Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Pemberontakan DI Jawa Tengah
1. TUGAS SEJARAH
MAKALAH PEMBERONTAKAN DALAM NEGERI
Kelompok 1:
-Dara Rizkia Septriani
-Dio Araboy
-Dwi Riska Putri
-Haby Yuriko
-Lely Rahmiati Lubis
-Meutia Savitri
Kelas IX.2
2. 2
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan 1
2. Daftar Isi 2
3. Pemberontakan PKI Di Madiun 3
4. DI (Darul Islam) / TII (Tentara Islam
Indonesia)
a. DI/TII Jawa Barat 4
b. DI/TII Jawa Tengah 5
c. DI/TII Kalimantan selatan 7
d. DI/TII Aceh 8
e. DI/TII Sulawesi Selatan 9
5. APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) 9
6. Pemberontakan Andi Aziz 10
7. RMS (Republik Maluku Selatan) 11
8. Pemberontakan permesta (Piagam
Perjuangan Semesta) 12
9. Kesimpulan
10. Daftar Pustaka 13
3. 3
A.Pemberontakan PKI di Madiun
Terjadi:
Pada tanggal 18 September 1948
Di Madiun, Jawa Timur
Latar belakang :
Amir Syariffudin turun dari jabatan dan digantikan oleh moh.hatta
Tokoh :
Musso dan Amir syariffudin
Penumpasan :
Panglima jendral Soedirman menunjuk kol. Gatot subroto sebagai gubernur jawa tengah
dan kol. Sungkono gubernur militer jawa timur diperintahkan untuk memimpin dan
menggerakkan pasukan. Pasukan Siliwangi digerakkan dari jawa tengah.pada tanggal 30
september 1948 keadaan madiun dapat terkendali.
Muso tewas di ponegoro dan syafruddin tertangkap di purwodadi.
Penjelasan
Peristiwa Madiun adalah sebuah konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur bulan
September – Desember 1948 antara pemberontak komunis PKI dan TNI. Peristiwa ini diawali
dengan diproklamasikannya Negara Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September
1948 di Kota Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung
pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifoeddin.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun, dan tidak
pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde
Baru peristiwa ini mulai dinamakan Pemberontakan PKI Madiun.
Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun,baik
itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan
agama.
Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak merasa tuduhan bahwa PKI
yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde Baru (dan
sebagian pelaku Orde Lama).
4. 4
B.DI (Darul Islam) / TII (Tentara Islam Indonesia)
1.DI/TII Jawa Barat:
Terjadi:
Pada Tanggal 7 Agustus 1945
Latar Belakang:
-kekecewaan SM Kartosuwiryo terhadap kebijakan Soekarno mengenai fahamkomunis
-Keinginan Darul Islam untuk mendirikan negara islam indonesia (NII)
Tokoh:
Sekar Marijan Kartosuwiryo
Penumpasan:
- Dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda.
- Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap
oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo
dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
Penjelasan
gerakannya dengan membakar rumah – rumahrakyat, membongkar rel kereta api, menyiksa
dan merampok hartabenda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi
mengadakanLong March kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini harusberhadapan
dengan pasukan Siliwangi. Upaya penumpasanpemberontakan DI/TII memakan waktu yang
lama karena :1. medannya berupa daerah pegunungan – pegunungan sehingga sangat
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,2. pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan
leluasa di Kalangan Rakyat,3. pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang
Belanda, antara lain pemilik – pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,4.
suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha – usaha pemulihan keamanan.
menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukanSiliwangi bersama rakyat melakukan
operasi “Pagar Betis“ dan operasi“Bratayudha“. Pasukan SM Kartosuwiryo semakin terdesak
dan melemahsehingga banyak yang menyerah.Pada tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji
Maridjan Kartosuwirjo beserta parapengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi
dalam operasi“Bratayudha“ di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat.
KemudianSekarmadji Maridjan Kartosuwirjooleh Mahkamah Angkatan Daratdijatuhi
hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Baratdapat di padamkan.
