SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI BALI PADA 
UMUR BERBEDA DAN PENGRUH PENGGUNAAN TENAGA SAPI BALI TERHADAP 
PERTAMBAHAN BERAT BADAN 
Riko Herdiansah, E1C011065 
Jurusan peternakan, fakultas pertanian, Universitas Bengkulu. 
ABSTRAK 
Suatu penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh umur dan jenis kelamin 
terhadap pertumbuhan sapi Bali. Sapi Bali merupakan keturunan langsung dari banteng liar 
(Bibos banteng) dan memiliki karakteristik yang sangat baik seperti fertilitas yang sangat 
baik, tingkat kelahiran yang cukup tinggi 80-83% dan dapat beradaptasi dengan lingkungan 
ekstrim . Namun, akhir-akhir ini sifat keunggulan ini mulai menurun mengingat 
pertumbuhan yang relatif lambat, ukuran bobot badan sapi semakin kecil, bobot lahirnya 
rendah dengan mortilitas yang cukup tinggi. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa 
sapi Bali umur 2 tahun lebih baik dalam peningkatan pertumbuhan maupun pertambahan 
bobot badan dibandingkan dengan sapi Bali umur 1 tahun karena sapi Bali umur 2 tahun 
berada pada fase puncak pertumbuhan sehingga umur yang optimum berkisar 2 tahun. 
Namun, jika dilihat dari jenis kelamin, sapi Bali jantan lebih efisien dalam penggunaan 
pakan dibandingkan dengan sapi Bali betina yang memiliki rata-rata konsumsi pakan tinggi 
tetapi memiliki pertambahan bobot badan yang rendah. pada sapi bali yang digunakan 
untuk kerja akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan berat badan dan juga 
pada pedet. 
Kata Kunci : Umur, Jenis Kelamin, Dampak Pertumbuhan, Sapi Bali 
PENDAHULUAN 
Sapi Bali biasanya dipelihara secara individual dengan cara-cara tradisional sehingga 
menyebabkan perkembangannya agak lambat dan cenderung stagnan, namun disisi lain 
teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan oleh peternak 
secara kontinyu sehingga ternak yang dihasilkan oleh peternak meningkat kualitas dan 
produktivitasnya. Kualitas produksi daging sapi Bali tergantung pada pertumbuhannya 
karena produksi yang tinggi dapat dicapai dengan pertumbuhan yang cepat. Dimana, 
pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi pada setiap mahluk hidup dengan 
pertambahan berat organ atau jaringan tubuh seperti otot, tulang dan lemak, urutan 
pertumbuhan jaringan tubuh dimulai dari jaringan saraf, kemudian tulang, otot dan terakhir 
lemak (Laurence, 1980 dalam Sampurna dkk, 2010). Tillman (1991) menyatakan bahwa 
pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan tahap lambat. Tahap cepat terjadi sebelum 
dewasa kelamin dan tahap lambat terjadi pada fase awal dan saat dewasa tubuh telah 
tercapai. Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga sangat berperan dalam menyediakan 
kondisi yang optimal bagi pertumbuhan seekor ternak. Oleh karena itu, dalam upaya 
memperoleh produksi ternak yang baik, usaha yang dilakukan harus dimulai sedini mungkin 
terutama pada ternak yang memproduksi daging. Jadi, kecepatan pertumbuhan merupakan 
kunci sukses pada peternakan yang bertujuan memproduksi daging (Cole, 1966). 
Salah satu faktor yang penting dalam memilih ternak yang akan digemukkan adalah 
umur karena umur erat kaitannya dengan tingkat produksi, efisiensi produksi, laju
pertumbuhan, dan nilai jual hasil penggemukan dan perilaku konsumen. Seperti hewan 
lainnya, ternak sapi juga memiliki fase-fase dalam perrtumbuhannya yaitu fase 
pertumbuhan tulang, fase pertumbuhan jaringan otot (daging) dan fase pertumbuhan lemak 
(Anonim, 2012). Umur dalam pemeliharaan ternak mempunyai peranan penting, karena 
melalui umur dapat diketahui kapan ternak dapat dikawinkan ataupun digemukkan. 
Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada umur diatas 1 tahun dan berakhir pada umur 3 
tahun dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya tinggal mengejar 
