SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SEJARAH DAN KONSERVASI PERKOTAAN SEBAGAI DASAR
PERANCANGAN KOTA
Antariksa
Pendahuluan
Dewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan
perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut, bangunan,
kawasan maupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk
hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan
bangunan, kawasan ataupun objek lainnya yang lebih bersifat ekonomis-
komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah dapat
diamati pada kawasan kotakota tersebut pada umumnya berada dalam
tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang,
budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi
karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses
urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena
tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta
permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan.
Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang
menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Pertentangan
atau kontradiksi antara pembangunan sebagai kota “modern” dengan
mempertahankan kota budaya yang masih mempunyai kesinambungan
dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasan
kota
Pendekatan perancangan kota yang banyak dilakukan pun jarang
mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural yang telah terbentuk
di kawasan tersebut. Para perancang kota lebih sering melihat kota sebagai
benda fisik (physical artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural
artifact). Perangkat rencana kota yang ada saat ini, selain masih belum
banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujud kota, secara
umum pun belum dapat memberikan panduan operasional bagi
terbentuknya ruang kota yang akomodatif terhadap fenomena urban, baik
situasi dan kondisi serta masyarakat yang menikmatinya. Atau dengan kata
lain, masih terdapat adanya kesenjangan antara rencana tata ruang yang
bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga demensi.
Dengan demikian, konservasi/pelestarian bukanlah romantisme masa lalu
atau upaya mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, namun lebih
ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui
pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian
yang dijadikan dasar dalam merancang sebuah kota.
Sejarah Kota dan Kawasan (What is Urban History and Urban Area?)
Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau
dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya suatu penegasan, yaitu
bahwa: setiap kota pasti mempunyai sejarah; di mana, mengapa dan kapan
didirikan, dibangun dan dipertahankan; bagaimana kotakegiatan
perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya).
Sejarah perkotaan (urban history) pada dasarnya merupakan bidang studi
internasional yang ingin mencoba menjawab beberapa pertanyaan dasar
mengenai nature of our societies, dengan menggunakan pendekatannya
yang cenderung multidisiplin, maka dalam sejarah perkotaan tidaklah luar
biasa untuk dapat menemukan beberapa ahli di antaranya, adalah ahli
sejarah, arsitektur, geografi, perencana, atau kritikus sastra, dan mereka
semua dapat dinamakan sebagai ahli sejarah perkotaan. Di sisi lain sejarah
perkotaan mempunyai hubungan erat dengan local history, dan studi
tersebut difokuskan pada masalah lokal, atau beberapa aspek dari
kehidupan di komunitas lokal serta dilakukan dengan sebuah analisa dan
penjelasan.
Ada empat pendekatan dalam bidang sejarah perkotaan yang dapat
diidentifikasi: Pertama, secara umum ditekankan pada proses urbanisasi
termasuk elemen demografi, struktur atau pendekatan sistem, dan aspek
perilaku urbanisasi. Kedua, adalah urban biography merupakan tempat
bersejarah yang istimewa, dan berhubungan dengan beberapa segi dari
sebuah kota, seperti transportasi, pemerintah kota, perkembangan fisik,
masyarakat dan organisasi sosial. Ketiga, memperlakukan beberapa tema,
seperti ekonomi, sosial, arsitektur, dan sebagainya dalam konteks sebuah
kota. Keempat, cultural studies, merupakan jalan baru dalam “reading”
cities, dan memperkenalkan konsep untuk “read” communities.
Belajar dari Sejarah Awal Berkembangnya Perkotaan
Dengan mempelajari sejarah kota, kita akan dapat melihat
pengejawantahan pemikiran jujur tentang penataan kota masa lampau, dari
tata cara penataannya, sampai pada sumber kehidupan warisan sejarah
sebagai tempat beraktivitas. Banyak hal yang dapat dipetik dengan
mempelajari sejarah perkotaan dari Majapahit-Kota Indis-Kota Islam dan
dari negara lain seperti India-Cina-Jepang, akan dapat memberikan
tambahan pemahaman arti sejarah perkotaan yang lebih mendalam.
Tata ruang kota Majapahit
Struktur kekuasaan dari kerajaan Majapahit mempunyai pengaruh besar
pada organisasi ruang kotanya, hal ini dapat dilihat dengan adanya: 1.
wilayah inti pusat kerajaan Majapahit; 2. wilayah inti sistem candi-candi
kerajaan Majapahit; 3. wilayah kantong (enclave) pemujaan arwah nenek
moyang; dan 4. wilayah perdesaan kerajaan Majapahit. Di samping itu,
perkembangan dari Majapahit secara makro wilayah dipengaruhi arus
kecenderungan pertumbuhan, yaitu arus perkembangan kebudayaan Hindhu
Jawa; dan perkembangan global di pihak lain. Pada penataan kota Majapahit
mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Hindhu-India yang datang ke Jawa
melalui medium agama Hindhu-Budha. Dengan demikian, kota Majapahit
merupakan perpaduan antara unsur-unsur dua kebudayaan, India dan Jawa.
Untuk ciri pola tata ruang kota Majapahit, dapat dilihat adanya: 1. pola
ruang berpusat, dengan kawasan inti berpola grid, sedangkan kawasan luar
melingkar berpola sirkular; 2. kawasan antara merupakan kawasan transisi,
antara dua hierarkhi kawasan, antara dua tingkat masyarakat kota, dan dua
jenis pola keruangan kota, terkendali dan organis; 3. keseluruhan kawasan
kota merupakan sistem kerungan terbuka, baik secara ekologis, secara
sosial, maupun secara kewilayahan yang diwujudkan dalam bentuk kota
tanpa dinding fisik; dan 4. pemilihan perpaduan pola keruangan kawasan
kota tersebut di atas dapat menjadi strategi keruangan jangka panjang yang
adaptif.
Perkembangan awal kota Indis
Kota Indis, muncul pada waktu hadirnya pemerintah kolonial Belanda, mulai
abad ke-16. Pada awalnya perkembangannnya, kota ini menjiplak kota-kota
asalnya, dalam perkembangannya, seorang ahli perkotaan Peter JM. Nas
membedakan kota menjadi empat macam, yaitu di antaranya: kota awal
Indonesia; kota Indis; kota kolonial; dan kota modern. Dalam kota Indis
diketahui terdapat adanya: a. daerah benteng yang dihuni oleh pejabat-
pejabat dan pegawai-pegawai VOC; b. daerah perdagangan yang dihuni oleh
orang-orang asing (kebanyakan orang-orang Cina); dan c. Kampung (pada
awalnya berada di luar benteng), yang dihuni oleh penduduk pribumi.
Kemudian pada perkembangan berikutnya, kota awal Indonesia memiliki
struktur yang jelas mencerminkan tatanan kosmologis dengan pola-pola
sosial-budaya yang dibedakan dalam dua tipe, yaitu kota-kota pedalaman
dengan ciri-ciri tradisional, religius; dankota-kota pantai yang berdasarkan
pada kegiatan perdagangan. Ada tiga ciri untuk memahami struktur ruang
lingkup sosial kota kolonial, yaitu antara lain: budaya; teknologi, dan
struktur kekuasaan kolonial.
Pada kota-kota lama di Jawa sampai abad ke-18 tidak mengalami
perkembangan yang berarti, dan kota-kota yang tidak mempunyai fungsi
perdagangan, umumnya menjadi kota pusat pemerintah daerah. Bentuk
kota kabupaten digambarkan tidak jauh berbeda dengan perdesaan
sekitarnya, dan kelompok bangunan di kota-kota lebih rapat satu sama lain,
dibanding kelompok perumahan di perdesaan. Untuk kota-kota pantai kuno,
kelompok perumahan di kota pusat pemerintahan lebih jarang, bentuk
bangunannya masih tradisionil. Elemen pembentuk ruang pada kota
tradisional Jawa, antara satu dengan lainnya menggunakan dua prinsip,
yaitu di antaranya mikrokosmos dualistis; dan mikrokosmos hirarkhis.
(Santoso 1984)
Karakteristik kota Islam
Dengan masuknya Islam, maka pengaruhnya pun juga memberikan ciri atau
karakteristik kota Islam, yaitu antara lain: mempunyai benteng; mempunyai
kompleks kediaman penguasa (istana; bangunan-bangunan pemerintahan;
dan bangunan-bangunan pasukan pengawal); mempunyai civic center
(masjid Jamik dengan madrasahnya; dan pasar); mempunyai
perkampungan untuk penduduk dengan pengelompokkan (etnis; agama;
dan ketrampilan); dan di luar benteng terdapat perkampungan untuk
komunitas dengan beberapa (pekerjaan tertentu; dan pemakaman).
Untuk komponen-komponen pokok dari kota Mataram-Islam dan kota yang
berkembang di wilayah pantai utara Jawa dapat dikelompokkan: 1. Fungsi
tempat tinggal dalam dua komponen: a. kraton beserta alun-alunnya bagi
penguasa dan keluarga terdekatnya; dan b. permukiman lain yang terbagi
dalam dua macam, yaitu antara lain: dalem bagi golongan bangsawan dan
elite birokrat; dan permukiman bagi rakyat non elit; 2. Fungsi keamanan
tercermin dalam komponen, yakni benteng baik dalam maupun luar, jagang,
dan jaringan jalan; 3. Fungsi ekonomi tercermin dalam keberadaan pasar,
jaringan jalan, serta nama tempat yang menunjukkan profesi; 4. Fungsi
religi terlihat dalam keberadaan masjid, nama tempat yang menggambarkan
profesi keagamaan dan alun-alun; dan 5. Fungsi rekreasi terlihat adanya
taman dan krapayak.
Penataan kota di India
Di dalam perencanaan kota dan desa di India waktu itu, salah satunya harus
memperhatikan Vastu-purusha mandala baik dengan tatanan 64 maupun
81. Dinding atau tembok kota dibangun sepanjang batas dari mandala; dan
jalan di buat dari arah utara-selatan dan timur-barat sepanjang garis padas