5. 5
2.DI/TII Jawa Tengah:
Terjadi:
Pada Tanggal 23 Agustus 1945
Di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan
Tujuan:
Keinginan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) untuk bergabung dengan DI/TII yang
ada di Jawa Barat di bawah pimpinan Kartosuwiryo.
Tokoh:
Amir Fatah dan Moh.Mahfuzd Abdul Rachman (kiai sumolangu)
Penumpasan:
-Pada Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol
Sarbini (selanjutnya kolonel M.bachrun dan kol A.Yani)
-Gerakan DI/TII berhasil hancur tahun 1957 dengan pasukan Benteng Raiders
Penjelasan
DI (Darul Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim
Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama Islam
sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Kemudian
pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi
Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946. Akibat perjanjian
Renville, pasukan-pasukan TNI harus meninggalkan kantong-kantong gerilya kemudian
melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh Kartosuwiryo, karena politik yang
demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah
tidak diizinkan meninggalkan Jawa Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah,
Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948
pasukan-pasukan itu membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7
Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara
Islam Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal ini jelas
bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.
DI/TII itu kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan
menyerang pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh-nya ke Jawa
Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya di daerah
Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas pendudukanya beragama
Islam yang fanatik.
Pada waktu daerah pendudukan Belanda terjadi kekosongan, maka pada bulan Agustus
1948 Amir Fatah masuk ke daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan
6. 6
membawa 3 kompi Hizbullah. Amir Fatah masuk daerah pendudukan melalui Sektor yang
dipimpiin oleh Mayor Wongsoatmojo. Mereka berhasil masuk dengan kedok untuk
mengadakan perlawanan terhadap Belanda dan mendapat tugas istimewa dari Panglima
Besar Sudirman untuk menyadarkan Kartosuwiryo.
Amir Fatah setelah tiba di daerah pendudukan Belanda di Pekalongan dan Brebes kemudian
melepaskan kedoknya untuk mencapai tujuan. Dengan jalan intimidasi dan kekerasan
berhasil membentuk organisasi Islam yang dinamakan Majlis Islam (MI) mulai tingkat
dewasa sampai karesidenan. Disamping itu menyusun suatu kekuatan yaitu Tentara Islam
Indonesia (TII) dan Barisan Keamanan serta Pahlawan Darul Islam (PADI). Dengan demikian
di daerah pendudukan, Amir Fatah telah menyusun kekuatan DI di Jawa Tengah.
Sementara itu Mayor Wongsoatmojo pada bulan Januari 1949 masuk daerah pendudukan
Belanda di Tegal dan Brebes dengan kekuatan 4 kompi. Kemudian diadakan perUndingawn
dengan pimpinan Majelis Islam (MI) yang diawali Amir Fatah. Dengan perundingan itu dapat
dicapai suatu kerjasama antara pemerintah militer dengan MI juga antara TNI dengan
pasukan Hizbullah dan Amir Fatah diangkat menjadi Ketua Koordinator daerah operasi
Tegal-Brebes.
Dibalik itu semuanya Amir Fatah menggunakan kesempatan tersebut untuk menyusun
kekuatan TII dan DI-nya. Usaha untuk menegakkan kekuasaan di Jawa Tengah semakin
nyata. Lebih-lebih setelah datangnya Kamran Cakrabuana sebagai utusan DI/TlI Jawa Barat
untuk mengadakan perundingan dengan Amir Fatah maka keadaan berkembang dengan
cepat. Amir Fatah diangkat Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor
Jenderal TII. Sejak itu Amir menyerahkan tanggung jawab dan jabatannya selaku Ketua
Koordinator daerah Tegal-Brebes kepada Komandan SKS (Sub Wherkraise) III. Ia mengatakan
bahwa Amir Fatah dengan seluruh kekuatan bersenjatanya tidak terikat lagi dengan
Komandan SWKS III.
