Gerakan OPM dan HTI kedua merupakan contoh radikalisme dan separatisme di Indonesia yang mengancam ideologi Pancasila. OPM bertujuan memisahkan diri dari Indonesia dengan membentuk negara merdeka Papua, sementara HTI ingin menerapkan sistem politik Khilafah Islamiyah yang bertentangan dengan Pancasila. Meski menghadapi tantangan, Pancasila terbukti mampu menangkal ancaman kedua gerakan ini.
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
PANCASILA SEBAGAI ALAT MENGHENTIKAN RADIKALISME & SEPARATISME
1. MAKALAH TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI INSTRUMEN PENCEGAH RADIKALISME & SEPARATISME
GERAKAN OPM & HTI
Pengampu Mata Kuliah :
Dona Budi Kharisma,S.H.,M.H
Penulis Makalah Ringkasan : Kelompok 6 (Presentasi)
Farah Primanita/ F0217040
Muhammad Habib Amrullah / F0217072
Syaiful Islam / F0217110
Toni Cahyo Utomo / F0217112
Manajemen A 2017
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2. Abstrak
Indonesia dibangun dengan dasar negaranya yaitu Pancasila. Dimana adanya langkah yang mengancam
keberlangsungan negara sama saja mengancam keberadaan Pancasila. Banyak hal yang bisa disebutkan
sebagai ancaman. Dari beberapa ancaman kecil, radikalisme dan separatisme adalah langkah besar dalam
memulai tindakan yang mengancam kedaulatan negara. Gerakan Operasi Papua Merdeka dan Organisasi
Hizbut Tahrir Indonesia , contohnya. Dua kasus ini menjadi objek penelitian yang disoroti karena
dianggap menjadi cermin bagi Indonesia kedepannnya dalam menyikapi masalah serupa. Penelitian ini
menggunakan sumber sekunder dimana tujuannya adalah menghimpun segala informasi yang berkaitan
dengan gerakan separatisme dan radikalisme dan mencari tahu sejauh apa bahaya yang telah diciptakan
keduanya, serta melihat seberapa besar pengaruh pancasila dalam meredam ancaman yang terdapat dalam
dua kasus tersebut.
Tujuan Penelitian
1. Mendalami beberapa kasus yang mengandung unsure radikalisme & separatisme di
Indonesia untuk nantinya dapat digunakan sebagai pembelajaran kedepan dalam
memberikan peringatan mengenai kejadian-kejadian yang berpotensi mengancam
ideologi pancasila.
2. Memberikan keseimbangan perspektif mengenai kasus radikalisme & separatisme.
a. Menelisik ulang radikalisme & separatisme dari dua macam kasus dengan latar belakang
yang berbeda.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya HTI dan Gerakan Papua Merdeka?
2. Apa penyebab HTI dibubarkan?
3. Penyebab Gerakan Papua Merdeka dapat digagalkan?
4. Bagaimana peran Pancasila dalam menangani kasus HTI dan Gerakan Papua Merdeka?
3. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa ideologi negeri kita adalah Pancasila. Didasarkan tidak hanya bertumpu
pada satu paham, melainkan bersama. Lima sila tersebut di gaungkan oleh para pendiri terdahulu kita
adalah sebagai pondasi pertama negara dalam setiap langkah kedepannya, salah satu contohnya adalah
untuk penentuan Undang-Undang Dasar 1945. Maka, sewajarnya apabila sudah ada satu ideologi pada
negara tersebut, maka tidak akan ada ideologi lagi yang mendampinginya dalam taraf yang sama. Dan hal
ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa apabila ada ideologi baru yang berusaha masuk dan
menyetarakan kedudukan dengan Pancasila sekaligus ingin menggantikannya, adalah hal terlarang.
Sedangkan ,ketika ada suatu paham yang ingin mengkhultuskan kedudukannya di atas kedudukan
ideologi yang sudah ada, tentu akan menimbulkan banyak pertentangan yang sifatnya global dan luas.
