1. Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari sejak malam 17 Ramadhan tahun 41 Hingga 9 Dzulhijjah tahun 63 H. Proses penurunannya melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Al-Qur'an dipertahankan di masa Nabi SAW melalui penghapalan dan penulisan. Nabi memimpin penghapalan umat dan menugaskan penulis untuk mendokumentasikan ayat
1. TUGAS STUDI AL QUR’AN
Sejarah Turunnya, Penulisannya,
dan Pemeliharaannya
OLEH
MUHAMMAD RIYANTO (PENDIDIKAN ISLAM)
UJI NGAKIBAH (PENDIDIKAN ISLAM)
MARDATILLAH (EKONOMI ISLAM)
MAGISTER STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
5
2. 2
1431H
Abstraksi
Al Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Kalam Illahi yang tidak bakal lapuk
oleh waktu dan zaman. Tak lain, karena Allah azza wa jalla sendiri yang menjamin
pemeliharaannya. Hal ini agaknya tak disangsikan lagi. Dan telah diterima umat
sebagai ‘publik truth”, yang telah menjadi ‘faith system’. Walaupun demikian untuk
dapat menjadikan Al Qur’an sebagai satu-satu Kalam Illahi bukan hanya sekedar
sumber-sumber norma keimanan maka perlu membumikan Al Qur’an agar
pemeliharaan bagi umat manusia sebagai khalifah bumi dapat terus terlaksana.
Dalam rangka lebih mengenal Al Qur’an sebagai agar pemeliharaan dan
pengamalannya tidak hanya sebatas kewajiban ada baiknya diketahui bagaimana
sejarah Nuzul Al Qur’an itu sendiri sejak jaman Nabi Muhammad SAW sampai saat
ini.
Kata kunci : Al Quran, pemeliharaan, public truth dan faith system
1. Sejarah turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai
dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah Haji
wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.1Permulaan turunnya Al-Qur’an
ketika Nabi SAW bertaha-nnus (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turunlah
wahyu dengan perantara Jibril Al-Amin dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an
Hakim. Surat yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu
diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhori dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan akan
datangnya wahyu dan bukti nubuwwah bagi rasul SAW yang mulia. Diantara tanda-
1 ) Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qanaah), 1980, hal.
5-6
5
4. 4
žw ÿ¼çmž¡yJtž žwÎ) tbr㞣gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ
×@žÍžs? `ÏiB Éb>§ž tûüÏHs>»yèø9$# ÇÑÉÈ
Artinya :” Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan, Diturunkan dari Rabbil 'alamiin. (Q.S Al-Waqi’ah :77-80)
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat
yang berada di langit dunia. Diisyaratkan dalam :
!$¯RÎ) çm»oYø9tžRr& žÎû Ï's#øžs9 Ížôžs)ø9$# ÇÊÈ
Artinya:”Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
(Q.S Al-Qadar:1)
!$¯RÎ) çm»oYø9tžRr& žÎû 7's#øžs9 >px.tž»t6žB 4 $¯RÎ) $¨Zä.
z`žÍžÉžZãB ÇÌÈ
Artinya:” Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.(QS Ad-Dhuhan:3)
3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi melalui
malaikat Jibril dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.
Adakalanya satu ayat, dua ayat, bahkan kadang-kadang satu surat.
Diisyaratkan dalam Surat Ass-Syu’ara’ 193-195
tAtžtR ÏmÎ/ ßyržž9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ 4žn?tã y7Î7ù=s%
tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûï͞ɞZßJø9$# ÇÊÒÍÈ
Ab$|¡Î=Î/ <cžÎ1tžtã &ûüÎ7žB ÇÊÒÎÈ
Artinya:” Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, Dengan
bahasa Arab yang jelas. (QS As-Syu’ara’ : 193-195)
5
5. Sering pula wahyu diturunkan untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang
dilontarkan kepada Nabi atau membenarkan tindakan Nabi SAW. Di samping itu,
banyak ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau
kejadian tertentu.
2. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Nabi SAW
Pengumpulan Al-Qur’an di masa Nabi SAW terbagi atas dua:4
1. Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghapal, menghayati dan
mengamalkan.
Al-Qur’anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis).
Karena itu, perhatian Nabi hanyalah untuk sekedar menghapal dan menghayatinya,
agar ia dapat menguasai Al-Qur’an persis sebagaimana halnya Al-Qur’an
diturunkan. Setelah itu, ia membacakannya kepada umatnya sejelas mungkin agar
mereka pun dapat menghapal dan memantapkannya.
Nabi SAW memiliki keinginan untuk menguasai Al-Qur’an, sehingga beliau
menghiasi salat malamnya dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau ingin
mewujudkan pengabdian dan penghayatan serta pendalaman terhadap makna Al-
Qur’an sehingga kedua telapak tangan dan kakinya menjadi bengkak karena terlalu
lama berdiri. Itulah sebabnya tidak mengherankan apabila Rasul menjadi seorang
yang paling menguasai Al-Qur’an. Beliau bisa mengabdikan (menghimpun) Al-
Qur’an dalam hatinya yang mulia. Beliau menjadi tumpuan bagi orang-orang Islam
4 ) Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuniy (Alih Bahasa : Drs. H. Aminuddin) Studi Ilmu Al-Qur’an,
Pustaka Setia.1999, hal 93
5
6. 6
dalam memecahkan masalah yang mereka perlukan sehubungan masalah Al-Qur’an.
2. Pengumpulan dalam dokumen, dengan cara menulis dalam kitab, atau
diwujudkan dalam bentuk ukiran.
Keistimewaan yang kedua dari Al-Qur’an Karim adalah pengumpulan dan
penulisannya dalam lembaran. Rasulullah SAW mempunyai beberapa orang
sekretaris wahyu. Setiap turun ayat Al-Qur’an, beliau memerinthkan kepada mereka
untuk menulisnya dalam rangka memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati-
hatian beliau terhadap Al-Qur’an, sehingga penulisan tersebut dapat memudahkan
penghapalan dan memperkuat daya ingat.
Para penulis wahyu tersebut adalah sahabat pilihan Rasul dari kalangan
sahabat yang terbaik dan indah tulisannya sehingga mereka benar-benar dapat
mengemban tugas yang mulia ini. Diantaranya adalah Zaid bin Tsabit, Ubay bin
Ka’ab, Muadz bin Jabal, Muawiyah bin Abu Sufyan, Khulafaur Rashidin dan
sahabat-sahabat lain. Proses penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW sangat
sederhana. Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu,
pelepah kurma, tulang belulang dan batu.5Kegiatan tulis-menulis Al-Qur’an pada
masa Nabi disamping dilakukan oleh sekretaris Nabi, juga dilakukan oleh sahabat
lain.
Sebagaimana Hadits Nabi yang diriwayatkan Muslim : 6
5) Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Qur’an Al-Karim,
Maktabah As-Sunnah, Kairo, 1992, hal. 241
6 ) Drs. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur-an. Pustaka Setia, Bandung,1998. Hal 39
5
7. . ف الف تكتبوناعنيف شي أاًناالنالقحرنانف ومحنف كتحبف عنحيف سحواىالقرنانف فليمححه
ُ. ُ. ْْمَ ْمَ ُحْ .ُ .ُ ْمَيِّ ُحْ ْمَ ُحْ ف ِ لاَّ ُحْ .ُ ُحْ ْمَ ْمَ ْمَ ُحْ ْمَ ْمَ ْمَ ْمَيِّ ُحْ ِ ْمَ ُحْ .ُ ُحْ ِ ْمَ ُحْ ْمَ ُح
ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ف ))روهف مسلم
Artinya:” فJanganlah فkamu فmenulis فsesuatu فyang فberasal فdariku, فkecuali فAl-Qur’an. ف
Barang فsiapa فtelah فmenulis فdariku فselain فAl-Qur’an, فhendaklah فia فmenghapusnya”. ف
(HR. فMuslim)
Faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW adalah : 7
membukukan hapalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna. Hal ini karena hapalan
para sahabat saja tidak cukup, terkadang mereka lupa atau sebagian dari mereka ada
yang sudah wafat. Adapun tulisan akan tetap terpelihara walaupun pada masa Nabi,
penulisan Al-Qur’an tidaklah pada satu tempat.
