2. Solusi Mengakhiri Terorisme
di Indonesia
Oleh Musni Umar, Ph.D
Sociologist and Researcher
Direktur Eksekutif Institute for Social Empowerment
and Democracy (INSED)
3. Pengantar
Terorisme, teror dan teroris merupakan permasalahan
yang sangat kompleks. Kompleksitas tersebut dapat
dilihat dari sulitnya para ahli untuk mencapai kata
sepakat terhadap definisi daripada
terorisme, identifikasi tindakan, karakteristik maupun
akar permasalahan terorisme.
Sampai saat ini tidak ada satu definisi tunggal yang
dapat mewakili fenomena terorisme diseluruh dunia.
Kompleksitas juga muncul karena faktanya, label
‘terorisme’ digunakan untuk mengidentifikasi berbagai
macam fenomena dengan lingkup yang luas.
Di beberapa negara, terorisme identik dengan aktivitas
kelompok revolusioner ekstrim kiri seperti Brigadir
Merah di Italia, ataupun kelompok ekstrim kanan
seperti Neo-Nazi dan Skinheads di Eropa.
4. Di Timur Tengah dan Afrika, muncul kelompok
seperti Al Qaeda, yang diinspirasi dengan gerakan
pembebasan di negeri-negeri Muslim yang secara
ekonomi dijajah oleh Amerika Serikat.
Di Libanon, muncul Hizbullah, kelompok
perlawanan terhadap Israil yang selalu mendapat
perlindungan dan dukungan dari Amerika Serikat
dan Barat.
Di Palestina, muncul kelompok perlawanan yang
tidak mau kooperatif dengan Amerika Serikat dan
Israil, yaitu Hamas yang kemudian dikategorikan
sebagai teroris.
5. Di Afganistan, Taliban yang pernah memimpin Negara
itu, kemudian digulingkan dan melakukan
perlawanan, disebut sebagai teroris, yang sampai
sekarang terus berperang melawan invasi Amerika
Serikat dan sekutunya.
Di Mesir, para tokoh Ikhwanul Muslimin yang juga
tokoh Partai Kebebasan dan Keadilan (PKK) yang
didirikan untuk mengikuti pemilu 2012, telah
memenangkan pemilihan umum demokratis di
Mesir, yang untuk pertama kali dilaksanakan di negeri
pyramid itu pasca revolusi tahun 2011. Akan
tetapi, hasil pemilu itu dikudeta oleh Militer Mesir. Para
pentolan Ikhwanul Muslimin dan Partai Kebebasan dan
Keadilan seperti Presiden Mursi, pemimpin Ikhwanul
Muslimin Muhammad Badie dan lain-lain, dipenjarakan
dan dituduh sebagai teroris.
6. Di Indonesia, setelah terjadi penyerangan World Trade Center
(WTC) yang dikenal dengan peristiwa 11 September
2001, kemudian Bom Bali 2002, yang menewaskan tercatat
202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau
cedera, kebanyakan warga asing terutama warga Australia.
Kemudian pemboman di DKI Jakarta 2003 dengan sasaran JW
Marriot, telah menewaskan 12 orang dan sekitar 150 yang
mengalami cedera. Tahun 2009, JW Marriot dan Ritz Carlton
Jakarta, kembali menjadi sasaran bom.
Kegiatan terorisme di DKI Jakarta yang paling mutakhir ialah
pemboman Vihara Ekayana, Duri Kepa, Kebon Jeruk Jakarta
Barat (4/8/2013).
Penyerangan, pembunuhan dan penangkapan terhadap
mereka yang diduga menjadi teroris di seluruh
Indonesia, sampai sekarang terus berlanjut yang dilakukan
Densus 88 POLRI.
7. Pengertian Terorisme
Teror, teroris dan terorisme adalah kata yang sangat banyak
digunakan sehubungan terus terjadinya pengungkapan dan
penyerangan Densus 88 POLRI terhadap berbagai kelompok
yang diduga sebagai teroris.
