Perkaderan HMI adalah media untuk melahirkan 5 (lima) kualitas insan cita HMI itu. Karenanya, perkaderan HMI harus diarahkan pada proses pembentukan kader yang memiliki karakter (watak dan kepribadian sebagai seorang muslim berkelas), sikap dan wawasan intelektual yang kritis (kemampuan ilmiah – knowledge, intellectuality, wisdom), dan berorientasi pada kemampuan professional (kemampuan menerjemahkan gagasan ke dalam praktik).
1. POLA DASAR DAN ARAH
PERKADERAN HMI
Senior Course HMI Cabang Medan
Medan, 16 April 2009
Mhd. Zahrin Piliang
Instruktur/Ketua Umum HMI Cab Medan
1983-1984
2. Islam, Manusia, dan HMI (1)
• Islam sebagai ajaran yang haq, diturunkan kepada umat manusia
untuk mengatur kehidupan mereka sesuai fitrahnya sebagai
khalifah Allah di bumi.
• Sebagai khalifah, pada diri manusia melekat kewajiban
“membumikan” nilai-nilai Ketuhanan sebagai bentuk pengabdian
kepada-Nya.
• Konsekuensi dari pengabdian kekhalifahan itu adalah melakukan
pembebasan (liberation) dari berbagai belenggu selain Tuhan.
• Belenggu-belenggu itu, dalam bentuk kehidupan manusia, berupa
penindasan terhadap kemanusiaan (thaghut) yang harus dilawan.
Inilah yang menjadi substansi persaksian primordial manusia
dengan Sang Khaliq (syahadatain).
• Dalam melaksanakan tugas kekhalifahan itu, manusia harus tampil
melakukan perubahan sesuai dengan misi yang diemban para Nabi,
yaitu menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
3. Islam, Manusia, dan HMI (2)
• Menurut Islam, rahmat bagi seluruh alam itu adalah terbentuknya
masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan
universal (universal brotherhood), egaliterianism, demokrasi,
keadilan sosial (social justice), berkeadaban (social civilization), dan
konsisten (istiqamah) dalam perjuangan membebaskan kaum
tertindas (mustadh’afin).
• HMI adalah organisasi modern, berstatus organisasi mahasiswa
(intelektual), berfungsi sebagai organisasi kader (cadre), dan
berperan sebagai organisasi perjuangan (agent of social change).
• Dalam aktivitas keseharian, HMI harus mampu menyusun agenda
sesuai realitas masyarakat, dan secara intens berusaha
mentransformasikan rumusan dunia cita HMI (masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah Swt) untuk membebaskan masyarakat
tertindas (mustadh’afin), membekali mereka dengan senjata
ideologis yang kuat untuk melwaan kaum penindas (mustakbirin).
4. Islam, Manusia, dan HMI (3)
• Untuk dapat mentransformasikan dunia cita HMI dalam
realitas masyarakat, maka anggota HMI harus memiliki 5
(lima) kualitas insan cita HMI (insan akademis, pencipta,
pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggung atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
Swt).
• Perkaderan HMI adalah media untuk melahirkan 5 (lima)
kualitas insan cita HMI itu. Karenanya, perkaderan HMI
harus diarahkan pada proses pembentukan kader yang
memiliki karakter (watak dan kepribadian sebagai seorang
muslim berkelas), sikap dan wawasan intelektual yang kritis
(kemampuan ilmiah – knowledge, intellectuality, wisdom),
dan berorientasi pada kemampuan professional
(kemampuan menerjemahkan gagasan ke dalam praktik).
5. Prasyarat Perkaderan HMI
• Agar perkaderan HMI memiliki nilai tambah, maka perlu
diperhatian 3 (tiga) hal :
– Rekrutmen calon kader : prioritas pada mahasiswa pilihan
(memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan
dan pengembangan diri seara terus menerus, memiliki orientasi
prestasi, potensi leadership, dan kemungkinan aktif dalam
organisasi)
– Proses perkaderan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus,
instruktur, pedoman perkaderan, bahan-bahan yang
dikomunikasikan, dan fasilitas perkaderan
– Iklim dan suasana yang dibangun harus kondusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan kualitas kader (iklim yang
menghargai prestasi individu, demokratis, mendorong gairah
belajar, merangsang dialog, membangun sikap kritis, dan
menumbuhkan pandangan futuristik).