Penulisan Al-Qur’an tidak pada satu tempat berdasarkan : 8proses penurunan
Al-Qur’an masih berlanjut sehingga ada kemungkinan ayat yang turun belakangan
“menghapus” redaksi dan ketentuan hukum ayat yang sudah turun terdahulu.
Penyusunan ayat dan surat Al-Qur’an tidak bertolak dari kronologi turunnya, tetapi
bertolak dari keserasian antara satu ayat dengan ayat lainnya, atau antara satu surat
dengan surat yang lain. Terkadang ayat atau surat yang turun belakangan ditulis lebih
dahulu ketimbang ayat atau surat yang turun terlebih dahulu.
3. Pemeliharaan Al Qur’an di Masa Abu Bakar ra
Ketika Rasulullah SAW meninggal, Al Qur’an belum dihimpun di dalam satu
7 ) Shahbah, op. cit,. hlm 242
8 ) Ibid., hlm. 242
5
8. 8
mushaf karena masih menunggu kemungkinan adanya penghabisan sebagian hukum
dan tilawahnya. Ketika penurunan wahyu sudah terputus dengan meninggalnya
Rasulullah maka Allah mengilhamkan kepada para khalifah yang terpimpin
melakukan penghimpunan Al Qur’an. Saat itu kondisi yang ada Al Qur’an hanya
dihapal oleh para sahabat dan orang-orang yang terpilih, maka sesuai dengan janji
Allah SWT yang akan menjamin keterpeliharaannya bagi ummat ini9.
Pada hakekatnya Al Quran juga telah dihimpun pada masa Rasulullah SAW
atas petunjuk Jibril kepadanya, kemudian yang kedua masa Abu Bakar al-Shiddiq
dan ketiganya pada masa Usman bin Affan dengan penerbitan surat-suratnya. Pada
masa Rasulullah SAW terdapat beberapa sahabat yang bertugas sebagai penulis
wahyu. Apabila diturunkan ayat-ayat Al Qur’an, Nabi memanggil mereka agar
menulisnya diatas sarana penulisan yang ada pada waktu; satu naskah untuk
disimpan di tempat Nabi SAW dan yang lainnya untuk penulis itu sendiri. Pada
waktu Nabi SAW meninggal, lembaran-lembaran tulisan itu dan yang lainnya
berada pada istri-istri beliau10. Diceritakan bahwa Bukhari meriwayatkan di dalam
shahihnya dari Zaid bin Tsabit11, ia berkata : “Abu Bakar ra memintaku datang
berkenan dengan kematian para sahabat di peristiwa Yamamah12, pada saat itu Umar
9 Ini adalah isyarat dai Allah SWT sesuai dengan surat Al Hijr (15) ayat 9 “Sesungguhnya Kamilah
yang menurunkan Qur’an dan Kami pula yang akan menjaganya.”
10 Imam As-Suyutir. 1995. Apa itu Al Qur’an. Gema Insani Press. Jakarta, hal 55
11 Zaid bin Tsabit (11 Sebelum hijrah-45H/611-665M). Abu Kharijah seorang shahabi dari Anshar;
penulis wahyu Rasulullah SAW di masa hidupnya; dilahirkan di Madinah dan dibesarkan di Makkah
kemudian hijrah ke Madinah pada usia 11 tahun. Ia termasuk sahabat yang paling mengerti soal
peradilan dan fiqh.
