AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
ETIKA MARXIAN, ETIKA KANTIAN, ETIKA HIBERMASIAN
1. MAKALAH ETIKA MARXIAN, ETIKA KANTIAN DAN
ETIKA HABERMASIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pengetahuan
Dosen Pengampu: Dr.Moch. Nursalim, M.Si.
Dr. Tamsil Muis, M.Pd.
Disusun Oleh:
Nur Arifaizal Basri (19071355001)
Muhammad Khoiruddin (190713550015)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
2019
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya suatu halangan
apapun. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa sebagai penunjang.
Makalah yang berjudul “ETIKA MARXIAN, ETIKA KANTIAN, ETIKA
HIBERMASIAN”, makalah ini disusun secara sederhana dan sedemikian rupa dengan
kesederhanaan diharapkan untuk membantu pengetahuan. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Surabaya, 22 September 2019
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Marxian.................................................................................................... 2
B. Etika Kantian..................................................................................................... 4
C. Etika Hibermasian.............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11
4. 1
BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Perubahan sosial yang memungkinkan semua kelas sosial di masyarakat dapat
memperoleh hak-haknya secara adil terjadi apabila struktur masyarakat berkelas diakhiri.
Perjuangan Marx untuk menciptakan keadilan sosial berhadapan dengan koridor hukum
dan moral yang sebagian besar ditentukan oleh kelas sosial yang menempati kekuasaan
politik, ekonomi, dan agama. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang
dengan mengorbankan kaum proletar.
Kant menilai pandangan etika yang didasarkan hukum alam tidak memberi ruang
pada kemampuan manusia untuk bertanggung jawab atas tindakannya secara otonom.
Kant memperlihatkan bahwa moralitas harus sebagai suatu petunjuk dari akal murni,
dalam aspek praktisnya. Tidak mengikuti hukum moral dianggap merugikan diri sendiri
dan dengan demikian bertentangan dengan akal budi.
Habermas berharap bahwa solitarisme dalam kesadaran subjek Kantian dan
partikularisme dalam kesadaran kelas kaum Marxian dapat diatasi dalam sebuah teori
etika yang menghargai manusia sebagai subjek yang mampu berbicara dan bertindak.
Tujuan Habermas memperkenalkan ilmu pengetahuan rekonstrutif mempunyai dua
tujuan yaitu, (1) membangun sebuah teori umum tentang masyarakat melalui
pengintegrasian filsafat dan ilmu pengetahuan sosial sekaligus menjembatani teori
dengan praksis penelitian empiris.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika marxian?
2. Apa etika kantian?
3. Apa etika habermasian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui etika Marxian
2. Untuk mengetahui etika Kantian
3. Untuk mengetahui etika habermasian
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA MARXIAN
Etika sebaga cabang filsafat yang mempelajari nilai atau standar moral mengenai
perilaku manusia dilihat dari sudut baik dan buruk. Sejak karl marx, filsafat secara khusus
etika mendapatkan penilaian negatif karena dianggap merupakan cara penguasa
menanamkan kesadaran palsu pada masyarakat dengan tujuan mempertahankan tatanan
masyarakat berkelas.
Perjuangan Marx untuk menciptakan keadilan sosial berhadapan dengan koridor
hukum dan moral yang sebagian besar ditentukan oleh kelas sosial yang menempati
kekuasaan politik, ekonomi, dan agama. Perubahan sosial yang memungkinkan semua
kelas sosial di masyarakat dapat memperoleh hak-haknya secara adil terjadi apabila
struktur masyarakat berkelas diakhiri. Pengakhiran struktur masyarakat berkelas
merupakan penciptaan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat memperjuangkan
nasibnya melalui kerja dan mengklaim apa yang dihasilkannya sebagai hak untuk
mewujudkan kualitas kehidupannya sebagai orang yang bahagia dan bangga sebagai
manusia.
Marx menilai bahwa ajaran moral yang selama ini berlaku mengajarkan kerendahan
hati, sikap pasrah, berbuat baik, dan lain-lain yang dikaitkan dengan ajaran agama untuk
membungkam sikap kritis dan mengendalikan perubahan sosial yang adil. Agama dengan
ajaran moral didalamnya dinilai merupakan candu yang menidurkan masyarakat dalam
kehidupan akhirat dan lupa mengurusi kenyataan sosial yang buruk dan tidak adil. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan
sistem politik.
1. Marxisme
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam
dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum
kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx
berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan
6. 3
penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum
proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan
paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan
memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme. Pada tahap lanjutan
adalah pemikiran kaum marxis tentang marxisme yang sebagian memanfaatkan
pemikiran Marx sebagai reformasi yang dikehendaki oleh cita-cita Marxisme dalam
situasi konkret.