dari satu padas ke berikutnya. Vastu-purusha mandala: sebagai dasar
perencanaan kota Jaipur di India; dan semua jalan berada pada arah
longitudinal timur-selatan-timur, dan barat-utara-barat. Swastika, adalah
sebagai solar simbol bangsa Aryan kuno, dapat digunakan untuk
perencanaan: 1. rumah tinggal; 2. layout tata ruang; 3. perencanaan kota;
dan 4. menata sekuen dari jalan. Kheta, yang diperbolehkan untuk
bertempat tinggal di wilayah ini hanya kasta Shudra di sini tidak mempunyai
pusat; dan sebagai pusat adalah dinding/ tembok kota. Kemudian bentuk
sederhana dari perencanaan kotanya haruslah jelas: kasta Brahma, harus
bertempat tinggal dan bekerja di wilayah/bagian utara; kasta Kshatriya, di
wilayah/bagian timur; kasta Vaishya, di wilayah/bagian selatan; dan
kasta Shudra di wilayah/bagian barat. Dengan demikian, konsep dan
pedoman penataan kota di India sesuai yang termuat dalam pustaka
Manasara Silpasastra atau Kautilya Arthashastra. Di samping itu,
mereka juga mempunyai unsur-unsur permukiman atau kompleks pusat
kerajaan, antara lain: candi (mandira, devalaya); pasar (apana); jalan dan
lorong (vithi); saluran air-selokan; istana raja; perumahan umum; pasar;
gapura-pintu gerbang (gopura); tempat persediaan air, sumur; tembok
kota; jalan bawah tanah; benteng; dan menara jaga, dan sebagainya.
Awal dari perkembangan kota kuno di Cina
Kota-kota kuno Cina yang berhasil diketemukan dan dapat dijelaskan,
bahwa: 1. semua kota di kelilingi dengan dinding/tembok dari tanah; 2.
hampir keseluruhan bentuk pola kota adalah empat persegi dan persegi
panjang; 3. keseluruhan bangunan digunakan untuk tujuan politik dan
keagamaan; dan 4. ciri-ciri yang tetap/konstan adanya wilayah yang spesial
menurut prinsip Cina dari segregasi sosial. Pada perencanaan kota
Changan, kota di bangun dengan denah dasar simitris, mencakup area
panjang 6 mil dari timur-barat dan 5 mil 3 meter dari utara-selatan. Pada
bagian dinding-dindingnya mempunyai ketebalan 16 feet dan 22 mil 5 meter
panjangnya, dan mempunyai tiga pintu gerbang di utara dan barat, serta
delapan di utara. Kota dibagi menjadi lima bagian: a. di utara istana
kekaisaran; b. istana; c. di sebelah utara istana kekaisaran di kelilingi
dinding/tembok dari tanah; dan d. di selatan dari istana berisi bangunan
pemerintahan dan badan-badan lainnya. Di samping hal tersebut di atas,
dapat dilihat juga bahwa istana kekaisaran dan bangunan pemerintahan
yang berkembang pada waktu itu seluruhnya terpisah dari pasar dan daerah
tempat masyarakat bertempat tinggal. bersejarah, karena sebagian dari
perjalanan sejarah kawasan yang masih menyimpan sejumlah peninggalan
sejarahnya. itu mesti dibangun dan dikembangkan; serta adanya
Perkembangan awal kota di Jepang
Kata machi adalah berasal dari satu blok ladang yang ditanami. Di mana
sebuah ibu kota disusun/direncanakan dalam sebuah grid empat persegi
panjang. Hal ini juga dimaksudkan bahwa satu blok kota di kelilingi oleh
empat jalan, kemudian untuk Jori sistem adalah pembagian tanah untuk
ladang yang ditanami padi, sedangkan Jobo sistem adalah sistem untuk
pembagian tanahnya.
Tsubo, digunakan sebagai unit dasar dari ukuran tanah di dalam
perencanaan kota, dan unit terbesar dari pembagi adalah persegi berjumlah
dalam 36 area. Garis dari ri adalah timur-barat, sedangkan jo adalah
selatan-utara. Tsubo di kelilingi oleh empat jalan yang sempit dan unit
pembagi terbesar bo, di kelilingi oleh empat jalan lebar dinamakan oji.
Denah dari kota terdiri dari delapan bo timur-barat, dan sembilan bo
selatan-utara, untuk jalan utama yang di tengah, yang berjalan dari gerbang
utama ke halaman istana adalah merupakan bagian pemerintahan, di
dalamnya termasuk istana kekaisaran dan dinamakan Sujaku-oji. Jalan ini
membagi kota ke dalam bagian yang sama, separuh dari kiri dari bagian
kota dinamakan Sakyo, separuh sebelah kanan dari bagian kota di sebelah
barat, dan Ukyo separuh sebelah kanan dari bagian kota di sebelah timur.
Bo adalah menomori di sebelah luar dari pusat jalan, bo pertama, bo kedua,
bo ketiga, dan bo keempat ke timur dan barat. Untuk menetapkan posisi
arah di sebelah utara-selatan, garis dari empat bo dinamakan jo, dimulai
dengan jo pertama di utara, sampai jo kesembilan di selatan. Karena itu,
metode penamaan disebut sebagai pola dan perencanaan kota sistem jobo.
Empat persegi panjang bo adalah membagi lagi oleh persilangan yang
sempit ke dalam empat blok bujur yang serupa, dan sebagai akibatnya
adalah dimungkinkan untuk menata setiap rumah menghadap matahari dan
dengan halaman tamannya.
Konservasi Perkotaan
Pemahaman tentang konservasi
Jika kita ingin bergerak untuk menyelesaikan masalah pelestarian, ada tiga
pertanyaan kunci yang harus diajukan: (1) Apa yang ingin kita lestarikan?
(Bangunan?, Karakter kota?, Kehidupan?); (2) Mengapa kita ingin
melestarikan? (Karena aspek-aspek tersebut merupakan bagian dari warisan
kota?, Untuk meningkatkan lingkungan dan penduduk?, Untuk menarik uang
dari wisatawan?); dan (3) Untuk siapa kita lakukan pelestarian? (Pengguna
saat ini?, Keseluruhan negara?, Warisan umat manusia?).
Ada beberapa pemahaman dan pengertian mengenai conservation
(konservasi), adalah tindakan untuk memelihara sebanyak mungkin secara
utuh dari bangunan bersejarah yang ada, salah satunya dengan cara
perbaikan tradisional, dengan sambungan baja, dan atau dengan bahan-
bahan sintetis. Pendapat lain mengenai konservasi: adalah, upaya untuk
melestarikan bangunan, mengefisienkan penggunaan dan mengatur arah
perkembangan di masa mendatang. Dari Piagam Burra, pengertian
konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat dan dapat pula mencakup: preservasi,
restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.
Untuk itu, alangkah baiknya kalau kegiatan konservasi/preservasi pun
haruslah dapat memberikan manfaat yang tidak sedikit terhadap kota dan
komponen-komponen yang ada di dalamnya. Manfaat tersebut antara lain
sebagai atraksi yang menarik bagi wisatawan mancanegara, merupakan
media untuk mempelajari perkembangan arsitektur dan kota, dan sebagai
wadah pembelajaran sejarah kota bagi masyarakat. Usaha-usaha untuk
preservasi akan memberikan manfaat praktis bila manfaat kegiatan
tersebut, adalah sebagai berikut: 1. preservasi lingkungan/kawasan lama
akan memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat kesinambungan,
memberikan tautan bermakna dengan masa lampau, dan memberikan
pilihan untuk tetap tinggal dan bekerja di dalam bangunan maupun
lingkungan/kawasan lama; 2. di tengah perubahan dan pertumbuhan yang
pesat sekarang ini, lingkungan/kawasan lama akan menawarkan suasana
permanen yang menyegarkan; 3. untuk mempertahankan bagian kota akan
membantu hadirnya sense of place, identitas diri dan suasana kontras; 4.
kota dan lingkungan/kawasan lama adalah satu aset terbesar dalam industri
wisata, sehingga perlu dipreservasi; 5. salah satu upaya generasi masa kini
untuk dapat melindungi dan menyampaikan warisan berharga kepada
generasi mendatang; 6. membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk
memperoleh kenyamanan psikologis dan merasakan bukti fisik suatu tempat
di dalam tradisinya; dan 7. membantu terpeliharanya warisan arsitektur,
yang dapat menjadi catatan sejarah masa lampau.
Dalam konteks pembangunan kota, tindakan untuk melestarikan warisan
budaya perkotaan (urban heritage) diperlukan adanya motivasi. Motivasi
tersebut antara lain adalah: 1. motivasi untuk mempertahankan warisan
budaya atau warisan sejarah; 2. motivasi untuk menjamin terwujudnya atau
terpeliharanya tata ruang kota yang khas; 3. motivasi untuk mewujudkan
adanya suatu identitas tertentu yang dikaitkan dengan kelompok
masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari kota; dan 4. motivasi
ekonomi, suatu bentuk peninggalan tertentu yang dianggap memiliki nilai
atau daya tarik dan perlu dipertahankan sebagai modal
lingkungan/kawasan.
Konservasi dalam lingkup bangunan dan lingkungan:
Konservasi atau pelestarian dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan,
mula-mula berawal dari konsep preservasi yang bersifat statis, kemudian
dari konsep yang statis tersebut berkembang menjadi konsep konservasi
yang bersifat dinamis dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sasarannya tidak
terbatas pada objek arkeologis saja, melainkan meliputi juga karya
arsitektur lingkungan dan kawasan, dan bahkan kota bersejarah dan pada
akhirnya, konservasi menjadi payung dari segenap kegiatan pelestarian
lingkungan binaan yang mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi,
rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi. Tujuan dari itu semua adalah untuk
memelihara bangunan atau lingkungan sedemikian rupa, sehingga makna
kulturalnya yang berupa: nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial
untuk generasi lampau, masa kini dan masa datang akan dapat terpelihara.
Apa yang dimaksud dengan konservasi area? (What is a
Conservation Area?)
Konservasi area sebenarnya dapat meliputi beberapa hal, seperti perdesaan
(rural), perkotaan (urban), arkeologi (archeology), atau natural area yang
mempunyai kualitas spesial, dan patut untuk dilindungi. Konservasi area
direncanakan/ditentukan berdasarkan beberapa alasan:
1. untuk melindungi lingkungan atau konteks dari kelompok elemen-
elemen kultural, bersejarah (historical), estetik (aesthetic) atau nilai
keilmuan (scientific value);
2. untuk menuntun dan mengatur perkembangan baru;
3. untuk mengurangi atau mengeliminasi ancaman yang spesifik seperti,
pengembangan skala-besar, jalan-jalan, penzoningan kembali atau
tekanan perkembangan;
4. untuk memberi insentif pengembangan dengan perlindungan bagi
benda-benda yang mempunyai nilai dan menetapkan kriteria