Inilah yang disebut radikalisme & separatisme. Dimana ideologi tersebut ingin menanamkan ajarannya
terhadap subjek yang telah mempunyai pahamnya sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia yang berbudi
pekerti luhur, adalah kewajiban kita untuk mengetahui cara menangkal radikalisme & separatisme
tersebut. Dan di penelitian yang mengangkat dua kasus radikalisme & separatisme dengan motif yang
cukup bertolak belakang , ini akan menjadi pembuktian, seberapa kuat ideologi pancasila dalam
menangkal serangan ideologi lain. Disamping itu, penelitian ini akan memberikan gambaran bagi
pembaca mengenai sejauhmana bahaya radikalisme & separatisme telah mengancam kedudukan pancasila
di Indonesia.
Isi
A. Sejarah terbentuknya HTI
Hizbut Tahrir yang bermula di Yordania, kemudian meluas ke seantero Timur Tengah hingga
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Sejak awal perkembangannya, Hizbut Tahrir kerap
berbenturan dengan kebijakan negara-negara yang dimasukinya. Itu sering berujung pada
pelarangan organisasi ini dan para aktivisnya dipenjara. Namun, Hizbut Tahrir selalu menegaskan
dirinya sebagai anti kekerasan (la madiyah).
Rusia, Kirgiztan, dan Uzbekistan, adalah beberapa negara yang sudah menetapkan Hizbut Tahrir
sebagai organisasi terlarang. Menurut Kurniawan Abdullah (2004), Indonesia dan Inggris Raya
adalah negara yang bagi Hizbut Tahrir cukup aman dari tekanan penguasa.
4. Sudarno Shobron dalam artikelnya, "Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia" (2014), menyebut
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada 1983. Dalam makalahnya, Chusna (2014:23) menyebut
masuknya Hizbut Tahrir terkait peran seorang WN Australia keturunan Arab, Abdurrahman al-
Baghdadi.
Pada 1980-an, KH Abdullah bin Nuh, pendiri pondok pesantren Al-Ghazali Bogor, mengajak al-
Baghdadi untuk tinggal di Indonesia. Sejak saat itu, safari dakwah berlangsung untuk
memperkenalkan Hizbut Tahrir ke berbagai pesantren dan kampus. Awalnya, jumlah aktivis
hanya 17 orang. Namun kemudian, pergerakan ini meluas ke masjid kampus IPB, Al-Ghifari.
Halaqah-halaqah kemudian terbentuk untuk mendalami gagasan Hizbut Tahrir. Ketika Orde Baru
berkuasa, aktivitas Hizbut Tahrir menjadi gerakan 'bawah tanah'.
Menjelang medio 1990-an, pengaruh Hizbut Tahrir sudah masuk ke lingkungan kelas menengah
sehingga tumbuh di 150 kota se-Indonesia. Gerakan ini juga menerbitkan materi-materi, semisal
buletin Al-Islam dan majalah bulanan Al-Wa’ie (Agustus 2000).
Era Reformasi membuka kran kebebasan berpendapat. Pada 2000, HTI membuat acara fenomenal
yakni Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah di Senayan, Jakarta. Chusna mencatat, tidak
kurang dari 5.000 peserta memadati lokasi acara tersebut.
HTI juga tampil dalam unjuk rasa di depan Kedubes AS di Jakarta untuk menentang invasi
Amerika Serikat atas Afghanistan. Demikian pula dengan aksi anti-invasi AS atas Irak. Massa
mereka saat itu berjumlah sekitar 12 ribu orang.
Dalam sidang tahunan MPR-RI 2002, HTI menyampaikan tuntutan penerapan syariat Islam. Pada
29 Februari 2004, HTI mengerahkan massa berjumlah 20 ribu orang dari Monas hingga sekitar
Bundaran HI, Jakarta. Mereka menyuarakan dukungan bagi penegakan syariat Islam dan sistem
Khilafah di Indonesia.
Hizbut Tahrir bertujuan mengubah sistem politik negara yang dimasukinya dengan sistem
Khilafah al-Islamiyah. Dalam laman resminya, HTI menegaskan bentuknya sebagai sebuah
organisasi politik.
“Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya,” demikian
petikan keterangan resmi HTI di laman tersebut.
Bulan Juni 2013, puluhan ribu orang memenuhi kursi Stadion Utama Gelora Bung Karno,
Jakarta. Di antara kibaran panji-panji hitam dan putih serta riuhnya suasana, Ismail Yusanto
5. berdiri di sebuah panggung berukuran cukup besar yang menghadap orang-orang tersebut.
