antara lain:
1. Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk
menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus
ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat.
2. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan
kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja.
3. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
4. Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.
Etika bisnis, selanjutnya disingkat EB, merupakan etika khusus (terapan) yang pada
awalnya berkembang di Amerika Serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis
menyoroti segi-segi moral perilaku manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis
dan manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk
merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi antar
manusia. Secara terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis
menyangkut empat kegiatan sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsi-prinsip
etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan atau
tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara moral dapat dibenarkan atau
tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu pra pelaku bisnis untuk mencari
cara guna mencegah tindakan yang dinilai tidak etis.
2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia
bisnis, tetapi juga metaetika. Dalam hubungan ini, etika bisnis mengkaji apakah
perilaku yang dinilai etis pada individu juga dapat berlaku pada organisais atau
perusahaan bisnis. Selanjutnya etika bisnis menyoroti apakah perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak.
3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan mengenai
bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada
umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah
keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.
4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi
perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain- lain.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk
menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business.
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang
baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya
dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis
23. sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai
implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya.
Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk
mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks. (Weis) .
Etika Bisnis merupakan studi mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan
ke dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (Laura Nash).
1. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansi etika bisnis ada baiknya jika kita tinjau lebih lanjut
apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok
etika bisnis di sini, yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain,
etika bisnis pertama-tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnis secara baik dan etis.
2. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun
juga. Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk
bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak
masyarakat luas, entah sebagai kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum
lainnya yan gberkaitan dengan kegiatan bisnis, untuk sadar dan berjuang
menuntut haknya atau paling kurang agar hak dan kepentingannya tidak
dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro,
yang karena itu barang kali lebih tepat disebut etika ekonomi. Dalam lingkup
makro semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi,
dan praktek-praktek semacamnya yang akan sangatmempengaruhi tidak saja
sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik tidaknya praktek bisnis dalam
sebuah negara.
1. Tingkatan Etika Bisnis
Weiss (1995:9) mengutip pendapat Carroll( 1989) membahas lima tingkatan etika
bisnis, yaitu individual, organisasional, asosiasi, masyarakat, dan internasional.
1. Tingkat individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai
rekening pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada
di tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun
melampaui perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung
24. jawab individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya
sebelum mengambil keputusan.
2. Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok
orang ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan
oleh sejawat demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang
karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit
kerjanya.
3. Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer
harus melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai
pedoman sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan
perbuatan yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku
sama di semua negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang
atu badan yang dapat dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara
lain.
5. Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan
karena faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh
karena itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik
sebelum seesorang mengambil keputusan.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Keraf (1994:71-75) menyebutkan terdapat lima prinsip etika bisnis yaitu:
1. Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom
mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut
keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam
dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2. Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian
atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.
3. Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. Prinsip ini mengarahkan agar kita
secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan
apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4. Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi
hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama
nilainya.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip ini mengarahkan agar kita
memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
25. Relativitas Moral Dalam Bisnis Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang
dianut. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat
lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di
negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah
anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal yang berlaku
di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku di suatu
negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu, menurut
pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena
bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan dikecam dan
dianggap tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti
tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan
nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri
harus diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip
itu pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan
bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia, oleh
karena itu sejauh manusia adalah manusia, dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan
norma moral itu akan tetap berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada
norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
1. Kendala-kendala Etika Bisnis
Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di
Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kendala. Keraf (1993:81-
83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara
pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan
segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis,
seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau
antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau
konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan
oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar
moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan
mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya.
Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
26. memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan
akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi
perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan
penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat
sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register akreditasi
perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)
Tujuan Bisnis
Antara Keuntungan dan Etika Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan.
Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan
merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari
sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena : Keuntungan
memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.
Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif
demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih
baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan
mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini.
Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-
orang profesional di bidangnya. Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku
bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal
yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan
adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak
berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin,
para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan
pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Slaah satu
cara yang paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara
baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja
merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
27. Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan
bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang sebesar-
besarnya. Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari
bisnis suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya
perusahaan tersebut.
Bismis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata
lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk
dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari
keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan
bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan
yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya,
akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
1. Mitos Bisnis Amoral
Pro dan Kontra Etika dalam Bisnis Mitos bisnis amoral. Bisnis adalah bisnis. Bisnis
jangan dicampuradukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang
bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu
mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang
mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah
yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis
berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma
dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu.
Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat pada umumnya,
sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan untuk bisnis dimana ―sikap rakus
adalah baik‖ (Ketut Rindjin, 2004:65).
Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika
Amerika Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang
keniscayaan etika bisnis sebagai berikut.
Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan
hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib
karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika,
disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan
kegiatan bisnis.
Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah
memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan
dari masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.
Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Usaha Terhadap Etika Bisnis
28. Krisis publik tentang kepercayaan
Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
Kekuatan kelompok pemerhati khusus
Peran media dan publisitas
Perubahan format organisasi dan etika perusahaan
Perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan
adanya kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari
kebijakan bisnis.
1. Alokasi Sumber Daya Ekonomi
Mengingat sumber daya ekonomi bersifat langka, pengalokasiannya harus memberi
manfaat bagi manusia.
1. Sumber daya alam
Ada dua jenis sumber daya alam, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam dapat diperbarui
tidak akan habis selama masih bisa dikembangbiakkan. Contohnya tumbuhan dan
hewan. Sementara itu, sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui terbentuk melalui
proses alam selama jutaan tahun sehingga tidak dapat diperbarui oleh manusia.
Contohnya bahan tambang dan minyak bumi.
Semua kekayaan alam yang tersedia tersebut harus dimanfaatkan dan dikelola dengan
baik sehingga memberi manfaat besar bagi kemakmuran rakyat. Misalnya tanah dapat
dimanfaatkan untuk mendirikan bangunan, lahan pertanian, perkebunan, peternakan,
dan perumahan. Cadangan mineral seperti emas dan besi digunakan sebagai bahan
baku industri. Batu bara dan minyak bumi dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
Oleh karena sebagian sumber daya alam sifatnya tidak dapat diperbarui, harus
dimanfaatkan secara hemat dan efisien. Jika tidak, bukan tidak mungkin akan terkuras
dan akhirnya habis. Kelak, generasi selanjutnya tidak lagi bisa menikmati kekayaan
alam tersebut.
b. Sumber daya modal
Sumber daya modal atau kapital memberi kontribusi bagi kegiatan produksi maupun
pendukung sarana sosial dan ekonomi. Uang, mesin, peralatan industri, gedung,
kendaraan, jalan raya, dan jembatan merupakan contoh modal. Modal ini digunakan
untuk meningkatkan produksi dan pembangunan ekonomi.
Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya modal tersebut harus dilakukan secara
merata dan efisien. Selain itu, sumber daya modal juga harus dijaga dengan sebaik-
baiknya. Salah satu caranya dengan merawat agar tahan lama.
29. 1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses produksi dan
pembangunan. Hal tersebut karena manusia itu sendiri adalah pelaksana utama dalam
seluruh proses pembangunan maupun produksi. Dalam proses produksi ada dua unsur
dari sumber daya manusia, yaitu tenaga kerja dan kewirausahaan.
Sumber daya manusia memanfaatkan kekuatan fisik, keahlian, dan kepribadian
manusia. Kekuatan fisik manusia tercermin dari kesehatan dan kemampuan fisiknya.