desainnya;
5. untuk mendapatkan pengakuan pada sebuah area dan
mempromosikan nilai-nilainya; atau
6. untuk melindungi lingkungan, atau dilihat dari pandangan national
monument.
Kemudian bagaimana dengan pemahaman arti area itu sendiri?
Penentuan dari konservasi area tersebut diartikan bahwa kualitas yang
spesial dari area itu dilindungi dan pengembangannya layak untuk diberikan.
Pemilik, pengembang, arsitek, perencana, dan pemerintah yang berwenang
akan menjaga bahwa pengembangan area itu sangat sensitif, dan bahwa
perubahan tidak akan menghancurkan kualitas spesial yang diberikan
sebagai makna budaya, dengan demikian konservasi area dapat
diidentifikasi setelah survei komprehensif dan analisis kualitas pada area itu
dilakukan.
Konsep Konservasi
Konsep awal dari pelestarian adalah konservasi, yaitu pengawetan benda-
benda monumen dan sejarah (lazimnya dikenal sebagi preservasi), dan
akhirnya hal itu berkembang pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai
sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan
konservasi. Pada dasarnya, makna suatu konservasi dan preservasi tidak
dapat terlepas dari makna budaya (Kerr, 1992). Untuk itu, konservasi
merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung
maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya (Danisworo, 1991). Di
samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi
sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim
maupun fisik (Danisworo, 1992). Dalam perencanaan suatu lingkungan kota,
unit dari konservasi dapat berupa sub bagian wilayah kota bahkan
keseluruhan kota sebagai sistem kehidupan yang memang memiliki ciri atau
nilai khas. Dengan demikian, Peranan konservasi bagi suatu kota bukan
semata bersifat fisik, namun mencakup upaya mencegah perubahan sosial.
Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi hendaklah
disusun dalam suatu rencana (conservation plan) berdasarkan: 1. Penetapan
objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam menilai aspek budaya
suatu objek dengan tolok ukur estetika, kesejarahan, keilmuan, kapasitas
demonstratif serta hubungan asosiasional; dan 2. Perumusan kebijakan
konservasi suatu upaya merumuskan informasi tentang nilai-nilai yang perlu
dilestarikan untuk kemudian dijadikan sebagai landasan penyusunan strategi
pelaksanaan konservasi.
Konservasi merupakan bagian integral dari perancangan kota, menurut
Sirvani (1985), meliputi rumusan kebijakan, rencana, pedoman, dan
program. Dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebijakan Perancangan Kota,
merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat spesifik. 2. Rencana
Perancangan Kota, merupakan produk penting dalam perancangan kota
yang berorientasi pada produk maupun proses; 3. Pedoman Perancangan
Kota, dapat berupa pengendalian ketinggian bangunan, bahan, setback,
proporsi, gaya arsitektur, dan sebagainya; dan 4. Program Perancangan
Kota, biasanya mengacu pada proses pelaksanaan atau pada seluruh proses
perancangan. Menurut Shirvani (1985), menggunakan terminologi tersebut
untuk mengacu pada aspek perencanaan dan perancangan yang dapat
memelihara dan melestarikan lingkungan yang telah ada maupun yang
hendak diciptakan. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan: a.
Kegiatan konservasi dan preservasi -sebagai bagian dari pelestarian-
merupakan usaha meningkatkan kembali kehidupan lingkungan kota tanpa
meninggalkan makna kultural maupun nilai sosial dan ekonomi kita; b.
Arahan konservasi suatu kawasan berskala lingkungan maupun bangunan,
perlu dilandasi motivasi budaya, aspek estetis, dan pertimbangan segi
ekonomi; dan c. Preservasi dan konservasi yang mengejawantahkan
simbolisme, identitas suatu kelompok ataupun aset kota, perlu dilancarkan.
Pada bagian lain, sasaran konservasi perlu dirumuskan secara tepat di
antaranya (Budihardjo, 1989): - Mengembalikan wajah objek konservasi; -
Memanfaatkan objek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini; -
Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian; dan -
Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota dalam wujud fisik tiga
dimensi. Akan tetapi dalam penjabaran konsep di atas, perlu dirumuskan: -
Tolok ukur, kriteria, dan motivasi dari konservasi; dan - Bagian-bagian
bangunan atau tempat yang akan dikonservasi, atau bagian kota yang akan
dilestarikan.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi
adalah sebagai berikut: a. Kriteria Arsitektural, suatu kota atau kawasan
yang akan dipreservasikan atau dikonservasikan memiliki kriteria kualitas
arsitektur yang tinggi, di samping memiliki proses pembentukan waktu yang
lama atau keteraturan dan keanggunan (elegance); b. Kriteria Historis,
kawasan yang akan dikonservasikan memiliki nilai historis dan kelangkaan
yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru,
meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang
memudar; c. Kriteria Simbolis, kawasan yang memiliki makna simbolis
paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota.
Kategori mempertimbangkan objek yang akan dikonservasi dapat
dikategorikan sebagai berikut: 1. Nilai (value) dari objek, mencakup nilai
estetik yang didasarkan pada kualitas bentuk maupun detailnya. Suatu
objek yang unik dan karya yang mewakili gaya zaman tertentu, dapat
digunakan sebagai contoh, suatu objek konservasi; 2. Fungsi objek dalam
lingkungan kota, berkaitan dengan kualitas lingkungan secara menyeluruh.
Objek merupakan bagian dari kawasan bersejarah dan sangat berharga bagi
kota. Objek juga merupakan landmark yang memperkuat karakter kota yang
memiliki keterkaitan emosional dengan warga setempat; dan 3. Fungsi
lingkungan dan budaya, penetapan kriteria konservasi tidak terlepas dari
keunikan pola hidup suatu lingkungan sosial tertentu yang memiliki tradisi
kuat, karena suatu objek akan berkaitan erat dengan fase perkembangan
wujud budaya tersebut.
Revitalisasi Kawasan Kota
Salah satu kegiatan dari konservasi adalah revitalisasi atau upaya untuk
mendaur-ulang (recycle) yang tujuannya untuk memberikan vitalitas baru,
dan meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali
vitalitas (re-vita-lisasi) yang pada awalnya pernah ada namun telah
memudar. Kegiatan revitalisasi muncul karena adanya permasalahan yang
muncul sejalan dengan perkembangan kota yang begitu cepat dan
membawa perubahan yang cukup drastis. Perubahan tersebut seringkali
mengakibatkan timbulnya masalah yang pembenahannya seringkali
memaksa kota untuk mengabaikan pihak-pihak tertentu dengan
mengatasnamakan program peremajaan kota, penggusuran permukiman
kumuh yang dilakukan dengan alasan demi keindahan kota, perubahan
tatanan perdagangan tradisional menjadi tatanan modern, penghancuran
bangunan-bangunan lama dan diganti dengan bangunan baru dengan dalih
tidak memberikan kontribusi ekonomi bagi daerah. Selanjutnya, dapat
dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi
kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala upaya revitalisasi biasa
terjadi pada tingkat mikro kota, seperti sebuah jalan, atau bahkan skala
bangunan, akan tetapi juga bias mencakup kawasan kota yang yang lebih
luas.
Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha
menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk
mewujudkan kawasan yang layak huni (livable), mempunyai daya saing
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan
budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota. Karakteristik dari
kawasan yang membutuhkan revitalisasi, adalah kawasan mati (tidak
berkembang lagi), kawasan yang perkembangannya melesat dari arah
semula, dan kawasan-kawasan yang “ditinggalkan”. Sejarah perkembangan
kota di Barat mencatat bahwa memang kegiatan revitalisasi ini diawali
dengan pemaknaan kembali daerah pusat kota setelah periode tahun 1960-
an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode
pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat) kota tua menjadi fokus
kegiatan revitalisasi.
Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif
dalam memecahkan masalah pelestarian wajah kota lama, dan kebutuhan
ruang teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensi kota lama.
Pada dasarnya proses revitalisasi kota terbagi menjadi beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut: intervensi fisik; rehabilitasi ekonomi; dan revitalisasi
sosial/institusional. Revitalisasi adalah salah satu pendekatan dalam
meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang bias berupa penataan
kembali pemanfaatan lahan dan bangunan, renovasi kawasan maupun
bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat ditingkatkan dan
dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya, rehabilitasi kualitas lingkungan
hidup, peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya (Sujarto
dalam Farma, 2002:23).
Oleh karena itu, revitalisasi kawasan kota dapat juga disebut sebagai konsep
pelestarian yang terintegrasi dengan “wajah” kota lama akan tetap
terpelihara, aktivitas saat ini dapat tertampung dan dapat memberikan
keuntungan ekonomi. Proses ini memerlukan dukungan dan peran aktif
masyarakat, sehingga segala usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah
setempat tidak dipatahkan lagi oleh masyarakat. Disamping hal itu,
pemerintah diharapkan dapat bertindak dengan lebih tegas, yaitu dengan
memperjelas konsep-konsep konservasi kotanya, mempunyai produk-produk
berkekuatan hukum, menindak oknum-oknum yang melanggar, serta
mampu memotivasi partisipasi masyarakat.
Mengapa Warisan Budaya? (Why heritage?)
Adanya pengakuan bahwa warisan budaya (cultural heritage) yang di
dalamnya terdapat konservasi, adalah merupakan bagian dari