penambahan massa otot (daging) (Suryana, 2009). 
Pertambahan bobot badan adalah salah satu parameter untuk mengetahui 
pertumbuhan sapi selama kurun waktu tertentu dan lama penggemukan berpengaruh 
terhadap pertumbuhan atau pertambahan bobot badan harian. Dengan demikian 
pertumbuhan ternak dapat diduga dengan memperhatikan penampilan fisik dan bobot 
hidupnya. Pengukuran bobot badan dan pertambahan bobot badan sangat umum 
dilakukan untuk kegiatan penelitian, tetapi kurang praktis dilakukan dilapangan, karena 
pertimbangan teknis kesulitan dalam penimbangan (Wello, 2007). 
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa umur potong sapi berkolerasi positif 
dengan keempukan daging yang dihasilkan artinya makin tua ternak sudah dapat dipastikan 
dagingnya akan lebih alot. Hal ini juga dapat mengurangi minat dari konsumen untuk 
membelinya sehingga kita perlu mengetahui umur ternak yang akan digemukkan agar 
pertambahan berat badannya maksimal (Rahim, 2005). 
Penyebab utama rendahnya produktivitas dari ternak sapi Bali adalah pola 
pemeliharaan yang sebagian besar dipelihara oleh masyarakat pedesaan secara tradisional 
serta manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah, dimana peternak belum 
memperhatikan mutu pakan, tata cara pemeliharaan, perkandangan dan penyakit sehingga 
pola pertumbuhan ternak pada umur pertumbuhan kurang optimum. Atas dasar inilah 
dilakukan penelitian tentang pertambahan berat badan sapi Bali pada umur berbeda yang 
dipelihara secara intensif. 
Atas dasar pemikiran ini, maka dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh umur 
dan jenis kelamin terhadap bobot badan sapi Bali dan melihat kisaran umur yang optimum 
pertumbuhan sapi Bali 
HASIL 
Hasil penelitian terhadap rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) Sapi 
Bali dengan umur dan jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. 
Tabel 1 : Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Sapi Bali.
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan 
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P<0.01). 
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa interaksi jenis 
kelamin tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali. Sementara 
umur berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap pertambahan bobot badan harian sapi 
Bali. Pertambahan berat badan sapi umur 2 tahun sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) 
dibandingkan dengan umur 1 tahun. Hal ini disebabkan karena umur ternak pada saat 
pertumbuhan memiliki laju pertumbuhan yang sangat baik dan mampu merespon pakan 
yang tersedia dibandingkan dengan sapi yang berusia dibawah 1 tahun. Parakkasi (1999) 
menerangkan bahwa pertumbuhan hewan muda sebagian besar disebabkan oleh 
perumbuhan otot, tulang belulang dan organ-organ vital. Sedangkan pengaruh jenis kelamin 
terhadap pertambahan bobot badan tidak berpengaruh nyata dapat disebabkan karena 
beberapa faktor antara lain faktor genetik dan lingkungan. Bambang, (2005) menjelaskan 
bahwa proses pertumbuhan pada semua jenis hewan terkadang berlansung cepat, lambat 
dan bahkan terhenti jauh sebelum hewan tersebut mencapai dalam ukuran besar tubuh 
karena dapat dipengaruhi oleh faktor genetis ataupun lingkungan. Dengan adanya faktor 
tersebut, pencapaian garis pertumbuhan tidak selalu sesuai dengan usia kronologis hewan 
yang bersangkutan. 
160 
140 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
1 2 3 
Berat Badan (kg) 
Waktu Penimbangan (Bulan) 
jantan 
betina 
Umur 
Jenis Kelamin (rata-rata ± SD) 
Rata-rata ± SD 
Betina Jantan 
1 tahun 0,15 ± 0,03 0,21 ± 0,04 0,17a ± 0,03 
2 tahun 0,31 ± 0,13 0,34 ± 0,04 0,33b ± 0,08 
Rata-rata 0,23 ± 0,07 0,27 ± 0,03
Gambar 1. Grafik interaksi jenis kelamin terhadap pertambahan bobot badan sapi Bali 
Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi Bali jantan lebih 
tinggi dibandingkan sapi Bali betina. Pertambahan bobot badan jantan lebih besar dari pada 
betina karena adanya hormon androgen yang merangsang pertumbuhan. Hal ini sesuai 
dengan pendapat Kay dan Housseman (1975) yang menyatakan bahwa hormon androgen 
pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar 
dibandingkan dengan hewan betina. 
200 
150 
100 
50 
0 
1 2 3 
Berat Badan (kg) 
1 tahun 
2 tahun 
Waktu Penimbangan (Bulan) 
Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi Bali pada usia 
dua tahun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan bobot badan sapi Bali pada 
usia 1 tahun, hal ini dapat disebabkan karena pada usia 2 tahun (24 bulan) adalah usia 
puncak pertumbuhan dan setelah itu pertumbuhannya berangsur menurun, sebagaimana 
telah dijelaskan sebelumnya pada Gambar 2. Selain itu salah satu faktor perbedaan 
pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan dimana 
pemberian pakan secara ad-libitum akan meningkatkan konsumsi pakan dan akan 
mempengaruhi bobot badan. Parakkasi (1999) menjelaskan beberapa hasil penelitian 
memperlihatkan bahwa ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan 
dibandingkan yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhan bobot badannya. Salah satu 
faktornya antara lain pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan oleh 
pertumbuhan otot-otot, tulang-tulang dan organ-organ vital, sedangkan hewan yang lebih 
tua bobot badannya disebabkan karena perletakan (deposit) lemak. Hal ini sesuai dengan 
pendapat Tilman dkk. (1991) dalam Yudith, (2010) yang menyatakan bahwa kuantitas dan 
kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan 
kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. 
Tabel 2. Rata-rata konsumsi Rumput Sapi Bali 
Umur dan jenis 
kela-min 
Rata-rata berat 
badan awal 
Rata-rata kon-sumsi 
rumput (%) 
Persentse rumput dari 
berat badan awal
1 tahun jantan 
1 tahun betina 
2 tahun jantan 
2 tahun betina 
95,5 
89,5 
155,1 
137,7 
6,3 
7,6 
10,7 
11,1 
6,6 
8,0 
6,8 
8,1 
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan pakan yang 
tersedia secara ad-libitum. Adapun rata-rata konsumsi pakan sapi Bali dapat dilihat pada 
Tabel 4 dengan rata-rata konsumsi pakan sapi Bali betina yang berumur 2 tahun memiliki 
rata-rata konsumsi pakan 11,1% dan mencapai persentase dari berat badan awal yakni 8,1% 
serta sapi Bali betina yang berumur 1 tahun memiliki rata-rata konsumsi pakan 7,6% dan 
persentase rumput dari berat badan awal mencapai 8,0% lebih tinggi dibandingkan dengan 
umur dan jenis kelamin sapi Bali jantan sehingga dapat diasumsikan bahwa, sapi Bali betina 
memiliki tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan sangat baik. 
Selain itu kebutuhan sapi Bali betina lebih tinggi dapat pula disebabkan karena selain 
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, betina juga mempersiapkan kebutuhan nutrisi untuk 
produktivitasnya. Hal ini diperkuat oleh parakkasi, (1999) bahwa tingkat pemberian 
makanan yang cukup bagi calon induk muda untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan 
kebuntingannya sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dan tidak bersaing dengan 
kebutuhan pertumbuhan induk muda. 
Yudith, (2010) menambahkan bahwa, salah satu faktor tingkat konsumsi pakan 
antara lain: 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang 
meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Parakkasi, (1999) 
menjelaskan bahwa palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi 
jumlah konsumsi pakan dan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering yang 
terkandung dalam pakan berkaitan dengan kapasitas fisik lambung serta kondisi saluran 
pencernaan, sehingga tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat 
