SlideShare a Scribd company logo
1 of 65
1
PENERAPAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 21 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
2
Perdagangan Orang di Indonesia
Tahun 1999 – 2005
No. Tahun Jumlah Kasus Dilimpahkan
ke
Kejaksaan
Persen
1 1999 173 134 77,46
2 2000 24 16 66,67
3 2001 179 129 72,02
4 2002 155 90 58,06
5 2003 125 67 53,60
6 2004 43 23 53,48
7 2005 30 8 26,66
Sumber: Badan ReserseKriminal MabeS POLRI (2006).
3
Data 30 kasus perdagangan orang pada tahun 2005, tersebar di 11 propinsi:
Sumatera Utara (1),
Kepulauan Riau (2),
Sumatera Selatan (3),
Lampung (2),
DKI Jakarta (7, tertinggi),
Jawa Barat (1),
Jawa Timur (6),
Kalimantan Barat (4),
Sulawesi Tengah (1),
Sulawesi Selatan (2), dan
Papua (1)
Dari 30 kasus tercatat 58 orang korban, yang terdiri dari 40 perempuan
dewasa, 3 perempuan dibawah umur, 10 anak-anak dan 5 bayi. Sedangkan
pelakunya berjumlah 42 orang penjahat.
Berdasarkan catatan Bareskrim Mabes POLRI, dari 30 kasus 8 kasus telah
diajukan kejaksaan, 6 kasus dalam penyidikan, dan 16 kasus dalam tingkat
penyelidikan.
(Sumber Bareskrim Mabes Polri 2006)
4
Data Pemulangan Korban Perdagangan Orang Tahun 2005-2006
No. Daerah Asal Korban Keterangan Korban
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12 Jenis Kelamin
2 Sumatera Utara 33 Laki-laki 93
3 Sumatera Barat 1 Perempuan 547
4 Jambi 3 Kelompok Usia
5 Riau 2 Bayi 15
6 Kepulaian Riau 4 Anak-anak 155
7 Sumatera Selatan 6 Dewasa 470
8 Bengkulu 1 Negara Asal
9 Lampung 27 Tanah Air 142
10 Banten 3 Malaysia 470
11 DKI Jakarta 19 Singapore 9
12 Jawa Barat 148 Hongkong 3
13 Jawa Tengah 35 Taiwan 2
14 Jawa Timur 59 Japan 7
15 Kalimantan Barat 192 Saudi Arabia 7
16 Kalimantan Timur 1
Sumber: IOM, 2006.
17 Sulawesi Utara 1
18 Sulawase Selatan 8
19 Sulawesi Tenggara 2
20 Nusa Tenggara Barat 49
21 Nusa Tenggara Timur 33
22 Maluku 1
Total 640
5
Pusat Pelayanan Terpadu di Indoensia
Sumber Bareskrim Mabes POLRI, 2006 ; Depkes, 2006.
Kepolisian daerah Rumah Sakit Umum/Kepolisian
Naggroe Aceh Darussalam RS Bhayangkara Aceh
Sumatera Utara RS Bhayangkara Medan
Sumatera Barat RS Bhayangkara Padang, RS Bhayangkara Tebing Tinggi
Jambi RS Bhayangkara Jambi
Riau RS Bhayangkara Pekanbaru, RS Bhayangkara Dumai
Sumatera Selatan RS Bhayangkara Palembang, RS Bhayangkara Lampung
DKI Jakarta RS Cipto Mangunkusumo, RS Polpus Sukantu, Kramatjati; RS Brimob Kelapadua Dua, Cimanggis
Jawa Barat RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Bhayangkara Sartika Asih, Bandung ; RS Secapa, Sukabumi
Jawa Tengah RSU Karyadi, Semarang ; RS Bhayangkara Semarang ; RS Akademi kepolisian, Semarang ; RS Bhayangkara Surakarta
Jawa Timur RS Bhayangkara HS Mertoyoso, Surabaya ; RS Bhayangkara Kediri
RS Bhayangakara Nganjuk ; RS Bhayangkara Tulungagung ; RS Bhayangkara Lumajang ; RS Gasum, Porong
Bali RS Bhayangakara Trijata, Denpasar
Kalimantan Barat RS Bhayangkara Pontianak
Kalimantan Tengah RS Bhayangkara Palangkaraya
Kalimantan Timur RS Bhayangkara Balikpapan
Sulawesi Utara RS Bhayangkara Manado
Sulawesi Tengah RS Bhayangkara Palu
Sulawesi Selatan Rs Bhayangkara Andi Mappa Odang, Makassar
Sulawesi tenggara RS Bhayangakara Kendari
Nusa Tenggara Barat RS Bhayangakara Mataram
Nusa Tenggara Timur RS Bhayangakara Kupang
Maluku RS Bhayangakara Ambon
Maluku Utara RS Bhayangakara Ternate
Papua RS Bhayangakara Papua, Jayapura
6
Penyebaran
Ruang
Pelayanan
Khusus
Sumber: Bareskrim Mabes Polri, 2006
No. Kepolisian Daerah RPK
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6
2 Sumatera Utara 16
3 Sumatera Barat 5
4 Jambi 5
5 Riau 2
6 Sumatera Selatan 10
7 Bengkulu 1
8 Lampung 7
9 DKI Jakarta 10
10 Jawa Barat 29
11 Jawa Tengah 34
12 DI Yogyakarta 3
13 Jawa Timur 44
14 Kalimantan Barat 4
15 Kalimantan Tengah 1
16 Kalimantan Selatan 1
17 Kalimantan Timur 10
18 Sulawesi utara 8
19 Sulawesi Tengah 1
20 Sulawesi Selatan 6
21 Sulawesi Tenggara 1
22 Bali 9
23 Nusa Tenggara Barat 7
24 Nusa Tenggara Timur 14
25 Papua 1
7
Kelompok Rentan
Kelompok yang rentan menjadi korban perdagangan orang:
 mereka yang berasal dari keluarga miskin di desa/ kota
 Anak-anak putus sekolah
 Anak-anak korban KDRT
 Buruh migran
 Anak jalanan
 Janda cerai karena pernikahan dini
 Bayi
8
Modus Operandi
 Penipuan
 Bujuk rayu
 Jeratan utang
 Jeratan Jasa
 Adopsi ilegal
 Duta budaya/ seni-entertainment
 Penculikan, pemalsuan identitas
9
Cara Kerja Trafficker/ Pelaku
 Agen/ calo merekrut korban
 Kerjasama antar trafficker (Malaysia & Medan)
 Memanfaatkan kondisi darurat (bencana alam/ daerah
konflik)
 Tindakan lanjutan hasil recruitmen korban/ calon
korban dibawa ke daerah tujuan melalui daerah transit
melalui transportasi darat, laut atau udara
 Dokumen-dokumen palsu
 Para pelaku: kalangan dekat/ keluarga, orang tua,
suami, paman, agen, germo, calo, perusahaan
perekrut.
10
Ancaman Dari Pelaku
 Jeratan utang, korban menjadi sangat
tergantung kepada majikan
 Menahan gaji, pasport, visa, dokumen penting
lainnya
 Ancaman kekerasan fisik dan atau psikis
 Pemutusan hubungan kerja, dsb.
11
Akar Masalah
 Kemiskinan dan rendahnya pendidikan
 Diskriminasi gender
 Budaya
 Lemahnya sistem hukum dan penegakannya
 Putus sekolah
 Globalisasi (mudahnya akses informasi)
 Kondisi konflik dan bencana
 Keluarga tidak harmonis
12
UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
1.Diundangkan tanggal 19 April 2007
2.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720
13
• Perdagangan orang telah meluas dalam bentuk
jaringan kejahatan yang terorganisasi dan tidak
terorganisasi, baik bersifat antar negara
maupun dalam negeri.
• Perdagangan orang menjadi ancaman bagi :
- Masyarakat
- Bangsa dan Negara, serta
- Norma – norma kehidupan yang dilandasi
penghormatan terhadap hak asasi manusia.
14
 Langkah-langkah Pemberantasan TPPO
Didasarkan pada nilai-nilai luhur, komitmen
nasional dan internasional, untuk melakukan
upaya :
- Pencegahan sejak dini ;
- Penindakan terhadap pelaku ;
- Perlindungan korban TPPO, dan
- Peningkatan kerjasama.
15
SISTEMATIKA
UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BAB III : TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN
TPPO
BAB IV : PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN PEMERIKSAAN
DI SIDANG PENGADILAN
BAB V : PERLINDUNDANG SAKSI DAN KORBAN
BAB VI : PENCEGAHAN
BAB VII : KERJA SAMA INTERNASIONAL DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