tanggungjawab seluruh tingkatan pemerintahan, dan anggota masyarakat,
sedangkan heritage itu sendiri, adalah bukan sekedar mendata masa
lampau, tetapi merupakan bagian integral dari identitas perkotaan saat ini
dan masa mendatang. Warisan budaya sebuah kota dapat dilihat dalam tiga
bagian faktor:
- Social factors, termasuk di dalamnya menambah citra dan identitas
kota, integrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, dan pengembangan
sistem nilai dari masyarakat.
- Politico-economic, menyertakan peran dari heritage pada pariwisata,
dan kepentingan arkeologi dan kesejarahan.
- Planning factors, terutama dipergunakan pada architectural
heritage, redevelopmen dan regenerasi objek heritage untuk dipreservasi
serta integrasinya ke dalam proses pengembangan yang lebih besar pada
kota secara keseluruhan.
Untuk meletakkan isu dari heritage conservation dengan melihat seluruh
proses dari pengembangan kota, baik itu berhubungan dengan isu yang lain,
seperti pengembangan wisata, revitalisasi dari ekonomi daerah dan
pemerintah daerah.
Beberapa contoh dari kota-kota yang telah melakukan heritage
conservation
Kathmandu: It’s the People’s Heritage (Participation and Awareness-
Building)
- Penanggungjawab adalah pemerintah daerah Kathmandu Municipal
Corporation (KMC) yang merealisasikan keinginan untuk
mengintegrasikan konservasi warisan budaya ke dalam proses yang lebih
luas dari komunitas dan partisipasi masyarakat.
- Keterlibatan komunitas sangat penting untuk keberhasilan dari beberapa
langkah heritage, dan implikasinya untuk kebanggaan masyarakat dan
citra kota.
- Preservasi warisan budaya secara langsung berhubungan dengan
ekonomi kota, dan pariwisata menjadi aktivitas yang utama.
- KMC mendirikan Heritage and Tourism Department tahun 1977.
Mengembangkan beberapa strategi heritage conservation di antaranya:
program pendidikan dan kesadaran untuk publik; heritage tour untuk
anak-anak sekolah, media radio dan televisi; partisipasi masyarakat;
kerjasama publik-privat; dan financial incentives.
Penang: Preserving for the Future (Institutional and Policy
Environment)
- kehidupan kota dengan arsitektur tradisional yang utuh, streetscape dan
aktivitas sosio-ekonomi –menjaga nilai jual sebagai ‘produk wisata’.
- untuk mengembangkan dan menjaga identitas urban yang unik, kota
difokuskan dengan memperhubungkan perencanaan fisik, kerangka
kebijakan, dan master plan untuk menciptakan wilayah urban yang
berkelanjutan dan dipertahankan untuk generasi mendatang.
- inisiatif program dan studi yang mengkombinasikan konservasi dengan
tujuan luas dari local sustainability.
- mempersatukannya ke dalam rencana dan projek pariwisata, pada
dasarnya menambah nilai ekonomi daerah, tetapi lebih untuk masa
mendatang.
- inisiatif ekonomi yang berkelanjutan dijamin oleh kerjasama dengan
sektor privat dalam bangunan potensi wisata untuk pengunjung dan
penduduk setempat.
Manila: Getting the Framework Right (Documentation and Preservation)
- Untuk Pilipina, Intramuros (berarti, di kelilingi dinding)
merepresentasikan permulaan dari pendataan sejarah mengenai
perkembangan perkotaan (urban development).
- Usaha dalam restorasi dan redevelopmen dari Intramuros dimulai tahun
1965 untuk mencegah kerugian selanjutnya dan menggabungankan ke
dalam mainstream dari urban development.
- Usaha dari preservasi Intramuros dilakukan dengan memisahkan urban
planning dan biro pengembang bagi kawasan bersejarah. Intramuros
Administration (IA) adalah bertanggungjawab untuk redevelopmen dan
restorasi.
- Tindakan lain juga telah dilakukan, mengklasifikasi Intramuros sebagai
‘cultural zone’, merencanakan master plan kawasan yang terintegrasi,
menghapus tata guna tanah yang tak sesuai, petunjuk perancangan dan
peraturan urban streetscape untuk pengembangan mendatang, restorasi
bangunan bersejarah, dan sebagainya.
Urban Conservation: The Case of Imai-cho, Japan
Dentoteki Kenzobutsu Gun Hozon Chiki atau preservasi untuk kolompok
bangunan bersejarah – Den Ken Chiki – adalah peraturan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Jepang, di bawah badan perlindungan benda cagar budaya.
Istilah ‘preservasi’, mencerminkan pandangan statis dari pekerjaan
pemerintah terhadap bangunan kuno dan kawasan bersejarah, sedangkan
Den Ken Chiki, lebih dinamis secara alami, dengan konservasi kawasan
bersejarah meliputi di dalamnya preservasi, restorasi, rekonstruksi dan
penataan ulang, pertimbangan ekonomi, sosio-kultural, aspek hukum dan
administratif. Perlu untuk diketahui, bahwa di kawasan tersebut, lebih dari
80% rumah tinggalnya sampai saat ini masih bertahan, yang rata-rata
dibangun pada era Edo (1596 ~1868).
Konservasi dan pembangunan berkelanjutan di kota bersejarah
Vigan
Kota Vigan merupakan kota yang terletak di Propinsi Ilocos Sur, Filipina,
yang memiliki banyak bangunan bersejarah, yang terdiri dari 180 buah
gedung pemerintahan dan rumah ibadah, gudang, taman, yang memiliki
arsitektur abad ke-18 dan ke-19, yang merupakan percampuran antara
arsitektur Spanyol, Mexico, Cina, dan arsitektur lokal. Penataan Kota Vigan
memiliki ciri tata kota Hispanic. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat
bertahan dari kerusakan, yang antara lain disebabkan oleh alam, perang
dunia dan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1970 yang
menghancurkan banyak bangunan bersejarah. Kebudayaan yang
dilestarikan juga termasuk industri tradisional, seperti pembuatan guci, batu
bata dan ubin, perabotan kayu, garam, maguey rope, tukang besi,
pemotong batu, dan hand-woven abel fabrics.
Untuk melindungi warisan budaya sejarah Kota Vigan, maka dilakukan
upaya preservasi dan konservasi. Pada awalnya (awal tahun 1990-an),
usaha pelestarian ini banyak mendapat halangan dari pemerintah lokal dan
para pengusaha, untuk mendukung hal tersebut UNESCO memberikan solusi
preservasi dan konservasi Kota Vigan, sehingga dapat merubah seluruh
kultur masyarakat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.
Untuk mendukung kegiatan preservasi dan konservasi, para stakeholder
lokal perlu meninjau kembali arah pembangunan daerahnya untuk di
arahkan ke budaya, yang antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
menarik para wisatawan, pemanfaatan kembali bangunan-bangunan kuno
untuk berbagai macam kegiatan (museum, toko, penginapan, kantor, rumah
makan, dan sebagainya), revitalisasi seni dan kerajinan tradisional,
perbaikan dan pembangunan kembali bangunan untuk melestarikan budaya,
mengembalikan keaslian di daerah pusat pelestarian pusat pelestarian
(historic core), dan merehabilitasi jalur sungai kuno di sekeliling Kota Vigan
untuk menghidupkan kembali industri di sekitar sungai dan mendukung
kegiatan pariwisata. Pada kegiatan preservasi dan konservasi akan selalu
berkoordinasi dengan badan-badan yang terlibat dalam kegiatan ini, seperti
badan internasional, nasional, dan lokal.
Penutup
Menampilkan kembali atau mempertahankan ruang kota masa lalu berarti
memperhatikan elemen-elemen jalan (street-furniture) dan pembentuk
ruangnya, baik tata hijau (soft-landscape) maupun perkerasannya (hard-
landscape). Banyak contoh kota di dunia yang sudah membagi
area/kawasan mana yang perlu dipreservasi dan mana yang tidak. Ke arah
mana preservasi kawasan tersebut berjalan, perangkat apa saja yang
dibutuhkan, jadi pelestarian bukanlah ceritera masa lalu, atau upaya untuk
mengawetkan suatu kawasan bersejarah, namun lebih ditujukan sebagai
alat dalam mengolah transformasi kawasan. Upaya tersebut merupakan
langkah yang bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan bagi
masyarakat agar lebih baik, dan berdasarkan pada kekuatan-kekuatan aset
sejarah lama yang terdapat di kawasannya. Hal ini sebaiknya dititikberatkan
pada upaya pemanfaatan yang kreatif melalui pelaksanaan program
partisipasi melalui kegiatan ekonomi dan budaya kawasan. Untuk itu,
perancangan kota harus menjadi perangkat pengarah dan pengendalian
untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan
kebutuhan dan fungsi baru. Dengan demikian, tanggung jawab terhadap
pelestarian kota adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan
tanggung jawab sektoral, multi dimensi, dan disiplin, serta berkelanjutan
(sustainable).
Sumber Acuan
Tjandrasasmita, U. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota
Muslim di Indonesia Dari Abad XIII sampai XVIII Masehi, Kudus: Menara
Kudus.
Adrisiyanti, I. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram Islam, Jendela:
Yogyakarta.
Budihardjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi, Jakarta:
Djambatan.
Danisworo, M. 1996. Penataan Kembali Pusat Kota, Suatu Analisis Proses,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, VII (22): 70-76.
Farma, A.S. 2002. Strategi Perancangan dalam Meningkatkan Vitalitas
Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Tesis, Program Magister
Perencanaan Wilayah dan Kota – Bidang Rancang Kota, Bandung: ITB.
Pontoh, N.K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori
perancangan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, IV (6): 34-39.
Srinivas, H. 1999. Prioritizing Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region:
Role of City Governments, Urban Heritage and Conservation, pp. 1-4.
Srinivas, H. 1999. Mediation for Urban Conservation: The Case of Imai-cho,
Japan, Urban Heritage and Conservation, pp. 1-4.
Stelter, G.A. 1996. Introduction to the Study of Urban History, Part I
General Concept and Sources, University of Guelph 49 -464 Reading a
Community, pp. 1-7.
Makalah ini telah disampaikan pada STADIUM GENERAL “Perancangan
Kota Untuk Kota Kecil” Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi
Nasional, Malang 21 Juni 2004.