2. Teori Emansipasi
Marx mengusahakan gagasan awalnya mengenai apa yang dipahami oleh marxisme
sebagai teori emansipasi. Konsep Marx mengenai emansipasi diartikan sebagai
persamaan setiap orang di depan hukum tanpa membeda-bedakan orang menurut agama,
suku, dan ras. Teori tersebut difokuskan untuk mendapatkan persamaan derajat dalam
masyarakat yang memperjuangkan layaknya sebagaimana anggota masyarakat lainnya.
2.1 Syarat-syarat Emansipasi
Konsep emansipasi diartika oleh Marxisme ortodoks sebagai persamaan kelas
atau penghapusan perbedaan kelas. Cara mewujudkan emansipasi adalah revolusi
politik yang diperluas untuk menyamakan persepsi dikalangan Marxis dunia.
Persatuan buruh sebagai kelas sosial akan menentukan hasil revolusi sebagai
perwujudan masyarakat tanpa kelas.
Kesadaran buruh memperkuat identitas kelompoknya yakni kesetiaan pada
metode Marxis. Apabila kesadaran masyarakat terbentuk, maka realisasi kelas sosial
dapat didorong untuk melakukan revolusi yang dapat memberikan hasil optimal bagi
perubahan dalam masyarakat.
Neo-Marxisme dalam mazhab Frankfurt menolak kesadaran kelas sebagai cara
yang tepat untuk melakukan emansipasi karena dengan kesadaran kelas Marxisme
mengulangi apa yang terjadi dalam kapitalisme, yakni kesadaran subjek untuk
mendominasi dan menentukan hubungan-hubungan dalam proses produksi masyarakat
kapitalisme. Pencerahan dan pembebasan manusia dari selubung irasionalitas harus
dimulai dalam refleksi diri, yakni memahami apa yang selama ini tidak disadari sebagai
sumber patoligi, yaitu modal dan bukan perbedaan kelas.
Dalam generasi kedua mazhab Frankfurt, pemahaman mengenai emansipasi
disempurnakan dari konsep kesadaran kelas dan refleksi diri menjadi praksis komunikasi.
7. 4
Prinsip emansipasi adalah solidaritas dan kerjasama mewujudkan realitas sosial yang
sama baiknya bagi semua pihak.
Perbedaan Kapitalisme dan komunisme bahwa komunisme mendukung
kepemilikan masyarakat atas produksi sehingga keuntungan dinikmati oleh semua
masyarakat sedangkan kapitalisme mendukung kepemilikan pribadi atau swasta atas
produksinya sehingga pemerintah tidak memperoleh keuntungan Bersama.
B. Etika Kantian
Kant mengenai etika Kantian didasarkan pada pemahaman mengenai kehendak
bebas manusia sebagai prinsip fundamental yang mewajibkan manusia untuk mengambil
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kant menilai pandangan etika yang
didasarkan hukum alam tidak memberi ruang pada kemampuan manusia untuk
bertanggung jawab atas tindakannya secara otonom. Apabila seseorang melakukan apa
yang tidak dikehendakinya, maka ia bertindak terpaksa atau mengikuti kehendak dari luar
dirinya, orang seperti ini tidak otonom sebab otonomi mensyaratkan kewajiban terhadap
diri sendiri (kehendak bebas).
Bagi Kant hukum moral karena didasarkan pada pengalaman objektif,
merefleksikan prinsip kesamaan yang secara rasional dapat dibenarkan oleh siapapun
berlaku universal. Semua hukum yang lain harus diturunkan dari hukum moral, yakni
bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu menjadi hukum universal.
1. Imperatif Moral
Kant memperlihatkan bahwa moralitas harus sebagai suatu petunjuk dari akal
murni, dalam aspek praktisnya. Tidak mengikuti hukum moral dianggap merugikan diri
sendiri dan dengan demikian bertentangan dengan akal budi. Para pemikir dikemudian
hari memandang perintah ini berasal dari dalam batin, karena suara ilahi berbicara
melalui jiwa manusia. Petunjuk-petunjuk dari batin disebut juga hati nurani, dipandang
benar dan seringkali menolak pembenaran lebih lanjut. Dari sudut pandang lain,
pengalaman batin ini merupakan pengalaman dasar dalam menghadapi kebenaran.
