Majalah Albinaa edisi keenam ini membahas tentang larangan mengikuti perkara-perkara jahiliyah seperti kebiasaan wanita berdandan dan keluar rumah, serta larangan memuji kabilah sendiri. Rubrik Aqidah juga akan membahas kitab "Masail Jahiliyah" untuk memahami perkara-perkara jahiliyah yang harus dihindari.
1. 1Edisi 6 Vol.1edisi ke-3 vol1
1
Alamat Redaksi:
AL BINAA IBS, Jl. Raya Pebayuran Kertasari Pebayuran Bekasi Jabar 17710
Telp/Fax: 021 89150720/021 89150721 Website: www.majalahalbinaa.com
Email: redaksi@majalahalbinaa.com Sms: 085285107991- 081398176123
Penanggung Jawab: Aslam Muhsin Abidin, Lc., Pemimpin Umum: Sofyan Toha, S.Si.,
Pemimpin Redaksi: Agung Wahyu Adhy, Lc., Sekretaris Redaksi: Sulaeman, S.Pd.,
Staff Redaksi: Zaenal Arifin, Lc. , Musthofa Aini, Lc., Nuralim, Lc., Zaenal Abidin, Lc.,
Saepul Anwar, S.Pd., Hasyim Nur. S.Pd. Editor: Suratman, S.Pd.
Administrasi Keuangan: R. M. Syarief Rusdy. SE., Pemasaran dan Sirkulasi: Taufiq Al Farizi, M.PFis.
Ilustrator: M.S. Haromain, S. Ikom., Web: Agus Setiawan,. ST.
وبركاتهاهللورحمةعليكمالسالم
وبركاته اهلل ورحمة عليكم السالم
salam
redaksi
Pembaca yang dirahmati Allah.
ALHAMDULILLAH. MAJALAH AL BINAA kembali berjumpa dengan pembaca
yang baik hati. Usia MAJALAH AL BINAA hampir genap satu tahun. Itu berarti
MAJALAH AL BINAA akan terus berbenah dari segala keterbatasan. Dan in sya ALLAH,
redaksi MAJALAH AL BINAA terus menyajikan tulisan yang penting untuk diketahui
oleh pembaca sekalian.
Edisi keenam kali ini, kami menampilkan perwajahan sampul MAJALAH AL BINAA
dengan warna kampus yang baru, yaitu hijau. Semoga perubahan warna kampus
AL BINAA menjadi tanda perubahan ke arah yang lebih baik, terutama peningkatan
kualitas, baik santri, asatidzah, karyawan, dan seluruh keluarga besar AL BINAA. Amin.
Pembaca yang dirahmati Allah,
Pesantren AL BINAA, "CORE VALUE" Dari Penuntut Ilmu Yang Sukses, kami jadikan
tema untuk edisi kali ini. Setiap tahun AL BINAA selalu bertambah warga, terutama
santri baru di tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini perlu disyukuri karena AL BINAA
mendapatkan kepercayaan dari kaum muslimin untuk mendidik santri yang in sya
ALLAH akan selalu haus akan ilmu, menjadi generasi yang saleh dan salehah, dan
andal dalam menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat, in sya ALLAH.
Oleh karena itu, tak lupa kami mengucapkan selamat datang di kampus tercinta
kepada santri baru AL BINAA Islamic Boarding School.
Pada edisi kali ini, redaksi menyajikan pembahasan masalah yang tak kalah
menarik dari edisi-edisi sebelumnya yang tertuang dalam rubrik tetap kita: Sirah,
Teladan Salaf, Sains, Aqidah, Hadits, Tafsir, Fiqh, Pendidikan, dan sajian menarik
lainnya. Jangan pula lewatkan kado khusus untuk remaja, yaitu Paradigma tentang
Kehidupan Remaja.
Pembaca yang semoga selalu dirahmati Allah,
Akhirnya, semoga MAJALAH AL BINAA edisi keenam ini dapat bermanfaat untuk
pembaca sekalian. Pada edisi-edisi mendatang redaksi akan terus berupaya untuk
hadir menjumpai pembaca dengan sajian yang lebih menarik lagi bi idznillah.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca.
2. Edisi 6 Vol.12
Akhi al-Qoori….rubrik ini kami siapkan untuk antum semua para pembaca
yang budiman, sebagai ruang untuk menyampaikan kritik, saran, usul, komentar
yang membangun demi kelangsungan majalah al binaa tercinta dan untuk
menjadikan majalah lebih baik. Silakan kirim kritik, saran dan komentar antum
melalui email:
redaksi@majalahalbinaa.com atau sms ke: 081398176123 / 085285107991
dengan mencantumkan nama dan identitas diri antum.
Saya sangat suka majalah
Albinaa edisi ramadhan karena
di dalamnya banyak hal yang
dapat dijadikan bahan pelajaran
dan renungan saat menjalankan
ibadah di bulan ramadhan.
Semoga di edisi selanjutnya
majalah al-bina bisa berisi
bahasan tentang bulan-bulan
islam lainnya. terimakasih.
(Richa_rahma@yahoo.com)
Syukran atas apresiasinya. In sya
ALLAH, diupayakan berdasarkan
momentum yang ada.
1.Alhamdulillah, syukran atas
perhatiannya. Redaksi MAJALAH
AL BINAA berkonsentrasi dan terus
belajar untuk menampilkan yang
terbaik untuk pembaca. Sehingga
untuk saat ini belum terpikirkan
untuk melakukan penjualan.
2.Insya ALLAH, rubrik kisah
sahabat akan terus diupayakan dan
ditambah pada edisi-edisi berikutnya.
Mohon doa, supaya istiqomah.
Alhamdulillah Majalah Albinaa
Makin Lama,makin Meningkat,
1. kenapa majalah albinaa tidak
dijual saja ke orang lain
2. kenapa Tidak di Perbanyak
Rubrik Cerita Sahabat, seperti
di edisi 5, tentang Rubrik
Sirah,perang Ba'dar.
(Radifan Kelas 9)
ROSAILUKUM
SURAT
PEMBACA
Red:
Red:
3. 3Edisi 6 Vol.1
DAFTAR ISIEdisi ke-6 vol 1
redaksi@majalahalbinaa.com
Redaksi Majalah Albinaa
Redaksi Majalah Albinaa
REPORTASE SANTRI
REPORTASE SANTRI
REPORTASE SANTRI
REPORTASE SANTRI
ARTIKEL IT
REPORTASE
56FOR SYABAB
52
72
80
83
64
TSAQOFAH
68
75
AQIDAH
TAFSIR
HADITS
FIQIH
4
8
43
47
18
26
32
38
MENGENAL PERKARA-PERKARA JAHILIYAH
BEKAL PARA PENGHAFAL AL-QUR'AN
PUSAT KEHIDUPAN SEORANG REMAJA
RINDUKU UNTUK IBU
BUNGA MEKAR TERUS BERKEMBANG
USBU TASAQOFY DAN HAFLAH IKHTITAM
WEB,DESAIN GRAFIS,DAN ANIMASI
HAFLAH IFTITAH 2015
AL HINTEC 2015
TAFSIR AL FATIHAH
NIKMAT ITU JANGAN ENGKAU SIA-SIAKAN
FIQIH BERCANDA
PENDIDIKAN
SIRAH
TELADAN SALAF
SAINS
CORE VALUE DARI PENUNTUT ILMU YANG SUKSES
DAKWAH DI RUMAH ARQOM BIN ABIL ARQOM
MANHAJ SALAF DALAM MENTARBIYAH ANAK
JAGAD RAYA YANG LUAS
4. Edisi 6 Vol.14
P
embaca yang budiman.
Dengan izin Allah l,
mulai edisi ini rubrik
aqidah akan membahas secara
berseri dan berkelanjutan
sebuah kitab yang penuh
manfaat “Masail Jahiliyah”
karya Al Imam Muhammad
bin Abdul Wahhab vdengan
tujuan kita bisa memahami apa
saja yang termasuk perkara-
perkara jahiliyah sehingga kita
tidak terjatuh ke dalamnya dan
bisa meninggalkannya serta
menjauhinya.
Makna Jahiliyah
Jahiliyah secara bahasa adalah
isim muannats yang dinisbatkan
kepada kata jaahil 'orang yang
bodoh' dan ia juga merupakan
mashdar shina’i dari kata jaahil,
maknanya yaitu; apa yang
dilakukan oleh bangsa Arab
sebelum datangnya Islam dari
kejahilan (kebodohan) dan
kesesatan serta menjadikan
fanatisme dan paganisme sebagai
hakim mereka.
Istilah jahiliyah muncul bersama
dengan munculnya Islam, ia
mengisyaratkan kepada suatu
fatroh (masa) sebelum Islam
yang terikat dengan kejahilan/
kebodohan dari sisi agama.
Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al
Fauzan mengatakan, "Jahiliyah
adalah nisbat kepada jahl
(kebodohan), sedangkan jahl
adalah ketiadaan ilmu. Adapun
jahiliyah, maka ia adalah (masa)
yang tidak ada padanya seorang
rasul, tidak pula kitab.
Bagian 1Oleh: Abu Usaid Al Banyumasi
AQIDAH
5. AQIDAH
5Edisi 6 Vol.1
Larangan Mengikuti
Perkara Jahiliyah
Allah l melarang kita untuk
mengikuti adat dan kebiasaan
jahiliyah. Di antaranya adalah ayat
yang melarang para wanita keluar
dari rumahnya dengan bersolek
serta menggunakan parfum seperti
apa yang biasa dilakukan oleh
wanita-wanita jahiliyah zaman
dahulu. Allah berfirman;
ِةَّيِلِاهَجْلا َجُّ َربَت َنْجَّ َربَت الَو َّنُكِتوُيُب ِيف َنْرَقَو
األول
“Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu”
(Al Ahzab: 33)
Asy Syaikh Abdurrahman As
Sa’di mengatakan dalam tafsirnya,
“Janganlah kalian (para wanita)
banyak keluar dengan berdandan
atau menggunakan parfum
seperti kebiasaan orang-orang
Jahiliyah yang dahulu, yang mana
mereka tidak memiliki ilmu tidak
pula agama. Karena ini semua
mendorong kepada keburukan dan
sebab-sebabnya”.
Allah juga berfirman:
َةَّيِمَحْلا ُمِهِبوُلُق ِيف واُرَفَك َينِذَّلا َلَعَج ْذِإ
ِةَّيِلِاهَجْلا َةَّيِمَح
“Ketika orang-orang kafir
menanamkan dalam hati
mereka kesombongan (yaitu)
kesombongan Jahiliyah”
(Al Fath: 26)
Ayat ini merupakan celaan
karena hamiyyah jahiliyah
(kesombongan jahiliyah) adalah
perkara yang tercela.
Larangan mengikuti perkara
jahiliyah juga datang dari Nabi
kita Muhammad n dalam
banyak hadits beliau. Ketika Nabi
mendengar terjadinya perselisihan
dan pertikaian pada suatu
pertempuran antara seorang dari
kalangan Anshor dengan kalangan
Muhajirin. Lalu orang Anshor ini
berseru, “Wahai sekalian orang
Anshor,” demikian pula orang
Muhajirin ini pun berseru, “Wahai
sekalian orang Muhajirin," di mana
setiap dari mereka memanggil
kaumnya, maka Nabi n bersabda;
دعوها ،أظهركم بني وأنا الجاهلية أبدعوى
منتنة فإنها
“Ketika orang-orang
kafir menanamkan
dalam hati mereka
kesombongan (yaitu)
kesombongan Jahiliyah”
6. AQIDAH
Edisi 6 Vol.16
“Apakah dengan seruan
jahiliyyah sedangkan aku di
tengah-tengah kalian? Tinggalkan
oleh kalian seruan jahiliyyah
karena sesungguhnya dia adalah
kejelekan”.
Nabi n melarang para
sahabatnya untuk saling
membanggakan kelompoknya
(kabilahnya), karena kaum
mukminin adalah ikhwah
(bersaudara), tidak ada beda
antara Anshori dengan Muhajirin,
tidak ada beda antara satu kabilah
dengan kabilah lainnya. Mereka
seluruhnya adalah saudara seiman
layaknya satu tubuh, layaknya
satu bangunan yang saling
mengokohkan satu dengan yang
lain.
Dalam suatu kesempatan, Nabi
mendengar seseorang mencela
saudaranya dengan mengatakan,
“Wahai putra wanita yang hitam.”
Maka Nabi berkata kepadanya,
“Apakah kamu mencelanya dengan
ibunya?! Sesungguhnya kamu
orang yang terdapat sifat jahiliyah
dalam dirimu” (HR. Bukhori)
Walhasil, perkara jahiliyah
adalah perkara yang tercela dan
kita dilarang untuk tasyabbuh
(meniru) ahli jahiliyah dalam
segala hal. Dan masa jahiliyah
ini sudah berakhir dengan
diutusnya Nabi kita Muhammad
n, lantaran Al-Qur’an dan As
Sunnah telah datang, demikian
juga ilmu dan iman. Sehingga,
ilmu menyebar dan hilanglah
kebodohan dan kejahilan.
Mengapa Kita Harus
Mengenal Perkara-Perkara
Jahiliyah?
Sebahagian orang mungkin
bertanya, “Apa faktor yang
mendorog kita untuk mengenal
perkara-perkara jahiliyah,
sementara masa jahiliyah
sudah berakhir dan kita pun
alhamdulillah muslimun?”. Maka
jawabannya adalah:
1. Supaya waspada
Seorang muslim yang mengenal
PERKARA JAHILIYAH adalah
perkara yang tercela dan
kita dilarang untuk tasyabbuh
(meniru) ahli jahiliyah
7. AQIDAH
7Edisi 6 Vol.1
perkara-perkara jahiliyah ini maka
dia akan waspada. Adapun orang
yang jahil dan tidak mengenalnya,
maka dikhawatirkan ia akan
terjatuh ke dalamnya. Seorang
penyair mengatakan,
Aku mengenal keburukan
bukan untuk keburukan.