More Related Content

What's hot

4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban designBenny Iskandar
 
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang SelatanMateri Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatanjoihot
 
04 teori perancangan kota
04 teori perancangan kota04 teori perancangan kota
04 teori perancangan kotaRinaBilo
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangPenataan Ruang
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaAplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaKhalid Adam
 
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangStudio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangNurlina Y.
 
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptxAmirulRachmanullah1
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Penataan Ruang
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Obie Donk Ach
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 

What's hot (20)

4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban design
 
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang SelatanMateri Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
 
04 teori perancangan kota
04 teori perancangan kota04 teori perancangan kota
04 teori perancangan kota
 
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
Proyeksi PDRB Kota Singkawang Tahun 2013-2017
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Teori figure ground
Teori figure groundTeori figure ground
Teori figure ground
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaAplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
 
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangStudio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
 
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx
152882273-Rdtr-Wp-4-Kab-Bekasi (1).pptx
 
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata ...
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 

Similar to Sejarah dan konservasi perkotaan sebagai dasar perancangan kota

Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012
Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012
Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012Nur faizah Baharin
 
Kuliah 1 konsep tamadun
Kuliah 1 konsep tamadunKuliah 1 konsep tamadun
Kuliah 1 konsep tamadunAzman Ariffin
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaNashriyah Tsabitah
 
Rangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRiiTarver
 
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPebtrian Gian
 
2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruangAriDjatmiko1
 
Antropologi perkotaan
Antropologi perkotaanAntropologi perkotaan
Antropologi perkotaanRatna Yunita
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...bramantiyo marjuki
 
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimalBenny Iskandar
 
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungUrban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungjunsumaya
 
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...yusrifan Isra
 
Geografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxGeografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxTriasFebri2
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofiFuad Ramadhan
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotajopiwildani
 

Similar to Sejarah dan konservasi perkotaan sebagai dasar perancangan kota (20)

Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012
Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012
Rashman skema jawapan sejarah 1 johor 2012
 
20 30-1-pb jurnal
20 30-1-pb jurnal20 30-1-pb jurnal
20 30-1-pb jurnal
 
Geografi : Kota
Geografi : KotaGeografi : Kota
Geografi : Kota
 
Kuliah 1 konsep tamadun
Kuliah 1 konsep tamadunKuliah 1 konsep tamadun
Kuliah 1 konsep tamadun
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
 
Rangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docx
 
Urbanisasi sugiono
Urbanisasi sugionoUrbanisasi sugiono
Urbanisasi sugiono
 
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
 
2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang
 
Pep.7
Pep.7Pep.7
Pep.7
 
Antropologi perkotaan
Antropologi perkotaanAntropologi perkotaan
Antropologi perkotaan
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...
 
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota unimal
 
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungUrban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
 
Arsitektur Kota 1
Arsitektur Kota  1Arsitektur Kota  1
Arsitektur Kota 1
 
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...
TEORI PERKEMBANGAN PERADABAN DAN INTERELASINYA DENGAN PERENCANAAN PENGEMBANGA...
 
Geografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxGeografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptx
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofi
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
 
geografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptxgeografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptx
 

Recently uploaded

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...Neta
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 

