SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
Pengaruh Pemberian Pakan
1. 1
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN WAKTU YANG BERBEDA
TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN TERNAK AYAM BROILER
Fiktor Ngguli H. Mila
2616032
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA
2019
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebutuhan protein hewani di Indonesia saat ini sangat tinggi, seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk serta kesadaran masyarakat bahwa protein hewani
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Ayam broiler adalah termasuk jenis
ternak yang sangat peka terhadap berbagai bentuk stressor baik fisik maupun psikis,
termasuk terhadap stress panas (heat stress) (Leandro dkk., 2004). Indonesia adalah
negara beriklim tropis, dimana permasalahan cuaca menjadi faktor predisposisi yang
penting untuk berbagai penyakit. Suhu udara yang tinggi pada puncak musim
kemarau antara bulan Agustus hingga November, sering berimbas pada produktivitas
ayam. Broiler yang menderita stres akan memperlihatkan ciri-ciri gelisah, banyak
minum, nafsu makan menurun.
Kunci kesuksesan dalam usaha peternakan ayam dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu penyediaan bibit unggul, pemenuhan kebutuhan pakan dan manajemen
pemeliharaan yang baik. Ketiga faktor produksi tersebut merupakan satu kesatuan
sistem, apabila salah satu faktor terabaikan atau kurang mendapat perhatian maka
penanganan terhadap faktor yang lain tidak dapat memberikan hasil yang maksimal.
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai suatu
keberhasilan produktivitas ayam pedaging secara optimal, oleh karena itu kuantitas
dan kualitas pakan hendaknya selalu diperhatikan. Biaya pakan merupakan
komponen biaya terbesar yang mencapai 60-70% dari total biaya produksi ternak
unggas.
Sistem perkandangan ayam broiler yang sering digunakan yaitu sistem baterai dan
sistem litter. Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang litter dan baterai
memberikan keuntungan dan kerugian. Keuntungan pemeliharaan pada sistem baterai
3. 3
memudahkan pengontrolan penyakit, kotoran mudah dibuang sehingga penyebaran
penyakit lebih sedikit. Sedangkan kerugian pemeliharaan ayam broiler pada sistem
baterai yaitu mudah menimbulkan breast blister (lepuh dada), persentase lemak
abdomennya tinggi akibat ayam sedikit bergerak atau tidak memiliki aktifitas seperti
pada kandang litter yaitu mengais-ngais litter. Keuntungan pada kandang sistem litter
yaitu litter yang mengalami dekomposisi menjadi sumber nutrien tambahan (vitamin,
mineral, dan protein), proses mengais litter memberikan manfaat pada sistem
pencernaan karena ayam akan lebih cepat memproses makanan karena pada sitem
kandang ini alasnya terdiri dari sekam padi, kapur dan pasir yang dapat membantu
tembolok ayam dalam memproses makanan, bahan-bahan litter bersifat menyerap air.
Sedangkan kerugian pada kandang sistem litter yaitu mudah terjangkit penyakit dan
akan menurunkan konsumsi ransum yang dapat mempengaruhi berat karkas.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk penanganan cekaman panas agar
pertumbuhan ayam broiler dapat optimal sesuai potensi genetik yang dimilikinya,
baik dari aspek eksternal maupun internal tubuh ayam. Penanganan aspek internal
tubuh ayam pada kasus cekaman panas telah menjadi perhatian banyak peneliti,
seperti pengaturan pemberian pakan (Lin dkk., 2005; Abu-Dieyeh, 2006).Pengaturan
waktu penyediaan pakan adalah salah satu metode yang dapat dilakukan
untukmengatasi cekaman panas, dimana pakan sebaiknya diberikan pada saat suhu
rendah sehingga ayam dapat makan secara normal agar konsumsi dan efisiensi
penggunaan protein juga berjalan dengan baik. yang pada akhirnya akan
menampilkan pertumbuhan yang lebih baik. Ma’ruf (2007) menyatakan bahwa
pembatasan pakan pada ayam dapat memperbaiki efisiensi penggunaan pakan
sehingga konversi pakan menjadi lebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan
ad libitum. Selanjutnya Iqbal dkk.,(2012)juga menyatakan bahwa jumlah konsumsi
protein berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, ini disebabkan karena
pertambahan bobot badan tersebut berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal
dari protein. Peningkatan pertambahan bobot badan berbanding terbalik dengan
konversi ransum dan rasio efisiensi protein. Ditambahkan oleh Mahfudz dkk., (2010),
4. 4
bahwa rasio efisiensi protein dipengaruhi oleh dua hal yaitu pertambahan bobot badan
(pbb) dan konsumsi protein.
1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengaruh pemberian pakan dengan waktu yang berbeda
terhadap pertambahan bobot badan ternak ayam broiler
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan waktu yang berbeda
terhadap konsumsi ransum
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan waktu yang berbeda
terhadap analisis ekonomi
1.3. Manfaat
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis yaitu :
1. Manfaat atau kegunaan teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pemilik peternakan hewan dalam mengambil
suatu keputusan usaha yang strategis dan tepat sasaran.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan
penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat atau kegunaan praktis
a. Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya penerapan dalam
manajemen usaha peternakan sebagai dasar pengambilan keputusan pada
suatu usaha.
b. Pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian dapat
ditransformasikan kepada masyarakat luas terutama mahasiswa Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Kristen Wira Wacana Sumba.