Akan tetapi, untuk
membentengi diri darinya
Barangsiapa yang tidak
mengenal keburukan,
ia akan terjatuh di
dalamnya.
2. Mengenal keutamaan
Islam
Dengan mengenal perkara-
perkara jahiliyah,Anda akan
lebih mengenal keutamaan Islam.
Karena sesuatu akan terlihat lebih
indah dengan mengenal lawan
dari sesuatu tersebut. Umar bin
Al Khaththab z berkata,
“Hampir saja tali simpul Islam itu
terlepas seutas demi seutas, apabila
tumbuh di tengah-tengah Islam
orang-orang yang tidak mengenal
Jahiliyah.”
Orang yang tidak mengenal
atau jahil terhadap perkara-
perkara jahiliyah, ia lebih pantas
untuk terjatuh di dalamnya,
karena syaitan tidak akan pernah
melupakannya dan tertidur
darinya, apalagi meninggalkannya.
Oleh karena itu, insya Allah pada
tulisan-tulisan berikutnya kami
akan menyajikan apa saja yang
menjadi perkara jahiliyah supaya
kita menjadi orang yang waspada
dan tidak terjatuh ke dalamnya.
Amin.
Sumber Bacaan:
-Masail Jahiliyah Syaikhul Islam Muhammad
bin Abdul Wahhab, Syarh -nya oleh Syaikh Shalih
Fauzan Al Fauzan
-Taisir Karimir Rahman, Syaikh Nashir As
Sa’di
-https://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%AC%D8%A7%D9
%87%D9%84%D9%8A%D8%A9
Umar bin Al Khoththob
z berkata, “Hampir
saja tali simpul Islam
itu terlepas seutas demi
seutas, apabila tumbuh
ditengah-tengah Islam
orang-orang yang tidak
mengenal Jahiliyah”.
Seorang Penyair
mengatakan :
Aku mengenal keburukan
bukan untuk keburukan.
Akan tetapi, untuk
membentengi diri
darinya.
Barangsiapa yang tidak
mengenal keburukan,
ia akan terjatuh di
dalamnya.
8. Edisi 6 Vol.18
Sebelum kita memulai
membaca Al Quran kita
disunnahkan membaca
ta’awudz. Bagaimana bacaan
ta’awudz itu?
Bacaan Ta’awudz adalah
ِمْيِجَّرال ِانَطْي َّالش َنِم هِلالِب ُذْوُعَأ
Artinya, “Aku berlindung kepada
Allah dari godaan syaitan yang
terkutuk.”
Maknanya, “Aku berlindung kepada
Allah dari kejelekan godaan
syaitan agar dia tidak menimpakan
bahaya kepadaku dalam urusan
agama maupun duniaku.” Syaitan
selalu menempatkan dirinya
sebagai musuh bagi kalian. Oleh
sebab itu, jadikanlah diri kalian
sebagai musuh baginya. Syaitan
bersumpah di hadapan Allah
untuk menyesatkan umat manusia.
Allah menceritakan sumpah
syaitan ini di dalam Al Quran,
الِإ)٨٢( َنيِعَمْجَأ ُْمهَّنَيِوْغأل َكِتَّزِعِبَف َالَق
)٨٣( َني ِصَلْخُمْلا ُُمهْنِم ََكداَبِع
Tafsir Al FatihahTAFSIR
Oleh: Sofyan Toha, S.Si.
9. TAFSIR
9Edisi 6 Vol.1
“Demi kemuliaan-Mu sungguh
aku akan menyesatkan mereka
semua, kecuali hamba-hamba-Mu
yang terpilih (yang diberi anugerah
keikhlasan).” (QS. Shaad: 82-83)
Dengan demikian, tidak ada
yang bisa selamat dari jerat-jerat
syaitan kecuali orang-orang yang
ikhlas.
Isti’adzah/ta’awwudz
(meminta perlindungan) adalah
ibadah. Oleh sebab itu, ia tidak
boleh ditujukan kepada selain
Allah. Karena menujukan ibadah
kepada selain Allah adalah
kesyirikan. Orang yang baik
tauhidnya akan senantiasa merasa
khawatir kalau-kalau dirinya
terjerumus ke dalam kesyirikan.
Sebagaimana Nabi Ibrahim p
yang demikian takut kepada syirik
sampai-sampai beliau berdoa
kepada Allah,
َدَلَبْلا اَذَه ْلَعْاج ِّبَر ُيمِاهَرْبِإ َالَق ْذِإَو
َمَان ْاألص َدُبْعَن ْنَأ َّيِنَبَو يِنْبُنْاجَو ًانِمآ
Artinya : "Dan (ingatlah), ketika
Ibrahim berkata, 'Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah
aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala'."
Ini menunjukkan
bahwasanya tauhid yang kokoh
akan menyisakan kelezatan di
dalam hati kaum yang beriman.
Yang bisa merasakan kelezatannya
hanyalah orang-orang yang benar-
benar memahaminya. Syaitan
yang berusaha menyesatkan
umat manusia ini terdiri dari
golongan jin dan manusia. Hal itu
sebagaimana disebutkan oleh Allah
di dalam ayat,
َنيِاطَيَش اًّوُدَع ٍّيِبَن ِّلُكِل َانْلَعَج َكِلَذَكَو
ٍضْعَب َىلِإ ُْمه ُضْعَب يُِوحي ِّنِجْلاَو ِسْناإل
اَم َكُّبَر َءاَش ْوَلَو اًروُرُغ ِلْوَقْلا َفُرْخُز
)١١٢( َونُ َرتْفَي اَمَو ْمُهْرَذَف ُهوُلَعَف
Artinya : "Dan demikianlah
Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi
itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka
tidak mengerjakannya, Maka
tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan. (QS. Al
An’aam: 112). (Diringkas dari
Syarhu Ma’aani Suuratil Faatihah,
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alus
Syaikh hafizhahullah).
Tafsir Basmalah
ِيمِحَّرال ِمنْحَّرال ِهالل ِم ْسِب
10. Edisi 6 Vol.110
TAFSIR
Artinya: “Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.”
Maknanya, “Aku memulai
bacaanku ini seraya meminta
barokah dengan menyebut seluruh
nama Allah.” Meminta barokah
kepada Allah artinya meminta
tambahan dan peningkatan
amal kebaikan dan pahalanya.
Barokah adalah milik Allah. Allah
memberikannya kepada siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Jadi,
barokah bukanlah milik manusia,
yang bisa mereka berikan kepada
siapa saja yang mereka kehendaki
(Syarhu Ma’aani Suratil Fatihah,
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alus
Syaikh hafizhahullah).
Allah adalah satu-satunya
sesembahan yang berhak diibadahi
dengan disertai rasa cinta, takut
dan harap. Segala bentuk ibadah
hanya boleh ditujukan kepada-
Nya. Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
adalah dua nama Allah di antara
sekian banyak Asma’ul Husna
yang dimiliki-Nya. Maknanya
adalah Allah memiliki kasih
sayang yang begitu luas dan agung.
Rahmat Allah meliputi segala
sesuatu. Akan tetapi, Allah hanya
melimpahkan rahmat-Nya yang
sempurna kepada hamba-hamba
yang bertakwa dan mengikuti
ajaran para Nabi dan Rasul.
Mereka inilah orang-orang yang
akan mendapatkan rahmat yang
mutlak yaitu rahmat yang akan
mengantarkan mereka menuju
kebahagiaan abadi. Adapun orang
yang tidak bertakwa dan tidak
mengikuti ajaran Nabi, maka dia
akan terhalangi mendapatkan
rahmat yang sempurna ini. (Lihat
Taisir Lathifil Mannaan, hal. 19).
Penjelasan Kandungan Surat
Tafsir Ayat Pertama
ِمَلاَعْلا ِّبَر ِهّلل ُدْمَحْلا
Artinya: “Segala puji bagi Allah
Rabb seru sekalian alam.”
Makna alhamdu adalah
'pujian kepada Allah karena sifat-
sifat kesempurnaan-Nya'. Dan juga
karena perbuatan-perbuatanNya
yang tidak pernah lepas dari
sifat memberikan karunia atau
menegakkan keadilan. Perbuatan
Allah senantiasa mengandung
hikmah yang sempurna. Pujian
yang diberikan oleh seorang
hamba akan semakin bertambah
sempurna apabila diiringi dengan
rasa cinta dan ketundukan dalam
dirinya kepada Allah. Karena,
pujian semata yang tidak disertai
dengan rasa cinta dan ketundukan,
bukanlah pujian yang sempurna.
Makna dari kata Rabb adalah
Murabbi (yang mentarbiyah;
11. TAFSIR
11Edisi 6 Vol.1
pembimbing dan pemelihara).
Allahlah Zat yang memelihara
seluruh alam dengan berbagai
macam bentuk tarbiyah. Allahlah
yang menciptakan mereka,
memberikan rezeki kepada
mereka, memberikan nikmat
kepada mereka, baik nikmat lahir
maupun batin. Inilah bentuk
tarbiyah umum yang meliputi
seluruh makhluk, yang baik
maupun yang jahat. Adapun
tarbiyah yang khusus, hanya
diberikan Allah kepada para Nabi
dan pengikut-pengikut mereka. Di
samping tarbiyah yang umum itu,
Allah juga memberikan kepada
mereka tarbiyah yang khusus yaitu
dengan membimbing keimanan
mereka dan menyempurnakannya.
Selain itu, Allah juga menolong
mereka dengan menyingkirkan
segala macam penghalang dan
rintangan yang akan menjauhkan
mereka dari kebaikan dan
kebahagiaan mereka yang abadi.
Allah memberikan kepada mereka
berbagai kemudahan dan menjaga
mereka dari hal-hal yang dibenci
oleh syariat.
Dari sini kita mengetahui
betapa besar kebutuhan alam
semesta ini kepada Rabbul
‘alamiin karena hanya Dialah
yang menguasai itu semua. Allah
satu-satunya Pengatur, Pemberi
Hidayah dan Allah-lah Yang
Mahakaya. Oleh sebab itu, semua
makhluk yang ada di langit dan
di bumi ini meminta kepada-Nya.
Mereka semua meminta kepada-
Nya, baik dengan ucapan lisannya
maupun dengan ekspresi dirinya.
Kepada-Nya lah mereka mengadu
dan meminta tolong di saat-saat
genting yang mereka alami. (Lihat
Taisir Lathiifil Mannaan, hal. 20).
Tafsir Ayat Kedua
ِيمِحَّرال ِمـنْحَّرال
Artinya: “Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.”
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
adalah nama Allah. Sebagaimana
diyakini oleh Ahlusunnah wal
Jama’ah bahwa Allah memiliki
nama-nama yang terindah. Allah
l berfirman,
واُرَذَو َاهِب ُهوُْعداَف َىن ْسُحْلا ُء َامْاألس ِهَّلِلَو
اَم َنْوَزْجُيَس ِهِئ َامْسَأ ِيف َونُدِحْلُي َينِذَّلا
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim
adalah nama Allah.
Sebagaimana diyakini
oleh Ahlusunnah wal Jama’ah
bahwa Allah memiliki
nama-nama yang
terindah
12. TAFSIR
Edisi 6 Vol.112
)١٨٠( َونُلَمْعَي واُناَك
Artinya : "Hanya milik
Allah asmaa-ul husna, Maka
bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al A’raaf: 180)
Setiap nama Allah mengandung
sifat. Oleh sebab itu, beriman
kepada nama-nama dan sifat-sifat
Allah merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari keimanan
kepada Allah. Dalam mengimani
nama-nama dan sifat-sifat Allah
ini kaum muslimin terbagi
menjadi 3 golongan yaitu: (1)
Musyabbihah, (2) Mu’aththilah dan
(3) Ahlusunnah wal Jama’ah.
Musyabbihah adalah orang-
orang yang menyerupakan sifat-
sifat Allah dengan sifat makhluk.
Mereka terlalu mengedepankan
sisi penetapan nama dan sifat
dan mengabaikan sisi penafian
(peniadaan) keserupaan
sehingga terjerumus dalam
tasybih (peyerupaan). Adapun
Mu’aththilah adalah orang-
orang yang menolak nama atau
sifat-sifat Allah. Mereka terlalu
mengedepankan sisi penafian
sehingga terjerumus dalam
ta’thil (penolakan). Ahlusunnah
berada di tengah-tengah. Mereka
mengimani dalil-dalil yang
menetapkan nama dan sifat
sekaligus mengimani dalil-dalil
yang menafikan keserupaan.
Sehingga mereka selamat dari
tindakan tasybih maupun
ta’thil. Oleh sebab itu, mereka
menyucikan Allah tanpa menolak
nama maupun sifat. Mereka
menetapkan nama dan sifat tetapi
tanpa menyerupakan-Nya dengan
makhluk. Inilah akidah yang
dipegang oleh Rasulullah l dan
para sahabatnya serta para imam
dan pengikut mereka yang setia
hingga hari ini. Inilah aqidah yang
tersimpan dalam ayat yang mulia
yang artinya,
“Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan-Nya, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy Syuura: 11). (Silakan baca
Al ‘Aqidah Al Wasithiyah karya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dan juga ‘Aqidah Ahlis Sunnah
wal Jama’ah karya Syaikh Ibnu
Utsaimin v).
Allah Maha Mendengar dan
juga Maha Melihat. Akan tetapi
pendengaran dan penglihatan
Allah tidak sama dengan
pendengaran dan penglihatan
makhluk. Meskipun namanya
sama akan tetapi hakikatnya
berbeda. Karena Allah adalah Zat
13. TAFSIR
13Edisi 6 Vol.1
Yang Mahasempurna sedangkan
makhluk adalah sosok yang
penuh dengan kekurangan.