Suaranya bergema menyeru slogan mengenai khilafah. Ismail adalah juru bicara Hizbut Tahrir
Indonesia. Sebuah jabatan yang terbilang cukup prestige.
Ia tak sendirian berorasi di atas panggung. Selain dirinya terdapat beberapa tokoh perwakilan
Hizbut Tahrir dari sejumlah negara. Hari itu, Minggu 2 Juni 2013, adalah puncak acara Muktamar
Khilafah yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Seperti organisasi lainnya --kecuali yang berhaluan komunisme-- , Hizbut Tahrir Indonesia
mengecap buah manis dari gerakan reformasi tahun 1998 yang menumbangkan rezim otoriter
Soeharto.
Keran kebebasan politik dan menyatakan pendapat terbuka seluas-luasnya setelah selama 32
tahun direpresi oleh Orde Baru. Namun HTI yang masuk di Indonesia sejak 1980-an, tak lama
mengecap kebebasan tersebut. Hanya empat tahun setelah peristiwa itu, tepatnya 12 Juli lalu,
pemerintahan Joko Widodo menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 yang menjadi dasar
pembubaran HTI.
Sejak 19 Juli lalu HTI resmi dibubarkan. Pemerintah mengkategorikannya sebagai organisasi
anti-Pancasila. Gagasan khilafah yang mereka usung dianggap bertentangan dengan dasar
ideologi negara dan mengancam kesatuan Indonesia.
Pembubaran HTI dilakukan secara sepihak. Tak sedikit pun ruang diberikan kepada HTI untuk
melakukan pembelaan. Pun dengan respon masyarakat. Hanya segelintir yang menaruh simpati
dan membela. Selebihnya memilih mendukung pemerintah. Di media sosial, HTI kerap menerima
tudingan dan penghakiman.
Ismail sendiri tidak kaget dengan apa yang dialami oleh organisasinya. “Kami tidak mengalami
disorientasi (politik) karena kami mengerti apa yang kami hadapi. Dan kami juga tahu apa yang
harus dilakukan. Ini kewajiban dakwah, baik ada organisasi maupun tidak, dakwah itu terus
berjalan. Jadi tidak pernah mengalami disorientasi,” kata Ismail saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com.
6. Melanjutkan Mimpi Khilafah
Apa yang dicita-citakan Hizbut Tahrir sebenarnya telah mendapat banyak kritik dan sanggahan,
baik dari intelektual hingga tokoh agama Islam.
Dari tokoh Islam, mereka yang menolak Hizbut Tahrir umumnya mengakui bahwa khilfah
merupakan bagian dari khasanah pemikiran Islam, tetapi menolak jika khilafah disebut sebagai
kewajiban yang musti didukung oleh semua umat Islam.
Sementara dari kalangan akademisi melihat khilafah sebagai cita-cita utopis. Sebagian
menyamakan utopia khilafah dengan cita-cita komunisme yang ingin mewujudkan masyarakat
tanpa kelas. Di Indonesia, khilafah juga dianggap mengancam prinsip negara kesatuan.
Bekas aktivis HTI yang kini dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya, Ainur Rofiq Al-Amin menilai
dari segi hukum positif, cita-cita yang diusung HTI dapat dikategorikan sebagai tindakan makar.
Tak hanya itu, Ainur juga mengkritisi kepemimpinan khilafah yang menurutnya dapat menjelma
menjadi model kepemimpinan absolut.
Di antara kritik dan sanggahan itu, pukulan paling keras kepada HTI tentu saja berasal dari
pemerintah melalui Perppu tentang Ormas. Sebab lewat Perppu itu, pemerintah tak hanya
membubarkan HTI sebagai organisasi, namun juga berusaha menyingkirkan ideologi atau
gagasan yang diusung organisasi tersebut.
Sejarah telah mencatat bahwa upaya melarang ideologi merupakan sebuah pekerjaan sia-sia,
betapa pun ketatnya larangan tersebut.
Kesia-siaan itu tampaknya juga akan berlaku dalam kasus HTI. Terlebih, HT bukan organisasi
kemarin sore. Apa yang terjadi di Indonesia sudah pernah dialami oleh aktivis dan pengurus HT
di sejumlah negara seperti Mesir, Jerman, hingga Saudi Arabia.