6. Landasan Perkaderan HMI (1)
• Landasan Teologis (1)
– Ketauhidan manusia adalah fitrah (Q.S. Rum : 30), diawali dengan
perjanjian primordial pengakuan kepada Tuhan sebagai Zat Pencipta
(Q.S. al- A’araf : 172)
– Ada konsekuensi pertanggungjawaban atas penerimaan perjanjian
primordial dan peniupan ruh Tuhan ke dalam jasad manusia. Peniupan
ruh Tuhan sekaligus refleksi sifat-sifat Tuhan pada manusia. Jadi,
seluruh potensi ilahiyah secara ideal sudah dimiliki manusia.
– Dengan prasyarat inilah yang memungkinkan manusia menjadi
khalifah di muka bumi (menyebarkan nilai-nilai ilahiyah sekaligus
mentransformasikannya dalam realitas sesuai perspektif ilahiyah.
– Namun, proses materialisasi manusia melalui jasad menimbulkan
konsekunsi baru dalam wujud reduksi nilai-nilai ilahiyah. Manusia
hidup dalam realitas fisik yang dalam konteks ini manusia hanya
“mengada” (being). Hanya dengan “kesadaran” (consiousness) lah
manusia menemukan realitas “menjadi” (becoming).
7. Landasan Perkaderan HMI (2)
• Landasan Teologis (2)
– Manusia yang “menjadi” adalah manusia yang mempunyai kesadaran
akan aspek transenden sebagai realitas tertinggi.
– Konsepsi syahadat ditafsirkan sebagai monotheisme radikal. Kalimat
syahadat pertama berisi negasi yang seolah meniadakan semua yang
berbentuk tuhan. Kalimat kedua menjadi afirmasi sekaligus penegasan
atas Zat Yang Maha Tunggal (Allah). Perjuangan kemanusiaan adalah
melawan segala sesuatu yang membelenggu manusia dari yang di-
Tuhan-kan. Itulah thaghut dalam perspektif Alquran.
– Dalam menjalankan fungsi kekhalifahan, maka internalisasi sifat-sifat
Allah pada diri manusia menjadi sumber inspirasi. Tauhid menjadi
aspek progresif dalam menyikapi persoalan kemanusiaan. Karena
Tuhan adalah pemelihara kaum lemah (rabb al- Mustadh’afin), maka
meneladani Tuhan berarti berpihak pada kaum lemah (mustadh’afin).
– Jadi, tauhid itu bersifat transformatif, membebaskan, berpihak, dan
bersifat revolusioner. Spirit inilah yang menjadi paradigm dalam sistem
perkaderan HMI.
8. Landasan Perkaderan HMI (3)
• Landasan Ideologis (1)
– Nabi Muhammad lahir dan muncul dari masyarakat Arab
kebanyakan, Alquran menjulukinya sebagai “ummi” (biasa
diartikan buta huruf).
– Menurut Ali Syari’ati, itu berarti Nabi berasal dari kelas rakyat –
buta huruf, para budak, anak yatim, janda, dan orang-orang
miskin (mustadh’afin), dan bukan berasal dari orang-orang
terpelajar, borjuis, dan elite penguasa. Dari komunitas inilah
muhammad memulai dakwah untuk mewujudkan cita-cita ideal
Islam.
– Cita-cita ideal Islam : transformasi ajaran-ajaran dasar Islam
tentang persaudaraan universal (universal brotherhood),
kesetaraan (equality), keadilan sosial (social justice), dan
keadilan ekonomi (economical justice); sebuah cita-cita yang
memiliki aspek liberatif : membutuhkan keyakinan, tanggung
jawab, keterlibatan, dan komitmen. Ideologi menuntut
penganutnya bersikap setia (commited)
9. Landasan Perkaderan HMI (4)
• Landasan Ideologis(2)
– Persaudaraan universal (universal brotherhood) dan kesetaraan
(equality) Islam menekankan kesatuan manusia (unity of mankind)
yang ditegaskan dalam Q.S. al- Hujarat : 13. Ayat ini membantah
semua konsep superioritas rasial, kesukuan, kebangsaan atau
keluarga, dengan penegasan akan pentingnya kesalehan ritual dan
kesalehan sosial (Q.S. al- Maidah : 8)
– Keadilan di semua aspek kehidupan. Harus ada pembebasan
masyarakat lemah dan marjinal dari penderitaan, dan memberi
mereka akses menjadi pemimpin (Q.S. al- Qashash : 5; Q.S. al- A’raf
: 37; Q.S. al- Nisa’:75). Alquran memerintahkan agar bertindak
keras terhadap orang-orang kaya yang hidup mewah di atas
penderitaan orang miskin, budak-budak merintih dalam belenggu
tuannya, penguasa membunuh rakyat lemah, dan hakim-hakim
yang menjebloskan orang-orang kecil tak bersalah ke penjara (Q.S.
al- Anfal :39). Alquran mengutuk dengan tegas sikap zulm (Q.S. al-
Nisa’ : 148).