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kondisi ternak serta faktor pakan. 
Pemanfaatan sapi bali untuk bekerja ( mengolah tanah atau menarik beban ) 
memberikan dampak negatif terhadaf pertumbuhan saapi bali yang dipekerjakan akan lebih 
jelek dibanding dengan sapi bali yang tidak dipekerjakan, dampak negatif tersebut akan 
lebih parah jika sapi bali di pekerjakan di dataran rendah di banding dengan yang 
dipekerjakan di datarantinggi ( suhu tinggi) 
Sapi bali yang digunakan untuk memproduksi daging sebaikna tidak dipekerjakan, 
jika sapi bali yang digemukkan tersebut dipekerjakan, frekuensinya harus dibuat jarang (1-2 
kali per minggu ) diimbangi dengan pakan konsentrat, dalam hal itu perhitungan ekonomis 
sangat penting sebagai bahan penimbangan apakah sapi tersebut perlu dipekerjakan atau 
tidak . dampak penggunaan tenaga sapi bali terhadap pertumbuhan berat badan dapat 
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pengruh penggunaan tenaga sapi bali terhadap pertambahan berat badan 
pada ketinggian tempat yang berbeda. 
keterangan 
1. Dipekerjakan 119 259 
2 . tidak dipekerjakan 360 370 
Sumber : Saka I Kt. 1990 
Pertambahan Berat Badan 
Dataran Rendah Dataran Tinggi 
Dampak terhadap pedet, bila induk yang sedang menyusui dipekerjakan dengan 
intensitas yang tinggi, maka angka kematian pedet rata-rata mencapai 10,4 % , sedangkan 
pada induk sapi yang sedikit dipekerjakan maka angka kematian pedet rata-rata hanya 5,2 
%. 
KESIMPULAN 
Dari Hasil pembahasan di atas dapat disimpulan bahwa sapi Bali umur 2 tahun lebih 
baik dalam peningkatan pertumbuhan maupun pertambahan bobot badan dibandingkan 
dengan sapi bali umur 1 tahun karena sapi Bali umur 2 tahun berada pada fase puncak 
pertumbuhan sehingga umur yang optimum berkisar 2 tahun. Namun, jika dilihat dari jenis 
kelamin, sapi Bali jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan dibandingkan dengan sapi 
Bali betina yang memiliki rata-rata konsumsi pakan tinggi tetapi memiliki pertambahan 
bobot badan yang rendah, dan pada sapi bali yang digunakan untuk kerja akan memberikan 
dampak negatif terhadap pertumbuhan berat badan dan juga pada pedet. 
DAFTAR PUSTAKA 
Anonima. 2012. Beternak Sapi Bali. http: // uripsantoso. wordpress. com/2010/01 
/17/beternak-sapi-bali-3/. Diakses tanggal 14 Februari 2012. 
Anonimb. 2012. Kurva Pertumbuhan www. damandiri. or.id/file/ harapinipbtinjpustaka .pdf. 
Diakses 14 Februari 1212. 
Cole, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production 2nd Edition. W.H. Freeman and 
Company, San Francisco. 
Kay M. and R. Housseman. 1975. The Influence of Sex on Meat Production. In Meat. Edited 
by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth. 
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta. Hal 371-374.
Rahim, L. 2005. Pengaruh bangsa terhadap berat sapih dan pertambahan bobot badan sapi 
pada feedlot. Bulletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan 
Universitas Hasanuddin,Vol. IX (1):33-40. 
Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005 – 2009. Badan 
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta. 
Suryana. A. 2000. Meningkatkan ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional 
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 September 2000. Puslitbang Peternakan, 
Bogor. hlm. 21 – 28. 
Tillman, D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksoha-diprodjo dan S.Lebdosukojo. 1991. 
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press, Yokyakarta. 
Wello, B. 2007. Bahan Ajar Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan. 
Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Yudith Taringan A., 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit 
Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Departemen 
Pendidikan Fakultas Sumatra Utara

