SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
1
TEKNIS PENENTUAN BCS PADA TERNAK SAPI
Oleh :
I Gusti Lanang Oka Cakra
Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar
e-mail : oka_cakra@unud.ac.id
Hp. 08123674289
I. Pendahuluan.
Pada umumnya manajemen pemeliharaan sapi Bali di masyarakat masih bersifat
tradisional dan akibatnya produktifitas ternak rendah. Sistem pemeliharaan seperti itu, tidak
mampu mengeksploitasi potensi ternak meskipun secara genetik ternak tersebut memiliki potensi
produktifitas tinggi (Wello dan Ismartoyo, 2010; Baco, 2011).
Salah satu permasalahan yang sering dijumpai oleh peternak dalam mengembangkan
populasi ternak adalah rendahnya efisiensi reproduksi. Untuk mengetahui tinggi rendahnya
efisiensi reproduksi dapat dilakukan dengan menghitung angka kebuntingan atau conception rate
(CR); jarak antara melahirkan atau calving interval; angka perkawinan per kebuntingan atau
service per conception; dan angka kelahiran atau calving rate; serta repeat breeder
(Hardjopranjoto, 1995). Dengan mengetahui nilai efisiensi reproduksi dan faktor-faktor
manajemen yang mempengaruhinya diharapkan mampu untuk memecahkan permasalahan yang
menyebabkan rendahnya efisiensi reproduksi, dengan demikian akan membantu program
percepatan peningkatan populasi ternak khususnya ternak sapi.
Faktor skor kondisi tubuh (SKT=BCS) adalah salah satu factor yang mempengaruhi CR,
ternak dengan SKT yang kegemukan cenderung banyak mengandung lemak dalam tubuhnya.
Kandungan lemak yang tinggi dapat menutupi saluran reproduksi sehingga akan terjadi
gangguan fungsi organ-organ reproduksi, namun demikian kondisi tubuh ternak yang sangat
kurus juga akan menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk membentuk hormon-
hormon reproduksi dan gangguan ovulasi. Menurut Bearden dan Fuquay (1984), apabila terjadi
penimbunan lemak pada saluran reproduksi akibat kegemukan maka akan menyebabkan
gangguan siklus estrus, angka kebuntingan rendah, distokia, abortus dan retensi plasenta.
Cadangan energi tubuh dapat dinilai dengan metode penilaian visual yang dikenal
sebagai body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh. Skor relatif yang didapatkan dari
penilaian BCS membantu peternak dalam memperoleh gambaran mengenai tingkat cadangan
otot dan lemak tubuh dari setiap ekor ternak sapi. BCS sangat penting untuk keberhasilan
reproduksi ternak sapi. Beberapa studi menunjukkan bahwa BCS pada saat calving/kelahiran
2
dan pada awal musim kawin/breeding adalah indikator paling penting terhadap kinerja
reproduksi (Spitzer, et al., 1995). Skor kondisi tubuh pada saat calving memiliki efek yang
paling besar terhadap tingkat kebuntingan (Lalman et al., 1997). Berdasarkan pertimbangan
diatas maka pemahaman peternak terhadap teknis Pengukuran BCS sangat penting untuk
diketahui.
II. BCS = Body Condition Score /SKT = Skor Kondisi Tubuh.
BCS/SKT adalah metode pemberian scor atau nilai terhadap tubuh seekor ternak.
Penilaian BCS/SKT merupakan suatu penilaian yang bersifat sangat subyektif (sangat
tergantung kepada yang melakukan pengukuran) melalui teknik penglihatan dan perabaan untuk
melakukan pendugaan terhadap simpanan/cadangan lemak tubuh ternak tersebut. Simpanan
lemak merupakan cadangan energi bagi ternak itu yang tersimpan pada saat ternak itu
mendapatkan pakan yang cukup atau berlebih. Simpanan lemak akan dimanfaatkan oleh ternak
itu pada saat kekurangan pakan terutama pada musim kemarau sehingga terjadi penurunan BCS.
Pakan sangat diperlukan oleh ternak untuk keperluan hidup pokok, pertubuhan dan
reproduksi. Apabila pakan yang diberikan hanya cukup untuk hidup pokok maka ternak itu tidak
akan dapat tumbuh maupun berkembang biak. Demikian juga kalau pakannya hanya cukup
untuk hidup pokok dan pertubuhan saja maka ternak itu tidak akan dapat melakukan fungi
reproduksinya. Apabila ternak mendapatkan pakan dibawah keperluan hidup pokok maka ternak
itu akan memanfaatkan cadangan lemak tubuhnya sehingga BCS akan terus menurun.
III. Pengaruh Pakan Terhadap Penampilan Ternak
1. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya
maka scor BCS sedang, fertilias baik dan produksi meningkat.
2. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang kurang /under feeding, maka nilai
BCSnya akan rendah, produksinya akan terhambat, pubertasnya lambat, Conception Rate
rendah, Calving Interval lama, Reproduktivitas rendah, kematangan lambat, penampilan
tidak sesuai standar. Fungsi ovarium terganggu, silen estrus, kematian embrio, fetus
abnormal, kesehatan memburuk.
3. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang berlebih /Over feeding, maka nilai BCS
akan tinggi, Fertilitas rendah, biaya tidak efesien, eksresi kelingkungan berlebih sehingga
dapat menyebabkan pencemaran, obesitas, reproduksi periode berikutnya rendah, infeksi
3
uterin, fungsi ovarium terganggu, kelebihan protein (keracunan ammonia),Pubertas
lambat (kelebihan mineral), Fertilitas rendah (kelebihan mikro nutrient)
Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa pemberian konsentrat dapat memperbaiki
reproduksi dari ternak tersebut:
a) Pemberian konsentrat 3 kg selama 2 bulan pre partum akan meningkatkan BCS sebanyak
2 skor pada sapi PO dan Bali (Winugroho, 2002).
b) Penambahan 2 kg pakan konsentrat (PK > 12% dan TDN 67%) selama 1 bulan sebelum
perkawinan akan meningkatkan BCS rata-rata 1,5 pada sapi PO sekaligus akan
berdampak pada peningkatan 8% kebuntingan (Samsudewa, 2014).
c) Pemberian 3 kg konsentrat (35-43% total ransum) dari 2 bulan "prepartum" sampai 2
bulan "post-partum" dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan dari 88% menjadi
94% pada sapi PO (32 ekor induk) dan 56% ke 69% kebuntingan pada sapi Bali (34 ekor
induk) (Putu et al,1999).
Tujuan pengukuran BCS adalah untuk mengontrol kesehatan ternak. BCS sangat berhubungan
dengan status nutrisi ternak. Mengecek jumlah akumulasi cadangan nutrisi tubuh dan sebagian
besar berupa lemak di bawah kulit. Score : 1 ~ 5 (ternak perah), 1 ~ 9 (ternak potong)
IV. Teknis Penentuan BCS pada sapi
Untuk dapat melakukan penilaian BCS maka ada 6 titik pengamatan yang harus dinilai.
1. Amati wilayah anus dan tail head (pangkal ekor) (Apakah ada cekungan atau terisi?)
2. Palpasi bagian rump (Pelvis) (Apakah terisi lemak?)
3. Palpasi bagian Hip Bone (tulang panggul) (Apakah Batasnya jelas atau tidak?)
4. Palpasi Pin Bone (tulang duduk) (Apakah Batasnya jelas atau tidak?)
5. Amati dan palpasi bagian back bone (tulang belakang) (Apakah jelas terlihat dan
teraba atau tidak?)
4
6. Amati dan palpasi Ribs (tulang iga) (Apakah terlihat nyata atau terlindungi oleh
lemak?)
Cara menentukan Body Condition Score (BCS) dapat dilihat melalui langkah – langka berikut :
Mengerti apa yang dimaksud Body Condition Score
Body Condition Score (BCS) didefinisikan angka yang dipergunakan untuk mengukur
kegemukan atau komposisi tubuh sapi.
Ada dua jenis skala yang dapat digunakan untuk menentukan nilai Body Condition Score (BCS)
pada sapi, yaitu :
- 1 hingga 9, adalah system penilaian Amerika
- 1 hingga 5, adalah system penilaian Skotlandia / Canada
Dalam tulisan ini akan dijabarkan penilaian dengan menggunakan system Amerika sesuai
dengan Tabel 1
5
Tabel 1. Scor Penilaian BCS berdasarkan Sistim Amerika (1-9)
6
Teknis melakukan penilaian BCS.
Lakukan Penilaian dengan 3D yaitu DILIHAT, DIRABA dan DITEKAN
D pertam dengan Dilihat. Dengan melihat Tonjolan tulang kita dapat mengelompokan
penilaian menjadi 3 kelompok yaitu
1. Kelompok Kurus, dengan nilai BCS 1-3 ( pada kelompok ini tonjolan tulang terlihat
nyata).
2. Kelompok Sedang, dengan nilai BCS 4-6 (pada kelompok ini tonjolan tulang masih
terlihat beberapa bagian).
3. Kelompok Gemuk,dengan nilai BCS 7-9 (pada kelompok ini tonjolan tulang sudah tidak
terlihat)
Setelah berhasil melakukan pengelompkan maka penilaian dilanjutkan pada masing-masing
kelompok. Dengan melakukan perabaan (DIRABA) dan penekanan (DITEKAN). Hasil
penilaian pada kelompok yang sudah ditetapkan tidak boleh keluar dari pengelompokan.
Misalnya kalau sudah menetapkansapi yang akan kita nilai berada pada kelompok kurus ( BCS
1-3) maka hasil penilaian tidak boleh ke BCS 4 atau 5. Demikian juga untuk Kelompok Sedang
dengan BCS 4-6. Tidak boleh berpikir mendapatkan nilai BCS 3 ataupun 7.
Penilaian pada Kelompok BCS 1-3.
Apabila dilakukan Perabaan dan Penekanan ternyata :
Perlemakan sangat tipis sekali maka termasuk BCS 1.
Perlemakan sangat tipis, maka termasuk BCS 2
Perlemakan tipis , maka termasuk BCS 3.
Demikian selanjutnya untuk menilai BCS 4-6 dan 7-9 dengan mempergunakan tabel 2. dibawah
ini
7
Tabel 2. Penilaian berdasarkan Pengelompokan BCS
Daftar Pustaka
Baco, S. 2011. Konservasi Sapi Bali sebagai Plasma Nutfah Ternak Indonesia. Buletin
Peternakan. 40 : 12 – 21.
Bearden, H.J. dan J.W. Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. Second edition. Reston
Publishing Company. Inc. A prentice-Hall Company. Reston. Virginia
Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya
Lalman, D.L., D.H. Keisler, J.E. Williams, E.J. Scholljegerdes and D.M. Mallet. 1997. Influence
of postpartum weight and body condition score change on duration of anestrus by
undernourished suckled beef heifers. J. Anim. Sci., 75 (8): 2003–2008.
Spitzer, J.C., D.G. Morrison, R.P. Wettemann and L.C. Faulkner. 1995. Reproductive responses,
calf birth and weaning weight as affected by body condition at parturition and
postpertum weight gain in primiparous beef cows. J. Anim.sci., 73: 1251-1257.
Wello, B. dan Ismartoyo. 2010. Strategi Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Sapi Bali di
Sulawesi Selatan. [terhubung berkala]. http://disnaksulsel.info/index.
php?option=com_docman&task=doc.(28 Agustus 2010).
8
Lampiran : Contoh beberapa gambar foto sapi untuk dilakukan penilaian.
Gambar 1
Gambar 2
9
Gambar 3
Gambar 4
10
Gambar 5
Gambar 6
11
Gambar 7
Gambar 8
12
Gambar 9
Gambar 10
13
Gambar 11