Dalam artikel bertajuk Setelah HTI Dibubarkan: Konsistensi atau Kompromi?, dosen Program
Studi Agama dan Lintas Budaya dari Universitas Gadjah Mada, Mohammad Iqbal Ahnaf
menyebut HT justru mampu bertahan di sejumlah negara yang melarang keberadaannya.
"Wilayah di mana HT mampu berkembang meski dilarang adalah sejumlah negara pecahan Uni
Soviet seperti Kyrgistan, Kazakhstan dan Tajikistan. Di tengah lemahnya kekuatan oposisi, HT
mengisi ruang kosong dan menjadi saluran perlawanan masyarakat dan kelompok-kelompok etnis
tertentu yang miskin dan tertindas," kata Ahnaf.
7. Di Indonesia, tentu saja, kemampuan HT dalam bertahan di tengah represi masih harus diuji.
Ahnaf sendiri memprediksi akan ada perubahan strategi dari HTI untuk menyiasati larangan dari
pemerintah. Yang paling realistis, menurutnya, adalah dengan beraliansi atau menyalurkan
kekuatannya melalui kekuatan-kekuatan politik di luar pemerintahan yang dijamin kebebasannya
dalam kerangka demokrasi dan konstitusi. Kepada CNNIndonesia.com, Ismail jelas menolak opsi
tersebut. Namun sejarah selalu mempunyai cara tersendiri dalam menentukan arah perjuangan
sebuah kelompok.
B. Sejarah OPM (Organisasi Papua Merdeka)
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965
untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di Indonesia, yang
sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Tentara pembebasan papua barat
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), adalah sayap militer dari Organisasi Papua
Merdeka (OPM). TPNPB dibentuk pada 26 Maret 1973, setelah Proklamasi Kemerdekaan Papua
Barat 1 Juli 1971 di Markas Victoria. Pembentukan TPNPB adalah Tentara Papua Barat
berdasarkan Konstitusi Sementara Republik Papua Barat yang ditetapkan 1971 pada Bab V
bagian Pertahanan dan Keamanan. Sejak 2012 melalui reformasi TPN, Jenderal. Goliath Tabuni
diangkat menjadi Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.
Kasus-kasus OPM
- Dari catatan polisi, sejumlah kasus yang didalangi Egianus Kogoya antara lain
penyekapan belasan guru yang sedang bekerja di SD YPGRI 1, SMPN 1 dan tenaga medis yang
bertugas di Puskesmas Mapenduma, Nduga.
- Pada 25 Juni 2018, kelompok ini menembaki pesawat Twin Otter Trigana Air pada 25
Juni 2018, yang saat itu disewa Brimob Polri yang sedang bertugas mengamankan pilkada. Dua
orang terluka akibat insiden tersebut.
- Pada Desember 2017, pekerja Trans Papua di Kecamatan Mugi diserang kelompok
Egianus Kogoya. Pekerja proyek bernama Yovicko Sondakh meninggal dan seorang aparat luka
berat.
8. - Dari catatan polisi, sejumlah kasus yang didalangi Egianus Kogoya antara lain
penyekapan belasan guru yang sedang bekerja di SD YPGRI 1, SMPN 1 dan tenaga medis yang
bertugas di Puskesmas Mapenduma, Nduga.
- Pada 25 Juni 2018, kelompok ini menembaki pesawat Twin Otter Trigana Air pada 25
Juni 2018, yang saat itu disewa Brimob Polri yang sedang bertugas mengamankan pilkada. Dua
orang terluka akibat insiden tersebut.
- Pada Desember 2017, pekerja Trans Papua di Kecamatan Mugi diserang kelompok
Egianus Kogoya. Pekerja proyek bernama Yovicko Sondakh meninggal dan seorang aparat luka
berat.
- IPAC dalam laporannya menyebut Kelly Kwalik berada di balik penculikan dan
pembunuhan delapan orang pendatang di Papua pada 1986. Sepuluh tahun kemudian, pada
Januari 1996, dia menculik tim peneliti satwa liar, termasuk enam orang asing di Mapenduma,
Nduga.