10. Landasan Perkaderan HMI (5)
• Landasan Ideologis (3)
– Keadilan ekonomi. Alquran menentang keras penumpukan dan
penimbunan harta kekayaan, sebaliknya Alquran sangat menganjurkan
(wajib) agar orang kaya mendermakan hartanya untuk anak yatim,
janda-janda, dan fakir miskin (Q.S. al- Ma’un : 1-7). Alquran juga tidak
menginginkan harta kekayaan itu berputar pada orang kaya saja (Q.S.
al- Hasyr : 7); juga mengingatkan manusia agar tidak menghitung-
hitung kekayaannya, karena tidak akan membawanya pada kehidupan
yang kekal. Orang yang suka menumpuk-numpuk kekayaan akan di
lempar ke dalam neraka yang menyala-nyala (Q.s. al- Humazah : 19).
– Manusia diingatkan supaya tidak menimbun harta, tidak
memperolehnya dari jalan eksploitasi (riba), dan membelanjakan harta
itu pada jalan Allah (Q.S. al- Tawbah : 34). Pada masa Rasul banyak
orang yang terjebak dalam perangkap hutang karena praktik riba.
Alquran dengan tegas melarang riba, dan siapa yang melakukannya
akan diperangi Allah dan Rasul (Q.S. al- Baqarah : 275-279; Rum : 39).
11. Landasan Perkaderan HMI (6)
Dalam seluruh aktivitasnya, Islam selalu mendesak manusia
untuk terus menerus memperjuangkan harkat
kemanusiaan, menghapus kejahatan, melawan penindasan
dan eksploitasi (Q.S. Ali Imran : 110).
Dalam memperjuangkan kebenaran itu, manusia bebas
mengartikulasikan sesuai konteks lingkungannya, tidak
terjebak pada hal-hal yang mekanis dan dogmatis.
Cita-cita ideal Islam harus terus menerus diperjuangkan,
dan itu menuntut seorang muslim untuk selalu setia
(commited) pada ajaran Allah, ikhlas, rela berkorban
sepanjang hidupnya, dan senantiasa terlibat dalam setiap
usaha membebaskan orang-orang lemah, fakir miskin, atau
mereka yang masuk dalam kategori mustadh’afin (Q.S. al-
An’am : 162-163).
12. Landasan Perkaderan HMI (7)
• Landasan Konstitusi (1)
– HMI memosisikan dirinya sebagai organisasi yang berazaskan Islam –
bersumber pada Alquran dan Sunnah (pasal 3 AD). Dalam
dinamikanya, HMI mengemban tugas dan tanggung jawab dengan
semangat keislaman yang tidak mengesampingkan semangat
kebangsaan. Dalam dinamika itu, HMI juga menegaskan dirinya
sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat independent (pasal 6 AD),
berstatus sebagai organisasi mahasiswa (pasal 7 AD), berfungsi
sebagai organisasi kader (pasal 8 AD), dan berperan sebagai organisasi
perjuangan (pasal 9 AD).
– Untuk melaksanakan fungsi dan peran itu, HMI menetapkan tujuannya
(pasal 4 AD – insan cita HMI, dirumuskan dalam tafsir tujuan HMI).
Karena itu, tugas pokok HMI adalah pembentukan kader (cadre
forming), perwujudan kualitas insan cita dalam pribadi yang beriman,
berilmu pengetahuan, dan mampu melaksanakan kerja-kerja
kemanusiaan (amal shaleh).
13. Landasan Perkaderan HMI (8)
• Landasan Konstitusi (2)
– Pembentukan kualitas kader seperti itu,
diaktualisasikan dalam fase-fase pekaderan HMI,
yakni fase rekrutmen kader yang berkualitas, fase
pembentukan kader (kualitas pribadi muslim,
intelektual, dan mampu melakukan kerja-kerja
kemanusiaan [amal shaleh] secara professional),
dan fase pengabdian kader – sebagai output kader
HMI harus mampu berkiprah di semua lini
masyarakat, bangsa, dan negara.
14. Landasan Perkaderan HMI (9)
• Landasan Historis
– Situasi umat Islam dan bangsa Indonesia yang baru saja
memproklamirkan dirinya dari penjajahan Belanda, menjadi
motivasi kelahiran HMI. Motivasi itu kemudian dirumuskan
menjadi tujuan berdirinya HMI : (1) mempertahankan
kemerdekaan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia, dan (2) menegakkan dan mengembangkan syiar
agama Islam.