More Related Content

Similar to bcs sapi.pdf

Pemantauan di posyandu
Pemantauan di posyanduPemantauan di posyandu
Pemantauan di posyanduJoni Iswanto
 
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptx
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptxTATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptx
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptxDiandamayanti20
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balitapjj_kemenkes
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Angka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptAngka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptLilis c'Ben
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptastroboy40
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Chrysmada Dewa Kusuma
 
Gizi menyusui
Gizi menyusuiGizi menyusui
Gizi menyusuiKindal
 
Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri giziYenniJanggu
 
ppt gizi pada balita.ppt
ppt gizi pada balita.pptppt gizi pada balita.ppt
ppt gizi pada balita.pptEkaKharisma2
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDREISA Class
 
antropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfantropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfPkmBadean1
 
Tujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayiTujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayifadzan
 

Similar to bcs sapi.pdf (20)

Pemantauan di posyandu
Pemantauan di posyanduPemantauan di posyandu
Pemantauan di posyandu
 
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptx
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptxTATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptx
TATALAKSANA GIZI ANAK BAITA SERTA STUNTING DAN WASHTING FIX.pptx
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Angka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptAngka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi ppt
 
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.pptPERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
PERTEMUAN_KE-4_ANTROPOMETRI_GIZI.ppt
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
 