Sebagaimana sifat makhluk itu
terbatas dan penuh kekurangan
karena disandarkan kepada
diri makhluk yang diliputi sifat
kekurangan. Maka, demikian
pula sifat Allah itu sempurna
karena disandarkan kepada sosok
yang sempurna. Sehingga, orang
yang tidak mau mengimani
kandungan hakiki nama-nama
dan sifat-sifat Allah sebenarnya
telah berani melecehkan dan
berbuat lancang kepada Allah.
Mereka tidak mengagungkan Allah
dengan sebagaimana semestinya.
Lalu adakah tindakan jahat yang
lebih tercela daripada tindakan
menolak kandungan nama dan
sifat Allah ataupun menyerupakan-
Nya dengan makhluk? Di dalam
ayat ini Allah menamai diri-Nya
dengan Ar-Rahman dan Ar-Rahiim.
Di dalamnya terkandung sifat
rahmah (kasih sayang). Akan
tetapi, kasih sayang Allah tidak
serupa persis dengan kasih sayang
makhluk.
Tafsir Ayat Ketiga
ِِّيندال ِمْوَي ِكِلاَم
Artinya: “Yang Menguasai pada hari
Pembalasan.”
Maalik adalah Zat yang
memiliki kekuasaan atau Penguasa.
Penguasa itu berhak untuk
memerintah dan melarang orang-
orang yang berada di bawah
kekuasaan-Nya. Dia juga yang
berhak untuk mengganjar pahala
dan menjatuhkan hukuman kepada
mereka. Dialah yang berkuasa
untuk mengatur segala sesuatu
yang berada di bawah kekuasaan-
Nya menurut kehendak-Nya
sendiri.
Bagian awal ayat ini
boleh dibaca Maalik (dengan
memanjangkan mim) atau Malik
(dengan memendekkan mim).
Maalik maknanya penguasa
atau pemilik. Sedangkan Malik
maknanya 'raja'.
Yaumid diin adalah 'hari
Kiamat'. Disebut sebagai hari
pembalasan karena pada saat
itu seluruh umat manusia akan
menerima balasan amal baik
maupun buruk yang mereka
kerjakan sewaktu di dunia. Pada
hari itulah tampak dengan sangat
jelas bagi manusia kemahakuasaan
Allah terhadap seluruh makhluk-
Nya. Pada saat itu akan tampak
sekali kesempurnaan dari sifat adil
dan hikmah yang dimiliki Allah.
Pada saat itu seluruh raja dan
penguasa yang dahulunya berkuasa
di alam dunia sudah turun dari
jabatannya. Hanya tinggal Allah
14. TAFSIR
Edisi 6 Vol.114
sajalah yang berkuasa. Pada saat
itu semuanya setara, baik rakyat
maupun rajanya, budak maupun
orang merdeka. Mereka semua
tunduk di bawah kemuliaan dan
kebesaran-Nya. Mereka semua
menantikan pembalasan yang akan
diberikan oleh-Nya. Mereka sangat
mengharapkan pahala kebaikan
dari-Nya. Dan mereka sungguh
sangat khawatir terhadap siksa dan
hukuman yang akan dijatuhkan
oleh-Nya. Oleh karena itu, di
dalam ayat ini hari pembalasan itu
disebutkan secara khusus. Allah
adalah penguasa hari pembalasan.
Meskipun sebenarnya Allah
jugalah penguasa atas seluruh
hari yang ada. Allah tidak hanya
berkuasa atas hari Kiamat atau
hari Pembalasan saja. (Lihat Taisir
Karimir Rahman, hal. 39).
Tafsir Ayat Keempat
ُنيِعَت ْسَن َاكَّيِإو ُدُبْعَن َاكَّيِإ
Artinya: “Hanya kepada-Mu lah
Kami beribadah dan hanya kepada-
Mu lah kami meminta pertolongan.”
Maknanya: “Kami hanya
menujukan ibadah dan isti’anah
(permintaan tolong) kepada-Mu.”
Di dalam ayat ini objek kalimat
yaitu iyyaaka diletakkan di depan.
Padahal asalnya adalah na’buduka
yang artinya 'kami menyembah-
Mu'. Dengan mendahulukan
objek kalimat yang seharusnya di
belakang menunjukkan adanya
pembatasan dan pengkhususan.
Artinya, ibadah hanya boleh
ditujukan kepada Allah, tidak
boleh ditujukan kepada selain-
Nya. Sehingga, makna dari ayat ini
adalah, ‘Kami menyembah-Mu dan
kami tidak menyembah selain-
Mu. Kami meminta pertolongan
kepada-Mu dan kami tidak
meminta pertolongan kepada
selain-Mu.
Ibadah adalah segala sesuatu
yang dicintai dan diridhai
oleh Allah. Ibadah bisa berupa
perkataan maupun perbuatan.
Ibadah itu ada yang tampak
dan ada juga yang tersembunyi.
Kecintaan dan ridha Allah
Ibadah adalah segala
sesuatu yang dicintai
dan diridhai oleh Allah.
Ibadah bisa berupa
perkataan maupun
perbuatan. Ibadah itu
ada yang tampak dan ada
juga yang tersembunyi.
Kecintaan dan ridha Allah
terhadap sesuatu bisa
dilihat dari perintah dan
larangan-Nya.
15. TAFSIR
15Edisi 6 Vol.1
terhadap sesuatu bisa dilihat
dari perintah dan larangan-Nya.
Apabila Allah memerintahkan
sesuatu, maka sesuatu itu dicintai
dan diridai-Nya. Sebaliknya,
apabila Allah melarang sesuatu,
maka sesuatu yang dilarang
tersebut berarti tidak dicintai
dan tidak ridha-Nya. Dengan
demikian, ibadah itu luas
cakupannya. Di antara bentuk
ibadah adalah do’a, berkurban,
bersedekah, meminta pertolongan
atau perlindungan, dan lain
sebagainya. Dari pengertian ini,
maka isti’anah atau meminta
pertolongan juga termasuk
cakupan dari istilah ibadah. Lalu,
apakah alasan atau hikmah di balik
penyebutan kata isti’anah sesudah
disebutkannya kata ibadah di
dalam ayat ini?
Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di rahimahulah berkata,
“Didahulukannya ibadah sebelum
isti’anah ini termasuk metode
penyebutan sesuatu yang lebih
umum sebelum sesuatu yang lebih
khusus. Juga, dalam rangka lebih
mengutamakan hak Allah l di
atas hak hamba-Nya….”
Beliau pun berkata, “Mewujudkan
ibadah dan isti’anah kepada Allah
dengan benar itu merupakan
sarana yang akan mengantarkan
menuju kebahagiaan yang abadi.
Dia adalah sarana menuju
keselamatan dari segala bentuk
kejelekan. Sehingga tidak ada
jalan menuju keselamatan kecuali
dengan perantara kedua hal ini.
Dan ibadah hanya dianggap benar
apabila bersumber dari Rasulullah
n dan ditujukan hanya untuk
mengharapkan wajah Allah
(ikhlas). Dengan dua perkara
inilah sesuatu bisa dinamakan
ibadah. Sedangkan penyebutan
kata isti’anah setelah kata ibadah
padahal isti’anah itu juga bagian
dari ibadah maka sebabnya
adalah, karena hamba begitu
membutuhkan pertolongan dari
Allah l di dalam melaksanakan
seluruh ibadahnya. Seandainya dia
tidak mendapatkan pertolongan
dari Allah, maka keinginannya
untuk melakukan perkara-perkara
yang diperintahkan dan menjauhi
hal-hal yang dilarang itu tentu
tidak akan bisa tercapai.” (Taisir
Karimir Rahman, hal. 39).
Referensi :
1. Al Qur’anul Karim
2.Tafsir Kariimirohman fii Kalamil
manan
3. Jami’ Al Bayan Fii Ta’wiil Al
Qur’an,
4. Tafsir Qur’an Al Azhim Libni
Katsir,
5. Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an,
6. Ma’alim At Tanziil,
7. Maktabah Syamilah
8. http://www.tafsir.web.id
9. http://www.muslim.or.id
16. Kapan Waktu Untuk Menumbuhkan Cinta Kepada Allah
pada Anak-anak
Pertanyaan:
Kapan jenjang yang tepat pada anak-anak untuk mulai ditumbuhkan padanya
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta kecintaan kepada semua jalan-jalan
kebaikan?
Jawab:
Apabila anak masuk usia tamyiz (bisa membedakan yang baik dan buruk), maka
mulai diajarkan. Sebelum itu, maka anak-anak ditalqinkan kalimat laa ilaaha
illallah. Juga ditalqinkan kalimat-kalimat yang baik, sebagaimana yang sudah
dilakukan banyak orang –alhamdulillah-. Adapun setelah usia tamyiz, maka dia
diajari, karena dia sudah siap untuk belajar. Misalnya dia sudah mulai disuruh
shalat dan dididik untuk mengerjakannya. Diperintahkannya dia untuk shalat
dalah pendidikan baginya agar cinta Allah dan Rasul-Nya.
Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/66262
HUKUMAN YANG TEPAT UNTUK ANAK
Pertanyaan:
Apakah hukuman yang tepat bagi anak-anak dari sisi syar’i
Jawab:
Hukuman hendaklah sebatas kesalahan. Anak-anak tentu berbeda-beda usia dan
kesalahannya. Yang wajib dilakukan adalah menjauhi pemukulan sebisa mungkin.
Kalaupun harus (dihukum) dengan pukulan, maka hendaklah pukulan yang tidak
menimbulkan madlorot (keburukan), sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Dan
pukullah mereka (para isteri yang membangkang) dengan pukulan yang tidak
meninggalkan bekas/cacat”. Sehingga pukulan yang mendidik wajib dilakukan
sebatas keperluan saja dn tidak boleh menimbulkan madlorot.
Adapun riwayat yang menyebutkan tentang dipukulnya anak-anak dalam hal sholat
“Maka pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun”, jika ini dibutuhkan, maka
pukulan yang mewujudkan maslahat dan menolak madlorot. Anak kecil hendaklah
diajari dengan ucapan dan hardikan. Lihat bagaimana Rasul berkata kepada Al
Hasan ketika mengambil kurma sedekah, beliau mengucapkan kalimat peringatan,
“Uh, Uh apakah kamu tidak tahu bahwa sedekah tidak halal bagi kita.
Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/66225
FATAWA
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak
FATAWA ULAMA
18. Edisi 6 Vol.118
Dari Abdullah bin
'Amr bin 'Ash z.
Beliau berkata, ''Saya
mendengar Rasulullah n bersabda,
'Sesungguhnya Allah tidak
mengangkat ilmu agama ini dengan
menariknya secara keseluruhan
dari seluruh hamba. Namun, Ia
mengangkatnya dengan mewafatkan
para ulama. Hingga ketika Allah
tidak lagi menyisakan seorang pun
ulama, orang-orang pun mengangkat
pempimpin-pemimpinnya dari
kalangan orang-orang bodoh (dalam
agama). Pemimpin-pemimpin
bodoh ini lantas ditanya (persoalan-
persoalan agama), kemudian
mereka berfatwa tanpa landasan
ilmu, hingga mereka pun sesat dan
menyesatkan''. (HR. Bukhari, 1/
105)
Islam dan Ilmu
Agama dan ilmu adalah dua
hal yang tidak dapat dipisahkan.
Untuk mengamalkan agama secara
benar, seorang dituntut untuk
berilmu. Agar ilmu yang dimiliki
bermanfaat dan tidak malah
menjadi bumerang, maka seorang
dituntut beramal dengan agama
yang dimilikinya itu (beragama
secara menyeluruh). Dan, untuk
mendakwahkan agama ini kepada
orang lain, pun seorang harus
memiliki ilmu agama.
Allah berfirman menunjuki
kaum muslimin agar meminta
petunjuk-Nya kepada jalan yang
benar, dan meminta perlindungan
kepada Allah dari jalan orang-
orang sesat dan orang-orang yang
dimurkai;
NIKMAT ITU
JANGAN ENGKAU SIA-SIAKAN
ُهَّلال َّىل َص ِهَّلال َولُسَر ُتْعِمَس َالَق ِاصَعْلا ِنْب وِرَْمع ِنْب ِهَّلال ِدْبَع ْنَع
ِداَبِعْلا ْنِم ُهُعِزَتْنَي ًاعَازِتْنا َمْلِعْلا ُضِبْقَي َلا َهَّلال َّنِإ ُولُقَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع
َذَخَّتا ًامِلَاع ِقْبُي ْمَل اَذِإ َّىتَح ِء َامَلُعْلا ِضْبَقِب َمْلِعْلا ُضِبْقَي ْنِكَلَو
واُّل َضَأَو واُّل َضَف ٍمْلِع ِ ْريَغِب اْوَتْفَأَف واُلِئ ُسَف ًَّالاهُج اًوسُءُر َُّاسنال
HADITS
Oleh: Muhammad Irfan Zain. Lc.
19. HADITS
19Edisi 6 Vol.1
َاطَ ِرص )6( َيمِقَت ْسُمْلا َاطَ ِّرالص اَنِدْ{اه
ِوب ُضْغَمْلا ِ ْريَغ ْمِهْيَلَع َتْمَعْنَأ َينِذَّلا
]7 ،6 :[الفاتحة })7( َنيِّلا َّالض َلاَو ْمِهْيَلَع
''Ya Allah tunjukilah
kami jalan yang lurus. Yaitu
jalan mereka yang telah Engkau
beri nikmat kepadanya. Bukan
jalan mereka yang dimurkai, dan
bukan pula jalan mereka yang
sesat''. (Al Faatihah; 6-7). Imam
Ibnu Katsir v berkata;
عىل مشتملة اإلميان أهل طريقة إن
فقدوا واليهود ،به والعمل بالحق العلم
كان ولهذا العلم؛ فقدوا والنصارى ،العمل
ألن ،للنصارى والضالل ،لليهود الغضب
بخالف ،الغضب استحق وترك علم من
قاصدين كانوا ملا والنصارى .يعلم مل من
ألنهم ،طريقه إىل يهتدون ال لكنهم اًئشي
الرسول اتباع وهو ،بابه من األمر يأتوا مل
ضلوا ،الحق
''Sesungguhnya jalan yang ditempuh
oleh orang beriman harus senantiasa
diiringi dengan ilmu dan amal
yang benar. Orang-orang Yahudi
tidak beramal dengan ilmunya,
sedang orang-orang Nashrani tidak
melandaskan amalannya dengan
ilmu yang benar. Oleh karena itu,
murka Allah ditimpakan kepada
orang-orang Yahudi. Sementara
kesesatan disematkan kepada orang-
orang Nashrani. Barangsiapa yang
tidak melaksanakan ilmu yang
dimilikinya, sungguh ia berhak
mendapat murka; merekalah orang-
orang Yahudi. Adapun orang-orang
Nashrani, ketika mereka ingin
mendapatkan sesuatu tetapi tidak
menempuh jalan yang benar, yaitu
mengikuti jalannya Rasul yang
benar; di saat itulah mereka menjadi
sesat".(1/ 141).