2. Prinsip Kehendak Baik
Menurut Kant pengalaman mengajarkan orang bahwa kehendak baik merupakan
prinsip dasar dari kebebasan manusia karena setiap orang menghendaki yang baik bagi
dirinya dan demikian seharusnya bagi orang lain. Kebaikan yang dapat diketahui adalah
8. 5
kehendak baik secara spontan ada pada setiap makhluk rasional. Misalnya menolong
seseorang yang kesusahan dapat dibenarkan sebagai pelaksanaan kehendak baik sebagai
kewajiban karena perbuatan itu baik pada dirinya sendiri bukan karena suatu kualitas
yang dikejar dari orang yang ditolong.
Keyakinan bahwa menolong merupakan pernyataan kehendak baik adalah prinsip
subjektif yang saya yakini sebagai kewajiban yang harus saya lakukan. Itikad baik
dipengaruhi oleh berbagai kecenderungan, hawa nafsu, dan emosi, maka itikad baik harus
didasari oleh kehendak bebas apakah perintah moral itu diikuti atau tidak.
3. Hukum Moral Bersifat Formal
Kant Membedakan dua jenis perintah (imperative), yakni imperatif hipotetis dan
imperative kategoris. Pertama imperatif hipotetis berbicara mengenai perintah yang
pelaksanaannya diandaikan oleh pemenuhan suatu syarat, misalnya belajarlah yang rajin
jika ingin memperoleh hasil yang baik. Kedua imperatif kategoris, yakni perintah yang
berlaku begitu saja, tanpa syarat, misalnya jangan berbohong. Perintah ini tidak
mengandaikan syarat-syarat tertentu untuk berlaku sebagai kewajiban.
3.1 Ciri-ciri formal perintah moral adalah sebagai berikut:
a) Perintah yang berlaku tanpa syarat yang berarti apa yang disadari sebagai
kewajiban moral, maka keyakinan untuk melakukan apa yang disadari harus
dilakukan dan menjadi hukum moral yang bersifat mewajibkan siapapun
dalam situasi yang serupa.
b) Perintah moral berlaku sebagai syarat menghormati manusia sebagai
pribadi. Misalnya bersikap sopan terhadap orang yang lebih senior.
c) Perintah moral menyatakan otonomi manusia sebagai subjek yang bertindak
atas kehendaknya yang bebas dan bukan atas perintah orang lain. Otonom
mendefinisikan manusia sebagai pribadi yang dapat menentukan dirinya
sendiri.
4. Hati Nurani
Menurut Kant hati Nurani sebagai sebuah kesadaran akan kebaikan yang bersifat
mutlak, maka mengikuti hati Nurani merupakan pelaksanaan kewajiban moral sebagai
pemenuhan perintah tanpa syarat. Supaya manusia dapat mengikuti hati nuraninya secara
jernih sebagai kebaikan tertinggi yang mengharuskan, maka ia harus menerima tiga
prinsip regulative atau postulat berikut:
9. 6
a) Kebebasan kehendak (free will) adalah prinsip moral manusia sebagai subjek
yang otonom atau kebebasan kehendak manusia.
b) Keabadian jiwa (immortality of the soul) merupakan kebaikan tertinggi yang
tidak disyaratkan oleh kebaikan yang lain.
c) Pengakuan bahwa Tuhan itu ada (God exist) merupakan kewajiban moral untuk
melakukan kebaikan tanpa syarat memperoleh jaminan bahwa berbuat baik
mengandung arti atau makna. Apabila eksitensi Tuhan ditolak, maka moralitas
tidak memiliki artinya.
5. Ilmu Pengetahuan
Menurut Kant, ilmu pengetahuan merupakan pertanyaan mengenai apa yang dapat
diketahui manusia. Dalam ranah ilmu pengetahuan, kita berbicara mengenai pengalaman
bahwa hanya pengalaman yang dapat diketahui dan dibuktikan. Ilmu pengetahuan dapat
dipahami secara rasional lewat pengalaman indrawi yang disusun oleh akal budi melalui
kategori-kategori menjadi pengetahuan rasional.
Ada tiga unsur yang disyaratkan oleh ilmu pengetahuan yakni (1) pengalaman, (2)
akal budi, (3) rasio atau perbandingan. Pengalaman merupakan dunia phenomenal yang
mensyaratkan pengindraan. Akal budi merupakan konsep yang ada dalam diri manusia
untuk merangkai pengalaman indrawi menjadi pengetahuan. Rasio merupakan elemen
penentu perilaku.