Gizi menyusui
Gizi menyusuiGizi menyusui
Gizi menyusui
 
Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri gizi
 
Makalah agama tentang asi (2)
Makalah agama tentang asi (2)Makalah agama tentang asi (2)
Makalah agama tentang asi (2)
 
Makalah agama tentang asi (2)
Makalah agama tentang asi (2)Makalah agama tentang asi (2)
Makalah agama tentang asi (2)
 
ppt gizi pada balita.ppt
ppt gizi pada balita.pptppt gizi pada balita.ppt
ppt gizi pada balita.ppt
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
antropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdfantropometrigizi-190228012756.pdf
antropometrigizi-190228012756.pdf
 
Gizi seimbang dan energi
Gizi seimbang dan energiGizi seimbang dan energi
Gizi seimbang dan energi
 
balita.ppt
balita.pptbalita.ppt
balita.ppt
 
balita.ppt
balita.pptbalita.ppt
balita.ppt
 
balita.ppt
balita.pptbalita.ppt
balita.ppt
 
GIZI dan Makanan
GIZI dan MakananGIZI dan Makanan
GIZI dan Makanan
 
Tujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayiTujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayi
 

Recently uploaded

Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxsd1patukangan
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docxNiWayanEkaLansuna1
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021AdeImot
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.pptsulistyaningsih20
 
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptx
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptxZulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptx
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptxZulfatulAliyah
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxRizkya19
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananantrialamsyah
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxantonkustanto
 
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfArfan Syam
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankYunitaReykasari
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 

Recently uploaded (15)

Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
 
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptx
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptxZulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptx
Zulfatul Aliyah_Sistem Rangka Biologi SMA Kelas XI.pptx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
 