5. 5
1.4. Kerangka penelitian
1.5.Hipotesis Penelitian
Hipotesis H0 : pemberian pakan ternak ayam tidak mempengaruhi pertambahan
bobot badan
H1 : pemberian pakan ternak ayam mempengaruhi pertambahan bobot
badan
Masalah :
Lambatnya PBB
Ayam broiler
Dampak :
Lambatnya
pertambahan
bobot badan
ternaka ayam
dan lama
pemeliharaan
Kandungan
protein dalam
pakan yang
masih rendah
Akibat :
pakan
Alternatif :
Menyusun ransum
sederhanadansistem
pemeliharaan
Dampak :
Mempercepat
pertambahan
bobot badan
6. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Ayam Broiler
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada
umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
nafsu makan dan minum lebih baik, dan pertumbuhan badan menjadi cepat
(Suprijatna et al., 2005).
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran dan pertambahan berat, dalam
jaringan-jaringan tubuh seperti otak, jantung, tulang, berat daging dan jaringan
lainnya. Pertambahan bobot badan merupakan manifestasi dari pertumbuhan yang
dicapai selama penelitian. Proses pertumbuhan membutuhkan energi dan substansi
penyusun sel atau jaringan yang diperoleh ternak melalui pakan yang dikonsumsinya.
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu,
kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006).
Berdasarkan dua kriteria utama, yaitu hasil utama dan pertumbuhannya, dari
semua jajaran bangsa ayam yang diseleksi, ternyata hanya ayam broiler yang
memenuhi kriteria. Ayam broiler sudah dapat dipanen pada umur 5-6 minggu dengan
bobot hidup 1,3-1,6 kg per ekor. Broiler pada saat sudah masuk masa akhir
mempunyai kemampuan mengkonsumsi lebih banyak, sehingga kebutuhan protein
harus dikurangi agar pemborosan dapat dihindari (Saputra, 2013).
3.2. Pakan
Berdasarkan kandungan protein pakan, dikenal beberapa pola pemberian
pakan yaitu pola konvensional, pola step up protein, pola step down protein dan pola
single stage protein. Step down merupakan penurunan protein dalam pakan.
Penerapan pakan sistem step down broiler dapat mengurangi biaya pakan dan
memungkinkan untuk penggunaan bahan pakan alternative (Sukamto, 2012). Dampak
7. 7
positif dari step down protein, menurut Aletor et al. (2000), pemberian pakan dengan
protein rendah dapat mengurangi N eskreta, sehingga menekan emisi N terhadap
lingkungan. Beberapa peneliti menemukan bahwa step down protein pakan tidak
mempengaruhi performa pertumbuhan (Parr dan Summers,1991; Moran dan Stilborn,
1996).
3.3.Kecernaan Protein
Protein merupakan struktur yang sangat penting untuk jaringan-jaringan lunak
di dalam tubuh hewan seperti urat daging, tenunan pengikat, kolagen kulit, rambut,
kuku dan di dalam tubuh ayam untuk bulu, kuku dan bagian tanduk dan paruh
(Suthama, 1990). Penentuan kecernaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kandungan pakan ternak yang dapat diserap untuk kebutuhan pokok, pertumbuhan
dan produksi. Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies
ternak, suhu, laju perjalanan pakan melalui pencernaan, bentuk fisik bahan
pakan,komposisi ransum, kandungan lignin bahan pakan
3.4.Pertambahan bobot badan
Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh
seekor ternak selama periode tertentu. Pertumbuhan ayam biasanya dideteksi dengan
adanya pertumbuhan bobot badan per hari, per minggu atau per satuan waktu yang
lain (Islam et al., 2008).
Menurut Anggraeni (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe
produksi, jenis kelamin, musim, mutu dan jumlah pakan, manajemen pemeliharaan,
bentuk pakan, sisitem pemberian pakan dan bobot awal. Akil et al. (2006)
menyatakan bahwa Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan
yaitu suhu lingkungan, yang merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
kenyamanan maupun produktivitas.
Menurut Syahruddin et al. (2013) menyatakan bahwa pada suhu 210
C
pertambahan bobot badan broiler cukup tinggi, karena ayam broiler dapat
8. 8
mengkonsumsi pakan secara optimal, sehingga pakan yang dikonsumsi dapat
mencukupi segala kebutuhan ayam broiler, selain itu suhu lingkungan berpengaruh
terhadap fisiologis (fungsi faal) tubuh ayam secara langsung seperti aktivitas jantung,
pernafasan, sirkulasi darah dan metabolisme tubuh. Salah satu kriteria mengukur
pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot
badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama
periode tertentu. 10 Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat
pertumbuhan yang cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat.
Pertambahan bobot badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu
misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun (Aletor, 2000).