Pengertian teror yang sering dikemukakan adalah suatu
tindakan yang dilakukan satu kelompok, organisasi, partai
politik, lembaga, negara dan atau individu yang bertujuan
untuk membangkitkan perasaan takut masyarakat.
Teroris adalah pelaku teror yang melakukan tindakan teror
untuk menakut-nakuti masyarakat.
Terorisme adalah paham yang dianut oleh pelaku teror
sehingga mendorong untuk melakukan tindakan teror dalam
rangka menakut-nakuti masyarakat. Akan tetapi, penggunaan
kata terorisme, juga sering dimaknai sebagai pelaku teror dan
tindakan terorisme itu sendiri.
8. Pengertian teror yang baku dan definitif dari apa yang
disebut terorisme, sampai saat ini belum ada
keseragaman.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk Ad Hoc
Committee on Terrorism tahun 1972 yang bersidang
selama tujuh tahun tanpa menghasilkan rumusan
definisi.
Maka terorisme dapat didefinikan sebagai satu paham
yang mendorong para teroris melakukan serangan-
serangan terkoordinasi atau tidak terkoordinasi yang
bertujuan membangkitkan perasaan takut terhadap
sekelompok masyarakat.
Dalam banyak kasus, kegiatan teror yang dilakukan
sama sekali tanpa berprikemanusiaan, karena
masyarakat sipil yang tidak terkait dengan suatu
persoalan yang memicu para teroris melakukan
tindakan, tidak jarang menjadi sasaran dan korban dari
kegiatan teror yang dilakukan
9. Unsur Teror
Menurut Webster's New World College Dictionary
(1996) bahwa terorisme adalah "the use of force or
treats to demoralize, intimdate, and
subjugate”. (Penggunaan kekerasan atau ancaman
untuk mengacaukan, mengintimidasi, dan
menaklukkan).
Dari pengertian itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tindakan teror mengandung paling tidak empat hal:
1. Ancaman
2. Intimidasi (menakut-nakuti)
3. Kekerasan
4. Penaklukkan
10. Penyebab Timbulnya Terorisme
Kegiatan teror merupakan bentuk perlawanan terhadap
pemerintahan (rezim) di tingkat nasional dan perlawanan
terhadap hegemoni barat terutama Amerika Serikat. Adapun
faktor yang bisa menyebabkan munculnya terorisme antra lain:
1. Faktor ketidak-adilan ekonomi
Dalam system dan pemerintahan yang tidak bisa menciptakan
keadilan dalam bidang ekonomi, berpotensi melahirkan gerakan
teror.
Menurut saya, ketidak-adilan merupakan aspek utama dan inti
dari persoalan terorisme.
2. Faktor ketidak-adilan hukum
Masyarakat membutuhkan keadilan dalam hukum. Kesamaan di
mata hukum, merupakan tuntutan yang bersifat universal. Hukum
yang hanya tajam kepada masyarakat bawah, melahirkan
perlawanan terhadap rezim yang berkuasa, yang salah satu
bentuknya melakukan teror untuk menakut-nakuti masyarakat
11. 3. Faktor penjajahan
Faktor penjajajan dalam segala bentuk, juga menyebabkan
muncul gerakana terorisme. Di Palestina misalnya, gerakan
Hamas muncul dan mendapat dukungan rakyat, karena
gerakan Fatah yang sekarang dipimpin Mahmud Abbas, yang
dulu dipimpin Yaser Aarafat, dengan jalan berkompromi
dengan Amerika Serikat dan Israil melalui berbagai
perundingan, tidak menghasilkan apa-apa, kemudian lahir
Hamas yang memilih jalan perjuangan dengan mengangkat
senjata.
4. Faktor intervensi asing
Intervensi asing ke suatu Negara untuk menggulingkan suatu
rezim yang sedang berkuasa, dengan alasan
apapun, memunculkan gerakan teror. Sebagai contoh di
Irak, Afganistan dan berbagai Negara lain, intervensi asing
tidak menyelesaikan masalah, dalam realitas melahirkan
berbagai gerakan perlawanan yang kemudian disebut teroris.