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 

bcs sapi.pdf

  • 1. 1 TEKNIS PENENTUAN BCS PADA TERNAK SAPI Oleh : I Gusti Lanang Oka Cakra Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar e-mail : oka_cakra@unud.ac.id Hp. 08123674289 I. Pendahuluan. Pada umumnya manajemen pemeliharaan sapi Bali di masyarakat masih bersifat tradisional dan akibatnya produktifitas ternak rendah. Sistem pemeliharaan seperti itu, tidak mampu mengeksploitasi potensi ternak meskipun secara genetik ternak tersebut memiliki potensi produktifitas tinggi (Wello dan Ismartoyo, 2010; Baco, 2011). Salah satu permasalahan yang sering dijumpai oleh peternak dalam mengembangkan populasi ternak adalah rendahnya efisiensi reproduksi. Untuk mengetahui tinggi rendahnya efisiensi reproduksi dapat dilakukan dengan menghitung angka kebuntingan atau conception rate (CR); jarak antara melahirkan atau calving interval; angka perkawinan per kebuntingan atau service per conception; dan angka kelahiran atau calving rate; serta repeat breeder (Hardjopranjoto, 1995). Dengan mengetahui nilai efisiensi reproduksi dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhinya diharapkan mampu untuk memecahkan permasalahan yang menyebabkan rendahnya efisiensi reproduksi, dengan demikian akan membantu program percepatan peningkatan populasi ternak khususnya ternak sapi. Faktor skor kondisi tubuh (SKT=BCS) adalah salah satu factor yang mempengaruhi CR, ternak dengan SKT yang kegemukan cenderung banyak mengandung lemak dalam tubuhnya. Kandungan lemak yang tinggi dapat menutupi saluran reproduksi sehingga akan terjadi gangguan fungsi organ-organ reproduksi, namun demikian kondisi tubuh ternak yang sangat kurus juga akan menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk membentuk hormon- hormon reproduksi dan gangguan ovulasi. Menurut Bearden dan Fuquay (1984), apabila terjadi penimbunan lemak pada saluran reproduksi akibat kegemukan maka akan menyebabkan gangguan siklus estrus, angka kebuntingan rendah, distokia, abortus dan retensi plasenta. Cadangan energi tubuh dapat dinilai dengan metode penilaian visual yang dikenal sebagai body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh. Skor relatif yang didapatkan dari penilaian BCS membantu peternak dalam memperoleh gambaran mengenai tingkat cadangan otot dan lemak tubuh dari setiap ekor ternak sapi. BCS sangat penting untuk keberhasilan reproduksi ternak sapi. Beberapa studi menunjukkan bahwa BCS pada saat calving/kelahiran
  • 2. 2 dan pada awal musim kawin/breeding adalah indikator paling penting terhadap kinerja reproduksi (Spitzer, et al., 1995). Skor kondisi tubuh pada saat calving memiliki efek yang paling besar terhadap tingkat kebuntingan (Lalman et al., 1997). Berdasarkan pertimbangan diatas maka pemahaman peternak terhadap teknis Pengukuran BCS sangat penting untuk diketahui. II. BCS = Body Condition Score /SKT = Skor Kondisi Tubuh. BCS/SKT adalah metode pemberian scor atau nilai terhadap tubuh seekor ternak. Penilaian BCS/SKT merupakan suatu penilaian yang bersifat sangat subyektif (sangat tergantung kepada yang melakukan pengukuran) melalui teknik penglihatan dan perabaan untuk melakukan pendugaan terhadap simpanan/cadangan lemak tubuh ternak tersebut. Simpanan lemak merupakan cadangan energi bagi ternak itu yang tersimpan pada saat ternak itu mendapatkan pakan yang cukup atau berlebih. Simpanan lemak akan dimanfaatkan oleh ternak itu pada saat kekurangan pakan terutama pada musim kemarau sehingga terjadi penurunan BCS. Pakan sangat diperlukan oleh ternak untuk keperluan hidup pokok, pertubuhan dan reproduksi. Apabila pakan yang diberikan hanya cukup untuk hidup pokok maka ternak itu tidak akan dapat tumbuh maupun berkembang biak. Demikian juga kalau pakannya hanya cukup untuk hidup pokok dan pertubuhan saja maka ternak itu tidak akan dapat melakukan fungi reproduksinya. Apabila ternak mendapatkan pakan dibawah keperluan hidup pokok maka ternak itu akan memanfaatkan cadangan lemak tubuhnya sehingga BCS akan terus menurun. III. Pengaruh Pakan Terhadap Penampilan Ternak 1. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya maka scor BCS sedang, fertilias baik dan produksi meningkat. 2. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang kurang /under feeding, maka nilai BCSnya akan rendah, produksinya akan terhambat, pubertasnya lambat, Conception Rate rendah, Calving Interval lama, Reproduktivitas rendah, kematangan lambat, penampilan tidak sesuai standar. Fungsi ovarium terganggu, silen estrus, kematian embrio, fetus abnormal, kesehatan memburuk. 3. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang berlebih /Over feeding, maka nilai BCS akan tinggi, Fertilitas rendah, biaya tidak efesien, eksresi kelingkungan berlebih sehingga dapat menyebabkan pencemaran, obesitas, reproduksi periode berikutnya rendah, infeksi