BAB VIII: KETENTUAN PERALIHAN
BAB IX : KETENTUAN PENUTUP
16
Perdagangan Orang, khususnya
perempuan dan anak,
merupakan tindakan yang
bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia dan melanggar
hak asasi manusia, sehingga
harus diberantas.
17
 Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 297
KUHP menentukan mengenai larangan perdagangan wanita dan anak
laki-laki belum dewasa dan mengkualifikasikan tindakan tersebut
sebagai kejahatan.
 Pasal 83 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak menentukan larangan memperdagangkan, menjual, atau menculik
anak untuk diri sendiri atau untuk dijual.
 Namun, ketentuan KUHP dan Undang-Undang Perlindungan Anak
tersebut tidak merumuskan pengertian perdagangan orang yang tegas
secara hukum.
 Di samping itu, Pasal 297 KUHP memberikan sanksi yang terlalu
ringan dan tidak sepadan dengan dampak yang diderita korban
akibat kejahatan perdagangan orang. Oleh karena itu, diperlukan
undang-undang khusus tentang tindak pidana perdagangan orang yang
mampu menyediakan landasan hukum materiil dan formil sekaligus.
Untuk tujuan tersebut, undang-undang khusus ini mengantisipasi dan
menjerat semua jenis tindakan dalam proses, cara, atau semua bentuk
eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktik perdagangan orang, baik
yang dilakukan antarwilayah dalam negeri maupun secara antarnegara,
dan baik oleh pelaku perorangan maupun korporasi.
18
Ps 1 bt 1
 adalah tindakan:
1. perekrutan,
2. pengangkutan,
3. penampungan,
4. pengiriman,
5. pemindahan, atau
6. penerimaan seseorang
 dengan cara :
1. ancaman kekerasan
2. penggunaan kekerasan,
3. penculikan,
4. penyekapan,
5. pemalsuan,
6. penipuan,
7. penyalahgunaan kekuasaan atau
8. penyalahgunaan posisi rentan,
9. penjeratan utang atau
10. memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,
 untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi
PERDAGANGAN ORANG
mengutip dari pwr pnt
Bapak Haryono SH. MH
19
Alur Elemen TPPO
Proses Pemindahan
(movement)
Caranya (means)
Penipuan
Pemaksaan
Penyekapan
Penculikan
Penyalahgunaan kekuasaan dll
Untuk tujuan
eksploitasi dan
semacamnya
termasuk praktik
yang serupa
perbudakan
20
TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
 Ps.1 bt.2
Tppo adalah :
- Setiap tindakan atau rangkaian tindakan atau
serangkaian tindakan.
- Yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
- Yang ditentukan dalam undang-undang ini.
(UU 21 Th 2007)
21
PEREKRUTAN
ps 1 bt 9
adalah tindakan yang meliputi:
1. mengajak,
2. mengumpulkan,
3. membawa, atau
4. memisahkan
seseorang dari keluarga atau komunitasnya.
22
EKSPLOITASI
ps 1 bt 7
adalah tindakan:
1. dengan atau tanpa persetujuan korban
2. yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran,
3. kerja atau pelayanan paksa,
4. perbudakan atau
5. praktik serupa perbudakan,
6. penindasan,
7. pemerasan,
8. pemanfaatan fisik,
9. seksual,
10. organ reproduksi, atau
11. secara melawan hukum
12. memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau
13. jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
14. kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materiil maupun immateriil.
23
EKSPLOITASI SEKSUAL
psl 1 bt 8
adalah segala bentuk :
1. pemanfaatan organ tubuh seksual atau
2. organ tubuh lain dari korban
3. untuk mendapatkan keuntungan,
4. termasuk tetapi tidak terbatas pada
a. semua kegiatan pelacuran dan
b. percabulan.
24
PERBUDAKAN
(Penjelasan Umum UU PTPPO)
 Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah
kepemilikan orang lain.
 Praktik serupa perbudakan adalah tindakan
menempatkan seseorang dalam kekuasaan orang lain
sehingga orang tersebut tidak mampu menolak suatu
pekerjaan yang secara melawan hukum diperintahkan
oleh orang lain itu kepadanya, walaupun orang
tersebut tidak menghendakinya.
25
PURBUDAKAN
(UU 26 Th 2000, tentang Pengadilan HAM)
Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana
dimaksudkan dalam Ps.7 huruf b adalah jumlah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
Serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukkan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa :
- Pembunuhan - Pemusnahan
- Perbudakan - Dst
26
PENJELASAN Ps.9 Huruf C
UU Pengadilan HAM
Yang dimaksud dengan Perbudakan
dalam ketentuan ini termasuk
perdagangan manusia, khususnya
perdagangan wanita dan anak
27
JERATAN UTANG
ps 1 bt 15
adalah perbuatan:
1. menempatkan orang
2. dalam status atau keadaan
3. menjaminkan atau
4. terpaksa menjaminkan
a. dirinya atau
b. keluarganya atau
c. orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau
d. jasa pribadinya
5. sebagai bentuk pelunasan utang.
28
UNSUR – UNSUR TPPO
Ps. 2 Ayat (1)
Setiap orang yang melakukan :
1. Perekrutan
2. Penampungan
3. Pengangkutan
4. Pengiriman
5. Pemindahan atau
6. Penerimaan Seseorang
29
Dengan :
7. Ancaman Kekerasan
8. Penggunaan Kekerasan
9. Penculikan
10. Penyekapan
11. Pemalsuan
12. Penipuan
13. Penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan
14. Penjeratan Utang, atau
15. Memberi Bayaran
16. Manfaat
17. Walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali orang lain
18. Untuk Tujuan mengeksploitasi Orang tersebut di wilayah
Indonesia
30
PEMIDANAAN
♣ dipidana dengan:
 pidana penjara:  min 3 th
 max 15 th +
 pidana denda: min Rp120.000.000,00
 max Rp600.000.000,00
♣ Merupakan delik formil
kumulatif
31
Korban Setujui Diperdagangkan
Ps 26
 Persetujuan korban perdagangan orang tidak
menghilangkan penuntutan TPPO
Kehilangan Hak Tagih
Ps 27
Pelaku TPPO kehilangan Hak tagihnya atas:
 Utang atau
 Perjanjian lainnya
Jika utang dan perjanjian lainnya tersebut digunakan
mengeksploitasi korban
Terhadap korban
32
 Ps. 2 Ayat (2)
- Jika Perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi,
maka pelaku dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- Merupakan Delik Formil
33
Bila Denda Tidak Dibayar
Ps. 25
Jika terpidana tidak mampu membayar pidana
denda, maka terpidana dijatuhi :
- Pidana pengganti kurungan maksimal 1 tahun
(Ps. 18 KUHP berbunyi : lamanya hukuman
kurungan terendah-rendahnya 1 hari dan
selama-lamanya 1 tahun.)
34
……pemidanaan
Ps 3 idem ps 2 (1)
 pidana  min 3 th max 15 th +
 denda  min 120 jt max 600 jt
NKRI
dieksploitasi
Ps 5
 -----------idem----------
NKRI
WNI
Ps 4
 --------- idem -----------
Pengangkatan anak utk dieksploitasi
WNA/WNI
NKRI
dieksploitasi
35