C. Etika Habermasian
J. Habermas berusaha untuk menguraikan kembali manusia sebagai subjek mikro
yang terkooptasi oleh subjek makro dalam negara Hegelian dan menyusun kembali
puing-puing sejarah mengenai manusia sebagai subjek terkotak-kotak dalam kelas sosial
kaum Marxian. Habermas berharap bahwa solitarisme dalam kesadaran subjek Kantian
dan partikularisme dalam kesadaran kelas kaum Marxian dapat diatasi dalam sebuah teori
etika yang menghargai manusia sebagai subjek yang mampu berbicara dan bertindak.
Hegelian dan Marxian dibatasi dalam bentuk negara absolut atau kesatuan kelas sosial.
Pemahaman konsep subjek yang diartikan sebagai kesadaran menjadi konsep subjek yang
diartikan sebagai ineraksi merupakan Habermas mengintergasikan filsafat dari Kant,
Hegel, dan Marx menjadi prasis komuikasi.
10. 7
Habermas tentang ilmu pengetahuan sebagai refleksi dan pemahaman tradisional
yang mengartikan ilmu pengetahuan sebagai sebuah system tertutup atau saintisme.
Saintisme menekankan kepentingan teknis yang memanfaatkan rasionalitas instrumental
untuk memanipulasi dan mengontrol realitas sosial. Sebaliknya, ilmu pengetahuan
rekonstrutif menekankan kepentingan komunikatif yang menjunjung validitas klaim
sebagai pemahaman timbal-balik dan diperoleh melalui pertukaran argumentasi.
1. Kebebasan Ilmu Pengetahuan
Mazhab Frank furt, Habermas memanfaatkan psikoanalisis untuk menjelaskan ilmu
pengetahuan dari sudut kebebasan subjek sebagai pelaku. Habermas menjelaskan refleksi
diri sebagai sebuag proses interaktif sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh
sebagai pengetahuan merupakan penemuan insight yang termotivasi oleh alasan rasional
yang dipahami secara kurang lebih sama bagi pihak-pihak yang terlibat dalam aksi-tindak
tutur.
Ilmu pengetahuan rekonstrutif merupakan penerapan gagasan mengenai
komunikasi yang harus dipahami sebagai metodologi ilmu pengetahuan. Tujuannya untuk
memudahkan penerapan paradigma komunikasi dalam penelitian ilmiah sehingga para
pelaku harus dihargai sebagai subjek yang mampu berbicara dan bertindak,
membicarakan dan menyepakati apa yang secara rasional dapat diterima sebagai
kebenaran ilmiah dalam konteks sosial yang aktual. Ilmu pengetahuan rekonstrutif dapat
digunakan dalam merumuskan prinsip-prinsip moral yang penting sebagai etika ilmu
pengetahuan.
2. Paradigma komunikasi
Tujuan Habermas memperkenalkan ilmu pengetahuan rekonstrutif mempunyai dua
tujuan yaitu membangun sebuah teori umum tentang masyarakat melalui pengintegrasian
filsafat dan ilmu pengetahuan sosial sekaligus menjembatani teori dengan praksis
penelitian empiris.
Proses komunikasi bersifat simbolik dan material. Representasi simbolik dari
komunikasi secara internal terjadi dalam entitasi budaya, masyarakat, dan pribadi secara
material terjadi hubungan-hubungan yang bersifat eksternal antar sistem sosial yang
kompleks. Habermas menggambarkan masyarakat dalam sebuah proses evolusi yang
secara rasional berkembang dari bentuknya yang primitive, tradisional, modern, dan
kontemporer. Metode ilmu pengetahuan menurut prinsip kebebasan dan kerja sama,
11. 8
rekonstruksi ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk memacu etika penelitian yang
mandiri dan professional. Kemandirian professional tidak hanya menyangkut skill tetapi
kesadaran etis yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang melelahkan.
3. Apa Itu Etika dan Mengapa Etika Itu Penting?
Konsep etika sering dikaitkan dengan penelitian yang berbicara mengenai masalah
benar dan salah. Istilah etika berasal dari kata Yunani, ethos sedangkan moral berasal dari
kata latinmos. Moralitas sering diartikan sebagai adat kebiasaan yang mentukan perilaku
seseorang dalam sebuah masyarakat. Istilah etika dan moral memiliki arti yang sama
yakni adat kebiasaan yang dianggap baik dan mendasari perilaku manusia. Etika dapat
dipahami sebagai imu pengetahuan yang merefleksi secara kritis moralitas sebaliknya
moral mengacu pada pedoman praktis menurut adat kebiasaan disuatu tempat. Jadi etika
sebgaia refleksi kritis yang berbicara tentang nilai-nilai universal, rasional, dan kritis
sebagai prinsip perilaku yang berlaku umum. Moral dikaitkan dengan cara pandang suatu
masyarakat (adat istiadat) yang mengatur perilaku manusia.