Untuk melaksanakan cita-citanya di Jawa Tengah, DI mengadakan teror terhadap rakyat dan
TNI yang sedang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dengan demikian dapat
dibayangkann betapa berat perjuangan TNI di daerah SWKS III, karena harus menghadapi
dua lawan sekaligus yaitu Belanda dan DI/TII pimpinan Amir Fatah. Kemudian pasukan DI
mengadakan penyerbuan terhadap markas SWKS III di Bantarsari. Pada waktu itu pula
terjadilah pembunuhan massal terhadap satu Regu Brimob pimpinan Komisaris Bambang
Suprapto. Pukulan teror DI di daerah SWKS III membuat kekuatan TNI menjadi terpecah
belah tanpa hubungan satu sama lain. Akibatnya teror DI tersebut, daerah SWKS III menjadi
gawat.
7. 7
Untuk mengatasi keadaan ini Letkol Moch. Bachrun Komandan Brigade 8/WK I mengambil
tindakan mengkonsolidasikan SWKS III yang telah terpecah-pecah. Kemudian diadakan
pengepungan terhadap pemusatan DI. Gerakan selanjutnya dilaksanakan dalam fase ofensif.
Gerakan tersebut berhasil memecah belah kekuatan DI/TII sehingga terjadi
kelompok-kelompok kecil. Dengan terpecahnya kekuatan DI menjadi kelompokkelompok
kecil tersebut akhirnya gerakan mereka dapat dipatahkan. Setelah itu gerakan diarahkan
kepada pasukan Belanda DI/TII. Gerakan itu dilaksanakan siang dan malam, sehingga
kedudukan mereka terdesak. Dalarn keadaan moril pasukan tinggi, datang perintah
penghentian tembak-menembak dengan Belanda. Akhirya menghasilkan KMB yang
keputusan-keputusannya harus dilaksanakan oleh TNI antara lain penggabungan KNIL
dengan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah mengambil kesempatan untuk
menyusun kekuatan kembali. Kekuatan baru itu memilih daerah Bumiayu menjadi basis dan
markas komandonya. Setelah mereka kuat mulai menyerang pos-pos TNI dengan cara
menggunakan massa rakyat.
Untuk mencegah DI Amir Fatah agar tidak meluas ke daerah-daerah lain di Jawa Tengah,
maka diperlukan perhatian khusus. Kemudian Panglima Divisi III Kolonel Gatot Subroto
mengeluarkan siasat yang bertujuan memisahkan DI Amir Fatah dengan DI Kartosuwiryo,
menghancurkan sama sekali kekuatan bersenjatanya dan membersihkan sel-sel DI dan
pimpinannya. Dengan dasar instruksi siasat itu maka terbentuklah Komando Operasi
Gerakan Banteng Nasional (GBN). Daerah Operasi disebut daerah GBN.
Pimpinan Operasi GBN yang pertama Letkol Sarbini, kemudian diganti oleh Letkkol M.
Bachrun dan terakhir Letkokl A. Yani. Dalam kemimpinan Letkol A. Yani untuk menumpas Di
Jawa Tengah dan gerakan ke timur dari DI Kartosuwiryo yang gerakannya meningkat dengan
melakukan teror terhadap rakyat, maka dibentuk pasukannya yang disebut Banteng Raiders.
Kemudian diadakan perubahan gerakan Banteng dari defensif menjadi ofensif. Gerakan
menyerang musuh dilanjutkan dengan fase pembersihan. Dengan demikian tidak memberi
kesempatan kepada musuh untuk menetap dan konsolidasi di suatu tempat. Operasi
tersebut telah berhasil membendung dan menghancurkan exspansi DI ke timur, sehingga
rakyat Jawa tengah tertindar dari bahaya kekacauan dan gangguan keamanan dari DI.
3.DI/TII Kalimantan Selatan:
Terjadi:
Pada Oktober 1950
Tujuan:
Keinginan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII)
Tokoh:
Ibnu Hajar (bekas Letnan dua TNI)
8. 8
Penumpasan:
-pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi
kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar
sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi.
-pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu
Hadjar. -Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya
tertangkap dan dihukum mati.