Ps 6
 ------------ idem-----------
NKRI
Anak dikirim ke dalam Anak dikirim ke luar
Ps 11
 ---------------idem-----------------
Ps 16
 ----------------idem----------------
Ps 10
 -------------- idem-----------------
Ps 12
 ----------------idem----------------
 membantu
 percobaan
TPPO
 merencanakan
 pemufakatan jahat
TPPO
 menggunakan
 memanfaatkan korban
Persetubuhan
pencabulan
 Oleh kelompok terorganisir
dieksploitasi
36
Pemberatan 1/3
Ps 7
(1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 2 ayat (2), d. Pasal 5, dan
b. Pasal 3, e. Pasal 6
c. Pasal 4,
mengakibatkan korban menderita:
• luka berat,
• gangguan jiwa berat,
• penyakit menular lainnya yang membahayakan
 jiwanya,
 kehamilan, atau
 terganggu atau hilangnya fungsi reproduksinya,
♣ maka ancaman pidananya ditambah 1/3 (sepertiga)
37
Lanjutan pasal 7…
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam
a. Pasal 2 ayat (2), d. Pasal 5, dan
b. Pasal 3, e. Pasal 6
c. Pasal 4,
mengakibatkan matinya korban, dipidana:
♣ penjara  min 5 th  max penjara seumur hidup
+
♣ denda  min Rp 200 juta  max Rp 5 milyar
38
PENYELENGGARA NEGARA
Ps 8
(1) Setiap penyelenggara negara yang menyalahgunakan
kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana
perdagangan orang sebagaimana di maksud dalam: ps 2, ps 3,
ps 4, ps 5, ps 6
♣ pidananya ditambah 1/3 (sepertiga)
(2) pelaku dapat dikenakan pidana tambahan:
♣ berupa pemberhentian secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
(3) Pidana tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan.
Pemberatan 1/3….
39
KORBANNYAANAK
Ps 17
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam,
ps 2, 3, dan 4
 dilakukan terhadap anak, maka ancaman
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga).
…..pemberatan pidana + 1/3
40
Reviktimisasi
Pasal 18
 Korban yang melakukan tindak pidana karena
dipaksa oleh pelaku tindak pidana
perdagangan orang, tidak dipidana.
41
KELOMPOK TERORGANISASI
Ps. 16
Dalam hal TPPO dilakukan oleh kelompok
terorganisasi, maka setiap pelaku TPPO dalam
kelompok terorganisasi tersebut dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud Ps.2 Ditambah dengan 1/3
Lanjutannya.
42
KORPORASI
Ps. 15
1. TPPO oleh Korprasi, selain pidana penjara & denda
terhadap pengurusnya, Pidana denda terhadap
korporasi dengan pemberatan 3 (tiga) kali pidana denda
– Ps.2,3,4,5,6
2. Selain denda pada ayat (1) korporasi dapat dijatuhkan
pidana tambahan:
a. Pencabutan izin usaha
b. Perampasan kekayaan hasil tindak pidana
c. Pencabutan status badan hukum
d. Pemecatan pengurus
e. Pelarangan pada pengurus untuk mendirikan korporasi
dalam bidang yang sama.
43
TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
Pasal 19
Memeberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen
negara atau dokumen lain, atau memalsukan dokumen negara
untuk mempermudah terjadinya TPPO. Di pidana paling singkat
1 tahun dalan paling lama 7 tahun dan denda paling sedikit 40
Juta, dan paling banyak 280 Juta.
Pasal 20
Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, menyampaikan
alat bukti palsu atau barang bukti palsu, atau mempengaruhi
saksi secara melawan hukum di sidang pengadilan tindak
pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp280.000.000,00 (dua ratus delapan
puluh juta rupiah).
44
Pasal 21
(1) Setiap orang yang melakukan penyerangan fisik terhadap saksi atau
petugas di persidangan dalam perkara tindak pidana perdagangan
orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan saksi
atau petugas di persidangan luka berat, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp80.000.000,00
(delapan puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat
ratus juta rupiah).
(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan saksi
atau petugas di persidangan mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00
(seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).
45
Ps 43
 Sesuai UU No. 13/ 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
Ps 44
 Saksi/ Korban berhak:
 Memperoleh kerahasiaan identitas
 Juga keluarga sampai dengan derajat ke 2
Ps 45
 RPK di kantor polisi disetiap provinsi dan kabupaten
diatur dengan peraturan KAPOLRI
Perlindungan Saksi & Korban
46
….perlindungan saksi & korban
Ps 46
 Pusat Pelayan Terpadu (PPT) di beberapa
kabupaten/ kota
 Harus diatur dengan PP
Ps 47
 Kepolisian RI wajib melindungi Saksi/ korban
dari ancaman terhdap diri keluarga korban
47
REHABILITASI
ps 1 bt 14
adalah :
1. pemulihan
2. dari gangguan
3. terhadap kondisi
a. fisik,
b. psikis, dan
c. Sosial.
agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar
baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
48
…...REHABILITASI
Penjelasan Ps 51 ayat (1):
 “rehabilitasi kesehatan” adalah pemulihan kondisi semula
baik fisik maupun psikis.
 “rehabilitasi sosial” adalah pemulihan dari gangguan
terhadap kondisi mental sosial dan pengembalian
keberfungsian sosial agar dapat melaksanakan perannya
kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat.
 “reintegrasi sosial” adalah penyatuan kembali korban tindak
pidana perdagangan orang kepada pihak keluarga atau
pengganti keluarga yang dapat memberikan perlindungan dan
pemenuhan kebutuhan bagi korban.
 Hak atas “pemulangan” harus dilakukan dengan memberi
jaminan bahwa korban benar-benar menginginkan pulang, dan
tidak beresiko bahaya yang lebih besar bagi korban tersebut.
49
RESTITUSI
ps 1 bt 13
adalah:
1. pembayaran ganti kerugian
2. yang dibebankan kepada pelaku
3. berdasarkan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap
4. atas kerugian materiil dan/atau immateriil
5. yang diderita korban atau ahli warisnya.
50
……….RESTITUSI
Pasal 48
(1) Setiap korban tindak pidana perdagangan orang
atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi.
(2) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa ganti kerugian atas:
 kehilangan kekayaan atau penghasilan;
 penderitaan;
 biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau
psikologis; dan/atau
 kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat
perdagangan orang.
51
……Lanjutan Restitusi (pasal 48)
(3) Restitusi tersebut diberikan dan
dicantumkan sekaligus dalam amar putusan
pengadilan tentang perkara tindak pidana
perdagangan orang.
(4) Pemberian restitusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sejak
dijatuhkan putusan pengadilan tingkat
pertama.
52