– Makna rumusan tujuan itu, membentuk wawasan dan langkah
perjuangan HMI yang terintegrasi ke dalam dua aspek : ke-
Islaman (komitmen HMI untuk mewujudkan nilai-nilai Islam
dalm kehidupan berbangsa sebagai wujud pertanggungjawaban
fungsi kekhalifahan) dan ke-Indonesiaan (komitmen HMI
mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kedua komitmen ini menjadi garis perjuangan dan misi HMI.
15. Landasan Perkaderan HMI (10)
• Landasan Sosio-Kultural (1)
– Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai (penetration
pacifique) dan berhasil mendamaikan kultur Islam dengan kulur
masyarakat nusantara. Budaya sinkretis, hinduisme, budhisme,
ekonomi, politik (feodal) yang didominasi kultur tradisional,
mampu dijinakkan dengan Islam kultural.
– Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, maka
kultur Islam telah menjadi realitas sekaligus memperoleh
legitimasi sosial dari bangsa Indonesia yang pluralistik
– Menjadi kewajiban kader HMI untuk terus mentransformasikan
nilai-nilai universal Islam tersebut ke dalam kehidupan sosio-
kultural masyarakat Indonesia
– Saat ini, nilai-nilai universal Islam itu sedang mengahadapi
tantangan dari arus globalisasi yang menyeret umat manusia
pada perilaku permisive, karena tidak dimbangi oleh
pembangunan nialai-nilai etika dan moral.
16. Landasan Perkaderan HMI (11)
• Landasan Sosio-Kultural (2)
– Realitas di atas membuat semakin kaburnya batas-batas
bangsa, sehingga cenderung menghilangkan nilai-nilai
kultural yang pluralis yang menjadi ciri suatu bangsa. Di sisi
lain, teknologi menghadirkan ketidakpastian psikologis
umat manusia sehingga menimbulkan kejenuhan. Dari sini,
nilai agama, moral, dan ideologi yang tadinya kering
kerontang kembali menempati posisi kunci dalam ide dan
konsepsi komunitas global. Inilah paradoks globalisasi.
– Atas dasar itu, HMI harus menyiasati perkembangan dan
kecenderungan global tersebut dalam bingkai perkaderan
HMI. Karena itu, landasan sosio-kultural ini menjadi
penting sekali dalam memahami nilai-nilai
kosmopolitanisme dan universalisme Islam.
17. Pola Dasar Perkaderan HMI (1)
• Pengertian Kader
– Cadre is a small group of people who are specially chosen and trained
for a particular purpose; cadre is a member of this kind of group; they
were to become the cadres of the new community party. Sekelompok
orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang
punggung bagi kelompok yang lebih besar.
– Seorang kader HMI bergerak dan terbentuk dalam organisasi,
mengenal aturan-aturan permainan organisasi, dan tidak bermain
sendiri. Aturan itu ada dalam NDP, AD/ART HMI – mentransformasikan
nilai-nilai keislaman yang membebaskan (leberation force) dan
memiliki keberpihakan pada kaum mustadh’afin.
– Seorang kader HMI memiliki komitmen yang permanent, tidak
mengenal musim, dan konsisten dalam perjuangan kebenaran.
– Seorang kader HMI memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang
punggung yang mampu menyangga kesatuan komunitas yang lebih
besar.
– Seorang kader HMI adalah yang visioner dalam merespons dinamika
sosial lingkungannya dan mampu melakukan social engineering.
18. Pola Dasar Perkaderan HMI (2)
• Perkaderan :
usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras
dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang
anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang
kader muslim – intelektual – professional.
• Rekrutmen Kader
– Kriteria Rekrutmen
Lebih memprioritaskan pada pengadaan kader yang berkualitas tanpa
mengabaikan aspek kuantitas. Kriteria ini mencakup kriteria sumber-
sumber kader, dan kriteria kualitas calon kader.
- Metode dan Pendekatan Rekrutmen
Tingkat Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendekatan ke sekolah-sekolah
menengah melalui activity approach and personal approach.
Tingkat Perguruan Tinggi, dimaksudkan untuk membangun persepsi
yang benar dan utuh di kalangan mahasiswa tentang HMI. Pendekatan
yang dilakukan harus mampu menjawab student reasoning, student
interest, dan student welfare.