Recently uploaded (14)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 

Sejarah dan konservasi perkotaan sebagai dasar perancangan kota

  • 1. SEJARAH DAN KONSERVASI PERKOTAAN SEBAGAI DASAR PERANCANGAN KOTA Antariksa Pendahuluan Dewasa ini kota-kota di dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat, dalam perubahan tersebut, bangunan, kawasan maupun objek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan untuk hilang dan hancur, dan dengan sendirinya akan digantikan dengan bangunan, kawasan ataupun objek lainnya yang lebih bersifat ekonomis- komersial. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut, dengan mudah dapat diamati pada kawasan kotakota tersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami perbedaan nalar, hal ini terjadi karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses urbanis yang pragmatis. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Pertentangan atau kontradiksi antara pembangunan sebagai kota “modern” dengan mempertahankan kota budaya yang masih mempunyai kesinambungan dengan masa lalu, telah menjadikan realitas permasalahan bagi kawasan kota Pendekatan perancangan kota yang banyak dilakukan pun jarang mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural yang telah terbentuk di kawasan tersebut. Para perancang kota lebih sering melihat kota sebagai benda fisik (physical artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural artifact). Perangkat rencana kota yang ada saat ini, selain masih belum banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujud kota, secara umum pun belum dapat memberikan panduan operasional bagi terbentuknya ruang kota yang akomodatif terhadap fenomena urban, baik situasi dan kondisi serta masyarakat yang menikmatinya. Atau dengan kata lain, masih terdapat adanya kesenjangan antara rencana tata ruang yang bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga demensi. Dengan demikian, konservasi/pelestarian bukanlah romantisme masa lalu atau upaya mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, namun lebih ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian yang dijadikan dasar dalam merancang sebuah kota. Sejarah Kota dan Kawasan (What is Urban History and Urban Area?) Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau
  • 2. dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya suatu penegasan, yaitu bahwa: setiap kota pasti mempunyai sejarah; di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan dipertahankan; bagaimana kotakegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya). Sejarah perkotaan (urban history) pada dasarnya merupakan bidang studi internasional yang ingin mencoba menjawab beberapa pertanyaan dasar mengenai nature of our societies, dengan menggunakan pendekatannya yang cenderung multidisiplin, maka dalam sejarah perkotaan tidaklah luar biasa untuk dapat menemukan beberapa ahli di antaranya, adalah ahli sejarah, arsitektur, geografi, perencana, atau kritikus sastra, dan mereka semua dapat dinamakan sebagai ahli sejarah perkotaan. Di sisi lain sejarah perkotaan mempunyai hubungan erat dengan local history, dan studi tersebut difokuskan pada masalah lokal, atau beberapa aspek dari kehidupan di komunitas lokal serta dilakukan dengan sebuah analisa dan penjelasan. Ada empat pendekatan dalam bidang sejarah perkotaan yang dapat diidentifikasi: Pertama, secara umum ditekankan pada proses urbanisasi termasuk elemen demografi, struktur atau pendekatan sistem, dan aspek perilaku urbanisasi. Kedua, adalah urban biography merupakan tempat bersejarah yang istimewa, dan berhubungan dengan beberapa segi dari sebuah kota, seperti transportasi, pemerintah kota, perkembangan fisik, masyarakat dan organisasi sosial. Ketiga, memperlakukan beberapa tema, seperti ekonomi, sosial, arsitektur, dan sebagainya dalam konteks sebuah kota. Keempat, cultural studies, merupakan jalan baru dalam “reading” cities, dan memperkenalkan konsep untuk “read” communities. Belajar dari Sejarah Awal Berkembangnya Perkotaan Dengan mempelajari sejarah kota, kita akan dapat melihat pengejawantahan pemikiran jujur tentang penataan kota masa lampau, dari tata cara penataannya, sampai pada sumber kehidupan warisan sejarah sebagai tempat beraktivitas. Banyak hal yang dapat dipetik dengan mempelajari sejarah perkotaan dari Majapahit-Kota Indis-Kota Islam dan dari negara lain seperti India-Cina-Jepang, akan dapat memberikan tambahan pemahaman arti sejarah perkotaan yang lebih mendalam. Tata ruang kota Majapahit Struktur kekuasaan dari kerajaan Majapahit mempunyai pengaruh besar pada organisasi ruang kotanya, hal ini dapat dilihat dengan adanya: 1. wilayah inti pusat kerajaan Majapahit; 2. wilayah inti sistem candi-candi kerajaan Majapahit; 3. wilayah kantong (enclave) pemujaan arwah nenek moyang; dan 4. wilayah perdesaan kerajaan Majapahit. Di samping itu, perkembangan dari Majapahit secara makro wilayah dipengaruhi arus kecenderungan pertumbuhan, yaitu arus perkembangan kebudayaan Hindhu Jawa; dan perkembangan global di pihak lain. Pada penataan kota Majapahit
  • 3. mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Hindhu-India yang datang ke Jawa melalui medium agama Hindhu-Budha. Dengan demikian, kota Majapahit merupakan perpaduan antara unsur-unsur dua kebudayaan, India dan Jawa. Untuk ciri pola tata ruang kota Majapahit, dapat dilihat adanya: 1. pola ruang berpusat, dengan kawasan inti berpola grid, sedangkan kawasan luar melingkar berpola sirkular; 2. kawasan antara merupakan kawasan transisi, antara dua hierarkhi kawasan, antara dua tingkat masyarakat kota, dan dua jenis pola keruangan kota, terkendali dan organis; 3. keseluruhan kawasan kota merupakan sistem kerungan terbuka, baik secara ekologis, secara sosial, maupun secara kewilayahan yang diwujudkan dalam bentuk kota tanpa dinding fisik; dan 4. pemilihan perpaduan pola keruangan kawasan kota tersebut di atas dapat menjadi strategi keruangan jangka panjang yang adaptif. Perkembangan awal kota Indis Kota Indis, muncul pada waktu hadirnya pemerintah kolonial Belanda, mulai abad ke-16. Pada awalnya perkembangannnya, kota ini menjiplak kota-kota asalnya, dalam perkembangannya, seorang ahli perkotaan Peter JM. Nas membedakan kota menjadi empat macam, yaitu di antaranya: kota awal Indonesia; kota Indis; kota kolonial; dan kota modern. Dalam kota Indis diketahui terdapat adanya: a. daerah benteng yang dihuni oleh pejabat- pejabat dan pegawai-pegawai VOC; b. daerah perdagangan yang dihuni oleh orang-orang asing (kebanyakan orang-orang Cina); dan c. Kampung (pada awalnya berada di luar benteng), yang dihuni oleh penduduk pribumi. Kemudian pada perkembangan berikutnya, kota awal Indonesia memiliki struktur yang jelas mencerminkan tatanan kosmologis dengan pola-pola sosial-budaya yang dibedakan dalam dua tipe, yaitu kota-kota pedalaman dengan ciri-ciri tradisional, religius; dankota-kota pantai yang berdasarkan pada kegiatan perdagangan. Ada tiga ciri untuk memahami struktur ruang lingkup sosial kota kolonial, yaitu antara lain: budaya; teknologi, dan struktur kekuasaan kolonial. Pada kota-kota lama di Jawa sampai abad ke-18 tidak mengalami perkembangan yang berarti, dan kota-kota yang tidak mempunyai fungsi perdagangan, umumnya menjadi kota pusat pemerintah daerah. Bentuk kota kabupaten digambarkan tidak jauh berbeda dengan perdesaan sekitarnya, dan kelompok bangunan di kota-kota lebih rapat satu sama lain, dibanding kelompok perumahan di perdesaan. Untuk kota-kota pantai kuno, kelompok perumahan di kota pusat pemerintahan lebih jarang, bentuk bangunannya masih tradisionil. Elemen pembentuk ruang pada kota tradisional Jawa, antara satu dengan lainnya menggunakan dua prinsip, yaitu di antaranya mikrokosmos dualistis; dan mikrokosmos hirarkhis. (Santoso 1984) Karakteristik kota Islam
  • 4. Dengan masuknya Islam, maka pengaruhnya pun juga memberikan ciri atau karakteristik kota Islam, yaitu antara lain: mempunyai benteng; mempunyai kompleks kediaman penguasa (istana; bangunan-bangunan pemerintahan; dan bangunan-bangunan pasukan pengawal); mempunyai civic center (masjid Jamik dengan madrasahnya; dan pasar); mempunyai perkampungan untuk penduduk dengan pengelompokkan (etnis; agama; dan ketrampilan); dan di luar benteng terdapat perkampungan untuk komunitas dengan beberapa (pekerjaan tertentu; dan pemakaman). Untuk komponen-komponen pokok dari kota Mataram-Islam dan kota yang berkembang di wilayah pantai utara Jawa dapat dikelompokkan: 1. Fungsi tempat tinggal dalam dua komponen: a. kraton beserta alun-alunnya bagi penguasa dan keluarga terdekatnya; dan b. permukiman lain yang terbagi dalam dua macam, yaitu antara lain: dalem bagi golongan bangsawan dan elite birokrat; dan permukiman bagi rakyat non elit; 2. Fungsi keamanan tercermin dalam komponen, yakni benteng baik dalam maupun luar, jagang, dan jaringan jalan; 3. Fungsi ekonomi tercermin dalam keberadaan pasar, jaringan jalan, serta nama tempat yang menunjukkan profesi; 4. Fungsi religi terlihat dalam keberadaan masjid, nama tempat yang menggambarkan profesi keagamaan dan alun-alun; dan 5. Fungsi rekreasi terlihat adanya taman dan krapayak. Penataan kota di India Di dalam perencanaan kota dan desa di India waktu itu, salah satunya harus memperhatikan Vastu-purusha mandala baik dengan tatanan 64 maupun 81. Dinding atau tembok kota dibangun sepanjang batas dari mandala; dan jalan di buat dari arah utara-selatan dan timur-barat sepanjang garis padas dari satu padas ke berikutnya. Vastu-purusha mandala: sebagai dasar perencanaan kota Jaipur di India; dan semua jalan berada pada arah longitudinal timur-selatan-timur, dan barat-utara-barat. Swastika, adalah sebagai solar simbol bangsa Aryan kuno, dapat digunakan untuk perencanaan: 1. rumah tinggal; 2. layout tata ruang; 3. perencanaan kota; dan 4. menata sekuen dari jalan. Kheta, yang diperbolehkan untuk bertempat tinggal di wilayah ini hanya kasta Shudra di sini tidak mempunyai pusat; dan sebagai pusat adalah dinding/ tembok kota. Kemudian bentuk sederhana dari perencanaan kotanya haruslah jelas: kasta Brahma, harus bertempat tinggal dan bekerja di wilayah/bagian utara; kasta Kshatriya, di wilayah/bagian timur; kasta Vaishya, di wilayah/bagian selatan; dan kasta Shudra di wilayah/bagian barat. Dengan demikian, konsep dan pedoman penataan kota di India sesuai yang termuat dalam pustaka Manasara Silpasastra atau Kautilya Arthashastra. Di samping itu, mereka juga mempunyai unsur-unsur permukiman atau kompleks pusat kerajaan, antara lain: candi (mandira, devalaya); pasar (apana); jalan dan lorong (vithi); saluran air-selokan; istana raja; perumahan umum; pasar; gapura-pintu gerbang (gopura); tempat persediaan air, sumur; tembok
  • 5. kota; jalan bawah tanah; benteng; dan menara jaga, dan sebagainya. Awal dari perkembangan kota kuno di Cina Kota-kota kuno Cina yang berhasil diketemukan dan dapat dijelaskan, bahwa: 1. semua kota di kelilingi dengan dinding/tembok dari tanah; 2. hampir keseluruhan bentuk pola kota adalah empat persegi dan persegi panjang; 3. keseluruhan bangunan digunakan untuk tujuan politik dan keagamaan; dan 4. ciri-ciri yang tetap/konstan adanya wilayah yang spesial menurut prinsip Cina dari segregasi sosial. Pada perencanaan kota Changan, kota di bangun dengan denah dasar simitris, mencakup area panjang 6 mil dari timur-barat dan 5 mil 3 meter dari utara-selatan. Pada bagian dinding-dindingnya mempunyai ketebalan 16 feet dan 22 mil 5 meter panjangnya, dan mempunyai tiga pintu gerbang di utara dan barat, serta delapan di utara. Kota dibagi menjadi lima bagian: a. di utara istana kekaisaran; b. istana; c. di sebelah utara istana kekaisaran di kelilingi dinding/tembok dari tanah; dan d. di selatan dari istana berisi bangunan pemerintahan dan badan-badan lainnya. Di samping hal tersebut di atas, dapat dilihat juga bahwa istana kekaisaran dan bangunan pemerintahan yang berkembang pada waktu itu seluruhnya terpisah dari pasar dan daerah tempat masyarakat bertempat tinggal. bersejarah, karena sebagian dari perjalanan sejarah kawasan yang masih menyimpan sejumlah peninggalan sejarahnya. itu mesti dibangun dan dikembangkan; serta adanya Perkembangan awal kota di Jepang Kata machi adalah berasal dari satu blok ladang yang ditanami. Di mana sebuah ibu kota disusun/direncanakan dalam sebuah grid empat persegi panjang. Hal ini juga dimaksudkan bahwa satu blok kota di kelilingi oleh empat jalan, kemudian untuk Jori sistem adalah pembagian tanah untuk ladang yang ditanami padi, sedangkan Jobo sistem adalah sistem untuk pembagian tanahnya. Tsubo, digunakan sebagai unit dasar dari ukuran tanah di dalam perencanaan kota, dan unit terbesar dari pembagi adalah persegi berjumlah dalam 36 area. Garis dari ri adalah timur-barat, sedangkan jo adalah selatan-utara. Tsubo di kelilingi oleh empat jalan yang sempit dan unit pembagi terbesar bo, di kelilingi oleh empat jalan lebar dinamakan oji. Denah dari kota terdiri dari delapan bo timur-barat, dan sembilan bo selatan-utara, untuk jalan utama yang di tengah, yang berjalan dari gerbang utama ke halaman istana adalah merupakan bagian pemerintahan, di dalamnya termasuk istana kekaisaran dan dinamakan Sujaku-oji. Jalan ini membagi kota ke dalam bagian yang sama, separuh dari kiri dari bagian kota dinamakan Sakyo, separuh sebelah kanan dari bagian kota di sebelah barat, dan Ukyo separuh sebelah kanan dari bagian kota di sebelah timur. Bo adalah menomori di sebelah luar dari pusat jalan, bo pertama, bo kedua, bo ketiga, dan bo keempat ke timur dan barat. Untuk menetapkan posisi