(5) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan
tempat perkara diputus.
(6) Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 (empat
belas) hari terhitung sejak diberitahukannya putusan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(7) Dalam hal pelaku diputus bebas oleh pengadilan
tingkat banding atau kasasi, maka hakim
memerintahkan dalam putusannya agar uang
restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang
bersangkutan.
Lanjutan Restitusi (pasal 48….)
53
Mekanisme Pengajuan Restitusi
penjelasan ps 48
Pengadilan
Perdata/
gugatan
Penuntut
Umum/ Jaksa
Polisi
Perkara
pidana/
TPPO
Putusan restitusi disimpan
(konsinyasi di PN)
14 hari setelah BHT
Hak Korban
mengajukan sendiri
gugatan restitusi
melalui gugatan
perdata
Jaksa
memberitahu
korban untuk
mengajukan
restitusi
menyampaikan
jumlah kerugian
bersama
tuntutan.
Pengajuan restitusi
dilakukan sejak
korban lapor ke
Polisi, ditangani
penyidik
bersamaan
dengan
penanganan
perkara TPPO
Ayat 5
Ayat 6
Dictum
(3). (4)
54
Pelaksanaan Pemberian Restitusi
(PPR)
1). Pelaksanaan PPR dilaporkan ke PN
 Yang memutus perkara
 Disertai dengan tanda bukti PPR tersebut
2). Setelah diterima tanda bukti PPR, KPN
mengumumkan di Papapn Pengumuman
kantor
3). Salinan Tanda Bukti PPR disampaikan oleh
Pengadilan kepada Korban/ ahli waris
55
Tidak Memenuhi Pelaksanaan Restitusi
ps 50
PENGADILAN
Surat
peringatan (2)
Pelaku
•Pelaku tidak mau membayar
restitusi dalam waktu 14 haru
setelah BHT (3)
•Pelaku tidak mampu membayar
restitusi (4)
Penuntut Umum
Korban/ ahliwaris
Penyerahan restitusi
Pidana kurungan pengganti
max I tahun (4), (ps 18 KUHP)
56
PENCEGAHAN
Ps 56
Pencegahan tppo bertujuan mencegah sedini mungkin
terjadinya tppo
Ps 57
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan
keluarga wajib mencegah terjadinya tppo.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat kebijakan,
program, kegiatan, dan mengalokasikan anggaran untuk
melaksanakan pencegahan dan penanganan masalah
perdagangan orang.
Penjelasan Ps 57 ayat (2) :
Yang dimaksud dengan “penanganan” meliputi antara lain :
Kegiatan pemantauan, penguatan dan peningkatan kemampuan
penegak hukum, dan para pemangku kepentingan lain.
57
GUGUS TUGAS
Ps 58
(1) Untuk melaksanakan pemberantasan tppo, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib mengambil langkah-
langkah untuk pencegahan dan penanganan tppo.
(2) Untuk mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan
langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah membentuk gugus tugas yang
beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah, penegak
hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi profesi dan peneliti/akademisi.
(3) Pemerintah Daerah membentuk gugus tugas yang
beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah daerah,
penegak hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi profesi, dan peneliti/akademisi.
58
(4) Gugus tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
merupakan lembaga koordinatif yang bertugas :
a. mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan tppo;
b. melaksanakan advookasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama;
c. memantau perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi
rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi sosial;
d. memantau perkembangan pelaksanaan penegakan hukum; serta
e. melaksanakan pelaporan dan evaluasi
(5) Gugus tugas pusat dipimpin oleh seorang menteri atau pejabat
setingkat menteri yang ditunjuk berdasarkan Peraturan
Presiden.
(6) Guna mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-
langkah sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Pemerintah dan
Pemerinah Daerah wajib mengalokasikan anggaran yang
diperlukan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan
organisasi, keanggotaan, anggaran, dan mekanisme kerja
gugus tugas pusat dan daerah diatur dengan Peraturan
Presiden.
59
KERJASAMA INTERNASIONAL
Ps 59
(1) Untuk mengefektifkan pencegahan dan
pemberantasan tppo, Pemerintah RI wajib
melaksanakan kerja sama internasional,
baik yang bersifat bilateral, regional,
maupun multilateral.
(2) Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk
perjanjian bantuan timbal balik masalah
pidana dan/atau kerjasama teknis lainnya.
60
PERAN MASYARAKAT
Ps 60
(1) Masyarakat berperan membantu upaya
pencegahan dan penanganan korban tppo.
(2) Peran serta masyarakat diwujudkan dengan
tindakan memberikan informasi dan/atau
melaporkan adanya tppo kepada penegak
hukum atau pihak berwajib atau turut serta
menangani korban tppo.
61
Ps 61
Untuk tujuan pencegahan dan penangan korban tppo, Pemerintah wajib
membuka akses seluas-luasnya bagi peran serta masyarakat, baik nasional
maupun internasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, hukum, dan kebiasaan internasional yang berlaku.
Ps 62
Untuk melaksanakan peran serta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dan
Pasal 61, masyarakat berhak untuk memperoleh perlindungan hukum.
Penjelasan Pasal 62 yang dimaksud dengan perlindungan hukum dalam
ketentuan iini, berupa perlindungan atas:
a. keamanan pribadi,
b. kerahasiaan identitas diri
c. Penuntutan hukum sebagai akibat melaporkan secara bertanggung jawab
tppo
Ps 63
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dan Pasal
61 dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
62
KETENTUAN PERALIHAN
Ps 64
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, perkara
tppo yang masih dalam proses penyelesaian di
tingkat penyidikan, penuntutan , atau
pemeriksaan di sidang pengadilan, tetap
diperiksa berdasarkan undang-undang yang
mengaturnya.
63
KETENTUAN PENUTUP
Ps 65
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, maka
Pasal 297 dan Pasal 324 dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
64
 1 (satu) Peraturan Pemerintah /PP ps 46 (2) Pembentukan Pusat
Pelayanan Terpadu
 2 (dua) Peraturan Presiden /Perpres ps 58 (5) & (7)
a. Penunjukkan pimpinan Gugus Tugas Pusat
b. Susunan organisasi keanggotaan, anggaran dan
mekanisme Gugus Tugas Pusat
 1 (satu) Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI. Ps 45 (2)
Pembentukan RPK di Provinsi dan Kabupaten
Ps 66
Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan oleh
Undang-Undang ini harus diterbitkan selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah Undang-Undang
ini berlaku.
65