Manusia yang sehat dan kuat tentu dapat bekerja dan belajar dengan baik. Selain fisik
yang sehat dan kuat, keahlian yang dimiliki seseorang juga menentukan kualitas
sumber daya manusia. Sementara itu, kepribadian ditentukan oleh sikap jujur dan
keadilan seseoran
Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
Salah satu faktor penyebab korupsi adalah adanya konflik kepentingan yang dilakukan
oleh para Penyelenggara, baik swasta maupun penyelenggara Negara. Pemahaman
yang tidak seragam mengenai konflik kepentingan menimbulkan penafsiran yang
beragam dan berpengaruh terhadap
performa kinerja para Penyelenggara. Untuk itu maka disusunlah Panduan
Penanganan
Konflik Kepentingan ini dengan maksud untuk:
• Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara swasta maupun negara untuk
mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan;
• Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi-situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja Penyelenggara
swasta maupun Negara yang bersangkutan;
• Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara swasta
maupun negara.
Apa yang Dimaksud dengan Konflik Kepentingan?
Konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun
negara yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan
perundangundangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap
penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan
kinerja yang seharusnya.
30. Bentuk-bentuk Konflik Kepentingan
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh
Penyelenggara Swasta maupun negara antara lain adalah:
• Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau
pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatan;
• Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk kepentingan
pribadi/golongan;
• Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/ instansi dipergunakan untuk
kepentingan pribadi/golongan;
• Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/instansi/perusahaan yang memiliki
hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga
menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya;
• Situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun negara memberikan akses
khusus kepada pihak tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa mengikuti
prosedur yang seharusnya;
• Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena
adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
• Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana obyek tersebut
merupakan hasil dari si penilai;
• Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan
• Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan);
• Situasi dimana seorang penyelenggara swasta maupun negara menentukan sendiri
besarnya gaji/remunerasi;
• Moonlighting atau outside employment (bekerja lain diluar pekerjaan pokoknya);
• Situasi untuk menerima tawaran pembelian saham pihak masyarakat,
• Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang.
31. Sumber Penyebab Konflik Kepentingan
Sumber penyebab konflik kepentingan antara lain adalah:
1. Kekuasaan dan kewenangan Penyelenggara Swasta maupun negara yang diperoleh
dari prosedur maupun peraturan perundangundangan;
2. Perangkapan jabatan, yaitu seorang Penyelenggara Swasta maupun negara
menduduki dua atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya
secara profesional, independen dan akuntabel;
3. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh seorang Penyelenggara Swasta
maupun negara dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan
perkawinan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya;
4. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan Cuma-cuma dan fasilitas lainnya;
5. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian
tujuan pelaksanaan kewenangan penyelenggara swasta maupun negara yang
disebabkan karena aturan, struktur dan budaya organisasi yang ada;
6. kepentingan pribadi (Vested Interest), yaitu keinginan/kebutuhan seorang
penyelenggara swasta maupun negara mengenai suatu hal yang bersifat pribadi.
Cara Mengatasi dan menangani Konflik Berorganisasi
Mengatasi dan Menangani Konflik
Kemampuan untuk menghadapi dan menangani konflik adalah salah satu kunci sukses
manajerial dalam satu organisasi. Kapan saja kita berharap membuat perubahan, pasti
ada potensi terjadinya konflik. Lagipula, kita tidak hanya harus menangani situasi
dimana konflik antara diri kita sendiri dan satu atau lebih anggota staff lainnya, tetapi
juga terhadap waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik atas diri kita atau,
yang tersulit dari semuanya, untuk meletakkan arah tujuan di antara ladang
―perpolitikan‖ dimana dua dari pesaing kita atau atasan kita terjebak dalam pergumulan
ini.
Konflik, dalam arti sebenarnya, merupakan suatu perbedaan pendapat yang terjadi dari
kemungkinan dua atau lebih arah tujuan dan tindakan yang tidak hanya tidak dapat
dihindari tapi juga sebagai suatu hal yang patut diperhitungkan dalam hidup. Yang
justru membantu kemungkinan-kemungkinan yang berbeda yang sudah direncanakan
32. sebagaimana mestinya, dan kemungkinan tujuan tindakan lainnya yang mungkin
diartikan secara umum dari beberapa pilihan tindakan yang sudah diuji pada tahap awal
sebelumnya atau bahkan sudah didiskusikan terlebih dahulu dari beberapa tindakan
alternatif yang sudah dikenal.