- Orang-orang Kelly juga dikaitkan dengan serangan 31 Agustus 2002 yang menewaskan
tiga warga sipil di sekitar wilayah tambang Freeport, termasuk dua guru sekolah Amerika, dan
melukai sembilan orang lainnya. Juga serangkaian penembakan yang dimulai Juli 2009 di
sepanjang jalan yang menghubungkan tambang ke kota Timika, termasuk pembunuhan seorang
warga Australia.
Akar Masalah
Dalam buku Papua Road Map yang diterbitkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada 2009
disebut akar masalah Papua meliputi: peminggiran, diskriminasi, termasuk minimnya pengakuan
atas kontribusi dan jasa Papua bagi Indonesia, tidak optimalnya pembangunan infrastruktur sosial
di Papua, khususnya pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat dan rendahnya
keterlibatan pelaku ekonomi asli Papua, proses integrasi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang
belum tuntas,
Selain itu, siklus kekerasan politik belum tertangani, bahkan meluas dan pelanggaran HAM yang
belum dapat diselesaikan, khususnya kasus Wasior, Wamena, dan Paniai.
"Pembangunan konektivitas infrastruktur menjadi pintu masuk untuk penyelesaian masalah sosial
yang dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Saya memahami itu sebagai pemenuhan HAM untuk
aspek sosial, budaya dan juga ekonomi," ujar Adriana.
9. C. Penyebab HTI dibubarkan
Terdapat beberapa alasan mengapa akhirnya HTI dibubarkan melalui Menkumham Nomor AHU-
30.AH.01.08 tahun 2017. Melalui CNN Rabu (19/7) Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Wiranto juga menyatakan, keputusan pemerintah membubarkan ormas
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah realistis. Wiranto menegaskan, pembubaran HTI demi
keutuhan NKRI. HTI merupakan salah satu ormas yang bertentangan dengan pancasila dan
NKRI. HTI merupakan ormas pertama yang dibubarkan setelah Perppu Ormas diterbitkan
beberapa hari lalu. "Ini pilihan sangat logis, realistis. Jadi ini dasar pemerintah mencabut izin
ormas yang nyata-nyata tidak mengakui keberadaan NKRI," ujar Wiranto di Kompleks Istana
Kepresidenan, Rabu (19/7).
Selain itu Direktur Perdata Ditjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham ,Daulat P
Silitonga, mengatakan peringatan tidak diberikan karena pemerintah menganggap telah
mengantongi cukup bukti bahwa HTI menyebarkan ideologi anti-Pancasila.
"Karena telah bertentangan dengan Pancasila. Ketika data-data sudah dikumpulkan, itu langsung
bisa dicabut tanpa perlu peringatan. Yang dimaksud ajaran itu yang bertujuan untuk mengganti
Pancasila. Kalau sudah masuk wilayah itu, nyangkut ideologi itu bisa langsung dicabut," ungkap
Daulat di Galeri Nasional, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat,Jumat (21/7/2017)
[detiknews].
Jakarta,melalui CNN Indonesia -- Calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) disebut tak
khawatir bila masalah pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disinggung dalam debat Pilpres
2019 putaran keempat yang digelar, Sabtu (30/3) malam. Deputi V Kantor Staf Presiden
JaleswariPramodhawardani di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta,
Jumat (29/3) menyebut Jokowi sangat siap bila ditanya soal keputusan pembubaran tersebut.
"Karena pembubaran ormas ini (HTI) sangat bisa dipertanggungjawabkan secara hukum, secara
akuntabilitas, transparansi dan lain-lain. Saya rasa itu tidak perlu dikhawatirkan," kata Dani.
Dani menjelaskan bahwa proses pembubaran organisasi yang mengusung khilafah itu juga telah
melewati proses peradilan. HTI dibubarkan pemerintah lewat SK Menkumham Nomor AHU-
30.AH.01.08 tahun 2017. Itulah mengapa organisasi HTI menjadi organisasi terlarang bahkan
dibubarkan tanpa peringatan.