More Related Content

What's hot

Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidanayudikrismen1
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Fenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanSigit Riono
 
Presentasi penanganan pelanggaran pemilu
Presentasi penanganan pelanggaran pemiluPresentasi penanganan pelanggaran pemilu
Presentasi penanganan pelanggaran pemiluBilly Adam Fisher
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidanaalsalcunsoed
 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidanarakyathukum
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiNasria Ika
 
4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undanganHIMA KS FISIP UNPAD
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanyudikrismen1
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Replik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataReplik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataTopan Erlando
 

What's hot (20)

Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Legal drafting
Legal draftingLegal drafting
Legal drafting
 
Teori biologi kriminal
Teori biologi kriminalTeori biologi kriminal
Teori biologi kriminal
 
Stelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaanStelsel pemidanaan
Stelsel pemidanaan
 
Presentasi penanganan pelanggaran pemilu
Presentasi penanganan pelanggaran pemiluPresentasi penanganan pelanggaran pemilu
Presentasi penanganan pelanggaran pemilu
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Gugatan Sederhana (Idik Saeful Bahri)
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Replik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataReplik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdata
 

Similar to materi-ttg-perdagangan-orang.ppt

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGPENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGGamePlan7
 
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxMAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxNaomiSitoppul
 
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...Ai Maryati Solihah
 
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.pptUrgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.pptssuser0bb0d21
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfJayaSaragih3
 
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif Penanganan
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif PenangananGambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif Penanganan
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif PenangananECPAT Indonesia
 
Human traficking.doc
Human traficking.docHuman traficking.doc
Human traficking.docMeehawk
 
Makalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaMakalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaberlian_priyandany
 
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSI
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSIADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSI
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSIAi Maryati Solihah
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaEry Arifullah
 
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfpencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfAchmadMaoly1
 

Similar to materi-ttg-perdagangan-orang.ppt (20)

Antikorupsi mahasiswa
Antikorupsi mahasiswaAntikorupsi mahasiswa
Antikorupsi mahasiswa
 
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGPENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
 
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docxMAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK.docx
 
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...
KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK MENENTANG TPPO DAN EK...
 
Human Trafficking
Human TraffickingHuman Trafficking
Human Trafficking
 
Ham pkn
Ham pknHam pkn
Ham pkn
 
Childtrafficking
ChildtraffickingChildtrafficking
Childtrafficking
 
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.pptUrgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
Urgensi-pendidikan-anti-korupsi-bagi-generasi-milenial.ppt
 
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.pptPERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
 
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.pptPERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdfstopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
stopkekerasanterhadapperempuandananak3-230718105752-6df0840f (1).pdf
 
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif Penanganan
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif PenangananGambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif Penanganan
Gambaran Kasus ESA dan Tinjauan Reflektif Penanganan
 
Human traficking.doc
Human traficking.docHuman traficking.doc
Human traficking.doc
 
Makalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezhaMakalah human trafficking nezha
Makalah human trafficking nezha
 
Sabtu
SabtuSabtu
Sabtu
 
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSI
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSIADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSI
ADVOKASI ANAK KORBAN PROSTITUSI
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfpencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 