More Related Content

What's hot (20)

Gizi dan Fertilitas
Gizi dan FertilitasGizi dan Fertilitas
Gizi dan Fertilitas
 
Gizi & menarche AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Gizi & menarche AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Gizi & menarche AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Gizi & menarche AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Konsep dasar gizi
Konsep dasar giziKonsep dasar gizi
Konsep dasar gizi
 
Gizi & fertilitas AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Gizi & fertilitas AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Gizi & fertilitas AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Gizi & fertilitas AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Gizi remaja
Gizi remajaGizi remaja
Gizi remaja
 
Gizi dewasa dan lansia
Gizi dewasa dan lansiaGizi dewasa dan lansia
Gizi dewasa dan lansia
 
Gizi fertilisasi
Gizi fertilisasi Gizi fertilisasi
Gizi fertilisasi
 
Gizi seimbang ibu nifas
Gizi seimbang ibu nifasGizi seimbang ibu nifas
Gizi seimbang ibu nifas
 
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein
Akibat Kekurangan dan Kelebihan ProteinAkibat Kekurangan dan Kelebihan Protein
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein
 
Gizi ibu hamil
Gizi ibu hamilGizi ibu hamil
Gizi ibu hamil
 
Manfaat kacang hijau
Manfaat kacang hijauManfaat kacang hijau
Manfaat kacang hijau
 
Kebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status giziKebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status gizi
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Prinsip gizi-seimbang-dalam-kesehatan-reproduksi
Prinsip gizi-seimbang-dalam-kesehatan-reproduksiPrinsip gizi-seimbang-dalam-kesehatan-reproduksi
Prinsip gizi-seimbang-dalam-kesehatan-reproduksi
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamil
 
Gizi kecantikan
Gizi kecantikanGizi kecantikan
Gizi kecantikan
 
Keperluan asas manusia
Keperluan asas manusiaKeperluan asas manusia
Keperluan asas manusia
 
Angka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptAngka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi ppt
 
Gizi seimbang ibu_menyusui
Gizi seimbang ibu_menyusuiGizi seimbang ibu_menyusui
Gizi seimbang ibu_menyusui
 
malnutrisi
malnutrisimalnutrisi
malnutrisi
 

Similar to Pertumbuhan Sapi Bali

FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxFIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxmikailmehang
 
870 1-1731-1-10-20130801
870 1-1731-1-10-20130801870 1-1731-1-10-20130801
870 1-1731-1-10-20130801Hendra Darmawan
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingBBPP_Batu
 
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Indiey Syuhada
 
Sosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadSosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadsrilinda
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaswiradiputri
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikRoni Kedua
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturRivai Beta
 
PERTUMBUHAN IKAN 2.ppt
PERTUMBUHAN IKAN 2.pptPERTUMBUHAN IKAN 2.ppt
PERTUMBUHAN IKAN 2.pptmuhammadsahir5
 
PAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxPAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxedywiranata
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaAgnescia Sera
 
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptxAtikaJatimi
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Chrysmada Dewa Kusuma
 
Gizi bumil dan laktasi
Gizi bumil dan laktasi Gizi bumil dan laktasi
Gizi bumil dan laktasi Dedi Kun
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 

Similar to Pertumbuhan Sapi Bali (20)

FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxFIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
 
bcs sapi.pdf
bcs sapi.pdfbcs sapi.pdf
bcs sapi.pdf
 
870 1-1731-1-10-20130801
870 1-1731-1-10-20130801870 1-1731-1-10-20130801
870 1-1731-1-10-20130801
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
 
GIZI PADA BAYI PPT-1.pptx
GIZI PADA BAYI PPT-1.pptxGIZI PADA BAYI PPT-1.pptx
GIZI PADA BAYI PPT-1.pptx
 
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
 
Sosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan uploadSosialisasi gemarikan upload
Sosialisasi gemarikan upload
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
 
PERTUMBUHAN IKAN 2.ppt
PERTUMBUHAN IKAN 2.pptPERTUMBUHAN IKAN 2.ppt
PERTUMBUHAN IKAN 2.ppt
 
PENDEDERAN IKAN PATIN
PENDEDERAN IKAN PATINPENDEDERAN IKAN PATIN
PENDEDERAN IKAN PATIN
 
PAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxPAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptx
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx
2. KESEIMBANGAN ENERGI & PENGELOLAAN BB.pptx
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
 
Gizi bumil dan laktasi
Gizi bumil dan laktasi Gizi bumil dan laktasi
Gizi bumil dan laktasi
 
Pretermik Dertik
Pretermik DertikPretermik Dertik
Pretermik Dertik
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 