10. D. Penyebab Gerakan Papua Merdeka dapat digagalkan
Selain HTI, terdapat contoh gerakan lain yang juga tergolong dalam organisasi radikalisme
sekaligus sparatisme, yaitu Gerakan Papua Merdeka atau Organisasi Papua Merdeka. Terdapat
beberapa sebab kegagalan dari Gerakan Papua Merdeka di Indonesia. Jelas sekali bahwa tujuan
dari gerakan ini adalah melepaskan Papua yang merupakan bagian dari Indonesia. Hal tersebut
sudah jelas menyalahi Pancasila, terutama sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia, yang mana gerakan
tersebut tidak menunjukkan persatuan Indonesia, malah mencoba untuk melepaskan diri dari
NKRI dengan menunjukkan tindakan-tindakan sparatisme.
Cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka sangat membahayakan bagi
kehidupan manusia, seperti tragedi pembunuhan pada proyek Trans Papua yang dikutip oleh
CNN 7 Desember 2018, terdapat Sebby Sambom, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional
Papua Barat yang mengaku bahwa mereka berada di balik serangan itu.
Dalam wawancara dengan BBC News Indonesia,ia mengaku bahwa mereka adalah pelaku
serangan yang membunuh para pekerja konstruksi proyek jembatan di Nduga karena bagi OPM,
sebagian besar pekerja adalah anggota TNI,yang dianggap musuh oleh OPM.
Presiden Joko Widodo mengatakan, para pelakunya akan dikejar dan 'ditumpas sampai ke akar-
akarnya.' Sementara pihak militer dan tentara menyebut para pelaku harus menyerah tanpa syarat
dan akan 'dikejar hidup atau pun mati'. Di sisi lain, OPM mengaku sudah lama menyiapkan
serangan itu dan berdalih bahwa korban mereka adalah prajurit TNI,bukan pekerja. Adapun
pengamat mencemaskan bergulirnya lagi rantai kekerasan.
Banyak sekali kejadian-kejadian yang melibatkan OPM (Organiasi Papua Merdeka) yang
tentunya bertentangan dengan Pancasila. Seperti yang sudah tertera pada berita oleh Beritagar.id
6 Desember 2018 yaitu di Papua,wilayah berjuluk Bumi Cenderawasih itu, seolah tidak pernah
berhenti bergolak. Konflik dan kekerasan sepertinya telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari
sejarah perjalanannya. Seperti yang baru-baru ini terjadi. Tiga puluh satu pekerja PT. Isaka Karya
yang tengah membangun jembatan di Distrik Yali, Kabupaten Nduga, Papua ditembak mati pada
hari Minggu, 2 Desember lalu.
Kuat dugaan pelaku pembantaian itu adalah kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan
Organisasi Papua Merdeka (OPM),kelompok sipil bersenjata di Papua yang kerap dipersepsikan
sebagai organisasi separatis. Konon, para pekerja itu ditembaki lantaran merekam aktivitas
upacara peringatan hari kelahiran OPM yang diperingati setiap 1 Desember.
11. Peristiwa ini tentunya kian menambah panjang daftar aksi kekerasan berlatar isu separatisme di
Papua. Sebelumnya, kita kerap disuguhi cerita ihwal penembakan kelompok bersenjata yang
menyasar karyawan PT. Freeport Indonesia. Kondisi itu, harus diakui hanyalah salah satu sisi dari
bagaimana rantai kekerasan terjai di Bumi Papua. Tentunya gerakan ini sangat ditentang oleh
pemerintah Republik Indonesia, dan sangat dilarang untuk beroperasi.
Selain itu, pihak PBB juga tidak mendukung adanya gerakan Papua Merdeka,seperti informasi
yang diposting oleh PAPUANEWS.ID12 Februari 2017. Mereka yang percaya bakal terjadinya
Papua Merdeka tidak menggunakan logikanya, sebab yang membuat Papua menjadi bagian dari
Indonesia adalah PBB,sementara orang Papua yang pro Kemerdekaan selalu menuntut kepada
Pemerintah Indonesia.
Mari kita telaah wacana papua merdeka dengan resolusi PBB No. 2504 tersebut.:
Resolusi PBB No. 2504 Tidak Mungkin Dicabut.