12 Adalah pertempuran melawan kaum murtad yang dipimpim oleh Musailamah al-Kadzdzab.
Yamamah adalah tempat Bani Hanifah
5
9. ra berada di sisinya, lalu Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya Umar ra datang
kepadaku mengatakan bahwa para penghapal Al Qur’an banyak terbunuh di
peristiwa Yamamah dan sesungguhnya aku khawatir akan terbunuhnya para
penghapal Al Qur’an (yang masih ada ini) di berbagai tempat lalu dengan itu banyak
bagian Al Qur’an yang hilang; karena itu aku mengusulkan agar kamu
memerintahkan penghimpunan Al Qur’an. Kemudian aku berkata pada Umar :
“Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi
SAW? Lalu Umar berkata ; “Demi Allah, ini adalah kebaikan”. Maka Umar pun
terus mendesakku sehingga Allah SWT melapangkan dadaku untuk itu dan aku
(sekarang) sependapat dengan Umar. Zaid berkata bahwa, “Abu Bakar berkata :
Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang bijaksana, kami tidak menyangsikanmu,
karena kamu pernah menjadi penulis wahyu bagi Nabi SAW maka periksalah Al
Qur’an dan himpunlah”. Demi Allah, seandainya mereka menugasiku untuk
memindahkan salah satu gunung, sungguh itu tidaklah lebih berat bagiku ketimbang
apa yang ia perintahkan kepadaku yaitu menghimpun Al-Qur’an.
Jati diri Zaid bin Tsabit sendiri begitu istimewa sehingga tak heran Abu
Bakar dan Umar diberikan kelapangan dada untuk memberikan tugas tersebut pada
Zaid bin Tsabit, yang mana sebagai pengumpul dan pengawas komisi ini Zaid bin
Tsabit dibantu Umar sebagai sahibul fikrah yakni pembantu khusus. Beberapa
keistimewaan tersebut diantaranya adalah :
a. Berusia muda, saat itu usianya di awal 20-an (secara fisik & psikis
kondisi prima)
5
10. 10
b. Akhlak yang tak pernah tercemar, ini terlihat dari pengakuan Abu Bakar
yang mengatakan bahwa, “Kami tidak pernah memiliki prasangka negatif
terhadap anda.”
c. Kedekatannya dengan Rasulullah SAW, karena semasa hidup Nabi, Zaid
tinggal berdekatan dengan beliau
d. Pengalamannya di masa Rasulullah SAW masih hidup sebagai penulis
wahyu dan dalam satu kondisi tertentu pernah Zaid berada di antara
beberapa sahabat yang sempat mendengar bacaan Al Qur’an malaikat
jibril bersama Rasulullah SAW di bulan Ramadhan.
e. Kecerdasan yang dimilikinya menunjukkan bahwa tidak hanya karena
memiliki vitalitas dan energi namun kompetensinya dalam kecerdasan
spiritual dan intelektual
Di sebutkan Abu Bakar ra mengatakan pada Zaid, “Duduklah di depan pintu
gerbang Masjid Nabawi jika ada orang membawa (memberi tahu) anda tentang
sepotong ayat dari Kitab Allah SWT dengan kesaksian 2 orang maka tulislah. Hal ini
bermakna bahwa kesaksian 2 orang saksi erat hubungannya dengan hafalan yang
diperkuat dengan bukti tertulis dimana Qur’an diwahyukan. Bukan itu saja 2 orang
sahabat tersebut juga menyaksikan bahwa orang yang menerima ayat tersebut seperti
yang diperdengarkan Rasulullah SAW. Tujuannya adalah agar menerima sesuatu
yang telah ditulis di hadapan Nabi bukan hanya berdasarkan hafalan semata-mata.
Waktu pengumpulan Zaid terhadap Al Qur’an sendiri sekitar 1 tahun, ini
5