Kebanyakan konflik memiliki dua komponen yaitu rasional dan emosional, dan terletak
di suatu tempat di sepanjang dua gambaran antara konflik kepentingan di satu sisi dan
bentrokan kepribadian di sisi lain.
Contohnya, ketika seorang penjual rumah mencari harga tertinggi, sementara pembeli
berharap bisa membayar serendah mungkin.Ada juga gambaran konflik kepentingan
antara atasan dan karyawan tentang gaji. Dari kedua contoh kasus konflik di atas,
adalah dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik – sebaliknya, jika tidak,
pihak pertama, pasti tidak akan tercapai target penjualan yang diinginkan dan pasti juga
tidak akan terjadi titik temu pada pihak kedua. Agar dapat terjadi solusi negosiasi yang
sesuai dan yang diinginkan, maka:
1. Mendengarkan dan memahami dari masing-masing kebutuhan (jangan buang-
buang waktu mengulang-ulang sudut pandang anda) – belajar untuk jujur – apa
adanya.
2. Cari pertukaran; misalnya, adakah sesuatu yang bisa saya alihkan atau serahkan
kepada pihak lain yang artinya lebih pada pihak mereka daripada ―memberatkan
―(membebani )diri sendiri?
3. Fokus pada isu dan kenyataan, serta hindari menilai konflik sebagai sesuatu yang
terlalu pribadi.
Namun, itu semua terlalu mudah bagi keinginan emosional untuk'mengalahkan perusak'
pikiran menyelinap masuk dan, setelah itu, mungkin juga menyebar dari satu pihak ke
pihak yang lain.
Beberapa konflik berakar pada kepribadian para ‗kontestan', misalnya, seorangintrovert
(tertutup) mungkin membenci perilaku flamboyan seorang ekstrovert (terbuka); atau dua
wakil kepala perusahaan dengan gaya manajemen yang berbeda mungkin merasa sulit
untuk bisa saling bekerja sama.
Konflik bisa berubah menjadi kekuatan yang membahayakan dan merusak ketika
―kejayaan‖ seseorang dipertaruhkan untuk memperoleh hasil. Konflik semakin
berkembang, semakin ‗kejayaan(‗kemenangan‖) dipertaruhkan. Semakin pahit konflik
terjadi semakin sulit untuk mencapai suatu pemecahan(hasil).Pengambilan keputusan
menjadi ―cacat‘ karena tidak ada satu pihak pun yang berani dan mau membuat satu
33. konsesi karena takut( mungkin ―dibenarkan‖)bahwa hal tersebut akan dimanfaatkan
oleh pihak lain sebagai kemenangan dan jembatan untuk kemajuan lebih lanjut.
Pada dasarnya ada sikap yang mungkin yang dapat dipakai oleh para pihak dalam
setiap konflik dalam hal ini, didasarkan pada perubahan dari apakah mereka percaya
bahwa mereka dapat menghindari konfrontasi, dan apakah mereka percaya bahwa
mereka dapat mencapai kesepakatan.
Sikap yang paling kondusif untuk menyelesaikan konflik, tentu saja, jika salah satu
pihak menyediakan waktu lebih mendalam pada pemecahan masalah, dan beberapa
kompromi cepat, atau memberi dan mengambil berbagai kemungkinan jawabannya.
Konflik harus diakui dan ditangani sedini mungkin. Jika Anda memiliki masalah dengan
seseorang, segera pergi untuk berbicara dengan dia, sebelum membangun kepahitan.
Jika kepahitan telah terjadi, anda perlu untuk memilih waktu terbaik; dan meluangkan
waktu untuk membuat segala sesuatu menjadi jelas bahwa Anda benar-benar berniat
menyelesaikan konflik. Beberapa teman dari kedua belah pihak mungkin diperlukan
untuk bertindak sebagai katalis(membantu/menengahi secara netral tanpa melibatkan
diri terlalu dalam), untuk meyakinkan kedua belah pihak bahwa niat tulus, dan atau
bertindak sebagai ‗konsultan proses'mediator.