4.DI/TII Aceh:
Terjadi:
Pada Tanggal 21 September 1953
Latar Belakang :
Kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh diturunkan dari daerah istimewa menjadi
keresidenan dibawah provinsi Sumatera Utara sehingga Pada tanggal 20 September
1953 Tengku Daud Beureueh memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari
Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo.
Tokoh :
Tengku Daud Beureueh
Penumpusan:
Dengan kombinasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah
tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.
Penjelasan
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh
merupakan bagian "Negara Islam Indonesia"di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjopada
tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa
Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai
Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh
aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas
Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga
berhasil memengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk
beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai
sebagian besar daerah Aceh termasuk sejumlah kota.
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi pemulihan
keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud
Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan
Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada
9. 9
bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral
Makarawong.
5.DI/TII Sulawesi Selatan:
Terjadi:
Pada Tanggal 7 Agustus 1953
Latar Belakang:
Ditolaknya oleh pemerintah tuntutan Kahar Muzakkar agar Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut
Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.
Tokoh:
Kahar Muzakar
Penumpasan:
Pemerintah melancarkan operasi militer, dan pada Tanggal 3 Februari 1965, Kahar
Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalamsebuah baku tembak.
Penjelasan
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan
anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade
yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena
banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah
mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan
Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium
VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama
pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII
Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar
tertembak mati oleh pasukan TNI.
C.Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Terjadi:
Pada Tanggal 23 Januari 1950
Latar Belakang:
Tuntutan yang berisi Mempertahankan bentuk Negara federal (Pasundan) di Indonesia
dan memiliki tentara sendiri pada Negara-negara bagian RIS, ditolak oleh pemerintah.
Tokoh:
-Kapten Raymond Westerling (pemimpin APRA)
-Sultan Hamid II (Orang yang mendalangi APRA karena ingin menangkap dan membunuh
para menteri)
-Moh. Hatta (Berunding dengan komisaris tinggi Belanda)
10. 10
-Mayor Engels (Mendesak APRA meninggalkan kota Bandung)
-APRIS dan Rakyat (menggagalkan gerakan APRA)
Penumpasan:
-Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari 1950.
-Di Jakarta, diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi
Belanda. Hasilnya Mayor Engels dan pasukan APRA meninggalkan kota Bandung.
-APRIS bersama rakyat Menangkap Westerling & Sultan Hamid II, namun Westerling
berhasil melarikan diri.
-Dampak dari gerakan APRA adalah parlemen Negara Pasundan mendesak agar negara
tersebut dibubarkan dan terjadi pada tanggal 27 Januari 1950.
Penjelasan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan tentara swasta pro-Belanda yang
didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini didirikan oleh mantan Kapten DST
KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari kesatuan Depot Speciale Troepen
(depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15 Januari 1949. Nama milisi ini berasal dari
bagian dari kitab ramalan Jawa Kuna Ramalan Jayabaya yang meramalkan kedatangan
seorang "Ratu Adil" yang merupakan keturunan Turki. Karena mempunyai warisan darah
campuran Turki, Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang diramalkan
akan membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani".
Westerling berusaha untuk mempertahankan adanya negara-negara federal dalam Republik
Indonesia Serikat melawan kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno dan
Hatta yang dianggapnya didominasi oleh orang Jawa. APRA direkrut dari 18 faksi anti-
Republik yang beragam, termasuk personel mantan gerilyawan Republik, Darul Islam, Ambon,
Melayu, Minahasa, KNIL yang telah didemobilisasi, Regiment Speciale Troepen (Resimen
Pasukan Khusus KNIL), dan Tentara Kerajaan Belanda. Tahun 1950, APRA telah berevolusi dari
serangkaian unit pertahanan diri pedesaan menjadi kekuatan tempur berjumlah 2.000
personel.