Dalam berdakwah, Allah
berfirman menunjuki jalan yang
seharusnya ditempuh oleh kaum
muslimin;
َىَلع ِهَّلال َىلِإ وُْعدَأ ِييلِبَس ِهِذَه ْلُق{
اَمَو ِهَّلال َانَحْبُسَو يِنَعَبَّتا ِنَمَو اَنَأ ٍةَري ِصَب
]108 :[يوسف }َنيِكِ ْرشُمْلا َنِم اَنَأ
''Katakanlah wahai Muhammad
kepada kaummu, "Inilah jalan
yang aku tempuh. Di jalan ini
aku mengajak manusia ke jalan
Allah berdasarkan ilmu. Inilah
jalanku dan jalan orang-orang yang
mengikutiku. Mahasuci Allah, dan
tidaklah aku masuk dalam golongan
orang-orang yang musyrik''. (Yusuf;
108)
Pilar-Pilar Dunia
Menelaah hadits tentang
lenyapnya ilmu agama
-sebagaimana yang telah
20. HADITS
Edisi 6 Vol.120
disampaikan di awal bahasan-
diketahui bahwa ilmu agama
ini adalah rukun penting dari
keberlangsungan hidup di dunia.
Bila ilmu agama ini lenyap,
maka lenyaplah ilmu yang Allah
jadikan sebagai penuntun hidup
di dunia. Dan ketika orang-
orang sudah tidak lagi mengenali
landasan hidupnya yang benar,
maka saat itulah tatanan sosial
akan porak-poranda dan bencana
demi bencana akan datang silih
berganti, hingga puncaknya ketika
sangkakala telah ditiup. Di saat itu,
kebenaran telah menjadi sesuatu
yang sangat kabur oleh derasnya
gelombang pemikiran dan syubhat
para penebar kejahatan dan fitnah.
Kebenaran dianggap kejahatan
dan kejahatan diklaim sebagai
kebaikan. Anas zberkata, dari
Rasulullah n;
ُمْلِعْلا َعَفْرُي ْنَأ ِةَعا َّالس ِاطَ ْرشَأ ْنِم َّنِإ
.اَنِّزال َرَهْظَيَو ُرْمَخْلا َبَ ْرُشيَو ُْلهَجْلا َتُبْثَيَو
''Di antara tanda-tanda Kiamat
adalah diangkatnya ilmu agama,
merebaknya kebodohan (terhadap
agama), khamar telah menjadi
minuman legal, demikian juga zina
telah menjadi fenomena yang biasa''.
(HR. Bukhari, 1/ 84).
Deskripsi kerusakan yang
terjadi pada saat itu, lebih detail
digambarkan oleh Rasulullah
n dalam sebuah hadits shahih
karena beberapa syahidnya, yang
disampaikan oleh Abu Hurairah
z; "Bilamana harta rampasan
perang tidak lagi dibagikan kepada
orang-orang yang berperang,
namun dikuasai oleh negara;
amanah diabaikan; zakat telah
dianggap sebagai sebuah beban
yang merugikan; ilmu dipelajari
tidak untuk mendekatkan diri
kepada Allah l; seorang lelaki
taat kepada istrinya dengan
mendurhakai ibunya; berbuat baik
kepada temannya dan berlaku
kasar terhadap bapaknya; sebuah
kaum dipimpin oleh seorang
fasik dan hina; seorang lelaki
dimuliakan -semata- karena ia
ditakuti; bermunculan penyanyi-
penyanyi wanita; alat-alat musik
semakin banyak dimainkan; orang-
orang telah menjadikan khamar
sebagai minumannya; ummat yang
datang belakangan melaknat para
ilmu agama ini adalah
rukun penting dari
keberlangsungan hidup
di dunia. Bila ilmu
agama ini lenyap, maka
lenyaplah ilmu yang
Allah jadikan sebagai
penuntun hidup di
dunia.
21. HADITS
21Edisi 6 Vol.1
pendahulu mereka yang shaleh;
ketika hal tersebut telah terjadi,
tunggulah kedatangan adzab
berupa angin merah, gempa bumi,
pengubahan rupa, dan turunnya
hujan batu serta munculnya
tanda-tanda kiamat lain secara
berturut-turut." (HR. Tirmidzi,
4/ 495). Seluruh kerusakan yang
diinformasikan dalam hadits ini,
penyebab utamanya tiada lain
adalah terangkatnya ilmu agama,
ilmu yang sejatinya menjadi
pedoman hidup seluruh manusia.
Lantas adakah pengusung ilmu
agama ini melainkan para ulama?
Rasulullah n bersabda;
ْمَل َءاَيِبْنَاأل َّنِإَو ِءاَيِبْنَاأل ُةَثَرَو َء َامَلُعْلا َّنِإ
ْنَمَف َمْلِعْلا واُثَّرَو ًامَهْرِد َالَو اًرَانيِد واُثِّرَوُي
ٍرِفاَو ٍّظَحِب َذَخَأ ُهَذَخَأ
"Sesungguhnya para ulama
adalah pewaris sekalian nabi. Dan
sesungguhnya para nabi tidaklah
mewariskan dinar dan dirham.
Namun, warisannya adalah ilmu
agama. Maka, barangsiapa yang
mengambil warisan itu, sungguh ia
telah mengambil bagiannya yang
banyak". (HR. Abu Daud, 3/354).
Dalam hadits lain, Rasulullah
n bersabda;
عدوله خلف كل من العلم هذا يحمل
وانتحال الغالني تحريف عنه ينفون
الجاهلني وتأويل املبطلني
"Ilmu agama ini dari generasi ke
generasi akan diemban oleh orang-
orang terpercaya dan berintegrasi.
Merekalah generasi yang akan
menampik penyimpangan beragama
yang dilakukan oleh kelompok
yang berlebihan; menjawab
syubhat kelompok yang berusaha
membatalkan syari'at; dan
membatalkan takwil salah yang
dilakukan oleh orang-orang yang
tidak paham agama". (HR. Baihaqi,
lihat di Misykaatu al Mashaabiih,
1/53) ... Para ulama, mereka itulah
pilar-pilar dunia ……
Awal Musibah
Lenyapnya ilmu agama, itulah
awal dari puncak seluruh musibah.
Lenyapnya ilmu agama secara utuh
ditandai dengan wafatnya para
ulama. Rasulullah n bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak
mengangkat ilmu agama ini dengan
menariknya secara keseluruhan
dari seluruh hamba. Namun Ia
mengangkatnya dengan mewafatkan
para ulama". Dengan wafatnya
para ulama, maka bersamaan
dengan itu, lenyap pula ilmu yang
dibawanya.
Di samping itu, lenyapnya
ilmu juga mungkin terjadi ketika
para ulama diam dan enggan atau
tidak berani tampil menyuarakan
22. HADITS
Edisi 6 Vol.122
kebenaran dan ilmu yang mereka
miliki. Padahal, menyuarakan
kebenaran dan ilmu, amar ma'ruf-
nahi mungkar, adalah bagian yang
sangat krusial dalam agama ini.
Rasulullah n bersabda;
ُةَيح َِّصنال ُِّيندال
''Agama itu adalah nasihat''. (HR.
Muslim 1/ 53).
Allah berfirman;
َونُرُمْأَت َِّاسنلِل ْتَجِرْخُأ ٍةَّمُأ َ ْريَخ ُْمتْنُك{
َُوننِمْؤُتَو ِرَكْنُمْلا َِنع َنْوَهْنَتَو ِوفُرْعَمْلاِب
]110 :انرعم [آل }ِهَّلالِب
"Kalian adalah ummat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia,
yaitu ketika kalian menyeru
kepada kebaikan, melarang dari
hal mungkar dan beriman kepada
Allah". (Ali Imraan: 110).
Allah berfirman tentang
sebab terlaknatnya Bani Israil,
َْسئِبَل ُهوُلَعَف ٍرَكْنُم َْنع َنْوََاهنَتَي َلا واُناَك{
]79 :[املائدة }َونُلَعْفَي واُناَك اَم
"Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan mungkar yang
mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu". (Al Maaidah; 79).
Umar bin Abdul 'Aziz v
berkata,
اًرس يكون حتى يهلك ال العلم إن
"Tidaklah ilmu agama itu lenyap
melainkan jika ia tersembunyi dan
tidak dinampakkan". (Shahih al
Bukhari, 1/104)
Berilah Saham Positif
Kewajiban mempelajari dan
menyebarkan ilmu merupakan
satu diantara pesan yang hendak
disampaikan melalui hadits tentang
lenyapnya ilmu, yang merupakan
satu di antara tanda dekatnya hari
kiamat.
Sebagai muslim, tentu tidak
seorang pun menginginkan
atau bahkan pernah berfikir
menjadi satu dari mereka yang
berkontribusi dalam proses
lenyapnya ilmu agama ini. Meski
demikian, tidak sedikit dari
mereka yang secara tidak sadar
masuk dalam lingkaran proses
tersebut, terbawa arus kekinian
yang sarat dengan perkara-perkara
samar dan menjebak.
Tuntutan ekonomi misalnya,
tidak jarang dijadikan sebab oleh
beberapa saudara kita yang telah
Allah karuniai kesempatan dan
kemampuan mempelajari agama
secara khusus untuk beralih status
dari seorang ustadz, da'i atau
peneliti hukum agama menjadi
seorang yang full menekuni
bisnis atau full menggeluti profesi
keduniaannya yang lain.
Tuntutan untuk selalu eksis
dan menjadi yang terdepan dalam
23. HADITS
23Edisi 6 Vol.1
penilaian wilayah kerja tertentu.
Terkadang membuat pimpinan
sebuah perusahaan memporsir
seluruh potensi yang dimiliki
oleh pekerjanya, hingga tidak lagi
tersisa waktu bagi mereka untuk
belajar agama melainkan diselipan-
selipan waktu istirahatnya.
Inilah beberapa hal yang
terkadang tanpa atau kurang
disadari dapat menjadi
batu sandungan dari proses
tetap eksisnya ilmu agama.
Dan pemaparan ini, tidak
sama sekali bertujuan untuk
mengecilkan profesi keduniaan
atau menyepelekan pentingnya
profesionalisme kerja. Namun
jangan sampai hal tersebut
berimplikasi pada menghambat
atau kurang maksimalnya
kerja dan usaha kita untuk
mempertahankan eksistensi ilmu
agama, baik untuk pribadi ataupun
untuk orang sekitar kita.
Abu Hurairah v berkata, dari
Rasulullah n bersabda
نعمة فهي نسيه ثم الرمي تعلم من
جحدها
"Barangsiapa yang lupa teknik
memanah setelah dipelajari dan
diketahuinya, sungguh hal itu
adalah (bagian dari) nikmat yang
diingkarinya". (HR. Bazzar dan
Thabraani, lihat di Shahih at
Targhiib wa at Tarhiib, 2/ 48).
Dipahami dari hadits ini
bahwa bila saja melupakan teknik
memanah digolongkan masuk
dalam kategori kufur nikmat, maka
bagaimanakah dengan mereka
yang lupa akan ilmu agama yang
telah dipelajarinya karena sibuk
dengan urusan keduniaan.
Manfaatkan dan Jangan Berikan
Kepada Mereka
Perkembangan teknologi yang
berjalan sangat pesat, sungguh
telah menjadikan arus informasi
sangat cepat bisa diakses oleh siapa
pun, di mana serta kapan pun
mereka berada. Demikianlah ilmu
agama yang benar, seharusnya
turut terpublis dan mengalir
bersama dengan derasnya aliran
berbagai informasi lainnya.
Kalau dahulu, ilmu agama
itu terpusat di masjid-masjid, pada
majelis-mejelis ilmu di dalamnya.
Kalau dahulu, jika majelis-majelis
itu tidak dipandu oleh orang-orang
terpercaya, niscaya akan dipandu
oleh para perusak dan penebar
syubhat; maka demikianlah di era
globalisasi saat ini. Berbagai media
informasi saat ini, seharusnya tidak
boleh kosong dari orang-orang
yang secara tekun menghiasinya
dengan "qaala Allahu wa qaala
Rasuluhu wa qaala as Shahaabah"
(firman Allah, sabda Rasul, dan
penjelasan serta hikmah-hikmah
24. HADITS
Edisi 6 Vol.124
para sahabat dan para ulama).
Acara kerohanian di televisi,
seharusnya dipandu oleh para
ulama; siaran kerohanian di
radio, seharusnya dipandu oleh
para ulama; grup-grup diskusi
kerohanian di sosmed, seharusnya
dipandu oleh para ulama; dan
para ulama serta mereka yang
memiliki pemahaman agama
yang baik, seharusnya memiliki
keterpanggilan untuk mengisi
seluruh lini arus informasi
itu dengan hal-hal positif dan
bermanfaat.