Dalam konflik antara beberapa anggota staf, terutama mereka yang melapor kepada
Anda, pekerjaan Anda sebagai seorang manajer, mungkin saja untuk melangkah
sebagai 'konsultan proses', untuk mencoba memahami sudut pandang masing-masing
individu dan untuk membawa masing-masing menjadi suatu pernyataan 'pemecahan
masalah' pikiran. Mengatur tahap pertemuan untuk menyelesaikan konflik, prinsip-
prinsip berikut bisa dijadikan acuan diskusi seperti:
1. Setiap pihak saling berbicara satu dan lain, seterbuka mungkin tentang segala
realitas-kenyataan sesuai dengan permasalahan yang menjadi keprihatian dan
perhatian mereka.
2. Meletakan tujuan, pandangan dan perasaan mereka, secara terus terang, tetapi tetap
tenang,dan hindarilah pengulangan yang merugikan.
3. Menempatkan konflik dalam konteks tujuan yang lebih tinggi demi kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
4. Lebih memfokuskan diri pada langkah tindak lanjut berikutnya dari pada kejadian-
kejadian yang sudah lewat.
5. Mendengarkan; menyimak dari setiap pihak; dari setiap sudut pandang secara
seksama yang mencari pengertian. Meyakinkan bahwa pemahaman mereka sudah
benar.
34. 6. Mencoba untuk menghindari tindakan menyerang atau bertahan.
7. Mencoba membangun ide masing-masing.
8. percaya itikad baik masing-masing dan mencoba untuk bertindak dengan itikad
baik.
9. merencanakan beberapa tindakan yang jelas untuk mengikuti pembahasan,
menentukan siapa yang akan melakukan apa dan kapan.
10. Menetapkan tanggal dan waktu untuk meninjau kemajuan dan mempertahankan ini
dari semua biaya ataupun resiko.
Sejumlah struktur yang berguna dapat digunakan untuk membantu individu atau
kelompok untuk mengatasi keengganan menempatkan konflik 'pada tempatnya'.
struktur ini memiliki nilai ganda seperti:
1. Memungkinkan perasaan yang kuat dan prasangka yang timbul untuk diungkapkan
dalam bentuk yang lebih bersahabat daripada kata yang diucapkan. Perasaan menjadi
data faktual (meskipun mungkin menyakitkan);
2. Dan, Menjaga keseimbangan, seperti apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka,
apa yang kita lakukan dan apa yang orang lain lakukan.
Menangani Konflik Organisasi
Konflik dan kegagalan(frustasi) sering menjadi pusat perhatian saat sekolah, perguruan
tinggi atau suatu departemen yang sedang berjalan. Setiap kasus konflik cenderung
terjadi di setiap bentuk organisasi, dan mereka bisa dianggap semakin kritis.
Seringkali tidak ada pendapat yang koheren tentang bagaimana sesuatu harus
dilakukan – hanya sikap negatif umum lainnya terhadap cara dimana hal-hal mesti
dilakukan.
Hal ini bisa menjadi halangan bagi atasan, kepala departemen, dan timbul perasaan
bahwa para staff bekerja bukan untuk anda tetapi untuk melawan anda. Anda merasa
salah paham karena seseorang dan berusaha sendirian membuat organisasi bekerja
sesuai keinginan anda. Anda mungkin, benar, merasa perlu membawa kunci
permasalahan kepada para staff guna menguji cara dimana sekolah atau departemen
beroperasi dan, dengan harapan, untuk mendapatkan komitmen; suatu bentuk
kesepakatan praktis. Masalahnya, adalah bahwa setiap pertemuan tersebut dapat turun
ke dalam kekacauan dengan semua argumen lama dan prasangka berlebihan.