Pertumbuhan Sapi Bali

  • 1. PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI BALI PADA UMUR BERBEDA DAN PENGRUH PENGGUNAAN TENAGA SAPI BALI TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN Riko Herdiansah, E1C011065 Jurusan peternakan, fakultas pertanian, Universitas Bengkulu. ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap pertumbuhan sapi Bali. Sapi Bali merupakan keturunan langsung dari banteng liar (Bibos banteng) dan memiliki karakteristik yang sangat baik seperti fertilitas yang sangat baik, tingkat kelahiran yang cukup tinggi 80-83% dan dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrim . Namun, akhir-akhir ini sifat keunggulan ini mulai menurun mengingat pertumbuhan yang relatif lambat, ukuran bobot badan sapi semakin kecil, bobot lahirnya rendah dengan mortilitas yang cukup tinggi. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa sapi Bali umur 2 tahun lebih baik dalam peningkatan pertumbuhan maupun pertambahan bobot badan dibandingkan dengan sapi Bali umur 1 tahun karena sapi Bali umur 2 tahun berada pada fase puncak pertumbuhan sehingga umur yang optimum berkisar 2 tahun. Namun, jika dilihat dari jenis kelamin, sapi Bali jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan dibandingkan dengan sapi Bali betina yang memiliki rata-rata konsumsi pakan tinggi tetapi memiliki pertambahan bobot badan yang rendah. pada sapi bali yang digunakan untuk kerja akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan berat badan dan juga pada pedet. Kata Kunci : Umur, Jenis Kelamin, Dampak Pertumbuhan, Sapi Bali PENDAHULUAN Sapi Bali biasanya dipelihara secara individual dengan cara-cara tradisional sehingga menyebabkan perkembangannya agak lambat dan cenderung stagnan, namun disisi lain teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan oleh peternak secara kontinyu sehingga ternak yang dihasilkan oleh peternak meningkat kualitas dan produktivitasnya. Kualitas produksi daging sapi Bali tergantung pada pertumbuhannya karena produksi yang tinggi dapat dicapai dengan pertumbuhan yang cepat. Dimana, pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi pada setiap mahluk hidup dengan pertambahan berat organ atau jaringan tubuh seperti otot, tulang dan lemak, urutan pertumbuhan jaringan tubuh dimulai dari jaringan saraf, kemudian tulang, otot dan terakhir lemak (Laurence, 1980 dalam Sampurna dkk, 2010). Tillman (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan tahap lambat. Tahap cepat terjadi sebelum dewasa kelamin dan tahap lambat terjadi pada fase awal dan saat dewasa tubuh telah tercapai. Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga sangat berperan dalam menyediakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan seekor ternak. Oleh karena itu, dalam upaya memperoleh produksi ternak yang baik, usaha yang dilakukan harus dimulai sedini mungkin terutama pada ternak yang memproduksi daging. Jadi, kecepatan pertumbuhan merupakan kunci sukses pada peternakan yang bertujuan memproduksi daging (Cole, 1966). Salah satu faktor yang penting dalam memilih ternak yang akan digemukkan adalah umur karena umur erat kaitannya dengan tingkat produksi, efisiensi produksi, laju
  • 2. pertumbuhan, dan nilai jual hasil penggemukan dan perilaku konsumen. Seperti hewan lainnya, ternak sapi juga memiliki fase-fase dalam perrtumbuhannya yaitu fase pertumbuhan tulang, fase pertumbuhan jaringan otot (daging) dan fase pertumbuhan lemak (Anonim, 2012). Umur dalam pemeliharaan ternak mempunyai peranan penting, karena melalui umur dapat diketahui kapan ternak dapat dikawinkan ataupun digemukkan. Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada umur diatas 1 tahun dan berakhir pada umur 3 tahun dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) (Suryana, 2009). Pertambahan bobot badan adalah salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan sapi selama kurun waktu tertentu dan lama penggemukan berpengaruh terhadap pertumbuhan atau pertambahan bobot badan harian. Dengan demikian pertumbuhan ternak dapat diduga dengan memperhatikan penampilan fisik dan bobot hidupnya. Pengukuran bobot badan dan pertambahan bobot badan sangat umum dilakukan untuk kegiatan penelitian, tetapi kurang praktis dilakukan dilapangan, karena pertimbangan teknis kesulitan dalam penimbangan (Wello, 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa umur potong sapi berkolerasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkan artinya makin tua ternak sudah dapat dipastikan dagingnya akan lebih alot. Hal ini juga dapat mengurangi minat dari konsumen untuk membelinya sehingga kita perlu mengetahui umur ternak yang akan digemukkan agar pertambahan berat badannya maksimal (Rahim, 2005). Penyebab utama rendahnya produktivitas