  • 3. 3 uterin, fungsi ovarium terganggu, kelebihan protein (keracunan ammonia),Pubertas lambat (kelebihan mineral), Fertilitas rendah (kelebihan mikro nutrient) Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa pemberian konsentrat dapat memperbaiki reproduksi dari ternak tersebut: a) Pemberian konsentrat 3 kg selama 2 bulan pre partum akan meningkatkan BCS sebanyak 2 skor pada sapi PO dan Bali (Winugroho, 2002). b) Penambahan 2 kg pakan konsentrat (PK > 12% dan TDN 67%) selama 1 bulan sebelum perkawinan akan meningkatkan BCS rata-rata 1,5 pada sapi PO sekaligus akan berdampak pada peningkatan 8% kebuntingan (Samsudewa, 2014). c) Pemberian 3 kg konsentrat (35-43% total ransum) dari 2 bulan "prepartum" sampai 2 bulan "post-partum" dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan dari 88% menjadi 94% pada sapi PO (32 ekor induk) dan 56% ke 69% kebuntingan pada sapi Bali (34 ekor induk) (Putu et al,1999). Tujuan pengukuran BCS adalah untuk mengontrol kesehatan ternak. BCS sangat berhubungan dengan status nutrisi ternak. Mengecek jumlah akumulasi cadangan nutrisi tubuh dan sebagian besar berupa lemak di bawah kulit. Score : 1 ~ 5 (ternak perah), 1 ~ 9 (ternak potong) IV. Teknis Penentuan BCS pada sapi Untuk dapat melakukan penilaian BCS maka ada 6 titik pengamatan yang harus dinilai. 1. Amati wilayah anus dan tail head (pangkal ekor) (Apakah ada cekungan atau terisi?) 2. Palpasi bagian rump (Pelvis) (Apakah terisi lemak?) 3. Palpasi bagian Hip Bone (tulang panggul) (Apakah Batasnya jelas atau tidak?) 4. Palpasi Pin Bone (tulang duduk) (Apakah Batasnya jelas atau tidak?) 5. Amati dan palpasi bagian back bone (tulang belakang) (Apakah jelas terlihat dan teraba atau tidak?)
  • 4. 4 6. Amati dan palpasi Ribs (tulang iga) (Apakah terlihat nyata atau terlindungi oleh lemak?) Cara menentukan Body Condition Score (BCS) dapat dilihat melalui langkah – langka berikut : Mengerti apa yang dimaksud Body Condition Score Body Condition Score (BCS) didefinisikan angka yang dipergunakan untuk mengukur kegemukan atau komposisi tubuh sapi. Ada dua jenis skala yang dapat digunakan untuk menentukan nilai Body Condition Score (BCS) pada sapi, yaitu : - 1 hingga 9, adalah system penilaian Amerika - 1 hingga 5, adalah system penilaian Skotlandia / Canada Dalam tulisan ini akan dijabarkan penilaian dengan menggunakan system Amerika sesuai dengan Tabel 1
  • 5. 5 Tabel 1. Scor Penilaian BCS berdasarkan Sistim Amerika (1-9)
  • 6. 6 Teknis melakukan penilaian BCS. Lakukan Penilaian dengan 3D yaitu DILIHAT, DIRABA dan DITEKAN D pertam dengan Dilihat. Dengan melihat Tonjolan tulang kita dapat mengelompokan penilaian menjadi 3 kelompok yaitu 1. Kelompok Kurus, dengan nilai BCS 1-3 ( pada kelompok ini tonjolan tulang terlihat nyata). 2. Kelompok Sedang, dengan nilai BCS 4-6 (pada kelompok ini tonjolan tulang masih terlihat beberapa bagian). 3. Kelompok Gemuk,dengan nilai BCS 7-9 (pada kelompok ini tonjolan tulang sudah tidak terlihat) Setelah berhasil melakukan pengelompkan maka penilaian dilanjutkan pada masing-masing kelompok. Dengan melakukan perabaan (DIRABA) dan penekanan (DITEKAN). Hasil penilaian pada kelompok yang sudah ditetapkan tidak boleh keluar dari pengelompokan. Misalnya kalau sudah menetapkansapi yang akan kita nilai berada pada kelompok kurus ( BCS 1-3) maka hasil penilaian tidak boleh ke BCS 4 atau 5. Demikian juga untuk Kelompok Sedang dengan BCS 4-6. Tidak boleh berpikir mendapatkan nilai BCS 3 ataupun 7. Penilaian pada Kelompok BCS 1-3. Apabila dilakukan Perabaan dan Penekanan ternyata : Perlemakan sangat tipis sekali maka termasuk BCS 1. Perlemakan sangat tipis, maka termasuk BCS 2 Perlemakan tipis , maka termasuk BCS 3. Demikian selanjutnya untuk menilai BCS 4-6 dan 7-9 dengan mempergunakan tabel 2. dibawah ini
  • 7. 7 Tabel 2. Penilaian berdasarkan Pengelompokan BCS Daftar Pustaka Baco, S. 2011. Konservasi Sapi Bali sebagai Plasma Nutfah Ternak Indonesia. Buletin Peternakan. 40 : 12 – 21. Bearden, H.J. dan J.W. Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. Second edition. Reston Publishing Company. Inc. A prentice-Hall Company. Reston. Virginia Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya Lalman, D.L., D.H. Keisler, J.E. Williams, E.J. Scholljegerdes and D.M. Mallet. 1997. Influence of postpartum weight and body condition score change on duration of anestrus by undernourished suckled beef heifers. J. Anim. Sci., 75 (8): 2003–2008. Spitzer, J.C., D.G. Morrison, R.P. Wettemann and L.C. Faulkner. 1995. Reproductive responses, calf birth and weaning weight as affected by body condition at parturition and postpertum weight gain in primiparous beef cows. J. Anim.sci., 73: 1251-1257. Wello, B. dan Ismartoyo. 2010. Strategi Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Sapi Bali di Sulawesi Selatan. [terhubung berkala]. http://disnaksulsel.info/index. php?option=com_docman&task=doc.(28 Agustus 2010).
  • 8. 8 Lampiran : Contoh beberapa gambar foto sapi untuk dilakukan penilaian. Gambar 1 Gambar 2