Masa nabi merupakan periode pertama dalam sejarah hadits, dimana hadits disampaikan secara lisan kepada para sahabat. Nabi mendirikan sekolah-sekolah dan mengirim guru ke berbagai wilayah untuk menyebarkan informasi tentang hadits. Nabi juga memberi motivasi kepada para pengajar dan penuntut ilmu dengan menyebutkan pahala bagi mereka.
2. SEJARAH HADITS PADA MASA NABI
Untuk :
Mata Kuliah : Al-Hadits
Dosen Pengampu : Sarwanih, SS,M.SI.
Disusun Oleh :
Pursilah (12140058)
Khotimatun K (12140071)
Habib Abidulloh (12140086)
3. BAB I
A. Latar Belakang
Hadits pada masa nabi mempunyai keistimewaan yang membedakannya
dengan masa lainnya. Yaitu umat Islam dapat secara langsung memperoleh
hadis dari Rasulullah SAW sebagai sumber hadis. Pada masa ini tidak ada
jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuan mereka.
Tempat pertemuan kedua belah pihak sangatlah terbuka dalam berbagai
kesempatan, misalnya masjid, rumah beliau sendiri, pasar, ketika beliau dalam
perjalanan (safar), dan ketika beliau muqim (berada di rumah). Melalui tempat-tempat
tersebut, Rasulullah SAW menyampaikan hadis, melalui sabdanya yang
didengar langsung oleh para sahabat (melalui musyafahah) dan terkadang
melalui perbuatan serta taqririnya yang disaksikan oleh mereka (melalui
musyafahah).
Seluruh perbuatan Nabi, demikian juga seluruh ucapan dan tutur kata beliau
menjadi tumpuan dan perhatian para sahabat. Segala gerak gerik beliau,
mereka jadikan pedoman hidup. Apabila kedudukan Nabi tersebut dilihat dan
dihubungkan dengan bentuk hadis yang terdiri dari sabda, perbuatan, taqrir,
dan hal ihwalnya, maka dapatlah dinyatakan bahwa hadis Nabi telah
disampaikan oleh Nabi dalam berbagai cara.
4. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah penulisan hadits pada masa nabi?
2. Bagaimana cara penyampaian hadits pada masa nabi?
3. Bagaimana langkah nabi dalam menyebarkan hadits?
5. C. Tujuan
Untuk mengetahui sejarah penulisan hadits pada masa nabi.
Untuk mengetahui cara penyampaian hadits pada masa nabi.
Untuk mengetahui langkah-langkah nabi dalam menyebarkan hadits.
6. BAB II
PEMBAHASAN
Langkah-langkah
Nabi
Dalam
Menyebarkan
Hadits
Cara
Penyampaian
Hadits Pada
Masa Nabi
7. Masa nabi Muhammad SAW. adalah periode pertama sejarah dalam
perkembangan hadits. Masa ini cukup singkat , hanya 23 tahun lamanya dimulai
sejak tahun 13 sebelum Hijriah atau bertepatan dengan 610 Masehi sampai
dengan tahun 11 Hijriah atau bertepetan dengan 632 Masehi.
Saat itu hadits diterima dengan mengandalkan hafalan para sahabat Nabi SAW.
Para sahabat pada masa itu belum merasa ada urgensi untuk melakukan
penulisan hadits-hadits Nabi, mengingat Nabi SAW. masih mudah untuk
dihubungi dan diminta keterangan-keterangan tentang segala hal yang
berhubungan dengan ibadah dan mu’amalah keseharian umat islam.
Dibawah ini adalah hadits tentang diperbolehkannya penulisan hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضي اللهُ عَنْه أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم خَطَبَ فَذُكِرَ الْقِصَّةَ فِي الْحَدِيْثِ .
» اكْتُبُوا لأَبِى شَاهٍ « : فَقَالَ أَبُوْ شَاه: اُكْتُبُوا لِى يَا رَسُولَ الله . فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a “ Rasulullah saw berkhutbah (pada haji wada') dan
menyebutkan sebuah kisah dalam sebuah hadits. Kemudian ada sahabat Abu
Syah berkata: Tolong tuliskan untuk saya (apa yang engkau khutbahkan), Wahai
Rasulullah saw. Rasulullah saw pun berkata kepada beberapa orang sahabat:
Kalian tuliskan untuk Abu Syah. (HR. al-Bukhari dan Muslim)”
8. Berikut ini beberapa cara Nabi dalam
menyampaikan hadits :
1. Secara lisan
2. Melalui perbuatan
3. Melalui teguran
4. Melalui pengajian rutin
5. Melalui istri-istri para sahabat
6. Melalui ceramah
9. Stategi Nabi dalam menyebarkan hadits sebagai
berikut :
Mendirikan
sekolah
Menyebarkan
Informasi
Memberi
Motivasi Bagi
Pengajar Dan
Penuntut Ilmu
10. Sekolah dalam arti tradisional didirikan begitu nabi tiba
di Madinah. Dengan fokus kebijakan pada pengiriman
guru dan khatib ke berbagai wilayah di luar Madinah,
misalnya ke Adzal Qara pada tahun ke-3 H dan Bir
Ma’unah pada tahun ke-4 H. Ke Najran, Yaman, dan
Hadramaut pada tahun ke-9 H.
11. Bukan hanya mencari ilmu yang diperintahkan oleh
Rasululloh SAW. akan tetapi ilmu yang sudah kita terima
juga harus kita sampaikan kepada orang lain.
Sebagaimana sabda rasul yang artinya : “Sampaikan
ilmu dariku walau satu ayat”. Fokus kebijakan senada
terdapat pada khutbah rasul pada haji wada’ :
“Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang
tidak hadir”. Ini menjadi bukti bahwa penebaran
informasi tentang perbuatan dan ucapan Nabi
merupakan praktik umum sejak awal Islam.
12. Nabi tidak hanya memerintahkan untuk mendidik masyarakat,
tetapi disertai dengan penyebutan pahala yang berlipat ganda
bagi para pengajar dan penuntut ilmu.
Perhatikan hadits berikut :
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَ لَى كُ ل مُسْلِمٍ
)أخرجه ابن ماجه(
Artinya: Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang Islam.
(Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah).
Para pengajar atau biasa disebut dengan ulama, disebutkan juga
dalam hadits dibawah ini :
العُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِياءَ
Artinya : Orang-orang yang berilmu (Ulama) adalah pewaris para
Nabi.
13. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari pembahasan di awal, dapat disimpulkan bahwa sejarah
penulisan hadits pada Nabi merupakan masa yang sangat subur
dan produktif. Dan cara penyampaiannya melalui berbagai cara
yaitu lisan, melalui pengajian, melalui teguran, melalui istri-istri
para sahabat, dan melalui ceramah. Kemudian metode yang
digunakan untuk menyebarkan hadits pada masa Nabi yaitu
dengan mendirikan sekolah-sekolah, menyebarkan informasi, dan
memberikan motivasi pada pengajar dan penuntut ilmu.