materi-ttg-perdagangan-orang.ppt

  • 1. 1 PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
  • 2. 2 Perdagangan Orang di Indonesia Tahun 1999 – 2005 No. Tahun Jumlah Kasus Dilimpahkan ke Kejaksaan Persen 1 1999 173 134 77,46 2 2000 24 16 66,67 3 2001 179 129 72,02 4 2002 155 90 58,06 5 2003 125 67 53,60 6 2004 43 23 53,48 7 2005 30 8 26,66 Sumber: Badan ReserseKriminal MabeS POLRI (2006).
  • 3. 3 Data 30 kasus perdagangan orang pada tahun 2005, tersebar di 11 propinsi: Sumatera Utara (1), Kepulauan Riau (2), Sumatera Selatan (3), Lampung (2), DKI Jakarta (7, tertinggi), Jawa Barat (1), Jawa Timur (6), Kalimantan Barat (4), Sulawesi Tengah (1), Sulawesi Selatan (2), dan Papua (1) Dari 30 kasus tercatat 58 orang korban, yang terdiri dari 40 perempuan dewasa, 3 perempuan dibawah umur, 10 anak-anak dan 5 bayi. Sedangkan pelakunya berjumlah 42 orang penjahat. Berdasarkan catatan Bareskrim Mabes POLRI, dari 30 kasus 8 kasus telah diajukan kejaksaan, 6 kasus dalam penyidikan, dan 16 kasus dalam tingkat penyelidikan. (Sumber Bareskrim Mabes Polri 2006)
  • 4. 4 Data Pemulangan Korban Perdagangan Orang Tahun 2005-2006 No. Daerah Asal Korban Keterangan Korban 1 Nanggroe Aceh Darussalam 12 Jenis Kelamin 2 Sumatera Utara 33 Laki-laki 93 3 Sumatera Barat 1 Perempuan 547 4 Jambi 3 Kelompok Usia 5 Riau 2 Bayi 15 6 Kepulaian Riau 4 Anak-anak 155 7 Sumatera Selatan 6 Dewasa 470 8 Bengkulu 1 Negara Asal 9 Lampung 27 Tanah Air 142 10 Banten 3 Malaysia 470 11 DKI Jakarta 19 Singapore 9 12 Jawa Barat 148 Hongkong 3 13 Jawa Tengah 35 Taiwan 2 14 Jawa Timur 59 Japan 7 15 Kalimantan Barat 192 Saudi Arabia 7 16 Kalimantan Timur 1 Sumber: IOM, 2006. 17 Sulawesi Utara 1 18 Sulawase Selatan 8 19 Sulawesi Tenggara 2 20 Nusa Tenggara Barat 49 21 Nusa Tenggara Timur 33 22 Maluku 1 Total 640
  • 5. 5 Pusat Pelayanan Terpadu di Indoensia Sumber Bareskrim Mabes POLRI, 2006 ; Depkes, 2006. Kepolisian daerah Rumah Sakit Umum/Kepolisian Naggroe Aceh Darussalam RS Bhayangkara Aceh Sumatera Utara RS Bhayangkara Medan Sumatera Barat RS Bhayangkara Padang, RS Bhayangkara Tebing Tinggi Jambi RS Bhayangkara Jambi Riau RS Bhayangkara Pekanbaru, RS Bhayangkara Dumai Sumatera Selatan RS Bhayangkara Palembang, RS Bhayangkara Lampung DKI Jakarta RS Cipto Mangunkusumo, RS Polpus Sukantu, Kramatjati; RS Brimob Kelapadua Dua, Cimanggis Jawa Barat RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Bhayangkara Sartika Asih, Bandung ; RS Secapa, Sukabumi Jawa Tengah RSU Karyadi, Semarang ; RS Bhayangkara Semarang ; RS Akademi kepolisian, Semarang ; RS Bhayangkara Surakarta Jawa Timur RS Bhayangkara HS Mertoyoso, Surabaya ; RS Bhayangkara Kediri RS Bhayangakara Nganjuk ; RS Bhayangkara Tulungagung ; RS Bhayangkara Lumajang ; RS Gasum, Porong Bali RS Bhayangakara Trijata, Denpasar Kalimantan Barat RS Bhayangkara Pontianak Kalimantan Tengah RS Bhayangkara Palangkaraya Kalimantan Timur RS Bhayangkara Balikpapan Sulawesi Utara RS Bhayangkara Manado Sulawesi Tengah RS Bhayangkara Palu Sulawesi Selatan Rs Bhayangkara Andi Mappa Odang, Makassar Sulawesi tenggara RS Bhayangakara Kendari Nusa Tenggara Barat RS Bhayangakara Mataram Nusa Tenggara Timur RS Bhayangakara Kupang Maluku RS Bhayangakara Ambon Maluku Utara RS Bhayangakara Ternate Papua RS Bhayangakara Papua, Jayapura
  • 6. 6 Penyebaran Ruang Pelayanan Khusus Sumber: Bareskrim Mabes Polri, 2006 No. Kepolisian Daerah RPK 1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 2 Sumatera Utara 16 3 Sumatera Barat 5 4 Jambi 5 5 Riau 2 6 Sumatera Selatan 10 7 Bengkulu 1 8 Lampung 7 9 DKI Jakarta 10 10 Jawa Barat 29 11 Jawa Tengah 34 12 DI Yogyakarta 3 13 Jawa Timur 44 14 Kalimantan Barat 4 15 Kalimantan Tengah 1 16 Kalimantan Selatan 1 17 Kalimantan Timur 10 18 Sulawesi utara 8 19 Sulawesi Tengah 1 20 Sulawesi Selatan 6 21 Sulawesi Tenggara 1 22 Bali 9 23 Nusa Tenggara Barat 7 24 Nusa Tenggara Timur 14 25 Papua 1
  • 7. 7 Kelompok Rentan Kelompok yang rentan menjadi korban perdagangan orang:  mereka yang berasal dari keluarga miskin di desa/ kota  Anak-anak putus sekolah  Anak-anak korban KDRT  Buruh migran  Anak jalanan  Janda cerai karena pernikahan dini  Bayi
  • 8. 8 Modus Operandi  Penipuan  Bujuk rayu  Jeratan utang  Jeratan Jasa  Adopsi ilegal  Duta budaya/ seni-entertainment  Penculikan, pemalsuan identitas
  • 9. 9 Cara Kerja Trafficker/ Pelaku  Agen/ calo merekrut korban  Kerjasama antar trafficker (Malaysia & Medan)  Memanfaatkan kondisi darurat (bencana alam/ daerah konflik)  Tindakan lanjutan hasil recruitmen korban/ calon korban dibawa ke daerah tujuan melalui daerah transit melalui transportasi darat, laut atau udara  Dokumen-dokumen palsu  Para pelaku: kalangan dekat/ keluarga, orang tua, suami, paman, agen, germo, calo, perusahaan perekrut.
  • 10. 10 Ancaman Dari Pelaku  Jeratan utang, korban menjadi sangat tergantung kepada majikan  Menahan gaji, pasport, visa, dokumen penting lainnya  Ancaman kekerasan fisik dan atau psikis  Pemutusan hubungan kerja, dsb.
  • 11. 11 Akar Masalah  Kemiskinan dan rendahnya pendidikan  Diskriminasi gender  Budaya  Lemahnya sistem hukum dan penegakannya  Putus sekolah  Globalisasi (mudahnya akses informasi)  Kondisi konflik dan bencana  Keluarga tidak harmonis
  • 12. 12 UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG 1.Diundangkan tanggal 19 April 2007 2.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720
  • 13. 13 • Perdagangan orang telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antar negara maupun dalam negeri. • Perdagangan orang menjadi ancaman bagi : - Masyarakat - Bangsa dan Negara, serta - Norma – norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia.
  • 14. 14  Langkah-langkah Pemberantasan TPPO Didasarkan pada nilai-nilai luhur, komitmen nasional dan internasional, untuk melakukan upaya : - Pencegahan sejak dini ; - Penindakan terhadap pelaku ; - Perlindungan korban TPPO, dan - Peningkatan kerjasama.
  • 15. 15 SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB I : KETENTUAN UMUM BAB II : TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III : TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TPPO BAB IV : PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN BAB V : PERLINDUNDANG SAKSI DAN KORBAN BAB VI : PENCEGAHAN BAB VII : KERJA SAMA INTERNASIONAL DAN PERAN SERTA MASYARAKAT BAB VIII: KETENTUAN PERALIHAN BAB IX : KETENTUAN PENUTUP
  • 16. 16 Perdagangan Orang, khususnya perempuan dan anak, merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia dan melanggar hak asasi manusia, sehingga harus diberantas.
  • 17. 17  Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 297 KUHP menentukan mengenai larangan perdagangan wanita dan anak laki-laki belum dewasa dan mengkualifikasikan tindakan tersebut sebagai kejahatan.  Pasal 83 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menentukan larangan memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual.  Namun, ketentuan KUHP dan Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut tidak merumuskan pengertian perdagangan orang yang tegas secara hukum.  Di samping itu, Pasal 297 KUHP memberikan sanksi yang terlalu ringan dan tidak sepadan dengan dampak yang diderita korban akibat kejahatan perdagangan orang. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang khusus tentang tindak pidana perdagangan orang yang mampu menyediakan landasan hukum materiil dan formil sekaligus. Untuk tujuan tersebut, undang-undang khusus ini mengantisipasi dan menjerat semua jenis tindakan dalam proses, cara, atau semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktik perdagangan orang, baik yang dilakukan antarwilayah dalam negeri maupun secara antarnegara, dan baik oleh pelaku perorangan maupun korporasi.
  • 18. 18 Ps 1 bt 1  adalah tindakan: 1. perekrutan, 2. pengangkutan, 3. penampungan, 4. pengiriman, 5. pemindahan, atau 6. penerimaan seseorang  dengan cara : 1. ancaman kekerasan 2. penggunaan kekerasan, 3. penculikan, 4. penyekapan, 5. pemalsuan, 6. penipuan, 7. penyalahgunaan kekuasaan atau 8. penyalahgunaan posisi rentan, 9. penjeratan utang atau 10. memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,  untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi PERDAGANGAN ORANG