Olehnya, Umar bin Abdul
'Aziz v, dalam surat yang
ditujukannya kepada Ibnu Hazm
v berkata –sebagaimana yang
telah dinukil sebahagiaannya
sebelum ini
ِهَّلال ِولُسَر ِيثِدَح ْنِم َانَك اَم ْر ُظْنا
ُتْفِخ ِّينِإَف ُهْبُتْكاَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّلال َّىل َص
ْلَبْقَت َلاَو ِء َامَلُعْلا َابَهَذَو ِمْلِعْلا َوسُرُد
َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّلال َّىل َص ِّيِبَّنال َيثِدَح َّلاِإ
َمَّلَعُي َّىتَح وا ُسِلَْجتْلَو َمْلِعْلا وا ُشْفُتْلَو
َّىتَح ُكِلْهَي َلا َمْلِعْلا َّنِإَف ُمَلْعَي َلا ْنَم
اًِّسر َونُكَي
"Periksalah informasi yang sampai
kepadamu dan pilih serta tulislah
hadits Rasulullah n. Sungguh saya
khawatir tergerusnya ilmu agama
dan wafatnya para ulama. Jangan
engkau terima melainkan hadits
Rasulullah n saja. Sebarlah ilmu
agama ini dan duduklah mengajar,
agar mereka yang tidak tahu agama
menjadi tahu tentang agama
mereka. Sesungguhnya ilmu agama
tidaklah akan lenyap melainkan
jika ia tersembunyi dan tidak
dinampakkan". (Shahih al Bukhari,
1/104). Dan disaat ilmu agama
ini telah tersembunyi, maka ketika
itulah," orang-orang akan mengambil
informasi keagamaan dari nara
sumber-nara sumber yang bodoh
(dalam agama). Para nara sumber
itu lantas berfatwa tanpa landasan
ilmu, hingga merekapun sesat dan
menyesatkan".
Penutup
Ilmu agama adalah nikmat
besar yang Allah karuniakan
kepada seorang. Para ulama yang
merupakan pengusung-pengusung
ilmu itu, –juga- adalah karunia
agung yang Allah anugerahkan
kepada seluruh alam. Olehnya,
menjadi kewajiban seluruh pihak
yang diberi nikmat dan keutamaan
itu untuk bersyukur dengan
sesungguhnya kepada Allah, yang
telah mengaruniakannya;
*) Bagi yang telah diberi
kemudahan untuk mempelajari
dan mendalami agama ini,
tetapkanlah hati dan kokohkan
25. HADITS
25Edisi 6 Vol.1
jiwa untuk menempuh sebaik-baik
jalan yang telah ditempuh oleh
generasi-generasi terbaik, "Sebaik-
baik kalian adalah mereka yang
belajar dan mengajarkan al Quran".
Rabi'ah berkata;
ِمْلِعْلا ْنِم ٌءْ َيش ُهَدْنِع ٍدَحَِلأ يِغَبْنَي َلا
ُه َسْفَن َعِّي َُضي ْنَأ
"Tidak seharusnya seorang yang
telah dikaruniai sebagian dari ilmu
agama ini, lantas menyia-nyiakan
dirinya". (Shahih al Bukhari, 1/ 84).
Mengomentari pernyataan Beliau,
al Hafidzh berkata
ْمهَف ِهيِف َانَك ْنَم َّنَأ ةَعيِبَر ادَرُمَو
لِمْهُي ْنَأ ُهَل يِغَبْنَي َلا ِمْلِعْلِل ةَّيِلِباَقَو
ِّيدَؤُي َّلاَئِل ، به الَغِتْشِلاا كُ ْرتَيَف سهْفَن
. مْلِعْلا عْفَر َىلِإ َكِلَذ
"Maksud dari pernyataan Rabi'ah,
barangsiapa yang memiliki
kemampuan untuk mempelajari
dan memahami agama secara (lebih)
baik, maka tidak sepantasnya ia
menyia-nyiakan dirinya dengan
meninggalkan kesibukan yang terkait
dengan ilmu (dan beralih pada
kegiatan-kegiatan lainnya). Fokus
yang dituntut atasnya ini bertujuan
agar kegiatan-kegiatannya yang
lain tersebut tidak menjadi sebab
lenyapnya ilmu (yang dimilikinya)".
(Fathul Baari, 1/ 131)
*) Bagi masyarakat awwam,
yang memiliki keterbatasan ilmu
agama, hendaknya mereka giat
menuntut ilmu agama dari para
ulama dan membantu para ulama,
serta mendukung mereka agar
tetap dapat focus dengan amanah
yang mereka emban.
Pada akhirnya, semoga Allah
menjadikan kita semua sebagai
hamba-hamba Nya yang senantiasa
bersyukur. Dengan itu, semoga Ia
berkenan menambahkan nikmat
Nya kepada kita. Dan menjauhkan
kita dan anak cucu kita dari segala
fitnah yang membinasakan.
Referensi :
1.Al Quran al Kariim
2.Tafsiiru al Quran al <Adzhiim, oleh
Imam Ismail bin Umar bin Katsiir.
3.Al Jaami’e Al Musnad As Shahiih,
oleh Imam Muhammad bin Ismail Abu
Abdillah al Bukhari.
4.Al Jaami>u as Shahiih, oleh Abu al
Husain Muslim bin Hajjaaj
5.Al Jaami>e as Shahiih Sunan at
Tirmidzi, oleh imam Muhammad bin
<Isa at Tirmidzi
6.Sunan Abi Daud, oleh Imam Sulaiman
bin al Asy’ats Abu Daud as Sajastaani al
Azdiy
7.Misykaatu al Mashaabiih, oleh
Muhammad bin Abdillah al Khathiib
al <Umary, dengan pentahqiiq yaitu
Muhammad Nashiruddin al Baani.
8.Shahiih at Targhiib wa at Tarhiib,
syaikh Muhammad Nashiruddin al Baani
9.Fathul Baari, oleh al Haafidzh Ahmad
bin <Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
Hajar al <Asqalaani.
26. Edisi 6 Vol.126
Segala perbuatan harus
memiliki aturan
sehingga sesuai dengan
syari’at. Kapan saja suatu
amalan/perbuatan tidak
memiliki aturan maka terlarang.
Betapa banyak orang yang lalai
dari aturan-aturan tersebut
sehigga ia terjatuh dalam larangan
tanpa sadar. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang mengerjakan
suatu amalan tanpa ada perintah
dari kami, maka amalan tersebut
tertolak” (HR. Muslim)
Di antara amalan yang harus
diatur dengan aturan-aturan syar’i
adalah Mizah (Bercanda) yang
banyak terjadi dan sedikit sekali
orang yang mengaturnya dan
membatasainya dengan aturan
syar’i.
Mizah (bercanda/bergurau)
adalah wasilah atau sarana
untuk mendapatkan kesenangan.
Bercanda bisa mendatangkan
beberapa faidah diantaranya;
dapat memberikan rasa gembira
kepada teman, menghilangkan
rasa kesendirian dan kesepian,
mengakrabkan, melembutkan
hati, menghilangkan rasa
takut, marah dan stress. Di
samping itu berguarau juga bisa
FIQIH BERCANDA
FIQIH
Oleh: Agung Wahyu Adhy, Lc.
27. FIQIH
27Edisi 6 Vol.1
menghilangkan kejemuan dan
kebosanan.
Kalau kita menilik
kehidupan Rasulullah n dan
para sahabatnya, maka akan kita
temukan riwayat-riwayat bagaiman
Rasul dan para sahabatnya
terkadang juga bergurau satu
dengan yang lainnya. Abu Dawud
meriwayatkan dalam Sunannya
dari hadits Anas;
“Sungguh, ada seorang lelaki
meminta kepada Nabi n sebuah
kendaraan untuk dinaiki. Nabi n
mengatakan, ‘Aku akan memberimu
kendaraan berupa anak unta.’ Orang
itu (heran) lalu berkata, ‘Apa yang
bisa saya perbuat dengan anak unta
itu?’ Nabi n bersabda, ‘Bukankah
unta betina itu tidak melahirkan
selain unta (juga)?’.”(HR. Abu
Dawud dan at-Tirmidzi)
Walhasil, bercanda dan
bergurau asalnya adalah perkara
yang mubah dan boleh asalkan di
lakukan dengan porsi yang tepat,
pada waktu yang tepat dan tidak
melanggar norma-norma agama.
Bergurau pada waktu kita memang
membutuhkannya, namun tetap
tegas dan serius pada tempat yang
memang menuntut kita untuk itu.
Ibnu Umar pernah ditanya,
“Apakah dahulu para sahabat suka
tertawa? Beliau menjawab, “Ya,
akan tetapi iman dalam hati mereka
seperti gunung”.
Bilal bin Sa’ad berkata, “Aku
mendapatkan para sahabat adalah
orang yang tegas dalam masalah
kehormatan, namun sebagian
mereka juga tertawa dengan yang
lainnya, dan apabila malam telah
datang maka mereka menjadi ahli
ibadah”.
Agar bergurau dan canda
mendatangkan manfaat, tidak
melanggar norma dan etika agama
serta tidak menimbulkan dosa,
berikut kami sebutkan beberapa
batasan fiqih dalam bercanda;
1. Tidak bercanda dengan
cara memperolok-olok
agama
Tidak boleh menjadikan
agama dan syiar-syiarnya sebagai
bahan bercanda. Sebagaimana
tidak boleh menjadikan ayat-
ayat Allah dan hadits Rasulullah
sebagai candaan dan gurauan.
Perbuatan ini dikategorikan
sebagai pembatal keislaman. Allah
berfirman;
ُوضُخَن َّانُك اَ َّمنِإ َّنُلوُقَيَل ُْمهَتْلَأَس ْ ِنئَلَو
ُْمتْنُك ِهِلوُسَرَو ِهِتاَيآَو ِهَّلالِبَأ ْلُق ُبَعْلَنَو
َدْعَب ْمُتْرَفَك ْدَق واُرِذَتْعَت (٥٦)ال َونُئِزْهَت ْسَت
ْمُكِنَاميِإ
“Dan jika kamu tanyakan kepada
mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentulah mereka akan
manjawab, "Sesungguhnya Kami
hanyalah bersenda gurau dan
28. FIQIH
Edisi 6 Vol.128
bermain-main saja." Katakanlah:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-
Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?" Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman” (At Taubah: 65-
66)
Ibnu Taimiyah v berkata,
“Memperolok-olok Allah, ayat-
ayatNya dan Rasul-Nya adalah
kekufuran, yang mana pelakunya
dihukumi kafir sesudah beriman”.
Ibnu Abbas zberkata,
“Barangsiapa yang berbuat dosa
sambil tertawa, maka ia akan masuk
neraka sambil menangis”.
Termasuk dalam larangan ini
adalah memperolok-olok sunnah
meskipun hanya sekedar bercanda,
seperti memperolok-olok orang
yang tidak isbal, memanjangkan
jenggot, atau wanita yang bercadar,
atau bermain-main dengan
hukum-hukum syar’i yang lain.
2.Tidak berdusta dalam
bercanda
Nabi n bersabda:
َكِح ْضُيِل ُبِذْكَيَف ُِّثدَُحي ىِذَّلِل ٌلْيَو
ُهَل ٌلْيَو ،ُهَل ٌلْيَو ،َمْوَقْلا ِهِب
“Celakalah orang yang bercerita
lalu berdusta untuk membuat tawa
manusia, celakalah ia, celakalah
ia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-
Tirmidzi, dan al-Hakim)
Rasul n juga bersabda,
“Sesungguhnya saya bercanda dan
saya tidaklah mengatakan selain
kebenaran.” (HR. ath-Thabarani
dalam al-Kabir)
3.Tidak boleh menghina,
merendahkan dan
mengejek orang lain
Menghina orang lain atau
mengejeknya meskipun hanya
sebatas bercanda merupakan
perbuatan haram bahkan
dikategorikan dosa besar. Seperti
mengejek nama, postur tubuh,
kekurangan fisik, sifat dan lainnya.
Allah berfirman:
ْنِم ٌومَق ْرَخ ْسَي ال ُوانَمآ َينِذَّلا َاهُّيَأ اَي
الَو ُْمهْنِم اً ْريَخ واُنوُكَي ْنَأ َىَسع ٍمْوَق
َّنُهْنِم اً ْريَخ َّنُكَي ْنَأ َىَسع ٍءا َسِن ْنِم ٌءا َسِن
“Barangsiapa yang
berbuat dosa sambil
tertawa, maka ia akan
masuk neraka sambil
menangis”.
“Celakalah orang yang
bercerita lalu berdusta
untuk membuat tawa
manusia, celakalah ia,
celakalah ia.”
29. FIQIH
29Edisi 6 Vol.1
ِابَقْلاألِب ُوازَبَانَت الَو ْمُك َسُفْنَأ ُوازِمْلَت الَو
ْنَمَو ِانَمياإل َدْعَب ُوق ُسُفْلا ُمْاالس َْسئِب
)١١( َونُمِلاَّالظ ُمُه َكِئَلوُأَف ُْبتَي ْمَل
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya,
boleh Jadi yang direndahkan itu
lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim” (Al Hujuroot: 11)
4.Tidak menakut-nakuti
saudaranya
Seorang muslim hendaklah
selalu menciptakan suasana
yang tenang, nyaman dan
kondusif. Namun terkadang
karena kebodohannya, ia pun
berbuat iseng dan bercanda
yang tidak tepat, yaitu dengan
cara menakut-nakuti kawan dan
saudaranya yang lain. Modusnya
beragam, ada yang membuat-
buat pocongan, suara-suara yang
menyeramkan atau modus-modus
lainnya. Perbuatan konyol dan
keterlaluan ini berbahaya karena
bisa meninggalkan trauma pada si
korban.