dari ternak sapi Bali adalah pola pemeliharaan yang sebagian besar dipelihara oleh masyarakat pedesaan secara tradisional serta manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah, dimana peternak belum memperhatikan mutu pakan, tata cara pemeliharaan, perkandangan dan penyakit sehingga pola pertumbuhan ternak pada umur pertumbuhan kurang optimum. Atas dasar inilah dilakukan penelitian tentang pertambahan berat badan sapi Bali pada umur berbeda yang dipelihara secara intensif. Atas dasar pemikiran ini, maka dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap bobot badan sapi Bali dan melihat kisaran umur yang optimum pertumbuhan sapi Bali HASIL Hasil penelitian terhadap rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) Sapi Bali dengan umur dan jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Sapi Bali.
  • 3. Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P<0.01). Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa interaksi jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali. Sementara umur berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali. Pertambahan berat badan sapi umur 2 tahun sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan umur 1 tahun. Hal ini disebabkan karena umur ternak pada saat pertumbuhan memiliki laju pertumbuhan yang sangat baik dan mampu merespon pakan yang tersedia dibandingkan dengan sapi yang berusia dibawah 1 tahun. Parakkasi (1999) menerangkan bahwa pertumbuhan hewan muda sebagian besar disebabkan oleh perumbuhan otot, tulang belulang dan organ-organ vital. Sedangkan pengaruh jenis kelamin terhadap pertambahan bobot badan tidak berpengaruh nyata dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor genetik dan lingkungan. Bambang, (2005) menjelaskan bahwa proses pertumbuhan pada semua jenis hewan terkadang berlansung cepat, lambat dan bahkan terhenti jauh sebelum hewan tersebut mencapai dalam ukuran besar tubuh karena dapat dipengaruhi oleh faktor genetis ataupun lingkungan. Dengan adanya faktor tersebut, pencapaian garis pertumbuhan tidak selalu sesuai dengan usia kronologis hewan yang bersangkutan. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 Berat Badan (kg) Waktu Penimbangan (Bulan) jantan betina Umur Jenis Kelamin (rata-rata ± SD) Rata-rata ± SD Betina Jantan 1 tahun 0,15 ± 0,03 0,21 ± 0,04 0,17a ± 0,03 2 tahun 0,31 ± 0,13 0,34 ± 0,04 0,33b ± 0,08 Rata-rata 0,23 ± 0,07 0,27 ± 0,03
  • 4. Gambar 1. Grafik interaksi jenis kelamin terhadap pertambahan bobot badan sapi Bali Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi Bali jantan lebih tinggi dibandingkan sapi Bali betina. Pertambahan bobot badan jantan lebih besar dari pada betina karena adanya hormon androgen yang merangsang pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kay dan Housseman (1975) yang menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan hewan betina. 200 150 100 50 0 1 2 3 Berat Badan (kg) 1 tahun 2 tahun Waktu Penimbangan (Bulan) Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi Bali pada usia dua tahun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan bobot badan sapi Bali pada usia 1 tahun, hal ini dapat disebabkan karena pada usia 2 tahun (24 bulan) adalah usia puncak pertumbuhan dan setelah itu pertumbuhannya berangsur menurun, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada Gambar 2. Selain itu salah satu faktor perbedaan pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan dimana pemberian pakan secara ad-libitum akan meningkatkan konsumsi pakan dan akan mempengaruhi bobot badan. Parakkasi (1999) menjelaskan beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan dibandingkan yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhan bobot badannya. Salah satu faktornya antara lain pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan otot-otot, tulang-tulang dan organ-organ vital, sedangkan hewan yang lebih tua bobot badannya disebabkan karena perletakan (deposit) lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tilman dkk. (1991) dalam Yudith, (2010) yang menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. Tabel 2. Rata-rata konsumsi Rumput Sapi Bali Umur dan jenis kela-min Rata-rata berat badan awal Rata-rata kon-sumsi rumput (%) Persentse rumput dari berat badan awal