  • 19. mengutip dari pwr pnt Bapak Haryono SH. MH 19 Alur Elemen TPPO Proses Pemindahan (movement) Caranya (means) Penipuan Pemaksaan Penyekapan Penculikan Penyalahgunaan kekuasaan dll Untuk tujuan eksploitasi dan semacamnya termasuk praktik yang serupa perbudakan
  • 20. 20 TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG  Ps.1 bt.2 Tppo adalah : - Setiap tindakan atau rangkaian tindakan atau serangkaian tindakan. - Yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana - Yang ditentukan dalam undang-undang ini. (UU 21 Th 2007)
  • 21. 21 PEREKRUTAN ps 1 bt 9 adalah tindakan yang meliputi: 1. mengajak, 2. mengumpulkan, 3. membawa, atau 4. memisahkan seseorang dari keluarga atau komunitasnya.
  • 22. 22 EKSPLOITASI ps 1 bt 7 adalah tindakan: 1. dengan atau tanpa persetujuan korban 2. yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, 3. kerja atau pelayanan paksa, 4. perbudakan atau 5. praktik serupa perbudakan, 6. penindasan, 7. pemerasan, 8. pemanfaatan fisik, 9. seksual, 10. organ reproduksi, atau 11. secara melawan hukum 12. memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau 13. jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau 14. kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil.
  • 23. 23 EKSPLOITASI SEKSUAL psl 1 bt 8 adalah segala bentuk : 1. pemanfaatan organ tubuh seksual atau 2. organ tubuh lain dari korban 3. untuk mendapatkan keuntungan, 4. termasuk tetapi tidak terbatas pada a. semua kegiatan pelacuran dan b. percabulan.
  • 24. 24 PERBUDAKAN (Penjelasan Umum UU PTPPO)  Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain.  Praktik serupa perbudakan adalah tindakan menempatkan seseorang dalam kekuasaan orang lain sehingga orang tersebut tidak mampu menolak suatu pekerjaan yang secara melawan hukum diperintahkan oleh orang lain itu kepadanya, walaupun orang tersebut tidak menghendakinya.
  • 25. 25 PURBUDAKAN (UU 26 Th 2000, tentang Pengadilan HAM) Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksudkan dalam Ps.7 huruf b adalah jumlah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari Serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukkan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa : - Pembunuhan - Pemusnahan - Perbudakan - Dst
  • 26. 26 PENJELASAN Ps.9 Huruf C UU Pengadilan HAM Yang dimaksud dengan Perbudakan dalam ketentuan ini termasuk perdagangan manusia, khususnya perdagangan wanita dan anak
  • 27. 27 JERATAN UTANG ps 1 bt 15 adalah perbuatan: 1. menempatkan orang 2. dalam status atau keadaan 3. menjaminkan atau 4. terpaksa menjaminkan a. dirinya atau b. keluarganya atau c. orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau d. jasa pribadinya 5. sebagai bentuk pelunasan utang.
  • 28. 28 UNSUR – UNSUR TPPO Ps. 2 Ayat (1) Setiap orang yang melakukan : 1. Perekrutan 2. Penampungan 3. Pengangkutan 4. Pengiriman 5. Pemindahan atau 6. Penerimaan Seseorang
  • 29. 29 Dengan : 7. Ancaman Kekerasan 8. Penggunaan Kekerasan 9. Penculikan 10. Penyekapan 11. Pemalsuan 12. Penipuan 13. Penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan 14. Penjeratan Utang, atau 15. Memberi Bayaran 16. Manfaat 17. Walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali orang lain 18. Untuk Tujuan mengeksploitasi Orang tersebut di wilayah Indonesia
  • 30. 30 PEMIDANAAN ♣ dipidana dengan:  pidana penjara:  min 3 th  max 15 th +  pidana denda: min Rp120.000.000,00  max Rp600.000.000,00 ♣ Merupakan delik formil kumulatif
  • 31. 31 Korban Setujui Diperdagangkan Ps 26  Persetujuan korban perdagangan orang tidak menghilangkan penuntutan TPPO Kehilangan Hak Tagih Ps 27 Pelaku TPPO kehilangan Hak tagihnya atas:  Utang atau  Perjanjian lainnya Jika utang dan perjanjian lainnya tersebut digunakan mengeksploitasi korban Terhadap korban
  • 32. 32  Ps. 2 Ayat (2) - Jika Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1). - Merupakan Delik Formil
  • 33. 33 Bila Denda Tidak Dibayar Ps. 25 Jika terpidana tidak mampu membayar pidana denda, maka terpidana dijatuhi : - Pidana pengganti kurungan maksimal 1 tahun (Ps. 18 KUHP berbunyi : lamanya hukuman kurungan terendah-rendahnya 1 hari dan selama-lamanya 1 tahun.)
  • 34. 34 ……pemidanaan Ps 3 idem ps 2 (1)  pidana  min 3 th max 15 th +  denda  min 120 jt max 600 jt NKRI dieksploitasi Ps 5  -----------idem---------- NKRI WNI Ps 4  --------- idem ----------- Pengangkatan anak utk dieksploitasi WNA/WNI NKRI dieksploitasi
  • 35. 35 Ps 6  ------------ idem----------- NKRI Anak dikirim ke dalam Anak dikirim ke luar Ps 11  ---------------idem----------------- Ps 16  ----------------idem---------------- Ps 10  -------------- idem----------------- Ps 12  ----------------idem----------------  membantu  percobaan TPPO  merencanakan  pemufakatan jahat TPPO  menggunakan  memanfaatkan korban Persetubuhan pencabulan  Oleh kelompok terorganisir dieksploitasi
  • 36. 36 Pemberatan 1/3 Ps 7 (1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam: a. Pasal 2 ayat (2), d. Pasal 5, dan b. Pasal 3, e. Pasal 6 c. Pasal 4, mengakibatkan korban menderita: • luka berat, • gangguan jiwa berat, • penyakit menular lainnya yang membahayakan  jiwanya,  kehamilan, atau  terganggu atau hilangnya fungsi reproduksinya, ♣ maka ancaman pidananya ditambah 1/3 (sepertiga)
  • 37. 37 Lanjutan pasal 7… (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam a. Pasal 2 ayat (2), d. Pasal 5, dan b. Pasal 3, e. Pasal 6 c. Pasal 4, mengakibatkan matinya korban, dipidana: ♣ penjara  min 5 th  max penjara seumur hidup + ♣ denda  min Rp 200 juta  max Rp 5 milyar
  • 38. 38 PENYELENGGARA NEGARA Ps 8 (1) Setiap penyelenggara negara yang menyalahgunakan kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana perdagangan orang sebagaimana di maksud dalam: ps 2, ps 3, ps 4, ps 5, ps 6 ♣ pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) (2) pelaku dapat dikenakan pidana tambahan: ♣ berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya. (3) Pidana tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan. Pemberatan 1/3….
  • 39. 39 KORBANNYAANAK Ps 17 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam, ps 2, 3, dan 4  dilakukan terhadap anak, maka ancaman pidananya ditambah 1/3 (sepertiga). …..pemberatan pidana + 1/3
  • 40. 40 Reviktimisasi Pasal 18  Korban yang melakukan tindak pidana karena dipaksa oleh pelaku tindak pidana perdagangan orang, tidak dipidana.
  • 41. 41 KELOMPOK TERORGANISASI Ps. 16 Dalam hal TPPO dilakukan oleh kelompok terorganisasi, maka setiap pelaku TPPO dalam kelompok terorganisasi tersebut dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud Ps.2 Ditambah dengan 1/3 Lanjutannya.
  • 42. 42 KORPORASI Ps. 15 1. TPPO oleh Korprasi, selain pidana penjara & denda terhadap pengurusnya, Pidana denda terhadap korporasi dengan pemberatan 3 (tiga) kali pidana denda – Ps.2,3,4,5,6 2. Selain denda pada ayat (1) korporasi dapat dijatuhkan pidana tambahan: a. Pencabutan izin usaha b. Perampasan kekayaan hasil tindak pidana c. Pencabutan status badan hukum d. Pemecatan pengurus e. Pelarangan pada pengurus untuk mendirikan korporasi dalam bidang yang sama.
  • 43. 43 TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 19 Memeberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain, atau memalsukan dokumen negara untuk mempermudah terjadinya TPPO. Di pidana paling singkat 1 tahun dalan paling lama 7 tahun dan denda paling sedikit 40 Juta, dan paling banyak 280 Juta. Pasal 20 Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, menyampaikan alat bukti palsu atau barang bukti palsu, atau mempengaruhi saksi secara melawan hukum di sidang pengadilan tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp280.000.000,00 (dua ratus delapan puluh juta rupiah).
  • 44. 44 Pasal 21 (1) Setiap orang yang melakukan penyerangan fisik terhadap saksi atau petugas di persidangan dalam perkara tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan saksi atau petugas di persidangan luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan saksi atau petugas di persidangan mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
  • 45. 45 Ps 43  Sesuai UU No. 13/ 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Ps 44  Saksi/ Korban berhak:  Memperoleh kerahasiaan identitas  Juga keluarga sampai dengan derajat ke 2 Ps 45  RPK di kantor polisi disetiap provinsi dan kabupaten diatur dengan peraturan KAPOLRI Perlindungan Saksi & Korban