35. Menyajikan sebuah struktur yang bisa membantu dalam penyaluran tinjauan ulang
praktis sekolah sebagai satu organisasi. Hal ini barangkali diubah agar sesuai dengan
keadaan tertentu, tetapi setiap perubahan yang dilakukan pasti selalu menyoroti isu-isu
kontroversial. ―Tinjauan ulang sekolah‘ menggunakan beberapa teknik yang mungkin
bermanfaat:
1. Teori ―gap‖ - meminta orang untuk menyatakan pandangan ideal mereka dan
membandingkannya dengan persepsi mereka yang sebenarnya(.' gap 'antara keduanya
adalah apa yang kemudian harus dijembatani)
2. Mengkategorikan dan mengukur pandangan dari apa yang salah dengan
memfokuskan analisis struktur laporan - selalu, tentu saja, dengan kemungkinan
merumuskan pernyataan kelompok yang tidak sesuai persis dengan salah satu
alternatif.
3. Mengkonkritkan seputar pernyataan kasus – kasus yang ditangani .
Untuk beberapa tinjauan sekolah adalah:
1. Memeriksa secara transparan dimana sekolah dan para staff-nya beroperasi.
2. Diagnosa masalah dan peluang untuk peningkatan.
3. Hasil dari diagnosa masalah dan peluang yang terjadi, tetapkan sasaran tujuan
untuk perbaikan organisasi.
4. Setelah tinjauan kedua, sebagai tinjauan hasil akhir, uji dan evaluasi setiap
kemajuan dan pencapaian organisasi.
Merupakan tanggung jawab bagi tim atas seperti wakil atasan dan kepala-kepala
departemen untuk mengatur tahap-tahap peninjauan(evaluasi/review). Sedangkan
anggota kelompok yang lain, tanggung jawabnya terutama kepada kelompok-kelompok
senior, dalam organisasi agar bisa bebas mencetuskan ide-ide proses mereka sendiri.
Salah satu akibat dari cara ini adalah untuk menarik keluar suasana panas dari
pembicaraan yang timbul dan memungkinkan untuk mendudukkan masalah untuk
dibuat serasional mungkin bisa diterima oleh semua pihak. Pasti selalu ada
kekhawatiran bahwa seseorang akan terluka melalui proses ini, khususnya bagi atasan
yang merasa bertanggung jawab atas seluruh proses review yang berlangsung. Untuk
alasan inilah pentingnya bahwa rapat-rapat review harus dilakukan menyeluruh mulai
dari tingkat yang paling atas dari suatu kelompok unit kerja, dengan itikad baik,
keinginan murni untuk memahami perasaan setiap orang.
Penting juga, mungkin untuk melibatkan banyak pihak- atau banyak orang – untuk
review semacam ini. Dua belah pihak adalah ideal. Sekali pihak ketiga atau lebih
36. terlibat, penanganan yang lebih besar mesti dilakukan agar masalah yang timbul
tidakmeningkat ketingkat yang lebih serius. Dalam rapat melibatkan atasan, wakil
kepala dan kepala-kepala departemen, ada resiko saling menyalahkan jika komunikasi
gagal disampaikan secara tepat dan proporsional.
Mencegah Konflik yang Tidak Perlu.
Perilaku tertentu besar kemungkinannya memprovokasi tingkat konflik yang tidak perlu
terjadi. Untuk meminimalisasi(mengurangi)akibat yang mungkin bisa merusak karena
konflik yang terjadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Menjaga, mempertahankan sebanyak mungkin komunikasi dengan berbagai pihak
yang terlibat, dimana gagasan-gagasannya, kepentingan-kepentingannya atau perilaku-
perilaku yang timbul, yang bisa menjadi konflik bagi anda sendiri.
2. Jangan menunda pembicaraan untuk menuntaskan masalah, dengan harapan
bahwa hal itu akan hilang dengan sendirinya – yang biasanya justru akan membuatnya
menjadi bertambah parah.