  • 6. arah di sebelah utara-selatan, garis dari empat bo dinamakan jo, dimulai dengan jo pertama di utara, sampai jo kesembilan di selatan. Karena itu, metode penamaan disebut sebagai pola dan perencanaan kota sistem jobo. Empat persegi panjang bo adalah membagi lagi oleh persilangan yang sempit ke dalam empat blok bujur yang serupa, dan sebagai akibatnya adalah dimungkinkan untuk menata setiap rumah menghadap matahari dan dengan halaman tamannya. Konservasi Perkotaan Pemahaman tentang konservasi Jika kita ingin bergerak untuk menyelesaikan masalah pelestarian, ada tiga pertanyaan kunci yang harus diajukan: (1) Apa yang ingin kita lestarikan? (Bangunan?, Karakter kota?, Kehidupan?); (2) Mengapa kita ingin melestarikan? (Karena aspek-aspek tersebut merupakan bagian dari warisan kota?, Untuk meningkatkan lingkungan dan penduduk?, Untuk menarik uang dari wisatawan?); dan (3) Untuk siapa kita lakukan pelestarian? (Pengguna saat ini?, Keseluruhan negara?, Warisan umat manusia?). Ada beberapa pemahaman dan pengertian mengenai conservation (konservasi), adalah tindakan untuk memelihara sebanyak mungkin secara utuh dari bangunan bersejarah yang ada, salah satunya dengan cara perbaikan tradisional, dengan sambungan baja, dan atau dengan bahan- bahan sintetis. Pendapat lain mengenai konservasi: adalah, upaya untuk melestarikan bangunan, mengefisienkan penggunaan dan mengatur arah perkembangan di masa mendatang. Dari Piagam Burra, pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan dapat pula mencakup: preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi. Untuk itu, alangkah baiknya kalau kegiatan konservasi/preservasi pun haruslah dapat memberikan manfaat yang tidak sedikit terhadap kota dan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai atraksi yang menarik bagi wisatawan mancanegara, merupakan media untuk mempelajari perkembangan arsitektur dan kota, dan sebagai wadah pembelajaran sejarah kota bagi masyarakat. Usaha-usaha untuk preservasi akan memberikan manfaat praktis bila manfaat kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut: 1. preservasi lingkungan/kawasan lama akan memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat kesinambungan, memberikan tautan bermakna dengan masa lampau, dan memberikan pilihan untuk tetap tinggal dan bekerja di dalam bangunan maupun lingkungan/kawasan lama; 2. di tengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat sekarang ini, lingkungan/kawasan lama akan menawarkan suasana permanen yang menyegarkan; 3. untuk mempertahankan bagian kota akan membantu hadirnya sense of place, identitas diri dan suasana kontras; 4. kota dan lingkungan/kawasan lama adalah satu aset terbesar dalam industri wisata, sehingga perlu dipreservasi; 5. salah satu upaya generasi masa kini
  • 7. untuk dapat melindungi dan menyampaikan warisan berharga kepada generasi mendatang; 6. membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk memperoleh kenyamanan psikologis dan merasakan bukti fisik suatu tempat di dalam tradisinya; dan 7. membantu terpeliharanya warisan arsitektur, yang dapat menjadi catatan sejarah masa lampau. Dalam konteks pembangunan kota, tindakan untuk melestarikan warisan budaya perkotaan (urban heritage) diperlukan adanya motivasi. Motivasi tersebut antara lain adalah: 1. motivasi untuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah; 2. motivasi untuk menjamin terwujudnya atau terpeliharanya tata ruang kota yang khas; 3. motivasi untuk mewujudkan adanya suatu identitas tertentu yang dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari kota; dan 4. motivasi ekonomi, suatu bentuk peninggalan tertentu yang dianggap memiliki nilai atau daya tarik dan perlu dipertahankan sebagai modal lingkungan/kawasan. Konservasi dalam lingkup bangunan dan lingkungan: Konservasi atau pelestarian dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan, mula-mula berawal dari konsep preservasi yang bersifat statis, kemudian dari konsep yang statis tersebut berkembang menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sasarannya tidak terbatas pada objek arkeologis saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur lingkungan dan kawasan, dan bahkan kota bersejarah dan pada akhirnya, konservasi menjadi payung dari segenap kegiatan pelestarian lingkungan binaan yang mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi. Tujuan dari itu semua adalah untuk memelihara bangunan atau lingkungan sedemikian rupa, sehingga makna kulturalnya yang berupa: nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial untuk generasi lampau, masa kini dan masa datang akan dapat terpelihara. Apa yang dimaksud dengan konservasi area? (What is a Conservation Area?) Konservasi area sebenarnya dapat meliputi beberapa hal, seperti perdesaan (rural), perkotaan (urban), arkeologi (archeology), atau natural area yang mempunyai kualitas spesial, dan patut untuk dilindungi. Konservasi area direncanakan/ditentukan berdasarkan beberapa alasan: 1. untuk melindungi lingkungan atau konteks dari kelompok elemen- elemen kultural, bersejarah (historical), estetik (aesthetic) atau nilai keilmuan (scientific value); 2. untuk menuntun dan mengatur perkembangan baru;
  • 8. 3. untuk mengurangi atau mengeliminasi ancaman yang spesifik seperti, pengembangan skala-besar, jalan-jalan, penzoningan kembali atau tekanan perkembangan; 4. untuk memberi insentif pengembangan dengan perlindungan bagi benda-benda yang mempunyai nilai dan menetapkan kriteria desainnya; 5. untuk mendapatkan pengakuan pada sebuah area dan mempromosikan nilai-nilainya; atau 6. untuk melindungi lingkungan, atau dilihat dari pandangan national monument. Kemudian bagaimana dengan pemahaman arti area itu sendiri? Penentuan dari konservasi area tersebut diartikan bahwa kualitas yang spesial dari area itu dilindungi dan pengembangannya layak untuk diberikan. Pemilik, pengembang, arsitek, perencana, dan pemerintah yang berwenang akan menjaga bahwa pengembangan area itu sangat sensitif, dan bahwa perubahan tidak akan menghancurkan kualitas spesial yang diberikan sebagai makna budaya, dengan demikian konservasi area dapat diidentifikasi setelah survei komprehensif dan analisis kualitas pada area itu dilakukan. Konsep Konservasi Konsep awal dari pelestarian adalah konservasi, yaitu pengawetan benda- benda monumen dan sejarah (lazimnya dikenal sebagi preservasi), dan akhirnya hal itu berkembang pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Pada dasarnya, makna suatu konservasi dan preservasi tidak dapat terlepas dari makna budaya (Kerr, 1992). Untuk itu, konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya (Danisworo, 1991). Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dalam perencanaan suatu lingkungan kota, unit dari konservasi dapat berupa sub bagian wilayah kota bahkan keseluruhan kota sebagai sistem kehidupan yang memang memiliki ciri atau nilai khas. Dengan demikian, Peranan konservasi bagi suatu kota bukan semata bersifat fisik, namun mencakup upaya mencegah perubahan sosial. Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi hendaklah disusun dalam suatu rencana (conservation plan) berdasarkan: 1. Penetapan objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam menilai aspek budaya suatu objek dengan tolok ukur estetika, kesejarahan, keilmuan, kapasitas
  • 9. demonstratif serta hubungan asosiasional; dan 2. Perumusan kebijakan konservasi suatu upaya merumuskan informasi tentang nilai-nilai yang perlu dilestarikan untuk kemudian dijadikan sebagai landasan penyusunan strategi pelaksanaan konservasi. Konservasi merupakan bagian integral dari perancangan kota, menurut Sirvani (1985), meliputi rumusan kebijakan, rencana, pedoman, dan program. Dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebijakan Perancangan Kota, merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat spesifik. 2. Rencana Perancangan Kota, merupakan produk penting dalam perancangan kota yang berorientasi pada produk maupun proses; 3. Pedoman Perancangan Kota, dapat berupa pengendalian ketinggian bangunan, bahan, setback, proporsi, gaya arsitektur, dan sebagainya; dan 4. Program Perancangan Kota, biasanya mengacu pada proses pelaksanaan atau pada seluruh proses perancangan. Menurut Shirvani (1985), menggunakan terminologi tersebut untuk mengacu pada aspek perencanaan dan perancangan yang dapat memelihara dan melestarikan lingkungan yang telah ada maupun yang hendak diciptakan. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan: a. Kegiatan konservasi dan preservasi -sebagai bagian dari pelestarian- merupakan usaha meningkatkan kembali kehidupan lingkungan kota tanpa meninggalkan makna kultural maupun nilai sosial dan ekonomi kita; b. Arahan konservasi suatu kawasan berskala lingkungan maupun bangunan, perlu dilandasi motivasi budaya, aspek estetis, dan pertimbangan segi ekonomi; dan c. Preservasi dan konservasi yang mengejawantahkan simbolisme, identitas suatu kelompok ataupun aset kota, perlu dilancarkan. Pada bagian lain, sasaran konservasi perlu dirumuskan secara tepat di antaranya (Budihardjo, 1989): - Mengembalikan wajah objek konservasi; - Memanfaatkan objek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini; - Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian; dan - Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota dalam wujud fisik tiga dimensi. Akan tetapi dalam penjabaran konsep di atas, perlu dirumuskan: - Tolok ukur, kriteria, dan motivasi dari konservasi; dan - Bagian-bagian bangunan atau tempat yang akan dikonservasi, atau bagian kota yang akan dilestarikan. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi adalah sebagai berikut: a. Kriteria Arsitektural, suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau dikonservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur yang tinggi, di samping memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan keanggunan (elegance); b. Kriteria Historis, kawasan yang akan dikonservasikan memiliki nilai historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar; c. Kriteria Simbolis, kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota.
  • 10. Kategori mempertimbangkan objek yang akan dikonservasi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Nilai (value) dari objek, mencakup nilai estetik yang didasarkan pada kualitas bentuk maupun detailnya. Suatu objek yang unik dan karya yang mewakili gaya zaman tertentu, dapat digunakan sebagai contoh, suatu objek konservasi; 2. Fungsi objek dalam lingkungan kota, berkaitan dengan kualitas lingkungan secara menyeluruh. Objek merupakan bagian dari kawasan bersejarah dan sangat berharga bagi kota. Objek juga merupakan landmark yang memperkuat karakter kota yang memiliki keterkaitan emosional dengan warga setempat; dan 3. Fungsi lingkungan dan budaya, penetapan kriteria konservasi tidak terlepas dari keunikan pola hidup suatu lingkungan sosial tertentu yang memiliki tradisi kuat, karena suatu objek akan berkaitan erat dengan fase perkembangan wujud budaya tersebut. Revitalisasi Kawasan Kota Salah satu kegiatan dari konservasi adalah revitalisasi atau upaya untuk mendaur-ulang (recycle) yang tujuannya untuk memberikan vitalitas baru, dan meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas (re-vita-lisasi) yang pada awalnya pernah ada namun telah memudar. Kegiatan revitalisasi muncul karena adanya permasalahan yang muncul sejalan dengan perkembangan kota yang begitu cepat dan membawa perubahan yang cukup drastis. Perubahan tersebut seringkali mengakibatkan timbulnya masalah yang pembenahannya seringkali memaksa kota untuk mengabaikan pihak-pihak tertentu dengan mengatasnamakan program peremajaan kota, penggusuran permukiman kumuh yang dilakukan dengan alasan demi keindahan kota, perubahan tatanan perdagangan tradisional menjadi tatanan modern, penghancuran bangunan-bangunan lama dan diganti dengan bangunan baru dengan dalih tidak memberikan kontribusi ekonomi bagi daerah. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala upaya revitalisasi biasa terjadi pada tingkat mikro kota, seperti sebuah jalan, atau bahkan skala bangunan, akan tetapi juga bias mencakup kawasan kota yang yang lebih luas. Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas perkotaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan yang layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota. Karakteristik dari kawasan yang membutuhkan revitalisasi, adalah kawasan mati (tidak berkembang lagi), kawasan yang perkembangannya melesat dari arah semula, dan kawasan-kawasan yang “ditinggalkan”. Sejarah perkembangan kota di Barat mencatat bahwa memang kegiatan revitalisasi ini diawali