9. 9
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur 22 hari,
Strain Cobb produksi PT. Vista Agung Kencana, Palembang sebanyak 100 ekor.
Pakan yang digunakan adalah pakan komersial periode pertumbuhan yang berbentuk
pelet dengan kandungan protein sebesar 19% dan energy metabolis 3.100 kkal/kg.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: alat tulis, kabel,
kandang, kardus, lampu pijar 15 watt, tempat minum, tempat pakan, tangki semprot,
termometer, timbangan digital.
3.2.2. bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: air, desinfektan, doc broiler
berjumlah 200 ekor, jaring nilon, tirai plastik, pakan ransum komersial (Ransum 1,
BR1-BR2 dan Ransum 2, BR11-BR12), sekam, vaksin, vitamin, gula merah.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda dan 4 ulangan. Setiap ulangan
terdiri dari 4 ekor ayam. Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang diberikan adalah:
H1 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 100%
H2 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 50% dan
sore hari (pukul 17.00 WIB)sebanyak 50%
H3 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 40 %, siang
hari (pukul 11.00 WIB) sebanyak 30%, dan sore hari (pukul 17.00 WIB)
sebanyak 30%
10. 10
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan
pengambilan data.
1. Tahap persiapan meliputi persiapan 12 unit kandang, pembersihan kandang dan
lingkungan dengan disinfektan untuk menjaga kandang terbebas dari bakteri
maupun virus, lalu persiapan ransum. Selanjutnya persiapan peralatan pendukung
yang digunakan dalam penelitian dan persiapan ayam kampung.
2. Tahap pelaksanaan dimulai dengan memasukkan 100 ekor ayam broiler dan
menempatkan 8 ekor ayam di tiap unit kandang. Pemeliharaan dilakukan hingga
ayam kampung berumur 4 minggu. Pemberian air minum dilakukan secara ad
libitum. Program vaksin dilakukan dengan pemberian obat lewat air minum,
Pemberian obat bertujuan untuk menjaga kekebalan tubuh ayam sehingga tidak
mudah terserang penyakit.
3. Tahap pengambilan data dilakukan setiap minggu selama penelitian berlangsung
yaitu 1 minggu. Setiap harinya penimbangan jumlah dan sisa ransum dilakukan
untuk menghitung konsumsi ransum pada ayam dilakukan setiap minggu sekali
dimulai pada saat umur 1 minggu sampai umur 4 minggu untuk mengetahui
pertambahan bobot badan ayam broiler.
3.5.Parameter Penelitian
Parameter yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan
dan konversi ransum:
1. Pertambahan bobot badan : penimbangan bobot badan dilakukan setiap
minggu untuk mengukur pertambahan bobot badan dan menghitung selisih
antara bobot badan di akhir minggu dan di awal minggu
PBB (g/ekor) = bobot badan akhir – bobot badan awal
11. 11
2. Konsumsi ransum : konsumsi ransum dihitung setiap hari dari minggu awal
penelitian hingga minggu akhir dengan selisih antara jumlah pemberian
ransum dan jumlah sisa ransum.
Konsumsi ransum (g/ekor) = jumlah konsumsi ransum yang diberikan – sisa
ransum
3.6. Analisis Data
Data yang didapat dari hasil penelitian diolah dengan program Microsoft
Excel dan dianalisis menggunakan analisis variansi (ANOVA) dari Rancangan Acak
Lengkap pola searah. Apabila menunjukkan perbedaan pengaruh di antara perlakuan
maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Dieyeh, Z. H. M. 2006. Effect of chronic heat stress and long-term feed
restriction on broiler performance. . InT. J. Poult. Sci. 2:185-190.
Iqbal. F., U. Atmomarsono, dan R. Muryani. 2012. Pengaruh berbagai frekuensi
pemberian pemberian pakan dan pembatasan pakan terhadap efisiensi
penggunaan protein ayam broiler. Animal Agricultural Journal 1 (1): 53 – 64.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas.
PenebarSwadaya. Jakarta
Lin, H., Zhang, H. F., Du, R., Gu, X. H., Zhang, Z. Y., Buyse, J., and Decuypere, E.
2005. Thermoregulation responses of broiler chickens to humidity at different
ambient temperatures. II. Four weeks of age. Poult Sci. 84:1173-1178.
Mahfudz, L.D., T.A. Sarjana, dan W. Sarengat. 2010. Efisiensi penggunaan protein
ransum yang mengandung limbah destilasi minuman beralkohol (ldmb) oleh
burung puyuh (coturnix coturnix japonica) jantan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fak. Peternakan, Universitas
Diponegoro.
Ma’ruf, A. 2007. Peran Pengaturan Waktu dan Jumlah Pemberian Pakan Terhadap
Sekresi Growth Hormone (GH) dan Insulin-Like Growth Factor 1 (IGF-1)
Dalam Mempengaruhi Sintesis Lemak dan Protein Daging Ayam Pedaging.
http:www unair. ac. Id/top/disertacions/kedokteran/20 04/gdlhub-gdl-s3-
2007- marufanwar-5251.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
.