Nama Mahasiswa : Sumiyati
Nim : 20170301310
Mata Kuliah : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Dosen Pengampu : Erlina Puspitaloka Mahadewi, SE, MM, MBL
Program Studi : Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi : Universitas Esa Unggul
Judul : Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit
1. Nama Mahasiswa : Sumiyati
Nim : 20170301310
Mata Kuliah : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Dosen Pengampu : Erlina Puspitaloka Mahadewi, SE, MM, MBL
Program Studi : Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi : Universitas Esa Unggul
Judul : Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
A. Dasar-dasar Upaya Peningkatan Mutu Medis Rumah Sakit
1. Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1993 disebutkan bahwa pengelolaan
kesehatan yang terpadu perlu lebih dikembangkan agar dapat mendorong peran
serta masyarakat, termasuk dalam pembangunan kesehatan.
2. Pada Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa dalam waktu dekat harus
ditetapkan cara akreditasi pelayanan rumah sakit, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala,
yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijaksanaan pengembangan
atau peningkatan mutu rumah sakit.
3. Tujuan program kesehatan rujukan dan rumah sakit Repelita VI: Peningkatan
kemampuan sarana kesehatan rujukan dan rumah sakit untuk mendukung
pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan pemanfaatan sarana dengan
memberikan pelayanan yang lebih luas, bermutu dan efisien.
4. Sarasehan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada tanggal 30 Juli
1991.
B. Sejarah Perkembangan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit
Upaya peningkatan mutu sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun
1820-1910 Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan aspek-
aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajaranya yang
terkenal sampai sekarang adalah “hospital should do the patient no harm“, rumah
sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien.
2. Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh
ahli bedah Dr. E.A Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan
beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena
sering terjadinya penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena
kondisi yang tidak memenuhi syarat di rumah sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan
penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah
upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian
mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini, pada tahun 1918 The American College of
Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programe. Program
standarisasi adalah upaya pertama yang terkoordinasi dengan tujuan meningkatkan
mutu medis. Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu medis sehingga
banyak rumah sakit ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka
spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program
standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of
Physicians, American Hospital Association, American Medical Association dan
Canadian Medical Association bekerja sama membentuk suatu Joint Commission
on Accreditation of Hospital (JCAH), suatu badan gabungan untuk menilai dan
mengakreditasi rumah sakit.
Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essential untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di rumah sakit, namun
telah memacu rumah sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya
sesuai dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara
tahun 1953-1965 standar akreditasi di revisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun
sekali diadakan revisi.
Atas keberhasilan JCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah
Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan “ Medicare ACT “.
Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi rumah sakit menurut standar yang
ditentukan oleh JCAH. Sejak saat itu rumah sakit yang tidak terakreditasi oleh JCAH
tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal
asuransi di Amerika sangat menentukan utilisasi rumah sakit karena hanya 9,3% biaya
rumah sakit berasal dari pembayaran langsung oleh pasien.
3. Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus
akreditasi suatu rumah sakit harus juga membuat program pengendalian mutu yang
dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standars (ACHS) didirikan
dengan susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru
berhasil beroperasi dalam 3 negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima
kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan
peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama dengan di Amerika.
Di Eropa barat perhatian terhadap mutu pelayanan sangat tinggi, namun
masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih sangat kabur bagi
kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar
diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa.
Karena itu kantor regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil
inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan
peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-
masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang
upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri
Belanda tentang Metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di
Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah
mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus Eropa.
Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada
simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara
nasional upaya peningkatan mutu di berbagai Eropa Barat masih pada perkembangan
awal.
Di Asia, negara pertama yang mempunyai program peningkatan mutu dan
akreditasi rumah sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan
metodologi dari Amerika. Sedangkan Malaysia mengembangkan mutu pelayanan
dengan bantuan konsultan ahli dari negeri Belanda.
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas rumah sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap
4. kelas rumah sakit A,B,C dan D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-
standar.Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut
pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas rumah sakit.
Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai pedoman
dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah sakit. Untuk rumah sakit
swasta telah keluar Keputusan Menteri Kesehatan No. 806b/SK/XII/87 dimana selain
menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan standar berdasarkan
kemampuan pelayanan.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan rumah sakit pemerintah
kelas C dan rumah sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional.
Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan disempurnakan.Evaluasi
penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan
ketertiban rumah sakit dan yang di evaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B
serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah
dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi
penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal dari konsep Continuous Quality
Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor
dan evaluasi dititikberatkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih
diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen,
klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan
seluruh karyawan.
C. Konsep Dasar Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit RS Sehat dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep
dasar upaya peningkatan mutu . Dalam membahas konsep dasar ini maka akan
dibahas dulu tentang konsep mutu baru kemudian dibahas tentang konsep upaya
peningkatan mutu.
1. Mutu Rumah Sakit RSSehat
a. Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
5. 2) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan.
3) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
2. Definisi Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit RS Sehat untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia di Rumah Sakit RS Sehat secara wajar, efisien, efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit RS Sehat
dan masyarakat konsumen.
3. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, pihak-pihak tersebut adalah :
a. Konsumen
b. Pembayar/ perusahaan/ asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit RS Sehat
d. Karyawan Rumah Sakit RS Sehat
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan Profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
5. Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome.
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan
yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem.
Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.
6. a. Struktur :
Adalah sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya keuangan dan
sumberdaya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat
diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
b. Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien :
evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika
terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi
pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri.
Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
c. Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan
mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur
atau proses yang buruk.
Rumah Sakit RS Sehat adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan
di Rumah Sakit RS Sehat menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan serta
mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit RS Sehat
mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, maka Rumah Sakit RS Sehat
harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis
maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit RS Sehat
harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit RS Sehat sudah diawali dengan
penilaian akreditasi Rumah Sakit RS Sehat yang mengukur dan memecahkan masalah
pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit RS Sehat harus
melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit RS
Sehat dipacu untuk dapat menilai diri ( self assesment ) dan memberikan pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur
hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen mutu pelayanan Rumah
Sakit RS Sehat yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa
mengukur hasil kinerja Rumah Sakit RS Sehat tidak dapat mengetahui apakah
7. struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula.
Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit RS Sehat disusun dengan mengacu pada
Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang telah diterbitkan oleh
World Health Organization dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2001 dan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.
Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Upaya peningkatan mutu dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan
secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah
Sakit RS Sehat , memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya, sehingga mutu Rumah Sakit RS Sehat akan menjadi lebih baik.
Di Rumah Sakit RS Sehat upaya peningkatan mutu adalah kegiatan yang
bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya
peningkatan mutu Rumah Sakit RS Sehat akan sangat berarti dan efektif bilamana
upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di Rumah Sakit
RS Sehat termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan dan staf penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan
atau pelayanan dengan penggunaan sumberdaya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas disusunlah definisi dan tujuan dari upaya
peningkatan mutu Rumah Sakit RS Sehat.