  • 11. dengan pemaknaan kembali daerah pusat kota setelah periode tahun 1960- an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat) kota tua menjadi fokus kegiatan revitalisasi. Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif dalam memecahkan masalah pelestarian wajah kota lama, dan kebutuhan ruang teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensi kota lama. Pada dasarnya proses revitalisasi kota terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: intervensi fisik; rehabilitasi ekonomi; dan revitalisasi sosial/institusional. Revitalisasi adalah salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang bias berupa penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan, renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya, rehabilitasi kualitas lingkungan hidup, peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya (Sujarto dalam Farma, 2002:23). Oleh karena itu, revitalisasi kawasan kota dapat juga disebut sebagai konsep pelestarian yang terintegrasi dengan “wajah” kota lama akan tetap terpelihara, aktivitas saat ini dapat tertampung dan dapat memberikan keuntungan ekonomi. Proses ini memerlukan dukungan dan peran aktif masyarakat, sehingga segala usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat tidak dipatahkan lagi oleh masyarakat. Disamping hal itu, pemerintah diharapkan dapat bertindak dengan lebih tegas, yaitu dengan memperjelas konsep-konsep konservasi kotanya, mempunyai produk-produk berkekuatan hukum, menindak oknum-oknum yang melanggar, serta mampu memotivasi partisipasi masyarakat. Mengapa Warisan Budaya? (Why heritage?) Adanya pengakuan bahwa warisan budaya (cultural heritage) yang di dalamnya terdapat konservasi, adalah merupakan bagian dari tanggungjawab seluruh tingkatan pemerintahan, dan anggota masyarakat, sedangkan heritage itu sendiri, adalah bukan sekedar mendata masa lampau, tetapi merupakan bagian integral dari identitas perkotaan saat ini dan masa mendatang. Warisan budaya sebuah kota dapat dilihat dalam tiga bagian faktor: - Social factors, termasuk di dalamnya menambah citra dan identitas kota, integrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, dan pengembangan sistem nilai dari masyarakat. - Politico-economic, menyertakan peran dari heritage pada pariwisata, dan kepentingan arkeologi dan kesejarahan.
  • 12. - Planning factors, terutama dipergunakan pada architectural heritage, redevelopmen dan regenerasi objek heritage untuk dipreservasi serta integrasinya ke dalam proses pengembangan yang lebih besar pada kota secara keseluruhan. Untuk meletakkan isu dari heritage conservation dengan melihat seluruh proses dari pengembangan kota, baik itu berhubungan dengan isu yang lain, seperti pengembangan wisata, revitalisasi dari ekonomi daerah dan pemerintah daerah. Beberapa contoh dari kota-kota yang telah melakukan heritage conservation Kathmandu: It’s the People’s Heritage (Participation and Awareness- Building) - Penanggungjawab adalah pemerintah daerah Kathmandu Municipal Corporation (KMC) yang merealisasikan keinginan untuk mengintegrasikan konservasi warisan budaya ke dalam proses yang lebih luas dari komunitas dan partisipasi masyarakat. - Keterlibatan komunitas sangat penting untuk keberhasilan dari beberapa langkah heritage, dan implikasinya untuk kebanggaan masyarakat dan citra kota. - Preservasi warisan budaya secara langsung berhubungan dengan ekonomi kota, dan pariwisata menjadi aktivitas yang utama. - KMC mendirikan Heritage and Tourism Department tahun 1977. Mengembangkan beberapa strategi heritage conservation di antaranya: program pendidikan dan kesadaran untuk publik; heritage tour untuk anak-anak sekolah, media radio dan televisi; partisipasi masyarakat; kerjasama publik-privat; dan financial incentives. Penang: Preserving for the Future (Institutional and Policy Environment) - kehidupan kota dengan arsitektur tradisional yang utuh, streetscape dan aktivitas sosio-ekonomi –menjaga nilai jual sebagai ‘produk wisata’. - untuk mengembangkan dan menjaga identitas urban yang unik, kota difokuskan dengan memperhubungkan perencanaan fisik, kerangka kebijakan, dan master plan untuk menciptakan wilayah urban yang berkelanjutan dan dipertahankan untuk generasi mendatang.
  • 13. - inisiatif program dan studi yang mengkombinasikan konservasi dengan tujuan luas dari local sustainability. - mempersatukannya ke dalam rencana dan projek pariwisata, pada dasarnya menambah nilai ekonomi daerah, tetapi lebih untuk masa mendatang. - inisiatif ekonomi yang berkelanjutan dijamin oleh kerjasama dengan sektor privat dalam bangunan potensi wisata untuk pengunjung dan penduduk setempat. Manila: Getting the Framework Right (Documentation and Preservation) - Untuk Pilipina, Intramuros (berarti, di kelilingi dinding) merepresentasikan permulaan dari pendataan sejarah mengenai perkembangan perkotaan (urban development). - Usaha dalam restorasi dan redevelopmen dari Intramuros dimulai tahun 1965 untuk mencegah kerugian selanjutnya dan menggabungankan ke dalam mainstream dari urban development. - Usaha dari preservasi Intramuros dilakukan dengan memisahkan urban planning dan biro pengembang bagi kawasan bersejarah. Intramuros Administration (IA) adalah bertanggungjawab untuk redevelopmen dan restorasi. - Tindakan lain juga telah dilakukan, mengklasifikasi Intramuros sebagai ‘cultural zone’, merencanakan master plan kawasan yang terintegrasi, menghapus tata guna tanah yang tak sesuai, petunjuk perancangan dan peraturan urban streetscape untuk pengembangan mendatang, restorasi bangunan bersejarah, dan sebagainya. Urban Conservation: The Case of Imai-cho, Japan Dentoteki Kenzobutsu Gun Hozon Chiki atau preservasi untuk kolompok bangunan bersejarah – Den Ken Chiki – adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang, di bawah badan perlindungan benda cagar budaya. Istilah ‘preservasi’, mencerminkan pandangan statis dari pekerjaan pemerintah terhadap bangunan kuno dan kawasan bersejarah, sedangkan Den Ken Chiki, lebih dinamis secara alami, dengan konservasi kawasan bersejarah meliputi di dalamnya preservasi, restorasi, rekonstruksi dan penataan ulang, pertimbangan ekonomi, sosio-kultural, aspek hukum dan administratif. Perlu untuk diketahui, bahwa di kawasan tersebut, lebih dari 80% rumah tinggalnya sampai saat ini masih bertahan, yang rata-rata
  • 14. dibangun pada era Edo (1596 ~1868). Konservasi dan pembangunan berkelanjutan di kota bersejarah Vigan Kota Vigan merupakan kota yang terletak di Propinsi Ilocos Sur, Filipina, yang memiliki banyak bangunan bersejarah, yang terdiri dari 180 buah gedung pemerintahan dan rumah ibadah, gudang, taman, yang memiliki arsitektur abad ke-18 dan ke-19, yang merupakan percampuran antara arsitektur Spanyol, Mexico, Cina, dan arsitektur lokal. Penataan Kota Vigan memiliki ciri tata kota Hispanic. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat bertahan dari kerusakan, yang antara lain disebabkan oleh alam, perang dunia dan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1970 yang menghancurkan banyak bangunan bersejarah. Kebudayaan yang dilestarikan juga termasuk industri tradisional, seperti pembuatan guci, batu bata dan ubin, perabotan kayu, garam, maguey rope, tukang besi, pemotong batu, dan hand-woven abel fabrics. Untuk melindungi warisan budaya sejarah Kota Vigan, maka dilakukan upaya preservasi dan konservasi. Pada awalnya (awal tahun 1990-an), usaha pelestarian ini banyak mendapat halangan dari pemerintah lokal dan para pengusaha, untuk mendukung hal tersebut UNESCO memberikan solusi preservasi dan konservasi Kota Vigan, sehingga dapat merubah seluruh kultur masyarakat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. Untuk mendukung kegiatan preservasi dan konservasi, para stakeholder lokal perlu meninjau kembali arah pembangunan daerahnya untuk di arahkan ke budaya, yang antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: menarik para wisatawan, pemanfaatan kembali bangunan-bangunan kuno untuk berbagai macam kegiatan (museum, toko, penginapan, kantor, rumah makan, dan sebagainya), revitalisasi seni dan kerajinan tradisional, perbaikan dan pembangunan kembali bangunan untuk melestarikan budaya, mengembalikan keaslian di daerah pusat pelestarian pusat pelestarian (historic core), dan merehabilitasi jalur sungai kuno di sekeliling Kota Vigan untuk menghidupkan kembali industri di sekitar sungai dan mendukung kegiatan pariwisata. Pada kegiatan preservasi dan konservasi akan selalu berkoordinasi dengan badan-badan yang terlibat dalam kegiatan ini, seperti badan internasional, nasional, dan lokal. Penutup Menampilkan kembali atau mempertahankan ruang kota masa lalu berarti memperhatikan elemen-elemen jalan (street-furniture) dan pembentuk ruangnya, baik tata hijau (soft-landscape) maupun perkerasannya (hard- landscape). Banyak contoh kota di dunia yang sudah membagi area/kawasan mana yang perlu dipreservasi dan mana yang tidak. Ke arah mana preservasi kawasan tersebut berjalan, perangkat apa saja yang dibutuhkan, jadi pelestarian bukanlah ceritera masa lalu, atau upaya untuk
  • 15. mengawetkan suatu kawasan bersejarah, namun lebih ditujukan sebagai alat dalam mengolah transformasi kawasan. Upaya tersebut merupakan langkah yang bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan bagi masyarakat agar lebih baik, dan berdasarkan pada kekuatan-kekuatan aset sejarah lama yang terdapat di kawasannya. Hal ini sebaiknya dititikberatkan pada upaya pemanfaatan yang kreatif melalui pelaksanaan program partisipasi melalui kegiatan ekonomi dan budaya kawasan. Untuk itu, perancangan kota harus menjadi perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru. Dengan demikian, tanggung jawab terhadap pelestarian kota adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan tanggung jawab sektoral, multi dimensi, dan disiplin, serta berkelanjutan (sustainable). Sumber Acuan Tjandrasasmita, U. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia Dari Abad XIII sampai XVIII Masehi, Kudus: Menara Kudus. Adrisiyanti, I. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram Islam, Jendela: Yogyakarta. Budihardjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi, Jakarta: Djambatan. Danisworo, M. 1996. Penataan Kembali Pusat Kota, Suatu Analisis Proses, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, VII (22): 70-76. Farma, A.S. 2002. Strategi Perancangan dalam Meningkatkan Vitalitas Kawasan Perdagangan Johar Semarang. Tesis, Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota – Bidang Rancang Kota, Bandung: ITB. Pontoh, N.K. 1992. Preservasi dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori perancangan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, IV (6): 34-39. Srinivas, H. 1999. Prioritizing Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region: Role of City Governments, Urban Heritage and Conservation, pp. 1-4. Srinivas, H. 1999. Mediation for Urban Conservation: The Case of Imai-cho, Japan, Urban Heritage and Conservation, pp. 1-4.
  • 16. Stelter, G.A. 1996. Introduction to the Study of Urban History, Part I General Concept and Sources, University of Guelph 49 -464 Reading a Community, pp. 1-7. Makalah ini telah disampaikan pada STADIUM GENERAL “Perancangan Kota Untuk Kota Kecil” Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional, Malang 21 Juni 2004.