19. Pola Dasar Perkaderan HMI (3)
• Pembentukan Kader
– Latihan Kader, merupakan media latihan kader formal HMI yang
dilaksanakan secara berjenjang (Basic Training, Intermediate
Training, dan Advance Training)
– Pengembangan, merupakan kelanjutan kelengkapan dalam
keseluruhan proses perkaderan HMI (Up Grading –
pengembangan nalar, minat, dan kemampuan pada bidang
tertentu yang bersifat praktis – dan Pelatihan – training jangka
pendek yang bertujuan membentuk dan mengembangkn
profesionalisme kader sesuai latar belakang disiplin ilmu
masing-masing).
– Aktivitas : (1) organisasional (intern dan ekstern), (2) kelompok
(intern organisasi dalam lingkup HMI, tidak memiliki hubungan
struktura, dan ekstern organisasi, yaitu segala aktivitas kader di
luar organisasi), dan (3) perorangan (intern dan ekstern).
20. Pola Dasar Perkaderan HMI (4)
• Pengabdian Kader
Merupakan penjabaran dari peranan HMI sebagai organisasi perjuangan,
meliputi berbagai jalur : akademis, profesi, birokrasi dan pemerintahan,
dunia usaha, sosial politik, TNI/Polri, sosial kemasyarakatan, LSM,
kepemudaan, dll.
• Arah Perkaderan HMI
Suatu pedoman yang dijadikan petunjuk yang menggambarkan arah yang
harus dituju. Arah perkaderan HMI sangat berkaitan dengan tujuan
perkaderan, dan tujuan HMI sebagai tujuan umum merupakan garis arah
dan titik sentral seluruh kegiatan HMI. Karena itu, tujuan HMI menjadi titik
sentral dan arah setiap perkaderan HMI.
Bagi anggota HMI, tujuan HMI merupakan titik pertemuan persamaan
kepentingan yang paling pokok setiap anggota, sehingga tujuan organisasi
adalah tujuan setiap anggota HMI.
• Maksud, Tujuan, dan Target
Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Sedang target, kader HMI yang muslim,
intelektual, dan professional.
21. Wujud Profil Kader HMI
• Pembentukan integritas watak, dan kepribadian – pribadi
muslim yang menyadari tanggungjawab kekhalifahannya di
muka bumi, memiliki citra akhlak mulia.
• Pengembangan kualitas intelektual – penguasaan dan
pengembangan terhadap ilmu (science), pengetahuan
(knowledge), dan kebijakan (wisdom) yang dilandasi oleh
nilai-nilai Islam.
• Pengembangan kemampuan professional – kemampuan
mentransformasikan ilmu pengetahuan ke dalam bentuk
nyata sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya untuk
mencapai prestasi kerja yang maksimal sebagai wujud amal
shaleh.
22. POLA DASAR PERKADERAN HMI
INPUT HMI
MAHASISWA
BERKUALITAS
Perkaderan
IT/LK II
Kursus dan
Pelatihan
AT/LK III
Khusus
BT/LK I
Pribadi muslim
dan intelektual
profesional
Ke-Islaman dan
Ke-IndonesiaanUmum
UPG-LKK
Tujuan HMI
Pasal 4 AD
Pengabdian
Insan
cita ,
dunia
cita
MAPERCA
23. PIRAMIDA PROSES PERKADERAN HMI
OUTPUT INTELLECTUAL MOSLEMS COMMUNITY
MOSLEMS INTELLECTUAL COMMUNITY
INPUT INPUT
Kutub Pendidikan Umum Kutub Pendidikan Agama
CONVERGENSI
24. Penutup
• Perkaderan merupakan jantung HMI, karena itu pengelolaannya
harus benar-benar dijaga, dan tidak boleh ditangani secara parsial,
apalagi menyimpang dari pedoman perkaderan.
• Para pengelola/Instruktur perkaderan HMI harus benar-benar
memahami setiap statement yang tertera dalam pedoman
perkaderan HMI.
• Seorang Instruktur HMI tidak boleh menyelipkan keyakinan
pribadinya dalam setiap proses perkaderan HMI. Keyakinan yang
dianut dalam proses perkaderan HMI adalah apa yang tertuang
dalam pedoman perkaderan HMI.
• Pedoman Perkaderan HMI disusun berdasarkan pasal 3 AD - NDP,
pasal 4 AD – Tafsir Tujuan, pasal 6 AD – Independensi, pasal 7 AD –
status organisasi mahasiswa, pasal 8 AD - organisasi kader, dan
pasal 9 AD – organisasi perjuangan. Penyimpangan dari ketentuan
ini adalah bid’ah.