Abu Dawud dalam
Sunannya meriwayatkan dari Abu
Laila, ia berkata, “Para sahabat
Rasul telah menceritakan kepada
kami, bahwa mereka pernah
berjalan di malam hari bersama
Nabi n. Lalu tatkala salah seorang
dari mereka tertidur, sebagian dari
mereka beranjak kepadanya dan
mengambil talinya, sehingga ia
pun ketakutan. Maka Rasulullah
n bersabda, “Tidak boleh seorang
muslim menakut-nakuti muslim
yang lain” (HR. Abu Dawud)
5.Tidak mengacungkan/
menodongkan senjata
Hal lain yang perlu
diperhatikan saat bercanda adalah
tidak bolehnya bercanda dengan
mengacungkan/menodongkan
senjata kepada teman kita. Ini
Hal Lain yang perlu di
perhatikan saat bercanda
adalah:
Tidak bolehnya bercanda
dengan mengacungkan/
menodongkan senjata
kepada teman kita. Ini
sangat berbahaya karena
bisa jadi syaitan merebut
tangan kita dan akhirnya
senjata tersebut melukai
atau bahkan membunuh.
30. FIQIH
Edisi 6 Vol.130
sangat berbahaya karena bisa jadi
syaitan merebut tangan kita dan
akhirnya senjata tersebut melukai
atau bahkan membunuh.
Rasulullah n bersabda,
“Janganlah salah seorang kalian
menunjuk kepada saudaranya
dengan senjata, karena dia tidak
tahu, bisa jadi setan mencabut dari
tangannya, lalu dia terjerumus ke
dalam neraka.” (Muttafaqun ‘alaih
dari Abu Hurairah z)
6. Mengambil harta orang
lain sambil bercanda
Kalau mengambil harta secara
serius maka dinamakan pencurian.
Adapun mengambil harta secara
bercanda maka ini perbuatan yang
tidak ada manfaatnya bahkan bisa
menimbulkan kejengkelan dan
permusuhan.
Nabi n bersabda;
اًبِعَلا ِهِبِاح َص ََاعتَم ْمُكُدَحَأ َّنَذ ُخْأَي َلا
ِهِبِاح َص ا ََصع َذَخَأ ْنِإَو ًّاداَج َلاَو
ِهْيَلَع اََّهدُ َريْلَف
“Janganlah salah seorang kalian
mengambil barang temannya (baik)
bermain-main maupun serius.
Meskipun ia mengambil tongkat
temannya, hendaknya ia kembalikan
kepadanya.” (HR. Ahmad, Abu
Daud, at-Tirmidzi).
7.Tidak berlebih
lebihan dalam bercanda
Dibolehkannya bercanda
adalah dalam rangka mengganti
suasana, menghilangkan kejemuan
dan kebosanan. Oleh karena itu,
tidak boleh berlebih-lebihan dalam
bercanda sehingga waktu kita
habis dan terbuang hanya untuk
tertawa dan tertawa. Apalagi kalau
dibarengai dengan tawa terbahak-
bahak, maka ini tidak boleh.
Rasulullah n melarang kita
sering tertawa sebagaimana
sabdanya.
ِكِح َّالض َةَ ْرثَك َّنِإَف َكِح َّالض ِ ِرثْكُت َال
َبْلَقْلا ُتْيِ ُمت
“Janganlah engkau sering tertawa,
karena sering tertawa akan
mematikan hati.” (Shahih Sunan
Ibnu Majah no. 3400)
Demikianlah beberapa aturan
yang harus kita perhatikan saat
kita ingin bercanda dan bergurau.
Wallahu’alam.
Sumber:
http://www.saaid.net/arabic/ar27.htm
Al Mizah Bainal Masyru’ wal Mamnu’- Abu
Muhammad Al Hijazi
(dengan penyesuaian)
“Janganlah engkau sering
tertawa, karena sering
tertawa akan mematikan
hati.”
31. USTADZ MOHAMAD ALAM NOVIAN, M.Pd
( Pengajar Bidang Ekonomi di Al Binaa)
Atas Pernikahannya
Ahad, 9 Agustus 2015
Garut. Jawa Barat
USTADZ MUHAMMAD MUCHTAR, Lc
( Pengajar Bidang Muhadatsah dan Aqidah di Al Binaa)
Atas Pernikahannya
Ahad, 9 Agustus 2015
Brebes. Jawa Tengah
KELUARGA BESAR YAYASAN BINAAUL MUSTAQBAL DAN
MA’HAD AL BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL
MENGUCAPKAN SELAMAT KEPADA :
"Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan
atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dalam
kebaikan"
1
2
32. Edisi 6 Vol.132
Para pembaca yang
kami cintai. Pada
edisi sebelumnya
telah disampaikan
pembahasan tentang Potret Sifat
Pendidik yang Sukses, yaitu
suatu karakter atau sifat-sifat
tertentu yang sebaiknya dimiliki
oleh pendidik yang dengan sifat
tersebut dapat diteladani dan
mampu menginspirasi.
Pada edisi kali ini akan
dibahas tentang core value (nilai-
nilai inti) yang melekat pada diri
penuntut ilmu yang dengan nilai
inti tersebut menjadi ciri yang
membedakan dari orang lain
untuk memperoleh ilmu yang
tinggi.
Kalau kita membaca biografi
atau perjalanan hidup para
sahabat Nabi n dalam mencari
ilmu hingga mencapai derajat
keilmuan yang tidak dimiliki orang
lain, maka suatu hal yang selalu
melekat pada diri mereka adalah
adanya kekuatan niat, keikhlasan,
kesungguhan, kerja keras, dan
kesabaran.
Kekuatan niat, keikhlasan,
kesungguhan, kerja keras, dan
kesabaran merupakan core value
atau nilai inti diantara sebab untuk
mencapai kesuksesan. Tidak semua
penuntut ilmu memiliki core value
tersebut, meskipun mereka tahu
kalau dengan memilikinya akan
menjadi sebab untuk mendapatkan
ilmu yang banyak. Namun untuk
menanamkan core value tersebut
dalam jiwa penuntut ilmu sehingga
menjadi sumber motivasi yang
dapat menjadi pemantik semangat
agar penuntut ilmu selalu tegar
penuntut
ilmu
yang sukses
dari
CORE VALUE
PENDIDIKAN
Oleh: Ustadz Hasyim Nur, S.Pd.
33. PENDIDIKAN
33Edisi 6 Vol.1
dan gigih untuk mencari ilmu,
maka hal ini membutuhkan
sumber inspirasi. Sumber inspirasi
adalah yang dapat mendorong
munculnya kekuatan niat,
keikhlasan, kesungguhan, kerja
keras, dan kesabaran.
1. Kekuatan niat.
An Niat (niat) secara bahasa
artinya adalah al qashdu (maksud)
dan al iraadah (keinginan)
atau dengan kata lain qashdul
quluub wa iraadatuhu (maksud
dan keinginan hati). Sedangkan
definisi niat secara Istilah adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as
Sa’di, beliau berkata, “Niat adalah
maksud dalam beramal untuk
mendekatkan diri kepada Allah,
mencari ridha dan pahalaNya.”
(Bahjah Quluubil Abraar wa
Qurratu ‘Uyuunil Akhyaar Syarah
Jawaami’ul Akhbar hal. 5).
Kekuatan niat bagi penuntut
ilmu adalah keinginan yang
tidak tergoyahkan atau tidak
terpalingkan tetapi menghunjam
mengakar dengan sangat kuat.
Fisik boleh saja lemah, panca
indera mungkin tidak berfungsi
dengan sempurna, namun hal
tersebut tidak menyebabkan
berkurangnya keinginan untuk
terus menuntut ilmu.
2. Ikhlas dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu, kita
harus ikhlas karena Allah n, dan
seorang tidak akan mendapatkan
ilmu yang bermanfaat jika ia tidak
ikhlas karena Allah.
Rasulullah n bersabda,
“Janganlah kalian mencari
ilmu dengan tujuan berbangga-
bangga dihadapan para ulama,
membantah orang-orang bodoh, dan
janganlah kalian memilih majelis
untuk mencari perhatian orang.
Barangsiapa yang melakukan itu,
maka tempatnya di neraka.” (HR.
Ibnu Majah no. 254).
Keikhlasan seseorang
dalam menuntut ilmu akan
menguatkan dan mengokohkan
niatnya karena yang menjadi
tujuan dan pengharapannya
hanya kepada Allah pemilik
segala kesempurnaan. Berbeda
halnya jika menuntut ilmu atas
dasar ingin dipuji atau ingin
Keikhlasan seseorang
dalam menuntut ilmu
akan menguatkan
dan mengokohkan
niatnya karena yang
menjadi tujuan dan
pengharapannya hanya
kepada Allah pemilik
segala kesempurnaan.
34. PENDIDIKAN
Edisi 6 Vol.134
mendapatkan apa yang ada pada
diri manusia, padahal manusia
adalah mahluk Allah yang sangat
lemah yang tidak bisa memberikan
apapun kecuali apa yang
dianugerahkan Allah kepadanya.
3. Kesunguhan dan kesabaran
Dalam menuntut ilmu
diperlukan kesungguhan dan
kesabaran. Tidak layak para
penuntut ilmu bermalas-malasan
dalam mencari ilmu. Seorang
penuntut ilmu tidak akan
mendapatkan ilmu dengan cara
yang santai. Sebagian orang
mengira ilmu sangatlah mudah
untuk didapatkan. Ia mengira
cukuplah membeli beberapa
buku, lalu membacanya satu
dua jam sehari sambil bermalas-
malasan. Kemudian ia meyakini
setelah berlalu setahun dua
tahun maka ia dapat menguasai
ilmu. Yang demikian itu adalah
pandangan yang keliru, harapan
yang mustahil, kerusakannya
besar, dan bahayanya sangat nyata
karena menggambarkan semangat
yang rendah dan menunjukkan
ketidaksabaran dalam menuntut
ilmu yang mulia.
Imam Syafi’I berkata,
“Seseorang tidak akan mencapai
hasil dalam bidang ini sampai
kefakiran menimpanya, dan dia
mendahulukan ilmu atas segala
sesuatunya”. (Syiar A’lam an-
nubala: 10/89, adzahabi).
Yahya bin Abi Katsir berkata:
“Ilmu tidak dapat diperoleh dengan
bersantai-santai”. (Jami’ Bayanil
‘ilmi wa Fadhlihi:1/91, Ibnu Abdil
Barr).
Maka tiada kata lain bagi
penuntut ilmu selain bersungguh-
sungguh dan bersabar, hadapilah
semua rintangan dalam belajar
sesungguhnya penghalang utama
menuntut ilmu berasal dari dalam
Imam Syafi’I berkata:
“Seseorang tidak
akan mencapai hasil
dalam bidang ini
sampai kefakiran
menimpanya, dan
dia mendahulukan
ilmu atas segala
sesuatunya”.
Yahya bin Abi Katsir
berkata: “Ilmu tidak
dapat diperoleh dengan
bersantai-santai”.
(Jami’ Bayanil ‘ilmi wa
Fadhlihi:1/91, Ibnu
Abdil Barr).
35. PENDIDIKAN
35Edisi 6 Vol.1
diri sendiri. Maka jadikanlah
perkataan Ibnu Hisyam sebagai
pegangan:
بنيله يظفر للعلم يصطرب ومن
البذل عىل يصرب الحسناء يخطب ومن
العال طلب يف النفس يذل مل ومن
ذل أخا طويال ارده يعش ارييس
“Barangsiapa berusaha untuk sabar
dalam mencari ilmu niscaya ia akan
mendapatkannya, (sebagaimana)
barangsiapa meminang wanita yang
cantik maka ia akan sabar dalam
(membayar) maharnya. Barangsiapa
tidak menghinakan dirinya dalam
meraih kemuliaan sesaat saja, ia
pasti akan hidup dalam masa yang
panjang dalam keadaan hina dina.”
Kesungguhan dan
kesabaran seseorang dalam
menuntut ilmu tercermin pada
cara dia untuk mengutamakan
belajar dari kegiatan yang lain,
waktu digunakan sebanyak-
banyaknya untuk kegiatan belajar,
meninggalkan aktivitas yang
tidak produktif, mengutamakan
beli buku dari beli yang lain,
tawadhu dan rendah hati serta
selalu merasa kurang dengan
ilmunya sehingga selalu memohon
pertolongan kepada Allah l agar
ditambahkan ilmunya.
Para pembaca yang kami cintai…
Ada baiknya kita menyelami
sebuah biografi singkat perjalan
sahabat Nabi n didalam
menuntut ilmu, yaitu sahabat yang
mulia Ibnu Abbas z untuk kita
jadikan qudwah.
Ibnu Abbas z adalah
Abdullah bin Abbas. dia
merupakan putera Abbas bin
Abdul Mutthalib, paman rasulullah
n. Dengan demikian dia masih
saudara sepupu dengan rasulullah
n.
Sejak kecil rasulullah n
sudah memberi perhatian besar
dan memberikan bimbingan
hikmah dan akhlakul karimah
kepadanya. Rasulullah n wafat
ketika Abdullah bin Abbas masih
belum genap berusia tiga belas
tahun. Sejak kecil tidak pernah
satu hari pun terlewat tanpa
hadir di majelis rasulullah n
dan dia selalu menghafalkan
dengan baik apa yang disampaikan
rasulullah n. Abdullah bin
Abbas mempunyai tekad yang
besar untuk menuntut ilmu,
apalagi pernah suatu hari Nabi n
merengkuhnya sehingga dia duduk
di dekat beliau. Kemudian dia
menepuk-nepuk pundaknya seraya
mendoakan:
َيلِوَّْأتال ُهْمِّلَعَو ِِّيندال ِىف ُهْهِّقَف َُّمهَّلال
“Ya Allah, berilah dia pemahaman
dalam masalah agama dan
ajarkanlah kepadanya tafsir.” [H.R.
Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya,
ini lafazh Imam Ahmad].