12. 5. Faktor pemahaman agama yang sempit
Agama kalau dipahami secara sepotong-potong dan tidak
komprehensif, bisa melahirkan terorisme. Apalagi kalau
terjadi “rallying point” (titik temu) dengan perasaan
diperlakukan tidak adil, maka bisa menjadi faktor timbulnya
teroris di dalam suatu Negara.
6. Faktor ingin merdeka
Faktor ingin menjadi Negara merdeka, juga bisa melahirkan
terorisme karena mereka menganggap kalau merdeka sendiri
bisa menciptakan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran
bagi rakyat. Faktor ini banyak dilakukan kaum pergerakan
seperti di Aceh yang dilakukan GAM pada masa lalu sebelum
ditanda-tangani perjanjian damai di Swedia tahun 2005.
Demikian juga hal yang dilakukan OPM sekarang, merupakan
kegiatan teror untuk mewujudkan kemerdekaan bagi Papua.
13. 7. Faktor ingin merubah system dan Negara
Faktor lain yang mendorong lahirnya gerakan teroris ialah
keinginan merubah system dan dasar Negara misalnya
menjadi Negara Islam, dan Negara yang dikehendaki para
penggeraknya.
8. Faktor ingin merubah system dan Negara
Faktor lain yang mendorong lahirnya gerakan teroris ialah
keinginan merubah system dan dasar Negara misalnya
menjadi Negara Islam, dan Negara yang dikehendaki para
penggeraknya.
Dengan demikian, motivasi melakukan gerakan teroris untuk
perubahan, setidaknya dapat dibagi kepada tiga bagian.
Pertama, perjuangan menegakkan keadilan.
Kedua, perjuangan politik, ingin merdeka.
Ketiga, perjuangan ideologis, ingin merubah system dan
dasar Negara.
14. Solusi Mengakhiri Terorisme
Perjuangan menegakkan keadilan dalam seluruh aspek
kehidupan, ingin menjadi Negara merdeka dan
merubah system politik dan dasar Negara, akan selalu
tumbuh dan berkembang dimanapun di dunia, jika
ketidak-adilan tidak ditegakkan.
Untuk mengakhiri kegiatan teror, teroris dan
terorisme, tidak mungkin berhasil seperti yang
dilakukan Densus 88 yang
menyergap, menembaki, membunuh dan menangkap
mereka yang diduga melakukan teroris.
Untuk mengakhiri tindakan teror, teroris dan
terorisme, solusinya harus dilakukan setidaknya lima
hal.
15. Kedua, lakukan pendekatan persuasi fdengan cinta, tulus dan
penuh kasih sayang kepada kelompok-kelompok diduga berpotensi
melakukan terorisme
Ketiga, rubah cara pandang mereka dengan dialog, diskusi, jika
perlu berdebat dengan menghadirkan pakar
agama, sosial, hukum, Negara dan sebagainya, untuk meluluhkan
hati mereka yang melakukan terorisme.
Keempat, lakukan rekonsiliasi sosial, politik dan ekonomi dengan
kelompok-kelompok marjinal yang berpotensi melakukan
perlawanan terhadap Negara (penguasa).
Kelima, akhiri segala macam bentuk kekerasan yang dilalukan
Densus 88 POLRI dalam memberantas terorisme .
Dengan melakukan lima hal di atas, sangat optimis terorisme di
Indonesia dapat diakhiri dengan baik dan damai.
* Tulisan ini merupakan makalah penulis yang telah
dipresentasikan dalam Program Kesbangpol DKI Jakarta tentang
Pemberantasan Terorisme, pada 24 Mei 2013 di Hotel Griya
Astuti, Cisarua, Bogor Jawa Barat, dan telah mengalami revisi
judul dan tambahan solusi mengakhiri terorisme.