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang
diberikan Rumah Sakit RS Sehat berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu Rumah
Sakit RS Sehat secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
8. Khusus : Tercapainya peningkatan mutu Rumah Sakit RS Sehat melalui :
a. Optimalisasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
3. Indikator Mutu Rumah Sakit RS Sehat
Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit RS Sehat adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan Gawat Darurat
1) Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat
2) Keterlambatan pelayanan ambulance di rumah sakit
b. Pelayanan Rawat Jalan
1) Waktu Tunggu Di Rawat Jalan
2) Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Yang Ditangani Dengan Strategi DOTS
( Directly Observed Treatment Shortcourse)
3) Kejadian Infeksi Pasca Operasi atau Surgical Site Infection (SSI)
c. Pelayanan Rawat Inap
1) Kejadian Infeksi Pasca Operasi
2) Kejadian Infeksi Aliran Darah Perifer (IADP)
3) Kejadian ISK
4) Kejadian Luka Dekubitus
5) Kejadian Penyulit Transfusi
6) Kejadian Sepsis
7) Kematian Pasien > 48 Jam
8) Kejadian Pulang Paksa
9) Waktu Tunggu Operasi Elektif
10) Angka Perawatan Ulang
d. Kamar Operasi
1) Kejadian Kematian Di Kamar Operasi
2) Keterlambatan Waktu Operasi
3) Ketidaklengkapan Laporan Operasi
4) Ketidaklengkapan Laporan Anestesi
e. Persalinan dan Perinatologi
9. 1) Kejadian Kematian Ibu Karena Eklampsia
2) Kejadian Kematian Ibu Melahirkan Karena Perdarahan
3) Kejadian Kematian Ibu Melahirkan Karena Sepsis
4) Kemampuan Menangani BBLR 1500 – 2500 gr
5) Pertolongan Persalinan Melalui Sectio Caesaria
6) Perpanjangan Masa Rawat Inap Ibu Melahirkan
f. Pelayanan Intensif
1) Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang
Sama < 72 Jam
2) Kejadian Pneumonia Akibat Pemakaian Ventilator (VAP)
g. Radiologi
Hasil Foto Pasien Rawat Jalan Lebih Dari 3 Jam ogiil Radiologi
h. Laboratorium Patologi Klinik
1) Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
2) Angka Ketidaktepatan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
3) Kerusakan Sample Darah
i. Rehabilitasi Medis
1) Keterlambatan Jawaban Konsul Rehabilitasi Medis Pada Pasien Rawat Inap
2) Kejadian Drop Out Pasien Terhadap Pelayanan Rehabilitasi Yang
Direncanakan
3) Kesalahan Tindakan Rehabilitasi Medis
j. Farmasi
1) Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Non Racikan
2) Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Racikan
3) Angka Kesalahan Penyerahan atau Pemberian Perbekalan Farmasi
k. Gizi
1) Konsumsi Makan Siang Pasien Non Diit
2) Ketidaksesuaian Makan Siang Pasien Diit
1) Penyerahan Berkas Rekam Medis Yang Lengkap < 24 Jam
2) Ketidaklengkapan Informed Consent Setelah Mendapatkan Informasi Yang
Jelas
3) Angka Ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis
l. Pengolahan Limbah
1) Keberhasilan Pengolahan Limbah Cair
10. 2) Keberhasilan Pengolahan Limbah Padat Berbahaya
m. Administrasi dan Manajemen
1) Karyawan Yang Mendapat Pelatihan Minimal 20 Jam Pertahun
2) Keterlambatan Pelayanan Administrasi Keuangan
3) Angka Ketidaktepatan Pelayanan Administrasi
n. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
Keterlambatan Waktu Menangani Kerusakan Alat
o. Pelayanan Linen
1) Kejadian Linen Yang Hilang
2) Ketersediaan APD
p. Sasaran Keselamatan Pasien
1) Sasaran I : Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
2) Sasaran II : Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
3) Sasaran III : Komunikasi yang Kurang Efektif
4) Sasaran IV : Keamanan Obat yang kurang diwaspadai
5) Sasaran V : Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur dan Pasien Operasi
6) Sasaran VI : Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
7) Sasaran VII : Angka Kejadian Pasien Jatuh
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit RS Sehat maka disusunlah strategi sebagai
berikut :
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan Rumah Sakit RS Sehat sehingga dapat menerapkan langkah-langkah
upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia dii
Rumah Sakit RS Sehat , serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menciptakan budaya mutu di Rumah Sakit RS Sehat , termasuk didalamnya
menyusun program mutu Rumah Sakit RS Sehat dengan pendekatan PDCA
cycle.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus yang
berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses ini adalah identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh proses
11. siklus, karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan
pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul apabila:
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan.
b. Merasa tidak puas dengan penyimpangan tersebut
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan
perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian
kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang
masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap
pertama.