36. PENDIDIKAN
Edisi 6 Vol.136
Setelah rasulullah n wafat,
Ibnu Abbas semakin giat menuntut
ilmu. Beliau mempelajari dengan
sungguh-sungguh dari para
sahabat, apa yang terlewatkan
dari nabi n. Setiap kali dia
mendengar ada seseorang yang
mengetahui suatu ilmu atau
seseorang hafal hadits, dengan
segera dia menemui dan belajar
kepada orang tersebut. Otaknya
yang cerdas dan keingintahuannya
yang besar membuat dia tidak
segera puas dalam mendalami
suatu ilmu. Dia tidak hanya
mengumpulkan ilmu saja, tetapi
sekaligus juga dia meneliti sumber-
sumbernya. Begitulah Ibnu Abbas
z yang selalu haus akan ilmu
pengetahuan, selalu dia bertanya
dan bertanya.
Pada suatu kesempatan
Ibnu Abbas menuturkan, “Pernah
aku mendapatkan sebuah hadits
dari seorang sahabat. Aku datangi
rumahnya. Kebetulan dia sedang
tidur siang, maka kubentangkan
tikar di muka pintunya. Lalu
duduk menunggu sementara angin
menerbangkan debu kepadaku. Dan
ketika dia sudah bangun dan keluar
mendapati aku, ia pun berkata:
“Wahai sepupu rasulullah, apa
maksud kedatanganmu? Kenapa
engkau tidak menyuruh orang saja
untuk memanggilku. Tentu aku
segera datang kepadamu.” Aku
menjawab: “Tidak, bahkan aku
yang harus datang kepada saudara.”
Kemudian kutanyakan kepadanya
sebuah hadits. Dan aku pun belajar
kepadanya.” Begitulah kegigihan
Ibnu Abbas dalam menuntut ilmu.
Dan dari hari ke hari ilmu
pengetahuan yang dimilikinya
semakin tinggi jua. Sehingga
dalam usia yang relatif muda, dia
telah memiliki pengetahuan dan
hikmat layaknya seorang tua.
Amirul Mukminin Umar
bin Khattab z menjadikan
Ibnu Abbas sebagai teman
bermusyawarah dan memberikan
gelar kepadanya sebagai ‘pemuda
tua’.
Saad bin Abi Waqqas
zmemberikan gambaran
Ibnu Abbas, katanya, “Tidak
seorang pun yang aku temui lebih
cepat mengerti, lebih tajam berfikir,
lebih banyak menyerap ilmu dan
lebih santun sifatnya, kecuali Ibnu
Abbas. Sungguh aku melihat Umar
z memanggilnya dalam urusan-
urusan pelik. Padahal disekelilingnya
banyak sahabat besar dari kalangan
Muhajirin dan anshar. Dan ketika
Ibnu Abbas menyampaikan
pendapatnya, Umar z pun tidak
ingin melampaui pendapatnya.”
Seperti dalam suatu majelis, Umar
z menanyakan kepada mereka,
“Apa yang kalian ketahui tentang
firman Allah l
)١( ُْحتَفْلاَو ِهَّلال ُ ْرصَن َءاَج اَذِإ
“Apabila telah datang pertolongan
37. PENDIDIKAN
37Edisi 6 Vol.1
Allah dan penaklukan.” (QS. Al-
Nashr:1)
Sebagian tokoh Badr
tersebut pun menjawab, “Allah
memerintahkan kita untuk
beristighfar setelah Allah
menolong dan memudahkan kita
untuk menaklukkan kota Mekah.”
Sedang sebagian lainnya memilih
diam.
Sekarang giliran Ibnu Abbas,
“Demikiankah?” kata Umar
kepada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas
mengatakan, “Tidak.”
“Lantas, apa menurutmu?” tanya
Umar.
Ibnu Abbas mengatakan, “Itu
adalah wafatnya Rasulullah n,
Allah memberitahukannya kepada
beliau. ‘Jika datang kepadamu
pertolongan dan penaklukan.’ [Q.S.
Al-Nashr:1] itu adalah tanda
dari dekatnya wafat Nabi n`
‘Maka bertasbihlah dengan pujian
kepada Rabbmu dan mintalah
ampun. Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun.’ [Q.S. An-Nashr:3].
Umar pun mengatakan, “Aku tidak
mengetahuinya kecuali seperti apa
yang engkau katakan.”
Demikianlah ketajaman
dan ketelitian Ibnu Abbas
dalam memahami wahyu. Dia
mengetahui bahwa perintah
istighfar tidak biasa digunakan
ketika terjadi kemenangan dan
penaklukan. Dia mengetahui
bahwa perintah istighfar dan
taubat biasanya digunakan untuk
mengakhiri sesuatu, maka dia
pun menafsirkan pertolongan dan
penaklukan dalam ayat tersebut
sebagai tanda akan diwafatkannya
beliau. [I’lamul Muwaqqi’in karya
Ibnul Qayyim ].
Ibnu Abbas digelari dengan
Al Bahru (lautan ilmu) dan Al
Habru (orang yang sangat banyak
ilmunya). Beliau termasuk tujuh
sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits. Menurut As
Suyuthi, jumlah hadits yang beliau
riwayatkan dari Nabi n adalah
1660 hadits.
Ibnu Abbas meninggal di
Tha’if pada tahun 68 H pada
pemerintahan Ibnu Zubair. Waktu
itu umur beliau sekitar 70 tahun.
Dari pemaparan diatas
menjadi jelas, bahwa ilmu hanya
akan didapatkan manakala kita
memiliki niat yang kuat untuk
mendapatkannya, keikhlasan,
kesungguhan, kerja keras dan
kesabaran.
Semoga Allahl melimpahkan
kemudahan kepada kita agar
kita menjadi penuntut ilmu
yang memiliki kekuatan niat,
keikhlasan, kesungguhan, kerja
keras dan kesabaran.
Referensi:
1. http://almanhaj.or.id
2. http://www.darussalaf.or.id/
38. Edisi 6 Vol.138
D
alam menafsirkan ayat di
atas al imam Ibnu Katsir
menjelaskan Alloh telah
menciptakan tujuh langit, yang
mana menciptakan langit lebih
besar dari menciptakan manusia,
Nah … bagaimana ilmu sains dan
pengetahuan menghitungnya?
Baiklah, sekedar untuk berhitung
dan yang penting adalah untuk
menambah keimanan kita akan
kebesaran Allah l, mari
kita mencoba mengukurnya.
Berdasarkan informasi dari Al-
qur’an. Bahwa langit ini dicipta
oleh Allah Subhanahu wata’ala
sebanyak TUJUH lapis.
Langit diciptakan oleh
Alloh sebanyak tujuh lapis,
sementara untuk langit terdekat
saja yang masih mampu
dipandang teropong manusia
yang tercanggih sekalipun, sudah
membuat manusia ‘takluk’ tidak
dapat membayangkan. Maka
bumi sungguh ibarat debu jika
dibandingkan dengan luasnya
jagad raya. Demikian pula
keindahan bumi beserta isinya,
sungguh amat sangat tidak
sepadan jika dibandingkan dengan
keindahan Surga yang luasnya
seluas langit dan bumi.
Sekedar ilustrasi matematis,
mari kita bayangkan berapa
luasnya jagad raya langit
pertama itu. Garis tengah untuk
langit pertama atau jagad raya
ini diperkirakan sebesar 30
milyar tahun cahaya. Berarti
garis tengah jagad raya kita ini
sepanjang : 30.000.000.000 X 360
X 24 X 60 X 60 X 300.000 km =
279.936.000.000.000.000.000.000
km. Ini bukan luasnya langit, tetapi
baru garis tengahnya saja.
Yang sedang kita hitung inipun
Oleh: Sofyan Toha, S.Si.
JAGAD RAYA
YANG SANGAT LUAS
)١٧( َنيِلِفاَغ ِقْلَخْلا َِنع َّانُك اَمَو َقِئاَرَط َعْبَس ْمُكَقْوَف َانْقَلَخ ْدَقَلَو
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan
(tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami).
( QS. Al Mukminun : 17)
SAINS
39. SAINS
39Edisi 6 Vol.1
masih luas langit terdekat saja.
Belum lagi langit lapis ke dua,
ke tiga, ke empat, ke lima, ke
enam, dan yang ke tujuh. Yang
kesemuanya itu jauh lebih besar
dibanding langit pertama.
• Marilah kita melakukan
perjalanan di alam semesta dengan
berangkat dari planet bumi tempat
kita tinggal.
• Untuk memudahkan, marilah
kita membuat asumsi bahwa
perjalan kita dimulai tgl. 1 Januari
dengan kecepatan cahaya yaitu
186.000 mil/detik (=223.200 km/
detik). Sebagai perbandingan,
ukuran diameter planet bumi
adalah 12.756 km. Jadi, satu detik
kita melesat melakukan perjalanan
= 17 lebih kita menembus bumi.
• Dalam waktu 8 menit 19 detik,
perjalanan kita sudah melewati
Planet Venus dengan jarak dari
bumi 93.000.000 mil (111,6 juta
km).
• Setelah 5 jam, 31 menit,
perjalanan kita telah melewati
Planet Pluto dan kedua bulannya.
Jarak perjalanan kita dari bumi
sudah mencapai 3,5 milyar mil
(=4,2 milyar km) sudah keluar dari
batas luar sistem tata
surya kita. Dan, kita masih di tgl. 1
Januari atau belum satu hari (baru
lima jam lebih).
• Kemudian perjalanan kita mulai
menuju galaksi. Dibelakang kita, 9
planet dan matahari sudah hilang,
sudah tidak kelihatan.
• Akhirnya setelah 5 tahun
perjalanan kita di alam semesta
(sekali lagi dengan kecepatan
cahaya 223.200 km/detik), pada
19 April, barulah kita bisa melihat
bintang Alpha Centauri, bintang
terdekat dengan tata surya kita.
at debu jika dibandingkan dengan luasnya
ya, sungguh amat sangat tidak sepadan jika
eluas langit dan bumi.
pa luasnya jagad raya langit pertama itu. Garis
irakan sebesar 30 milyar tahun cahaya. Berarti
000 X 360 X 24 X 60 X 60 X 300.000 km =
ya langit, tetapi baru garis tengahnya saja.
kat saja. Belum lagi langit lapis ke dua, ke tiga,
esemuanya itu jauh lebih besar dibanding
dengan
bahwa
ahaya yaitu
ndingan,
satu detik
embus bumi.
40. SAINS
Edisi 6 Vol.140
Dan jarak yang sudah kita tempuh
adalah 25 trilliun mil (30 triliun
km). Dan sekarang, perjalanan kita
yang sangat jauh baru akan kita
mulai. Allahu Akbar…..!!!!
• Pada jarak 10 tahun cahaya dari
matahari kita, sangat jauh di alam
semesta, satu persatu bintang-
bintang yang membentuk galaksi
kita bisa kita lewati.• Pada jarak
100 tahun cahaya (=500 triliun
mil=600 triliun km), bahan-bahan
gas dan nabula dari ujung-ujung
galaksi Milky Way, mulai nampak
dalam pandangan kita.
ْنَمَو ُضْراألَو ُعْب َّالس ُاتَو َام َّالس ُهَل ُحِّب َسُت
ِهِدْمَحِب ُحِّب َُسي الِإ ٍءْ َيش ْنِم ْنِإَو َّنِهيِف
ًايمِلَح َانَك ُهَّنِإ ُْمهَيحِب ْسَت َُونهَقْفَت ال ْنِكَلَو
)٤٤( اًروُفَغ
Artinya, “ Langit yang tujuh, bumi
dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun. (QS. Al Isra’ : 44)
Subhanalloh… bintang yang begitu
banyak dan jagad raya yang sangat
luas ternyata semua bertasbih
kepada Alloh… Maha Suci Engkau
Yaa Alloh…
• Setelah 1000 tahun cahaya, ekor-
ekor galaksi dan bentuk disketnya
mulai kelihatan.
• Baru setelah perlanan kita
menembus 100.000 tahun cahaya,
bentuk spiral dari galaksi Milky
Way bisa kelihatan seluruhnya.
• Bila perjalanan diteruskan lebih
jauh lagi, yang kita lihat kemudian
bukan lagi individu-individu
bintang atau bintang satu persatu
tapi sudah gugusan-gugusan
galaksi lain di alam semesta selain
galaksi Milky Way, galaksi kita.
41. SAINS
41Edisi 6 Vol.1
• Jika kita tambahkan 22 angka
nol di belakang angka 10 yaitu
100.000.000.000.000.000.000.000
(100 milyar triliun) tahun cahaya,
baru kita bisa melihat banyaknya
galaksi di alam semesta. Lain kata,
mata kita hanya baru bisa melihat
ternyata banyak galaksi lain di
alam semesta, bila kita berada
dalam jarak 100 milyar triliun dari
matahari.
• Setelah 5 juta tahun cahaya,
nampaklah ternyata bahwa galaksi
Milky Way kita hanyalah salah satu
dari 30 galaksi yang membentuk
satu gugusan galaksi yang lebih
besar. Lain kata, galaksi kita yang
luasnya sudah tidak terjangkau
oleh fikiran dan imajinasi kita,
hanyalah salah satu dari 30 galaksi
yang berkumpul. Ini dikenal baru
sebagai kumpulan gugusan galaksi
lokal. Ingat, baru LOKAL di alam
semesta.
• Dari jarak 50 juta tahun
cahaya, kita memasuki sebuah
cluster maha raksasa yang
terdiri dari 2000 gugusan
galaksi. Perjalanan ini berarti
kita memasuki lebih dalam dari
kosmos.
• Akhirnya, setelah 10 milyar
tahun cahaya, pandangan
teoritis tentang alam semesta
harus dihentikan. Lain kata,
pandangan teori tidak mampu
lagi menjangkau luasnya alam
semesta. Miliaran galaksi yang tak
terhingga ternyata hanyalah sebuah
titik di alam semesta. ALLAAHU
AKBAR….