Etika dapat dibedakan menurut lingkup permasalahan yang dipelajari seperti
kebebasan, kewajiban, dan tanggung jawab. Secara skematis, etika berbicara tentang
prinsip-prinsip moral dasar.
4. Etika Umum
Etika umum merupakan etika yang berbicara mengenai prinsip-prinsip dasar
moralitas seperti kebebasan, kewajiban, dan tanggung jawab. Pemahaman tersebut
mempengaruhi perilaku yang menjunjung kebenaran, kejujuran, dan kepercayaan.
Dalam konsep manusia sebagai pribadi terletak hak seseorang atas dirinya sendiri.
Hak adalah klaim seseorang tentang dirinya sebagai pribadi dan klaim merupakan
kewajiban pada pihak lain untuk tidak mencederainya. Menurut Kant, hak paling utama
adalah klaim seseorang tentang dirinya sebagai miliknya.
Kebebasan ada dua jenis yaitu kebebasan subjektif dan kebebasan objektif.
Kebebasan subjektif dikaitkan dengan manusia sebagai subjek moral, sedangkan
kebebasan objektif dikaitkan dengan manusia sebagai subjek hukum.
Sebagai subjek moral, manusia adalah individu yang unik dan pribadi yang
memiliki tujuan pada dirinya sendiri. Sebagai subjek hukum, manusia adalah hukum
positif yang bersumber pada otoritas yang diakui kekuasaanya sebagai sebuah badan
hukum.
12. 9
Hubungan antara kebebasan moral dan kebebasan hukum terletak pada hak, yakni
klaim yang mewajibkan. Kebebasan moral didasarkan pada hak-hak asasi manusia yang
mewajibkan pihak lain untuk menghormati klaim individu atas hak-haknya sebagai
pribadi.
Hubungan dialektis antara moralitas dan hukum dimaksudkan untuk menjadikan
keadilan sebagai prinsip pelaksanaan kebebasan. Keadilan diperlukan untuk mencegah
pelaksanan kebebasan pribadi atau pelaksanaan kebebasan sosial sebagai otonomi pribadi
atas nama kepentingan umum.
5. Etika Khusus
Etika khusus merupakan cabang etika yang menerapkan prinsip-prinsip universal
yang dibicarakan dalam etika umum kedalam perilaku diranah tertentu. Kesulitan etika
khusus adalah mengidentifikasi masalah moral dan menentukan teori etika apa yang
relevan. Kapan menentukan sebuah masalah moral sebagai masalah individu, masalah
sosial, dan masalah lingkungan.
Etika profesi adalah cabang etika sosial yang berbicara mengenai hubungan
seseorang sebagai professional dalam sebuah organisasi profesi dan kaitan profesi
tersebut dengan masyarakat dan negara
Etika adalah disiplin ilmu pengetahuan dan profesi adalah bidang pekerjaan yang
mengandalkan keahlian yang tinggi. Masalah-masalah yang timbul di masyarakat
berhubungan dengan etika ilmu pengetahuan adalah: (1) komitmen pribadi yang lemah,
(2) daya serap lapangan kerja dan imbalan yang rendah, (3) lemahnya penegakan hukum.
13. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika sebaga cabang filsafat yang mempelajari nilai atau standar moral mengenai
perilaku manusia dilihat dari sudut baik dan buruk. Pengakhiran struktur masyarakat
berkelas merupakan penciptaan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat
memperjuangkan nasibnya melalui kerja dan mengklaim apa yang dihasilkannya sebagai
hak untuk mewujudkan kulaitas kehidupannya sebagai orang yang bahaia dan bangga
sebagai manusia.
Kant mengenai etika didasarkan pada pemahaman mengenai kegendak bebas
manusia sebagai prinsip fundamental yang mewajibkan manusia untuk mengambil
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kant memperlihatkan bahwa moralitas
harus sebagai suatu petunjuk dari akal murni, dalam aspek praktisnya. Tidak mengikuti
hukum moral dianggap merugikan diri sendiri dan dengan demikian bertentangan
dengan akal budi. Habermas menggambarkan masyarakat dalam sebuah proses evolusi
yang secara rasional berkembang dari bentuknya yang primitive, tradisional, modern, dan
kontemporer.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Antonim, 2019. Marxisme. Tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Marxisme. Diakses
pada tanggal 21 September pukul 20.40 WIB.
Soerjanto Poespowardojo, T.M. & Alexander Seran. 2015. Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Kompas