  • 46. 46 ….perlindungan saksi & korban Ps 46  Pusat Pelayan Terpadu (PPT) di beberapa kabupaten/ kota  Harus diatur dengan PP Ps 47  Kepolisian RI wajib melindungi Saksi/ korban dari ancaman terhdap diri keluarga korban
  • 47. 47 REHABILITASI ps 1 bt 14 adalah : 1. pemulihan 2. dari gangguan 3. terhadap kondisi a. fisik, b. psikis, dan c. Sosial. agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
  • 48. 48 …...REHABILITASI Penjelasan Ps 51 ayat (1):  “rehabilitasi kesehatan” adalah pemulihan kondisi semula baik fisik maupun psikis.  “rehabilitasi sosial” adalah pemulihan dari gangguan terhadap kondisi mental sosial dan pengembalian keberfungsian sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.  “reintegrasi sosial” adalah penyatuan kembali korban tindak pidana perdagangan orang kepada pihak keluarga atau pengganti keluarga yang dapat memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan bagi korban.  Hak atas “pemulangan” harus dilakukan dengan memberi jaminan bahwa korban benar-benar menginginkan pulang, dan tidak beresiko bahaya yang lebih besar bagi korban tersebut.
  • 49. 49 RESTITUSI ps 1 bt 13 adalah: 1. pembayaran ganti kerugian 2. yang dibebankan kepada pelaku 3. berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap 4. atas kerugian materiil dan/atau immateriil 5. yang diderita korban atau ahli warisnya.
  • 50. 50 ……….RESTITUSI Pasal 48 (1) Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh restitusi. (2) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ganti kerugian atas:  kehilangan kekayaan atau penghasilan;  penderitaan;  biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau psikologis; dan/atau  kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.
  • 51. 51 ……Lanjutan Restitusi (pasal 48) (3) Restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang. (4) Pemberian restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama.
  • 52. 52 (5) Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara diputus. (6) Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 (empat belas) hari terhitung sejak diberitahukannya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (7) Dalam hal pelaku diputus bebas oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi, maka hakim memerintahkan dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang bersangkutan. Lanjutan Restitusi (pasal 48….)
  • 53. 53 Mekanisme Pengajuan Restitusi penjelasan ps 48 Pengadilan Perdata/ gugatan Penuntut Umum/ Jaksa Polisi Perkara pidana/ TPPO Putusan restitusi disimpan (konsinyasi di PN) 14 hari setelah BHT Hak Korban mengajukan sendiri gugatan restitusi melalui gugatan perdata Jaksa memberitahu korban untuk mengajukan restitusi menyampaikan jumlah kerugian bersama tuntutan. Pengajuan restitusi dilakukan sejak korban lapor ke Polisi, ditangani penyidik bersamaan dengan penanganan perkara TPPO Ayat 5 Ayat 6 Dictum (3). (4)
  • 54. 54 Pelaksanaan Pemberian Restitusi (PPR) 1). Pelaksanaan PPR dilaporkan ke PN  Yang memutus perkara  Disertai dengan tanda bukti PPR tersebut 2). Setelah diterima tanda bukti PPR, KPN mengumumkan di Papapn Pengumuman kantor 3). Salinan Tanda Bukti PPR disampaikan oleh Pengadilan kepada Korban/ ahli waris
  • 55. 55 Tidak Memenuhi Pelaksanaan Restitusi ps 50 PENGADILAN Surat peringatan (2) Pelaku •Pelaku tidak mau membayar restitusi dalam waktu 14 haru setelah BHT (3) •Pelaku tidak mampu membayar restitusi (4) Penuntut Umum Korban/ ahliwaris Penyerahan restitusi Pidana kurungan pengganti max I tahun (4), (ps 18 KUHP)
  • 56. 56 PENCEGAHAN Ps 56 Pencegahan tppo bertujuan mencegah sedini mungkin terjadinya tppo Ps 57 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan keluarga wajib mencegah terjadinya tppo. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat kebijakan, program, kegiatan, dan mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pencegahan dan penanganan masalah perdagangan orang. Penjelasan Ps 57 ayat (2) : Yang dimaksud dengan “penanganan” meliputi antara lain : Kegiatan pemantauan, penguatan dan peningkatan kemampuan penegak hukum, dan para pemangku kepentingan lain.
  • 57. 57 GUGUS TUGAS Ps 58 (1) Untuk melaksanakan pemberantasan tppo, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengambil langkah- langkah untuk pencegahan dan penanganan tppo. (2) Untuk mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah membentuk gugus tugas yang beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah, penegak hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan peneliti/akademisi. (3) Pemerintah Daerah membentuk gugus tugas yang beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, penegak hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan peneliti/akademisi.
  • 58. 58 (4) Gugus tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan lembaga koordinatif yang bertugas : a. mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan tppo; b. melaksanakan advookasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama; c. memantau perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi sosial; d. memantau perkembangan pelaksanaan penegakan hukum; serta e. melaksanakan pelaporan dan evaluasi (5) Gugus tugas pusat dipimpin oleh seorang menteri atau pejabat setingkat menteri yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Presiden. (6) Guna mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah- langkah sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Pemerintah dan Pemerinah Daerah wajib mengalokasikan anggaran yang diperlukan. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan organisasi, keanggotaan, anggaran, dan mekanisme kerja gugus tugas pusat dan daerah diatur dengan Peraturan Presiden.
  • 59. 59 KERJASAMA INTERNASIONAL Ps 59 (1) Untuk mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan tppo, Pemerintah RI wajib melaksanakan kerja sama internasional, baik yang bersifat bilateral, regional, maupun multilateral. (2) Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian bantuan timbal balik masalah pidana dan/atau kerjasama teknis lainnya.
  • 60. 60 PERAN MASYARAKAT Ps 60 (1) Masyarakat berperan membantu upaya pencegahan dan penanganan korban tppo. (2) Peran serta masyarakat diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau melaporkan adanya tppo kepada penegak hukum atau pihak berwajib atau turut serta menangani korban tppo.
  • 61. 61 Ps 61 Untuk tujuan pencegahan dan penangan korban tppo, Pemerintah wajib membuka akses seluas-luasnya bagi peran serta masyarakat, baik nasional maupun internasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, hukum, dan kebiasaan internasional yang berlaku. Ps 62 Untuk melaksanakan peran serta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dan Pasal 61, masyarakat berhak untuk memperoleh perlindungan hukum. Penjelasan Pasal 62 yang dimaksud dengan perlindungan hukum dalam ketentuan iini, berupa perlindungan atas: a. keamanan pribadi, b. kerahasiaan identitas diri c. Penuntutan hukum sebagai akibat melaporkan secara bertanggung jawab tppo Ps 63 Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dan Pasal 61 dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 62. 62 KETENTUAN PERALIHAN Ps 64 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, perkara tppo yang masih dalam proses penyelesaian di tingkat penyidikan, penuntutan , atau pemeriksaan di sidang pengadilan, tetap diperiksa berdasarkan undang-undang yang mengaturnya.
  • 63. 63 KETENTUAN PENUTUP Ps 65 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, maka Pasal 297 dan Pasal 324 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
  • 64. 64  1 (satu) Peraturan Pemerintah /PP ps 46 (2) Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu  2 (dua) Peraturan Presiden /Perpres ps 58 (5) & (7) a. Penunjukkan pimpinan Gugus Tugas Pusat b. Susunan organisasi keanggotaan, anggaran dan mekanisme Gugus Tugas Pusat  1 (satu) Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI. Ps 45 (2) Pembentukan RPK di Provinsi dan Kabupaten Ps 66 Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang ini harus diterbitkan selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Undang-Undang ini berlaku.
  • 65. 65