ىَرَت اَم اًقاَبِط ٍاتَو َامَس َعْبَس َقَلَخ يِذَّلا
ِعِجْراَف ٍتُاوَفَت ْنِم ِنَمْحَّرال ِقْلَخ ِيف
)٣( ور ُطُف ْنِم ىَرَت ْلَه َ َرصَبْلا
Artinya, “ Dia Alloh Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak
42. SAINS
Edisi 6 Vol.142
seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu
yang tidak seimbang? (QS. Al Mulk
: 3)
Sungguh Maha Sempurna Engkau
Yaa Alloh…
اًعيِمَج ِضْراأل ِيف اَم ْمُكَل َقَلَخ يِذَّلا َوُه
َعْبَس َّنُاهَّو َسَف ِء َام َّالس َىلِإ ىَوَتْاس َّمُث
)٢٩( ٌيمِلَع ٍءْ َيش ِّلُكِب َوُهَو ٍاتَو َامَس
Artinya, “Dia-lah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-
Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu. (QS. Al
Baqoroh : 29)
ُّبَرَو ِعْب َّالس ِاتَو َام َّالس ُّبَر ْنَم ْلُق
ْلُق ِهَّلِل َونُلوُقَيَ(٦٨)س ِيمِظَعْلا ِشْرَعْلا
)٨٧( َونُقَّتَت الَفَأ
Artinya, "Katakanlah Siapakah
yang Empunya langit yang tujuh dan
yang Empunya 'Arsy yang besar?".
mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "Maka Apakah
kamu tidak bertakwa?" (QS. Al
Mukminun : 86-87)
Setelah kita membayangkan
luasnya jagad raya yang ternyata
tidak bisa dibayangkan saking
luasnya, dan setelah kita berhitung
matematis tentang luasnya ciptaan
Alloh berupa Alam semesta ini,
yang ternyata juga tidak bisa kita
bayangkan betapa banyaknya
makhluk ciptaan Alloh berupa
bintang-bintang di angkasa,
masihkah kita mau menunda amal
akhirat kita untuk suatu masalah
dunia yang ternyata sangat kecil
dan tidak abadi ini.
“Tafakkaru fi khalqillah, wa la
tatafakkaru fi dzatillah!” artinya
“Pikirkanlah makhluk Allah
(ciptaan-Nya), dan janganlah
memikirkan dzat Allah!” semoga
keimanan kita lebih meningkat lagi
Ya Allah, berilah kami kebaikan
di atas dunia ini, dan berilah
kami kebaikan di akhirat nanti,
hindarkanlah kami dari siksaMu
yang amat pedih…
Referensi ;
1.Al Qur’anul karim
2.Tafsir Ibnu Katsir
3.THE BIG BANG THEORY (TEORI
TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA)
Penulis Heru Apriyono
4.http://id.wikipedia.org
5.http://quran.al-islam.com
6.www.mahardhikainstitute.wordpress.com
7.http://tujuhlapislangit.blogspot.com
“Tafakkaru fi khalqillah, wa
la tatafakkaru fi dzatillah!”
“Pikirkanlah makhluk
Allah (ciptaan-Nya), dan
janganlah memikirkan dzat
Allah!”
43. 43Edisi 6 Vol.1
Mendarahdagingnya
kesyirikan,
menyebarnya
kemunkaran dan masih sedikit
dan lemahnya kaum muslimin
mendorong Beliau n untuk
menyusun strategi dakwah yang
tepat. Dengan kondisi seperti itu,
maka dengan hikmah Beliau n,
dakwah dilakukan dengan tertutup
dan tersembunyi demi kebaikan
dakwah dan juga keselamatan
kaum muslimin dari gangguan
para musuh-musuh Allah.
Rumah Arqom Bin Abil
Arqom z
Beliau n juga kemudian
menjadikan salah satu rumah
seorang shahabat yang mulia
sebagai markaz dan pusat
dakwah. Shahabat yang mendapat
kemuliaan tersebut adalah
Arqom bin Abil Arqom. Beliau
termasuk Assaabiqunal Awwaluun
(Golongan yang pertama masuk
Islam). Nama Beliau adalah Abdul
Manaf Bin Asad bin ‘Abdillah
bin ‘Amru bin Makhzum, sering
dipanggil dengan Abu ‘Abdillah.
Beliau juga yang ikut bergabung
dalam perang Badr. Rasulullah n
, dengan tertutup mengumpulkan
para shahabatnya di rumah ini
dan menjadikannya sebagai pusat
dakwah dan pengkaderan bagi
kaum muslimin.
Arqom bin Abil Arqom
DAKWAH DI RUMAH
Oleh : Abu Zakaria, Lc
Rasulullah n adalah
orang yang paling
hikmah dalam segala hal,
termasuk dalam dakwah
mengajak kepada
tauhidullah (mengesakan
Allah).
SIRAH
44. SIRAH
Edisi 6 Vol.144
Rumah Dakwah Rasulullah n
Di rumah yang mulia inilah
Rasulullah n mendidik para
Shahabatnya dengan penuh
kesabaran, telaten dan kasih
sayang. Beliau kuatkan hubungan
kehidupan nyata dengan petunjuk
wahyu Alqur’an. Setiap turun ayat
kepada Beliau, Beliau kumpulkan
para Shahabat dan Beliau bacakan
kepada mereka. Di rumah tersebut,
Beliau juga menerima segala
keluh – kesah dan pengaduan
sahabat atas segala cobaan keras
yang mereka dapatkan dari orang
orang Quraisy. Keluh – kesah
para Shahabat tersebut kemudian
dijawab oleh Nabi dengan nasihat
agar tetap kokoh dan tegar di atas
iman dan tauhid.
Rumah yang berkah ini
benar –benar menjadi tempat
pengokohan iman kaum
muslimin dan juga pengkaderan
bagi mereka. Layaknya sebuah
pesantren di masa kini, di tempat
inilah dikokohkan iman dan
tauhid, dieratkan hubungan antara
seorang hamba dengan Rabbnya,
dikuatkan kesabaran dan tawakkal
kepada Allah serta keyakinan
dengan iman dan tauhid itulah
akan datang kemenangan.
Inilah yang dilakukakan oleh
Rasulullah n, sebagaimana
firman Allah tentang tugas dan
kemuliaaan Beliau n :
ْمُكْيَلَع وُلْتَي ْمُْكنِم ًلاوُسَر ْمُيكِف َانْلَسْرَأ َامَك ﴿
َةَمْكِحْلاَو ََابتِكْلا ُمُكُمِّلَعُيَو ْمُيكِّكَزُيَو َانِتَايآ
45. SIRAH
45Edisi 6 Vol.1
﴾ َونُمَلْعَت واُنوُكَت ْمَل اَم ْمُكُمِّلَعُيَو
“Sebagaimana kami Telah mengutus
kepadamu Rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat kami
kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu
Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.” ( QS.
Albaqoroh : 151)
Mengapa Rumah Arqom
Bin Abil Arqom z ?
Terpilihnya rumah Arqom
Bin Abil Arqom sebagai pusat
berkumpulnya kaum muslimin
bukanlah tanpa perhitungan.
Rumah ini terpilih dengan
hikmah dan perhitungan dari
Nabi n karena beberapa alas an,
diantaranya yaitu :
1. Keislaman Arqom bin Abil
Arqom z belum banyak
diketahui, maka kecurigaan
orang-orang kafir bahwa rumah
Beliau digunakan untuk tempat
persembunyiaan dan perkumpulan
kaum muslimin bisa terkikis.
2. Usia Arqom bin Abil Arqom
z yang masih muda
belia yang membuat orang-
orang berpandangan mustahil
rumahnya dijadikan sebagai
pusat pergerakan Islam. Justru
pandangan orang-orang terpaku
pada shahabat – shahabat yang
sudah berumur
3. Dekatnya rumah Arqom bin
Abil Arqom z dengan Ka’bah
Baitullah.
Buah dan Pelajaran yang
Bisa Dipetik
1. Kemuliaan yang diraih oleh
Arqom Bin Abil Arqom, yang
mana rumah Beliau digunakan
untuk pusat dakwah Rasulullah
n
2. Terpatrinya dalam pandangan
para Shahabat bahwa setiap dari
mereka mempunyai peran dalam
dakwah Islam ini, seperti peran
Arqom bin Abil Arqom z dan
Shahabat lainnya.
3. Rasulullah n adalah hamba
yang paling hikmah dalam segala
hal, termasuk dalam dakwah
4. Terikatnya dakwah dengan
hikmah
5. Tidak terpisahnya antara
dakwah dan pengkaderan dan
bahwa diantara sebab berhasilnya
dakwah adalah berhasilnya
pengkaderan dan pengokohan bagi
juru dakwah itu sendiri
Maroji :
- Ar Rahiiq Almakhtuum : Syaikh
Shafiyurrohman Almubarokfurie
- Situs : http://islamqa.info/ar/222347
- Situs : http://islamstory.com/ar/
تربية-الصحابة-يف-دار-األرقم-بن-أيب-األرقم
46. Edisi 6 Vol.146
Putri ke- 2 dari Abu Abdillah Said
Putri ke- 2 dari Ust. Mochamad Dhany N., S.Pd.
Putri ke- 2 dari Ust. Yunus,S.Pd.
MUHAMMAD AL FUDHAIL
FATIMAH HALIIMATUDZ DZAKIYYAH
MARYAM BINTI MUHAMMAD YUNUS
RAIHANAH SAID ALI AL MARJUWWAH
Putra ke- 4 dari Ust. Sulaeman,S.Pd.
“Semoga menjadi anak shaleh shalehah,
bertaqwa dan berbakti kepada orang tua.
Amin...''
Ucapan Selamat
KELUARGA BESAR YAYASAN BINAAUL MUSTAQBAL
DAN
MA’HAD AL BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL
MENGUCAPKAN
SELAMAT ATAS KELAHIRAN :
47. 47Edisi 6 Vol.1
Tidak ada seorangpun
dari kita saat membaca
bagaimana kaum salaf
bersama anak-anak mereka kecuali
akan kagum, takjub, terkesima, iri
dan diliputi rasa gembira. Tarbiyah
yang mereka persiapkan untuk
anak-anaknya begitu universal.
Dan itulah yang menjadi sebab
nyata bagaimana tarbiyah mereka
telah melahirkan orang-orang besar
dan generasi yang bijak. Sehingga
pantaslah kalau manhaj terbiyah
mereka selalu manjadi percontohan
dan cita-cita.
Tarbiyah mereka mulai
dengan mengajarkan keimanan
sebagaimana dalam hadits Jundub,
ia mengatakan; “Kami bersama
Nabi n dan kami adalah
para pemuda yang mendekati
usia dewasa. Kami belajar iman
sebelum belajar al Qur’an,
kemudian kami belajar al Qur’an,
maka bertambahlah keimanan
kami” (Su’abul Iman 1/76). Adapun
bab-bab iman yang mereka ajarkan
kepada anak-anaknya sebelum
pengajaran al Qur’an adalah
seperti yang diriwayatkan oleh Abu
Huroiroh z, ia mengatakan:
Rasulullah n “Iman itu enam
puluh sekian atau tujuh puluh sekian
bab, yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari
jalan dan yang paling tinggi adalah
mengucapkan laa ilaaha illallah dan
Oleh: Fauziyah Al Khulaewi
Anggota Al Jam’iyyah Al Ilmiyah
As Su’udiyah Lis Sunnah
MANHAJ
SALAF
TELADAN SALAF
DALAM
MENTARBIYAH ANAK
48. TELADAN SALAF
Edisi 6 Vol.148
malu itu bagian dari iman” (HR.
Bukhori).
Berikut beberapa hal yang
menjadi tarbiyah salaf kepada
anak-anaknya:
1.Muroqobatulloh (selalu
merasa dalam pengawasan
Allah)
Lihatlah kepada taujih
tarbawi dan hadits yang agung
berikut, bagaimana Rasulullah
n telah mentarbiyah sahabat-
sahabatnya diatas sikap
muroqobatulloh, sebagaimana
yang beliau lakukan kepada salah
seorang anak, beliau bersabda,
“Wahai anak kecil, aku akan
ajarkan kepadamu beberapa
kalimat. Jagalah Allah, niscaya Allah
akan menjagamu. Jagalah Allah,
niscaya kamu akan menjumpai
Allah ada dihadapanmu. Apabila
kamu memohon, maka mohonlah
kepada Allah. Apabila kamu minta
pertolongan maka mintalah kepada
Allah. Ketahuilah, seandainya
seluruh umat berkumpul untuk
memberikan manfaat kepadamu,
niscaya mereka tidak akan bisa
memberikan manfaat kepadamu
kecuali apa yang sudah Allah
tuliskan untukmu. Dan seandainya
mereka berkumpul
untuk memberikan
madlorot kepadamu,
niscaya mereka tidak
akan bisa memberikan
madlorot kecuali apa
yang sudah Allah
tetapkan menimpamu.
Pena-pena (pencatat)
sudah mongering, dan
lembaran-lembaran
(amal) sudah diangkat”
(HR. At Tirmidzi).
Al Imam As
Sulami tatkala ingin menunaikan
ibadah haji ia berkata: Aku ijin
kepada ibuku untuk berhaji, maka
beliau (sang ibu) berkata, “Kamu
akan menghadap ke Baitullah, maka
jangan sampai dua malaikat yang
menjagamu menulis keburukan
sediktpun atas dirimu yang
dengannya kamu akan malu di hari
kiamat” (Siyar A’laam An Nubalaa,
Adz Dzahabi 17/249). Ibnu Rajab
mengatakan, makna “Jagalah Allah”
yaitu (menjaga Allah) dengan cara
mengerjakan perintah-perintah-Nya
dan menjauhi larangan-larangan-
Nya, serta tidak melampaui apa
yang menjadi batasan-batasan-Nya
pada apa yang Allah perintahkan
dan ijinkan padanya sehingga tidak
melewati apa yang dilarang-Nya”
(Jami’ul Ulum wal Hikam 1/492).