Apabila PBB membatalkan Resolusi 2504 ini, PBB bisa bubar, sebab akan banyak
Negara anggota PBB yang meminta PBB agar meninjau kembali ulang Resolusi yang
pernah dikeluarkan PBB,kemudian Indonesia juga bisa menuntut PBB meninjau ulang
referendum atas Timor Leste. Ini jelas tidak logis dan tidak rasional yang dapat membuat
PBB bubar. Maka bila ada kelompok semacam LSM atau yang lain sebagainya yang
menuntut agar Resolusi PBB No 2504 ditinjau ulang untuk dibatalkan, kecil
kemungkinan terlaksana,terkecuali PBB bubar.
Negara Penandatanganan Resolusi No 2504 Tidak Mungkin Mencabut
Dukungannya.
Negara yang ikut menandatangani Resolusi PBB tersebut tidak akan mau mengorbankan
hubungan diplomatiknya dengan Indonesia, hanya untuk mendukung semacam
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang merupakan organisasi yang tidak jelas dan
dianggap bagian dari pemberontak di dalam Negara Indonesia. Apabila mereka mencabut
dukungannya atas Resolusi tersebut, Negara-Negara sahabatnya (Selain Indonesia) akan
menganggap Negara tersebut sebagaiNegara Munafik. Citra seperti ini sangat mereka
hindari, karena sampai sekarang belum ada negara yang munafik. Maka kecil
kemungkinan negara pendukung Resolusi PBB ini mengorbankan citranya dan hubungan
baiknya dengan Indonesia hanya untuk mendukung OPM.
12. Terhadap negara yang blangko, negara yang abstian dan negara yang tidak hadir, juga
kecil kemungkinannya menggugat balik soal resolusi ini, sebab apabila mereka
menggugat balik sudah kadaluarsa, kalau mau menggugat balik seharusnya ketika sidang
pengesahan tanggal 19 Nopember 1969 mereka bereaksimenolak, bukan setelah
beberapa puluh tahun kemudian. Jadi kecil kemungkinan negara pendukung yang tidak
hadir pada sidang PBB 19 Nepomber 1969, mendukung Papua memisahkan diri dari
NKRI.
Australia Tidak Mungkin Mendukung Papua Pisah Dari NKRI.
Pertama,Australia ikut menandatangani Resolusi PBB No 2504 sebagai bentuk
pengakuan PBB atas hasil PEPERA yang disetujui oleh 84 negara dan tidak ada satu
negarapun yang menolak, menjadi Papua sebagaibagian dari NKRI.
Kedua, apabila sempat papua Merdeka,akan memberi spirit kepada orang Aborigin di
Australia untuk menuntut banyak hal kepada Australia. Ini tidak dikehendaki oleh
Australia.
Ketiga, hubungan diplomatik yang ada antara Indonesia dan Papua,saat memberi
kenyamanan kepada Australia, memang ada diak kecil itu biasa.
Keempat,Australia tidak mau disebut sebagaiNegara Munafik, Negara yang tidak
konsisten karena dia ikut menandatangani Resolusi PBB tersebut.
Maka tidak mungkin Australia mendukung Papua lepas dari NKRI menjadi Negara
Merdeka. Berdasarkan keempat alasan diatas, tidak mungkin Papua memisahkan diri dari
Indonesia, kecuali Pemerintah jakarta mengambil keputusan, ya kita beri kemerdekaa
Papua Merdeka. Masalah yang dikatakan pelanggaran HAM,itu adalah akibat, bukan
sebab. Karena terjadi pemberontakan pemisahan diri, maka mereka ditumpas dan jelas
ada korban. Korban ini tidak dapat disebut sebagai pelanggara HAM, kalau dikategorikan
melanggar HAM , para pencopet, para perampok atau para koruptor yang ditangkap
polisi dan di hukum, bisa saja mereka teriak telah terjadi pelanggaran HAM. Padahal
merekalah si pelanggar HAM yang sebenarnya.
Pemerintah dalam hal ini yang bertugas dalam bidang ini, bukan mau membunuh , Cuma
mau menghukum perilakunya. Sekali lagi, tentunya gerakan ini sangat ditentang oleh
pemerintah Republik Indonesia, dan sangat dilarang untuk beroperasi.