  • 5. 1 tahun jantan 1 tahun betina 2 tahun jantan 2 tahun betina 95,5 89,5 155,1 137,7 6,3 7,6 10,7 11,1 6,6 8,0 6,8 8,1 Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan pakan yang tersedia secara ad-libitum. Adapun rata-rata konsumsi pakan sapi Bali dapat dilihat pada Tabel 4 dengan rata-rata konsumsi pakan sapi Bali betina yang berumur 2 tahun memiliki rata-rata konsumsi pakan 11,1% dan mencapai persentase dari berat badan awal yakni 8,1% serta sapi Bali betina yang berumur 1 tahun memiliki rata-rata konsumsi pakan 7,6% dan persentase rumput dari berat badan awal mencapai 8,0% lebih tinggi dibandingkan dengan umur dan jenis kelamin sapi Bali jantan sehingga dapat diasumsikan bahwa, sapi Bali betina memiliki tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan sangat baik. Selain itu kebutuhan sapi Bali betina lebih tinggi dapat pula disebabkan karena selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, betina juga mempersiapkan kebutuhan nutrisi untuk produktivitasnya. Hal ini diperkuat oleh parakkasi, (1999) bahwa tingkat pemberian makanan yang cukup bagi calon induk muda untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan kebuntingannya sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dan tidak bersaing dengan kebutuhan pertumbuhan induk muda. Yudith, (2010) menambahkan bahwa, salah satu faktor tingkat konsumsi pakan antara lain: 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Parakkasi, (1999) menjelaskan bahwa palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan dan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering yang terkandung dalam pakan berkaitan dengan kapasitas fisik lambung serta kondisi saluran pencernaan, sehingga tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kondisi ternak serta faktor pakan. Pemanfaatan sapi bali untuk bekerja ( mengolah tanah atau menarik beban ) memberikan dampak negatif terhadaf pertumbuhan saapi bali yang dipekerjakan akan lebih jelek dibanding dengan sapi bali yang tidak dipekerjakan, dampak negatif tersebut akan lebih parah jika sapi bali di pekerjakan di dataran rendah di banding dengan yang dipekerjakan di datarantinggi ( suhu tinggi) Sapi bali yang digunakan untuk memproduksi daging sebaikna tidak dipekerjakan, jika sapi bali yang digemukkan tersebut dipekerjakan, frekuensinya harus dibuat jarang (1-2 kali per minggu ) diimbangi dengan pakan konsentrat, dalam hal itu perhitungan ekonomis sangat penting sebagai bahan penimbangan apakah sapi tersebut perlu dipekerjakan atau tidak . dampak penggunaan tenaga sapi bali terhadap pertumbuhan berat badan dapat dilihat pada tabel 3.
  • 6. Tabel 3. Pengruh penggunaan tenaga sapi bali terhadap pertambahan berat badan pada ketinggian tempat yang berbeda. keterangan 1. Dipekerjakan 119 259 2 . tidak dipekerjakan 360 370 Sumber : Saka I Kt. 1990 Pertambahan Berat Badan Dataran Rendah Dataran Tinggi Dampak terhadap pedet, bila induk yang sedang menyusui dipekerjakan dengan intensitas yang tinggi, maka angka kematian pedet rata-rata mencapai 10,4 % , sedangkan pada induk sapi yang sedikit dipekerjakan maka angka kematian pedet rata-rata hanya 5,2 %. KESIMPULAN Dari Hasil pembahasan di atas dapat disimpulan bahwa sapi Bali umur 2 tahun lebih baik dalam peningkatan pertumbuhan maupun pertambahan bobot badan dibandingkan dengan sapi bali umur 1 tahun karena sapi Bali umur 2 tahun berada pada fase puncak pertumbuhan sehingga umur yang optimum berkisar 2 tahun. Namun, jika dilihat dari jenis kelamin, sapi Bali jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan dibandingkan dengan sapi Bali betina yang memiliki rata-rata konsumsi pakan tinggi tetapi memiliki pertambahan bobot badan yang rendah, dan pada sapi bali yang digunakan untuk kerja akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan berat badan dan juga pada pedet. DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2012. Beternak Sapi Bali. http: // uripsantoso. wordpress. com/2010/01 /17/beternak-sapi-bali-3/. Diakses tanggal 14 Februari 2012. Anonimb. 2012. Kurva Pertumbuhan www. damandiri. or.id/file/ harapinipbtinjpustaka .pdf. Diakses 14 Februari 1212. Cole, H.H. 1966. Introduction to Livestock Production 2nd Edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco. Kay M. and R. Housseman. 1975. The Influence of Sex on Meat Production. In Meat. Edited by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta. Hal 371-374.
  • 7. Rahim, L. 2005. Pengaruh bangsa terhadap berat sapih dan pertambahan bobot badan sapi pada feedlot. Bulletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,Vol. IX (1):33-40. Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005 – 2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta. Suryana. A. 2000. Meningkatkan ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 September 2000. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 21 – 28. Tillman, D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksoha-diprodjo dan S.Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press, Yokyakarta. Wello, B. 2007. Bahan Ajar Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Yudith Taringan A., 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Departemen Pendidikan Fakultas Sumatra Utara