3. Menahan diri dari godaan untuk membicarakan orang dibelakang punggung
mereka. Jangan pernah mencoba membuat ―sekelompok‖ pendapat sendiri.
Bicarakanlah dengan pihak/orang lain.
4. Jika anda melihat gejala atau tanda konflik antar departemen, coba untuk membuat
proyek, dari sumber-sumber yang netral dan peka, secara individu; diambil dari
berbagai departemen yang ada, yang bisa bekerja bersama-sama. Sebagai prinsip
dasarnya, hal ini bagus dilakukan untuk mencegah terciptanya batasan yang kaku antar
departemen. Dimana ada kompetisi dari sumber-sumber langka – akan jauh lebih
membuahkan hasil jika bertanya antar departemen, untuk mempertemukan, untuk
memproses satu kebijakan dari kepala organisasi dan kepala departemen daripada
melanjutkan menggunakan cara-cara tradisional yang mengundang tuntutan atau
gugatan dari tiap departemen, dan demikian menutup tingkat perlawanan.
5. Hindari semua fenomena orientasi ―menang-kalah‘, dan dari semua itu coba untuk
melihat dari semua sudut perselisihan, mengingat hampir semua staff hanya akan
berperilaku negatif, jika mereka sudah merasa terancam atau ―diserang‖.
6. Hindari pengaturan situasi konflik melalui struktur ‗hadiah‖, dan jika mereka sudah
berada pada situasi seperti itu, ubahlah. jika dua guru melihat diri mereka sebagai yang
bersaing untukmendukung Anda, banyak upaya mereka mungkin diarahkan ke kegiatan
'politik' dan mereka mungkin masing-masing menjadi bulan-bulanan waktu untuk
'memamerkan' diri mereka di depan muka anda, daripadamemahami dengan tenang
37. dengan pekerjaan mereka yang sesungguhnya. Pastikan anda melihat hasil kerja yang
baik dan benar, daripada sanjungan atau sekedar ‗pamer‘muka.
Satu-satunya cara untuk menjadi manajer konflik yang efektif; dari berbagai pihak dan
konflik itu sendiri antara masing-masing staff, yang perlu dilatih dan dikembangkan
sikap dan perilaku tertentu yaitu kontrol diri dan praktek nyata.
Pertama, kita perlu belajar menghadapi segala tantangan situasi, mampu berkata
―TIDAK‖ ketika perbedaan pendapat muncul. Kita mesti bisa menunjukkan dengan cara
, sikap, perilaku kita sendiri bahwa kita terbuka dengan berbagai kemungkinan alasan,
pembicaraan-pembicaraan logis dan pemecahan masalah. Kedua, kita mesti bisa
menyampaikan ide-ide kita dan perasaan-perasaan kita dengan jelas, singkat, tenang,
dan jujur. Ketiga, kita perlu membangun kemampuan untuk mendengarkan, yang
mencakup kemampuan menunjukkan kepada seseorang bahwa kita
mengerti/memahami apa yang sudah dikatakan, dengan ―memainkannya kembali‖. Kita
juga perlu belajar membangun kebiasaan bertanya daripada memberikan atau
membuat pernyataan, ingatlah bahwa seorang penjual produk atau penjual jasa yang
sukses, adalah mereka yang lebih banyak bertanya. Keempat, kita butuh kemampuan
dalam mengevaluasi segala hal, segala aspe permasalahan, mengerti/memahami
tekanan yang timbul dari pihak lain, yang mungkin ‗berputar-putar‘ diluar batas sudut
pandang yang mungkin secara normal dapat kita ambil. Yang terakhir, kita juga perlu
belajar mengeluarkan pikiran; menumbuhkan tujuan bersama yang seharusnya
membantu tiap-tiap pihak diluar segala perbedaan yang ada diantara mereka, apakah
itu tentang metode yang digunakan untuk melihat pencapaian tujuan yang akan datang
daripada mempertahankan pertentangan-pertentangan yang sudah lewat