D. Pemberontakan Andi Aziz
Terjadi:
Pada Bulan April 1950
Latar Belakang:
-Menuntut kepada pemerintah agar yang bertanggungjawab atas keamanan di wilayah
Indonesia timur adalah hanya bekas tentara knil
-Mempertahankan berdirinya Indonesia timur
-Menolak kedatangan tentara APRIS dan TNI
Tokoh:
-Andi azis (Pemimpin pemberontakan)
-Anggota KNIL (Pasukan Andi Aziz)
11. 11
-Kolonel alex kawilarang (Pemimpin APRIS dalamPenumpasan pemberontakan Andi
Aziz)
Penumpasan:
-mula-mula pemerintah mengeluarkan ultimatum kepada andi azis untuk menghadap ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tetapi andi azis tidak mematuhi
ultimatum tersebut.
-akhirnya pemerintah mengirim pasukan dibawah pimpinan colonel alex kawilarang.
Pasukan APRIS bergerak dengan cepat untuk menguasai Makassar dan berhasil
memaksa andi azis menyerahkan diri.
E.Republik Maluku Selatan (RMS)
Terjadi:
Pada Tanggal 25 April 1950
Tokoh:
-J.H. Manuhutu (Presiden RMS)
-Albert Wairisal (Perdana Menteri RMS)
-menteri RMS:
-Mr.Dr.C.R.S.. Soumokil
-D.j. Gasperz
-J. Toule
-J.B. Pattiradjawane
-S.J.H. Norimarna
-H.F. Pieter
-P.W. Lokollo
-A. Nanlohy
-Ir. J.A. Manusama
-Dr. Th. Pattiradjawane
-Z. Pesuwarissa.
Penumpasan:
-Pada 14 Juli 1950 pasukan APRIS mulai penyerbuan terhadap RMS.
-Pada 15 Juli Pemerintah RMS mengumumkan SOB (Staat van Oorlog en Beleg - Negara
Dalam Bahaya). -Pada 28 September 1950 APRIS menyerbu Ambon dan pada 3
November seluruh Ambon dapat dikuasai pasukan APRIS
-Kekuatan bersenjata RMS berhasil ditumpas pada akhir November 1950.
F. Pemberontakan permesta (Piagam Perjuangan Semesta)
Terjadi:
Pada Tanggal 17 Februari 1958
Di Sulawesi Utara atau Tengah.
Latar Belakang:
Pada tanggal 17 Februari 1958 Komandan Daerah Meliter Sulawesi Utara dan Tengah
menyatakan diri putus hubungan dengan pemerintahan pusat dan mendukung
PRRI.Pada tanggal 2 Maret 1958 diproklamasikanlah merdirinya Persemesta.
12. 12
Tokoh:
-Letkol Herman Nicolas Ventje Sumual:Panglima tertinggi/KSAD permesta(dgn pangkat
brigadier jendral)
-Kolonel Alexander efert kawilarang:Panglima besar angkatan bersenjata permesta(dgn
pangkat mayor jendral)
-Letkol Muhammad saleh lahede:Wakil ketua dewan tertinggi permesta
-Kolonel jacob frederick warouw:Menteri pembangunan dan pekerjaan umum/Wakil
perdana menteri PRRI
-Letkol daniel julious somba:Wakil KSAD PRRI/permesta
Penumpasan:
Pemerintah melancarkan Operasi insyaf dibawah Komandoantar daerah indonesia Timur
yang tetap setia kepada pemerintah RI,dan operasi merdeka dibawah pimpinan
Rukminto Hendraningrat.
Operasi yang dilancarkan oleh pemerintah memang menghadapi tantangan yang
berat,namun demikian berkat kerjasama yang baik akhirnya pemberontakan Permesta
dapat digagalkan.Pada pertengahan tahun 1961 sisa-sisa Permesta menyerahkan diri.
G. kesimpulan
Banyak sekali pemberontakan yang terjadi di indonesia diantara nya adalah DI/TII, PKI di
madiun, Permesta, pemberontakan andi aziz, APRA, dan RMS. Semuanya dapat ditangani
dengan baik, akan tetapi tetap saja pemberontakan pemberontakan itu semua menelan banyak
korban jiwa.
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak
diinginkan tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan memperkuat ilmu agama.
Dan kita juga harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai hal
itu membuat kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi biadap
seperti pada zaman pemberontakan tersebut.