13. E. Peran Pancasila dalam Menangani Kasus HTI & OPM
Pada saat ini, Pancasila menghadapi banyak ancaman dan tantangan dari sekelompok organisasi
masyarakat yang mengatasnamankan islam seperti organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI). Ancaman dan tantangan ini muncul seiring dengan adanya cita-cita dari kelompok tertentu
yang berkeinginan untuk mendirikan Negara islam. Hal ini dilakukan dengan cara mereka masuk
kedalam sekolah-sekolah serta universitas-universitas. Padahal dalam sejarah berdirinya NKRI,
Negara ini sudah terdiri dari berbagai agama. Mengenai hal tersebut, pancasila sebagai ideologi
bangsa yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek religiusitas maupun spiritualisme didalam sila
pertama, Ketuhanan yang Maha Esa telah menjelaskan bagaimana masyarakat Indonesia harus
memiliki ketuhanan dan keberimanan yang diyakini bagi setiap pemeluknya. Jadi, keberadaan
pancasila memberikan kebebasan bagi setiap warga Negara Indonesia dalam melaksanakan
ibadahnya dan tidak boleh dipaksakan. Ketidaksesuaian HTI dengan pancasila tidak hanya pada
sila pertama, tetapi jugapada sila ke-2, ke-3, dan ke-4. Sila ke-2 Kemanusian yang Adil dan
Beradab, pada sila ini memliki prinsip bahwa masyarakat Indonesia setara dan bersaudara, tidak
dibedakan oleh suku, ras, agama, dan identitas lain. Apabila Negara didasarkan hanya pada salah
satu agama dan hokum diterapkan berdasarkan kitab suci agama tersebut, ini bertentangan dengan
kemanusiaan sebab mendiskriminasikan kelompok lain. Pada sila ke-3 Persatuan Indonesia,
organisasi HTI sangat bertentangan dengan sila ini, HTI memunculkan perpecahan dalam
lingkungan masyarakat. Pada sila ke-4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, dalam penyelesaiaan masalah yang dilakukan oleh HTI
tidak mencerminkan pada sila ini yaitu permasalahan negara harus diselesaikan dengan beradab
yaitu bermusyawarah bukan dengan cara radikal seperti yang dilakukan oleh organisasi
masyarakat HTI. Dengan ini, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh organisasi masyarakat HTI
sangatlah tidak sesuai dengan ideologi pancasila dan Indonesia yang memiliki masyarakat multi
religi dan multi kultur mendukung dalam pembubaran HTI. Ideologi pancasila sebagai sarana
pemersatu bangsa diharapkan dapat menjadi alat/sarana untuk menyelesaikan konflik. Dengan
adanya ideologi pancasila sebagai dasar Negara, kita berharap dapat menangkis dan membendung
ideologi radikal, sikap intoleransi yang berusaha merusak tatanan ideologi Indonesia yang sudah
final dan diakui sebagai landasan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan di sisi lain,
ideologi kita berfungsi sebagai pencegah gerakan separatis yang dilakukan oleh OPM. Gerakan
ini sama sekali bertentangan dengan sila kedua dan ketiga, dimana adanya ketidak beradaban
dalam operasi pemberontakan dan berakibat pada timbulnya percikan akibat kejadian tersebut
dimana hal ini mengancam sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
14. Kesimpulan
Gerakan atau organisasi manapun, baik dipimpin oleh mayoritas maupun minoritas, baik
disebabkan oleh amarah ataupun kepentingan pribadi, baik dianggap benar ataupun salah dari perspektif
penggeraknya, semua hal tersebut tetap menyeleweng adanya apabila telah menginjak garis batas
melampaui “pancasila”. Dimana dibawah Piagam Jakarta, seluruh rakyat Indonesia telah menyepakati
bersama Ideologi yang diusung bersama. Visi pada suatu negara , berlaku sama seperti visi pada sebuah
organisasi. Misi nya boleh beda, namun visi tetaplah sama. Perpecahan visi akan menimbulkan
perpecahan kelompok, begitupun di suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara menggapai visi yang
diperbaharui setiap empat tahun sekali oleh presiden terpilih adalah sebuah ketetapan yang tidak dapat
diganggu gugat. Dasar pelaksanaan negara ini tetap tidak boleh melanggar ketetapan tersebut. Maka
gerakan yang mengancamnya , baik yang disebut gerakan radikal maupun separatis , adalah gerakan yang
wajib di waspadai dan di tindak lanjuti jika perlu. Sama hal nya dengan yang telah terjadi pada HTI &
OPM.